KASUS-KASUS OBSTETRI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
beberapa pihak sehingga memperlancar penyusunan makalah ini.Tak lupa pula kami
ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan konstribusinya baik materi maupun
pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengalaman dan
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang
membangun dan menambah pengetahuan kami dalam membuat makalah yang baik
dan benar.
Kelompok
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Abortus.........................................................................................................3
B. Molahidatidosa.............................................................................................7
D. Pre eklamsi...................................................................................................13
E. Eklamsi........................................................................................................15
F. Retensio Plasenta.........................................................................................17
G. Solusio Plasenta...........................................................................................17
H. Ruptur Uteri.................................................................................................19
I. Distosia Bahu...............................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedaruratan Obstetrik adalah suatu keadaan klinik yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kesakitan yang berat bahkan kematian ibu dan janinnya.
Secara umum terdapat 4 penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir,yaitu
macet (distosia)
World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di
dunia masih tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI
yang cukup tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan
sebanyak 69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara –
Negara Asia Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000
sebanyak 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei sebanyak 27 per 100.000 kelahiran
hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
Menurut Data Program Kasga Provinsi Jawa Tengah tahun 2016 menjelaskan
bahwa, AKI menggambarkan resiko yang dialami ibu dari kehamilan sampai pasca
bersalin yang telah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, status gizi ibu saat
1
kehamilan, kondisi sosial ekonomi juga dapat menunjang tidaknya kesehatan ibu
prenatal dan postnatal serta keadaan sosial ekonomi ibu yang rendah. Tingginya
kasus kematian ibu di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 602 kasus atau setara dengan
109,65 per 100.000 kelahiran hidup dengan prosentase 63,12 % diakibatkan oleh
kematian maternal waktu nifas, 22,92% pada waktu hamil dan 13,95 pada waktu
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abortus
lain :
1. Abortus iminens
Abortus iminens didiagnosis bila seorang wanita yang sedang hamil <
selama beberap hari atau berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut
bawah atau nyeri punggung bawah. seperti saat menstruasi. Sekitar 50%
abortus iminens akan menjadi abortus komplit atau inkomplit, 50% kasus
1) Perdarahan dari jalan lahir (biasanya sedikit) dan nyeri perut tidak
3
2) Pemeriksaan dalam – Terdapat fluksus, ostium uteri tertutup, dan
3) Pemeriksaan penunjang
c) Meragukan
d) Tidak baik dan janin/ embrio sudah mati atau tidak ada.
2. Abortus Insipiens
nyeri karena kontraksi kuat uterus serta terdapat dilatasi serviks, sehingga
rahim.
menonjol.
4
2. Pengelolaan
3. Abortus Inkomplit
ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing sehingga
kembali.
mengalami syok.
b. Pengelolaan
5
1) Perbaikan keadaan umum; syok harus diatasi bila muncul, bila Hb
3) Pemberian uterotonika
4. Abortus Komplit
Bila hasil konsepsi lahir lengkap abortus disebut komplit, dan kuretase
tidak perlu dilakukan. Pada setiap abortus, jaringan yang terlahir harus
setelah 10 hari, karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan
5. Abortus Habitualis
kali berturut – turut atau lebih. Angka kejadiannya jauh lebih sedikit
daripada abortus spontan (kurang dari 1%) dan lebih sering terjadi pada
primi tua.
a. Dasar diagnosis
6
1) Kelainan genetik (kromosomal)
3) Kelainan anatomis
6. Abortus provokatus
b. Mekanisme
3) Histerotomi/ histerektomi
B. Molahidatidosa
7
a. Etiologi
2. Usia – Resiko meningkat pada ibu hamil berusia < 20 tahun dan > 35
tahun.
translokasi seimbang.
2. Diagnose
a. Perdarahan pervaginam
8
b. Uterus lebih besar dari lamanya amenorea
jantung anak.
mikroskopis memeperlihatakan:
g. Ketiadaan vaskularisasi.
3. Pengelolaan
tahap:
keluar dan keadaan umum penderita stabil, atau dapat dilakukan dengan
9
persiapan bila gelembung mola belum keluar dan serviks masih tertutup.
dengan kuret tajam. Sediaan patologi anatomi diambil dari jaringan yang
5. Profilaksis
penderita resiko tinggi (GRT), yakni berusia > 35 tahun dengan jumlah
atau bebrapa hari kuretase. Kista lutein tidak perlu diangkat, bila
menolak atau tidak dapat menjalani HT, atau bila penderita masih
10
Terkadang nidasi terjadi terjadi di fimbria. Dari bentuk – bentuk
terjadi di ampula tuba. Implantasi telur dapat bersifat kolumnar, artinya terjadi
di puncak lipatan seleput tuba, dan telur terletak di dalam lipatan selaput
lendir. Bila kehamilan pecah, pecahan masuk ke dalam lumen tuba (abortus
artinya terjadi di dalam lipatan selaput lendir, dan telur masuk ke dalam
lapisan otot tuba karena tuba tidak mempunayi desidua. Bila kehamilan pecah,
a. Nyeri perut – gejala ini paling sering dijumpai dan terdapat pada
atas perut. Bila kavum abdomen terisi darah lebih dari 500 ml, perut
akan menegang dan terasa nyeri bila ditekan, usus terdistensi, dan
digerakkan).
11
b. Amenorea – walau amenorea sering dikemukakan dalam anamnesis,
kehamilan ektopik tidak boleh dianggap mustahil terjadi bila gejala ini
Solusio plasenta
d. Syok hipovolemik – tanda – tanda syok lebih nyata bila pasien duduk.
berusia sama.
12
volume darah. Hal ini memerlukan waktu 1 – 2 hari sehingga kadar
leukosit tetap normal atau hanya naik sedikit bila perdarahan terjadi
D. Pre eklamsi
pada perempuan hamil yang tadinya normotensif. Penyakit ini timbul setelah
minggu ke-20 dan paling sering terjadi pada primigravida berusia muda.
1. Diagnosis
13
b. Proteinuria ditegakkan bila kadar protein ≥ 300 mg dalam 24 jam
kreatinin ≥ 0,3.
mmHg.
penglihatan.
h. Nyeri ulu hati yang menetap. Semakin tinggi tekanan darah dan
3. Etiologi
14
b. Terpajan vili korialis berlebihan (hiperplasentosis), misalnya pada
E. Eklamsia
atau masa nifas yang disertai gejala – gejala preeklampsia (hipertensi, edema
terjadi.
15
b. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis) – Seluruh badan kaku,
rahang membuka dan menutup begitu pula mata, otot muka dan otot
lidah sendiri.
Bila sadar kembali, penderita tidak ingat sama sekali apa yang telah
3. Penyebab
4. Diagnosis
dan atrof kuning akut dari hati harus disingkirkan. Diagnosis eklampsia
yang terjadi lebih dari 24 jam pascasalin harus dicurigai. Namun demikian,
16
semua ibu dalam masa kehamilan dan masa yang mengalami kejang dan
bukan.
F. Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir dalam kurun
1. Faktor penyebab
dinding rahim
G. Solusio Plasenta
17
Plasenta normalnya terlepas setelah anak lahir. Solusio plasenta berarti
a. Etiologi
kejadiannya
c. Trauma
b. Patologi
18
mencapai tepi plasenta dan mengalir keluar diantara selaput janindan
dinding rahim.
c. Gejala
c. Rahim keras – Seperti papan dan nyeri ketika dipegang karena isi
terasa nyeri serta uterus yang tegang dan nyeri. Setelah plassenta lahir,
H. Ruptur Uteri
19
Ruptura uteri terjadi jika terdapat robekan dinding uterus saat
yang mengancam nyawa ibu dan janin. Ruptura uteri dapat bersifat komplit
lapisan dinding uterus terpisah. Sedangkan ruptur uteri inkomplit terjadi jika
rongga abdomen dan rongga uterus masih dibatasi oleh peritoneum viserale.
Bila terjadi ruptur uteri total maka biasanya akan berakibat fatal bagi ibu dan
janin.
vakum, plasenta akreta, dan partus macet. Tanda dari ruptur uteri berupa
diagnosis ruptur uteri ditegakkan dengan ditemukannya Van Bandl Ring yang
semakin tinggi, segmen bawah uterus menipis, nyeri abdomen, his kuat terus
menerus, dan tanda gawat janin. Manajemen yang dilakukan setelah terjadi
I. Distosia Bahu
20
Distosia bahu adalah suatu keadaan gawat darurat yang tidak dapat
diprediksi dimana kepala janin sudah lahir tetapi bahu terjepit dan tidak dapat
dilahirkan. Diagnosa :
1. Kepala janin lahir tetapi bahu tetap terjepit kuat didalam vulva
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
adanya makalah ini diharapkan penyebab kematian ini dapat kita minimalisir
DAFTAR PUSTAKA
22
Siwi, Elisabeth Walyani. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal &
23