Disusun Oleh :
Bunga Febrita Sari
Husnul Muawanah
Farida
Seneng wahyuti
VISI
“Menghasilkan lulusan bidan yang berkarakter islami, unggul dalam pelayanan kebidanan
holistik berbasis komplementer”
MISI
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini membahas tentang “ komlikasi dalam
kehamilan ”.
Dengan disusunnya paper ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam pembelajaran
mata kuliah pelayanan kebidanan dalam sytem pelayanan kesehatan sehingga pembelajaran
menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam memahami topik
pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan paper ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan paper ini, penulis
banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga modul ini dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam
waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan
(Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo (2009 : 53), mengatakan
bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini
berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung
adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 :
54). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan dengan AKI
di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara. Seperti di banyak negara lainnya, penyebab
utama kematian ibu adalah perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat
terjadi selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh perdarahan
menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis.
Ironisnya semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang
sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola
secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab
langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasanya perdarahan pasca persalinan),
sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman
(13 %), dan sebab-sebab lain (8 %).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
2. Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kehamilan
A. Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan perhatian dan
dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003 : 19). Kehamilan adalah hasil dari
pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur
(ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125). Kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Hanafiah, 2008 : 213). Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama
sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang
untuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat,
kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Sarwono
Prawirohardjo, 2000).
1) Perdarahan
2) Pre-eklampsia/eklampsia
4) Hidramnion
1) Penyakit Jantung
2) Tuberculosis
3) Anemia
4) Malaria
Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama
yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu
seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat
disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin
bagian bawah (Depkes RI, 2000).
a. Klasifikasi perdarahan
1. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi pada pagi
hari sewaktu bangun tidur.
c. Penanganan
Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show (perdarahan
inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal maupun
vaginal.
Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka kehamilan
dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan observasi dengan teliti.
2. Solusio plasenta
Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum
janin lahir.
Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian
janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapat terjadi
gangguan pembekuan darah.
b. Penanganan
Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan
inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit
(Saifuddin, 2002 : 92).
1. Letak Lintang
Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu. Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul (Hariadi, 1999).
a. Penyebab
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Faktor – faktor
tersebut adalah :
1) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta
previa, dan tumor – tumor pelvis.
2) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.
5) Lumbar skoliosis.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek (Hariadi, 1999).
b. Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika
lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih
dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).
c. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-
9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebih sukar
lahir, karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003)
d. Penyebab
Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat berasal dari pihak ibu (keadaan
rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali pusat pendek, hidrosefalus,
kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas) (Dewi, 2009).
e. Penanganan
Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika
lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih
dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).
E. Hidromion
Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak pada
trimester III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah
air ketuban ½ sampai 1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya,
yang menyebabkan keluhan -keluhan sebagai berikut :
2 Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban ?2 liter.
4. Penyebab
Yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban dapat
bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya air kencing anak atau
cairan otak pada anenchepalus
Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan
pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk
ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia
aesophagei, anenchepalus atau tumor-tumor plasenta.
Misalnya bagian kerongkongan yang tidak berlubang atau usus 12 jari yang tersumbat.
Sehingga memberikan dampak cairan ketuban lebih banyak dari sebenarnya. Dalam keadaan
normal, bayi dalam kandungan selain akan meminum juga akan membuang air kecil dan buang air
besar.
1. Adanya infeksi
Infeksi bisa menyebabkan produksi air ketuban lebih sedikit atau lebih banyak.
a. Sesak nafas.
3. Klasifikasi
a. Hidramnion kronis
Banyak dijumpai pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.
1. Hidramnion akut
Terjadi pertambahan air ketuban secara tiba-tiba dan secara dalam waktu beberapa hari saja.
Biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke 5 dan ke 6 (Mochtar, 1998).
2. Penanganan
Jika gejala hidramnion tergolong ringan, anjurkan klien berpantang garam dan dilakukan
observasi dan memonitor jumlah air ketuban. Jika jumlah air ketuban bertambah banyak, maka
diberikan obat untuk mengurangi sesak dan sakit. Dan jika diperlukan maka akan memasukkan
jarum ke dalam kantong air ketuban untuk mengeluarkan sebagian cairan tersebut.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
ditunggi 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (Manuaba, 1998 : 229). Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
(Sarwono, 2008).
a. Penyebab
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1. Serviks inkompeten.
4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
sefalopelvik disproforsi.
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
b. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.
2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
a. Penanganan
Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
dan persalinan prematuritas.
3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu
72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.
6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distantia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.
7. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak
terjadi his spontan (Manuaba, 1998 : 232).
G. Penyakit Jantung
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan janin dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim dan
juga dapat terjadi abortus. Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut
jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung.
Puncak-puncak keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :
3. Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar
untuk membentuk ASI.
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesak napas, jantung berdebar, dada terasa
berat (kadang-kadang nyeri), nadi cepat, kaki bengkak. Keluhan-keluhan tersebut timbul di waktu
kerja berat. Sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau
sedang beristirahat/berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat
(Dewi, 2009).
b. Penanganan
Bila bidan mencurigai terjadi penyakit jantung dalam kehamilan sebaiknya melakukan
rujukan atau konsultasi kepada dokter. Pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantung
sebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalu memberikan gangguan terhadap
kerja jantung (Manuaba, 1998 : 273).
H. Tubercolusis
Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain batuk lama tak sembuh-sembuh,
tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak berpengaruh
secara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularan selama kehamilannya. Janin baru
akan tertular setelah dilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah berat dapat menurunkan kondisi tubuh
ibu hamil, tenaga dan termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi
ASI kepada bayinya secara langsung (Dewi, 2009).
b. Penanganan
Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit
dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan
yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur (Mansjoer, 2001 : 287).
I. Anemia
Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses
persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr %
pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan
(Prawirohardjo, 2008 : 281).
Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %. Angka tersebut
juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh
karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal, yaitu dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau
pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan terakhir.
a. Gejala dan tanda
Gejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat
dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009). Keluhan yang dirasakan ibu
hamil adalah lemas badan, lesu, lekas lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh
anemia terhadap kehamilan antara lain dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah
sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan persalinan
prematur (Dewi, 2009).
b. Penanganan umum
Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari
sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, : 187).
J. Malaria
Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan
anemia dan dapat menyebabkan keguguran.
Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain panas tinggi, menggigil sampai keluar
keringat (demam), sakit kepala, muntah-muntah, hipogilkemia, edema paru akut. Bila penyebab
malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan
kehamilannya. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain abortus/keguguran, kematian janin dalam
kandungan, dan persalinan prematur (Dewi, 2009).
b. Penanganan
Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300 mg/minggu.
K . Diabetes Mellitus
Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah
cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel
tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.
1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar dengan berat badan lahir
bayi lebih dari 4 000 gram.
2) Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir.
3) Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium), yang disebut glikosuria.
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan
berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar
gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning. Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan
tergantung pada berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan diabetes
mellitus menjadi lebih sulit karena pengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat diabetes
mellitus dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasi seperti koma (Dewi, 2009).
b. Penanganan
Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan makanan,
berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita
penyakit ini (Prawirohardjo, 2008 : 290).
Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu
hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, dalam
Wylie). Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan
hanyaterdiagnosis melalui krinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi ada komplikasi
gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan
kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan selama
kehamilan.
Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus tidak diketahui sehingga disebut
hipertensiesensial. Namun demikian pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat
sekunder proses penyakit lainnya, seperti : ginjal, defek adrenal, komplikasi terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
1. Hipertensi Esensial
2. Penyakit Ginjal
3. Hipertensi Esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter faktor
emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar
140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala gejala lain seperti kelainan jantung,
arteriosklerosis,perdarahan otak,dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan
penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia
kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah, dapat
disertai proteinuria dan edema. Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah : wanita
hamil multipara dengan usia lanjut dan kasus toksemia gravidarum. Penanganan dilakukan saat
dalam kehamilan dan dalampersalinan. Penanganan dalam kehamilan meliputi : pemeriksaan
antenatal yang teratur, cukup istirahat monitor penambahan berat badan dan melakukan pengawasan
ibu dan janin, pemberian obat (anti hipertensi dan penenang), terminasi kehamilan dilakukan jika
ada tanda-tanda hipertensi ganas. Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap
kala persalinan secsio sesarea dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk
ibu dan janin kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah :
pemakaian alat kontrasepsi bagi wanita dengan jumlah anak belum cukup.
C. Penyakit Ginjal Hipertensif
Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan
glomerulonefritis akut dan kronik pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1%
secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara :
· pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal,
· pemeriksaan retina,
· pemeriksaan umum,
· pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing, dan
· pemeriksaaan darah lengkap.
Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah :
· pemerilksaan antenatal yang teratur
· pengawasan pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu.
1. Hipertensi esensial
Hipertensi pre-existeng dikenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Hipertensi esensial
sudah dibahas pada awal sub bab ini.
5. Eklamsia
Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi
pre-eklamsia tanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-eklamsia.
Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling beresiko
adalah : periode pascanatal. Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian, perdarahan serebral
edema paru, ARDS, gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko mengalami kejang
berulang, sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan pemberian Magnesium
Sulfat secara intravena.
16
0
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan
sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian
pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi
kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu
hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah
dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya.
Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko
dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat
bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
JURNAL PENELITIAN TERKAIT
Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito. Medika
FK UGM : Yogyakarta
Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta
Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu. Penerbit Media
Aesculapius FKUI : Jakarta
Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta
Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC : Jakarta
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta
Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina pustaka : Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan Dan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku
Kedokteran ECG : Jakarta
www.badilag.net. Adnan Qohar (2007). Pengertian Etika dan Profesi Hukum.
Jombang
www.blogspot.com. Anonim (2009). Pre-Eklamsia dan Eklamsia. Padang
www.blogspot.com. Dewi Ratih (2009). Deteksi Dini Terhadap Komplikasi.
www.blogspot.com. Lashanta. Kehamilan dengan Letak Lintang.
www.digilib.ac.id. Anonim. Kehamilan.
www.digilib.unimus.ac.id. Rika Dewi. Kehamilan.
www.repository.usu.ac.id. Anonim. Kehamilan. Sumatera Utara
Laporan hasil penelitian
Abstrak: Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010 yaitu sekitar 350/100.000 kelahiran hidup,
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional dan provinsi lainnya. Kabupaten Bima merupakan salah satu
kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki kasus kematian ibu yang cukup tinggi pada periode tahun 2011-
2012 yaitu 20 kasus. Depkes RI membagi 3 faktor yang mempengaruhi kematian ibu yaitu faktor medik, faktor non medik
dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor risiko yang mempengaruhi kematian
ibu, yang terdiri dari faktor medik, non medik dan pelayanan kesehatan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus kontrol,
dengan jumlah sampel sebanyak 20 kasus dan 60 kontrol. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner,
kemudian melakukan verifikasi dengan register yang ada di bidan, KMS ibu hamil dan dokumen otopsi verbal. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test dan multivariat dengan metode regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dijumpai meningkatkan risiko kematian ibu adalah kadar Hb<10 gr% (OR=15,19;
95%CI: 3,25-70,97), keterlambatan pengambilan keputusan (OR=9,28; 95%CI: 2,15-84,80) dan keterlambatan penanganan
medis di fasilitas rujukan (OR=13,16; 95%CI: 2,28-104,86). Faktor yang paling berkontribusi terhadap kematian ibu adalah
kadar Hb<10 gr%. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan kadar Hb ibu hamil, peningkatan kemampuan
bidan/dokter dalam memberikan penanganan dasar kegawat-daruratan obstetrik di puskesmas dan penanganan obstetrik
esensial komprehensif di rumah sakit serta perbaikan sistem rujukan merupakan upaya pencegahan terhadap risiko
kematian ibu.
Kata kunci: kematian ibu, faktor risiko, kasus kontrol, Bima, Nusa Tenggara Barat
Abstract: The maternal mortality rate (MMR) in West Nusa Tenggara Province in 2010 is about 350/100,000 live births. This
figure is higher than national and other provincial figures. Bima that constitutes a regency of West Nusa Tenggara Province
has high maternal mortality cases for period of 2011-2012, namely 20 cases. The Ministry of Health classified 3 factors that
affect maternal mortality, namely: medical, non-medical and health service factors. The study was aimed at finding out the
risk factors that affect maternal mortality. This study is a case control study with the total samples of 20 cases and 60
controls. The data were collected through interviews by using the questionnaires. The collected data were then cross-
checked with the registers existing at midwives, health record cards of pregnant women and verbal autopsy documents. The
univariate, bivariate and multivariate analyses were done. Bivariate analysis was using chi square test and multivariate
analysis was using logistic regression. The study revealed that factors which increase the maternal mortality rate are the
level of Hb<10 gr% (OR=15.19; 95%CI: 3.25–70.97), delayed decision-making (OR=9.28; 95%CI: 2.15–84.80) and delayed
medical treatment at referral facilities (OR=13.16; 95%CI: 2.28–104.86). As conclusion, the most contributing factor to
maternal mortality is the level of Hb<10 gr%. The efforts to reduce mortality rate should be conducted including increasing
Hb level of pregnant women, improving basic obstetric emergency handlings at community health centres for
midwives/medical doctors and to improve better referral systems.
Keywords: maternal mortality, risk factors, case control study, Bima, West Nusa Tenggara
126
Pendahuluan dirujuk serta ketidakmampuan ibu hamil untuk
membayar biaya transpor dan perawatan di
Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator rumah sakit; 3) faktor pelayanan kesehatan,
dasar untuk menilai mutu pelayanan kesehatan yang terdiri dari penolong persalinan, tempat
ibu atau wanita pada masa reproduksi. persalinan, cara persalinan, penanganan medis
Kematian ibu sendiri didefinisikan sebagai pada kasus rujukan, penerapan prosedur tetap
kematian seorang wanita yang terjadi selama penanganan kasus gawat darurat kebidanan
masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah belum dilakukan secara konsisten, kemampuan
berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari bidan di desa yang belum optimal dalam
lama dan lokasi kehamilan, oleh setiap menangani kasus kegawadaruratan
penyebab yang berhubungan atau diperberat 5
kebidanan. Berdasarkan uraian di atas,
oleh kehamilan atau penanganannya tetapi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bukan oleh kecelakaan atau insidental.1 AKI faktor risiko kematian ibu di Kabupaten Bima
masih merupakan masalah yang cukup besar di periode tahun 2011-2012.
berbagai negara, terutama di negara
berkembang dengan segala faktor risiko yang
mempengaruhinya.2 AKI di negara berkembang Metode
diperkirakan mencapai sebesar 240/100.000
kelahiran hidup (KH), atau 15 kali lebih tinggi Penelitian ini adalah analitik observasional,
daripada di negara maju yang memiliki AKI menggunakan rancangan kasus-kontrol.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebesar 16/100.000 KH.3
Salah satu daerah di Indonesia dengan sebanyak 80 yang terdiri dari 20 sampel kasus
AKI yang cukup tinggi adalah Provinsi NTB dengan 60 sampel kontrol yang diperoleh
dengan Kabupaten Bima menjadi penyumbang melalui perhitungan menggunakan rumus
kasus kematian ibu tertinggi sebesar 20 kasus sampel multiple control.6 Sampel kasus diambil
pada periode tahun 2011-2012. Kasus dari seluruh kasus kematian ibu di Kabupaten
Bima periode tahun 2011-2012, sedangkan
kematian dilaporkan 80% terjadi di rumah sakit
dan 20% terjadi pada saat perjalanan menuju sampel kontrol adalah ibu pasca persalinan
fasilitas rujukan.4 yang tidak mengalami kematian pada periode
yang sama, yang diambil dari register bidan
Depkes RI mengelompokkan faktor risiko
kematian ibu menjadi tiga, yaitu: 1) faktor desa dengan cara acak sederhana.
medik, yang terdiri dari: umur ibu yang terlalu Pengumpulan data primer pada kasus
muda atau tua pada waktu hamil, jumlah anak kematian ibu adalah melalui wawancara
terlalu banyak, jarak antar kehamilan terlalu dengan menggunakan kuesioner pada keluarga
ibu yang meninggal (suami, orang tua, saudara
dekat, adanya komplikasi yang terjadi pada
atau mertua) yang mengetahui riwayat
masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
beberapa keadaan yang memperberat derajat kejadian kematian ibu. Sedangkan pada kontrol
dikumpulkan dengan melakukan wawancara
kesehatan ibu selama hamil (kekurangan gizi
dan anemia); 2) faktor non medik, terdiri dari: pada ibu pasca persalinan yang memenuhi
kurangnya akses ibu dalam mendapatkan syarat sebagai kontrol penelitian. Data
antenatal care, terbatasnya pengetahuan ibu sekunder diambil dari catatan kematian ibu,
data pada kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil,
tentang tanda-tanda bahaya (kehamilan,
persalinan maupun nifas), ketidakberdayaan catatan persalinan, register kohor ibu hamil
ibu hamil dalam pengambilan keputusan untuk dan dokumen otopsi verbal.
dirujuk, 127
Variabel terikat pada penelitian ini Hasil
adalah kematian ibu, sedangkan variabel bebas
yang diteliti meliputi umur ibu, paritas, jarak Dari 20 kematian ibu yang tercatat Dinas
kehamilan, status gizi, kadar hemoglobin, Kesehatan, semua keluarga berhasil dihubungi
antenatal care, pemanfaatan fasilitas dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
kesehatan, penolong persalinan, cara Subjek tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten
persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan Bima dengan kasus kematian ibu tertinggi
rujukan, keterlambatan rujukan, akses berada di Kecamatan Sape (5 kasus), diikuti
transportasi, pelaksanaan program Monta (3 kasus), Langgudu, Wera, Palibelo
perencanaan dan pencegahan komplikasi masing-masing sebanyak 2 kasus, kemudian
(P4K), puskesmas pelayanan obstetri neonatal Belo, Wawo, Ambalawi, Bolo, Sanggar dan
emergensi dasar (PONED) dan desa siaga. Donngo, masing-masing 1 kasus. Sebagian
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara besar kematian ibu terjadi pada masa nifas
bivariat dengan uji chi square dan multivariat (55%), saat bersalin (40%) dan saat hamil
dengan uji regresi logistik. sebanyak (5%). Penyebab kematian tertinggi
Penelitian ini sudah dinyatakan laik etik yaitu perdarahan (60%), preeklamsia/eklamsia
dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran (15%), infeksi nifas (10%), hiperemesis
Universitas Udayana dan RSUP Sanglah gravidarum (5%), serta penyakit yang
Denpasar. memperburuk kondisi ibu (jantung dan
oedema paru) sebesar 10%.
Tabel 1. Crude OR faktor risiko medik yang berhubungan dengan kematian ibu di
Kabupaten Bima tahun 2011-2012
Faktor medik Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
(n=20) (n=60)
(%) (%)
Umur ibu
≤20 atau ≥35 tahun 8 (40,0) 12 (20,0) 2,66 0,89-7,97 0,075
20–35 tahun 12 (60,0) 48 (80,0)
Jumlah kelahiran
≥3 10 (50,0) 9 (15,0) 5,66 1,83-17,49 0,002
1–3 10 (50,0) 51 (85,0)
Jarak kelahiran
≤24 bulan 12 (60,0) 27 (45,0) 1,83 0,65-5,13 0,248
≥24 bulan 8 (40,0) 33 (55,0)
Status gizi
Kurang energi kronis (KEK) 7 (38,9) 15 (25,4) 1,86 0,61-5,68 0,271
Tidak KEK 11 (61,1) 44 (74,6)
Kadar hemoglobin
<10 gr% 14 (77,8) 12 (20,3) 13,70 3,81-49,26 0,000
≥10 gr% 4 (22,2) 47 (79,7)
128
Hasil análisis bivariat faktor risiko medik Demikian pula faktor pelayanan
yang meningkatkan risiko kematian ibu adalah kesehatan yang berhubungan dengan risiko
kadar hemoglobin. Kadar Hb<10gr% dapat kematian ibu adalah cara melahirkan,
meningkatkan risiko ibu sebesar 13,7 kali keterlambatan penanganan medis dan
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar pelaksanaan P4K. Hal ini berarti bahwa ibu
Hb ≥10gr%. Jumlah kelahiran ibu hamil atau yang melahirkan dengan cara tindakan,
melahirkan dengan jumlah anak >3 dapat meningkatkan risiko kematian ibu sebesar 3,6
meningkatkan risiko 5,6 kali dibandingkan kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
dengan ibu hamil yang memiliki anak ≤3 orang, dengan cara spontan atau normal. Selanjutnya
seperti terlihat pada Tabel 2. faktor keterlambatan penanganan medis di
Faktor risiko non medik yang fasilitas rujukan dapat meningkatkan risiko
berhubungan dengan kematian ibu adalah kematian ibu sebesar 30 kali dibandingkan
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dengan ibu hamil atau melahirkan yang dalam
untuk dirujuk. Hal ini meningkatkan risiko waktu 30 menit langsung mendapatkan
kematian ibu sebesar 13,5 kali bila penanganan medis. Kemudian program P4K
dibandingkan dengan ibu yang tidak dapat meningkatkan risiko kematian ibu
mengalami keterlambatan pengambilan sebesar 9,3 kali dibandingkan dengan ibu hamil
keputusan untuk dirujuk. Besarnya hubungan yang ikut serta dalam program P4K, seperti
faktor non medik, dapat dilihat pada Tabel 2. yang terlihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 2. Crude OR faktor risiko non medik yang berhubungan dengan kematian ibu
di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
Faktor non medik Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
(%) (%)
Pemeriksaan kehamilan
Bukan tenaga kesehatan 2 (10,0) 1 (1,7) 6,55 0,56-76,56 0,091
Tenaga kesehatan 18 (90,0) 59 (98,3)
Frekuensi antenatal care
≤4 kali 11 (61,1) 26 (44,1) 1,99 0,67-5,86 0,208
≥4 kali 7 (38,9) 33 (55,9)
Keterlambatan pengambilan
keputusan untuk dirujuk
30 menit 15 (75,0) 2 (18,2) 13,50 2,15-84,68 0,003
≤30 menit 5 (25,0) 9 (81,8)
Akses transportasi
Tidak tersedia 5 (25,0) 12 (20,0) 1,33 0,40-4,39 0,638
Tersedia 15 (75,0) 48 (80,0)
Keterlambatan dalam
perjalanan rujukan
≥2 jam 8 (40,0) 1 (9,1) 6,66 0,70-62,73 0,074
≤2 jam 12 (60,0) 10 (90,9)
129
Analisis multivariat dilakukan dengan regresi Pada Tabel 4 terlihat bahwa kadar
logistik terhadap faktor risiko yang memiliki Hb<10gr% merupakan faktor yang paling
nilai p<0,1 pada analisis bivariat, untuk berperan meningkatkan risiko kematian ibu
mengetahui seberapa besar pengaruh faktor sebesar 15,19 kali, dibandingkan dengan ibu
risiko tersebut dapat meningkatkan kejadian hamil dengan kadar Hb≥10gr%. Keterlambatan
kematian ibu. Berdasarkan hasil analisis penanganan medis di tempat rujukan dapat
bivariat terdapat sembilan faktor risiko yang meningkatkan risiko kematian sebesar 13,16
memiliki nilai p<0,1 yaitu umur ibu, jumlah kali, dibandingkan dengan ibu yang
kelahiran, jarak kelahiran, kadar Hb, mendapatkan penanganan medis yang tepat.
pemeriksaan kehamilan, cara persalinan, Demikian pula dengan faktor keterlambatan
keterlambatan pengambilan keputusan, pengambilan keputusan untuk merujuk
keterlambatan perjalanan untuk rujukan, meningkatkan risiko kematian ibu sebesar 9,28
penanganan medis dan pelaksanaan P4K. kali, dibandingkan dengan pengambilan
Analisis multivariat regresi logistik dengan keputusan untuk dirujuk tepat waktu. Dari
metode enter didapatkan beberapa faktor ketiga faktor tersebut, faktor kadar
risiko yang berkontribusi terhadap kejadian hemoglobin merupakan faktor yang paling
kematian ibu di Kabupaten Bima tahun 2011- dominan meningkatkan risiko kematian ibu di
2012, seperti terlihat pada Tabel 4. Kabupaten Bima tahun 2011 - 2012.
Tabel 3. Crude OR faktor risiko pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kematian
ibu di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
Faktor pelayanan Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
kesehatan (%) (%)
Penolong persalinan
Bukan tenaga kesehatan 3 (16,7) 6 (10,0) 1,80 0,40-8,06 0,440
Tenaga kesehatan 15 (83,3) 54 (90,0)
Tempat persalinan
Bukan fasilitas kesehatan 4 (22,2) 5 (8,3) 3,14 0,74-13,26 0,108
Fasilitas kesehatan 14 (77,8) 55 (91,7)
Cara persalinan
Tindakan 7 (38,9) 9 (15,0) 3,60 2,10-11,77 0,029
Spontan 11 (61,1) 51 (85,0)
Penanganan medis
>30 menit 15 (75,0) 1 (9,1) 30,00 3,03-196,62 0,001
<30 menit 5 (25,0) 10 (90,9)
Puskesmas PONED
Bukan PONED 15 (75,0) 45 (75,0) 1,09 0,34-3,48 0,884
PONED 5 (25,0) 15 (25,0)
Pelaksanaan P4K
Tidak ikut P4K 14 (70,0) 12 (20,0) 9,33 2,96-29,37 0,000
Ikut P4K 6 (30,0) 48 (80,0)
Desa siaga
Bukan desa siaga 12 (60,0) 36 (60,0) 1,00 0,35-2,80 1,000
Desa siaga 8 (40,0) 24 (40,0)
130
Tabel 4. Adjusted OR faktor risiko kematian ibu di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
95%CI
Batas Batas
Faktor Risiko OR Nilai p
bawah atas
Paritas 2,81 0,57 13,88 0,204
Kadar hemoglobin 15,19 3,25 70,97 0,001
Cara persalinan 3,26 0,65 16,34 0,150
Keterlambatan pengambilan keputusan 9,28 2,15 84,68 0,048
Keterlambatan perjalanan merujuk 3,57 0,20 63,50 0,386
Keterlambatan penanganan medis di tempat 13,16 2,281 104,86 0,027
rujukan
Program P4K 1,47 0,27 8,00 0,656
133
134
JPPKMI 1 (2) (2020)
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi
Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di Puskesmas Kramat Jati
Jakarta Timur Tahun 2019
1
Program Pasca sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
Hypertension or high blood pressure is an increase in persistent pressure in arterial blood vessels, where systolic blood pressure ≥
130 mmHg and diastolic pressure ≥ 80 mmHg. in November 2017 there were 102 pregnant women with hypertension while in
December 2017 there were 148 pregnant women with hypertension, this indicates that pregnant women with a high risk caused
by hypertension are increasing every day. The purpose of this study is to find out and explain the factors related to the incidence
of hypertension in pregnant women in The Kramat Jati Health Center in East Jakarta in 2019. This type of research is
descriptive analytics with cross sectional research design. The population in this study was all pregnant women whose
gestational age was 20 weeks and above, with a sample of 94 respondents. Data collection using questionnaire recapitulation.
Data analysis using Chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that variables related to hypertension
incidence in pregnant women are history of hypertension (p=0.009), exposure to cigarette smoke (p=0.010), obesity (p=0.000),
pregnancy stress (p=0.000) and parity (p=0.047). Variables that are not related to the incidence of hypertension in pregnant
women are olaraga pregnant women, salt consumption and age. The dominant variable in this study was obesity OR 95%CI=
8,911 2,690-29,519. It is recommended in puskemas to promote health about hypertensive disease, and some risk factors related
to hypertensive disease such as maintaining weight to stay ideal, reducing interactions with smokers, and keeping from stress
and also to conduct blood pressure checks while pregnant, especially for those who have a history of hypertension in previous
pregnancies.
© 2020 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Jl. Bambu Apus I no.3 Cipayung, Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13890
E-mail: titiarikah53@gmail.com
115
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
116
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
pernah melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. puskesmas (PONED) dan memperkuat sistem
Menurut hasil penelitian Ridha (2013) rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas
menunjukkan adanya hubungan dengan dan rumah sakit.
hipertensi antara tingkat stres yang dialami oleh Sistem surveilans PTM di Kota
ibu hamil yaitu sebesar 47,6%. Administrasi Jakarta Timur mengklasifikasikan
Berdasarkan data Riskesdas (2013), kasus baru hipertensi pada tahun 2016
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat berjumlah 52.288 kasus. Kasus baru hipertensi
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun tertinggi sepanjang tahun 2016 terdapat di
sebesar 25,8 persen yang terdiri dari laki laki Puskesmas Kecamatan Cipayung sebanyak
22,8% dan 28,8% perempuan. Prevalensi 9.264 dengan total jumlah kunjungan 23.499
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti kasus, di ikuti Puskesmas Keramat Jati 7166
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur kasus dan Puskesmas Pulogadung 6488 kasus,
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%), sedangkan sedangkan jumlah terendah terdapat di
hipertensi di Provinsi DKI Jakarta dengan Puskesmas Kecamatan Makasar sebanyak 1.908
prevalensi 20,0%. kasus (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,
Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi 2017).
yang didapat melalui pengukuran pada umur Data dari dinas kesehatan Jakarta Timur
≥18 tahun dari tahun 2013 – 2018, dari 25,8% pada tahun 2016 ditemukan Kunjungan kasus
meningkat menjadi 34,1%. Prevalensi tertinggi hipertensi di Puskesmas Keramat Jati pada
adalah kalimantan selatan (44,1%) dan terendah tahun 2017 berjumlah 23.499 dan 39,4%
di papua (22,2%). Sedangkan prevalensi merupakan kasus baru 7.335. Diperoleh angka
hipertensi berdasarkan diagnosis dokter sebesar kejadian hipertensi pada ibu hamil sebanyak
8,8%, prevalensi tertinggi adalah sulawisi utara 1.467 kasus. Berdasarkan data KIA di Keramat
(13,5%) dan terendah di papua (4,7%) Jati pada bulan November 2017 terdapat 202
(Riskesdas, 2018). orang ibu hamil yang hipertensi (preeklampsia-
Pada tahun 2017 di DKI Jakarta eklampsia) sedangkan pada bulan Desember
ditemukan 29,233 orang kasus hipertensi 2017 terdapat 248 orang ibu hamil yang
(34.95% terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun hipertensi (Preeklampsia-Eklampsia). Hal ini
), yang terdiri dari laki laki 34.39 % dan 35.24 % menunjukkan bahwa ibu hamil dengan risiko
perempuan, tersebar di 6 Kabupaten/Kota, tinggi yang disebabkan oleh hipertensi
kasus terbanyak di Jakarta Pusat 11,410 (Preeklampsia-Eklampsia) semakin hari
terbanyak kedua adalah Jakarta Timur yaitu semakin bertambah, tingginya kejadian
6,342 kasus. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan
prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun erat dengan angka kesakitan dan kematian
(pernah didiagnosis nakes) adalah 10,5% janin.
(Nasional 9,5 %). Sedangkan prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada METODE
umur ≥18 tahun sebesar 29,4 persen (Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, 2018). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Hipertensi pada kehamilan menjadi salah kerja Puskesmas Keramat Jati Jakarta Timur.
satu penyebab kematian ibu di DKI jakarta. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan
Pada tahun 2014 3 penyebab kematian ibu pada bulan Juni tahun 2019. Populasi pada
adalah anemia, eklamsia dan pendarahan. penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang
Beberapa upaya juga sudah dilakukan oleh usia kehamilannya 20 minggu keatas dan
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam jumlah sampel sebanyak 94 responden.
menurunkan jumlah kematian ibu yaitu dengan Pengambilan sampel yang digunakan adalah
meningkatkan kualitas pelayanan emergensi purposive sampling.
obstetri dan bayi baru lahir di RS (PONEK) dan Jenis penelitian yang digunakan dalam
117
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
penelitian ini adalah kuantitatif dengan Disain dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
penelitian cross sectional. Cara pengumpulan data memiliki riyawat hipertensi.
mengisi lembar kuesioner yang bersifat objektif, Wanita yang mengalami hipertensi pada
representatif, bisa mengukur dalam jumlah kehamilan pertama akan meningkat
besar, waktu singkat, hemat tenaga dan bisa mendapatkan preeklampsia pada kehamilan
menggali data yang berhubungan dengan berikutnya. Matello mengatakan kejadian
hipertensi pada ibu hamil. Analisis dengan preeklampsia akan meningkat pada kehamilan
menggunakan uji statistic chi-square dan regresi kedua bila ada kehamilan dengan jarak anak
logistic berganda. yang terlalu jauh. Cincotta juga menemukan
bahwa bila ada riwayat hipertensi maka
HASIL DAN PEMBAHASAN kemungkinan pada primigravida akan
meningkat empat kali (Mardiani, 2013).
Hasil Analisis Univariat Sebagian besar responden yang menderita
Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa hipertensi adalah responden yang ada riwayat
ibu hamil yang ada riwayat hipertensi berjumlah hipertensi yaitu sebanyak 64,1% dan responden
39 responden (41,5%) sedangkan ibu hamil yang
tidak ada riwayat hipertensi berjumlah 55 Tabel 1. Distribusi frekuensi
responden (58,5%). ibu hamil yang terpapar Variabel Frekuensi Persentase
asap rokok berjumlah 61 responden (64,9%) Kejadian Hipertensi
sedangkan ibu hamil yang tidak terpapar asap Pada Ibu Hamil
rokok berjumlah 33 responden (35,1%). ibu Hipertensi 44 46.8
hamil yang obesitas berjumlah 49 responden Tidak Hipertensi 50 53.2
(52,1%) sedangkan ibu hamil yang obesitas Riwayat Hipertensi
berjumlah 45 responden (47,9%). ibu hamil Ada Riwayat 39 41.5
yang olaraganya tidak baik berjumlah 28 Tidak Ada Riwayat 55 58.5
responden (29,8%) sedangkan ibu hamil yang Paparan Asap Rokok
olaraganya baik berjumlah 66 responden Terpapar 61 64.9
(70,2%). Tidak Terpapar 33 35.1
Ibu hamil yang konsumsi garam berlebih Obesitas
berjumlah 53 responden (56,4%) sedangkan ibu Obesitas 49 52.1
hamil yang konsumsi garam normal berjumlah Tidak Obesitas 45 47.9
41 responden (43,6%) . ibu hamil yang umurnya Olaraga Ibu Hamil
berisiko berjumlah 46 responden (48,9%) Tidak Baik 28 29.8
sedangkan ibu hamil yang umurnya tidak Baik 66 70.2
berisiko berjumlah 48 responden (51,1%). ibu Konsumsi Garam
hamil yang primigravida berjumlah 38 Berlebih 53 56.4
responden (40,4%) sedangkan ibu hamil yang Normal 41 43.6
multigravida berjumlah 56 responden (59,6%). Stress Kehamilan
Hasil analisis bivariat Stress 52 55.3
Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tidak Stress 42 44.7
Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Umur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P Berisiko 46 48.9
value sebesar 0,009 artinya ada hubungan Tidak Berisiko 48 51.1
riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi Paritas
pada ibu hamil. Hasil OR= 3,383 artinya ibu Primigravida 38 40.4
hamil yang memiliki riwayat hipertensi Multigravida 56 59.6
berpeluang 3,3 kali menderita hipertensi Jumlah 94 100.0
118
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
yang tidak meiliki riwayat hipertensi sebagian hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang
besar adalah sebagian besar tidak menderita memiki riwayat hipertensi
hipertensi. hal ini menunjukan bahwa riwayat Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan
hipertensi pada kehamilan sebelumnya berperan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
penting terhadap kejadian hipertensi pada saat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
hamil. value sebesar 0,010 < 0,05 artinya ada hubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan antara paparan asap rokok dengan kejadian
penelitian yang dilakukan Radjamuda (2016) hipertensi pada ibu hamil. Hasil OR= 3,590
dari hasil penelitiannya didapatkan p value artinya ibu hamil yang terpapar asap rokok
sebesar 0,002. Sejalan juga dengan penelitian berpeluang 3,5 kali menderita hipertensi
Paskah Rina (2015) dari hasil penelitiannya dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
didapatkan p value sebesar 0,000 yang artinya terpapar asap rokok.
ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan Paparan asap rokok selama kehamilan
kejadian hipertensi pada ibu hamil. merupakan salah satu faktor penentu yang kuat
Peneliti berasumsi ibu hamil yang terhadap pertumbuhan janin dan risiko BBLR
mempunyai riwayat hipertensi akan mempunyai (Hanifah, 2017). Nikotin yang terdapat pada
risiko yang lebih besar untuk mengalami asap rokok merupakan zat vasokonstriktor yang
hipertensi pada kehamilan selanjutnya. Peran akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi darah dan meningkatkan kontraksi jantung,
terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa sehingga dapat meningkatkan tekanan darah
119
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
120
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
apabila ibu hamil melakukan olaraga yang juga tetap merukapan faktor risiko hipertensi
cukup atau melakukan olaraga yang rutin dapat kehamilan. Orang yang mengkonsumsi garam
berperan penting dalam menjaga kesehatan berlebih setiap hari dapat menyebabkan
tubuh. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini
bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut dikarenakan Konsumsi garam yang berlebihan
nadi berkurang, namun kekuatan memompa dapat meningkatkan tekanan darah karena
jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan garam bersifat menahan air sehingga volume
oksigen jantung pada intensitas tertentu, darah meningkat dan dapat menyebabkan
penurunan lemak badan dan berat badan serta penyempitan diameter pembuluh darah arteri.
menurunkan tekanan darah Keadaan ini memaksa jantung memompa lebih
Hubungan Konsumsi Garam Dengan Kejadian kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Hipertensi Pada Ibu Hamil Hubungan Stress Kehamilan Dengan Kejadian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Hipertensi Pada Ibu Hamil
nilai P value sebesar 0,481 > 0,05 artinya tidak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
ada hubungan antara konsumsi garam dengan value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan
kejadian hipertensi pada ibu hamil. antara stress kehamilan dengan kejadian
Secara teori Badan kesehatan dunia yaitu hipertensi pada ibu hamil Hasil OR = 6,044
World Health Organization (WHO) artinya ibu hamil yang mengalami stress
merekomendasikan pola konsumsi garam yang kehamilan berpeluang 6,0 kali menderita
dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. hipertensi dibandingkan dengan ibu hamil yang
Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak mengalami stress kehamilan.
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram Stres dapat meningkatkan tekanah darah
sodium atau 6 gram garam) perhari atau setara 1 sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat
sendok teh perhari (Kemenkes RI, 2016). sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
konsentrasi natrium di dalam cairan tekanan darah pun meningkat (Nuraini, 2015).
ekstraseluler meningkat. Untuk Bila level stress menurun makan tekanan darah
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke juga akan menurun (Casey & Benson, 2006).
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler Menurut hasil penelitian sebagian besar
meningkat. Meningkatnya volume cairan responden yang menderita hipertensi adalah
ekstraseluler tersebut menyebabkan responden yang mengalami stress kehamilan
meningkatnya volume darah, sehingga yaitu sebanyak 64,5%. Proporsi ini lebih besar
berdampak kepada timbulnya hipertensi dibandingkan dengan jumlah responden yang
(Nuraini, 2015). tidak stres yang menderita hipertensi, yaitu
Hasil penelitian ini bertentangan dengan sebesar 23,8%.
penelitian yang dilakukan Jaya Widyartha Hasil penelitian ini sejalan dengan
(2016) dari hasil penelitiannya didapatkan p penelitian yang dilakukan Andria (2012) dari
value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan hasil penelitiannya didapatkan p value sebesar
antara konsumsi garam dengan kejadian 0,047 yang artinya ada hubungan antara stress
hipertensi. Bertentangan juga dengan penelitian dengan kejadian hipertensi. Sejalan juga dengan
Solehatul Mahmudah, dkk (2015) dari hasil penelitian Yuliarti (2007) yang menyatakan ada
penelitiannya didapatkan p value sebesar 0,001 hubungan antara stress dengan kejadian
yang artinya ada hubungan antara konsumsi hipertensi.
garam dengan kejadian hipertensi. Peneliti berasumsi bahwa stres dapat
Peneliti berasumsi bahwa walaupun pada meningkatkan tekanan darah untuk sementara
penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan waktu. Ketika takut, gugup, dan dikejar waktu
konsumsi garam dengan kejadian hipertensi tekanan darah biasanya meningkat.Tetapi
kehamilan, akan tetapi konsumsi garam berlebih dalam sebagian besar kasus begitu mulai santai,
121
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
tekanan darah kembali turun lagi. Stres dapat hipertensi pada ibu hamil, umur masih
terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi merupakan faktor risiko kejadian hipertensi
tegang, perasaan tertekan, bersedih, ketakutan pada ibu hamil, hal ini disebebkan, hipertensi
dan merasa bersalah. Kondisi ini akan lebih sering didapatkan pada masa awal dan
merangsang anak ginjal untuk menghasilkan akhir usia reproduktif yaitu usia remaja atau di
hormon adrenalin yang akan memacu jantung atas 35 tahun. Ibu hamil < 20 tahun mudah
jantung untuk memompa darah lebih cepat dan mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih
kuat sehingga tekanan darah menjadi cepat menimbulkan kejang, sedangkan usia
meningkat. lebih 35 tahun juga merupakan faktor risiko
Hubungan Umur Dengan Kejadian Hipertensi untuk terjadinya hipertensi. Jadi wanita yang
Pada Ibu Hamil berada pada awal atau akhir usia reproduktif
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P lebih rentan menderita hipertensi saat hamil
value sebesar 0,416 artinya tidak ada hubungan Hubungan Paritas Dengan Kejadian
antara umur dengan kejadian hipertensi pada Hipertensi Pada Ibu Hamil
ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
Usia paling aman bagi seorang wanita value sebesar 0,047 artinya ada hubungan antara
untuk hamil dan melahirkan adalah usia antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu
20-35 tahun, karena mereka berada dalam masa hamil. Hasil OR = 2, artinya ibu hamil yang
reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu paritas primigravida berpeluang 2,5 kali
yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 menderita hipertensi dibandingkan dengan ibu
tahun dan usia > 35 tahun akan meningkat hamil yang paritas multigravida.
secara bermakna, karena mereka terpapar pada Kejadian hipertensi sering terjadi pada
komplikasi baik medis maupun obstetrik yang kehamilan pertama terutama pada ibu yang
dapat membahayakan jiwa ibu. berusia > 35 tahun. Frekuensi pada
Sebagian besar responden adalah primigravida lebih berisiko dibandingkan
golongan umur 20 - 35 tahun yaitu sebanyak dengan multigravida karena teori imunologik
51.1%. Golongan umur 20 - 35 tahun yang menjelaskan hubungan paritas dengan insiden
menderita hipertensi sebanyak 41,7% sedangkan pre-eklampsia. Teori tersebut menyebutkan
golongan umur < 20 dan > 35 tahun sebanyak blocking antibodies terhadap antigen plasenta
52,2%. Kejadian hipertensi lebih banyak terjadi yang terbentuk pada kehamilan pertama
golongan umur < 20 dan > 35 tahun. menjadi penyebab preeklampsia.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Ramesh.K, Sangeetha Gandhi, penelitan Penelitian Ruzikhan (2007). Analisa
Vishwas Rao (2014). Dari hasil penelitiannya menggunakan uji chi-square diperoleh hasil OR
menunjukan ada hubungan yang bermakna = 2,2 yang artinya ibu dengan kehamilan
antara umur dengan kejadian preeklampsia Primigravida lebih berisiko 2,3 kali menderita
berat. Didapatkan nilai OR sebesar 3,8 yang preeklampsia berat dari pada ibu dengan
artinya ibu hamil yang berusia < 20 tahun atau kehamilan Multigravida.
> 35 tahun lebih berisiko 3,8 kali mengalami Kesimpulan untuk hubungan paritas
preeklampsia berat dari pada ibu hamil yang dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dari
berumur 20 sampai 35 tahun. Bertentangan juga hasil penelitian ini dan didukung oleh penelitian
dengan penelitian yang dilakukan Devi lainnya bahwa paritas merupakan faktor risiko
Kurniasari & Fiki Arifandini (2014), dari hasil rejadinya hipertensi pada ibu hamil.
penelitiannya didapatkan nilai p = 0,000, yang Dari hasil analisis multivariate
artinya ada hubungan yang signifikan antara menunjukan variabel yang paling dominan
umur ibu dengan kejadian preeclampsia dalam penelitian ini adalah Obesitas yang dapat
Menurut peneliti walaupun tidak adanya dilihat dari nilai OR = 8,911 (2,690-29,519)
hubungan antara umur dengan kejadian yang artinya ibu hamil yang obesitas berpeluang
122
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
123
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)
124