Anda di halaman 1dari 38

Komplikasi dalam kehamilan

Disusun Oleh :
Bunga Febrita Sari
Husnul Muawanah
Farida
Seneng wahyuti
VISI

“Menghasilkan lulusan bidan yang berkarakter islami, unggul dalam pelayanan kebidanan
holistik berbasis komplementer”

MISI

1. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan perkembangan terkini


kebidanan secara profesional.
2. Melakukan penelitian dan pengembangan keilmuan kebidanan holistik berbasis
komplementer
3. Menyelenggarakan dan mengembangkan pengabdian kepada masyarakat
berdasarkan hasil penelitian yang tepat guna dalam pelayanan kebidanan holistik
berbasis komplementer
4. Menginternalisasikan nilai-nilai islami dalam pelaksanaan Tri Dharma

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini membahas tentang “ komlikasi dalam
kehamilan ”.
Dengan disusunnya paper ini diharapkan menjadi bahan kajian dalam pembelajaran
mata kuliah pelayanan kebidanan dalam sytem pelayanan kesehatan sehingga pembelajaran
menjadi lebih terstuktur dan dinamis dan memudahkan mahasiswa dalam memahami topik
pembelajaran.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan paper ini.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan paper ini, penulis
banyak mengucapkan banyak terimakasih. Semoga modul ini dapat bermanfaat.

Penulis

2
DAFTAR ISI

VISI – MISI .......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ............................................................................ 2
DAFTAR ISI ......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 4


B. Tujuan ....................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kehamilan dengan komplikasi medis.......................................................... 5

B. Hipertensi dalam kehamilan……………………………………………… 6

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 17

JURNAL PENELITIAN TERKAIT…………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..19
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam
waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan
(Sarwono, 2009 : 4).
Menurut WHO (1996) yang dikutip oleh Sarwono Prawirohardjo (2009 : 53), mengatakan
bahwa setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini
berlangsung dengan aman. Namun, sekitar 15 % menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya
merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung
adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan atau masa nifas, dan segala intervensi atau
penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan akibat dari
penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap
kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Sarwono, 2009 :
54). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia termasuk sangat tinggi jika dibandingkan dengan AKI
di berbagai negara dalam kawasan Asia Tenggara. Seperti di banyak negara lainnya, penyebab
utama kematian ibu adalah perdarahan. Perdarahan merupakan komplikasi persalinan yang dapat
terjadi selama kehamilan dan pasca persalinan. Proporsi kematian yang disebabkan oleh perdarahan
menempati posisi tertinggi diantara tiga penyebab utama kematian ibu yaitu, eklampsia, dan sepsis.
Ironisnya semua penyebab utama tersebut, digolongkan sebagai penyulit atau komplikasi yang
sebenarnya dapat dihindarkan apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola
secara benar (Depkes RI, 2008).
Secara global 80 % kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung. Pola penyebab
langsung di mana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %, biasanya perdarahan pasca persalinan),
sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %), partus macet (8 %),komplikasi aborsi tidak aman
(13 %), dan sebab-sebab lain (8 %).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apakah kehamilan dan komplikasi kehamilan itu?
2. Apa saja yang termasuk dalam komplikasi kehamilan?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian kehamilan

A. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu anugrah dari Tuhan yang perlu mendapatkan perhatian dan
dukungan dari seluruh anggota keluarga (BKKBN, 2003 : 19). Kehamilan adalah hasil dari
pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan sperma untuk menemui sel telur
(ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125). Kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai
permulaan persalinan (Hanafiah, 2008 : 213). Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama
sampai terakhir. Oleh karena dalam tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang
untuk menyesuaikan diri,dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat,
kesempatan dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Sarwono
Prawirohardjo, 2000).

B. KEHAMILAN DENGAN KOMPLIKASI MEDIS

Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan


kematian pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999). Macam-macam komplikasi kehamilan
Menurut Dep Kes RI (2017) jika tidak melaksanakan ANC sesuai aturan dikhawatirkan akan terjadi
komplikasi-komplikasi yang terbagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut :

a. Komplikasi Obstetrik Langsung, meliputi :

1) Perdarahan

2) Pre-eklampsia/eklampsia

3) Kelainan Letak (Letak Lintang/Letak Sungsang)

4) Hidramnion

5) Ketuban Pecah Dini

b. Komplikasi Obstetrik Tidak Langsung :

1) Penyakit Jantung

2) Tuberculosis

3) Anemia

4) Malaria

c. Komplikasi yang Tidak Berhubungan Dengan Obstetrik komplikasi akibat kecelakaan


(kendaraan, keracunan, kebakaran) (Dewi, 2009).
C. Perdarahan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.


Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu
(Mochtar, 1998). Jika perdarahan terjadi di tempat yang jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan atau
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut tidak mampu melakukan tindakan yang diperlukan, maka
umumnya kematian maternal akan terjadi (Rochjati, 2003).

Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok utama
yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan
pervaginam yang terjadi sebelum bayi lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu
seringkali berhubungan dengan aborsi atau kelainan. Perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat
disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit saluran kelamin
bagian bawah (Depkes RI, 2000).

a. Klasifikasi perdarahan

1. Plasenta previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu
pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

b. Gejala dan tanda

Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut, sifat
perdarahannya tanpa sebab, tanpa nyeri, dan berulang, kadang-kadang perdarahan terjadi pada pagi
hari sewaktu bangun tidur.

c. Penanganan

Menurut Eastman bahwa tiap perdarahan trimester ketiga yang lebih dari show (perdarahan
inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun, baik rektal maupun
vaginal.

Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu, atau tafsiran berat janin dibawah 2500 gram, maka kehamilan
dapat dipertahankan, istirahat, pemberian obat-obatan dan dilakukan observasi dengan teliti.

2. Solusio plasenta

Suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal, terlepas dari perlekatannya sebelum
janin lahir.

a. Gejala dan tanda

Perdarahan dengan rasa sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi bagian
janin sulit diraba, auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang, dapat terjadi
gangguan pembekuan darah.
b. Penanganan

Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan prematur dilakukan perawatan
inap dan pada plasenta tingkat sedang dan berat penanganannya dilakukan di rumah sakit
(Saifuddin, 2002 : 92).

D. Kelainan Letak (letak lintang dan letak sungsang)

1. Letak Lintang

Letak lintang adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu
memanjang tubuh ibu. Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam uterus
dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya
bokong berada sedikit lebih tinggi dari pada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas
panggul (Hariadi, 1999).

a. Penyebab

Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai faktor. Faktor – faktor
tersebut adalah :

1) Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus, plasenta
previa, dan tumor – tumor pelvis.

2) Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah mati.

3) Gemelli (kehamilan ganda).

4) Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum.

5) Lumbar skoliosis.

6) Pelvic, kandung kemih, dan rektum yang penuh (Mochtar, 1998).

Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut
yang lembek (Hariadi, 1999).

b. Penanganan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika
lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih
dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).

c. Letak Sungsang

Letak sungsang merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-
9 bulan), dengan kepala di atas dan bokong atau kaki di bawah. Bayi letak sungsang lebih sukar
lahir, karena kepala lahir terakhir (Rochjati, 2003)

d. Penyebab

Menurut Manuaba (1998), penyebab letak sungsang dapat berasal dari pihak ibu (keadaan
rahim, keadaan plasenta, keadaan jalan lahir) dan dari janin (tali pusat pendek, hidrosefalus,
kehamilan kembar, hidramnion, prematuritas) (Dewi, 2009).
e. Penanganan

Pada primigravida umur kehamilan kurang dari 28 minggu dianjurkan posisi lutut dada, jika
lebih dari 28 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan. Pada multigravida umur kehamilan kurang dari 32 minggu posisi lutut dada, jika lebih
dari 32 minggu dilakukan versi luar, kalau gagal posisi lutut dada sampai persalinan (Dasuki, 2000).

E. Hidromion

Yaitu kehamilan dengan jumlah air ketuban lebih dari 2 liter. Keadaan ini mulai tampak pada
trimester III, dapat terjadi secara perlahan-lahan atau sangat cepat. Pada kehamilan normal, jumlah
air ketuban ½ sampai 1 liter. Karena rahim sangat besar akan menekan pada organ tubuh sekitarnya,
yang menyebabkan keluhan -keluhan sebagai berikut :

1 Sesak napas, karena sekat rongga dada terdorong ke atas.

2 Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi air ketuban ?2 liter.

3 Pembengkakan pada kedua bibir kemaluan dan tungkai.

4. Penyebab

5. roduksi air ketuban bertambah

Yang diduga menghasilkan air ketuban ialah epitel amnion, tetapi air ketuban dapat
bertambah karena cairan lain masuk ke dalam ruangan amnion. Misalnya air kencing anak atau
cairan otak pada anenchepalus

a. Pengeluaran air ketuban terganggu

Air ketuban yang telah dibuat dialirkan dan diganti dengan yang baru. Salah satu jalan
pengaliran ialah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus dan dialirkan ke plasenta, akhirnya masuk
ke peredaran darah ibu. Jalan ini kurang terbuka kalau anak tidak menelan seperti pada atresia
aesophagei, anenchepalus atau tumor-tumor plasenta.

b. Terdapat gangguan/sumbatan pada saluran cerna janin

Misalnya bagian kerongkongan yang tidak berlubang atau usus 12 jari yang tersumbat.
Sehingga memberikan dampak cairan ketuban lebih banyak dari sebenarnya. Dalam keadaan
normal, bayi dalam kandungan selain akan meminum juga akan membuang air kecil dan buang air
besar.

1. Adanya infeksi

Infeksi bisa menyebabkan produksi air ketuban lebih sedikit atau lebih banyak.

2. Gejala dan tanda

a. Sesak nafas.

b. Oedem labia, vulva dan dinding perut.

c. Regangan dinding rahim menimbulkan nyeri.

d. Gejala ini menonjol jika terjadi hidramion akut.

e. Sulit melakukan palpasi.


f. Bunyi jantung sering tidak terdengar.

e. Perut terasa kembung dan lebih kencang.

f. Kulit perut tampak mengkilap.

g. Terkadang perut terasa sakit ketika berjalan.

3. Klasifikasi

a. Hidramnion kronis

Banyak dijumpai pertambahan air ketuban terjadi secara perlahan-lahan dalam beberapa
minggu atau bulan dan biasanya terjadi pada kehamilan lanjut.

1. Hidramnion akut

Terjadi pertambahan air ketuban secara tiba-tiba dan secara dalam waktu beberapa hari saja.
Biasanya terjadi pada kehamilan bulan ke 5 dan ke 6 (Mochtar, 1998).

2. Penanganan

Jika gejala hidramnion tergolong ringan, anjurkan klien berpantang garam dan dilakukan
observasi dan memonitor jumlah air ketuban. Jika jumlah air ketuban bertambah banyak, maka
diberikan obat untuk mengurangi sesak dan sakit. Dan jika diperlukan maka akan memasukkan
jarum ke dalam kantong air ketuban untuk mengeluarkan sebagian cairan tersebut.

F. Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan
ditunggi 1 jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (Manuaba, 1998 : 229). Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu maka disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
(Sarwono, 2008).

a. Penyebab

Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :

1. Serviks inkompeten.

2. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion.

3. Kelainan letak janin dalam rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : perut gantung, bagian terendah belum masuk PAP,
sefalopelvik disproforsi.

5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.

6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
b. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :

1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi.

2. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.

a. Penanganan

Sebagai gambaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut :

1. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi
kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.

2. Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin,
dan persalinan prematuritas.

3. Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu
72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.

4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup,
perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.

5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat
pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk
menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan janinnya.

6. Pemeriksaan yang penting dilakukan adalah USG untuk mengukur distantia biparietal dan perlu
melakukan aspirasi air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru.

7. Waktu terminasi pada hamil aterm dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak
terjadi his spontan (Manuaba, 1998 : 232).

G. Penyakit Jantung

Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan adalah dapat menyebabkan gangguan pada
pertumbuhan janin dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, kematian janin dalam rahim dan
juga dapat terjadi abortus. Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut
jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung.
Puncak-puncak keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :

1. Puncak hemodilusi darah pada minggu 28 sampai 32.

2. Pada saat inpartu.

3. Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar
untuk membentuk ASI.

4. Saat laktasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.

5. Terjadinya perdarahan postpartum, sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung untuk

dapat melakukan kompensasi.


6. Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja tambahan jantung

(Manuaba, 1998 : 272).

a. Tanda dan gejala

Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain sesak napas, jantung berdebar, dada terasa
berat (kadang-kadang nyeri), nadi cepat, kaki bengkak. Keluhan-keluhan tersebut timbul di waktu
kerja berat. Sedangkan pada payah jantung yang berat dirasa pada saat kerja ringan atau
sedang beristirahat/berbaring. Pada saat kehamilan, penyakit jantung ini akan menjadi lebih berat
(Dewi, 2009).

b. Penanganan

Bila bidan mencurigai terjadi penyakit jantung dalam kehamilan sebaiknya melakukan
rujukan atau konsultasi kepada dokter. Pertolongan persalinan hamil disertai penyakit jantung
sebaiknya menggunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalu memberikan gangguan terhadap
kerja jantung (Manuaba, 1998 : 273).

H. Tubercolusis

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh infeksi mycobacterium


tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, sehingga dapat menyebabkan
perubahan pada sistem pernafasan (Mansjoer, 2001 : 287).

a. Gejala dan tanda

Keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain batuk lama tak sembuh-sembuh,
tidak suka makan, badan lemah dan semakin kurus, batuk darah. Penyakit ini tidak berpengaruh
secara langsung terhadap janin dan tidak memberikan penularan selama kehamilannya. Janin baru
akan tertular setelah dilahirkan. Bila tuberkulosa/TBC sudah berat dapat menurunkan kondisi tubuh
ibu hamil, tenaga dan termasuk ASI ikut berkurang, bahkan ibu dianjurkan untuk tidak memberi
ASI kepada bayinya secara langsung (Dewi, 2009).

b. Penanganan

Penderita dengan proses aktif, apalagi dengan batuk darah, sebaiknya dirawat di rumah sakit
dalam kamar isolasi. Gunanya untuk mencegah penularan, untuk menjamin istirahat dan makanan
yang cukup, serta pengobatan yang intensif dan teratur (Mansjoer, 2001 : 287).

I. Anemia

Anemia adalah kekurangan darah yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat proses
persalinan (BKKBN, 2003 : 24). Kondisi ibu hamil dengan kadar Hemoglobin kurang dari 11 gr %
pada trimester 1 dan 3 dan <10,5 gr % pada trimester 2. Anemia dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap ibu maupun janin, seperti infeksi, partus prematurus, abortus, kematian janin, cacat bawaan
(Prawirohardjo, 2008 : 281).

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12 sampai 15 gr %. Angka tersebut
juga berlaku untuk wanita hamil, terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh
karena itu, pemeriksaan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan
antenatal, yaitu dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau
pada triwulan pertama dan sekali lagi pada triwulan terakhir.
a. Gejala dan tanda

Gejala dan tanda anemia antara lain adalah pusing, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan,
sementara tensi masih dalam batas normal perlu dicurigai anemia defisiensi. Secara klinik dapat
dilihat tubuh yang malnutrisi dan pucat (MIMS Bidan, 2008/2009). Keluhan yang dirasakan ibu
hamil adalah lemas badan, lesu, lekas lelah, mata berkunang-kunang, jantung berdebar. Pengaruh
anemia terhadap kehamilan antara lain dapat menurunkan daya tahan ibu hamil sehingga ibu mudah
sakit, menghambat pertumbuhan janin sehingga bayi lahir dengan berat badan rendah dan persalinan
prematur (Dewi, 2009).

b. Penanganan umum

Kekurangan darah merah ini harus dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan
diberi suplemen zat besi, pemberian kalori 300 kalori/hari dan suplemen besi sebanyak 60 mg/hari
sekiranya cukup mencegah anemia (Maulana, 2008, : 187).

J. Malaria

Malaria adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman (plasmodium) dapat mengakibatkan
anemia dan dapat menyebabkan keguguran.

a. Gejala dan tanda

Keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil antara lain panas tinggi, menggigil sampai keluar
keringat (demam), sakit kepala, muntah-muntah, hipogilkemia, edema paru akut. Bila penyebab
malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan
kehamilannya. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain abortus/keguguran, kematian janin dalam
kandungan, dan persalinan prematur (Dewi, 2009).

b. Penanganan

Dengan pemberian obat kemoprofiksis jenis klorokuin dengan dosis 300 mg/minggu.

K . Diabetes Mellitus

Diabetes merupakan suatu penyakit dimana tubuh tidak menghasilkan insulin dalam jumlah
cukup, atau sebaliknya, tubuh kurang mampu menggunakan insulin secara maksimal. Insulin adalah
hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yang berfungsi mensuplai glukosa dari darah ke sel-sel
tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan bakar tubuh.

a. Gejala dan tanda

Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila :

1) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar dengan berat badan lahir
bayi lebih dari 4 000 gram.

2) Pernah mengalami kematian bayi dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir.

3) Ditemukan glukosa dalam air seni (pemeriksaan laboratorium), yang disebut glikosuria.
Pada masa awal kehamilan, dapat mengakibatkan bayi mengalami cacat bawaan, berat badan
berlebihan, lahir mati, dan gangguan kesehatan lainnya seperti gawat napas, hipoglikemia (kadar
gula darah kurang dari normal), dan sakit kuning. Pengaruh diabetes mellitus terhadap kehamilan
tergantung pada berat ringannya penyakit, pengobatan dan perawatannya. Pengobatan diabetes
mellitus menjadi lebih sulit karena pengaruh kehamilan. Kehamilan akan memperberat diabetes
mellitus dan memperbesar kemungkinan timbulnya komplikasi seperti koma (Dewi, 2009).

b. Penanganan

Menjaga agar kadar glukosa darah tetap normal, ibu hamil harus memperhatikan makanan,
berolahraga secara teratur, serta menjalani pengobatan sesuai kondisi penyakit pada penderita
penyakit ini (Prawirohardjo, 2008 : 290).

C. HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu
hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia (Lyoyd, dalam
Wylie). Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan
hanyaterdiagnosis melalui krinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi ada komplikasi
gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan
kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan selama
kehamilan.

a. Penyebab Hipertensi Dalam Kehamilan

Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus tidak diketahui sehingga disebut
hipertensiesensial. Namun demikian pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan akibat
sekunder proses penyakit lainnya, seperti : ginjal, defek adrenal, komplikasi terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
1. Hipertensi Esensial
2. Penyakit Ginjal
3. Hipertensi Esensial

Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter faktor
emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi esensial memiliki tekanan darah sekitar
140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg. Gejala gejala lain seperti kelainan jantung,
arteriosklerosis,perdarahan otak,dan penyakit ginjal akan timbul setelah dalam waktu yang lama dan
penyakit terus berlanjut. Hipertensi esensial dalam kehamilan akan berlangsung normal sampai usia
kehamilan aterm. Sekitar 20% dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darah, dapat
disertai proteinuria dan edema. Faktor resiko hipertensi esensial dalam kehamilan adalah : wanita
hamil multipara dengan usia lanjut dan kasus toksemia gravidarum. Penanganan dilakukan saat
dalam kehamilan dan dalampersalinan. Penanganan dalam kehamilan meliputi : pemeriksaan
antenatal yang teratur, cukup istirahat monitor penambahan berat badan dan melakukan pengawasan
ibu dan janin, pemberian obat (anti hipertensi dan penenang), terminasi kehamilan dilakukan jika
ada tanda-tanda hipertensi ganas. Penanganan dalam persalinan meliputi: pengawasan pada setiap
kala persalinan secsio sesarea dilakukan pada wanita primitua dengan anak hidup. Prognosis untuk
ibu dan janin kurang baik. Beberapa nasehat yang dapat diberikan pada wanita hamil adalah :
pemakaian alat kontrasepsi bagi wanita dengan jumlah anak belum cukup.
C. Penyakit Ginjal Hipertensif

Penyakit ginjal dengan hipertensi dapat dijumpai pada wanita hamil dengan
glomerulonefritis akut dan kronik pielonefritis akut dan kronik. Frekuensi kejadian sekitar 1%
secara klinis dan secara patologi-anatomi kira-kira 15%. Pemeriksaan yang dilakukan dengan cara :
· pemeriksaan urin lengkap dan faal ginjal,
· pemeriksaan retina,
· pemeriksaan umum,
· pemeriksaan kuantitatif albumin air kencing, dan
· pemeriksaaan darah lengkap.
Nasehat yang dapat diberikan ke pasien adalah :
· pemerilksaan antenatal yang teratur
· pengawasan pertumbuhan janin, dan kesehatan ibu.

D. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut :


· Hipertensi esensial.
· Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
· Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
· Pre-eklamsia.
· Eklamsia.

1. Hipertensi esensial

Hipertensi pre-existeng dikenal dengan hipertensi kronis atau esensial. Hipertensi esensial
sudah dibahas pada awal sub bab ini.

2. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.

Hipertensiesensial disertai superimposed preatau pre eklamsia dapat terjadi selama


kehamilan. Komplikasi dari hipertensi esensial diindikasikan oleh ketidakmampuan tubuh untuk
mengompensasi patologi penyebab hipertensi yang menghambat darah menyuplai gas dan nutrienke
jaringan dan organ tubuh.
Komplikasi lain yang mungkin timbul antara lain:
· gagal ginjal
· serangan vaskuler serebral (stroke)
· ensefalopati.

3. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).

Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH) adalah peningkatan


tekanan darah setelah minggu ke-20 kehamilan. Penyebab PIH belum diketahui, akan tetapi telah
dihubungkan dengan kasus pembesaran plasenta. Karena tekanan darah meningkat tanpa proteinuria,
maka dapat menjadi indikasi bahwa tubuh tidak mampu mengompensasi patologi sirkulasi yang
berhubungan dengan hipertensi esensial dengan vaskularisasi tambahan ke plasenta dan janin.
Diagnosisnya apabila tekanan darah diastolik > 110 mmHg pada setiap pemeriksaan atau 90 mmHg
pada dua kali atau lebih pemeriksaan atau selang 4 jam. Penatalaksanaannya diperlukan pengawasan
yang cermat terhadap kondisi ibu dan janin. Pemeriksaan bagi ibu antara lain : pemeriksaan fisik
lengkap USG, Laboratorium darah dan urin. Sedangkan bagi janin adalah pemeriksaan abdomen;
USG; kardiotokografi.
4. Pre-eklamsia

Pre-eklamsia juga dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik, toksemia pre-eklamtik


(TPE). Pre-eklamsia merupakan gangguan multisistem yang bersifat spesifik terhadap kehamilan
dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit plasenta. Angka kejadian pre-
eklamsia sekitar 6-8% dari semua kehamilan. Penyebab pre-eklamsia belum diketahui secara pasti.
Pre-eklamsia ditandai dengan gejala tekanan darah ? 140/90 mmHg, proteinuria dan edema pada
wajah maupun tangan. Pre-eklamsia terbagi menjadi pre-eklamsia ringan dan pre-eklamsia
berat. Komplikasi pre-eklamsia jangka pendek antara lain: gagal ginjal; eklamsia, stoke, kematian
ibu, HELLP, DIC, dan masih banyak lainnya. Penanganan pre-eklamsia sesuai dengan
klasifikasinya.

5. Eklamsia

Eklamsia didefinisikan sebagai satu atau lebih kejang menyeluruh atau koma dalam kondisi
pre-eklamsia tanpa ada kondisi neurolig lain. Eklamsia dianggap sebagai tahap akhir pre-eklamsia.
Eklamsia dapat terjadi selama periode pranatal, intranatal, dan pascanatal. Yang paling beresiko
adalah : periode pascanatal. Komplikasi terjadinya eklamsia adalah kematian, perdarahan serebral
edema paru, ARDS, gagal ginjal. Ibu dengan pre-eklamsia berat beresiko mengalami kejang
berulang, sehingga pencegahan dan penanganan dapat dilakukan dengan pemberian Magnesium
Sulfat secara intravena.
16
0
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehamilan adalah hasil dari pertemuan sperma dan sel telur. Dalam prosesnya, perjalanan
sperma untuk menemui sel telur (ovum) betul-betul penuh perjuangan (Maulana, 2008 : 125).
Komplikasi kehamilan adalah kegawat daruratan obstetrik yang dapat menyebabkan kematian
pada ibu dan bayi (Prawirohardjo, 1999).
Untuk pengenalan tanda-tanda kehamilan yang memiliki tanda bahaya dan komplikasi
kehamilan banyak poster-poster dan leaflet disebarkan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu
hamil yang berkunjung dalam pelayanan antenatal maupun pada kegiatan kunjungan rumah
dalam pemantauan kesehatan masyarakat. Selain itu digunakan juga suatu alat bantu yang lebih
memungkinkan dilibatkannya ibu hamil untuk secara aktif mengamati sendiri kehamilannya.
Alat bantu tersebut juga bermanfaat bagi petugas kesehatan dalam mengidentifikasi faktor resiko
dan komplikasi kehamilan sehingga dapat memberikan informasi dan saran yang tepat. Alat
bantu tersebut dikenal dengan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
JURNAL PENELITIAN TERKAIT

No Nama Penulis/ Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Sri Juharni Faktor risiko kematian


ibu sebagai akibat
komplikasi kehamilan,
di Kabupaten Bima
tahun 2011–2012

2 Titi Arikah Kejadian hipertensi pada


ibu hamil dengan
DAFTAR PUSTAKA

Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito. Medika
FK UGM : Yogyakarta
Mansjoer, A dkk. 2001. Kelainan pada Persalinan dalam Kapita Selekta
Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu. Penerbit Media
Aesculapius FKUI : Jakarta
Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta
Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo :
Jakarta
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. EGC : Jakarta
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu. Penerbit buku
kedokteran EGC : Jakarta
Prawirohardjo Sarwono, 2002. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina pustaka : Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan Dan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku
Kedokteran ECG : Jakarta
www.badilag.net. Adnan Qohar (2007). Pengertian Etika dan Profesi Hukum.
Jombang
www.blogspot.com. Anonim (2009). Pre-Eklamsia dan Eklamsia. Padang
www.blogspot.com. Dewi Ratih (2009). Deteksi Dini Terhadap Komplikasi.
www.blogspot.com. Lashanta. Kehamilan dengan Letak Lintang.
www.digilib.ac.id. Anonim. Kehamilan.
www.digilib.unimus.ac.id. Rika Dewi. Kehamilan.
www.repository.usu.ac.id. Anonim. Kehamilan. Sumatera Utara
Laporan hasil penelitian

Faktor risiko kematian ibu sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan


dan nifas di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
Sri Juharni1,4, Tangking Widarsa1,3, Dewa Nyoman Wirawan1,2
1ProgramStudi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, 2Yayasan Kerti Praja Denpasar, Bali
3ProgramStudi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana, 4Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Bima
Korespondensi penulis: srijuharni@gmail.com

Abstrak: Angka kematian ibu (AKI) di Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2010 yaitu sekitar 350/100.000 kelahiran hidup,
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan angka nasional dan provinsi lainnya. Kabupaten Bima merupakan salah satu
kabupaten di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki kasus kematian ibu yang cukup tinggi pada periode tahun 2011-
2012 yaitu 20 kasus. Depkes RI membagi 3 faktor yang mempengaruhi kematian ibu yaitu faktor medik, faktor non medik
dan faktor pelayanan kesehatan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor–faktor risiko yang mempengaruhi kematian
ibu, yang terdiri dari faktor medik, non medik dan pelayanan kesehatan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus kontrol,
dengan jumlah sampel sebanyak 20 kasus dan 60 kontrol. Pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner,
kemudian melakukan verifikasi dengan register yang ada di bidan, KMS ibu hamil dan dokumen otopsi verbal. Analisis data
dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test dan multivariat dengan metode regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dijumpai meningkatkan risiko kematian ibu adalah kadar Hb<10 gr% (OR=15,19;
95%CI: 3,25-70,97), keterlambatan pengambilan keputusan (OR=9,28; 95%CI: 2,15-84,80) dan keterlambatan penanganan
medis di fasilitas rujukan (OR=13,16; 95%CI: 2,28-104,86). Faktor yang paling berkontribusi terhadap kematian ibu adalah
kadar Hb<10 gr%. Upaya yang dapat dilakukan adalah peningkatan kadar Hb ibu hamil, peningkatan kemampuan
bidan/dokter dalam memberikan penanganan dasar kegawat-daruratan obstetrik di puskesmas dan penanganan obstetrik
esensial komprehensif di rumah sakit serta perbaikan sistem rujukan merupakan upaya pencegahan terhadap risiko
kematian ibu.
Kata kunci: kematian ibu, faktor risiko, kasus kontrol, Bima, Nusa Tenggara Barat

Risk factors of maternal mortality due to complications in pregnancy, delivery


and postpartum in Bima Regency 2011–2012
Sri Juharni1,4, Tangking Widarsa1,3 , Dewa Nyoman Wirawan1,2
1PublicHealth Postgraduate Program Udayana University, 2Kerti Praja Foundation Denpasar, Bali
3Schoolof Public Health Udayana University, 4Bima General Hospital
Corresponding author: srijuharni@gmail.com

Abstract: The maternal mortality rate (MMR) in West Nusa Tenggara Province in 2010 is about 350/100,000 live births. This
figure is higher than national and other provincial figures. Bima that constitutes a regency of West Nusa Tenggara Province
has high maternal mortality cases for period of 2011-2012, namely 20 cases. The Ministry of Health classified 3 factors that
affect maternal mortality, namely: medical, non-medical and health service factors. The study was aimed at finding out the
risk factors that affect maternal mortality. This study is a case control study with the total samples of 20 cases and 60
controls. The data were collected through interviews by using the questionnaires. The collected data were then cross-
checked with the registers existing at midwives, health record cards of pregnant women and verbal autopsy documents. The
univariate, bivariate and multivariate analyses were done. Bivariate analysis was using chi square test and multivariate
analysis was using logistic regression. The study revealed that factors which increase the maternal mortality rate are the
level of Hb<10 gr% (OR=15.19; 95%CI: 3.25–70.97), delayed decision-making (OR=9.28; 95%CI: 2.15–84.80) and delayed
medical treatment at referral facilities (OR=13.16; 95%CI: 2.28–104.86). As conclusion, the most contributing factor to
maternal mortality is the level of Hb<10 gr%. The efforts to reduce mortality rate should be conducted including increasing
Hb level of pregnant women, improving basic obstetric emergency handlings at community health centres for
midwives/medical doctors and to improve better referral systems.
Keywords: maternal mortality, risk factors, case control study, Bima, West Nusa Tenggara
126
Pendahuluan dirujuk serta ketidakmampuan ibu hamil untuk
membayar biaya transpor dan perawatan di
Angka kematian ibu (AKI) merupakan indikator rumah sakit; 3) faktor pelayanan kesehatan,
dasar untuk menilai mutu pelayanan kesehatan yang terdiri dari penolong persalinan, tempat
ibu atau wanita pada masa reproduksi. persalinan, cara persalinan, penanganan medis
Kematian ibu sendiri didefinisikan sebagai pada kasus rujukan, penerapan prosedur tetap
kematian seorang wanita yang terjadi selama penanganan kasus gawat darurat kebidanan
masa kehamilan atau dalam 42 hari setelah belum dilakukan secara konsisten, kemampuan
berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari bidan di desa yang belum optimal dalam
lama dan lokasi kehamilan, oleh setiap menangani kasus kegawadaruratan
penyebab yang berhubungan atau diperberat 5
kebidanan. Berdasarkan uraian di atas,
oleh kehamilan atau penanganannya tetapi penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bukan oleh kecelakaan atau insidental.1 AKI faktor risiko kematian ibu di Kabupaten Bima
masih merupakan masalah yang cukup besar di periode tahun 2011-2012.
berbagai negara, terutama di negara
berkembang dengan segala faktor risiko yang
mempengaruhinya.2 AKI di negara berkembang Metode
diperkirakan mencapai sebesar 240/100.000
kelahiran hidup (KH), atau 15 kali lebih tinggi Penelitian ini adalah analitik observasional,
daripada di negara maju yang memiliki AKI menggunakan rancangan kasus-kontrol.
Jumlah sampel pada penelitian ini adalah
sebesar 16/100.000 KH.3
Salah satu daerah di Indonesia dengan sebanyak 80 yang terdiri dari 20 sampel kasus
AKI yang cukup tinggi adalah Provinsi NTB dengan 60 sampel kontrol yang diperoleh
dengan Kabupaten Bima menjadi penyumbang melalui perhitungan menggunakan rumus
kasus kematian ibu tertinggi sebesar 20 kasus sampel multiple control.6 Sampel kasus diambil
pada periode tahun 2011-2012. Kasus dari seluruh kasus kematian ibu di Kabupaten
Bima periode tahun 2011-2012, sedangkan
kematian dilaporkan 80% terjadi di rumah sakit
dan 20% terjadi pada saat perjalanan menuju sampel kontrol adalah ibu pasca persalinan
fasilitas rujukan.4 yang tidak mengalami kematian pada periode
yang sama, yang diambil dari register bidan
Depkes RI mengelompokkan faktor risiko
kematian ibu menjadi tiga, yaitu: 1) faktor desa dengan cara acak sederhana.
medik, yang terdiri dari: umur ibu yang terlalu Pengumpulan data primer pada kasus
muda atau tua pada waktu hamil, jumlah anak kematian ibu adalah melalui wawancara
terlalu banyak, jarak antar kehamilan terlalu dengan menggunakan kuesioner pada keluarga
ibu yang meninggal (suami, orang tua, saudara
dekat, adanya komplikasi yang terjadi pada
atau mertua) yang mengetahui riwayat
masa kehamilan, persalinan dan nifas serta
beberapa keadaan yang memperberat derajat kejadian kematian ibu. Sedangkan pada kontrol
dikumpulkan dengan melakukan wawancara
kesehatan ibu selama hamil (kekurangan gizi
dan anemia); 2) faktor non medik, terdiri dari: pada ibu pasca persalinan yang memenuhi
kurangnya akses ibu dalam mendapatkan syarat sebagai kontrol penelitian. Data
antenatal care, terbatasnya pengetahuan ibu sekunder diambil dari catatan kematian ibu,
data pada kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil,
tentang tanda-tanda bahaya (kehamilan,
persalinan maupun nifas), ketidakberdayaan catatan persalinan, register kohor ibu hamil
ibu hamil dalam pengambilan keputusan untuk dan dokumen otopsi verbal.
dirujuk, 127
Variabel terikat pada penelitian ini Hasil
adalah kematian ibu, sedangkan variabel bebas
yang diteliti meliputi umur ibu, paritas, jarak Dari 20 kematian ibu yang tercatat Dinas
kehamilan, status gizi, kadar hemoglobin, Kesehatan, semua keluarga berhasil dihubungi
antenatal care, pemanfaatan fasilitas dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian.
kesehatan, penolong persalinan, cara Subjek tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten
persalinan, tempat persalinan, pelaksanaan Bima dengan kasus kematian ibu tertinggi
rujukan, keterlambatan rujukan, akses berada di Kecamatan Sape (5 kasus), diikuti
transportasi, pelaksanaan program Monta (3 kasus), Langgudu, Wera, Palibelo
perencanaan dan pencegahan komplikasi masing-masing sebanyak 2 kasus, kemudian
(P4K), puskesmas pelayanan obstetri neonatal Belo, Wawo, Ambalawi, Bolo, Sanggar dan
emergensi dasar (PONED) dan desa siaga. Donngo, masing-masing 1 kasus. Sebagian
Pengolahan dan analisis data dilakukan secara besar kematian ibu terjadi pada masa nifas
bivariat dengan uji chi square dan multivariat (55%), saat bersalin (40%) dan saat hamil
dengan uji regresi logistik. sebanyak (5%). Penyebab kematian tertinggi
Penelitian ini sudah dinyatakan laik etik yaitu perdarahan (60%), preeklamsia/eklamsia
dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran (15%), infeksi nifas (10%), hiperemesis
Universitas Udayana dan RSUP Sanglah gravidarum (5%), serta penyakit yang
Denpasar. memperburuk kondisi ibu (jantung dan
oedema paru) sebesar 10%.

Tabel 1. Crude OR faktor risiko medik yang berhubungan dengan kematian ibu di
Kabupaten Bima tahun 2011-2012
Faktor medik Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
(n=20) (n=60)
(%) (%)
Umur ibu
≤20 atau ≥35 tahun 8 (40,0) 12 (20,0) 2,66 0,89-7,97 0,075
20–35 tahun 12 (60,0) 48 (80,0)
Jumlah kelahiran
≥3 10 (50,0) 9 (15,0) 5,66 1,83-17,49 0,002
1–3 10 (50,0) 51 (85,0)
Jarak kelahiran
≤24 bulan 12 (60,0) 27 (45,0) 1,83 0,65-5,13 0,248
≥24 bulan 8 (40,0) 33 (55,0)
Status gizi
Kurang energi kronis (KEK) 7 (38,9) 15 (25,4) 1,86 0,61-5,68 0,271
Tidak KEK 11 (61,1) 44 (74,6)
Kadar hemoglobin
<10 gr% 14 (77,8) 12 (20,3) 13,70 3,81-49,26 0,000
≥10 gr% 4 (22,2) 47 (79,7)

128
Hasil análisis bivariat faktor risiko medik Demikian pula faktor pelayanan
yang meningkatkan risiko kematian ibu adalah kesehatan yang berhubungan dengan risiko
kadar hemoglobin. Kadar Hb<10gr% dapat kematian ibu adalah cara melahirkan,
meningkatkan risiko ibu sebesar 13,7 kali keterlambatan penanganan medis dan
dibandingkan dengan ibu hamil dengan kadar pelaksanaan P4K. Hal ini berarti bahwa ibu
Hb ≥10gr%. Jumlah kelahiran ibu hamil atau yang melahirkan dengan cara tindakan,
melahirkan dengan jumlah anak >3 dapat meningkatkan risiko kematian ibu sebesar 3,6
meningkatkan risiko 5,6 kali dibandingkan kali dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
dengan ibu hamil yang memiliki anak ≤3 orang, dengan cara spontan atau normal. Selanjutnya
seperti terlihat pada Tabel 2. faktor keterlambatan penanganan medis di
Faktor risiko non medik yang fasilitas rujukan dapat meningkatkan risiko
berhubungan dengan kematian ibu adalah kematian ibu sebesar 30 kali dibandingkan
faktor keterlambatan pengambilan keputusan dengan ibu hamil atau melahirkan yang dalam
untuk dirujuk. Hal ini meningkatkan risiko waktu 30 menit langsung mendapatkan
kematian ibu sebesar 13,5 kali bila penanganan medis. Kemudian program P4K
dibandingkan dengan ibu yang tidak dapat meningkatkan risiko kematian ibu
mengalami keterlambatan pengambilan sebesar 9,3 kali dibandingkan dengan ibu hamil
keputusan untuk dirujuk. Besarnya hubungan yang ikut serta dalam program P4K, seperti
faktor non medik, dapat dilihat pada Tabel 2. yang terlihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel 2. Crude OR faktor risiko non medik yang berhubungan dengan kematian ibu
di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
Faktor non medik Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
(%) (%)
Pemeriksaan kehamilan
Bukan tenaga kesehatan 2 (10,0) 1 (1,7) 6,55 0,56-76,56 0,091
Tenaga kesehatan 18 (90,0) 59 (98,3)
Frekuensi antenatal care
≤4 kali 11 (61,1) 26 (44,1) 1,99 0,67-5,86 0,208
≥4 kali 7 (38,9) 33 (55,9)
Keterlambatan pengambilan
keputusan untuk dirujuk
30 menit 15 (75,0) 2 (18,2) 13,50 2,15-84,68 0,003
≤30 menit 5 (25,0) 9 (81,8)
Akses transportasi
Tidak tersedia 5 (25,0) 12 (20,0) 1,33 0,40-4,39 0,638
Tersedia 15 (75,0) 48 (80,0)
Keterlambatan dalam
perjalanan rujukan
≥2 jam 8 (40,0) 1 (9,1) 6,66 0,70-62,73 0,074
≤2 jam 12 (60,0) 10 (90,9)

129
Analisis multivariat dilakukan dengan regresi Pada Tabel 4 terlihat bahwa kadar
logistik terhadap faktor risiko yang memiliki Hb<10gr% merupakan faktor yang paling
nilai p<0,1 pada analisis bivariat, untuk berperan meningkatkan risiko kematian ibu
mengetahui seberapa besar pengaruh faktor sebesar 15,19 kali, dibandingkan dengan ibu
risiko tersebut dapat meningkatkan kejadian hamil dengan kadar Hb≥10gr%. Keterlambatan
kematian ibu. Berdasarkan hasil analisis penanganan medis di tempat rujukan dapat
bivariat terdapat sembilan faktor risiko yang meningkatkan risiko kematian sebesar 13,16
memiliki nilai p<0,1 yaitu umur ibu, jumlah kali, dibandingkan dengan ibu yang
kelahiran, jarak kelahiran, kadar Hb, mendapatkan penanganan medis yang tepat.
pemeriksaan kehamilan, cara persalinan, Demikian pula dengan faktor keterlambatan
keterlambatan pengambilan keputusan, pengambilan keputusan untuk merujuk
keterlambatan perjalanan untuk rujukan, meningkatkan risiko kematian ibu sebesar 9,28
penanganan medis dan pelaksanaan P4K. kali, dibandingkan dengan pengambilan
Analisis multivariat regresi logistik dengan keputusan untuk dirujuk tepat waktu. Dari
metode enter didapatkan beberapa faktor ketiga faktor tersebut, faktor kadar
risiko yang berkontribusi terhadap kejadian hemoglobin merupakan faktor yang paling
kematian ibu di Kabupaten Bima tahun 2011- dominan meningkatkan risiko kematian ibu di
2012, seperti terlihat pada Tabel 4. Kabupaten Bima tahun 2011 - 2012.

Tabel 3. Crude OR faktor risiko pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan kematian
ibu di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
Faktor pelayanan Kasus Kontrol OR 95%CI Nilai p
kesehatan (%) (%)
Penolong persalinan
Bukan tenaga kesehatan 3 (16,7) 6 (10,0) 1,80 0,40-8,06 0,440
Tenaga kesehatan 15 (83,3) 54 (90,0)
Tempat persalinan
Bukan fasilitas kesehatan 4 (22,2) 5 (8,3) 3,14 0,74-13,26 0,108
Fasilitas kesehatan 14 (77,8) 55 (91,7)
Cara persalinan
Tindakan 7 (38,9) 9 (15,0) 3,60 2,10-11,77 0,029
Spontan 11 (61,1) 51 (85,0)
Penanganan medis
>30 menit 15 (75,0) 1 (9,1) 30,00 3,03-196,62 0,001
<30 menit 5 (25,0) 10 (90,9)
Puskesmas PONED
Bukan PONED 15 (75,0) 45 (75,0) 1,09 0,34-3,48 0,884
PONED 5 (25,0) 15 (25,0)
Pelaksanaan P4K
Tidak ikut P4K 14 (70,0) 12 (20,0) 9,33 2,96-29,37 0,000
Ikut P4K 6 (30,0) 48 (80,0)
Desa siaga
Bukan desa siaga 12 (60,0) 36 (60,0) 1,00 0,35-2,80 1,000
Desa siaga 8 (40,0) 24 (40,0)

130
Tabel 4. Adjusted OR faktor risiko kematian ibu di Kabupaten Bima tahun 2011–2012
95%CI
Batas Batas
Faktor Risiko OR Nilai p
bawah atas
Paritas 2,81 0,57 13,88 0,204
Kadar hemoglobin 15,19 3,25 70,97 0,001
Cara persalinan 3,26 0,65 16,34 0,150
Keterlambatan pengambilan keputusan 9,28 2,15 84,68 0,048
Keterlambatan perjalanan merujuk 3,57 0,20 63,50 0,386
Keterlambatan penanganan medis di tempat 13,16 2,281 104,86 0,027
rujukan
Program P4K 1,47 0,27 8,00 0,656

Diskusi besar pengaruhnya. Selain itu juga didukung


oleh pencapaian peserta KB aktif di Kabupaten
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor Bima yang sudah mencapai 65,95 (82,82%) dari
medik yang dijumpai terbukti meningkatkan perkiraan permintaan masyarakat (PPM)
risiko kematian ibu adalah kadar Hb, sebesar 79.63 pada tahun 2012.10 Faktor jarak
sedangkan faktor umur ibu, paritas, jarak kelahiran dalam penelitian ini dijumpai tidak
kehamilan dan status gizi dijumpai tidak meningkatkan risiko kematian ibu. Dalam
terbukti meningkatkan risiko kematian ibu. penelitian lain juga ditemukan bahwa jarak
Anemia merupakan penyebab terbesar kelahiran bukan merupakan faktor yang
kematian ibu di negara berkembang.7 Anemia berpengaruh terhadap kematian ibu.11
yang terjadi pada ibu hamil memberikan risiko Demikian juga dengan status gizi ibu hamil
relatif 15,3 kali untuk terjadinya kematian ibu (KEK) dalam penelitian ini dijumpai tidak
bila dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak terbukti meningkatkan risiko kematian ibu, hal
menderita anemia.8 ini disebabkan adanya kesetaraan proporsi
Faktor umur dalam penelitian ini antara kasus dan kontrol.
dijumpai tidak terbukti meningkatkan risiko Faktor non medik pada penelitian ini
kematian ibu. Hal serupa juga ditemukan di menunjukkan bahwa faktor keterlambatan
Nigeria bahwa faktor umur memang tidak pengambilan keputusan dapat meningkatkan
mempunyai hubungan yang positif terhadap risiko kematian ibu. Faktor antenatal care,
kematian ibu.9 Faktor paritas dalam penelitian akses transportasi dan keterlambatan dalam
ini dijumpai tidak meningkatkan risiko perjalanan merujuk tidak ditemukan dapat
kematian ibu, meskipun pada analisis bivariat meningkatkan risiko kematian ibu.
faktor ini berhubungan dalam meningkatkan Keterlambatan pengambilan keputusan untuk
risiko kematian ibu. Tidak adanya pengaruh dirujuk saat terjadi komplikasi akan
yang bermakna pada analisis multivariat menyebabkan ibu memiliki risiko 50,8 kali lebih
disebabkan adanya pengaruh variabel lain yang besar untuk mengalami kematian ibu bila
lebih kuat, mengingat variabel yang dibandingkan dengan ibu yang tidak
berpengaruh dianalisis sekaligus sehingga mengalami keterlambatan rujukan.11
kemungkinan dikontrol oleh variabel yang lebih
131
besar pengaruhnya.
Faktor antenatal care dalam penelitian Demikian juga di Kabupaten Bima, dari
ini dijumpai tidak terbukti meningkatkan risiko 20 kasus kematian ibu, 80% terjadi di rumah
kematian ibu. Perawatan antenatal yang buruk sakit, dimana 61,1% diantaranya karena
bukan merupakan faktor risiko yang keterlambatan penanganan yang disebabkan
berpengaruh terhadap kematian maternal.12 oleh kurangnya tenaga ahli yang akan
Keadaan ini didukung oleh cakupan melaksanakan penanganan medis secara
pemeriksaan kehamilan di Kabupaten Bima komprehensif baik dokter maupun bidan yang
tahun 2012 untuk K1 sudah mencapai 96,61% terlatih. Kesiapan unit transfusi darah dalam
dan K4 sebesar 89,84%.5 Akses transportasi menyiapkan darah siap pakai juga masih
dalam penelitian ini dijumpai tidak terbukti kurang, serta belum tersedianya ruang
meningkatkan risiko kematian ibu. Hal ini kegawadaruratan kebidanan di instalasi gawat
disebabkan adanya kesamaan akses darurat (IGD) rumah sakit.5
transportasi antara kelompok kasus dan Faktor penolong persalinan pada
kontrol yang bertempat tinggal di wilayah yang penelitian ini dijumpai tidak terbukti dapat
sama serta memiliki akses transportasi yang meningkatkan risiko kematian ibu. Kondisi ini
cukup baik. Demikian pula dengan faktor barangkali disebabkan karena proporsi antara
keterlambatan dalam perjalanan merujuk pada kelompok kasus dan kontrol yang hampir
penelitian ini dijumpai tidak terbukti dapat berimbang, dimana hampir semuanya ditolong
meningkatkan risiko kematian ibu. Hal ini oleh tenaga kesehatan terlatih. Keadaan ini
disebabkan jarak tempuh dari wilayah tempat juga didukung oleh cakupan persalinan oleh
tinggal ke tempat rujukan (RSUD) sebagian tenaga kesehatan di Kabupaten Bima tahun
besar ditempuh dalam waktu kurang dari 2 jam 2012 sebesar 89,89%.6 Faktor cara persalinan
dan akses transportasi yang sudah cukup bagus dan tempat persalinan dalam penelitian ini
antara kasus dan kontrol. dijumpai tidak terbukti meningkatkan risiko
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kematian ibu. Hal ini juga didukung oleh
faktor pelayanan kesehatan yang dijumpai cakupan pertolongan persalinan di tempat
terbukti meningkatkan risiko kematian ibu sarana kesehatan sebesar 75,1%.5 Faktor
adalah faktor keterlambatan penanganan pelaksanaan P4K dalam penelitian ini dijumpai
medis di fasilitas rujukan. Sedangkan faktor tidak terbukti meningkatkan risiko kematian
penolong persalinan, tempat persalinan, cara ibu. Faktor pelayanan puskesmas PONED dan
persalinan, pelayanan puskesmas PONED, desa siaga pada penelitian ini dijumpai tidak
pelaksanaan P4K dan desa siaga dijumpai tidak terbukti meningkatkan risiko kematian ibu.
terbukti meningkatkan risiko kematian ibu. Artinya keberadaan puskesmas PONED di
Sebagian besar kematian ibu terjadi pada Kabupaten Bima belum bisa memperlihatkan
kasus-kasus rujukan, salah satu diantaranya pengaruhnya karena dari 20 puskesmas yang
keterlambatan penanganan di rumah sakit.13 berada di 18 kecamatan, hanya 5 puskesmas
Rumah sakit tempat rujukan kekurangan yang memberikan pelayanan PONED dengan
persediaan darah dan dalam pelaksanaan keterbatasan sarana dan prasarana.5
tindakan medis akibat tenaga ahli tidak berada
ditempat dan pada kasus yang lain terjadi
akibat pelaksanaan penanganan medis yang
membutuhkan waktu lebih dari 30 menit sejak
ibu sampai di rumah sakit.11
132
Simpulan Ucapan terima kasih
Faktor kadar haemoglobin <10gr% pada ibu Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada
hamil, keterlambatan pengambilan keputusan semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
untuk merujuk dan keterlambatan penanganan penelitian ini, mulai dari awal sampai
medis di tempat rujukan, dijumpai terbukti terselesainya laporan penelitian ini.
meningkatkan risiko kematian ibu di
Kabupaten Bima tahun 2011-2012.
Peningkatan kualitas penyuluhan Daftar Pustaka
tentang pentingnya ibu hamil untuk
1. Depkes RI. Kajian kematian ibu dan anak di Indonesia.
mengkonsumsi tablet tambah darah (Fe) Jakarta: Tim Kajian AKI-AKA. Badan Penelitian dan
selama masa kehamilan, serta mengkonsumsi Pengembangan Kesehatan; 2004.
2. WHO. Trends in Maternal Mortality: 1990 to 2010-
makanan dengan gizi seimbang terutama WHO, UNICEF, UNFPA and the World Bank Estimates.
makanan yang mengandung banyak zat besi Geneva; 2012.
sangat diperlukan. Peningkatan pengawasan 3. WHO. International classification of diseases and
related health problems. 10th revision: Geneva; 1994.
kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet 4. Depkes RI. Pedoman pemantauan wilayah setempat
Fe melalui kunjungan rumah juga perlu kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA). Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan
dilakukan. Pada perencanaan persalinan agar Masyarakat; 2004.
disiapkan terlebih dahulu calon donor untuk 5. Dinkes Kabupaten Bima. Laporan bulanan bina
kesehatan keluarga tahun 2012. Bima; 2012.
mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan
6. Schlesselman James J. Case control studies-design
perdarahan, baik yang terjadi pada saat conducts analysis. New York: Oxford University Press;
kehamilan, persalinan maupun masa nifas. 1989
7. WHO. Making pregnancy safer, a health sector
Peningkatkan SDM dokter/bidan di puskesmas strategy for reducing maternal and perinatal
dan rumah sakit melalui pelatihan PONED dan morbidity and mortality. New Delhi: WHO-SEARO;
2000.
PONEK sangat diperlukan, sehingga tenaga
8. Depkes RI. Kajian kematian ibu dan anak di Indonesia.
kesehatan dokter/bidan di puskesmas mampu Jakarta: Tim Kajian AKI-AKA Badan Penelitian dan
melakukan penanganan medis dengan tepat Pengembangan Kesehatan; 2004.
9. Olopade FE and Lawoyin TO. Maternal mortality in a
pada kegawatdaruratan kebidanan, baik di Nigerian Maternity Hospital. African Journal of
tingkat pelayanan kesehatan dasar maupun Biomedical Research 2008; 11: 267–273.
10. Dinkes Kabupaten Bima. Laporan tahunan
ditingkat pelayanan rujukan. Diperlukan
pencapaian peserta KB. Nusa Tenggara Barat; 2012.
peningkatan penyuluhan kepada keluarga dan 11. Febriana IK. Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
masyarakat tentang deteksi dini tanda bahaya kematian maternal di Kabupaten Cilacap [Tesis].
Semarang: Universitas Diponegoro; 2007.
kehamilan, persalinan dan nifas melalui 12. Suwandi E. Hubungan kualitas perawatan kehamilan
kegiatan kelas ibu hamil. Kemampuan bidan dan kualitas pertolongan persalinan dengan kematian
maternal di Kabupaten Klaten [Tesis]. Yogyakarta:
dalam melakukan penapisan awal terhadap ibu Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada; 2004.
hamil berisiko tinggi juga perlu ditingkatkan 13. Pratomo J. Kematian ibu dan kematian perinatal pada
karena keterlambatan pengambilan keputusan kasus-kasus rujukan obstetri di RSUP Dr Kariadi
Semarang [Tesis]. Semarang: Bagian Kebidanan dan
bukan saja oleh keluarga, akan tetapi juga oleh Kandungan FK UNDIP/RSUP Dr Kariadi; 2003.
bidan yang terlambat melakukan penapisan
awal pada masa kehamilan, persalinan dan
nifas.

133
134
JPPKMI 1 (2) (2020)

JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi

Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di Puskesmas Kramat Jati
Jakarta Timur Tahun 2019

Titi Arikah 1, Tri Budi Wahyuni Rahardjo1, Sri Widodo1

1
Program Pasca sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Indonesia, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persisten pada pembuluh darah arteri, di mana
Diterima Agustus 2020 tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 80 mmHg. pada bulan November 2017 terdapat 102
Disetujui Oktober 2020 orang ibu hamil yang hipertensi sedangkan pada bulan Desember 2017 terdapat 148 orang ibu hamil yang
hipertensi, hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil dengan risiko tinggi yang disebabkan oleh hipertensi semakin
Dipublikasikan Desember
hari semakin bertambah. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor yang
2020
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di Puskesmas Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2019.
________________ Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan disain penelitian cross sectional. Populasi pada penelitian ini
Keywords: adalah seluruh Ibu hamil yang usia kehamilannya 20 minggu keatas, dengan jumlah sampel 94 responden.
Pregnant Women's Pengumpulan data menggunakan rekapitulasi kuesioner. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan regresi
Hypertension, Risk Factors logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan kejadian hipertensi pada ibu
for Hypertension hamil adalah riwayat hipertensi (p=0,009), paparan asap rokok (p=0,010), obesitas (p=0,000), stress kehamilan
(p=0,000) dan paritas (p=0,047). Variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil
____________________
adalah olaraga ibu hamil, konsumsi garam dan umur. Variabel yang dominan pada penelitian ini adalah obesitas
URL:
OR 95%CI= 8,911 2,690-29,519. Disarankan pada Puskemas agar melakukan promosi kesehatan tentang
https://journal.unnes.ac.i penyakit hipertensi, dan beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit hipertensi seperti melakukan
d/sju/index.php/jppkmi menjaga berat badan agar tetap ideal, mengurangi interaksi dengan perokok, serta menjaga agar tidak stress dan
/article/view/41419/173 juga agar melalukan pemeriksaan tekanan darah saat hamil terutama bagi yang memiliki riwayat hioertensi pada
44 kehamilan sebelumnya.
_____________________

Abstract
___________________________________________________________________
Hypertension or high blood pressure is an increase in persistent pressure in arterial blood vessels, where systolic blood pressure ≥
130 mmHg and diastolic pressure ≥ 80 mmHg. in November 2017 there were 102 pregnant women with hypertension while in
December 2017 there were 148 pregnant women with hypertension, this indicates that pregnant women with a high risk caused
by hypertension are increasing every day. The purpose of this study is to find out and explain the factors related to the incidence
of hypertension in pregnant women in The Kramat Jati Health Center in East Jakarta in 2019. This type of research is
descriptive analytics with cross sectional research design. The population in this study was all pregnant women whose
gestational age was 20 weeks and above, with a sample of 94 respondents. Data collection using questionnaire recapitulation.
Data analysis using Chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that variables related to hypertension
incidence in pregnant women are history of hypertension (p=0.009), exposure to cigarette smoke (p=0.010), obesity (p=0.000),
pregnancy stress (p=0.000) and parity (p=0.047). Variables that are not related to the incidence of hypertension in pregnant
women are olaraga pregnant women, salt consumption and age. The dominant variable in this study was obesity OR 95%CI=
8,911 2,690-29,519. It is recommended in puskemas to promote health about hypertensive disease, and some risk factors related
to hypertensive disease such as maintaining weight to stay ideal, reducing interactions with smokers, and keeping from stress
and also to conduct blood pressure checks while pregnant, especially for those who have a history of hypertension in previous
pregnancies.
© 2020 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Jl. Bambu Apus I no.3 Cipayung, Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13890
E-mail: titiarikah53@gmail.com

115
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

PENDAHULUAN satu penyebab kesakitan dan kematian diseluruh


dunia baik bagi ibu maupun janin. Secara
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong
salah satu indikator untuk melihat derajat dalam penyebab kematian ibu secara langsung,
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu yaitu disebabkan karena terjadinya pendarahan
menjadi salah satu target ke-tiga Sustainable (25%) biasanya pendarahan pasca persalinan,
Development Goals (SDGs) yaitu menjamin hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet
kehidupan yang sehat dan mendorong (8%), aborsi (13%) dankarena sebab lainnya
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. (7%) (WHO, 2015).
Target SDGs sebanyak 70 per 100.000 pada Meningkatnya kejadian hipertensi
akhir tahun 2030. Angka Kematian Ibu (AKI) dipengaruhi beberapa faktor risiko yaitu jenis
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup, angka kelamin, adanya riwayat tekanan darah tinggi
tersebut masih dianggap tinggi. Sementara dalam keluarga, obesitas, kurang olah raga,
target pada akhir 2019 sebanyak 306 per mengkonsumsi garam berlebih, stress dan
100.000 kelahiran hidup (Kemkes RI, 2015). kebiasaan hidup seperti merokok dan minum
Laporan WHO bahwa sekitar 287.000 kematian minuman beralkohol. Bagi yang memiliki faktor
ibu pada tahun 2010, sekitar 85% terjadi di resiko ini seharusnya lebih waspada dan lebih
negara berkembang. Sedangkan di negara- dini dalam melakukan upaya-upaya preventif,
negara Asia Tenggara yaitu 150 ibu per 100.000 contohnya rutin mengontrol tekanan darah,
kelahiran hidup (Christina, 2013). Indonesia serta berusaha menghindari faktor-faktor
menempati peringkat ke-14 dari 18 negara di pencetus hipertensi (Kemenkes, 2013).
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) Tingginya kejadian hipertensi dalam
(Hukmiah dkk, 2013). kehamilan ini disebabkan oleh banyak faktor.
Secara global, setiap dua menit di suatu Adapun menurut hasil penelitian Saraswati
tempat di dunia, seorang perempuan meninggal (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang
akibat komplikasi kehamilan dan signifikan antara umur dengan kejadian
memungkinkan bayinya yang baru lahir untuk hipertensi pada ibu hamil. 35 tahun mempunyai
bertahan hidup sangat kecil. Pada setiap risiko 15,731 mengalami kejadian hipertensi
perempuan yang meninggal, 20 sampai 30 dibandingkan dengan responden yang berumur
menderita masalah yang signifikan dan kadang- 20 – 35 tahun.
kadang seumur hidup karena kehamilan mereka Berdasarkan penelitian Fahira (2017)
(Unicef, 2012). bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana risiko kejadian preeklampsia dengan kata lain
tekanan darah di pembuluh darah meningkat riwayat hipertesnsi berisiko 1,591 kali lebih
secara kronis. Hipertensi atau tekanan darah besar untuk mengalami preeklampsia dibanding
tinggi adalah peningkatan tekanan persisten dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi.
pada pembuluh darah arteri, di mana tekanan Menurut hasil penelitian Lina (2013) 2
darah sistolik ≥ 130 mmHg dan tekanan responden dari kelompok hipertensi yang
diastolik ≥ 80 mmHg (AHA, 2017). Hipertensi menyatakan tinggal serumah dengan > 1
seringkali tidak menunjukkan gejala sehingga perokok aktif sedangkan pada kelompok tidak
menjadi pembunuh diam – diam (the silent of hipertensi hanya 1 responden berarti perokok
death). Jika dibiarkan, hipertensi dapat pasif yang tinggal serumah dengan > 1 orang
mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama perokok aktif berisiko 1,85 kali daripada
organ organ vital seperti jantung ginjal dan serumah dengan 1 perokok aktif untuk terjadi
mata. Hipertensi merupakan pemicu beragam hipertensi.
penyakit, diantaranya stroke, diabetes, dan Menurut hasil penelitian Sri (2016)
gagal ginjal. Menurut data WHO (World Health proporsi ibu bersalin dengan hipertensi yang
Organization) hipertensi kehamilan adalah salah paling banyak adalah pada kelompok ibu yang

116
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

pernah melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. puskesmas (PONED) dan memperkuat sistem
Menurut hasil penelitian Ridha (2013) rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas
menunjukkan adanya hubungan dengan dan rumah sakit.
hipertensi antara tingkat stres yang dialami oleh Sistem surveilans PTM di Kota
ibu hamil yaitu sebesar 47,6%. Administrasi Jakarta Timur mengklasifikasikan
Berdasarkan data Riskesdas (2013), kasus baru hipertensi pada tahun 2016
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat berjumlah 52.288 kasus. Kasus baru hipertensi
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun tertinggi sepanjang tahun 2016 terdapat di
sebesar 25,8 persen yang terdiri dari laki laki Puskesmas Kecamatan Cipayung sebanyak
22,8% dan 28,8% perempuan. Prevalensi 9.264 dengan total jumlah kunjungan 23.499
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti kasus, di ikuti Puskesmas Keramat Jati 7166
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur kasus dan Puskesmas Pulogadung 6488 kasus,
(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%), sedangkan sedangkan jumlah terendah terdapat di
hipertensi di Provinsi DKI Jakarta dengan Puskesmas Kecamatan Makasar sebanyak 1.908
prevalensi 20,0%. kasus (Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur,
Terjadi peningkatan prevalensi hipertensi 2017).
yang didapat melalui pengukuran pada umur Data dari dinas kesehatan Jakarta Timur
≥18 tahun dari tahun 2013 – 2018, dari 25,8% pada tahun 2016 ditemukan Kunjungan kasus
meningkat menjadi 34,1%. Prevalensi tertinggi hipertensi di Puskesmas Keramat Jati pada
adalah kalimantan selatan (44,1%) dan terendah tahun 2017 berjumlah 23.499 dan 39,4%
di papua (22,2%). Sedangkan prevalensi merupakan kasus baru 7.335. Diperoleh angka
hipertensi berdasarkan diagnosis dokter sebesar kejadian hipertensi pada ibu hamil sebanyak
8,8%, prevalensi tertinggi adalah sulawisi utara 1.467 kasus. Berdasarkan data KIA di Keramat
(13,5%) dan terendah di papua (4,7%) Jati pada bulan November 2017 terdapat 202
(Riskesdas, 2018). orang ibu hamil yang hipertensi (preeklampsia-
Pada tahun 2017 di DKI Jakarta eklampsia) sedangkan pada bulan Desember
ditemukan 29,233 orang kasus hipertensi 2017 terdapat 248 orang ibu hamil yang
(34.95% terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun hipertensi (Preeklampsia-Eklampsia). Hal ini
), yang terdiri dari laki laki 34.39 % dan 35.24 % menunjukkan bahwa ibu hamil dengan risiko
perempuan, tersebar di 6 Kabupaten/Kota, tinggi yang disebabkan oleh hipertensi
kasus terbanyak di Jakarta Pusat 11,410 (Preeklampsia-Eklampsia) semakin hari
terbanyak kedua adalah Jakarta Timur yaitu semakin bertambah, tingginya kejadian
6,342 kasus. Berdasarkan hasil Riskesdas 2013 hipertensi dalam kehamilan mempunyai kaitan
prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun erat dengan angka kesakitan dan kematian
(pernah didiagnosis nakes) adalah 10,5% janin.
(Nasional 9,5 %). Sedangkan prevalensi
hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada METODE
umur ≥18 tahun sebesar 29,4 persen (Dinas
Kesehatan DKI Jakarta, 2018). Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
Hipertensi pada kehamilan menjadi salah kerja Puskesmas Keramat Jati Jakarta Timur.
satu penyebab kematian ibu di DKI jakarta. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan
Pada tahun 2014 3 penyebab kematian ibu pada bulan Juni tahun 2019. Populasi pada
adalah anemia, eklamsia dan pendarahan. penelitian ini adalah seluruh Ibu hamil yang
Beberapa upaya juga sudah dilakukan oleh usia kehamilannya 20 minggu keatas dan
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam jumlah sampel sebanyak 94 responden.
menurunkan jumlah kematian ibu yaitu dengan Pengambilan sampel yang digunakan adalah
meningkatkan kualitas pelayanan emergensi purposive sampling.
obstetri dan bayi baru lahir di RS (PONEK) dan Jenis penelitian yang digunakan dalam

117
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

penelitian ini adalah kuantitatif dengan Disain dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
penelitian cross sectional. Cara pengumpulan data memiliki riyawat hipertensi.
mengisi lembar kuesioner yang bersifat objektif, Wanita yang mengalami hipertensi pada
representatif, bisa mengukur dalam jumlah kehamilan pertama akan meningkat
besar, waktu singkat, hemat tenaga dan bisa mendapatkan preeklampsia pada kehamilan
menggali data yang berhubungan dengan berikutnya. Matello mengatakan kejadian
hipertensi pada ibu hamil. Analisis dengan preeklampsia akan meningkat pada kehamilan
menggunakan uji statistic chi-square dan regresi kedua bila ada kehamilan dengan jarak anak
logistic berganda. yang terlalu jauh. Cincotta juga menemukan
bahwa bila ada riwayat hipertensi maka
HASIL DAN PEMBAHASAN kemungkinan pada primigravida akan
meningkat empat kali (Mardiani, 2013).
Hasil Analisis Univariat Sebagian besar responden yang menderita
Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat bahwa hipertensi adalah responden yang ada riwayat
ibu hamil yang ada riwayat hipertensi berjumlah hipertensi yaitu sebanyak 64,1% dan responden
39 responden (41,5%) sedangkan ibu hamil yang
tidak ada riwayat hipertensi berjumlah 55 Tabel 1. Distribusi frekuensi
responden (58,5%). ibu hamil yang terpapar Variabel Frekuensi Persentase
asap rokok berjumlah 61 responden (64,9%) Kejadian Hipertensi
sedangkan ibu hamil yang tidak terpapar asap Pada Ibu Hamil
rokok berjumlah 33 responden (35,1%). ibu Hipertensi 44 46.8
hamil yang obesitas berjumlah 49 responden Tidak Hipertensi 50 53.2
(52,1%) sedangkan ibu hamil yang obesitas Riwayat Hipertensi
berjumlah 45 responden (47,9%). ibu hamil Ada Riwayat 39 41.5
yang olaraganya tidak baik berjumlah 28 Tidak Ada Riwayat 55 58.5
responden (29,8%) sedangkan ibu hamil yang Paparan Asap Rokok
olaraganya baik berjumlah 66 responden Terpapar 61 64.9
(70,2%). Tidak Terpapar 33 35.1
Ibu hamil yang konsumsi garam berlebih Obesitas
berjumlah 53 responden (56,4%) sedangkan ibu Obesitas 49 52.1
hamil yang konsumsi garam normal berjumlah Tidak Obesitas 45 47.9
41 responden (43,6%) . ibu hamil yang umurnya Olaraga Ibu Hamil
berisiko berjumlah 46 responden (48,9%) Tidak Baik 28 29.8
sedangkan ibu hamil yang umurnya tidak Baik 66 70.2
berisiko berjumlah 48 responden (51,1%). ibu Konsumsi Garam
hamil yang primigravida berjumlah 38 Berlebih 53 56.4
responden (40,4%) sedangkan ibu hamil yang Normal 41 43.6
multigravida berjumlah 56 responden (59,6%). Stress Kehamilan
Hasil analisis bivariat Stress 52 55.3
Hubungan Riwayat Hipertensi Dengan Tidak Stress 42 44.7
Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil Umur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P Berisiko 46 48.9
value sebesar 0,009 artinya ada hubungan Tidak Berisiko 48 51.1
riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi Paritas
pada ibu hamil. Hasil OR= 3,383 artinya ibu Primigravida 38 40.4
hamil yang memiliki riwayat hipertensi Multigravida 56 59.6
berpeluang 3,3 kali menderita hipertensi Jumlah 94 100.0

118
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat


Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
OR
Variabel Hipertensi Tidak P value
(95% CI)
n % n %
Riwayat Hipertensi
3,383
Ada Riwayat 25 64,1 14 35,9 0,009
(1,434-7,983)
Tidak Ada Riwayat 19 34,5 36 65,5
Paparan Asap Rokok
3,590
Terpapar 35 57,4 26 42,6 0,010
(1,432-8,998)
Tidak Terpapar 9 27,3 24 72,7
Obesitas
5,176
Obesitas 32 65,3 17 34,7 0,000
(2,137-12,538)
Tidak Obesitas 12 26,7 33 73,3
Olaraga Ibu Hamil
2,232
Tidak Baik 17 60,7 11 39,3 0,125
(0,905-5,509)
Baik 27 40,9 39 59,1
Konsumsi Garam
1,466
Berlebih 27 50,9 26 49,1 0,481
(0,644-3,336)
Normal 17 41,5 24 58,5
Stress Kehamilan
6,044
Stress 34 65,4 18 34,6 0,000
(2,430-15,037)
Tidak Stress 10 23,8 32 76,2
Umur
1,527
Berisiko 24 52,2 22 47,8 0,416
(0,676-3,450)
Tidak Berisiko 20 41,7 28 58,3
Paritas 2,556
0,047
Primigravida 23 60,5 15 39,5 (1,097-5,956)

yang tidak meiliki riwayat hipertensi sebagian hipertensi lebih banyak terjadi pada orang yang
besar adalah sebagian besar tidak menderita memiki riwayat hipertensi
hipertensi. hal ini menunjukan bahwa riwayat Hubungan Paparan Asap Rokok Dengan
hipertensi pada kehamilan sebelumnya berperan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
penting terhadap kejadian hipertensi pada saat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
hamil. value sebesar 0,010 < 0,05 artinya ada hubungan
Hasil penelitian ini sejalan dengan antara paparan asap rokok dengan kejadian
penelitian yang dilakukan Radjamuda (2016) hipertensi pada ibu hamil. Hasil OR= 3,590
dari hasil penelitiannya didapatkan p value artinya ibu hamil yang terpapar asap rokok
sebesar 0,002. Sejalan juga dengan penelitian berpeluang 3,5 kali menderita hipertensi
Paskah Rina (2015) dari hasil penelitiannya dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
didapatkan p value sebesar 0,000 yang artinya terpapar asap rokok.
ada hubungan antara riwayat hipertensi dengan Paparan asap rokok selama kehamilan
kejadian hipertensi pada ibu hamil. merupakan salah satu faktor penentu yang kuat
Peneliti berasumsi ibu hamil yang terhadap pertumbuhan janin dan risiko BBLR
mempunyai riwayat hipertensi akan mempunyai (Hanifah, 2017). Nikotin yang terdapat pada
risiko yang lebih besar untuk mengalami asap rokok merupakan zat vasokonstriktor yang
hipertensi pada kehamilan selanjutnya. Peran akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi darah dan meningkatkan kontraksi jantung,
terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa sehingga dapat meningkatkan tekanan darah

119
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

pada ibu hamil. peningkatan kerja pada jantung untuk


Sebagian besar responden yang menderita memompa darah. Berat badan berlebihan
hipertensi adalah responden yang trtpapar asap menyebabkan bertambahnya volume darah dan
rokok yaitu sebanyak 57,4% dan responden luas dan perluasan sistem sirkulasi. Makin besar
yang tidak terpapar asap rokok sebagian besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah
adalah sebagian besar tidak menderita yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
hipertensi. hal ini menunjukan bahwa paparan nutrisi ke jaringan tubuh Hal ini mengakibatkan
asap rokok dapat mempengaruhi tekanan darah volume darah yang beredar melalui pembuluh
pada ibu hamil. darah akan meningkat sehingga tekanan pada
Hasil penelitian ini sejalan dengan dinding arteri menjadi lebih besar.
penelitian yang dilakukan Ridha (2016) dari Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitiannya didapatkan p value sebesar penelitian yang dilakukan Yossi Fatrina (2014)
0,002 yang artinya ada hubungan antara dari hasil penelitiannya didapatkan p value
paparan asap rokok dengan kejadian hipertensi sebesar 0,001. Sejalan juga dengan penelitian
pada ibu hamil. Naushad Alam, dkk (2015) dari hasil
Peneliti berasumsi ibu hamil yang penelitiannya didapatkan p value sebesar 0,001
terpapar asap rokok saat kehamilan akan yang artinya ada hubungan antara obesitas
mempunyai risiko yang lebih besar untuk dengan kejadian hipertensi
mengalami hipertensi. Hal ini disebabkan Hubungan Olaraga Ibu hamil Dengan
nikotin yang terdapat pada asap rokok Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil
merupakan zat vasokonstriktor yang dapat Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
meningkatkan kerja jantung sehingga dapat value sebesar 0,125 artinya tidak ada hubungan
meningkatkan tekanan darah pada ibu hamil. antara olaraga ibu hamil dengan kejadian
Hubungan Obesitas Dengan Kejadian hipertensi pada ibu hamil.
Hipertensi Pada Ibu Hamil Olahraga adalah salah satu jenis aktivitas
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P fisik yang didefinisikan sebagai aktivitas yang
value sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan direncanakan dan diberi struktur dimana
antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada gerakan bagian tubuh diulang untuk
ibu hamil. Hasil OR = 5,176 artinya ibu hamil memperoleh kebugaran, misalnya jalan kaki,
yang obesitas berpeluang 5,1 kali menderita jogging, berenang dan aerobik. Pada dasarnya
hipertensi dibandingkan dengan ibu hamil yang setiap orang dewasa harus melakukan paling
tidak obesitas. sedikit 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas
Kegemukan (obesitas) adalah persentase sedang setiap hari (Soeharto, 2004).
abnormalitas lemak yang dinyatakan dengan Sejalan juga dengan penelitian Novi
Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index) yaitu Kartika Sari, dkk (2916) hasil penelitiannya
perbandingan antara berat badan dengan tinggi menunjukan bahwa nilai p = 0,7892 > 0,05
badan kuadrat dalam meter (Depkes, 2006). yang artinya tidak ada hubungan aktivitas fisik
Menurut Situmorang (2015) Kelebihan berat pada ibu hamil dengan kejadian hipertensi pada
badan dan hipertensi sering berjalan beriringan, ibu hamil Hasil penelitian ini bertentangan
karena tambahan berupa kilogram membuat dengan penelitian yang dilakukan Chataut J,
jantung bekerja lebih keras. dkk (2011) dari hasil penelitiannya didapatkan p
Sebagian besar responden yang menderita value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan
hipertensi adalah responden yang obesitas yaitu antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi.
sebanyak 65,7%. Sedangkan orang yang obesitas Peneliti berasumsi bahwa walupun dalam
dan tidak menderita hipertensi hanya 34,7%. penelitian ini tidak ada hubungan antara olarag
Peneliti berasumsi orang yang obesitas berisiko ibu hamil dengan kejadian hipertensi akan tetapi
menderita hipertensi pada saat hamil, olaraga ibu hamil tetap merupakan faktor risiko
disebabkan pada orang yang obesitas terjadi kejadian hipertensi kehamilan, hal ini disbabkan

120
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

apabila ibu hamil melakukan olaraga yang juga tetap merukapan faktor risiko hipertensi
cukup atau melakukan olaraga yang rutin dapat kehamilan. Orang yang mengkonsumsi garam
berperan penting dalam menjaga kesehatan berlebih setiap hari dapat menyebabkan
tubuh. Melalui kegiatan olahraga, jantung dapat terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini
bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut dikarenakan Konsumsi garam yang berlebihan
nadi berkurang, namun kekuatan memompa dapat meningkatkan tekanan darah karena
jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan garam bersifat menahan air sehingga volume
oksigen jantung pada intensitas tertentu, darah meningkat dan dapat menyebabkan
penurunan lemak badan dan berat badan serta penyempitan diameter pembuluh darah arteri.
menurunkan tekanan darah Keadaan ini memaksa jantung memompa lebih
Hubungan Konsumsi Garam Dengan Kejadian kuat, sehingga tekanan darah meningkat.
Hipertensi Pada Ibu Hamil Hubungan Stress Kehamilan Dengan Kejadian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Hipertensi Pada Ibu Hamil
nilai P value sebesar 0,481 > 0,05 artinya tidak Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
ada hubungan antara konsumsi garam dengan value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan
kejadian hipertensi pada ibu hamil. antara stress kehamilan dengan kejadian
Secara teori Badan kesehatan dunia yaitu hipertensi pada ibu hamil Hasil OR = 6,044
World Health Organization (WHO) artinya ibu hamil yang mengalami stress
merekomendasikan pola konsumsi garam yang kehamilan berpeluang 6,0 kali menderita
dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. hipertensi dibandingkan dengan ibu hamil yang
Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak mengalami stress kehamilan.
tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram Stres dapat meningkatkan tekanah darah
sodium atau 6 gram garam) perhari atau setara 1 sewaktu. Hormon adrenalin akan meningkat
sendok teh perhari (Kemenkes RI, 2016). sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
konsentrasi natrium di dalam cairan tekanan darah pun meningkat (Nuraini, 2015).
ekstraseluler meningkat. Untuk Bila level stress menurun makan tekanan darah
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke juga akan menurun (Casey & Benson, 2006).
luar, sehingga volume cairan ekstraseluler Menurut hasil penelitian sebagian besar
meningkat. Meningkatnya volume cairan responden yang menderita hipertensi adalah
ekstraseluler tersebut menyebabkan responden yang mengalami stress kehamilan
meningkatnya volume darah, sehingga yaitu sebanyak 64,5%. Proporsi ini lebih besar
berdampak kepada timbulnya hipertensi dibandingkan dengan jumlah responden yang
(Nuraini, 2015). tidak stres yang menderita hipertensi, yaitu
Hasil penelitian ini bertentangan dengan sebesar 23,8%.
penelitian yang dilakukan Jaya Widyartha Hasil penelitian ini sejalan dengan
(2016) dari hasil penelitiannya didapatkan p penelitian yang dilakukan Andria (2012) dari
value sebesar 0,000 yang artinya ada hubungan hasil penelitiannya didapatkan p value sebesar
antara konsumsi garam dengan kejadian 0,047 yang artinya ada hubungan antara stress
hipertensi. Bertentangan juga dengan penelitian dengan kejadian hipertensi. Sejalan juga dengan
Solehatul Mahmudah, dkk (2015) dari hasil penelitian Yuliarti (2007) yang menyatakan ada
penelitiannya didapatkan p value sebesar 0,001 hubungan antara stress dengan kejadian
yang artinya ada hubungan antara konsumsi hipertensi.
garam dengan kejadian hipertensi. Peneliti berasumsi bahwa stres dapat
Peneliti berasumsi bahwa walaupun pada meningkatkan tekanan darah untuk sementara
penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan waktu. Ketika takut, gugup, dan dikejar waktu
konsumsi garam dengan kejadian hipertensi tekanan darah biasanya meningkat.Tetapi
kehamilan, akan tetapi konsumsi garam berlebih dalam sebagian besar kasus begitu mulai santai,

121
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

tekanan darah kembali turun lagi. Stres dapat hipertensi pada ibu hamil, umur masih
terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi merupakan faktor risiko kejadian hipertensi
tegang, perasaan tertekan, bersedih, ketakutan pada ibu hamil, hal ini disebebkan, hipertensi
dan merasa bersalah. Kondisi ini akan lebih sering didapatkan pada masa awal dan
merangsang anak ginjal untuk menghasilkan akhir usia reproduktif yaitu usia remaja atau di
hormon adrenalin yang akan memacu jantung atas 35 tahun. Ibu hamil < 20 tahun mudah
jantung untuk memompa darah lebih cepat dan mengalami kenaikan tekanan darah dan lebih
kuat sehingga tekanan darah menjadi cepat menimbulkan kejang, sedangkan usia
meningkat. lebih 35 tahun juga merupakan faktor risiko
Hubungan Umur Dengan Kejadian Hipertensi untuk terjadinya hipertensi. Jadi wanita yang
Pada Ibu Hamil berada pada awal atau akhir usia reproduktif
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P lebih rentan menderita hipertensi saat hamil
value sebesar 0,416 artinya tidak ada hubungan Hubungan Paritas Dengan Kejadian
antara umur dengan kejadian hipertensi pada Hipertensi Pada Ibu Hamil
ibu hamil. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan P
Usia paling aman bagi seorang wanita value sebesar 0,047 artinya ada hubungan antara
untuk hamil dan melahirkan adalah usia antara paritas dengan kejadian hipertensi pada ibu
20-35 tahun, karena mereka berada dalam masa hamil. Hasil OR = 2, artinya ibu hamil yang
reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu paritas primigravida berpeluang 2,5 kali
yang hamil dan melahirkan pada usia < 20 menderita hipertensi dibandingkan dengan ibu
tahun dan usia > 35 tahun akan meningkat hamil yang paritas multigravida.
secara bermakna, karena mereka terpapar pada Kejadian hipertensi sering terjadi pada
komplikasi baik medis maupun obstetrik yang kehamilan pertama terutama pada ibu yang
dapat membahayakan jiwa ibu. berusia > 35 tahun. Frekuensi pada
Sebagian besar responden adalah primigravida lebih berisiko dibandingkan
golongan umur 20 - 35 tahun yaitu sebanyak dengan multigravida karena teori imunologik
51.1%. Golongan umur 20 - 35 tahun yang menjelaskan hubungan paritas dengan insiden
menderita hipertensi sebanyak 41,7% sedangkan pre-eklampsia. Teori tersebut menyebutkan
golongan umur < 20 dan > 35 tahun sebanyak blocking antibodies terhadap antigen plasenta
52,2%. Kejadian hipertensi lebih banyak terjadi yang terbentuk pada kehamilan pertama
golongan umur < 20 dan > 35 tahun. menjadi penyebab preeklampsia.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Ramesh.K, Sangeetha Gandhi, penelitan Penelitian Ruzikhan (2007). Analisa
Vishwas Rao (2014). Dari hasil penelitiannya menggunakan uji chi-square diperoleh hasil OR
menunjukan ada hubungan yang bermakna = 2,2 yang artinya ibu dengan kehamilan
antara umur dengan kejadian preeklampsia Primigravida lebih berisiko 2,3 kali menderita
berat. Didapatkan nilai OR sebesar 3,8 yang preeklampsia berat dari pada ibu dengan
artinya ibu hamil yang berusia < 20 tahun atau kehamilan Multigravida.
> 35 tahun lebih berisiko 3,8 kali mengalami Kesimpulan untuk hubungan paritas
preeklampsia berat dari pada ibu hamil yang dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dari
berumur 20 sampai 35 tahun. Bertentangan juga hasil penelitian ini dan didukung oleh penelitian
dengan penelitian yang dilakukan Devi lainnya bahwa paritas merupakan faktor risiko
Kurniasari & Fiki Arifandini (2014), dari hasil rejadinya hipertensi pada ibu hamil.
penelitiannya didapatkan nilai p = 0,000, yang Dari hasil analisis multivariate
artinya ada hubungan yang signifikan antara menunjukan variabel yang paling dominan
umur ibu dengan kejadian preeclampsia dalam penelitian ini adalah Obesitas yang dapat
Menurut peneliti walaupun tidak adanya dilihat dari nilai OR = 8,911 (2,690-29,519)
hubungan antara umur dengan kejadian yang artinya ibu hamil yang obesitas berpeluang

122
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

Tabel 3. Pemodelan Multivariat


95% C.I
Variabel B P value OR
Lower Upper
Paparan asap rokok 1.633 0.008 5.118 1.544 16.968
Obesitas 2.187 0.000 8.911 2.690 29.519
Stress kehamilan 1.907 0.002 6.732 2.005 22.597
Riwayat Hipertensi 0.571 0.324 1.771 0.569 5.506
Paritas 1.051 0.064 2.860 0.942 8.683

8,9 kali menderita hipertensi dibandingkan 2. Variabel yang berhubungan dengan


dengan ibu hamil yang tidak obesitas setelah di kejadian hipertensi pada ibu hamil adalah
kontrol variabel paparan asap rokok, stress riwayat hipertensi (p=0,009), paparan asap
kehamilan, riwayat hipertensi dan paritas. rokok (p=0,010), obesitas (p=0,000), stress
Sebagian besar responden memang kehamilan (p=0,000) dan paritas (p=0,047)
memeiliki IMT yang dikategorikan obesitas. 3. Variabel yang tidak berhubungan dengan
Dari 94 responden terdapat 52,1% yang kejadian hipertensi pada ibu hamil adalah
obesitas. Obesitas akan lebih langsung olaraga ibu hamil, konsumsi garam dan
berpengaruh terhadap peningkatan tekanan umur.
darah atau hipertensi. Menurut Otomo, K., 4. Variabel dominan berhubungan dengan
(2011) obesitas pada ibu hamil merupakan kejadian hipertensi pada ibu hamil adalah
ancaman yang serius dan dapat mengakibatkan obesitas (OR=8,911), yang artinya ibu
terjadinya berbagai penyulit dalam kehamilan, hamil yang obesitas berpeluang 8,9 kali
yaitu DM, hipertensi dan jantung. Sebanyak menderita hipertensi dibandingkan dengan
60% penderita hipertensi adalah orang yang ibu hamil yang tidak obesitas setelah di
mengalami obesitas. kontrol variabel paparan asap rokok, stress
Menurut peneliti pada umumnya orang kehamilan, riwayat hipertensi dan paritas.
dengan obesitas memiliki pola makan dengan Saran
rendah serat serta tinggi kalori dan lemak. 1. Disarankan untuk melakukan promosi
Rendahnya serat mengakibatkan sedikitnya kesehatan pada ibu hamil pada saat
konsumsi buah dan sayur dan penurunan kegiatan posyandu tentang pentingnya
antioksidan yang merupakan salah satu melakukan pemeriksaan kehamilan, karena
penyebab meningkatnya risiko hipertensi. dalam melaksanakan pelayanan Antenatal
Hasil penelitian Caroline, dkk (2016), Care, ada sepuluh standar pelayanan yang
Hasil uji analisis dengan menggunakan Chi harus dilakukan oleh bidan atau tenaga
Square diperoleh adanya hubungan yang kesehatan yang dikenal dengan 10 T dan
signifikan (p=0,013) antara obesitas dengan salah satunya adalah pemeriksaan tekanan
kejadian hipertensi pada ibu hamil dengan OR darah.
4,0 artinya ibu hamil yang obesitas beresiko 4,0 2. Melakukan promosi kesehatan pada ibu
kali menderita hipertensi dibandingkan dengan hamil tentang penyakit hipertensi, serta
ibu hamil yang berat badan normal. mencegah terjadinya hipertensi pada saat
hamil seperti melakukan menjaga berat
PENUTUP badan agar tetap ideal dengan cara
mengaja pola makan serta menjaga agar
Keismpulan tidak stress seperti melakukan olaraga ibu
1. Sebagian besar ibu hamil dalam peneltitian hamil.
ini tidak menderita hipertensi yaitu 3. Disarankan juga agar melalukan
sebanyak 50 (53,2%) ibu hamil. pemeriksaan tekanan darah saat hamil

123
Titi, A., Tri, B, W, R., Sri, W. / Faktor Risiko Kejadian / JPPKMI 1 (2) (2020)

terutama bagi yang memiliki riwayat Hasanuddin


hioertensi pada kehamilan sebelumnya. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
4. Ibu hamil diharapkan untuk menjaga berat Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
badan agar tetap ideal, dengan cara selalu
Kementerian Kesehatan RI
melakukan aktivitas fisik yang cukup
Lina, N. dkk. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap
seperti joging, senam hamil, dll. Dan juga Rokok Di Rumah pada Wanita terhadap Kejadian
untuk selalau menjaga pikiran agar tidak Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi
stress, seperti selalu melakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
pemeriksaan kehamilan tepat waktu agar Airlangga 1(2)
keluhatan kehamilan dapat disampaikan Mardiani, dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan
lansung kepada tenaga kesehatan dengan Terjadinya Preeklampsia pada Ibu Hamil
Trimester III di Puskesmas Kecamatan Pasar.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(3)
DAFTAR PUSTAKA
Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension.
Artikel Review. J MAJORITY | Volume 4
American Heart Association. 2017. Top Ten Things to
Nomer 5 | Februari 2015
Know 2017 Hypertension Clinical Guidelines.
Paskah Rina Situmorang. 2015. Faktor – Faktor Yang
American Heart Association
Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Casey, Anggi & Benson, Hebert. 2006. Harvard
Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum
Medical School Guide: Lowering Your Blood
Sari Mutiara Medan Tahun 2014. Jurnal Ilmiah
Pressure. New York: Arragement With The
Keperawatan Vol. 1, No. 1, Februari 2015
McGraw-Hill Companies Inc
Radjamuda, N. dkk. 2014. Faktor-Faktor Risiko yang
Chataut J, Adhikari RK, Sinha NP. 2011. Prevalence
Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
and Risk Factors for Hypertension in Adults Living
Ibu Hamil di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit
in Central Development Region of Nepal.
Jiwa Prov. Dr. V. L Ratumbuysang Kota Manado.
Kathmandu University Medical Journal.
Jurnal Ilmiah Bidan, 2(1)
Vol.9. No. 1. Issue 33. jan-mar 2011
Ridha, H. 2013. Determinan Kejadian Stress Persalinan
Christina Dilla. 2013. Hubungan Kualitas Pelayanan
Primigravida di Puskesmas Mongolato Kabupaten
Antenatal dengan Komplikasi Persalinan Wilayah
Gorontalo Provinsi Gorontalo. Jurnal Kesehatan
Perdesaan di Indonesia (Analisis Data Sekunder
Masyarakat Universitas Hasanuddin
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun
Saraswati, N. 2016. Faktor Risiko yang Berhubungan
2007). Tesis. Universtas Indonesia
dengan Kejadian Preeclampsia pada Ibu Hamil
Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis, Penemuan dan
(Studi Kasus Di Rsud Kab. Brebes Tahun 2014).
Tatalaksana Penyakit Hipertensi. Direktorat
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat
Jendral PP & PLDepartemen Kesehatan RI
Universitas Negeru Semarang Indonesia
2006
Sri, dkk. 2016. Analisis Faktor-Faktor yang Berisiko
Fahira, A. 2017. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia
Terhadap Preeklamsia pada Ibu Bersalin di Rsud
Pada Ibu Hamil Di Rsu Anutapura Kota Palu.
Raden Mattaher Jambi Tahun 2016. Scientia
Jurnal Kesehatan Tadulako 3(2)
Journal Stikes Prima Jambi, 5(2).
Fitrina, Yossi. 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Soeharto. 2004. Serangan jantung Dan Stroke
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia Lanjut Di
Hubungannya Dengan lemak dan Kolesterol.
Wilayah Kerja Puskesmas Kebun Sikolos
Jakarta : Gramedia Pustaka Umum
Kecamatan Padang Panjang Barat Tahun 2014.
Unicef. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Afiyah. Vol. 3, No.1,
Anak. Unicef Indonesia
Tahun 2016
Widyartha, Jaya., Artawan EP & Luh SA. 2016.
Hanifah, H. 2017. Pengaruh Paparan Asap Rokok
Riwayat Keluarga, Stress, Aktivitas Fisik Ringan,
Lingkungan pada Ibu Hamil Terhadap Kejadian
Obesitas dan Konsumsi Makanan Asin Berlebihan
Bayi Berat Lahir Rendah. Skripsi Universitas
Sebagai Faktor Risiko Hipertensi. Public Health
Lampung.
and Preventive Medicine Archive. Volume 4,
Hukmiah, dkk. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan
Nomor 2, Desember 2016
Pemanfaatan Antenatal Care Di Wilayah Pesisir
World Health Organization. 2015. Data Hipertensi
Kecamatan Mandalle. Epidemiologi Fakultas
Global. Asia Tenggara: Who
Kesehatan Masyarakat Universitas

124

Anda mungkin juga menyukai