Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA


NY. S.A USIA 36 TAHUN G3P2A0
DI KLINIK ALYSSA MEDIKA
TAHUN 2022

Disusun Oleh:
TRIA ISHMA ROSITA
2215901005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam penyelenggaraan
Praktik Stase Asuhan Kebidanan pada Persalinan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2022/2023

Tangerang, 28 Desember 2022

Mengetahui :

Pembimbing Stase Pembimbing Lahan /CI

(Murni Lestari, M.Keb) (Catur Erty Suksesty, M.Keb)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Praktik Stase Asuhan Kebidanan
pada Persalinan dan BBL. Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan BBL yang merupakan salah satu mata kuliah yang
harus dilalui dalam proses pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Imas Yoyoh, M.Kep., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Muhammadiyah Tangerang

2. Catur Erty Suksesty, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang dan selaku pembimbing lahan

3. Murni Lestari, M.Keb selaku Dosen Pembimbing Institusi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik
dari berbagai pihak. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna
bagi yang membutuhkannya.

Tangerang, 28 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

TINJAUAN TEORI.................................................................................................................1

A. PERSALINAN...............................................................................................................1

1. Pengertian Persalinan...............................................................................................1

2. Tanda dan Gejala .....................................................................................................1

3. Faktor Yang Mempengaruhi…………………………………………………………


2

4. Tahapan (Kala) Persalinan…………………………………………………………..


3

5. Asuhan Kebidanan Persalinan (60 Langkah)…………………………………………………………………..


4

B.PARTOGRAF…………………………………………………………………………..
10

1. Pengertian Partograf………………………………………………………………..
10

2. Kegunaan Partograf…………………………………………………………………
10

3. Manfaat Partograf…………………………………………………………………..
10

4. Waktu Pemantauan…………………………………………………………………
11

5. Pendokumentasian………………………………………………………………….
11

6. Form Partograf………………………………………………………………………
12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
14

iii
TINJAUAN TEORI
1. PERSALINAN
2. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Saifudin, 2009).
Persalinan dan kelahiran suatu kejadian fisiologi yang normal yang mana
kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa osial yang dinantikan seorang ibu dan
keluarga sealma 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk
melahirkan bayinya sedangkan peranan tugas tenaga kesehatan adalah memantau
persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping itu
juga peran keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifudin,
2009).

3. Tanda dan Gejala


Menurut prawihardjo (2014), tanda dan gejala persalinan di bagi menjadi
beberapa bagian, yaitu:
a. Tanda-tanda persalinan
1) Terjadinya persalinan palsu
Persalinan palsu merupakan tanda dan gejala yang dialami ibu hamil
mendekati persalinan. Persalinan palsu mencakup proses kontraksi uterus
yang sangat nyeri. Kontraksi uterus tersebut, sebenarnya terjadi
dikarenakan kontraksi Braxton hicks’ yang tidak nyeri, yang telah terjadi
sejak enam minggu kehamilan.
2) Bloody show
Bloody show atau plak lendir. Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil
proliferasi kelenjar lendir serviks yang terjadi pada awal kehamilan. Plak
lendir tersebut menjadi sawar pelindung dan penutup jalan lahir selama
kehamilan
3) Mengalami ketuban pecah dini
Umumnya, ibu hamil dan kondisi normal, ketuban akan pecah pada akhir
kala satu persalinan. Namun, ketuban pecah dini dapat dialami oleh 80%
wanita hamil dan mengalami persalinan spontan dalam 24 jam.
b. Gejala-gejala persalinan
1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

1
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka

4. Faktor yang Mempengaruhi


a. Power (Tenaga/Kekuatan)
1) His (Kontraksi Uterus)
Merupakan kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi
simetris, fundus dominial, terkordinasi dan relaksasi. Kontraksi ini bersifat
involunter karena berada dibawah saraf intrinsic.
2) Tenaga Mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah atau dipecahkan, serta
sebagaian presentasi sudah berada di dasar panggul, sifat kontraksinya
berubah, yakni bersifat mendorong keluar dibantu dengan keinginan ibu
untuk mengedan atau usaha volunteer. Keinginan mengedan ini di
sebabkan karena, kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intra abdominial dan tekanan ini menekan uterus pada
semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong keluar, tenaga ini
serupa dengan tenaga mengedan sewaktu buang air besar (BAB) tapi jauh
lebih kuat, saat kepala sampai kedasar panggul timbul reflex yang
mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengkontraksikan otot-otot perut
dan menekan diafragmanya kebawah, tenaga mengejan ini hanya dapat
berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his
dan tanpa tenaga mengedan bayi tidak akan lahir (Ai Nursiah, dkk, 2014:
31-32).
b. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal (Widia, 2015: 16).
c. Passanger (Janin, Plasenta, dan Air Ketuban)
1) Janin
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberaapa faktor, yakni kepala janin, presentasi, letak, sikap dan
posisi janin (Ai Nursiah, dkk, 2014: 39).
2) Plasenta

2
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air Ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membran janin, dengan demikian pembentukan
komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini
terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan
amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan
saluran serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan
yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh (Widia,
2015: 29).
d. Faktor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat,
dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan
semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman
pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
(Widia, 2015: 29-30).
e. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi
aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah,
dkk 2014: 48).

5. Tahapan
Menurut Yanti (2009:6-7), tahapan persalinan dibagi atas 4 kala dalam persalinan
yaitu:
1) Kala pertama adalah fase terjadinya dilatasi serviks untuk menyiapkan jalan
lahir bagi janin. Kala pertama dibedakan menjadi dua fase yaitu pertama, fase
laten adalah fase dimulainya persalinan hingga dilatasi serviks 3 cm dan

3
kedua,fase aktif yang dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi (dilatasi
serviks 3 cm sampai 4 cm), fase dilatasi maksimal (dilatasi serviks 4 cm
sampai 9 cm) dan fase deselerasi (dilatasi serviks 9 cm sampai 10 cm). fase
laten normalnya pada nullipara terjadi selama < 20 jam dan < 14 jam pada
multipara. Pada fase aktif, serviks harus mengalami dilatasi > 1,2 cm/jam
pada nullipara dan > 1,5 cm pada multipara.
2) Kala dua, yang dimulai ketika serviks telah mengalami dilatasi 10 cm dan
diakhiri dengan kelahiran bayi. Kala dua berlangsung maksimal <2 jam pada
nullipara dan < 1 jam pada multipara.
3) Kala tiga adalah tahap pengeluaran plasenta dan selaput janin yang
berlangsung selama ≤ 10 menit dan dapat dibiarkan hingga batas waktu 30
menit jika tidak terjadi perdarahan.
4) Kala empat merupakan masa satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya
kala empat persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas, mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

6. Asuhan Kebidanan Persalinan (60 Langkah)


Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua.
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum atau vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
2. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan.
Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan spuit steril sekali
pakai di dalam partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/ pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam spuit (dengan memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi spuit).
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik

4
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan 0,5%, kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
c. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan secara oral.
g. Menilai DJJ setiap setelah kontraksi dan atau meneran.
h. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat
diantara kontraksi.

5
i. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi


14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi
18. Setalah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, untuk sementara
tangan yang lain menahan kepala bayi untuk mempertahankan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau
bernafas cepat dan dangkal.
19. Dengan lembut menyeka muka, muka, mulut dan hidung bayi dengan kain
atau kassa yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan kemudian meneruskan proses kelahiran bayi:
a. Jika tali pusat melilit leher janin dan longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat
dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Membantu Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang kepala bayi secara
bipariental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan
lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu depan muncul
dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut gerakkan kearah atas dan
luar untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai yang berada
dibawah kearah perineum,membiarkan bahu dan lengan depan lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan
siku dan tangan belakang bayi saat keduanya lahir.

6
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari
punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

Penanganan Bayi Baru Lahir


25. Perhatikan dan lakukan penilaian segara pada bayi (dalam 30 detik) :
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/ bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di
tempat yang memungkinkan).
26. segera mengeringkan tubuh bayi dengan handuk kering dan bersih, kemudian
ganti dengan kain/ bedong dan membungkus kepala dan badan bayi . Lakukan
penyuntikkan oksitosin/im dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir
27. menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi dan
memasang klem kedua 2cm dari klem pertama (ke arah ibu) setelah 2 menit
bayi lahir
28. memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut. Ikat tali pusat dengan
benang tali pusat Steril atau DTT dengan simpul mati yang kuat dan biarkan
tali pusat terbuka tanpa membugkusnya dengan kain kasa
29. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas,ambil tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan
dengan posisi kulit dada ibu dan dada serta perut bayi bersentuhan langsung
( skin to skin) dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai
pemberian ASI jika ibu menghendakinya, selimuti tubuh ibu dan bayinya
dengan hangat dan nyaman.
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33. Dalam 1 menit pertama setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penengangan Tali Pusat Terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat

7
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. (jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan putting susu).
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit:
1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan

8
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kain bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan

9
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas perlatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

7. PARTOGRAF
1. Pengertian
Partograf adalah alat pencatatan yang digunakan dalam persalinan yang berfungsi
sebagai alat bantu untuk observasi kemajuan kala I persalinan, dari catatatan tersebut
memberikan informasi tentang keadaan ibu, janin, dan seluruh proses persalinan.
Partograf merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada
persalinan kala I fase aktif (Gustiawati, 2012).

2. Kegunaan
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini, setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
3. Manfaat
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1) Mencatat kemajuan persalinan

10
2) Mencatat kondisi ibu dan janin.
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
4. Waktu Pemantauan
Kondisi ibu dan bayi yang harus dinilai dan dicatat dengan seksama yaitu:
1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
3) Nadi: setiap ½ jam
4) Pembukaan serviks: setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 – 4 jam.

5. Pendokumentasian
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan bayi sebagai berikut
1) Denyut jantung ijanin, diperiksa setiap ½ jam
2) Air ketuban, catat air ketuban setiap pemeriksaan vagina
a) U: Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
b) J: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
c) M: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
d) K: Selaput ketuban sudah pecah tapi air etuban tidak mengalir lagi
(kering)
3) Penyusupan tulang kepala janin (molase)
a) 0: Sutura terpisah
b) 1:Tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
c) 2:Tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
d) 3: Tulang kepala janin sailing tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
4) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda
silang (x)
5) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagian 5 bagian) yang teraba
pada pemeriksaan abdomen/luar diatas simpisis pubis. Catat dengan
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.

11
6) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
: Kurang dari 20 detik
: Antara 20 dan 40 detik
: Lebih dari 40 detik

7) Obat-obatan dan cairan yang diberikan seperti oksitosin jika memakai


oksitosin catat setiap 30 menit jumlah unit oksitosi yang diberikan per
volume cairan infus dan dalam tetesan per menit, serta obat serta cairan IV
8) Nadi catatlah setiap ½ jam, diberi tanda (•)
9) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

12
Produksi urin, aseton dan protein catat setiap kali berkemih. Jika temuan-
temuan melintasi ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan
harus
melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari
rujukan yang tepat.

Gambar 1Halaman Depan Partograph

13
DAFTAR PUSTAKA

Andini, Ayu. (2020). Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh Dari Target SDGs.
Jakarta: Lokadata.id (https://lokadata.id/artikel/angka-kematian-ibu-di-indonesia-
masih-jauh-dari-target-sdgs)
Anik, Maryunani. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media
Gustiawati, Irma. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan

14
Partograf Oleh Bidan Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Nursiah, Ai, dkk. (2014). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT. Refika
Aditama
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka

Saifuddin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Saifudin, Abdul Bahri. (2013). Buku Acuan Nassional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Yanti. (2009). Asuhan kebidanan persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihana

JNPK-KR, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. (2017). Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal, Asuhan Esensial Bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas. Jakarta: JNPK-KR

Dora Gusvi Darwis, Octa Dwienda Ristica, Posisi Meneran Pada Ibu Bersalin Untuk

Memperlancar Proses Kala II Persalinan, Program Studi D III Kebidanan, Universitas

Hang Tuah Pekanbaru, Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal) e- ISSN

2776-625X, https://doi.org/10-25311/jkt/vol2.Issi.581

Vol 02,Nomor 01 Th.2022

Mutmaina, (2014). Hubungan Antara Jarak Kehamilan Umur dan Paritas Dengan Lama

Persalinan KalaI Di Kamar Bersalin RSU Antapura Palu, Program Studi D III

Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu, Jurnal Info

Kesehatan Vol 12 No.01,2022, https://jurnal.ikbis.ac.id

15
16

Anda mungkin juga menyukai