Disusun Oleh:
TRIA ISHMA ROSITA
2215901005
Telah disahkan Laporan Pendahuluan sebagai Salah Satu Persyaratan dalam penyelenggaraan
Praktik Stase Asuhan Kebidanan pada Persalinan Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tangerang Tahun 2022/2023
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan pada Praktik Stase Asuhan Kebidanan
pada Persalinan dan BBL. Penulisan laporan ini dalam rangka menerapkan tugas mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada Persalinan dan BBL yang merupakan salah satu mata kuliah yang
harus dilalui dalam proses pendidikan profesi bidan. Dalam penyusunan laporan pendahuluan
ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
2. Catur Erty Suksesty, M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Fakultas Ilmu
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kesempurnaan dengan demikian penulis sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik
dari berbagai pihak. Akhir kata semoga hasil laporan ini memberikan manfaat yang berguna
bagi yang membutuhkannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................1
A. PERSALINAN...............................................................................................................1
1. Pengertian Persalinan...............................................................................................1
B.PARTOGRAF…………………………………………………………………………..
10
1. Pengertian Partograf………………………………………………………………..
10
2. Kegunaan Partograf…………………………………………………………………
10
3. Manfaat Partograf…………………………………………………………………..
10
4. Waktu Pemantauan…………………………………………………………………
11
5. Pendokumentasian………………………………………………………………….
11
6. Form Partograf………………………………………………………………………
12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
14
iii
TINJAUAN TEORI
1. PERSALINAN
2. Pengertian
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam, tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Saifudin, 2009).
Persalinan dan kelahiran suatu kejadian fisiologi yang normal yang mana
kelahiran seorang bayi merupakan peristiwa osial yang dinantikan seorang ibu dan
keluarga sealma 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk
melahirkan bayinya sedangkan peranan tugas tenaga kesehatan adalah memantau
persalinan dan mendeteksi dini adanya komplikasi selama persalinan, disamping itu
juga peran keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifudin,
2009).
1
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau
vaginanya.
3) Perineum menonjol.
4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
2
Plasenta juga harus melewati jalan lahir maka dia di anggab sebagai
bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan normal (Widia, 2015: 29).
3) Air Ketuban
Amnion pada kehamilan aterm merupakan suatu membran yang kuat dan
ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang menentukan hampir semua
kekuatan regangan membran janin, dengan demikian pembentukan
komponen amnion yang mencegah ruptur atau robekan. Penurunan ini
terjadi atas 3 kekuatan yaitu salah satunya adalah tekanan dari cairan
amnion dan juga saat terjadinya dilatasi serviks atau pelebaran muara dan
saluran serviks yang terjadi di awal persalinan, dapat juga karena tekanan
yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama ketuban masih utuh (Widia,
2015: 29).
d. Faktor Psikis (Psikologi)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas, “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bisa melahirkan atau memproduksi anak.
1) Psikologis meliputi : Kondisi psikologis ibu sendiri, emosi dan persiapan
intelektual, pengalaman melahirkan bayi sebelumnya, kebiasaan adat,
dan dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.
2) Sikap negative terhadap persalinan di pengaruhi oleh : Persalinan
semacam ancaman terhadap keamanan, persalinan semacam ancaman
pada self-image, medikasi persalinan, dan nyeri persalinan dan kelahiran
(Widia, 2015: 29-30).
e. Pysician (Penolong)
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini adalah bidan, yang
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan
janin (Widia, 2015: 30). Tidak hanya aspek tindakan yang di berikan, tetapi
aspek konseling dan meberikan informasi yang jelas dibutuhkan oleh ibu
bersalin utuk mengurangi tingkat kecemasan ibu dan keluarga (Ai Nursiah,
dkk 2014: 48).
5. Tahapan
Menurut Yanti (2009:6-7), tahapan persalinan dibagi atas 4 kala dalam persalinan
yaitu:
1) Kala pertama adalah fase terjadinya dilatasi serviks untuk menyiapkan jalan
lahir bagi janin. Kala pertama dibedakan menjadi dua fase yaitu pertama, fase
laten adalah fase dimulainya persalinan hingga dilatasi serviks 3 cm dan
3
kedua,fase aktif yang dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi (dilatasi
serviks 3 cm sampai 4 cm), fase dilatasi maksimal (dilatasi serviks 4 cm
sampai 9 cm) dan fase deselerasi (dilatasi serviks 9 cm sampai 10 cm). fase
laten normalnya pada nullipara terjadi selama < 20 jam dan < 14 jam pada
multipara. Pada fase aktif, serviks harus mengalami dilatasi > 1,2 cm/jam
pada nullipara dan > 1,5 cm pada multipara.
2) Kala dua, yang dimulai ketika serviks telah mengalami dilatasi 10 cm dan
diakhiri dengan kelahiran bayi. Kala dua berlangsung maksimal <2 jam pada
nullipara dan < 1 jam pada multipara.
3) Kala tiga adalah tahap pengeluaran plasenta dan selaput janin yang
berlangsung selama ≤ 10 menit dan dapat dibiarkan hingga batas waktu 30
menit jika tidak terjadi perdarahan.
4) Kala empat merupakan masa satu sampai dua jam setelah plasenta lahir.
Dalam klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya
kala empat persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa
dimulainya masa nifas, mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.
4
7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan kebelakang dengan
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan ke dalam larutan 0,5%, kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu
ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada
saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran:
a. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk
meneran
b. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran
c. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya
(tidak meminta ibu berbaring terlentang).
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada
ibu.
f. Menganjurkan asupan cairan secara oral.
g. Menilai DJJ setiap setelah kontraksi dan atau meneran.
h. Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok atau mengambil posisi yang
aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk
mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat
diantara kontraksi.
5
i. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi setelah 60
menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
6
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas dari
punggung kearah kaki bayi untuk menyangga saat punggung kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
7
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat diatas tulang
pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan
menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah
bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion
uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali
pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. (jika uterus tidak
berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan
rangsangan putting susu).
Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva.
b. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama
15 menit:
1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung kemih
dengan menggunakan teknik aseptic jika perlu.
3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak
kelahiran bayi.
38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan
dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan
melingkar lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Perdarahan
8
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit
laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pascapersalinan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan
klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali DTT
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan dengan
simpul mati yang pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya kedalam larutan klorin 0,5%.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan
handuk atau kain bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:
a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan.
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesi local dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah
52. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan kandung kemih setiap 15 menit selama
satu jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascapersalinan.
a. Memeriksa temperature tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pascapersalinan.
b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
9
53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas perlatan setelah
dekontaminasi.
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang
sesuai.
55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan cairan
ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan
klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan
bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
7. PARTOGRAF
1. Pengertian
Partograf adalah alat pencatatan yang digunakan dalam persalinan yang berfungsi
sebagai alat bantu untuk observasi kemajuan kala I persalinan, dari catatatan tersebut
memberikan informasi tentang keadaan ibu, janin, dan seluruh proses persalinan.
Partograf merupakan alat utama dalam mengambil keputusan klinik khususnya pada
persalinan kala I fase aktif (Gustiawati, 2012).
2. Kegunaan
Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah :
1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini, setiap kemungkinan
terjadinya partus lama.
3. Manfaat
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong
persalinan untuk :
1) Mencatat kemajuan persalinan
10
2) Mencatat kondisi ibu dan janin.
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini penyulit
persalinan
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik
yang sesuai dan tepat waktu.
4. Waktu Pemantauan
Kondisi ibu dan bayi yang harus dinilai dan dicatat dengan seksama yaitu:
1) Denyut jantung janin: setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap ½ jam
3) Nadi: setiap ½ jam
4) Pembukaan serviks: setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2 – 4 jam.
5. Pendokumentasian
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan bayi sebagai berikut
1) Denyut jantung ijanin, diperiksa setiap ½ jam
2) Air ketuban, catat air ketuban setiap pemeriksaan vagina
a) U: Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)
b) J: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
c) M: Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
mekonium
d) K: Selaput ketuban sudah pecah tapi air etuban tidak mengalir lagi
(kering)
3) Penyusupan tulang kepala janin (molase)
a) 0: Sutura terpisah
b) 1:Tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
c) 2:Tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi masih dapat
dipisahkan
d) 3: Tulang kepala janin sailing tumpang tindih dan tidak dapat
dipisahkan
4) Pembukaan mulut rahim (serviks) dinilai setiap 4 jam dan diberikan tanda
silang (x)
5) Penurunan: mengacu pada bagian kepala (dibagian 5 bagian) yang teraba
pada pemeriksaan abdomen/luar diatas simpisis pubis. Catat dengan
lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam.
11
6) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
: Kurang dari 20 detik
: Antara 20 dan 40 detik
: Lebih dari 40 detik
12
Produksi urin, aseton dan protein catat setiap kali berkemih. Jika temuan-
temuan melintasi ke arah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan
harus
melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari
rujukan yang tepat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Andini, Ayu. (2020). Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh Dari Target SDGs.
Jakarta: Lokadata.id (https://lokadata.id/artikel/angka-kematian-ibu-di-indonesia-
masih-jauh-dari-target-sdgs)
Anik, Maryunani. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media
Gustiawati, Irma. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan
14
Partograf Oleh Bidan Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2012. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat: Universitas Indonesia
Kementrian Kesehatan RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Nursiah, Ai, dkk. (2014). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT. Refika
Aditama
Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka
Saifuddin. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Saifudin, Abdul Bahri. (2013). Buku Acuan Nassional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Yanti. (2009). Asuhan kebidanan persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihana
JNPK-KR, Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. (2017). Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal, Asuhan Esensial Bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir serta
Penatalaksanaan Komplikasi Segera Pascapersalinan dan Nifas. Jakarta: JNPK-KR
Dora Gusvi Darwis, Octa Dwienda Ristica, Posisi Meneran Pada Ibu Bersalin Untuk
Hang Tuah Pekanbaru, Jurnal Kebidanan Terkini (Current Midwifery Journal) e- ISSN
2776-625X, https://doi.org/10-25311/jkt/vol2.Issi.581
Mutmaina, (2014). Hubungan Antara Jarak Kehamilan Umur dan Paritas Dengan Lama
Persalinan KalaI Di Kamar Bersalin RSU Antapura Palu, Program Studi D III
Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu, Jurnal Info
15
16