Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN NYERI PADA PROSEDUR TINDAKAN INTRA PARTUM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
RIANA OKTAVIA 20191440119038
SHAFA ALYA KHANSA 20191440119042
RIZKY AMALIA .S 20191440119039
WAFIQ AZIZAH 20191440119046
MUHAMMAD HAFIDZ .F 20191440119023
PUTERI HIJRATUL .A 20191440119034

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI


SEKLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INTAN MARTAPURA
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/ 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul Tindakan Manajemen Nyeri Pada Prosedur Intra
Partum tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai Tindakan Manajemen Nyeri Pada Prosedur Intra Partum secara lengkap dan
mudah untuk dipahami, bagi para pembaca serta bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
krtitik dan saran akan kami nantikan demi terciptanya makalah yang sempurna.

Martapura, 25 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. …….2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… . ……3

BAB I……………………………………………………………………………………… …… 4

PENDAHULUAN……………………………………………………………….……………… 4

A. LATAR BELAKANG……………………………………………………………….….. 4

B. TUJUAN UMUM……………………………………………………………………….. 5

C. TUJUAN KHUSUS…………………………………………………………….……….. 5

BAB II…………………………………………………………………………………….….….. 6

ISI…………………………………………………………………………………………..……. 6

A. PENGERTIAN PERSALINAN………………………………………………………… 6

B. TANDA-TANDA PERSALINAN……………………………………………….…….. 6

C. PROSES PERSALINAN ………………………………………………………………. 6

D. PENYEBAB NYERI PERSALINAN …………………………………………………. 7

E. JENIS NYERI PERSALINAN………………………………………….……………... 8

F. PENILAIAN DAN PENGUKURAN NYERI…………………………………….….. ..8

G. MANAJEMEN NYERI………………………………………………...……………….10

BAB III……………………………………………………………………………,,,,,,,,,…….. 13

PENUTUP…………………………………………………………………………,,,,,,,,,……. .13

A. KESIMPULAN……………………………………………………………..………… 13

B. SARAN………………………………………………………………………..………. 13

C. DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..........……… 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.
Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman
akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan
ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014). Persalinan
merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang cukup bulan atau
dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati & Nugraheny, 2013).

Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger (janin),
power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila ketiga faktor
terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi proses persalinan
yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011). Pada ibu yang pertama kali menjalani proses
persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat pada peningkatan nyeri selama proses
persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan menjadi tidak lancar (Wijaya dkk, 2014).
Sehingga dalam suatu persalinan seorang istri membutuhkan dukungan fisik maupun psikis agar
dapat meringankan kondisi psikologis ibuyang tidak stabil, peran suami sangat dibutuhkan
selama proses persalinan.

Beberapa wujud nyata peran laki- laki saat istrinya melahirkan adalah memberian
dukungan berupa pendampingan selama proses persalinan terjadi, sehingga dapat mempermudah
proses persalinan, memberikan perasaan nyaman, semangat, rasa percaya diri ibu meningkat,
serta mengurangi tindakan medis. Dukungan seorang suami dalam proses persalinan merupakan
sumber kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh tenaga kesehatan. Dukungan suami berupa
penguatan, memberikan semangat istri baik moral maupun material seperti memberikan
dukungan fisik, psikologis, emosi, informasi, penilaian dan keuangan atau finansial (Marmi,
2012).

Selain memberikan dukungan dan pendampingan peran seorang suami selama persalinan
diantaranya mengambil keputusan tentang tempat pengiriman/ tempat rujukan persalinan,
menyiapkan transportasi untuk menuju tepat persalinan dan juga yang terpenting adalah
mengetahui akan komplikasi saat kehamilan dan persalinan(Iliyasuet al, 2010).
B. TUJUAN UMUM

Mahasiswa Mampu Melaksanakan Manejemen Nyeri Pada Prosedur Tindakan Intra


Partum

C. TUJUAN KHUSUS

a. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Persalinan

b. Untuk Mengetahui dan Memahami Tanda-tanda Persalinan

c. Untuk Mengetahui dan Memahami Proses Persalinan

d. Untuk Mengetahui dan Memahami Penyebab Nyeri Persalinan

e. Untuk Mengetahui dan Memahami Jenis Nyeri Persalinan

f. Untuk Mengetahui dan Memahami Penilaian dan Pengukuran Nyeri

g. Untuk Mengetahui dan Memahami Manejemen Nyeri Persalinan


BAB II
ISI

A. PENGERTIAN

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Partus immaturus kurang dari 28
minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 1000  –  500 gram. Partus
prematurus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tapi belum
cukup bulan, berat janin antara 1000  –  2500 gram atau tua kehamilan antara 28
minggu sampai 36 minggu. Partus posmaturus atau serotinus adalah partus yang
terjadi 2 minggu atau lebih dari taksiran partus. (Sarwono prawirohardjo, 2011)

Sedangkan menurut (Varney, 2002), Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang
berakhir denagn pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya
dimulai dengan adanya kontraksi yang ditandai dengan perubahan progresif pada servik, dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta.

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.
Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman
akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan
ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).

B. TANDA-TANDA PERSALINAN

Tanda-tanda inpartu menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:


 Rasa sakit oleh adanya His yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
 Keluar lendir dan bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
 Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
 Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukan telah ada.

C. PROSES PERSALINAN

Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala menurut (Wiknjosastro, 2005).

1. Kala I

Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan
lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir
kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari
pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika seevikas membuka. Proses membukanya srviks sebagai akibar his
dibagi dalam 2 fase:

Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3 cm.

Fase Aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni:


1) Fase akselerasi.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselarasi pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9cm menjadi lengkap.

2. Kala II

Kala II adalah kala pengeluaran. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, yaitu 2-3 menit sekali karena kepala janin sudah masuk
keruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot- otot dasar panggul, yang secara
refleksoris menimbulkan rasa mengejan.
Perawatan selama kala II :
Pada saat ini, ibu dibantu agar berada dalam posisi yang nyaman baginya, denyut nadi
diperiksa setiap 15 menit. Denyut jantung janin diperiksa antara tiap kontraksi atau his. Wajah
dan leher ibu diusap dengan handuk basah, kandung kemih dikosongkan dan kemajuan
persalinan diamati

3. Kala III atau Kala Uri


Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya placenta. Placenta biasanya lepas dalam 6-15
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran placenta disertai pengeluaran darah

4. Kala IV
Dimulai dari keluarnya placenta sampai 1-4 jam atau sampai tanda-tanda vital ibu stabil.

D. PENYEBAB NYERI PERSALINAN


Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi. Penyebabnya meliputi faktor
fisiologis dan psikis (Hartanti, 2005).
 Faktor fisiologis

Faktor psikologis yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan otot ini menimbulkanrasa
nyeri karena saat itu otot-otot rahim memanjang dan kemudian memendek. Serviks juga akan
melunak, menipis dan mendatar, kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin menekan mulut
rahim dan membukannya. Jadi, kontraksi merupakan bagian dari upaya membuka jalan lahir.
Intensitas rasa nyeri dari pembukaan satu sampai pembukaan sepuluh akan bertambah
tinggi san semakin sering sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan bayi terhadap
struktur panggul, diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir bagian bawah. dari tak ada
pembukaan sampai pada pembukaan 2 bisa berlangsung sekitar 8 jam. Rasa sakit pada
pembukaan 3 cm sampai selanjutnya rata-rata 0,5-1cm perjam.
Maka lama dan frekuensi nyeri makin sering dan makin bertambah kuat sampai
mendekati proses persalinan.

 Faktor Psikis

Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri. Setiap ibu
mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan, karena ambang batas rangang nyeri
setiap orang berlainan dan subyektif sekali. Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang
terasa kencang. Adapula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam respon itu
merupakan suatu mekanisme proteksi diri dari rasa nyeri yang dirasakan.

E. JENIS NYERI PERSALINAN

Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda. Pertama nyeri berasal
dari otot rahim, pada saat otot ini berkontraksi nyeri yang timbul disebut nyeri viseral. Nyeri ini
tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya (Pain-Pointed). Nyeri viseral juga dapat
dirasakan pada orang lain yang bukan merupakan asalnya disebut nyeri alih (Reffered pain).
Pada persalinan nyeri alih dapat diraasakan pada orang yitu punggung bagian bawah dan
sacrum. Sedangkan nyeri yang kedua timbul pada saat mendekati kelahiran. Tidak seperti nyeri
viseral, nyeri ini terlokalisir didaerah vagina, rectum dan perinium sekitar anus. Nyeri jenis ini
disebut nyeri somatik dan disebabkan peregangan stuktur jalan lahir bagian bawah akibat
penurunan bagian terbawah janin (Ratnaningsih, 2010).

F. PENILAIAN DAN PENGUKURAN NYERI

Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri dengan
kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul, berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi ini juga dapat
didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti kuesioner nyeri MC bill,
yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai nyeri. Kuesioner ini mengukur
dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama
klien menandai lokasi nyeri disebuah gambar tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih
20 kata yang menjelaskan kualitas sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada
bagian ketiga klien memilih kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk menetap untuk
menjalaskan pola nyeri. Pada bagian keempat klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu
skala 0 sampai 5 (Price, 2005).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau keparahan nyeri klien:

 Face Pain Rating Scale

 Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul
G. MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

Managemen Farmakologi

Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk


menghilangkan nyeri dengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk pengendalian
nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat dengan kolaborasi dengan dokter. Terdapat tiga
kelompok obat nyeri yaitu:
 Analgetik non opioid
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN) Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan
sampai sedang terutama asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik
dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil) merupakan
OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS
menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin
dari prekorsor asam arokidonat. Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara
sinergis dengan prodok inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan histamin
untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS mengganggu mekanisme
transduksi di nosiseptor aferen primer dengan menghambat sintesis prostaglandin.
 Analgesia opioid

Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan
nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini merupakan patokan dalam
pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan salah satu jenis
obat ini yang digunakan untuk mengobati nyeri berat. Berbeda dengan OAINS yang bekerja
diperifer, Morfin menimbulkan efek analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan efek dengan
mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi di batang otak yang menghambat nyeri pada
sistem assenden.

 Adjuvan / Koanalgetik

Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam
penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat ini
adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin) (Price & Wilson, 2006).
Managemen Non-Farmakologi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat
persalinan, yaitu salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis.Terapi non-
farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan obat-obatan, tetapi
dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat sedikit mengurangi rasa nyeri saat
persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat dilakukan ialah:
 Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada empat
tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya membaca atau menonton televisi, Distraksi
auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya menarik nafas dan massase,
Distraksi kognitif, misalnya bermain puzzle.
 Hypnosis-diri

Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti


positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan tentang perasaan yang rileks dan
damai. Individu memasuki keadaan rileks dengan menggunakan bagian ide pikiran dan
kemudian kondisi- kondisi yang menghasilkan respons tertentu bagi mereka (Edelman &
Mandel, 1994). Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun. Konsentrasi yang efektif
mengurangi ketakutan dan sters karena individu berkonsentrasi hanya pada satu pikiran. Selain
itu juga mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu sederhana untuk meningkatkan rasa
nyaman ialah membuang atau mencegah stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien
yang imobilisasi atau tidak mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat
dicegah dengan mengantisipasi kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang klien yang
dibiarkan mengalami konstipasi akan menderita distensi dan kram abdomen. Upaya ini hanya
klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari situasi yang menenyebabkan
nyeri (Mander, 2003).
 Stimulas Kutaneus

Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan
nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan stimulasi saraf elektrik
transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi
nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kutaneus masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah
cara ini menyebabkan pelepasan endorfin, sehingga memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori
Gate-kontrol mengatakn bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi tersebut saraf
sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi nyeri melalui
serabut dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup transmisi impuls nyeri. Bahwa
keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini dapat dilakkan dirumah, sehingga
memungkinkan klien dan keluarga melakukan upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya.
Penggunaan yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi
ketegangan otot. Stimulasi kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit yang
sensitif (misalnya luka bakar, luka memar, cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang yang
fraktur) (Mander,2004).

 Massase

Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, atau
ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri yang
paling primitive dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan, menggosok,
atau meremas bagian tubuh yang nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
 Terapi Hangat dan Dingin

Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nosiseptor).
Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri.
Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas dapat
meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
 Relaksasi pernafasan

Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare 2002). Menurut kegunaanya teknik
relaksasi pernafasan dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik nafas lambat
melalui hidung (menahan inspirasi secara maksimal) dan menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan-lahan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.
Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya pengalaman
akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses persalinan. Keadaan
ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya dkk, 2014).

Tindakan Manejemen Nyeri pada Prosedur Intra Partum ada dengan 2 cara yaitu dengan
cara manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Manajemen farmakologi
meliputi Analgetik non opioid, Analgesia opioid dan Adjuvan / Koanalgetik. Sedangkan untuk
manajemen non farmakologi meliputi distraksi, hipnosis diri, stimulus kutaneus, massase, terapi
hangat dingin, dan relaksasi pernafasan.

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai