Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN PERSALINAN NORMAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : HILDAYANTI
NIM : ( 019.01.3632 )
SEMESTER : V ( LIMA ) KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) MATARAM


TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH S.W.T, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya kepada kita bersama sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tanpa rintangan
yang berarti. Dan tak lupa pula salawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar
Muhammad S.A.W yang telah menjadi suri tauladan bagi kita. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Dosen yang telah memberi bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat dipergunakan bagi pembaca sesuai
dengan kebutuhan ataupun keperluan.

Mataram, 26 januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang .........................................................................................................4
B. Rumus masalah.........................................................................................................5
C. Tujuan ......................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN PERSALINAN NORMAL.....................................................6
A. Definisi......................................................................................................................6
B. Penyerbab Persalinan...............................................................................................6
C. Patofisiologi...............................................................................................................7
D. Tanda Tanda Mulainya Persalinan............................................................................7
E. Faktor Persalinan......................................................................................................8
F. Kala Persalian............................................................................................................12
G. Pemeriksaan Penunjang............................................................................................16
H. Penatalaksanaan.......................................................................................................16
I. Asuhan Keperawatan................................................................................................17
BAB III PENUTUP...........................................................................................................27
A. Kesimpulan...............................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.
Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya
pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses
persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan
(Wijaya dkk, 2014). Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sulistyowati & Nugraheny, 2013).
Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger
(janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila
ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi
proses persalinan yaitu psikologis dan penolong (Rohani dkk, 2011). Pada ibu yang
pertama kali menjalani proses persalinan akan takut, cemas, khawatir yang berakibat
pada peningkatan nyeri selama proses persalinan dan dapat menganggu jalan persalinan
menjadi tidak lancar (Wijaya dkk, 2014). Sehingga dalam suatu persalinan seorang istri
membutuhkan dukungan fisik maupun psikis agar dapat meringankan kondisi persepsi
ibu yaitu suami dapat memberikan perasaan tenang serta menguatkan psikis ibu karena
suami dianggap dapat memberikan dukungan dan semangat, menambah kedekatan
emosi suami- istri karena suami menyaksikan perjuangan ibu dalam melahirkan buah
hati mereka, suami selalu ada saat dibutuhkan, ibu merasa nyaman dan ada energi lebih
ketika suami mendampingi. Ibu merasa tidak sendiri ketika melahirkan dikarenakan ada
yang mendampingi, memberikan dukungan serta memberikan semangat (Astuti dkk,
2012).
Masalah yang paling umum terjadi pada ibu yang menghadapi proses persalinan
tanpa adanya pendampingan yaitu ibu cenderung merasa tidak berdaya, rasa panik
meningkat dan suami beresiko tidak dapat menempatkan support mereka, meningkatkan
adanya tindakan medis (Nilssonet al, 2012). Selain itu ibu merasa takut, cemas dan
peningkatan rasa nyeri saat proses persalinan mengakibatkan ibu akan menjadi lelah dan

4
kehilangan kekuatan sehingga mengganggu jalan persalinan menjadi macet, seperti
sungsang, distosia bahu, perpanjangan kala II, kontraksi lemah (Wijaya dkk, 2014).
Oleh karena itu pendampingan suami selama proses persalinan sangat dibutuhkan ibu,
terlebih pada ibu yang melahirkan anak pertama (Primipara). Pemberi dukungan yang
tepat adalah seorang suami dikarenakan mampu suami mampu mengendalikan diri dan
istrinya dalam mengikuti anjuran petugas kesehatan sebagai pemimpin persalinan
sebagai pemimpin persalinan (Diponegoro & Hastuti, 2009).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dari persalinan normal?

2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan persalinan normal?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien persalinan normal?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari persalinan normal?

2. Untuk mengetahui tanda – tanda mulainya persalinan normal?

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien persalinan normal?

5
BAB II
PEMBAHASAN
PERSALIAN NORMAL

A. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu
(Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

B. PENYEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah, 2011)
1. Teori Penurunan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormoneprogesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone
turun.
2. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini
digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

6
5. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalisservikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

C. PATOFISIOLOGI

Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-TandaInpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta PostPartum

Nyeri Partus Resiko Perdarahan Resiko Perdarahan

Kerja Jantung Devisit Volume Cairan Resiko Infeksi

Kelelahan (O2 )

Gangguan Respirasi

D. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN


Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air
kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut

7
dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik
menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody
show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
1. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian
servik.
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, servik mendatar

E. FAKTOR PERSALINAN
1. PASSAGE (JALAN LAHIR)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
1) Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
2) Os. Sacrum = promotorium
3) Os. Coccygis
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,linea
inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan outlet.
Bidang-bidang:
a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan
promontorium
b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.

8
c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges
2. POWER
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau
kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot Rahim
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik dan
sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi
tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks
menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibuRasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada kenaikan
nadi dan tekanan darah.
c. Pada janinPertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas
didengar karena adanya iskemia fisiologis.

9
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1. Frekuensi hisJumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau persepuluh
menit.
2. Intensitas hisKekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi kontraksi
uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin
maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut
berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3. Durasi atau lama hisLamanya setiap his berlangsung diukurr dengan detik,
misalnya selama 40 detik.
4. Datangnya hisApakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5. IntervalJarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2
sampe 3 menit
6. Aktivitas hisFrekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.
His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung
kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari
sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu
dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai
pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi otot Rahim
a. Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang terbagi
menjadi :Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
2) Inertia uteri sekunder :His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah
terdapatkaput dan mungkin ketuban telah pecah.His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan
konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter
spesialis.
b. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi
otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:

10
D. Persalinan Presipitatus
E. Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal
F. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinanT
- Tauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan inversion
uteri
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin
dalamrahim
c. Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari
dalam rahim.Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
B. Faktor usia penderita relatif tua
C. Pimpinan persalinan
D. Karena induksi persalinan dengan oksitosin
E. Rasa takut dan cemas
3. PASSANGER
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa,Janin merupakan passangge utama
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar
dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi
jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
4. PSIKIS (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar
terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau
memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan
yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi
hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
a. Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
b. Pengalaman bayi sebelumnya
c. Kebiasaan adat

11
d. Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
5. PENOLONG
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung
dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

F. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik
mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler,
kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
1) periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2 jam,
cepat menjadi 9 cm.
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60
detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

12
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum
sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala
janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan
yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-
2 jam, pada multi 0.5 jam.
Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari
semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen
dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan
vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk
dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita
uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi
ubun-ubun kecil melintang dan anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran
kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas
bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas
panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat
lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas
panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior
adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah
panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena
ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
F. Penurunan kepala
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul  biasanya
sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya
baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala
melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila
sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.

13
Pada sinklitismusosparietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura
sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati
promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis
asinklitismus yaitu :
a. Asinklitismus posterior :   Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os 
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b. Asinklitismus anterior  :   Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau
berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul
yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang
menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan
dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir.
Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan
mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
a. Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium.
b. Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih rendah dari
os parietal depan
c. Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih
rendah dari os parietal belakang
G. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu
dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari
ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks,
dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter
suboccipitobregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipitofrontalis (11
cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi
maksimal.

14
H. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
I. Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada
presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan
bagian inilah yang akan memutar ke depan kearahsimpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan
pintu bawah panggul.
J. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada
di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas
sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang
fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka
kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat
pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas
perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan
ekstensi.
K. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi
lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya posterior
berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu
bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang
menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi
kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin
tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.
L. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi
memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher
yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan

15
miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu
mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang
kepala berhadapan dengan tuberischiadikum sepihak.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan
fundusuteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong
kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundusuteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi
dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan
obat-obat oksitosin.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. USG
b. Pemeriksaan Hb

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan
plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL

16
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. KALA I (fase laten)
a. Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri
dari flek lendir.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan
kontaminasi fekal.
4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan sistem
pendukung.
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan tindakan 1. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhan keperawatan selama 2x24 lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi jam diharapkan ansietas prosedur
pasien berkurang dengan 2. Berikan informasi tentang
kriteria hasil: perubahan psikologis dan
1. TTV fisiologis pada persalinan
2. Pasien dapat 3. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas
perasaan cemas-nya 4. Pantau tekanan darah dan
3. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi
pasien tenang dan 5. Anjurkan klien

17
kondusif mengungkapkan perasaannya
6. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien

2. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji persiapan,tingkat


tentang kemajuan keperawatan selama 2x24 pengetahuan dan harapan
persalinan b/d kurang jam pengetahuan pasien klien
mengingat informasi tentang persalinan 2. Beri informasi dan kemajuan
yang diberikan, meningkat dengan kriteria persalinan normal
kesalahan interpretasi hasil: 3. Demonstrasikan teknik
informasi. 1. Pasien dapat pernapasan atau relaksasi
mendemonstrasikan dengan tepat untuk setiap
teknik pernafasan dan fase persalinan
posisi yang tepat untuk
fase persalinan
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji latar belakang budaya
infeksi maternal b/d keperawatan selama 2x24 klien.
pemeriksaan vagina jam diharapkan infeksi 2. Kaji sekresi vagina, pantau
berulang dan maternal dapat terkontrol tanda-tanda vital.
kontaminasi fekal. dengan kriteria hasil: 3. Tekankan pentingnya
1. TTV mencuci tangan yang baik.
2. Tidak terdapat tanda- 4. Gunakan teknik aseptic saat
tanda infeksi pemeriksaan vagina.
5. Lakukan perawatan perineal
setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau masukan dan
kekurangan cairan b/d keperawatan selama 2x24 haluaran.
masukan dan jam diharapkan cairan 2. Pantau suhu setiap 4 jam
peningkatan seimbang dengan kriteria atau lebih sering bila suhu
kehilangan cairan hasil: tinggi, pantau tanda-tanda
melalui pernafasan 1. TTV vital. DJJ sesuai indikasi.
mulut. 2. Input dan output cairan 3. Kaji produksi mucus dan
seimbang turgor kulit.
3. Turgor kulit baik 4. Kolaborasi pemberian cairan
parenteral.
5. Pantau kadar hematokrit.
5. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan selama 2x24 harapan terhadap proses
efektif b/d jam diharapkan koping persalinan
pasien efektif dengan 2. Anjurkan mengungkapkan
ketidakadekuatan
kriteria hasil: perasaan
system pendukung. 1. Pasien dapat 3. Beri anjuran kuat thd
mengungkapkan mekanisme koping positif
perasaannya dan
4. Bantu relaksasi

18
2. KALA I (fase aktif)
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
2) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
3) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan
aliran darah
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 4. Kaji derajat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 ketidaknyamanan secara
tekanan mekanik dari jam diharapkan nyeri verbal dan nonverbal
bagian presentasi. terkontrol dengan kriteria 5. Pantau dilatasi servik
hasil: 6. Pantau tanda vital dan DJJ
1. TTV 7. Bantu penggunaan teknik
2. Pasien dapat pernapasan dan relaksasi
mendemonstrasikan 8. Bantu tindakan kenyamanan
kontrol nyeri spt.
9. Gosok punggung, kaki
10. Anjurkan pasien berkemih 1-
2 jam

19
11. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
12. Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatan/tidak
13. Berikan  lingkungan yang
tenang
2. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Palpasi di atas simpisispubis
urin b/d perubahan keperawatan selama 2x24 2. Monitor masukan dan
masukan dan kompresi jam diharapkan eliminasi haluaran
mekanik kandung urine pasien normal 3. Anjurkan upaya berkemih
kemih. dengan kriteria hasil: sedikitnya 1-2 jam
1. Cairan seimbang 4. Posisikan klien tegak dan
2. Berkemih teratur cucurkan air hangat di atas
perineum
5. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan
6. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 4. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidak keperawatan selama 2x24 harapan terhadap proses
efektif b/d krisis jam diharapkan koping persalinan
situasi. pasien efektif dengan 5. Anjurkan mengungkapkan
kriteria hasil: perasaan
1. Pasien dapat 6. Beri anjuran kuat terhadap
mengungkapkan mekanisme koping positif
peraannya dan bantu relaksasi
4. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau aktivitas uterus secara
cedera maternal b/d keperawatan selama 2x24 manual
efek obat-obatan jam diharapkan cidera 2. Lakukan tirah baring saat
pertambahan mobilitas terkontrol dengan kriteria persalinan menjadi intensif
gastrik. hasil: 3. Hindari meninggikan klien
1. TTV tanpa perhatian
2. Aktivitas uterus baik 4. Tempatkan klien pada posisi
3. Posisi pasien nyaman tegak, miring ke kiri
5. Berikan perawatan perineal
selama 4 jam
6. Pantau suhu dan nadi
7. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV)

20
5. Risiko tinggi terhadap Setelah tindakan 1. Kaji adanya kondisi yang
kerusakan gas janin b/d keperawatan selama 2x24 menurunkan situasi uteri
perubahan suplay jam diharapkan janin plasenta
oksigen dan aliran dalam kondisi baik dengan 2. Pantau DJJ dengan segera
darah kriteria hasil: bila pecah ketuban
1. DJJ 3. Instuksikan untuk tirah
2. Presentasi kepala (+) baring bila presentasi tidak
3. Kontraksi uterus masuk pelvis
teratur 4. Pantau turunnya janin pada
jalan lahir
5. Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi

3. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri / teknik
relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh

21
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
2) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
3) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Identifikasi derajat
tekanan mekanis tindakan keperawatan ketidaknyamanan
pada bagian selama 2x24 jam 2. Berikan tanda/ tindakan
presentasi diharapkan nyeri kenyamanan seperti
terkontrol dengan kriteria perawatan kulit, mulut,
hasil: perineal dan alat-alat
1. TTV tahun yang kering
2. Pasien dapat 3. Bantu pasien memilih
mendemostrasikan posisi yang nyaman
nafas dalam dan teknik untuk mengedan
mengejan 4. Pantau tanda vital ibu
dan DJJ
5. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi
2. Perubahan curah Setelah dilakukan 1. Pantau tekanan darah
jantung b/d fluktasi tindakan keperawatan dan nadi tiap 5 – 15
aliran balik vena selama 2x24 jam menit
diharapkan kondisi 2. Anjurkan pasien untuk
cardiovaskuler pasien inhalasi dan ekhalasi
membaik dengan kriteria selama upaya mengedan
hasil: 3. Anjurkan klien /
1. TD dan nadi pasangan memilih posisi
2. Suplay O2 tersedia persalinan yang
mengoptimalkan
sirkulasi
3. Risiko tinggi Setelah tindakan 1. Bantu klien dan
terhadap kerusakan keperawatan selama pasangan pada posisi
integritas kulit b/d 2x24 jam diharapkan tepat
pada interaksi integritas kulit terkontrol 2. Bantu klien sesuai
hipertonik dengan kriteria hasil: kebutuhan
1. Luka perineum 3. Kolaborasi epiostomi
tertutup (epiostomi) garis tengah atau medic
lateral
4. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi

22
4. KALA III
b. Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal    dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
c. Diagnosa Keperawatan
1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan
d. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
NO Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Instruksikan klien untuk
terhadap kekurangan tindakan keperawatan mendorong pada kontraksi
volume cairan b/d selama 2x 24 jam 2. Kaji tanda vital setelah
kurang masukan diharapkan cairan pemberian oksitosin
oral, muntah. seimbang denngan 3. Palpasi uterus
kriteria hasil: 4. Kaji tanda dan gejala shock
1. TTV 5. Massase uterus dengan
2. Darah yang keluar ± perlahan setelah
200 – 300 cc pengeluaran plasenta
6. Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan 1. Bantu penggunaan teknik
trauma jaringan tindakan keperawatan pernapasan
setelah melahirkan selama 2x24 jam 2. Berikan kompres es pada

23
diharapkan nyeri perineum setelah
terkontrol dengan melahirkan
kriteria hasil: 3. Ganti pakaian dan liner
1. Pasien dapat control basah
nyeri 4. Berikan selimut
penghangat
5. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Palpasi fundusuteri dan
terhadap cedera tindakan keperawatan massase dengan perlahan
maternal b/d posisi selama 2x24 jam 2. Kaji irama pernafasan
selama persalinan diharapkan cidera 3. Bersihkan vulva dan
terkontrol dengan perineum dengan air dan
kriteria hasil: larutan antiseptic
1. Plasenta keluar utuh 4. Kaji perilaku klien dan
2. TTV perubahan system saraf
pusat
5. Dapatkan sampel darah tali
pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi
6. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral

5. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon
pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan
400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

24
7) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma, edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan miometri
3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota leluarga
c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
N
Keperawatan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
O
(SDKI)
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan 1. Kaji sifat dan derajat
hormone, tindakan keperawatan ketidaknyamanan
trauma,edema selama 2x24 jam 2. Beri informasi yang tepat
jaringan, kelelahan diharapkan nyeri tentang perawatan selama
fisik dan psikologis, terkontrol dengan periode pascapartum
ansietas kriteria hasil: 3. Lakukan tindakan
1. Pasien dapat control kenyamanan
nyeri 4. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5. Beri analgesic sesuai
kemampuan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Tempatkan klien pada
kekurangan volume asuhan keperawatan posisi rekumben
cairan b/d selama 2x24 jam 2. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan diharapkan cairan memperberat kejadian
miometri simbang dengan kriteria intrapartal
hasil: 3. Kaji masukan dan
1. TD haluaran
2. Jumlah dan warna 4. Perhatikan jenis persalinan
lokhea dan anastesi, kehilangan
daripada persalinan
5. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit
6. Dengan perlahan massase

25
fundus bila lunak
7. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliranlokhea
8. Kolaborasi pemberian
cairan parentral

3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk


proses keluarga b/d tindakan keperawatan menggendong, menyentuh
transisi/peningkatan selama 2x24 jam bayi
anggota keluarga diharapkan proses 2. Observasi dan catat
keluarga baik dengan interaksi bayi
kriteria hasil: 3. Anjurkan dan bantu
1. Ada kedekatan ibu pemberian ASI,
dengan bayi tergantung pada pilihan
klien

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan wanita.
Proses persalinan memiliki arti yang berbeda disetiap wanita, dengan belum adanya
pengalaman akan memunculkan kecemasan dan ketakutan yang berlebih selama proses
persalinan. Keadaan ini sering terjadi pada wanita yang pertama kali melahirkan (Wijaya
dkk, 2014). Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Sulistyowati
& Nugraheny, 2013).

27
DAFTAR PUSTAKA

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
https://www.academia.edu/351789440/Asuhan_Persalinan_Normal_NERS_(diakses tanggal
1 Maret 2021 pukul 21.15 wita)

28

Anda mungkin juga menyukai