Disusun Oleh :
KELOMPOK 10
1. YUSI RIZKIANTI
2. ROSVITA INDRIANI
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Allah SWT karena berkat lipahan rahmat dan karunianya sehingga kmi dapat
menyelesaikan tugas ini Dengan Baik penyusunan dan tepat waktu,. Adapun judul dari tgas Mata
kuliah keperawatan keritis ini adalah : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)
Oleh karena itu, saya mengcapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang lelah membantu
dalam penyusunanya laporan pendahuluan ini, semoga bantuan mendapatkan balasan yang sentimpal dari ALLAH
SWT.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna baik dari betuk penyusunannya
maupun materinya. Keritik dan sangat dari berbagai pihak sangat membantu untuk kami.
Akhir kata semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
(penulis)
2
A. Konsep Gagal Ginjal Kronis
1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
3
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b.
4
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89
temuan lain (seperti pada stadium 1)
menunjukkan adanya penyakit ginjal
5
PATHWAYS
TergangguIntoleransi
Aktivitas
GGK
Sindrom UremiaGangguan
Pertukaran Gas
Retensi Na
Perphospatemia Pruritis Keletihan dan
kelemahan
Gangguan
Total CES naik Edema Paru
keseimbangan Asam basa Gangguan
Nyeri Sendi, Pucat,
Integritas Kulit
fatigue, malaise,
Asam Lambung anoreksia Kapiler Paru
naik Naik
Beban Jantung
Iritasi Lambung Naik Tekanan Vena
Suplai O2 Jar.
Pulmonaris
Menurun
Nausea,Vomitrus
Payah
Defisit Nutrisi Hipertrofi Vri COP turun Jantung Kiri
entrikel Ki
6
5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : a)
Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
7
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
8
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
9
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD
dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan
yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
10
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos
mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor
dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa
mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.
11
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 2 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat/uremia, dan
terjadi perikarditis.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan tubuh.
2. Kerusakan integritas kulit b/d pruritis.
3. Ketidakimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
4. Intoleransi aktivias b/d ketidakmampuan tubuh memenuhi metabolisme otot dan rangka
12
D. Rencana Asuhan Keperawatan
13
ketidakseimbanga n - Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, CheyneStokes, Biot, ataksik)
ventilasi-perfusi, - Monitor kemampuan batuk efektif
- Bunyi napas
perubahan membran
tambahan - Monitor adanya produksi sputum
alveolus-kapiler.
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Pusing menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Penglihatan kabur - Auskultasi bunyi napas
menurun
- Monitor saturasi oksigen
- Diaforesi
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nutrisi Observasi
dengan kurangnya asupan 3x24 jam diharapkan status Nutrisi Membaik - Identifikasi status nutrisi
makanan.
dengan kriteria hasil - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang
- Identifikasi makanan yang disukai
dihabiskanmeningkat
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
- Monitor asupan makanan
3. Kekuatan otot menelan meningkat
14
E. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.Instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Dalam
implementasi terdapat tiga komponen tahap implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri,
tindakan keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap asuhan keperawatan (Allen, 1998)
F. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnyasecara
umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan
asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan,
dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)
15
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding
and Management. USA : Oxford University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
16
17