Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN KRITIS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10
1. YUSI RIZKIANTI
2. ROSVITA INDRIANI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM TAHUN AKADEMIK 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Allah SWT karena berkat lipahan rahmat dan karunianya sehingga kmi dapat
menyelesaikan tugas ini Dengan Baik penyusunan dan tepat waktu,. Adapun judul dari tgas Mata
kuliah keperawatan keritis ini adalah : LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN
KEPERAWATAN PADA DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE
(CKD)

Oleh karena itu, saya mengcapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang lelah membantu
dalam penyusunanya laporan pendahuluan ini, semoga bantuan mendapatkan balasan yang sentimpal dari ALLAH
SWT.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna baik dari betuk penyusunannya
maupun materinya. Keritik dan sangat dari berbagai pihak sangat membantu untuk kami.

Akhir kata semoga laporan pendahuluan ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Mataram, september 2022

(penulis)

2
A. Konsep Gagal Ginjal Kronis
1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk

mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit


akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah
(Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau gagal ginjal
kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat, progresif,

irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam


mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009) Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana ginjal
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain dalam darah (Brunner &
Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami

kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang


ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah
metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang memungkinkan
dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal

1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.


2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.

3
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b.

Penyakit umum di luar ginjal


1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Patofisiologi dan Pathway

Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap fungsi


dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit. Mekanisme
adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang masih utuh untuk
meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan beban
solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan glomerolus dan
tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi

ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya


kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
beberapa stadium, yaitu :

Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73 m2)


1 Fungsi ginjal normal, tetapi temuan 90
urin, abnormalitas struktur atau ciri
genetic menunjukkan adanya
penyakit ginjal

4
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89
temuan lain (seperti pada stadium 1)
menunjukkan adanya penyakit ginjal

3a Penurunan sedaag fungsi ginjal 45-59


3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15

5
PATHWAYS

Infeksi Vaskuler Zat toksik Obs. Saluran Kemih

Reaksi Antigen HIPERTENSI ,DM Tertimbun Ginjal Retensi urin


Antibody

Suplai Darah Ginjal


Terganggu

Sekresi Protein GFR turun

TergangguIntoleransi
Aktivitas
GGK
Sindrom UremiaGangguan
Pertukaran Gas
Retensi Na
Perphospatemia Pruritis Keletihan dan
kelemahan

Gangguan
Total CES naik Edema Paru
keseimbangan Asam basa Gangguan
Nyeri Sendi, Pucat,
Integritas Kulit
fatigue, malaise,
Asam Lambung anoreksia Kapiler Paru
naik Naik
Beban Jantung
Iritasi Lambung Naik Tekanan Vena
Suplai O2 Jar.
Pulmonaris
Menurun

Nausea,Vomitrus
Payah
Defisit Nutrisi Hipertrofi Vri COP turun Jantung Kiri
entrikel Ki

4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis


Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, latergi,
anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),
neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai
koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/ menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan gejala
yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium,
kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

6
5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : a)
Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis
yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD
(Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter

7
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan
(vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama untuk
falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini dianggap
sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal

l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang, kemungkinan


adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan
obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada diet
rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis
1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.

8
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan gangguan
metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH yang
menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun,
semuanya disebabkan retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :

- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan


masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati perifer,
Hiperurem

9
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada Doenges
(2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang mengalami CKD
dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada siapapun, pekerjaan dan
lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena
kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu lama dan lingkungan yang tidak
menyediakan cukup air minum / mengandung banyak senyawa/ zat logam dan pola makan
yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian
bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6

10
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya adalah
penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari compos
mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau terjadi
peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga, hidung kotor
dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan pecah-pecah, mukosa
mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu napas,
pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah),
terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat ulkus.
i. Ekstremitas.

11
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 2 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat/uremia, dan
terjadi perikarditis.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan tubuh.
2. Kerusakan integritas kulit b/d pruritis.
3. Ketidakimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
4. Intoleransi aktivias b/d ketidakmampuan tubuh memenuhi metabolisme otot dan rangka

12
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diangnosa Tujuan Intervensi

1 Gangguan integritas kulit


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
b.d kelembapan ditandai
selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
dengan : pruritus, kulit
meningkat dengan kriteria hasil : perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kering dan bersisik,
1. Elastisitas meningkat kelembapan, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobiltas)
pigmentasi abnormal
2. Hidrasi meningkat Terapeutik
3. Kerusakan jaringan menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
4. Kerusakan lapisan kulit menurun 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
5. Pigmentasi abnormal menurun kulit kering
6. Nekrosis menurun 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
7. Suhu kulit membaik hipoalergik pada kulit sensitif
8. Tekstur membaik Edukasi
5. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Observasi
2 Gangguan
- Monitor frekuensi, irama kedalaman dan
pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
upaya napas
berhubungan 3x24 jam diharapkan pertukaran gas meningkat
dengan kriteria hasil : - Monitor pola napas (seperti bradipnea
dengan
- Tingkat kesadaran meningkat

13
ketidakseimbanga n - Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, CheyneStokes, Biot, ataksik)
ventilasi-perfusi, - Monitor kemampuan batuk efektif
- Bunyi napas
perubahan membran
tambahan - Monitor adanya produksi sputum
alveolus-kapiler.
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Pusing menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Penglihatan kabur - Auskultasi bunyi napas
menurun
- Monitor saturasi oksigen
- Diaforesi
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nutrisi Observasi
dengan kurangnya asupan 3x24 jam diharapkan status Nutrisi Membaik - Identifikasi status nutrisi
makanan.
dengan kriteria hasil - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Porsi makanan yang
- Identifikasi makanan yang disukai
dihabiskanmeningkat
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat
- Monitor asupan makanan
3. Kekuatan otot menelan meningkat

4. Serum albumin meningkat - Monitor berat badan


5. Verbalisasi keinginan untuk - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

meningkatkan nutrisi meningkat Teraupetik


6. Pengetahuan tentang pilihan makanan - Lakukaoral hygiene sebelum makan, jika perlu
yang sehat meningkat - Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis.Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanantinggi serat untukmencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan makanan rendah protein
Edukasi
- Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.


Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

14
E. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.Instruksi
keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil. Dalam
implementasi terdapat tiga komponen tahap implementasi, yaitu: tindakan keperawatan mandiri,
tindakan keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan keperawatan dan respons klien
terhadap asuhan keperawatan (Allen, 1998)

F. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi
dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnyasecara
umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,
menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan
asuhan keperawatan belum tercapai.Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan,
dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)

15
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.

Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.


Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding
and Management. USA : Oxford University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

16
17

Anda mungkin juga menyukai