DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
Dengan menyebut nama AIIAH SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami patnjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yng telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP
JIWA RESIKO UNUH DIRI” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini mungkin kami mengalami kesulitan dan kendala
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan wawasan serta pola piker
kami. Namun berkat keyakinan, keinginan, dan usaha dengan sungguh-sungguh akhirnya
semua hambatan itu dapat kami atasi dengan baik.
2
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………………………… 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 2
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………… 4
1 Latar Belakang………………………………………….................................... 4
2 Rumusan Masalah………………………………….......................................... 4
3 Manfaat…………………………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….5
1 Definisi…………………………………………………………………………….. 5
2 Etiologi…………………………………………………………………………….. 5
3 Tanda dan Gejala………………………………………………………………….8
4 Jenis-Jenis Bunuh Diri…………………………………………………………… 9
5 Pohon Masalah …………………………………………………………………… 10
A Pengkajian ……………………………………………………………………………. 12
B Masalah Keperawtan………………………………………………………………..... 15
C Diagnosa Keperawatan……………………………………………………………….15
D Intervensi…………………………………………………………………………….. 17
E Penatalaksanaan……………………………………………………………………….17
F Evaluasi…………………........................................................................................... 21
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………….. 24
A Kesimpulan…………………………………………………………………………… 24
B Saran………………………………………………………………………………… 24
C DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………… 25
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk
menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam
sumber lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri
sendiri yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri
yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan
individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen,
1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009.
Bunuh diri adalah setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah pada
kematian (Gail w. Stuart, 2007. Dikutip Dez, Delicious, 2009).
2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari resiko bunuh diri?
2. Apa etiologi dari resiko bunuh diri?
3. Apa tanda dan gejala dari resiko bunuh diri?
4. Apa jenis – jenis dari bunuh diri?
5. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri?
6. Apa masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
7. Apa diagnosa keperawatan pada pasien resiko bunuh diri?
8. Bagaimana intervensi pada pasien resiko bunuh diri?
9. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian resiko bunuh diri
2. Untuk mengetahui penyebab resiko bunuh diri
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala resiko bunuh diri
4. Untuk mengetahui jenis – jenis dari bunuh diri
5. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan resiko bunuh diri
6. Untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
7. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien resiko bunuh diri
8. Untuk mengetahui intervensi pada pasien resiko bunuh diri
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien resiko bunuh diri
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti diri
sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber lain
dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang jika tidak
dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk
aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995. Dikutip Fitria, Nita, 2009).
Bunuh diri merupakan suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku
bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal, yang akan
mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri. (Clinton, 1995, hal. 262).
Bunuh diri dan percobaan bunuh diri atau membahayakan diri sendiri dengan sengaja
(DSH = deliberate self-harm), istilah yang terakhir ini, menjadi topik besar dalam psikiatri.
Di dunia, lebih dari 1000 bunuh diri terjadi tiap hari. Percobaan bunuh diri 10 kali lebih
sering, sekarang peracunan diri sendiri bertanggung jawab bagi 15% dari pasien medis yang
masuk rumah sakit dan pada pasien dibawah 40 tahun menjadi penyebab terbanyak.
Bunuh diri cenderung terjadi pada usia diatas 45 tahun, pria, tidak pandang kelas sosial
disertai depresi besar dan telah direncanakan. Percobaan bunuh diri cenderung dilakukan
oleh wanita muda dari kelas sosial bawah, jarang disertai dengan depresi besar dan bersifat
impulsif.
2. ETIOLOGI
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut :
Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
5
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan.Faktor lain
yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media mengenai
orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi individu yang
emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
c. Perilaku Koping
Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam kehidupan dapat
melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini secara sadar memilih untuk
melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh diri berhubungan dengan banyak
faktor, baik faktor social maupun budaya. Struktur social dan kehidupan bersosial
dapat menolong atau bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi
6
social dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih mampu
menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam kegiatan
keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan bunuh diri
7
d. Mekanisme Koping
Seseorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression,
dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang
tanpa memberikan koping alternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme koping. Ancaman bunuh diri
mungkin menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat
mengatasi masalah. Bunuh diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme
adaptif pada diri seseorang.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh klien untuk
mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan klien melakukan
bunuh diri, ada tiga macam perilaku bunuh diri yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung ingin
bunuh diri, misalnya dengan mengatakan :”Tolong jaga anak-anak karena saya
akan pergi jauh!” atau “Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi
ini klien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak
disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Klien umumnya
mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih/ marah/ putus asa/ tidak
berdaya. Klien juga mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang
menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri.
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh klien, berisi keinginan untuk mati
disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk
melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif klien telah memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. Walaupun dalam
kondisi ini klien belum pernah mencoba bunuh diri, pengawasan ketat harus
dilaksanakan. Kesempatan sedikit saja dapat dimanfaatkan klien untuk
melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri.
Percobaan bunuh diri merupakan tindakan klien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, klien aktif mencoba bunuh
diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat tinggi.
5. Pohon Masalah
A. Pengkajian
2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami.
3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
4. Riwayat pengobatan.
5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan.
6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan
gangguan mood.
7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit.
Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara
melaksanakan rencana tersebut.
Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan
gangguan mood
Sistem pendukung yang ada.
Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik
maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau
keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-
tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka
sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat
kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri :
1. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
2. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
3. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak
mengancam dan mendorong komunikasi terbuka
4. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan
kata – kata yang dimengerti klien
5. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
6. Mendapatkan data tentang demografi dan social ekonomi
7. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
8. Peroleh riwayat penyakit fisik klien
Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila menunjukkan
perilaku sebagai berikut :
1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan
diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang
fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri.
2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari
komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap
kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di
hindari atau diabaikan.
3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini
akan mempengaruhi penilaian profesional
4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun
hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien.
5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi
emosional klien
6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat
kabur penilaian profesional.
B. Masalah keperawatan :
1. Risiko bunuh diri
2. Keputus asaan
3. Ketidak berdayaan
4. Gangguan konsep diri : HDR
5. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
6. Kecemasaan.
7. Berduka disfungsional
8. Koping individu tak efektif.
9. Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif
10. Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.
C. Diagnosa Keperawatan :
D. Intervensi
Tujuan :
Mencegah menyakiti diri sendiri.
Meningkat harga diri klien
Menggali masalah dalam diri klien.
Mengajarkan koping yang sehat.
Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah klien untuk mencoba
bunuh diri.
Verbal
Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti : Ikat pinggang,
benda tajam.
Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
Perhatikan verbal & nonverbal klien.
Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua tindakan dijelaskan
Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus sampai Dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman)
Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
Intervensi krisis klien tetap waspada.
Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena kambuh lagi
Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat makan, agar banyak yang
dimakan.
3. Eksplorasi perasaan.
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/ masalahnya.
Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
Mengikuti terapi kelompok.
Mengarah pada masalahnya
6. Pendidikan mental
Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
Penyakit kronis yand diderita.
E. Penatalaksanaan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara
dapat melakukan tindakan berikut :
1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali pinggang)
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri
F. Evaluasi
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang.
Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan
bunuh diri. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak
membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri
tersebut
B. Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin
mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Yosep, iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Cetakan kedua (edisi revisi ). Bandung: PT
Refrika Aditama Mustofa, Ali. 2010. Asuhan keperawatan Psikiatri Berasis Klinik,
Mataram Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan jiwa, Edisi 1.
Jakarta: EGC Marilynn E Doengoes, et all, alih bahan Kariasa IM. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien, EGC, jakarta