Anda di halaman 1dari 26

TUGAS

Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri

Disusun oleh :

Lisa Henlinda Putri

2014201022

4A Keperawatan

Dosen pembimbing : Ns Amelia Susanti M.kep,Sp.kep.j

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKES ALIFAH PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya saya mampu menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Resiko Bunuh Diri”.

Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas mata keperawatan Jiwa di
STIKes Alifah Padang. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami yang saya
sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Makalah ini di susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri saya
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.

Padang,25 Maret 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

1.1.Latar Belakang...................................................................................1

1.2.Tujuan Umum....................................................................................2

1.3.Tujuan Khusus...................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................3

2.1.1 Definisi Resiko Bunuh Diri.................................................................3

2.2.2 Rentang Respon...................................................................................3

2.2.3 Faktor Penyebab Resiko Bunuh Diri ..................................................4

2.2.4 Tanda Gejala Resiko Bunuh Diri.........................................................4

2.2.5 Proses Terjadinya Resiko Bunuh Diri..................................................5

2.2.6 Mekanisme Koping..............................................................................5

2.2.7 Penatalaksanaan...................................................................................6

2.2.8 Prinsip Tindakan Keperawatan...........................................................10

BAB III TINJAUAN KASUS....................................................................13

BAB IV PENUTUP....................................................................................21

3.1 Kesimpulan......................................................................................21

3.2 Saran................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta
jiwa dengan angka kejadian 7 per 1000 penduduk (pada wanita dan pria sama).
Diperkirakan terdapat 4 – 10 % resiko kejadian bunuh diri sepanjang rentang kehidupan
penderita skizofrenia dan 40 % angka percobaan bunuh diri. Studi yang dilakukan WHO
melaporkan bahwa angka kematian tertinggi pada kasus skizofrenia disebabkan karena
bunuh diri. Faktor resiko bunuh diri pada pasien skizofrenia terdapat gejalagejala positif
terdapat ko – morbilitas depresi, kurangnya terapi, penurunantingkat perawatan, sakit
kronis, tingkat pendidikan tinggi dan pengharapan akan tampilan kerja yang tinggi
biasanya terjadi pada fase awal dari perjalanan penyakitnya (Widiodiningrat , 2009).
Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan jiwa sebesar 2-3%
jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan jiwa adalah dengan
dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah atau hutan jika gangguan jiwa
berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya, dibiarkan berkeliaran di desa, sambil
mencari makanan dan menjadi tontonan masyarakat.
Bunuh diri dewasa ini banyak terjadi di kalangan remaja Indonesia. Bunuh diri
berawal dan/ atau beresiko terjadi ketika mekanisme koping dalam setiap pribadi
terhadap masalah atau tingkat stressor tidak efektif atau lemah. Oleh karena itu
sangatlah perlu suatu pengupayaan pendampingan terhadap individu yang memiliki
stressor berat, guna meminimalisir terjadinya bunuh diri, mengingat semakin
meningkatnya stressor yang ada, melemahnya mekanisme koping akan meningkatkan
resiko bunuh diri

1.1.1 Tujuan Umum


Makalah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
prioritas masalah kebutuhan dasar resiko bunuh diri.

1.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan Penulisan Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan :

1. Pengertian dari bunuh diri

3
2. Penyebab-penyebab dari resiko bunuh diri

3. Gejala dari klien dengan resiko bunuh diri

4. Bagaimana rentang respon klien dengan resiko bunuh diri.

5. Bagaiman mitos dan fakta tentang bunuh diri

6. Pohon masalah dari resiko bunuh diri

7. Asuhan keperawatan pada klien dengan resiko bunuh diri

BAB 2
TINJAUAN TEORI

4
2.1 KONSEP DASAR RESIKO BUNUH DIRI

2.1.1 Definisi
Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri
sendiri(Sheila L, 2001).
Bunuh diri didefinisikan dalam dua kelompok yaitu langsung dan tidak
langsung( Edwin,1963).
Menurut kelompok kami Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan
bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu secara sadar dan berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati.
Bunuh diri ialah perbuatan untuk menamatkan atau menghilangkan nyawa diri
sendiri.

2.2.2 Rentang Respon

1. Peningkatan diri

Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara wajar


terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh seseorang
mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas terhadap
pimpinan ditempat kerjanya.

2. Beresiko destruktif

Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami perilaku


destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya dapat
mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.

3. Destruktif diri tidak langsung

Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptif) terhadap


situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri. Misalnya, karena
pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka seorang karyawan
menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak optima

2.2.3Faktor Penyebab Resiko Bunuh Diri

a. Faktor predisposisi

5
Menurut Stuart dan Sundeen(1997) faktor predisposisi bunuh diri antara lain:

1) Diagnostik: 90 % orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,


mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat
individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.

2) Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

3) Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan,


perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

4) Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.

5) Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan


depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

b. Faktor presipitasi

Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri :

1) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan intrapersonal/ gagal


melakukan hubungan yang berarti

2) Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress

3) Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri

4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan

2.2.4 Tanda dan gejala


Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat
rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut.
Petunjuk dan gejala yaitu :
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
h. Petunjuk psikiatrik

1) Upaya bunuh diri sebelumnya


2) Kelainan afektif
3) Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
4) Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja
5) Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia
6) Riwayat psikososial
6
a) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
b) Hidup sendiri
c) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
d) Faktor-faktor kepribadian
1. Implisit, agresif, rasa bermusuhan
2. Kegiatan kognitif dan negative
3. Keputusasaan
4. Harga diri rendah
5. Batasan/gangguan kepribadian antisocial

2.2.5 Proses Terjadinya


menurut yosef, 2010, hal 275 proses terjadinya masalah pada klien depresi
biasanya diawali dari persepsinya yang negatif terhadap stressor. klien menggangap
masalah sebagai sesuatu yang buruk.

2.2.6 Mekanisme Koping


Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang berhubungan
dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization, regression dan megical thinking.
Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping
alternative.

2.2.7 Penatalaksanaan
Pencegahan bunuh diri menurut Conwell terdiri atas pencegahan primer, sekunder dan
tertier: Pencegahan primer adalah suatu upaya pencegahan terjadinya perilaku bunuh diri atau
keadaan yang berkembang menjadi menjadi upaya bunuh diri. Pencegahan sekunder adalah suatu
upaya pencegahan dengan cara menemukan sedini mungkin krisis bunuh diri dan melakukan tindakan
agar tidak berlanjut menjadi bunuh diri. Sedangkan pencegahan tertier adalah tindakan yang
ditujukan untuk menyelamatkan sesorang yang melakukan bunuh diri, mengurangi gejala psikiatris
dan penyakit sosial pada kelompok risiko. Penanganan di ruang gawat darurat dan 15 di bangsal rawat
inap psikiatri merupakan pelayanan tertier (WHO, 2010; Yoga, 2003).

2.2.8 Prinsip Tindakan Keperawatan


Ketika mengetahui klien memiliki risiko bunuh diri, petugas kesehatan sebaiknya melakukan
intervensi agar hal tersebut tidak terjadi, diantaranya: Melindungi: tempatkan klien di tempat yang
aman, bukan diisolasi. Pengawasan perlu dilakukan selama 24 jam untuk klien yang memiliki risiko
tinggi bunuh diri.Meningkatkan harga diri: klien yang ingin bunuh diri memiliki harga diri yang rendah,
bantu klien untuk mengekspresikan hal-hal positif dan berikan pujian yang positif sehingga klien
merasa dirinya penting atau berarti. Menguatkan koping: latih klien untuk mengekspresikan marah
dengan efektif dan konstruktif (sehat).Menggali perasaan: dengan mengenal perasaan dan penyebab
perilakunya, maka klien dapat merubahnya pada masa yang akan datang.Menggerakan dukungan
sosial: Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat sangat penting untuk membantu klien
mencegah bunuh diri atau mengubah perilakunya.
Keluarga orang cenderung berisiko bunuh diri berperan sangat penting untuk mengetahui tanda dan
gejala tingkah laku bunuh diri dengan risiko yang tinggi, serta tindakan awal yang dapat menolong

7
BAB 3
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama lengkap : Tn. B
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Status : kawin

8
Alamat : Kombos timur

II. Alasan Masuk


Sebelum masuk RS, keadaan klien saat di rumah tidak bisa tidur, sering marah, mencoba bunuh diri,
tidak mau bicara. Keluarga belum pernah membawa klien untuk berobat Saat dikaji klien tampak
berdiam diri, menundukkan kepala, tidak mau bicara, tidak mau makan, dan minum.
III. Faktor Predisposisi
Sebelumnya, klien sudah mengalami gangguan jiwa dan belum pernah dibawa untuk berobat. Aniaya
fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, tindakan criminal baik klien sebagai
pelaku, korban, maupun saksi, tidak terkaji.
Ds : -
Do : Klien sering marah - marah tidak jelas.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan : pernah menyaksikan kejadian orang bunuh diri.
Ds : -
Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Isolasi Social.
. IV. Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
TD : 80/60 mmHg
S : 36°C
N : 100 x/menit
P : 24 x/menit
Ukur
TB : -
BB : -
Keluhan Fisik
Ds : -
Do : tidak ada cacat di tubuh klien, klien diam mematung, tidak mau berbicara.
V. Psikososi

9
Genogram

 Mengalami gangguan jiwa : halusinasi

Meninggal karena bunuh diri

Ds : pernah menyaksikan adiknya bunuh diri


Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : resiko tinggi bunuh diri
Konsep Diri
Gambaran diri, identitas, peran, ideal diri, harga diri : tidak terkaji. Ds : -
Do : Kien tidak mau bicara dan menundukkan kepala, lebih senang menyendiri
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah.
Hubungan Sosial

Orang yang berarti, peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, dan hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain : tidak terkaji.
Ds : -
Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.
Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah : tidak terkaji. Ds : -
Do : Klien diam mematung, klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala.
Masalah Keperawatan : Resiko bunuh diri.

VI. Kebutuhan Persiapan Pulang


Makan
Ds : -
Do : Klien bisa makan sendiri. Masalah keperawatan : -
BAB/ BAK Ds : -
Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam BAB/ BAK, pergi, menggunakan dan membersihkan WC,
membersihkan dan merapikan pakaian.
Masalah Keperawatan : -
Mandi
10
Ds : -
Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam hal mandi dan membersihkan diri,
kebersihan daban klien baik
Masalah Keperawatan : -
Berpakaian/ Berhias Ds : -
Do : Klien tidak memerlukan bantuan dalam berpakaian/ berhias. Masalah Keperawatan : -
Istirahat dan Tidur Ds : -
Do : Lama dan waktu tidur tidak terkaji, tidak ada persiapan sebelum tidur, dan tidak ada kegiatan sesudah tidur.
Masalah Keperawatan : -
Penggunaan Obat Ds : -
Do : Klien memerlukan bantuan dalam penggunaan obat dalam menangani masalh kejiwaan sebelumnya.
Masalah Keperawatan : -
Pemeliharaan Kesehatan Ds : -

Do : Klien mampu memelihara kesehatan diri Masalah keperawatan : -


Kegiatan Di Dalam Rumah Ds : -
Do : Klien sering mengurung diri
Masalah keperawatan: Resiko bunuh diri.
Kegiatan Di Luar Rumah Ds : -
Do : Klien tidak mau bicara dan menundukkan kepala. Masalah keperawatan : Resiko bunuh diri.

VII. Aspek Medik


Diagnosa Medik sebenlunya : Schizophrenia paranoid. Therapi medic:
Thrihexypheniadyl (THD) : 2 X 1 Chlorpromazine (CPZ) : 0 – 0 – ½
TFP : 2 X 5 mg

Analisa data
Diagnosa Data mayor Data minor
Resiko Subjektif Subjektif
bunuh diri Mengatakan hidupnya tak Mengatakan ada yang menyuruh bunuh diri
berguna lagi Mengatakan lebih baik mati saja
Ingin mati Mengatakan sudah bosan hidup
Menyatakan pernah mencoba
bunuh diri Objektif
Mengancam bunuh diri Perubahan kebiasaan hidup
Perubahan perangai
Objektif
Ekspresi murung
Tak bergairah
Ada bekas bercobaan bunuh
diri

11
B.Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri,


Orang lain dan lingkungan

Resiko bunuh diri

Harga diri rendah

Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan gangguan citra tubuh

Implementasi

N Tgl/jam Diagnosa Tindakan Evaluasi


o
1 10/10/2015 Resiko bunuh Sp 1 pasien S:
Pukul 10.00 diri membina hubungan saling percaya dengan Klien mengatakan sudah mencoba
wita klien belajar berkenalan namun masih
mengidentifikasi benda benda yang dapat enggan untuk dilakukan
membahayakan pasien
mengamankan benda benda yang dapat O:
membahayakan pasien Klien aktif dan mempertahankan
melakukan kontrak treatment selama latihan berkenalan dengan
mengajarkan cara mengendalikan perawat
dorongan bunuh diri
A:
Sp II pasien Klien sudah tau cara berkenalan
mengidentifikasikan aspek positif pasien dengan menyebutkan nama, asal,
mendorong pasien untuk berfikir positif hobi
terhadap diri sendiri
mendorong pasien unutuk menghargai diri P:
sebagai individu yang berharga Lanjutkan berkenalan dengan orang
lain
Sp III Pasien
mengidentifikasi pola koping yang bisa
diterapkan pasien
menilai pola koping yang biasa dilakukan
mengidentifikasi pola koping yang
12
konstruktif
mendorong pasien memilih
mengajurkan pasien menerapkan pola
koping konstruktif dalam kegiatan harian

Sp IV Pasien
membuat rencana masa depan yang
realitis bersama pasien
mengidentifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis
memberi dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa depan
yang realistis

BAB V
13
PENUTUP

Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan pada umumnya
merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang
Banyak penyebab seseorang melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan beradaptasi perasaan marah dan terisolasi dan
lainnya. Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian
orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat
untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut.

Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup ciri ciri pasien yang ingin mangakhiri hidupnya sehingga dapat
mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien. Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

14
Keliat Budi A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiawa. Medan : USU Press

Mosby Year Book. (Fitria, Nita 2009)

Keliat Budi A. 1999. Proses Gangguan Konsep Diri, Edisi I. Jakarta : EGC.

Stuart GW, Sundeen. 1995. Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.) St. Louis

15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai