Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI KOMPRES HANGAT


WARM WATER ZAK (WWZ) TERHADAP PENURUNAN
NYERI DISMENOREA DI POSYANDU REMAJA
PELOWOK BARAT

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Program


Pendidikan Diploma IV (D-IV) Jurusan Kebidanan
Tahun Akademik 2019/2020

Disusun oleh:

MELINA HANDAYANI
NIM. P07124117057

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM
PRODI D-IV KEBIDANAN
2021
ii
iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala

limpahan rahmat, karunia serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat

Warm Water Zak (WWZ) Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea di Posyandu

Remaja Pelowok Barat” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis inginmenyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes selaku Direktur Politelknik Kesehatan

Kemenkes Mataram

2. Ibu Syajaratuddur Faiqah, S.SiT,.M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

3. Ibu Imtihanatun Najahah, SST,.M.Kes ,selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram

4. Ibu Imtihanatun Najahah, SST,.M.Kes ,selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada para penulis sehingga Proposal ini

dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak dr. Fachrudi Hanafi, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak juga memberikan masukan terhadap penulisan Proposal ini.

6. Yang penulis cintai dan Hormati, yakni kepada kedua orang tua yang sudah

bersusah payah dan mendukung saya serta memberikan motivasi yang tiada

hentinya.

7. Yang penulis cintai dan Hormati, yakni kepada Alm. Bapak H. Mulfikri,S.Pd yang

semasa hidup selalu mendukung dan memberikan motivasi yang tiada henti.

iv
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsil ini masih banyak kekurangannya, oleh

karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

untuk perbaikan selanjutnya.

Demikian, semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menambah wawasan bagi

penulis dan para pembaca pada umumnya.

Mataram

Penulis

v
ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI KOMPRES HANGAT WARM WATER ZAK


TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENOREA DI POSYANDU REMAJA PELOWOK
BARAT

Melina Handayani*, NIM : P07124117057


Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram,
Email : melinahandayani99@gmail.com

Latar Belakang: Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari
54,89% mengalami dismenore primer dan 9,36% mengalami dismenore sekunder. Terapi
non farmakologis dalam menurunkan nyeri dismenorea antara lain kompres hangat,

pijatan pada pinggang, olahraga serta nutrisi yang baik. Terapi kompres hangat
merupakan salah satu alternative pengobatan yang sangat efektif dalam menurunkan nyeri
dismenorea. Pada penelitian ini bentuk kompres hangat yang dapat digunakan untuk
mengatasi nyeri dismenorea adalah dengan Warm Water Zak (WWZ). Pemberian kompres
hangat dengan WWZ akan membuat otot-otot tubuh rileks, menurunkan nyeri dan
mempelancar aliran darah
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres hangat Warm Water Zak
(WWZ) terhadap penurunan nyeri dismenorea.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian quasi experiment dengan racangan Nonequivalent
Control Group Design. Sampel penelitian ini sebanyak 30 responden. Tehnik pengambilan
sampel dengan Purposive Sampling. Instrumen penelitian ini antara lain SOP, Kuesioner
karakteristik responden, Lembar instrumen nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS), daftar
tilik, Warm Water Zak, botol air hangat, dan thermometer air. Analisa data menggunakan
Uji Mann Withney U Test.
Hasil penelitian: Rata-rata nilai nyeri dismenorea sebelum kompres hangat WWZ adalah
nyeri sedang (4-6) dan setelah kompres hangat WWZ adalah nyeri ringan (1-3). Hasil analisa
data dengan Uji Mann Withney U Test menunjukkan p value 0,421 > 0,05.
Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh pemberian terapi kompres hangat Warm Water Zak
(WWZ) terhadap penurunan nyeri dismenorea di Posyandu Remaja Pelowok Barat
Kata Kunci : Kompres hangat WWZ, botol hangat, nyeri dismenorea

vi
ABSTRACT

THE EFFECT OF APPLYING WARM WATER ZAK (WWZ) COMPRESS THERAPY ON


RECUDING DYSMENORRHEA PAIN AT PELOWOK BARAT INTEGRATED HEALTH
CENTER

Melina Handayani*, NIM : P07124117057


Midwifery Department of Poltekkes Kemenkes Mataram,
Email : melinahandayani99@gmail.com

Background: The prevalence of dysmenorrhea in Indonesia reached 64.25%,with 54.89%


experiencing primary dysmenorrhea and 9.36% experiencing secondary dysmenorrhea. Non-
Pharmacological therapies to reduce dysmenorrhe pain is warm compress, waist massage,
exercise and good nutrition. Warm compress therapy is one of the most effective
alternatives in reducing dysmenorrhea. This research made use of Warm Water Zak (WWZ)
compress to treat dysmenorrhea. Warm compress with Warm Water Zak, it will relax the
body muscles, reduce pain, and facilitate blood flow.
Objective: To determine the effect of applying Warm Water Zak (WWZ) compress therapy
on reducing dysmenorrhea pain.
Method: This research implemented quasi-experimental with Non-equivalent Control Group
Design. the samples were 30 respondents. Sampling Technique with Purposive Sampling.
The research instruments is SOP, respondent characteristic questionnaire, pain assessment
with VAS, checklist, WWZ, Warm Bottle, Water thermometer. Data analysis was performed
using the Mann Whitney U Test.
Result: The average score of dysmenorrhea pain before warm compress with WWZ is
moderate pain and after warm compress with WWZ is mild pain. The results of data analysis
with Mann Withney U Test is p value 0,421 > 0,05
Conclusion: There is no effect on applying Warm Water Zak (WWZ) warm compress
therapy to reduce dysmenorrhea pain at Pelowok Barat Integrated Health Center
Keywords: WWZ warm compress, warm bottle, dysmenorrhea pain

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK ………………………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………………. 5
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………... 5
E. Hipotesis Penelitian ……………………………………………………… 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ . 7
A. Landasan Teori …………………………………………………………… 7
1. Konsep kompres ……………………………………………………… 7
2. Konsep nyeri …………………………………………………………. 16
3. Konsep dismenorea …………………………………………………. 20
4. Konsep remaja ……………………………………………………….. 30
B. Kerangka Konsep ………………………………………………………... 35
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………… 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….. 36
B. Rancangan Penelitian ………………………………………………….. 36
C. Instrument Penelitian ……………………………………………………. 37
D. Populasi dan Sampel ……………………………………………………. 37
E. Variabel Penelitian ………………………………………………………. 39
F. Definisi Operasional …………………………………………………….. 39
G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data……………………………………. 40
H. Alur Penelitian ……………………………………………………………. 41

viii
I. Cara Pengolahan dan Analisa Data …………………………………… 42
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………………… 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian …………………………………… 47
B. Karakteristik Responden ……………………………………………….. 49
C. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak Pada
Kelompok Intervensi…………………………………………………….. 50
D. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Hangat Botol Air Hangat Pada
Kelompok Kontrol ……………………………………………………….… 51
E. Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat WWZ dan Botol
Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea………………..... 52
BAB V PEMBAHASAN …………………………………………………………… 53
A. Karakteristik Responden ………………………………………………… 53
B. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak Pada
Kelompok Intervensi……………………………………………………… 55
C. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Hangat Botol Air Hangat Pada
Kelompok Kontrol ……………………………………………………….… 57
D. Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat WWZ dan Botol
Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea………………... 58
BAB VI PENUTUP ……………………………………………………………….. 60
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 60
B. Saran …………………………………………………………………….. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Suhu Kompres Panas dan Dingin……………………………………….. 11


Tabel 3.1 Desain Penelitian………………………………………………………….. 36
Tabel 3.2 Definisi Operasional Terapi Kompres Hangat dengan Botol air
hangat dan Warm Water Zak Terhadap Penurunan Nyeri
DIsmenorea Pada Remaja Putri ………………………………………... 39
Tabel 4.1 Jumlah Remaja yang Aktif Mengikuti Posyandu Remaja ……………. 48
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ………………………….. 49
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Datang Nyeri Haid …….. 49
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Haid …………………… 50
Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Tabel 4.5
Pemberian Terapi kompres hangat Warm Water Zak (WWZ)……… 50
Tabel 4.6 Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi kompres hangat Warm Water Zak (WWZ)……… 51
Tabel 4.7 Pengaruh Pemberian Terapi Kompre Hangat Warm Water Zak
(WWZ) dan botol air hangat terhadap Penurunan Nyeri
Dismenorea………………………………………………………………… 52

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skala Nyeri Visual Analog Scale ………………………………………21

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

kehidupan seseorang. Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke masa

dewasa yang ditandai dengan perkembangan secara biologis. Salah satu ciri

masa remaja adalah mulai terjadinya menstruasi. Menstruasi atau haid adalah

perdarahan yang terjadi secara periodik dan siklis dari uterus dan disertai

dengan pelepasan endometrium. Pada saat menstruasi, beberapa gangguan

masalah sering terjadi, salah satu gangguan pada saat )menstruasi disebut

Dismenore. Dismenore adalah kram, nyeri, dan ketidaknyamanan lain yang

berhubungan dengan menstruasi. Pada beberapa wanita rasa sakit dismenore

mampu menghentikan aktivitas sehari – hari (Dhilon & Rahmadona, 2020).

Dampak dari dismenore selain menganggu aktivitas sehari – hari dan

menurunnya kinerja yaitu mengalami mual, muntah, dan diare. Masih banyak

wanita yang menganggap nyeri haid sebagai hal yang biasa, mereka

beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid bisa menjadi

tanda dan gejala suatu penyakit misalnya endometritis yang bisa mengakibatkan

sulitnya mendapat keturunan (Wiknjosastro, 2014).

Menurut data dari WHO tahun 2018 bahwa angka kejadian dismenorea di

dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara

mengalami dismenorea (Chayati, 2019).

1
2

Angka kejadian dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari

54,89% mengalami dismenore primer dan 9,36% mengalami dismenore

sekunder (Lubis, 2018).

Nyeri haid primer terjadi p ada usia 12-13 tahun dan beberapa waktu setelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Berdasarkan hal tersebut maka

nyeri haid primer mungkin akan terjadi pada remaja berusia 15-17 tahun.

Remaja pada usia tersebut sedang berada di Sekolah Menengah Atas

(Rahmadhayanti dkk., 2017).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan pada remaja putri

yang berkunjug ke Pusksmas Kediri untuk memeriksakan kesehatnnya, dimana

dari 20 remaja putri yang diwawancara, 19 diantaranya mengalami dismenorea

setiap kali haid. 3 diantaraya mengatasi dismenorea yang dirasakan dengan

meminum obat pereda nyeri, 4 orang mengatasi nyeri dengan dikompres, dan 12

orang tidak melakukan apapun untuk mengatasi nyeri yang dirasakan atau

hanya didiamkan saja.

Penanganan nyeri menstruasi terbagi dua kategori yaitu pendekatan

farmakologi dan non farmakologi. Penanganan nyeri secara farmakologis nyeri

menstruasi dapat ditangani dengan terapi analgesik yang merupakan metode

paling umum digunakan untuk menghilangkan nyeri. Obat analgesik dapat

menghilangkan nyeri dengan efektif namun penggunaan analgesik akan

berdampak ketagihan dan akan memberikan efek samping obat yang berbahaya

bagi penggunanya (Mirbagher, 2013). Akan tetapi terapi farmakologis

memberikan efek samping terhadap saluran cerna yang sering timbul misalnya

dyspepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Efek

ketidaknyamanan bagi wanita akan timbul bila nyeri haid tidak diatasi, untuk itu
3

maka perlu metode penanganan yang cukup praktis dan tidak menimbulkan efek

samping yaitu dengan cara non farmakologis (Maidarti dkk., 2018).

Terapi non-farmakologis berupa kompres hangat, pijatan pada pinggang,

olahraga, nutrisis yang baik. Pijatan pinggang memerlukan waktu yang lama

serta membutuhkan bantuan orang lain, olahraga merlukan gerakan fisik,

dimana olahraga yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri haid antara lain

berjalan kaki, lari, senam pilates, senam aerobic dan senam yoga (Akmarawita

dalam Puspitasari dkk, 2017). Adapun nutrisi memerlukan biaya untuk

menyediakan makanan yang dapat mengurangi dismenorea. Beberapa zat gizi

yang dapat mengurangi nyeri dismenorea adalah kalsium, magnesium, zink,

folat, sodium dan potassium, serta vitamin A,E, B6, B12 dan C (Afoakwa dalam

Dhilon & Rahmadona, 2020). Terapi kompres hangat sendiri merupakan salah

satu alternative yang sangat efektif dalam menurunkan nyeri dismenorea.

Kompres hangat tidak memerlukan biaya yang banyak, waktu yang lama, serta

dapat dilakukan sendiri dan terapi ini tidak menimbulkan dampak negative bagi

tubuh tetapi perlu diingat juga bahwa air yang terlalu panas dapat menimbulkan

iritasi pada kulit (Brunert dalam Dahlan, 2016).

Salah satu bentuk kompres hangat yang dapat digunakan untuk mengatasi

nyeri dismenorea adalah dengan Warm Water Zak (WWZ). Warm Water Zak

adalah alat bantu yang dapat digunakan untuk kompres hangat atau dingin

berbentuk wadah karet dan terbuat dari bahan karet yang kuat dan tidak mudah

bocor. Keunggulan Warm Water Zak adalah tutupnya terbuat dari atom plastik

sehingga tidak mudah pecah. Pada pemakaian kompres hangat dengan Warm

Water Zak biasanya dilakukan pada bagian tubuh tertentu dengan menempelkan

kantong atau karet ke bagian tubuh yang nyeri di area kulit untuk kisaran suhu
4

40ºC. Dengan pemberian kompres hangat dengan Warm Water Zak akan

membuat otot-otot tubuh rileks, menurunkan nyeri dan mempelancar aliran darah

(Pihandini, 2019).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Wati (2017) mengenai “Pengaruh

Pemberian Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi

(Dismenorea) Pada Remaja Putri Siswi Kelas VII SMPN 3 Kecamatan Maospati

Kabupaten Magetan”, berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa

pemberian kompres hangat selama 20 menit dengan botolair hangat yang

diganti setiap 10 menit bermanfaat atau berpengaruh secara signifikan dalam

mengurangi atau mengatasi nyeri menstruasi (dismenorea) pada remaja putri.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Abdurakhman dkk., 2020) mengenai

“Pengaruh Terapi Kompres Hangat Dengan Wwz (Warm Water Zak) Terhadap

Nyeri Pada Pasien Dyspepsia” diperolah hasil penelitian bahwa pemberian

kompres hangat selama 15 menit pada pasien yang sebelumnya tidak diberikan

obat algesik memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien

dyspepsia.

Dari uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ)

Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea di Posyandu Remaja Pelowok Barat”.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pemberian terapi kompres hangat Warm Water

Zak (WWZ) terhadap penurunan nyeri dismenorea?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres hangat Warm Water

Zak (WWZ) terhadap penurunan nyeri dismenorea

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karkteristik responden meliputi umur, hari datang nyeri

haid, dan siklus haid.

b. Mengidentifikasi rata-rata nilai penurunan nyeri dismenorea sebelum dan

setelah kompres hangat Warm Water zak pada kelompok intervensi.

c. Mengidentifikasi rata-rata nilai penurunan nyeri dismenorea sebelum dan

setelah kompres hangat dengan botol air hangat pada kelompok kontrol.

d. Menganalisis pengaruh pemberian terapi kompres hangat Warm Water

Zak terhadap penurunan nyeri dismenorea

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan referensi dalam ilmu

kebidanan terkait terapi nonfarmakogis yang dapat digunakan dalam

mengatasi nyeri dismenorea.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini dapat menjadikan kompres hangat Warm Water Zak

sebagai alternatif terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri

dismenorea.
6

b. Bagi institusi

Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi instutusi tentang

terapi nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dismenore yaitu dengan

kompres hangat Warm Water Zak

c. Bagi Remaja

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan remaja

mengenai terapi nonfarmakologis yaitu kompres hangat Warm Water Zak

untuk mengatasi nyeri dismenorea dan dapat diterapkan pada saat

mengalami dismenorea

d. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan kompres hangat Warm Water Zak untuk mengatasi nyeri

dismenorea.

E. Hipotesis Penelitian

H0 : tidak ada pengaruh pemberian terapi kompres hangat

Warm Water Zak terhadap penurunan nyeri dismenorea

Ha : terdapat pengaruh pemberian terapi kompres hangat

Warm Water Zak terhadap penurunan nyeri dismenorea


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Kompres

a. Kompres Hangat

1) Pengertian Kompres hangat

Kompres hangat dapat memberikan rasa hangat pada klien

dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat

pada bagian tubuh yang memerlukannya. Kompres hangat adalah

suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat yang dapat

menimbulkan beberapa efek fisiologis. Efek pemberian terapi hangat

terhadap tubuh antara lain meningkatkan aliran darah ke bagian

tubuh yang mengalami cedera; untuk meningkatkan pengiriman

leukosit dan antibiotik ke daerah luka; untuk meningkatkan relaksasi

otot dan mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan;

meningkatkan aliran darah; dan juga meningkatkan pergerakan zat

sisa dan nutrisi (Perry and Potter, 2014). Sedangkan menurut (Yulita,

2015) kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yag menimbulkan

hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.

2) Manfaat Efek Kompres Hangat

Manfaat terapi kompres hangat antara lain:

a) Meningkatkan relaksasi otot-otot (Susanti & Putri, 2016).

7
8

b) Mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta

memberikan rasa hangat lokal

c) Efek hangat dari kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada

pembuluh darah yang nantinya akan meningkatkan aliran darah

ke jaringan (Mahua dkk, 2018).

d) Memberikan ketenangan pada klien (Khairiyatul, 2015).

3) Prinsip Fisiologi Kompres Hangat

Prinsip fisiologi pemberian kompres hangat akan terjadi pelebaran

pembuluh darah, sehingga akan memperbaiki peredaran darah di

dalam jaringan tersebut. Cara ini penyaluran zat asam dan bahan

makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang

dibuang akan diperbaiki, jadi akan timbul proses pertukaran zat yang

lebih baik maka akan terjadi peningkatan aktivitas sel sehingga akan

menyebabkan penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat

pada daerah tubuh akan memberikan signal hypothalamus

dirangsang, sistem efektor mengeluarkan signal yang memulai

berkeringat dan vasodilator perifer. Perubahan ukuran pembuluh

darah akan memperlancar sirkulasi oksigenasi mencegah terjadinya

spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot tubuh lebih

rileks dan menurunkan rasa nyeri. Kompres hangat dapat dilakukan

dengan menempelkan ke daerah tubuh yang nyeri di perut bagian

bawah atau pinggang bagian belakang (Mahua dkk, 2018)


9

4) Indikasi Terapi Kompres Panas

Arovah (2016) mengungkapkan bahwa terapi panas dapat

dipergunakan untuk mengatasi berbagai keadaan seperti:

a) Kekakuan otot,

b) Arthritis (Radang Persendian),

c) Hernia discus interveterbra,

d) Nyeri bahu,

e) Tendinitis (radang tendo),

f) Bursitis (radang bursa),

g) Sprain (robekan ligamen sendi),

h) Strain (robek otot),

i) Nyeri pada mata yang mengakibatkan oleh peradangan kelopak

mata

j) Gangguan sendi temporo mandibular

k) Nyeri dada yang disebabkan oleh nyeri pada tulang rusuk

l) Nyeri perut dan pelvis

m) Gangguan nyeri kronis seperti pada lupus dan nyeri myofascial,

n) Asthma.

5) Kontraindikasi Terapi Panas

Beberapa hal yang tidak boleh dilakukan terapi panas menurut

Arovah, (2016) yaitu:

a) panas dapat meningkatkan aliran darah dan dapat memperparah

pembengkakan pada fase akut

b) memperlama proses penyembuhan bila fase akut

c) sedang dilakukan terapi radiasi atau yang mengalami kanker


10

d) orang yang memiliki gangguan sensasi saraf seperti orang

diabetes untuk menghindari terjadinya luka bakar, dan

e) wanita hamil karena menimbulkan kecacatan pada bayi

6) Cara Pemakaian Terapi Kompres Hangat

Teknik kompres hangat menurut Mahua, dkk (2018) dilakukan

dengan cara berikut:

a) Menyiapkan buli-buli dan air hangat yang sudah diukur

menggunakan thermometer air

b) Mengisi buli-buli dengan air hangat

c) Membalut buli-buli dengan kain, lalu ditempelkan pada bagian

yang nyeri seperti perut bagian bawah dan punggung bagian

belakang

d) Kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan selang 10

menit pergantian air hangat untuk mempertahankan suhunya.

Menurut Sriyanti (2016), langkah-langkah pemberian terapi

kompres hangat adalah sebagai berikut :

Persiapan alat dan bahan

a) Botol atau kain yang menyerap air

b) Air hangat dengan suhu 40°C

Tahap kerja

a) Cuci tangan

b) Jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan

c) Ukur suhu air dengan thermometer \

d) Isi botol dengan air hangat, kemudian dikeringkan dibungkus /

lapisi botol dengan kain


11

e) Sedangkan menggunakan Warm Water Zack (WWZ) isi dengan

air hangat kemudian tempelkan pada area yang nyeri

f) Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat, lalu

diperas

g) Tempatkan botol berisi air hangat atau kain yang sudah di peras

pada daerah yang akan dikompres

h) Angkat Botol air hangat dan Warm Water Zak (WWZ) setelah 15-

20 menit, dan lakukan kompres ulang jika nyeri belum teratasi

i) Kaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan

7) Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

menurut Kozier (2018).

Tabel 2.1 Suhu Kompres Panas dan Dingin


Deskrip Bentuk dan
Suhu Indikasi
si kegunaan
Pasien pasca oprasi otot
Sangat Dibawah
Kantong es maupun sendi seperti oprasi
Dingin 15°C
sendi dan lutut
Kemasan
15- 18 Cedera akut seperti terkilir,
Dingin pendingin
°C dan otot yang tertarik
Kompres
18- 27 Kompres
Sejuk Radang dan memar
°C dingin
Pasien dengan tiroidektomi
Hangat 27- 37 Mandi spons
(prasi pengangkatan kelenjar
kaku °C alcohol
tiroid)
Klien yang kedinginan suhu
Mandi
37- 40 tubuh yang rendah, Klien yang
Hangat dengan air
°C mengalami peradangan
hangat
seperti radang persendian
Berendam
dalam air
Pada pasien yang mempunyai
40- 46 panas,
Panas diabetes,obesitas dan nyeri
°C irigasi,
sendi
kompres
panas
Sangat Diatas Kantong air pengobatan nyeri dan
Panas 46 °C untukdewasa merelaksasikan otot – otot
12

b. Kompres Dingin

1) Pengertian

Menurut Arovah (2016), terapi dingin atau cold therapy adalah

pemberian dingin untuk mengobati nyeri dan gangguan kesehatan

lainnya. Menurut Ernst dalam Nurjanah (2016: 24) bahwa inti dari

terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga

terjadi penurunan suhu. Semakin lama waktu terapi, penetrasi dingin

semakin dalam. Umumnya terapi dingin pada suhu 3,5o C selama 10

menit dapat mempengaruhi suhu sampai dengan 4 cm dibawah kulit.

Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan

konduktor yang baik sedangkan jaringan lemak merupakan isolator

suhu sehingga menghambat penetrasi dingin.

2) Efek Fisiologis Terapi Dingin

Arovah (2016) mengungkapkan pada terapi dingin, efek

pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama

terapi dan konduktivitasnya. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif,

lokal cedera harus dapat diturunkan suhunya dalam jangka waktu

yang mencukupi. Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah

pemberian aplikasi dingin (suhu 10°C) terjadi vasokontriksi arteriola

dan venula secara lokal. Vasokontriksi ini disebabkan oleh aksi reflek

dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom dan

pelepasan epinerphin dan norepinephrin. Walaupun demikian apabila

dingin tersebut terus diberikan selama 15 sampai dengan 30 menit

akan timbul fase vasodilatasi yang terjadi intermiten selama 4 sampai

6 menit. Periode ini dikenal sebagai respon hunting. Respon hunting


13

terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari

jaringan mengalami anoxia jaringan (Arovah, 2016).

3) Indikasi Terapi dingin

Terapi dingin dapat ditangani dengan berbagai kondisi antara lain:

a) cedera (sprain, strain, dan kontusi),

b) sakit kepala 18 (migrain, tension headache dan clustes headache

c) gangguan temporomandibular (TMJ disorder)

a) testicular dan scrotal pain

b) nyeri post operasi

c) fase akut arthritis (peradangan pada sendi

d) tendinitis dan bursitis

e) nyeri lutut

f) nyeri sendi, dan

g) nyeri perut (Arovah, 2016).

4) Persiapan Melaksanakan Terapi Kompres Dingin

Persiapan alat dan bahan:

a) Handuk good morning

b) Potongan es batu secukupnya

c) Kantung plastik

d) Karet gelang

Cara kerja melaksanakan terapi kompres dingin menurut Aprillia

Yesie (2014).

a) Cuci tangan

b) Nilai skala nyeri yang dilami ibu bersalin

c) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan


14

d) Isi kantung plastik dengan air es atau potongan es batu kemudian

ikat dengan karet gelang

e) Bungkus / lapis plastik berisi es dengan handuk good morning

f) Letakkan pada lumbo-sakral dengan posisi ibu miring ke kiri saat

kontraksi untuk meredakan sakit selama persalinan

g) Angkat kantung plastik setelah 20 menit, kemudian isi lagi

kantung plastik dengan air es atau es batu lakukan kompres ulang

jika ibu menginginkannya.

h) Mengkaji perubahan yang terjadi selama kompres dilakukan pada

menit ke 20

i) Mencatat hasil pengkajian pada lembar observasi.

j) Cuci tangan

b) Kompres hangat dengan botol air hangat dan Water Warm Zak (WWZ)

Pemakaian kompres air hangat menggunakan botol air hangat

biasanya dilakukan hanya setempat saja pada bagian tubuh tertentu

dengan menempelkan botol air hangat tersebut dibungkus handuk/kain

sebelum mengoleskan ke area yang akan terkena, agar lebih efektif

maka kompres hangat dilakukan tidak lebih dari satu jam agar kulit klien

tidak memerah dan tidak merusak jaringan dengan suhu 40 derajat

celcius. Dengan pemberian kompres air hangat dengan botol air hangat

pembuluh darah didalam jaringan dengan cara penyaluran zat asam dan

bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat yang

dibuang akan diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang

lebih baik. Aktifitas sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit dan

akan menunjang proses luka, radang yang setempat seperti abses, bisul
15

yang besar dan bernanah, radang empedu dan juga beberapa radang

persendian pada otot-otot, kompres air hangat memiliki efek

menghilangkan ketegangan.

Kompres Water warm zack (WWZ) adalah alat bantu yang dapat

digunakan untuk kompres hangat atau dingin berbentuk wadah karet dan

terbuat dari bahan karet yang kuat dan tidak mudah bocor. Keunggulan

water warm zack (WWZ) tutupnya terbuat dari atom plastik, jadi tidak

mudah pecah pada lehernya. Water warm zack (WWZ) diisi air panas

kurang lebih 1/2 - 3/4 (Jangan terlalu penuh). Tutup rapat water warm

zack (WWZ), lalu balik untuk memastikan air tidak tumpah lalu lap bagian

luar water warm zack (WWZ). Pemanfaatannya bisa dilakukan dengan

membeli di apotik terdekat. Pada pemakaian kompres air hangat

menggunakan bahan Water Warm Zack (WWZ) biasanya juga dilakukan

pada bagian tubuh tertentu dengan menempelkan kantong atau karet ke

bagian tubuh yang nyeri di area kulit, untuk suhu kisaran 40 derajat

celcius dalam melakukan kompres diwaspadai dalam penggunaannya

supaya tidak terjadi kemerahan pada kulit dan dilakukan tidak lebih dari 1

jam. Dengan pemberian kompres hangat menggunakan bahan Water

Warm Zack (WWZ) akan membuat otot-otot tubuh rileks, menurunkan

atau menghilangkan rasa nyeri dan mempelancar aliran darah

(Prihandini, 2019).

Warm Water Zak adalah botol karet yang berisi air panas untuk

mengkompres bagian tubuh yang sakit. Kompres hangat sering

digunakan untuk mengurangi nyeri yang berhubungan dengan


16

ketegangan otot walaupun dapat juga dipergunakan untuk mengatasi

berbagai jenis nyeri yang lain (Abdurrakhman,dkk 2020)

2. Konsep Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan

hanyaorang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan

mengevaluasi perasaan tersebut secara umum, nyeri dapat didefinisikan

sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Wahit dkk,

2015).

b. Fisiologi Nyeri

Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa

nyeri merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang

melibatkan fungsi organ tubuh, terutama system saraf sebagai reseptor

rasa nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus

kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga

nosireseptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireseptor) ada yang

bermielin da nada juga yang tidak bermielin dari saraf perifer.

Berdasarkan letaknya nosireseptor dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (cutaneus), somatic dalam (deep

somatic), dan pada daerah visceral. Oleh karena letaknya yang berbeda

–beda inilah, nyeri yang tiumbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

Nocireseptor cutaneus berasal dari kulit dan subkutan , nyeri yang

berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan.
17

Reseptor jaringan kulit (cutaneus) terbagi dalam dua komponen yaitu

sebagai berikut :

1) Reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat (kecepatan

transmisi 6-30 m/s) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang

akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.

2) Serabut C, merupakan serabut komponen lambat (kecepatan

transmisi 0,5 m/s) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam,

nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dialokasi

(Wahit dkk, 2015)

c. Mekanisme Nyeri

Ada empat tahapan proses terjadinya nyeri:

1) Transduksi

Proses dimana suatu stimulus nyeri (noxious stimuli) dirubah menjadi

suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimulus

ini dapat berupa stimulus fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia

(substansi nyeri).Terjadi perubahan patofisiologis karena

mediatormediator nyeri mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah

trauma sehingga lingkaran nyeri meluas. Selanjutnya terjadi proses

sensitivisasi perifer yaitu menurunnya nilai ambang rangsang

nosiseptor karena pengaruh mediator tersebut dan penurunan pH

jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul

2) Transmisi

Proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer

melewati korda dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri.

Transmisi sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi,


18

sedangkan dari neuron presinaps ke pasca sinaps melewati

neurotransmitter.

3) Persepsi

Proses terakhir saat stimulasi tersebut sudah mencapai korteks

sehingga mencapai tingkat kesadaran, selanjutnya diterjemahkan dan

ditindaklanjuti berupa tanggapan terhadap nyeri tersebut.

4) Modulasi

Proses modifikasi terhadap rangsang. Modifikasi ini dapat terjadi

pada sepanjang titik dari sejak transmisi pertama sampai ke korteks

serebri.

Modifikasi ini dapat berupa augmentasi (peningkatan) ataupun inhibisi

(penghambatan (Perry & Potter, 2014)

d. Klasifikasi nyeri

Menurut Perry & Potter (2014) nyeri dapat dijelaskan berdasarkan

durasi, lokasi, atau etiologi.

1) Nyeri berdasarkan durasi :

a) Nyeri akut yaitu nyeri yang hanya dirasakan tiba-tiba atau yang

lambat dan tanpa memperhatikan intensitasnya.

b) Nyeri kronis yaitu nyeri yang berlangsung berkepanjangan,

biasanya nyeri berulang atau menetap sampai enam bulan atau

lebih dan mengganggu fungsi tubuh.

2) Nyeri berdasarkan lokasi :

a) Nyeri kutaneus adalah nyeri yang berasal dari kulit atau jaringan

subkutan
19

b) Nyeri somatik dalam adalah nyeri yang berasal dari ligamen,

tendon, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Nyeri tersebut

menyebar dan cenderung dan berlangsung lebih lama dibanding

nyeri kutaneus.

c) Nyeri viseral adalah nyeri yang berasal dari stimulasi reseptor

nyeri di rongga abdomen, kranial, dan torak.

d) Nyeri radiasi (menyebar) adalah nyeri yang dirasakan pada

tempat sumber nyeri dan menyebar ke jaringan sekitarnya.

e) Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang

jauh dari jaringan yang menyebakan nyeri.

f) Nyeri phantom adalah nyeri yang sangat menyakitkan pada

bagian tubuh yang hilang.

e. Pengukuran Tingkat Nyeri

VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang

terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini

memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri

yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada

rangkaian daripada dipaksa memilih satu kata atau satu angka.

Gambar 2.1 Skala Intensitas Nyeri Analog Visual

Keterangan :

0 : Tidak nyeri
20

1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat, secara obyektifklien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi, nafas panjang, dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

3. Konsep Dismenorea

a. Pengertian Dismenorea

Dismenore adalah nyeri saat haid, rasa kram dan terpusat di

abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi bervariasi mulai dari

yang ringan sampai yang berat keparahan dismenore berhubungan

langsung dengan lama dan jumlah darah haid. Haid hampir selalu diikuti

dengan rasa mulas atau nyeri (Husna, 2018). Dismenore adalah nyeri

saat haid, biasanya dengan rasa kram dan tepusat di abdomen bawah.

Keluhan nyeri haid terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat.

Keparahan dismenore berhubungan langsung dengan lama dan jumlah

darah haid. Seperti diketahui haid hampir selalu diikuti dengan rasa

mulas atau nyeri (Wiknjosastro, 2014)


21

b. Klasifikasi dismenorea

Dismenore dibagi menjadi dua menurut Mahua, dkk (2018), yaitu

dismenore primer dan dismenore sekunder

1) Dismenorea Primer

Dismenore primer merupakan sebuah kondisi yang berhubungan

dengan meningkatnya aktivitas uterus yang disebabkan karena

meningkatnya produksi prostaglandin (Agustina, 2019). Dampak

dismenore primer adalah ketika proses menstruasi dimulai zat

prostaglandin yang diproduksi oleh uterus merangsang kontraksi

untuk melepaskan lapisan rahim, sehingga menyebabkan kram.

Prostaglandin memicu kontraksi dan spasme otot polos di saluran

gastrointestinal, sehingga menimbulkan mual, muntah, dan diare.

Prostaglandin juga memicu aliran darah haid dapat memperburuk

rasa nyeri karena gumpalan darah atau aliran darah menstruasi yang

deras harus melalui bukaan sempit leher rahim, peregangan leher

rahim oleh aliran tersebut menyebabkan wanita merasa kesakitan

hebat bahkan pingsan (Rosniati & Ewina, 2015).

2) Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder Suatu dismenore dapat disebut dismenore

sekunder apabila penyebabnya berupa kelainan kandungan

(Karimah, 2018). Dismenorea Sekunde adalah nyeri haid yang

dijumpai karena gangguan ekstrinsik. Penyebab nya antara lain

Salpingitis, endometriosis, stenosis servisitis uteri (Wilujeng, 2013)


22

c. Etiologi Disminorea

Etiologi dismenore menurut Kuswandi (2013) dibedakan menjadi dua,

yaitu

1) Dismenore Primer

a) Faktor Psikologis

Remaja yang mempunyai emosional tidak stabil dapat

mempengaruhi ambang nyeri yang rendah, sehingga dengan

rangsangan nyeri maka akan merasakan kesakitan.

b) Faktor Endrokrin

Dismenore dihubungkan dengan kontraksi uterus yang tidak

bagus. Hal ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh hormonal.

Peningkatan produksi prostaglandin akan menyebabkan

terjadinya kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi, sehingga

menimbulkan nyeri. Penyebab utama dismenore primer adalah

adanya prostaglandin yang dihasilkan di endometrium.

Prostaglandin merupakan hormon yang diperlukan untuk

menstimulasi kontraksi uterus selama menstruasi.

2) Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder disebabkan karena adanya masalah

penyakit fisik seperti endometritis, polip uteri, stenosis serviks atau

Penyakit Radang Punggung (PRP), perdarahan uterus disfungsional,

prolapse uterus dan produk kontrasepsi yang tertinggal setelah

abortus spontan.

d. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dismenore menurut Kuswandi (2013) yaitu:


23

1) Dismenore Primer

a) Usia lebih muda.

b) Dismenore primer timbul segera setelah terjadinya siklus haid yang

teratur.

c) Terjadi pada nulipara (seorang wanita yang belum pernah

melahirkan)

d) Nyeri dirasakan sebagai kejang uterus dan spastik.

e) Nyeri timbul mendahului haid, meningkat bersamaan hari pertama

dan kemudian dengan keluarnya darah haid.

f) Disertai mual, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala, dan

sebagainya

g) Dismenore primer dimulai 1-3 tahun setelah menstruasi,

bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23-27 tahun.

h) Usia saat menstruasi pertama < 12 tahun.

i) Nyeri yang tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.

2) Disminorea Sekunder

a) Usia lebih tua.

b) Nyeri terus-menerus, nyeri pada daerah supra pubis seperti kram,

menyebar sampai area lumbosacral atau punggung bawah.

c) Nyeri mulai pada saat haid, menghilang bersamaan haid, dan

dengan keluarnya darah haid.


24

e. Derajat dismenorea

Derajat dismenorea Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri,

terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-

beda.

Derajat dismenorea menurut Hakim (2016)

1) Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.

2) Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas sehari-

hari jarang terpengaruh.

3) Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari

terganggu.

4) Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik,

timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.

f. Pencegahan Dismenorea

Pencegahan dismenorea menurut Anurogo dalam Lubis (2018) yaitu

menghindari stres, miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi

yang memadai, memenuhi standar 2 sehat 5 sempurna, hindari makanan

yang cenderung asam dan pedas saat menjelang haid, istirahat yang

cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak menguras

energi yang berlebihan, tidur yang cukup sesuai standar keperluan

masing-masing 6-8 jam dalam sehari, lakukan olahraga ringan secara

teratur.

g. Penanganan Nyeri Haid (Dismenorea)

Tujuan dari penatalaksanaan nyeri adalah menurunkan nyeri sampai

tingkat yang dapat ditoleransi .Upaya farmakologis dan non-farmakologis


25

dilalukan berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu.

Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum nyeri

menjadi parah (Perry and Potter, 2014).

1) Intervensi Farmakologis

Dilakukan melalui kolaborasi dengan dokter atau pemberi

perawatan utama lainnya dan pasien. Sebelum memberikan obat apa

saja, pasien ditanyakan mengenai alergi terhadap medikasi dan sifat

dari segala respon alergi sebelumnya. Pereda nyeri farmakologis

dibagi menjadi tiga yakni golongan opioid, non-opioid dan

anestetik.Anestesi lokal yang bekerja dengan memblok konduksi

saraf, dapat diberikan langsung ke tempat yang cedera, atau

langsung ke serabut saraf melalui suntikan atau saat

pembedahan.Golongan opioid (narkotik) dapat diberikan melalui

berbagai rute, yang karenanya efek samping pemberian harus

dipertimbangkan dan diantisipasi, diantaranya adalah depresi

pernafasan, sedasi, mual dan muntah, konstipasi, pruritus dan

peningkatan risiko toksik pada penderita hepar atau ginjal.Jenis

opioid diantaranya adalah morfin, kodein, meperidine.Sedang

golongan nonopioid diantaranya adalah obat-obatan antiinflamasi

nonsteroid (NSAID) yang menurunkan nyeri dengan menghambat

produksi prostaglandin dari jaringan yang mengalami trauma atau

inflamasi.Jenis NSAID diantaranya adalah ibuprofen (Perry and

Potter, 2014).
26

2) Intervensi Non-Farmakologis

Saat nyeri hebat berlangsung selama berjam-jam atau berhari-

hari, mengkombinasikan teknik nonfarmakologis dengan obat-obatan

mungkin cara yang efektif untuk menghilangkan nyeri, diantaranya

adalah stimulasi dan massage kutaneus, terapi es dan panas,

stimulasi saraf elektris transkutan, distraksi, teknik relaksasi, imajinasi

terbimbing dan hipnosis.Stimulasi kutaneus dan massage bertujuan

menstimulasi serabutserabut yang mentransmisikan sensasi tidak

nyeri, memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri. Massage

dapat membuat pasien lebih nyaman karena massage membuat

relaksasi otot (Perry and Potter, 2014).

a) Terapi es dan panas

Bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam bidang

reseptor yang sama seperti pada cedera, terapi es dapat

menurunkan prostaglandin dengan menghambat proses inflamasi.

Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatakan aliran

darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan

nyeri dengan mempercepat penyembuhan.Terapi panas dan es

harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau dengan cermat

untuk menghindari cedera kulit.

Menurut Kozier dan Gleniora dalam Maidartati dkk (2018)

bahwa “Pemberian kompres hangat yang memakai prinsip

penghantaran panas melalui cara konduksi yaitu dengan

menempelkan handuk hangat pada daerah yang nyeri akan

melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot


27

sehingga menurunkan nyeri pada wanita dengan dismenorea

primer, karena wanita nyeri haid mengalami kontraksi uterus dan

kontraksi otot polos. Panas dapat menyebabkan pelebaran

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi

darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu

menyebabkan pelebaran pembuluh darah, menurunkan

kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan

metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler.

Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi

pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam

tubuh. Panas menyebabkan pelebaran pembuluh darah dalam

waktu 20-30 menit.

Menurut Dewi dalam Maidartati dkk (2018) teknik kompres

hangat dilakukan dengan cara pemberian botol berisi air dengan

dengan suhu 40 - 46°C yang sebelumnya diukur dengan

menggunakan termometer air yang disimpan pada daerah pada

bagian perut bawah yang dilakukan pada remaja yang sedang

nyeri haid selama 20 menit dengan selang 10 menit pergantian air

panas untuk mempertahankan suhunya.

b) Stimulasi saraf elektris transkutan (TENS)

Menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda

yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan,

menggetar atau mendengung pada area nyeri. TENS menurunkan

nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri dalam area yang

sama sperti pada serabut yang mentransmisikan nyeri.


28

c) Teknik relaksasi

Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan

ketegangan otot yang menunjang nyeri.Teknik relaksasi yang

sederhana terdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat,

berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas

dengan perlahan dan nyaman, irama yang konstan dapat

dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat

bersama setiap inhalasi dan ekhalasi. Pada saat mengajarkan

teknik ini, akan sangat membantu bila menghitunng dengan keras

bersama pasien pada awalnya.

d) Imajinasi terbimbing

Menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang

dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.

Imajinasi terbimbing untuk meredakan nyeri dan relaksasi dapat

terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu

bayangan mental relaksasi dan kemyamanan.Dengan mata

terpejam, individu diinstruksikan untuk membayangkan bahwa

dengan setiap napas yang diekshalasi secara lambat, ketegangan

otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan, menyebabkan tubuh rileks

dan nyaman.Setiap kali napas dihembuskan, pasien

diinstruksikan untuk membayangkan bahwa udara yang

dihembuskan membawa pergi nyeri dan ketegangan.Pasien harus

diinformasikan bahwa imajinasi terbimbing dapat berfungsi hanya

pada beberapa orang.


29

e) Hipnosis

Hipnotis efektif dalam meredakan nyeri dan menurunkan jumlah

analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis,

mekanisme kerja hipnosis tampak diperantarai oleh sistem

endorphin, keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan

hipnotik individu, bagaimanapun pada beberapa kasus teknik ini

tidak akan bekerja

f) Distraksi

Memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri

merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik

kognitif. Distraksi menurunkan persepsi dengan menstimulasi

system kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit

stimulasi nyeri yang ditransmisikan ke otak, keefektifan distraksi

tergantung kemampuan pasien untuk menerima dan

membangkitkan input sensori selain nyeri, distraksi berkisar dari

hanya pencegahan monoton hingga menggunakan aktivitas fisik

dan mental seperti misalnya kunjungan keluarga dan teman,

menonton film, melakukan permainan catur.

g) Olahraga

Latihan-latihan olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, lari,

senam pilates, senam aerobik dan senam yoga sangat dianjurkan

untukmenguranginyeri haid. Latihan olahraga yang bisa

digunakan untuk mengurangi nyeri haid yang mudah dan praktis

yaitu senam. Senam yang mudah dilakukan dan mudah di ikuti

yaitu senam pilates dan senam yoga. Senam pilates dan senam
30

yoga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat

digunakan untukmengurangi nyeri karena saat melakukan senam,

otak dan susunan saraf tulang belakang akan menghasilkan

endorphin, hormon yang berfungsi sebagai obat penenang alami

dan menimbulkan rasa nyaman (Puspitasari, 2017).

h) Abdominal Stretching

Abdominal Stretching adalah latihan peregangan dalam

memelihara dan mengembangkan fleksibiltas atau kelenturan

daerah perut untuk mengurangi intensitas nyeri haid (dismenore)

(Nisak, 2018)

4. Konsep Remaja

a. Pengertian Remaja

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10

hingga 19 tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25

tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun.

Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum

menikah. Perbedaan definisi tersebut menunjukkan bahwa dak ada

kesepakatan universal mengenai batasan kelompok usia remaja

(Kusumaryani, 2017).

Masa remaja diasosiasikan dengan masa transisi dari anak-anak

menuju dewasa. Masa ini merupakan periode persiapan menuju masa

dewasa yang akan melewa beberapa tahapan perkembangan pen ng

dalam hidup. Selain kematangan fisik dan seksual, remaja juga

mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,


31

membangun iden tas, akuisisi kemampuan (skill) untuk kehidupan masa

dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract reasoning) (WHO,

2015).

b. Perkembangan Remaja

Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan

kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati

tahapan sebagai berikut

1) Masa remaja awal/dini (early adolescence): umur 10–13 tahun

a) Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya

b) Tampak dan merasa ingin bebas,

c) Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan

tubuhnya dan mulai berfikir khayal (abstrak).

2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence): umur 14–16 tahun

a) Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri,

b) Ada keinginan untuk berkencan atau tertarik pada lawan jenis,

c) Timbul perasaan cinta yang mendalam,

d) Kemampuan berfikir abstrak (berkhayal) makin berkembang,

e) Berkhayal mengenai hal-hal yang bekaitan dengan seksual

3) Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17–19 tahun

a) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri,

b) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif,

c) Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya,

d) Dapat mewujudkan perasaan cinta,

e) Memiliki kemampuan berfikir khayal atau abstrak (Rahayu dkk,

2017).
32

c. Ciri-ciri Masa Remaja

Pada masa ini terjadi perubahan yang cepat. Disebut jiga masa

puber. Ciri-ciri masa remaja yaitu: 1. Perubahan emosional secara cepat

2. Perubahan yang cepat secara fisik 3. Terjadi perubahan dalam

keterkaitan terhadap sesuatu (Ahyani & Astuti, 2018).

d. Perubahan Pada Masa Remaja

1) Perubahan ukuran tubuh

Perubahan fisik pada masa puber, yaitu perubahan pada tinggi dan

berat badan. Anak-anak perempuan rata-rata mengalami peningkatan

tinggi per tahun sebelum haid 7,5 cm. Setelah haid, tingkat

pertumbuhan menurun kira-kira 2,5 cm per tahun dan berhenti sekitar

usia 18 tahun. Pada anak laki-laki, permulaan periode pertumbuhan

pesat tinggi tubuh dimulai rata-rata usia 12,8 tahun dan berakhir pada

usia 15,3 tahun dengan puncaknya pada usia 14 tahun. Setelah itu,

terjadi perlambatan pertumbuhan hingga usia 20-21 tahun.

2) Perubahan proporsi tubuh

Daerah-daerah tubuh tertentu yang mulanya terlampau kecil,

sekarang menjadi membesar karena kematangan lebih cepat dari

daerahdaerah tubuh yang lain. Ini tampak jelas pada hidung, kaki dan

tangan. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian

pinggul dan bahu, ukuran pinggang berkembang

3) Perubahan pada ciri-ciri seks primer

Pada pria, gonad atau testes, yang terletak di dalam scrotum atau

sac, di luar tubuh, pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran

matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun,


33

setelah itu pertumbuhan menurun. Testes sudah berkembang penuh

pada usia 20 atau 21 tahun. Segera setelah pertumbuhan pesat

testes terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Mula-mula

adalah panjangnya, kemudian berangsur-angsur besarnya.

Sementara pada wanita, semua organ reproduksi wanita tumbuh

selama masa puber. Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar

5,3 gram, pada usia 16 tahun sekitar 43 gram. Tuba falopi, telur-telur

dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunjuk pertama bahwa

mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah

datangnya haid, yaitu pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang

hancur dari uterus secara berala. Haid terjadi kira-kira setiap 28 hari

hingga perempuan mencapai masa menopause, yakni pada akhir

usia 40 tahunan atau awal 50 tahunan.

(Ahyani & Astuti, 2018).

4) Perubahan pada ciri-ciri seks sekunder

a) Rambut kemaluan timbul sekitar 1 tahun setelah testes dan penis

mulai membesar.

b) Rambut ketiak dan rambut di wajah timbul setelah hampir

selesainya pertumbuhan rambut kemaluan, demikian pula

rambut tubuh.

c) Perubahan pertumbuhan rambut ini terjadi lebih gelap, lebih

kasar, lebih subur dan agak keriting.

d) Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat

membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di

bawah kulit.
34

e) Kulit mejadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-

pori meluas.

f) Payudara mulai berkembang.

g) Puting susu membesar dan menonjol. Dengan berkembangnya

kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat.

h) Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit

semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat

menimbulkan jerawat.

i) Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara

berkembang. Bulu ketiak dan bulu wajah mulai tampak setelah

haid. Semua rambut kecuali rambut wajah menjadi lebih subur,

lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

j) Otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk

lengan, tungkai kaki dan bahu. Kulit menjadi lebih kasar, lebih

tebal, agak pucat dan pori-pori bertambah besar.

k) Mula-mula suara menjadi serak, kemudian tinggi suara menurun,

volumenya meningkat hingga mencapai nada yang lebih dalam.

l) Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif, sehingga

menyebabkan munculnya jerawat.

m) Benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria tumbuh

sekitar usia 12-14 tahun. Ini berlangsung selama beberapa

minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun

besarnya.

n) Otot semakin besar dan kuat, sehingga memberikan bentuk pada

bahu, lengan dan tungkai kaki.


35

o) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu (Ahyani & Astuti,

2018).

e. Faktor Perkembangan Remaja

Menurut pandangan Gunasa dalam Wati (2017) bahwa secara umum

ada 2 faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja: faktor endogen

(nature) dan faktor ekogen (murture).

1) Faktor Endogen (nature)

Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik

maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter

yaitu yang diturunkan oleh orang tuanya.

2) Faktor Ekogen (murture)

Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan

perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

berasal dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa

lingkungan fisik maupun lingkungan social.

5. Kerangka Konsep

Pemberian kompres Penurunan Nyeri

hangat WWZ dismenorea


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada posyandu remaja Pelowok Barat wilayah

kerja Puskesmas Kediri dengan alasan jumlah peserta posyandu remaja

terbanyak dan peserta aktif.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Mei 2021

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini quasi experiment dengan racangan Nonequivalent Control

Group Design Desain. Dimana pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok

eksperimen akan diberikan intervensi berupa kompres hangat dengan Warm

Water Zak dan pada Kelompok kontrol diberikan intervensi berupa kompres

hangat dengan botol air hangat. Dua kelompok diobservasi sebelum dan

sesudah diberi kompres hangat kemudian dinilai intensitas nyeri dismenorea

sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat

Tabel 3.1 Desain penelitian


Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kontrol O1 X O2

Eksperimen O3 X O4

36
Keterangan:

O1 :Nilai pretest sebelum pemberian terapi kompres hangat dengan Botol air

hangat

O2 :Nilai posttest setelah pemberian terapi kompres hangat dengan Botol air

hangat

O3 : Nilai pretest sebelum pemberian terapi kompres hangat dengan WWZ

O4 : Nilai Posttest setelah pemberian terapi kompres hangat dengan WWZ

C. Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan SOP (Standart

Operasional Prosedur) untuk kompres hangat, Kuesioner karakteristik

responden, Lembar instrumen nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS), daftar

tilik untuk menguji keterampilan responden melakuka kompres hangat dengan

WWZ dan botol air hangat, Warm Water Zak, botol air hangat, dan thermometer

air.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri pada posyandu remaja

Pelowok Barat wilayah kerja Puskesmas Kediri yang berjumlah 60 orang.

2. Sampel

a. Cara pengambilan sampel

Sampel pada penelitian ini diambil secara Nonprobability Sampel

dimana peneliti tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi

setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tehnik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling

yaitu suatu tehnik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

37
diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Hardani dkk,

2020)

Adapun kriteria yang ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi

a) Tinggal di Dusun Pelowok Barat dan Karang Midang wilayah

kerja Puskesmas Kediri

b) Bersedia menjadi responden dalam penelitian

c) Remaja perempuan yang berusia 10-19 tahun

d) Mengalami nyeri saat menstruasi setiap bulan.

e) Siklus menstruasi teratur

f) Memiliki akun WA / kontak yang bisa dihubungi

2. Kriteria eksklusi

a) Remaja yang mengalami disminorea sekunder ataupun

perdarahan diluar siklus haid.

b. Besar sampel

Menurut Brog dan Gall (1979) dan cohen, et al (2007) penelitian

korelasi menggunakan ≥ 30 sampel, penelitian kausal-komparatif dan

metode ekperimen menggunakan ≥ 15 sampel, dan penelitian survey

harus menggunakan ≥100 sampel untuk setiap bagian besarnya dan 20-

50 sampel untuk tiap bagian kecilnya.

Menurut nursalam (2015) sampel adalah bagian dari populasi yang di

teliti. Sebagaimana yang dikemukakan oleh baley dan Mahmud bahwa

penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling

minimum adalah 30 sampel. Sehingga besar sampel yang digunakan

38
pada penelitian ini adalah sebanyak 30 sampel yang terdiri dari 15 sampel

kelompok eksperimen dan 15 sampel kelompok kontrol.

E. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:

1. Variabel Independent (Bebas)

Variabel independent dalam penelitian ini adalah kompres hangat dengan

botol air hangat dan Warm Water Zak (WWZ)

2. Variabel Dependent (Terikat)

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah nyeri menstruasi

(dismenorea) pada remaja putri di Posyandu Remaja Pelowok Barat wilayah

kerja Puskesmas Kediri

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2 Definisi Operasional Pengaruh Pemberian Kompres Hangat dengan


Botol air hangat dan Warm Water Zak Terhadap Penurunan Nyeri menstruasi
(dismenorea) Pada Remaja Putri

Definisi Alat
Variabel Hasil ukur Skala
Operasional Ukur
kompres kompres hangat
hangat adalah memberikan
dengan rasa hangat pada
Warm Water bagian tubuh
Zak dan tertentu yang
botol air diberikan
hangat menggunakan
Warm Water Zak
- WWZ
dan botol air hangat Nomin
- - botol air
dan dilakukan al
hangat
dengan
menempelkan WWZ
atau botol air hangat
ke bagian tubuh
yang nyeri di area
kulit yaitu pada perut
bagian bawah untuk
suhu kisaran 40-50

39
derajat celcius
selama 15-20 menit

Nyeri Nyeri dismenorea Skala Skor Nyeri interval


menstruasi merupakan nyeri di nyeri 0-10
(dismenorea) perut bagian bawah, Visual 1 : tidak nyeri (0)
pada remaja terkadang menjalar Analog 2: nyeri ringan (1-
putri sampai ke pinggang Scale 3)
dan paha yang (VAS) 3 : nyeri sedang
timbul sebelum atau (4-
selama menstruasi 6)
dan berlangsung 4 : nyeri berat (7-
selama beberapa 9)
jam sampai 5 :nyeri sangat
beberapa hari. Berat (10)
Nyeri yang
dirasakan remaja
putri sebelum dan
sesudah dilakukan
perlakuan berupa
kompres hangat
dilakukan penilaian
dengan lembar
penilaian skala nyeri
yaitu VAS.

G. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.

Data primer pada penelitian ini adalah remaja putri pada posyandu remaja

Pelowok Barat wilayah kerja Puskesmas Kediri yang mengalami nyeri

dismenorea yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui kuesioner

(Suryabrata dalam Junaidi, 2018). Sedangkan data sekunder adalah jumlah

remaja putri usia 10-19 tahun pada posyandu remaja Pelowok Barat wilayah

40
kerja Puskesmas Kediri yang diambil dari catatan jumlah remaja pada posyandu

remaja Pelowok Barat yang berjumlah 60 orang.

H. Alur Penelitian

1. Mengurus izin penelitian dengan membawa surat izin dari Poltekkes

Kemeneks Mataram ke BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat lalu membawa

surat pengantar dari BAPPEDA ke Dinas Kesehatan Lombok Barat dan surat

tembusan ke Kepala Puskesmas Kediri

2. Peneliti datang ke Puskesmas Kediri untuk melakukan pendataan jumlah

remaja putri dan jumlah posyandu remaja di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri

3. Melalui posyandu Remaja Dusun Pelowok Barat dan Karang Midang, peneliti

akan menentukan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi.

4. Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur, serta hak dan kewajiban kepada

calon responden terhadap penelitian yang akan dilakukan. Jika calon

responden sudah paham dan bersedia menjadi responden maka

dipersilahkan menandatangani inform consent.

5. Membagi sampel menjadi 2 kelompok yakni 15 untuk kelompok eksperimen

dan 15 untuk kelompok kontrol.

6. Membuat grup WA untuk mempermudah komunikasi antara peneliti dan

responden

7. Memberikan kuesioner karakteristik responden dan lembar pengukuran skala

nyeri numerik (Pre-test) pada saat Posyandu Remaja

8. Menjelaskan calon responden tentang cara melakukan kompres hangat

dengan Warm Water Zak (WWZ) dan botol air hangat kemudian dilakukan uji

41
keterampilan responden dalam melakukan kompres hangat dengan Warm

Water Zak (WWZ) dan botolair hangat menggunakan daftar tilik.

9. Setiap responden akan diberikan 1 buah alat kompres hangat Warm Water

Zak, botol air hangat, dan thermometer air yang kemudian akan digunakan

untuk melakukan kompres hangat sendiri saat nyeri dismenorea datang

sesuai dengan tehnik kompres yang telah dijelaskan.

10. Melalui WA grup peneliti akan mengingatkan responden untuk melaporkan

jika responden mengalami dismenorea dan peneliti juga mengingatkan untuk

melakukan kompres hangat Warm Water Zak dan botol air hangat sesuai

yang telah dijelaskan dimana kompres hangat dilakukan selama 20 menit.

Jika perlu responden dapat mengirimkan foto pada saat melakukan kompres

WWZ sebagai bukti bahwa responden telah melakukan kompres WWZ.

11. Setelah melakukan kompres hangat secara mandiri pada saat mengalami

dismenorea, responden akan mengisi lembar penilaian skala nyeri (Post

Test) yang telah diberikan pada pertemuan awal untuk mengetahui skala

nyeri desmenorea yang dirasakan responden setelah diberikan terapi

kompres hangat Warm Water Zak (WWZ) dan botol air hangat.

12. Melakukan pengolahan dan Analisa data serta membuat laporan hasil

penelitian.

I. Cara Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Notoadmodjo dalam Wati (2017), pengolahan data meliputi :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

42
pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Setelah data terkumpul

data diperiksa kembali untuk memeriksa kebenaran data contohnya jika

ditemukan kesalahan penulisan nama atau jumlah maka dilakukan

editing untuk memperbaiki kesalahan.

b. Coding

Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

peng”kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan

1) Umur diberikan kode sebagai berikut

Remaja awal usia 10-13 tahun diberi kode 1

Remaja tengah usia 14-16 tahun diberi kode 2

Remaja akhir usia 17-19 diberi kode 3

2) Hari datang nyeri haid

Hari ke-1 diberi kode 1

Hari ke-2 diberi kode 2

Hari ke-3 diberi kode 3

3) siklus mentruasi

<21 hari diberi kode 1

21-35 hari diberi kode 2

>35 hari diberi kode 3

4) skala nyeri berdasarkan Visual Analog Scale (VAS)

Nilai 0 tidak nyeri diberi kode 1

Nilai 1-3 nyeri ringan diberi kode 2

Nilai 4-6 nyeri sedang diberi kode 3

Nilai 7-9 nyeri berat diberi kode 4

43
Nilai 10 nyeri sangat berat diberi kode 5

c. Data Entry

Peneliti memasukkan jawaban dari masing-masing responden

kedalam software computer.

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data atau cleaning. Contohnya jika dalam

penelitian ini, setelah mendapatkan hasil penelitian dan data telah di

entry pada software komputer maka data diperiksa kembali dan jika

terdapat data yang kurang atau kekeliruan dalam penulisan maka

dilakukan cleaning atau pembetulan data.

e. Tabulating

Tabulating yakni membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti Tabel yang akan ditabulasi

adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan kebutuhan analisis.

Pada penelitian ini, data yang telah di entry dikelompokkan dalam bentuk

tabel yaitu tabel usia responden, pendidikan, siklus menstruasi, dan skala

nyeri.

44
2. Analisa Data

Analisis data yang akan dilakukan antara lain:

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Agusata dalam Yunianingrum,

2018). Analisis univariat dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan

karakteristik reponden seperti usia, hari datang nyeri haid, siklus

menstruasi, dan intensitas nyeri dismenorea sebelum dan sesudah

intervensi.

P=

Keterangan :

P = Presentase

N = Jumlah populasi

ƒ = Frekuensi

b. Analisa bivariat

Penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk melihat adakah

perbedaan pengaruh pemberian terapi kompres hangat menggunakan

water warm zak (WWZ) dan botol air hangat terhadap penurunan nyeri

dismenorea dengan melihat selisih skala nyeri sebelum diberikan

intervensi dan setelah diberikan itervensi.

Pada penelitian ini menggunakan skala data interval sehingga

sebelum menentukan uji statistik yang digunakan, dilakukan uji

normalitas terlebih dahulu menggunakan uji Shapiro Wilk. Berdasarkan

45
hasil uji normalitas menunjukkan p < 0,05 sehigga data dikatakan tidak

berdistribusi normal maka pada penelitian ini digunakan uji non

parametrik yaitu Uji Mann Whitney U Test (Yuantari & Handayani, 2017).

46
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini membahas hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan April -

Mei 2021 di Posyandu Remaja Pelowok Barat wilayah kerja Puskesmas Kediri.

Data umum menggambarkan karakteristik responden yang meliputi : usia, hari

datang nyeri haid dan siklus menstruasi. Sedangkan data khusus meliputi : rata-rata

nilai penurunan nyeri menstruasi (dismenore) sebelum dan sesudah kompres hangat

pada remaja putri, dan pengaruh kompres hangat terhadap penurunan rasa nyeri

menstruasi (dismenore) pada remaja putri. Data-data hasil penelitian tersebut

disajikan dalam bentuk tabel.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Luas Wilayah

Puskesmas Kediri merupakan salah satu Puskesmas rawat inap, dengan

wiayah kerja 6 desa yang terdiri dari 47 dusun dan memiliki luas sebanyak

14,2 km². Adapun wilayah kerja Puskesmas Kediri mempunyai batas-batas

sebagai berikut :

1) Sebelah utara : Kecamatan Labuapi

2) Sebelah Timur : Kecamatan Kuripan

3) Sebelah Barat : Puskesmas Banyumulek

4) Sebelah Selatan : Kecamatan Kuripan

2. Jumlah Remaja dan Posyandu Remaja

jumlah keseluruhan remaja yang tercatat pada bagian PKPR Puskesmas

Kediri terdapat 421 remaja putri usia 10-19 tahun. Di Puskesmas Kediri

terdapat 6 posyandu remaja yaitu Posyandu Remaja Karang Bedil Utara,

47
Posyandu Remaja Pelowok Barat, Posyandu Remaja Karang Midang,

Posyandu Remaja Timur Rawa, Posyandu Remaja Bt.Tumpeng, dan

Posyandu Remaja Karang Anyar. Adapun jumlah remaja yang aktif mengikuti

Posyandu Remaja dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Remaja yang Aktif mengikuti Posyandu Remaja


Posyandu Remaja
Karang Bedil Utara 26 orang
Pelowok Barat 60 orang
Karang Midang 30 orang
Timur Rawa 22 orang
Bt.Tumpeng 25 orang
Karang Anyar 30 orang

3. Gambaran Umum Posyandu Remaja Pelowok Barat

Posyandu Remaja Pelowok Barat merupakan salah satu dari 6 Posyandu

Remaja di Puskesmas Kediri bertempat di Dusun Pelowok Barat Desa Kediri

Wilayah Kerja Puskesmas Kediri dengan batas-batas sebagai berikut :

1) Sebelah utara : Dusun Merembu

2) Sebelah Timur : Dusun Pelowok Timur

3) Sebelah Barat : Dusun Karang Bedil Utara

4) Sebelah Selatan : Dusun Karang Bedil Timur

Posyandu Remaja Pelowok Barat dilaksanakan setiap bulan dengan jadwal

yang telah ditentukan dari bagian PKPR Puskesmas Kediri. Adapun

kegiatannya antara lain pengukuran BB dan TB serta Penyuluhan Kesehatan

Remaja. Di Posyandu Remaja Pelowok Barat sendiri tercatat 2 orang kader

sebagai penanggung jawab kegiatan dean jumlah remaja putri usia 10-19

tahun yang aktif sebanyak 60 orang.

48
B. Karakteristik Responden

Data karakteristik responden yang diperoleh melalui penyebaran angket

mencakup karakteristik berdasarkan usia, hari datang nyeri haid, dan siklus

menstruasi.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan usia

No Umur n %
1 10-13 tahun 3 10,0
2 14-16 tahun 10 33,3
3 17-19 tahun 17 56,7
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa responden sebagian

besar berusia 17-19 tahun yaitu sebanyak 17 remaja (56,7%) dan paling

sedikit responden berusia 10-13 tahun sebanyak 3 responden (10%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Datang Nyeri Haid

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Hari datang nyeri haid

No Hari datang nyeri haid n %


1 Hari ke -1 24 80.0
2 Hari ke – 2 4 13.3
3 Hari ke – 3 2 6.7
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa hari datang nyeri

haid responden sebagian besar adalah pada hari ke -1 haid yaitu sebanyak

24 remaja (80%) dan paling sedikit responden mengalami nyeri haid pada

hari ke-3 yaitu sebanyak 2 responden (6,7%)

49
c. Karakteristik Responden Berdasarkan siklus haid

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Haid

No Siklus haid n %
1 < 21 hari 2 6.7
2 21-35 hari 28 93.3
3 >35 hari 0 0
Total 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa siklus haid

responden sebagian besar berada pada rentang 21-35 hari yaitu sebanyak

28 remaja (93,3%) dan responden dengan siklus haid <21 hari sebanyak 2

orang (6,7%).

C. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah


Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ) Pada
Kelompok Intervensi

Hasil penelitian terhadap 15 responden kelompok intervensi berdasarkan

rata-rata nilai penurunan nyeri menstruasi (dismenore) sebelum dan setelah

perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi kompres hangat Warm Water Zak (WWZ)

Intervensi kompres
No Minimum Maximum Mean
hangatWWZ

1 Pre Test WWZ 2 4 3,00


2 Post Test WWZ 1 3 2,07

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa dari 15 responden

kelompok intervensi yang belum diberi kompres hangat (pre-test) memiliki

rata-rata nilai nyeri dismenorea adalah nyeri sedang (4-6). Sedangkan

setelah diberikan intervensi kompres hangat WWZ rata-rata nlai nyeri

dismenorea adalah nyeri ringan (1-3)

50
D. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Botol Air Hangat DI Posyandu Remaja
Pelowok Barat

Hasil penelitian terhadap 15 responden kelompok kontrol berdasarkan

rata-rata nilai penurunan nyeri menstruasi (dismenore) sebelum dan sesudah

perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Dismenorea Sebelum dan


setelah Pemberian Terapi kompres Hangat Dengan Botol Air
Hangat

Intervensi kompres
No hangat botol air Minimum Maximum Mean
hangat
1 Pre Test 2 4 2,87
2 Post Test 1 3 2,07

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 15 responden

kelompok kontrol yang belum diberi kompres hangat (pre-test) memiliki rata-

rata nilai nyeri dismenorea adalah nyeri sedang (4-6). Sedangkan setelah

diberikan intervensi kompres hangat botol air hangat rata-rata nlai nyeri

dismenorea adalah nyeri ringan (1-3)

E. Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ)


Dan Botol Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dimenorea di
Posyandu Remaja Pelowok Barat

Pada penelitian ini, sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data dengan uji Shapiro Wilk dan didapatkan hasil P

value < 0,05 sehingga data dikatakan tidak berdistribusi normal sehingga uji

statistik yang digunakan adalah uji non parametrik. Oleh karena data yang

diuji tidak berpasangan maka uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji

51
Mann Withney U Test. Adapun hasil uji statitik dalam dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.7 Pengaruh Pemberian Terapi Kompre Hangat Warm Water Zak
(WWZ) dan botol air hangat terhadap Penurunan Nyeri
Dismenorea Di Posyandu Remaja Pelowok Barat Berdasarkan
Analisis Uji Mann Withney U Test

Mean
Kelompok n Minimum Maximum P value
Rank
Intervensi
15 0 2 16,40
(WWZ)
Kontrol 0,421
(botol 15 0 1 14,60
hangat)

Berdasarkan hasil Uji Statistik diatas diketahui bahwa nilai P value 0,421

> 0,05 dimana sesuai dasar pengambilan keputusan pada Uji Mann Withney

U Test bahwa jika P > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga tidak

terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi kompres hangat

Warm Water Zak (WWZ) terhadap penurunan nyei dismenorea.

52
BAB V
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan penelitian, hasil penelitian telah dibahas pada BAB IV ,

kemudian pada bab ini akan dibahas lebih lanjut tentang “Pengaruh Pemberian

Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ) Terhadap Penrunan Nyeri

Dismenorea di Posyandu Remaja Pelowok Barat” adalah sebagai berikut :

A. Karakteristik Responden

Menurut Totok Mardikanto (1993) dalam (Lubis, 2018) karakteristik individu

merupakan suatu sifat yang melekat pada diri seseorang dan berhubungan

dengan aspek kehidupan, seperti; umur, jenis kelamis, posisi, jabatan, agama

dan status sosial. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti karakteristik

responden berdasarkan umur, hari datang nyeri haid, dan siklus haid

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Pada penelitian ini peneliti mengambil rentang umur responden dari 10-

19 tahun. Peneliti membagi 3 kelompok umur berdasarkan Rahayu, dkk

(2017) yaitu masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja pertengahan (14-

16 tahun) dan masa remaja akhir (17-19 tahun).

Pada penlitian ini, usia remaja yang mengalami dismenorea berada pada

usia 17-19 tahun (remaja akhir ) yaitu sebanyak 17 responden (56,7%), usia

14-16 tahun (remaja pertengahan) sebanyak 10 responden (33,3%), dan usia

10-13 tahun (remaja awal) sebanyak 3 responden (10,0%). Menurut Andira

(2013) puncak terjadinya dismenorea adalah pada usia 15 hingga 25

tahun.adapun menurut Sulistiawati (2013) menunjukkan adanya hubungan

umur dengan kejadian dismoenorea primer pada wanita usia subur.

53
Pertambahan umur menjadi penyebab dismenorea menghilang diduga akibat

adanya kemunduran saraf rahim akibat penuaan.

Pada usia remaja rentang mengalami dismenorea karena dismenore

primer biasanya terjadi pada seorang wanita yang mengalami menarche

setelah 2-3 tahun dan bisa mencapai umur 15-25 tahun. Frekuensi akan

menurun dengan bertambahnya usia dan akan berhenti setelah melahirkan

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Datang Nyeri Haid

Pada penelitian ini peneliti juga mengkaji kebiasaan nyeri haid

responden. Berdasarkan hasil penelitin kebanyakan responden mengalami

nyeri haid pada hari ke – 1 yaitu sebanyak 24 responden (80%), responden

yang biasa mengalami nyeri haid pada hari ke-2 sebanyak 4 responden

(13,3%) dan resp0nden yang mengalami nyeri haid pada hari ke - 3

sebanyak 2 responden (6,7%). Hal ini sesuai dengan teori dimana

dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-

sel lapisan dinding Rahim yang disebut prostaglandin.(Nurwana, 2017).

Prostaglandin akan merangsang otot-otot halus dinding rahim

berkontraksi.makin tinggi kadar prostaglandin kontraksi akan makin kuat

sehingga rasa nyeri yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya pada hari

pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan

selanjutnya lapisan dinding rahim akan mulai terlepas dan kadar

prostaglandin akan menurun. Rasa sakit nyeri haid pun akan berkurang

seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin (Lestari, 2013)

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Saraswati (2019)

dimana berdasarka hasil penelitian dari 27 responden, responden paling

54
banyak mengalami nyeri haid pada hari ke-1 yaitu sebanyak 19 responden

(79,2%).

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Siklus Haid

Pada penelitian ini peneliti membagi siklus haid menjadi 3 kategori

berdasarkan Wiyono (2015) yaitu <21 hari, 21-35 hari, dan >35 hari. Selain

faktor usia, siklus menstruasi juga berpengaruh terhadap kejadian

dismenorea. Berdasarkan hasil penelitian kebanyakan responden

mengalalmi siklus haid teratur dengan siklus 21-35 hari yaitu sebanyak 28

responden (93,3%). Halini sesuai dengan teori dimana siklus haid adalah

rentang hari sejak hari pertama haid hingga hari pertama haid berikutnya.

Siklus haid umumnya terjadi setiap 21-35 hari (Wahyuni, 2019). Pada

penelitian yang dilakukan oleh Juliana dkk. (2019) diketahui dismenore yang

terjadi pada siswi dengan siklus haid normal disebabkan oleh berbagai

macam faktor antara lain aktifitas fisik dan status gizi serta stress.

B. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Haid Sebelum dan Setelah Pemberian


Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ) Pada Kelompok Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian pemberian kompres hangat WWZ terhadap

penurunan nyeri dismenorea pada remaja putri di Posyandu Remaja Pelowok

Barat pada tabel 4.5 diketahui bahwa nilai nyeri sebelum intervensi kompres

hangat WWZ (pre-test) memiliki rata-rata nilai nyeri terendah adalah nyeri ringan

(1-3) dan nilai nyeri tertinggi adalah nyeri bera(7-9). Sedangkan setelah

diberikan intervensi kompres hangat WWZ rata-rata nlai nyeri mengalami

perubahan dimana nilai nyeri terendah adalah tidak nyeri (0) dan nilai nyeri

tertinggi adalah nyeri sedang (4-6).

55
Hal ini sesuai dengan teori menurut Wiknjosastro (2014) dimana dismenorea

adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan tepusat di abdomen

bawah. Keluhan nyeri haid terjadi bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat.

Sedangkan menurut Agustina (2019), dismenorea primer merupakan sebuah

kondisi yang berhubungan dengan meningkatnya aktivitas uterus yang

disebabkan karena meningkatnya produksi prostaglandin. Dampak dismenore

primer adalah ketika proses menstruasi dimulai zat prostaglandin yang

diproduksi oleh uterus merangsang kontraksi untuk melepaskan lapisan rahim,

sehingga menyebabkan kram (Rosniati & Ewina, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Astari & Audina (2020) bahwa

sebagian besar responden mengalami nyeri sedang sebelum kompres hangat

(70,5%) dan setelah diberi kompres hangat sebagian besar nyeri yang dialami

responden nyeri ringan (65,0%). Penelitian ini juga didukung oleh penelitian

(Pihandini, 2019) dimana terdapat perbedaan yang bermakna antara kompres

Water Warm Zack(WWZ) sebelum dan sesudah pemberian kompres. Dengan

pemberian kompres hangat menggunakan bahan Water Warm Zack (WWZ)

akan membuat otot-otot tubuh rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa

nyeri dan mempelancar aliran darah. WWZ merupakan kantong kompres yang

terbuat dari bahan karet yang anti bocor. Dimana menurut Muchtarom (2017)

karet sangat baik untuk penyekat listrik dan juga memiliki sifat elastis dan tahan

terhadap panas.

Sehingga berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

diberikan perlakuan dengan kompres hangat WWZ dapat menyebabkan

penurunan rata-rata nilai nyeri dismenorea.

56
C. Rata-rata Nilai Penurunan Nyeri Haid (Dismenorea) Sebelum Dan Setelah
Pemberian Terapi Kompres Botol Air Hangat Pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tabel 4.6 diketahui

bahwa nilai nyeri sebelum intervensi kompres botol air hangat (pre-test) memiliki

rata-rata nilai nyeri terendah adalah nyeri ringan (1-3) dan nilai nyeri tertinggi

adalah nyeri bera(7-9). Sedangkan setelah diberikan intervensi kompres hangat

botol air hangat rata-rata nlai nyeri mengalami perubahan dimana nilai nyeri

terendah adalah tidak nyeri (0) dan nilai nyeri tertinggi adalah nyeri sedang (4-6).

Berdasarkan hasil penelitian Maidarti (2018) dimana pada penelitian ini

menggunakan botol plastik sebagai media kompres hangat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa setelah diberikan intervensi dengan botol hangat 10 menit

menunjukkan adanya efektivitas terapi kompres hangat terhadap penurunan

nyeri haid pada Remaja Siswi Usia 13-15 tahun.

Adapun menurut Menurut Kozier dan Gleniora dalam Maidartati (2018)

kompres hangat menggunakan botol yang dibungkus kain menyebabkan

perpindahan panas (konduksi) dari botol panas ke dalam perut yang akan

melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan

menurunkan nyeri pada wanita dysmenorrhea primer, karena pada wanita yang

dysmenorrhea ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos.

Sehingga berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah

diberikan perlakuan kompres hangat dengan botol air hangat menyebabkan

penurunan nyeri dismenorea.

57
D. Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak (WWZ) dan
Botol Air Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Dismenorea Di Posyandu
Remaja Pelowok Barat

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa baik kompres hangat Warm

Water Zak ataupun botol air hangat sama sama memiliki dampak positive

terhadap penurunan nyeri dismenorea. Berdasarkan hasil uji statistik Mann

Withney U Test yang dilakukan melalui program SPSS 25.0 pada penelitian ini

menunjukkan nilai p Value 0,421 yang berarti > 0,05 sehingga tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kompres hangat dengan Warm Water Zak dan

botol air hangat terhadap penurunan nyeri dismenorea pada remaja Putri Di

Posyandu Remaja Pelowok Barat. Hal ini dikarenakan observasi yang dilakukan

pada penelitian ini diukur secara kualitatif yaitu dengan menilai perubahan nyeri

berdasarkan kategori nyeri ringan, nyeri sedang dan nyeri berat dan tidak menilai

perubahan nyeri berdasarkan gradasi skor nyeri.

Adapun berdasarkan jumlah sampel, pada penelitian ini jumlah sampel yang

digunakan terbilang kecil yakni 30 sampel. Berdasarkan teori menurut Hajar

(1999) secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar sampel semakin

besar kemungkinan dapat mencerminkan populasi. Secara statistika dinyatakan

bahwa ukuran sampel yang semakin besar diharapkan akan memberikan hasil

yang semakin baik. Dengan sampel yang besar, mean dan standar deviasi yang

diperoleh mempunyai probabilitas yang tinggi untuk menyerupai mean dan

standar deviasi populasi. Hal ini karena jumlah sampel ada kaitannya dengan

pengujian hipotesis statistika. Sampel yang besar, apalagi yang besar sekali,

sangat sulit dikendalikan, biaya lebih tinggi dan pengumpulan data serta

pengolahannya memerlukan waktu yang panjang. Namun demikian, generalisasi

58
yang diperoleh akan lebih tinggi kekuatannya. Sebaliknya sample yang kecil

memiliki beberapa keuntungan dan juga kekurangan, biaya yang diperlukan

relative lebih kecil dan lebih mudah pengumpulan serta pengolahan datanya.

Namun demikian sample yang kecil memiliki kesalahan sampling ( sampling

error ) yang lebih besar dan daya generalisasinya lebih kecil ( Lincolin Arsyad,

1995).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Abdurrakhman, dkk (2020)

dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian kompres hangat

WWZ selama 15 menit pada pasien yang sebelumnya tidak diberikan obat

algesik memiliki pengaruh terhadap penurunan nyeri pada pasien dyspepsia. Hal

itu karena WWZ merupakan kantong kompres yang terbuat dari bahan karet

yang anti bocor. Dimana menurut Muchtarom (2017) karet sangat baik untuk

penyekat listrik dan juga memiliki sifat elastis dan tahan terhadap panas. Adapun

menurut Menurut Kozier dan Gleniora dalam Maidartati (2018) kompres hangat

menggunakan botol yang dibungkus kain menyebabkan perpindahan panas

(konduksi) dari botol panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi

darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada

wanita dismenorea primer. Sehingga pada penelitian ini baik kompres hangat

WWZ dan botol hangat sama sama dapat menurunkan nyeri dismenorea.

Sehingga tidak ada pengaruh yang signifikan pada kompres hangat WWZ

terhadap penurunan nyeri dismenorea. Hal ini bisa saja disebabkan karena

peneliti kurang melakukan kontrol terhadap responden dalam melakukan

intervensi sesuai dengan waktu yang dianjurkan peneliti ditambah pemantauan

terhadap responden peneliti lakukan melalui Whatsapp sehingga hal tersebut

menjadi keterbatasan dalam penelitian ini.

59
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Karakteristik umur responden Di Posyandu Remaja Pelowok Barat lebih

banyak adalah usia 17-19 tahun yaitu sebanyak 17 responden (56,7%), hari

datang nyeri haid responden lebih banyak pada hari ke-1 haid sebanyak 24

responden (80%) dan siklus haid responden lebih banyak memiliki rentang

siklus haid 21-35 hari yaitu sebanyak 28 responden (93,3%).

2. Rata-rata Nilai Penurunan nyeri dismenorea responden sebelum dan setelah

dilakukan intervensi kompres hangat Warm Water Zak (WWZ) mengalami

penurunan nyeri dismenorea dimana setelah intervensi nilai nyeri terendah

adalah tidak nyeri (0) dan nilai tertinggi adalah nyeri sedang (4-6)

3. Rata-rata Nilai Penurunan nyeri dismenorea responden sebelum dan setelah

dilakukan intervensi kompres hangat botol air hangat mengalami penurunan

nyeri dismenorea dimana setelah intervensi nilai nyeri terendah adalah tidak

nyeri (0) dan nilai tertinggi adalah nyeri sedang (4-6)

4. Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan pada pemberian terapi kompres

hangat Warm Water Zak (WWZ) terhadap penurunan nyeri dismenorea di

Posyandu Remaja Pelowok Barat yang diperoleh nilai P Value atau P > α =

0,05

60
B. Saran

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif media dalam melakukan

kompres hangat untuk mengatasi nyeri dismenorea.

2. Bagi institusi

Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi instutusi tentang terapi

nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri dismenorea.

3. Bagi Remaja

Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan remaja mengenai

terapi nonfarmakologis terutama menggunakan kompres hangat Warm Water

Zak dan botol air hangat untuk mengatasi nyeri dismenorea dan dapat

diterapkan pada saat mengalami dismenorea

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan kompres hangat Warm Water Zak dan botol air hangat

untuk mengatasi nyeri dismenorea.

61
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, R. N., Indragiri, S., & Setiyowati, L. N. (2020). Pengaruh Terapi


Kompres Hangat Dengan Wwz (Warm Water Zack) Terhadap Nyeri Pada
Pasien Dyspepsia. Jurnal Kesehatan, 11(1), 1462–1468.
https://doi.org/10.38165/jk.v11i1.201
Agustina. (2019). Perbedaan Pengaruh Abdominal Streching Exercise dengan
Kompres Hangat terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Mahasiswi Fisioterapi.
Jurnal Kesehatan

Ahyani, L. N., & Astuti, R. D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Universitas Muria Kudus, January 2019, 81.
Arovah, N. I. Fisioterapi olahraga. Jakarta: EGC; 2016.

Dahlan, A. (2016). Pengaruh Terapi Kompres Hangat Terhadap Nyeri Haid


(Dismenorea) Pada Siswi Smk Perbankan Simpang Haru Padang. Jurnal Iptek
Terapan, 10(2). https://doi.org/10.22216/jit.2016.v10i2.621
Dhilon, D. A., & Rahmadona, N. (2020). Pengaruh Pemberian Susu Coklat Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Dismenore Pada Remaja Putri. 4(1), 18–26.
Hajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hakim, W. 2016. Hubungan Antara Olahraga Dengan Dismenorea Pada Mahasiswi


Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tahun 2016

Hardani, H., Medica, P., Husada, F., Andriani, H., Sukmana, D. J., & Mada, U. G.
(2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif (Issue March).
Husna. (2018). Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Diberikan
Kompres Hangat pada Remaja Putri di Universitas Dharmas Indonesia. Journal
for Quality in Women’s Health,

Kusumaryani, M. (2017). Brief notes : Prioritaskan kesehatan reproduksi remaja


untuk menikmati bonus demografi. Lembaga Demografi FEB UI, 1–6.
http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-06-2017.pdf
Lubis, putri yanti. (2018). Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Siswi Sma Dharma Sakti Medan.
Mahua, H., Mudayatiningsih, S., & Perwiraningtyas, P. (2018). Pengaruh Pemberian
Kompres Air Hangat Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri Di SMK
Penerbangan Angkasa Singosari Malang Hawa. Nursing News, 3(1), 259–268.
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/787
Maidarti, Hayati, S., & Hasanah, A. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore Pada Remaja Di Bandung. Jurnal
Keperawatan BSI, VI(2), 156–164.
Nisak, Y. (2018). Pengaruh Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid
Pada Remaja Putri Di SMK Kesehatan Bakti Indonesia Medika Jombang.
Pihandini, E. (2019). Perbedaan Terapi Kompres Hangat Menggunakan Botol Kaca
Dan Kompres Water Warm Zack (Wwz) Terhadap Intesitas Nyeri Sendi Pada
Lansia Di Panti Werdhawisma Asih Madiun.
Puspitasari, I., Rumini, & Mukarromah, S. (2017). Pengaruh Latihan Senam dan
Daya Tahan Tubuh terhadap Respon Nyeri Haid ( Dysmenorrhea ). Journal of
Physical Education and Sport, 6(2), 165–171.
Rahayu, A., Noor, M. Sy., Yulidasari, F., Rahman, F., & Putri, A. O. (2017).
Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. In Journal of Chemical Information
and Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Rahmadhayanti, E., Afriyani, R., & Wulandari, A. (2017). Pengaruh Kompres Hangat
terhadap Penurunan Derajat Nyeri Haid pada Remaja Putri di SMA Karya Ibu
Palembang. Jurnal Kesehatan, 8(3), 369. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.621
Soeratno, Lincolin Arsyad (1995), Metodologi Penelitian, Yogyakarta: UPP AMP
YKPN
Suwondo, B. S., Meliala, L., & Sudadi. (2017). Buku Ajar Nyeri 2017. Yogyakarta:
Perkumpulan Nyeri Indnesia
Trimayasari, D dan Kuswandi, K. (2013). Hubungan usia menarche dan status gizi
siswi SMP kelas 2 dengan kejadian dismenore. Jurnal Obstretika Scientia Vol.2,
No.2 ISSN 2337-6120

Wati, restiyana saras. (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap


Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenore) Pada Remaja Putri Siswi Kelas Vii
Smpn 3 Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan.
Wilujeng, R. D. (2013). Modul Kesehatan Reproduksi. Griya Akbid Husada, 1–68.

Wiknjosastro, H., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T. Ilmu Kebidanan. Edisi IV.


Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. 2014
Yuantari, C. and Handayani, S. (2017) Buku Ajar Statistik Deskriptif & Inferensial.

2
LAMPIRAN

3
2
PERSETUJUAN SEBELUM PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI KOMPRES HANGAT WARM WATER ZAK

TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENOREA DI POSYANDU REMAJA

PELOWOK BARAT

Yth. Ibu/Saudari

Sehubung dengan penelitian saya dalam rangka penulisan skripsi berjudul

“Pengaruh Pemberian Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenorea Di Posyandu Remaja Pelowok Barat”, maka saya

mohon partisipasi dari Saudari dalam penelitian yang dimaksud. Adapun tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi kompres hangat

WWZ terhadap penurunan nyeri dismenorea.

Penelitin ini akan dilaksanakan dengan cara sebagi berikut

1. Menjelaskan cara penanganan nyeri haid dengan kompres hangat WWZ dan

botol air hangat

2. Dilakukan pretest pada remaja yang mengalami dismenorea untuk mengetahui

intensitas nyeri sebelum diberikan intervensi.

3. Memberikan alat kompres WWZ dan botol air hangat kepada responden

4. Dilakukan kompres hangat WWZ terhadap remaja yang mengalami nyeri

dismenorea selama ± 20 menit dan dilakukan sendiri oleh responden Ketika

mengalami nyeri haid

5. Dilakukan post test untuk mengetahui perubahan nyeri haid (dismenorea)

setelah diberikan terapi kompres hangat

Adapun manfaat penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dan

pengetahuan remaja mengenai terapi nonfarmakologis yaitu kompres hangat Warm

3
Water Zak untuk mengatasi nyeri dismenorea dan dapat diterapkan pada saat

mengalami dismenorea.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa ada paksaan dan

dapat mengundurkan diri jika tidak berkenan. Kerahasiaan data saudara akan

dijamindan tidak akan dipublikasikan tanpa izin langsung dari saudara sebagai

partisipan. Tanda tangan saudara pada lembar ini menunjukkan kesediaan anda

untuk menjadi pastisipan dalam penelitian ini.

Segala prosedur ini hanya dapat dilakukan jika saudara bersedia untuk ikut serta

dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar pernyataan persetujuan

(terlampir). Apabila selama proses ini saudara merasatidak nyaman atau terganggu,

maka saudara dapat membatalkan keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa

persyaratan apapun. Demikian keterangan yang dapat kami berikan. Terimakasih

atas kesediaan anda.

Bila ada informasi yang anda butuhkan terkait hal ini anda dapat menghubungi

kami di no Hp 081917658502 (Melina Handayani).

Hormat kami
Peneliti

(Melina Handayani)

NIM.P07124117057

4
5
PERNYATAAN PERSETUJUAN KLIEN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Melina Handayani dengan judul Pengaruh Pemberian

Terapi Kompres Hangat Warm Water Zak Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenorea di Posyandu Remaja Pelowok Barat.

Nama :

Umur :

Alamat :

No hp :

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa

sanksi apapun.

Kediri, ………………………………..

Saksi Yang memberi persetujuan

( ) ( )

Mengetahui,

Ketua pelaksana penelitian

( )

6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KOMPRES AIR HANGAT WARM

WATER ZACK(WWZ)

Pengertian Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah

tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang

menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan.

Permberian kompres dilakukan pada radang

persendian,kekejangan otot,perut kembung, dan kedinginan.

Tujuan 1. Untuk Menurunkan Intensitas nyeri yang dirasakan

2. Mempelancar sirkulasi darah

3. Menurunkan suhu tubuh

4. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien

5. Sebagai terapi alternatif selain terapi farmakologis

Alat dan 1. Warm Water Zack (WWZ)

Bahan 2. Termometer

3. Air hangat dengan suhu 40°C

Persiapan Responden diberi penjelasan dari inform consent

Klien

Prosedur 4. nilai skala nyeri sebelum diberikan terapi kompres air

hangat

5. isi Warm Water Zack (WWZ) dan botol dengan air hangat

6. Ukur suhu air dengan termometer yaitu hanga 40°C

7. Atur posisi klien senyaman mungkin sesuai nyeri yang

dirasakan

4. tempelkan WWZ dan botol air hangat yang dilapisi kain pada

7
bagian tubuh yang nyeri

5. Angkat WWZ dan botol air hangat setelah 20 menit

6. Evaluasi : observasi perubahan intensitas nyeri yang terjadi

setelah dilakukan kompres hangat

(Prihandini, 2019)

8
DAFTAR TILIKPEMBERIAN TERAPI KOMPRES HANGAT WARM WATER ZAK

TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMINORE PADA REMAJA PUTRI

KASUS
NO LANGKAH KERJA
1 2 3 4 5

1 MENYIAPKAN ALAT DAN BAHAN :

1. Warm Water Zak

2. Thermometer air

3. Air hangat dengan suhu 40°C-50°C

4. 1 buah kain bersih dan kering

2 PROSEDUR PELAKSANAAN

1. Menyiapkan air hangat yang akan digunakan untuk

kompres

2. Mengukur suhu air dengan thermometer air dengan

suhu 40°C-50°C

3. Isi Warm Water Zak dengan air hangat kurang lebih

1/2 - 3/4 (Jangan terlalu penuh)

4. Tutup rapat water warm zack (WWZ), lalu balik untuk

memastikan air tidak tumpah

5. Lap bagian luar water warm zack (WWZ) dengan kain

6. Tempelkan Warm Water Zak pada daerah perut

bagian bawah yang terasa nyeri

7. Angkat Warm Water Zak setelah 20 menit

8. Menilai dan mencatat tingkat nyeri dismenore pada

lembar penilaian intensitas nyeri.

9
Lembar Karakteristik Responden
Nama :

Umur :

Alamat :

Pendiidkan terakhir :

1. Apakah anda sudah menstruasi?

a. Ya b. Tidak

2. Umur berapa anda pertama kali menstruasi ?

3. Berapa rata-rata lama siklus haid anda?

a. 21-35 hari

b. <21 hari

c. > 35 hari

4. Apakah Menstruasi anda teratur (menstruasi anda selama minimal 3x berturut-

turut pada rentang siklus yang sama)?

a. Ya b. tidak

5. Kapan waktu biasanya anda mengalami nyeri haid?

b. Hari ke-1 haid

c. Hari ke-2 haid

d. Hari ke-3 haid

e. Lainnya ……..

6.Tanggal berapa hari pertama menstruasi anda di bulan yang lalu?

10
7.Apa yang anda lakukan untuk mengurangi dismenore (nyeri haid)?

a. Di diamkan saja

b. Pergi ke Klinik

c. Dikompres

d. Diberi obat (Asam mefenamat, paracetamil, aspirin atau ibuprofen) atau

minuman pereda nyeri

8. Apakah anda mengalami nyeri diluar siklus menstruasi?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah anda mempunyai riwayat menorraghia/ perdarahan menstruasi yang

berlebihan?

a. Ya b. Tidak

11
INSTRUMEN PENILAIAN NYERI

Inisial Responden :

Umur :

Alamat :

No Hp :

Petunjuk: Isilah Intensitas nyeri yang anda rasakan pada kolom intensitas
nyeri dibawah sesuai dengan keterangan intensitas nyeri.

INTENSITAS NYERI SEBELUM PERLAKUAN

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

7-9 : Nyeri berat, secara obyektifklien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang,dan

distraksi.

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Intensitas Nyeri :
INTENSITAS SESUDAH PERLAKUAN

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik

4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

baik.

7-9 : Nyeri berat, secara obyektifklien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi

masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang,dan

distraksi.

10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.

Intensitas Nyeri :

2
MASTER TABEL

Kelompok intervensi dengan WWZ


Hari datang
No Umur Siklus Haid
Nyeri Haid Nyeri Perubahan
Nyeri sebelum
sesudah nyeri
1 1 1 2 3 2 1
2 2 1 2 3 2 1
3 3 1 2 3 2 1
4 1 1 2 3 2 1
5 2 1 2 2 1 1
6 2 1 2 3 2 1
7 3 1 2 4 3 1
8 3 1 2 4 2 2
9 2 1 2 2 1 1
10 3 1 2 2 2 0
11 2 1 2 2 2 0
12 3 2 2 4 3 1
13 3 1 2 3 2 1
14 2 1 2 4 3 1
15 3 1 2 3 2 1

Kelompok Kontrol dengan botol air hangat


Hari datang
No Umur Siklus Haid
Nyeri Haid Nyeri Perubahan
Nyeri sebelum
sesudah nyeri
16 2 1 2 3 2 1
17 2 1 2 3 2 1
18 3 1 2 2 1 1
19 1 2 1 4 3 1
20 3 1 2 2 2 0
21 3 1 2 3 2 1
22 2 1 2 2 1 1
23 3 1 2 3 2 1
24 3 2 1 2 2 0
25 3 1 2 4 3 1
26 3 3 2 3 2 1
27 3 3 2 4 3 1
28 3 2 2 3 2 1
29 2 1 2 3 2 1
30 3 1 2 2 2 0

1. Umur 2. Hari Datang Nyeri Haid 3. Siklus Haid 4. Skala nyeri Haid
10-13 tahun = 1 Hari ke-1 = 1 <21 hari = 1 Tidak Nyeri = 1
14-16 tahun = 2 Hari ke-2 = 2 21-35 hari = 2 Nyeri ringan (1-3) = 2
17-19 tahun = 3 Hari ke-3 = 3 >35 hari = 3 Nyeri sedang (4-6)= 3
Nyeri berat (7-9 )= 4
Nyeri sangat berat(10) =5
LAMPIRAN DOKUMENTASI KEGIATAN

2
3
LAMPIRAN HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pretest_WWZ 15 2 4 3.00 .756

posttest_WWZ 15 1 3 2.07 .594

Valid N (listwise) 15

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pretest_botol_hangat 15 2 4 2.87 .743

posttest_botol_hangat 15 1 3 2.07 .594

Valid N (listwise) 15

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

perubahan_nyeri_wwz 15 0 2 .93 .458

perubahan_nyeri_botol 15 0 1 .80 .414

Valid N (listwise) 15

Mann-Whitney Test

Ranks

intervensi N Mean Rank Sum of Ranks

selisih_nyeri wwz 15 16.40 246.00

botol hangat 15 14.60 219.00

Total 30

4
Test Statisticsa

selisih_nyeri

Mann-Whitney U 99.000

Wilcoxon W 219.000

Z -.805

Asymp. Sig. (2-tailed) .421

b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .595

a. Grouping Variable: intervensi

b. Not corrected for ties.

Tests of Normality

a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

intervensi Statistic df Sig. Statistic df Sig.

selisih_nyeri wwz .425 15 .000 .631 15 .000

botol hangat .485 15 .000 .499 15 .000

Anda mungkin juga menyukai