Anda di halaman 1dari 87

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN


PERUBAHAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL
ANAK USIA PRA SEKOLAH DI MADRASAH
RAUDATUL ADHFAL
KOTA PIRU

OLEH
IRVAN TUHUTERU
P1813012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
MAKASSAR
2022

i
SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN


PERUBAHAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL
ANAK USIA PRA SEKOLAH DI MADRASAH
RAUDATUL ADHFAL
KOTA PIRU

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Keperawatan S.Kep di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Graha Edukasi Makassar

OLEH
IRVAN TUHUTERU
P1813012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GRAHA EDUKASI


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
MAKASSAR
2022

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGGUNAAN GADGET DENGAN


PERUBAHAN PERKEMBANGAN EMOSIONAL
ANAK USIA PRA SEKOLAH DI MADRASAH
RAUDATUL ADHFAL
KOTA PIRU

Telah Berhasil Dipertahankan Di Hadapan Dewan Penguji

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 15 Desember 2023

Dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu Kesehatan

Dewan Penguji :

1. Sri Resky Mustafa, S.Kep., Ners., M.Kep ( )


(Pembimbing)

2. Abdul Thalib, S.Kep. Ns., M.Kes ( )


(Penguji I)

3. Emmi Wahyuni, S.Kep., Ns .,M.Kes ( )


(Penguji II)

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Wakil Ketua Bidang Akademik
STIKES GRAHA EDUKASI
STIKES GRAHA EDUKASI

Emmi Wahyuni, S.Kep., Ns


.,M.Kes
..............................................
..............................................
NIDN.
NIDN.

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh:

Nama : Irvan Tuhuteru

NIM : P1813012

Program studi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Penggunaan Gadget Dengan

Perubahan Perkembangan Emosional Anak

Usia Pra Sekolah Di Madrasah Raudatul

Adhfal Kota Piru

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Dipertahankan Pada

Seminar Srkipsi Dihadapan Dewan Penguji

Ditetapkan di : Makassar

Tanggal : 14 Desember 2022

Pembimbing

Sri Resky Mustafa, S.Kep.,Ners.,M.Kep


NIDN. 0902069302

iv
PERNYATAAN ORSINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Irvan Tuhuteru

Nim : P1813009

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya skripsi dengan judul ”

“Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perkembangan Emosional Anak

Usia Pra Sekolah Di Madrasah Raudatul Adhfal.”

Adalah benar hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

yang dikutipi maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku di

STIKes Graha Edukasi.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmatnya

penulis dapat menyelesaikan Skripsi di program studi llmu Keperawatan

STIKes Graha Edukasi Makassar dengan judul “ Hubungan Penggunaan

Gadget Terhadap Perkembangan Emosional Anak Pra Sekolah di

Madrasah Raudatul Adhfal Kota Piru.

Dalam hasil ini penulis telah mendapatkan banyak masukan,

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat baik

secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada

kesempatan ini dengan besar hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

setulusnya dan sebesar-besarnya kepada

1. Bapak Dwiprinata Ake, selaku Ketua Yayasan STIKes Graha

Edukasi Makassar

2. Ibu Dr. Nurhikmah, SKM, S.ST, M.Kes, selaku Ketua STIKes Graha

Edukasi Makassar.

3. Ibu Sri Resky Mustafa, S.Kep, Ners, M. Kep selaku Pembimbing

yang telah memberi banyak masukan dan kesedian meluangkan

waktu, pikiran dan tenaga untuk penulis dalam menyusun proposal

ini.

4. Ibu Emmi Wahyuni, S.Kep, Ners M.Kep selaku Ketua prodi Sarjana

Keperawatan, dan selaku Penguji II yang telah meluangkan

vi
waktunya memberikan saran dan masukan dalam penyusunan

Skripsi ini

5. Bapak Dr. Abdul Thalib, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku Penguji I yang

telah meluangkan waktunya memberikan saran dan masukan

dalam penyusunan Skripsi ini.

6. Para dosen dan staf yang banyak memberikan bantuan dan

motivasi selama penulis mengikuti pendidikan di STIKes Graha

Edukasi Makassar.

7. Bapak Asbin Nukuhehe, S. PdI, selaku kepala Sekolah Madrasah

Raudatul Adhfal yang sudah memberi izin untuk pengambilan data

awal.

8. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda Hajilan

Tuhuteru dan Ibunda Elon Sombalatu, serta ketiga adik penulis,

Sunita Tuhuteru, Silvia Tuhuteru, Kevin Fadlano Tuhuteru, yang

selama ini mencurahkan do’a serta memberikan perhatian dan

kasih sayang mereka kepada penulis dan juga memberikan

bantuan moril dan material. Tanpa mereka penulis tidak dapat

menempuh pendidikan sampai sekarang.

9. Terima kasih kepada sahabat hati, Ayuni Fotti, yang selalu

menemani penulis dari awal hingga akhir proses penulisan Skripsi

ini. Terima kasih sudah melengkapi keseharianku. Menjadi

sepasang salah yang menolak kalah dari kata sudah.

vii
10. Terima kasih juga saya ucapkan kepada keluarga besar, atas do’a

dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama proses

perkuliahan dan pembuatan skripsi ini.

11. Teristimewa juga untuk sahabat-sahabat penulis, Norid Niak, Piter

Humawak, Suadrian Yahya, Oktavia Wattimena, Sintia Tangke

Langi, Ivonila Belseran, Iin Syane dan Welhelmina Feninlambir

yang telah memberikan dukungan, semangat, do’a dan telah

menemani penulis dalam suka maupun duka dari awal proses

perkuliahan sampai proses pembuatan Skripsi ini. Semoga kalian

semua sehat selalu Guys.

12. Tak lupa penulis, juga ingin mengucapakan terima kasih yang tak

terhingga kepada teman dan sahabat alumn SMP N. 01 Buano

Selatan, dan Matador Squad yang selalu memberikan dukungan

semangat dan kepada penulis selama proses pembuatan Skripsi

ini.

13. Terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa Program Studi

Keperawatan STIKes Graha Edukasi Makassar angkatan 2018

yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, yang telah

membantu dalam menyusun Skripsi ini

14. Terima kasih juga kepada semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu atas motivasi dan dukungannya.

viii
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan Skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu masukan yang berupa saran kritik yang membangun dari para

pembaca akan sangat membantu. Semoga Skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak yang terkait.

Makassar, Desember 2022

Irvan Tuhuteru

ix
DAFTAR ISI

SAMPUL
SKRIPSI...................................................................................................... i
SKRIPSI..................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I ......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4
D. Manfaat penelitian .......................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 6
A. Konsep Tumbuh Kembang Anak .................................................... 6
B. Konsep Anak Usia Pra-sekolah..................................................... 13
C. Konsep Perkembangan Emosional ............................................... 18
D. Tinjauan Umum Konsep Gadget ................................................... 22
BAB III ..................................................................................................... 30
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN .............................................. 30
DEFINISI OPERASIONAL....................................................................... 30
A. Kerangka Konsep .......................................................................... 30
B. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 31
C. Definisi Operasional ...................................................................... 31
BAB IV ..................................................................................................... 32
METODE PENELITIAN ........................................................................... 32
A. Desain Penelitian .......................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 32

x
C. Populasi dan Sampel .................................................................... 33
D. Instrumen Penelitian...................................................................... 33
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................... 36
F. Cara Pengumpulan Data ............................................................... 38
G. Analisis Data ................................................................................. 39
H. Etika Penelitian ............................................................................. 39
I. Alur penelitian ............................................................................... 41
BAB V ...................................................................................................... 44
HASIL PENELITIAN ................................................................................ 44
A. Gambaran dan Lokasi Penelitian .................................................. 44
B. Hasil Penelitian ............................................................................. 44
BAB VI ..................................................................................................... 52
PEMBAHASAN ....................................................................................... 52
A. Pembahasan .................................................................................. 52
BAB VII .................................................................................................... 60
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 60
A. Kesimpulan .................................................................................... 60
B. Saran ............................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 60
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. 64

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.Definisi Operasional .......................................................... 31


Tabel 4.1.Kisi-kisi Pertanyaan dan Pernyataan Kuesioner ............... 35
Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik

Responden berdasarkan Usia........................................... 44


Tabel 5.2.Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik
Responden berdasarkan Usia Ibu ................................... 45
Tabel 5.3.Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik
Responden berdasarkan Jenis Kelamin Anak ................. 45
Tabel 5.4.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu

Tabel 5.5.Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu ......... 46

Tabel 5.6.Karakteristik responden berdasarkan usia ayah ............... 46

Tabel 5.7.Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ayah .. 48

Tabel 5.8.Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah .... 48

Tabel 5.9.Uji Normalitas .................................................................... 49

Tabel 5.10.Karakteristik responden berdasarkan penggunaan

gadget pada anak usia prasekolah .................................. 49

Tabel 5.11.Hubungan antara Penggunaan Gadget dengan

perkembangan Emosional pada Anak Usia

Prasekolah....................................................................... 50

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ................................ 30

Bagan 4.1. Alur Penelitian ...................................................... 41

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Surat permohonan menjadi responden

Lampiran II : Surat persetujuan menjadi responden

Lampiran III : Kuesioner penelitian penggunaan gadget

Lampiran IV : Kuesioner penelitian perkembangan emosional

xiv
ABSTRAK

Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Graha Eduksi Makassar

Skripsi, November 2022

IRVAN TUHUTERU (P1813012)

“Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Perubahan Perkembangan


Emosional Anak Usia Pra Sekolah Di Madrasah Raudatul Adhfal Kota
Piru”. Dibimbing oleh Sri Resky Mustafa, S.Kep., Ners., M.Kep.

Latar Belakang: World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa


perkembangan teknologi dan informasi di dunia mengalami kemajuan
yang sangat pesat, di tandai dengan kemajuan pada bidang informasi dan
teknologi salah satunya adalah Indonesia (Tauhidah & Noorhasanah,
2022). Perkembangan globalisasi dan pemanfaatannya memberikan
dampak positif seperti penggunaan gadget untuk memudahkan semua
aktivitas dan memudahkan berkomunikasi, urusan bisnis maupun
pekerjaan, mencari informasi dari jarak jauh, atau hanya untuk hiburan
semata (Chusna, 2017). Gadget dianggap sebagai perangkat elektronik
dan mempunyai fungsi khusus di setiap perangkat. contoh: komputer,
ponsel, game, dan lainnya (Sunita &Mayasari, 2018).
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Adapun desain
penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional dimana hasil ini didapatkan dengan
menganalisis hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan
emosional pada anak usia pra sekolah di TK Raudatul Adhfal Kota Piru.
Dimana jumlah sampel 63 responden analisa data menggunakan uji
Spearman Rho.
Hasil: Penelitian ini didapatkan hasil dengan nilai p value adalah pvalue =
0,000 sehingga nilai pvalue kurang dari α = 0,05 yang berarti H0 di tolak
dan Ha diterima, artinya ada hubungan penggunaan gadget dengan
perubahan perkembangan emosional anak usia pra sekolah di Madrasah
Raudatul Adhfal.
Kesimpulan: Berdasrkan hasil penelitiaan yang dilakukan tentang
hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan emosional ana usia
pra sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan gadget pada anak usia pra sekolah di
Madrasah Raudatul Adhfal di kota Piru, sebagian besar
berkategori sedang

xv
2. Perkembangan emosional anak usia pra sekolah di
Madrasah Raudatul Adhfal di kota Piru, sebagian besar
dalam kategori abnormal

3. Penggunaan gadget memiliki hubungan yang rendah


dengan perkembangan emosional pada anak usia
emosional anak usia pra sekolah di Madrasah
Raudatul Adhfal di kota Piru

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa perkembangan

teknologi dan informasi di dunia mengalami kemajuan yang sangat pesat, di

tandai dengan kemajuan pada bidang informasi dan teknologi salah satunya

adalah Indonesia (Tauhidah & Noorhasanah, 2022). Perkembangan

globalisasi dan pemanfaatannya memberikan dampak positif seperti

penggunaan gadget untuk memudahkan semua aktivitas dan memudahkan

berkomunikasi, urusan bisnis maupun pekerjaan, mencari informasi dari jarak

jauh, atau hanya untuk hiburan semata (Chusna, 2017). Gadget dianggap

sebagai perangkat elektronik dan mempunyai fungsi khusus di setiap

perangkat. contoh: komputer, ponsel, game, dan lainnya (Sunita &Mayasari,

2018).

Secara global pengguna gadget terus meningkat, setidaknya terdapat

3,2 miliar orang pengguna di tahun 2019. China menjadi Negara dengan

jumlah pengguna gadget terbesar yakni 27% dari total pengguna gadget

dunia dan mengalami peningkatan pada tahun 2022 yang diprediksi

mencapai 3,9 miliar. Sedangkan penggunaan gadget di Indonesia pada tahun

2018 mencapai lebih dari setengah populasi di Indonesia atau 56,2%

(Pusparisa 2020).

Data yang di perolah dari Kepala Pusat Litbang Aptika dan IKP (2017)

presentase pengguna gadget di Maluku mencapai 27,68%. Hampir setiap

orang memiliki gadget dari berbagai tingkat usia, tidak terkecuali anak-anak

usia 5-7 tahun. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dalam mendapatkan atau

1
membeli gadget dengan harga murah. Selain itu juga banyak produsen

gadget yang sengaja menggunakan anak-anak sebagai target pemasarannya

(Wahyu Novitasari, 2016). Padahal perlu diketahui bahwa periode

perkembangan anak yang sangat sensitif adalah saat usia 1-5 tahun, sebagai

masa anak usia dini sehingga sering disebut the golden age. Pada masa ini

seluruh aspek perkembangan kecerdasan, yaitu kecerdasan intelektual,

emosi, dan spiritual mengalami perkembangan yang luar biasa sehingga yang

akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya (Puji

Asmaul Chusna, 2017).

Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan berdampak pada

perkembangannya. Menurut WHO (2014) melaporkan bahwa 5-25% anak-

anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan

perkembangan (Widati, 2012). Departemen kesehatan RI melaporkan bahwa

0,4 juta (16%) balita Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik

perkembangan motorik halus dan kasar, pendengaran, sosial dan emosional,

dan keterlambatan bicara. Selain itu jika durasi penggunaan gadget yang

terlalu lama akan mempengaruhi kesehatan mata dan otak serta gangguan

mental dan emosional. Dampak penggunaan gadget yang berlebihan pada

anak sering dipengaruhi oleh kurangnya pemahaman keluarga tentang

bagaiamana penggunaan gadget dengan baik (Anggraeni, 2019). Faktor lain

yang mempengaruhi penggunaan gadget pada anak yaitu kurangnya

perhatian orang tua yang cenderung memberikan gadget agar anak mereka

tenang dan tidak rewel tanpa memikirkan efek negatifnya bahkan sampai

ketergantungan dikarenakan anak-anak tidak memiliki keterampilan

2
pengendalian diri yang baik dan tidak dapat menilai dampak positif dan

negatif dari gadget (Hafiezh, 2020).

Gadget tidak hanya menimbulkan dampak negatif bagi anak tetapi juga

ada memberikan dampak positif, diantaranya dalam pola pikir anak yaitu

mampu membantu anak dalam mengatur kecepatan bermainnya, mengolah

strategi dalam permainan, dan membantu meningkatkan kemampuan otak

kanan anak selama dalam pengawasan yang baik. Akan tetapi dibalik

kelebihan tersebut lebih dominan pada dampak negatif yang berpengaruh

terhadap perkembangan anak. Salah satunya adalah radiasi dalam gadget

yang dapat merusak jaringan syaraf dan otak anak bila anak sering

menggunakan gadget. Selain itu, juga dapat menurunkan daya aktif anak dan

kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain (Chusna, Puji Asmaul,

2017).

Salah satu yang paling berperan dalam penggunaan gadget adalah

orang tua. Orang tua disarankan untuk memperhatikan dan memberikan

batasan waktu kepada anak ketika menggunakan gadget serta di sarankan

untuk mengalihkan perhatian anak dengan melakukan hal yang menarik

seperti mengajak anak bermain di luar rumah, mengajak anak untuk lebih

banyak beraktivitas seperti bermain musik, berolahraga dan lain-lain,

mengajak anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. (Handayani et

al., 2020)

Bedasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti

pada tanggal 19 Juni di Madrasa Raudatul Adhfal bahwa terdapat 63 jumlah

siswa. Peneliti juga melakukan wawancara pada beberapa guru dan orang

tua siswa dan didapatkan data bahwa kebanyakan anak mereka sudah

3
menggunakan gadget sejak berusia 4-5 tahun dan durasi penggunaan gadget

dalam sehari adalah 6-7 jam, efek negatif dari penggunaan gadget yang

berlebihan menyebabkan anak jadi membangkang, susah tidur siang dan

sangat jarang berkomunikasi dengan orang di sekitar mereka, dampak

positifnya anak tidak rewel dan orang tua juga memanfaatkan gadget sebagai

salah cara untuk mengajari anak kreatifitas dan sebagai media belajar.

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan penggunaan gadget dengan

perubahan perkembangan emosional anak usia pra sekolah di Madrasah

Raudatul Adhfal Kota Piru”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka adapun rumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan penggunaan gadget

dengan perubahan perkembangan emosional anak usia pra sekolah di

Madrasah Raudatul Adhfal?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penggunaan gadget dengan

perubahan perkembangan emosional anak usia pra sekolah di Madrasah

Raudatul Adhfal Kota Piru

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui perkembangan perubahan emosional anak usia pra

sekolah Madrasah Raudatul Adhfal

4
b. Untuk mengetahui analisis hubungan penggunaan gadget dengan

perubahan perkembangan emosional anak usia pra sekolah di

Madrasah Raudatul Adhfal.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat aplikatif:

a. Penelitian ini bisa dijadikan dasar atau informasi tambahan untuk

keluarga dalam membatasi penggunaan ponsel pada anak.

b. Bagi anak, hasil penelitian ini diharapkan bisa mengurangi

penggunaan gadget dan mengatasi masalah kesehatan pada anak

setelah mengetahui dampak dari penggunaan gadget yang berlebihan.

c. Bagi keperawatan, proses dan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai sumber informasi tambahan untuk pengembangan keilmuan

bidang keperawatan.

2. Manfaat pengembangan ilmu pengetahuan

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat sebagai masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mahasiswa yang akan melakukan

penelitian selanjutnya.

b. Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman

peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dibangku

perkuliahan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak

1. Definisi Perkembangan dan Pertumbuhan

Perkembangan dalam bahasa Inggris disebut development. Menurut

Santrock, perkembangan adalah pola perubahan yang dimulai sejak masa

konsepsi dan berlanjut sepanjang kehidupan. Di dalam istilah

perkembangan termasuk istilah perkembangan dan pertumbuhan.

Perkembangan berorientasi proses mental dan sifatnya kualitatif

sedangkan pertumbuhan lebih berorientasi pada peningkatan ukuran serta

struktur dan sifatnya kuantitatif. Perkembangan berlangsung seumur hidup

sedangkan pertumbuhan mengalami batas waktu tertentu. Perkembangan

berkaitan dengan hal-hal yang bersifat fungsional, sedangkan

pertumbuhan bersifat biologis. Misalnya pertumbuhan tinggi badan dimulai

sejak lahir dan berhenti pada usia 18 tahun. Sedangkan perkembangan

fungsional mata misalnya mengalami perubahan pasang surut mulai lahir

sampai (Isnainia & Na’imah, 2020).

2. Tahapan Perkembangan

Berikut tahapan-tahapan perkembangan emosional anak usia dini,

menurut Erik Erikson (Barzoki et al., 2015).

a. Trust versus Mistrust (sejak lahir hingga 1 tahun)

Pada tahapan ini permulaan pembentukan kepribadian setiap individu.

Rasa percaya tumbuh dari adanya perasaaan akan kenyamanan fisik

dan rendahnya rasa ketakutan serta kecemasan tentang masa depan.

Rasa percaya pada masa bayi membentuk harapan sepanjang hidup

6
bahwa dunia adalah tempat yang baik dan menyenangkan untuk

hidup.

b. Autonomy versus Shame and Doubt (usia 1-3 tahun)

Anak di usia ini akan memasuki tahap mengenal dunia eksternal, yang

mana anak akan mencoba mengenali dunia sekitarnya dengan mulut,

mata dan tangan yang ia punya. Pada masa ini sampai batas-batas

tertentu anak sudah mulai bisa berdiri sendiri, mencoba untuk duduk,

berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang

tuanya, meskipun seringkali timbul keragu-raguan bahkan meminta

pertolongan dari orang tua atau pengasuhnya. Anak-anak pada tahap

ini sudah menampilkan rasa kemandiriannya (Suryana, 2016) .

c. Initiative versus Guilt (3-6 tahun)

Masa ini sering disebut dengan masa pra sekolah (Preschool Age)

yang ditandai dengan adanya kecenderungan initiative – guilty. Pada

tahap ini, perkembangan anak ditandai dengan kemampuan prakarsa

sesuai dengan tugas perkembangannya (Widiastuti, 2019).

d. Industry versus Inferiority (usia 6-12 tahun)

Tahap ini terjadi pada anak saat memasuki sekolah dasar. Inisiatif

anak membawanya berhubungan dengan berbagai pengalaman yang

baru. Ketika anak memasuki masa anak pertengahan dan akhir,

mereka mengarahkan kekuatannya untuk menguasai pengetahuan

dan keterampilan intelektual. Sebagai kelanjutan dari perkembangan

tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa

saja yang ada di lingkungannya.

7
e. Identity versus Confusion (usia 12-18 tahun)

Di sini, anak sudah mulai menjadi remaja. Masa ini merupakan masa

pencarian identitas. Pada masa ini individu diperhadapkan untuk

menemukan eksistensi dirinya (biasa disebut dengan pencarian jati

diri). Akan ada berbagai macam gangguan yang harus diatasi agar

dapat mencapai identitasnya. Apabila seorang remaja dalam mencari

jati dirinya bergaul dengan lingkungan yang baik maka akan tercipta

identitas yang baik pula. Jika tidak, maka akan terjadi krisis identitas.

f. Intimacy versus Isolation (usia 19-40 tahun) Dalam tahap ini,

seseorang memasuki fase dewasa muda. Setiap individu dalam tahap

ini siap dan berusaha untuk menyatukan identitasnya dengan orang

lain. Singkatnya, individu mulai belajar untuk bermasyarakat. Individu

dalam tahapan ini tampil sebagai seseorang yang mencintai,

memelihara persahabatan, dan pekerjaan, bahkan berbagi dengan

orang lain

g. Generativity versus Stagnation (usia 40-65 tahun) Di dalam terminologi

Erikson, generasi ini memasuki tahapan semangat berbagi vs

penyerapan diri dan stagnasi (Usia 40-65 tahun) atau disebut usia

dewasa. Mereka yang berada pada tahap ini memiliki semangat untuk

membantu generasi muda dalam mengembangkan dan menjalani

hidup agar lebih berguna.

h. Kaum lanjut usia dalam tahapan ini harus menghadapi serangkaian

kehilangan fisik dan sosial. Mereka kehilangan kekuatan fisik,

kesehatan, kehilangan pekerjaan sehingga pendapatan mereka

sekarang bergantung kepada dana pensiun. Seiring berjalannya waktu,

8
mereka mulai kehilangan pasangan, kerabat atau teman-teman satu

per satu.

3. Aspek Perkembangan

Menurut Saryono (2013) adapun aspek-aspek perkembangan yang

perlu dinilai menurut Denver II antara lain:

a. Gerak kasar atau motorik kasar Adalah aspek perkembangan yang

berhubungan dengan kemampuan anak dalam melakukan berbagai

gerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti

duduk, berdiri, berjalan kedepan, berjalan mundur, melompat, naik

tangga, menendang bola dan lainnya.

b. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek perkembangan yang

berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,

melakukan gerakan melibatkan bagian- bagian tubuh tertentu dan

dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cerma,

seperti mengamati sesuatu, memegang pensil, menjimpit, menulis,

menggambar, menumpuk kubus dan sebagainya.

c. Kemampuan bicara dan bahasa Adalah aspek perkembangan yang

berhubngan dengan kemampuan anak untuk memberikan respon

terhadap suara yang didengar, berbicara berkomunikasi, mengikuti

perintah yang diberikan dan berbicara spontan

d. Personal social (perilaku sosial) Adalah aspek perkembangan yang

berhubungan dengan kemampuan mandiri anak, seperti makan

sendiri, membereskan mainan setelah selesai bermain, mencuci

tangan setelah makan dan berpakaian sendiri. Selain itu anak tidak

menangis atau merengek ketika berpisah dengan orang tua dan atau

9
pengasuh anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya dan sebagainya.

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Berikut faktor yang mempengaruhi perkembangan Menurut (Latifa,

2017):

a. Faktor Genetik

merupakan faktor internal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan individu. Hereditas sendiri dapat diartikan sebagai

totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua. Sejalan

dengan itu, faktor genetik dapat diartikan sebagai segala potensi (baik

fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa prakelahiran

sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen yang

dimuliki oleh orang tua. Dari definisi tersebut, yang perlu digaris

bawahi adalah faktor ini bersifat potensial, pewarisan/bawaan dan

alamiah (nature). Perkembangan diri seorang anak usia dini secara

tidak langsung dipengaruhi oleh kedua orang tuanya. Menurut

pendapat para ahli setiap anak yang terlahir didunia membawa

berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua orangtuanya, yaitu

ibu dan bapaknya atau nenek dan kakeknya di antaranya, seperti

bentuk tubuh, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat dan bahkan

penyakit.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan disini memiliki arti luas. Bisa berupa lingkungan keluarga,

sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini lingkungan di artikan

sebagai keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah

10
tempat mendidik dan masyarakat tempat anak bergaul dan juga

bermain sehari-hari. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang

turut membentuk dan mempengaruhi perkembangan individu. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor genetik bersifat

potensial dan lingkungan yang akan menjadikannya aktual. Ada

beberapa faktor lingkungan yang sangat menonjol yakni dalam

lingkungan keluarga (Latifa, 2017). Lingkungan keluarga merupakan

lingkungan awal bagi seorang anak, segala tingkah laku maupun

perkembangan yang muncul pada diri anak adalah hasil asuhan dari

kedua orang tuanya di rumah.

c. Faktor Kondisi Kehamilan

Kondisi kehamilan ibu dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya

anak. Sementara itu masih terdapat kurang baiknya kondisi kehamilan

hal tersebut disebabkan oleh pada saat ibu hamil karena ibu

mengalami stres yang berat, mengalami mual muntah yang

berlebihan, paparan rokok pada kehamilan dan nafsu makan yang

buruk. Sehingga kondisi kehamilan yang baik dibutuhkan agar

perkembangan anak balita normal.

d. Faktor Komplikasi Persalinan

Komplikasi persalinan dapat mempengaruhi perkembangan anak

balita. Karena jika ada komplikasi pada saat persalinan pada saat

nanti anak tersebut tumbuh dan berkembang akan ada gangguan

perkembangan.

e. Faktor Pemenuhan Nutrisi

11
Pemenuhan nutrisi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

perkembangan anak. Jika pemenuhan nutrisi kurang baik maka

pertumbuhan akan terganggu, karena gizi sangat diperlukan untuk

membangun pertumbuhan dan perkembangan. Karena ibu orang

yang paling terdekat dengan anak, maka ibu yang akan menjadi orang

yang berpengaruh dalam pemenuhan nutrisi anak.

f. perawatan kesehatan

Faktor perawatan kesehatan mempengaruhi perkembangan anak

balita, karena perawatan kesehatan yang tidak rutin dilakukan oleh

keluarga dan tenaga kesehatan, anak balita menjadi tidak bisa

terpantau penyimpangan pertumbuhan dan perkembangannya.

5. Gangguan Perkembangan Anak

Masalah yang sering timbul dalam pertumbuhan dan perkembangan

anak meliputi gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan motorik,

bahasa, emosi, dan perilaku.Berikut gangguan perkembangan menurut

(Soetjingsih, 2018).

a. Gangguan Pertumbuhan Fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan di atas

normal dan gangguan pertumbuhan di bawah normal. Pemantauan

berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat) dapat dilakukan

secara mudah untuk mengetahui pola pertumbuhan anak.

b. Gangguan perkembangan motorik Perkembangan motorik yang lambat

dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan

perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit

neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami

12
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas,

athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang

seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan

perkembangan motorik.

c. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh system

perkembangan anak. Kemampuan berbahasa melibatkan kemapuan

motorik, psikologis, emosional, dan perilaku.

4. Gangguan Emosi dan Perilaku

Selama tahap perkembangan, anak juga dapat mengalami berbagai

gangguan yang terkait dengan psikiatri. Kecemasan adalah salah satu

gangguan yang muncul pada anak dan memerlukan suatu intervensi

khusus apabila mempengaruh interaksi sosial dan perkembangan anak.

Contoh kecemasan yang dapat dialami anak adalah fobia sekolah,

kecemasan berpisah, fobia sosial, dan kecemasan setelah mengalami

trauma.

B. Konsep Anak Usia Pra-sekolah

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-6

tahun) dan sejumlah ahli pendidikan anak memberikan batasan 0- 8

tahun. Pengertian anak usia dini secara umum adalah anak-anak di

bawah usia 6 tahun. Pemerintah melalui UU Sisdiknas mendifinisikan

anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun. Soemiarti

patmonodewo mengutip pendapat tentang anak usia dini menurut

13
Biecheler dan Snowman, yang dimaksud anak pra sekolah adalah mereka

yang berusia antara 3-6 tahun (Hikmaturrahmah, 2018).

Periode ini merupakan periode kondusif dalam menumbuh

kembangkan berbagai macam kemampuan, kecerdasan, bakat,

kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial dan spiritual. Rentang usia dini

juga sangat menentukan dalam pembentukan karakter baik sikap,

perilaku, dan kepribadian seorang anak di masa depan. Pada masa ini

stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsifungsi organ tubuh,

sekaligus juga memberi rangsangan terhadap perkembangan otak.

Stimulasi merupakan proses pemberian rangsangan yang dilaku kan

untuk meningkatkan kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak terutama

dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pada anak

(Setianingsih, 2018).

Batasan yang dipergunakan oleh the National Association For The

Eduction Of Young Children (NAEYC), dan para ahli pada umumnya

adalah : Early childhood anak masa awal adalah anak yang sejak lahir

sampai dengan usia delapan tahun. Jadi mulai dari anak itu lahir hingga ia

mencapai umur 6 tahun ia akan dikategorikan sebagai anak usia dini.

Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai golden age karena

masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik

dari segi fisik, mental maupun kecerdasan (Hikmaturrahmah, 2018).

Sedangkan hakikat anak usia dini adalah individu yang unik dimana

ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik,

kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus

yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Dari

14
berbagai definisi, peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak

yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan

perkembangan, baik fisik maupun mental (Hikmaturrahmah, 2018).

2. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini

a. Perkembangan Fisik-Motorik Pertumbuhan fisik pada setiap anak

tidak selalu sama. Ada yang mengalami pertumbuhan secara cepat,

ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanak pertambahan tinggi

dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan

motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus.

Perkembangan motorik kasar seorang anak pada usia 3 tahun

adalah melakukan gerakan sederhana seperti berjingkrak, melompat,

berlari ke sana ke mari dan ini menunjukkan kebanggaan dan

prestasi. Sedangkan usia 4 tahun, si anak tetap melakukan gerakan

yang sama, tetapi sudah berani mengambil resiko seperti jika si anak

dapat naik tangga dengan satukaki lalu dapat turun dengan cara

yang sama dan memperhatikan waktu pada setiap langkah. Lalu,

pada usia 5 tahun si anak lebih percaya diri dengan mencoba untuk

berlomba dengan teman sebayanya atau

orangtuanya. ( Herawati, Nenden Ineu, et al., 2022)

b. Sebagian ahli menilai bahwa usia 3 tahun adalah usia bagi anak

dengan tingkat aktivitas tertinggi dari seluruh masa hidup manusia.

Sebab tingkat aktivitas yang tinggi dan perkembangan otot besar

mereka (lengan dan kaki) maka anak-anak pra sekolah perlu olah

raga seharí-hari. Adapun perkembangan keterampilan motorik halus

dapat dilihat pada usia 3 tahun yakni kemampuan anak-anak masih

15
terkait dengan kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang

benda-benda. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak

telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat seperti bermain

balok, kadang sulit menyusun balok sampai tinggi sebab khawatir

tidak akan sempurna susunannya ( Herawati, Nenden Ineu, et

al.2022).

c. Sedangkan pada usia 5 tahun, mereka sudah memiliki koordinasi

mata yang bagus dengan memadukan tangan, lengan, dan anggota

tubuh lain- nya untuk bergerak. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak

yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain sebab dunia mereka

adalah dunia bermain dan merupakan proses belajar. Mulai sejak si

anak membuka mata di waktu pagi sampai menutup mata kembali di

waktu malam, semua kegiatannya dilalui dengan bergerak, baik

bolak-balik, berjingkrak, berlari maupun melompat.Dalam kaitan ini,

anak bukanlah miniatur orang dewasa karena mereka melakukan

aktivitas berdasarkan kematangan dan kemampuan yang sesuai

usianya (Herawati, Nenden Ineu, et al., 2022).

d. Perkembangan Kognitif

Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau

knowing berarti konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan

mental yang tampak dalam pemerolehan, organisasi/penataan dan

penggunaan penge- tahuan. Dalam arti yang luas, kognitif

merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan berhubungan

dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan). Proses perkembangan

kognitif ini dimulai sejak lahir (Herawati et al., 2022).

16
3. Perkembangan dan Pertumbuhan Anak Pra Sekolah

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skiil) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,

organ dan system organ yang berkembang sehingga masing-masing

dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan ini termasuk perkembangan

emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

lingkungannya (Mokalu., et al, 2021).

Anak usia prasekolah (3-5 tahun) mulai diarahkan untuk belajar di

taman kanak-kanak oleh orangtuanya. Taman kanak-kanak mendesain

program-programnya dengan tujuan agar anak mencapai kematangan

dalam memasuki masa sekolah. Kematangan-kematangan tersebut

menurut (Mokalu et al., 2021). adalah sebagai berikut :

a. Kematangan fisik.

Kematangan fisik dapat terlihat dari pencapaian anak dalam

kemampuan menggunakan organ fisiknya, seperti telah siapnya otot-

otot tangan dalam menggunakan alat tulis atau koordinasi yang baik

antara indera mata dan tangan. Kematangan fisik juga berarti anak

telah siap berada dalam kelas tanpa merasa letih sehingga anak

memiliki kesiapan untuk menerima proses belajar mengajar di sekolah.

b. Kematangan emosional

Kematangan emosional menunjukan anak telah siap .secara mental

untuk menjalani waktu-waktunya di sekolah. Ia harus siap berpisah

dengan orang tuanya dalam jangka waktu yang cukup lama, mampu

17
memilih kegiatan sendiri dan menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya.

Anak juga harus memiliki cukup keuletan untuk menyelesaikan tugas-

tugasnya.

c. Kematangan intelektual.

Pada aspek ini anak sudah mulai dapat berpikir secara teratur. Hal ini

terlihat dari kemampuannya untuk memahami sebab-akibat.

d. Kematangan sosial.

Kematangan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan

dengan orang-orang yang ada disekolah seperti guru, dan rekan-

rekannya. Anak harus mulai terbiasa untuk bergaul dan menjadi bagian

dari kelompok.

C. Konsep Perkembangan Emosional

1. Definisi Emosional

Definisi emosi berasal dari bahasa latin yaitu “movere” yang berarti

bergerak atau menggerakkan, dari kata tersebut emosi dapat diartikan

sebagai dorongan untuk bertindak. Emosi merujuk pada suatu perasaan

atau pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi ini dapat berupa

kebahagiaan, ketakutan, cinta, marah, terkejut, jijik dan rasa sedih

(Maulina & Budiono, 2021).

Emosi pada anak usia dini dapat berkembang dari yang sederhana

menjadi ke suatu yang lebih kompleks lagi. Salah satu yang berperan

penting dalam pengelolaan emosi anak adalah orang tua lalu baru ke

lingkungan sekitar (Maulina & Budiono, 2021).

2. Ciri-Ciri Emosional

18
Ciri-ciri emosional pada anak yang terbagi menjadi seperti berikut

(Sari et al., 2022).

a. Emosi anak bersifat sementara dan lekas berubah. Contohnya diasaat

anak marah bisa beralih ke senyum, tertawa ke menangis atau

cemburu ke rasa sayang.

b. Reaksi yang kuat terhadapa situasi yang menimbulkanrasa senang

atau tidak senang yang kuat.

c. Emosi anak sering muncul dan berdampak pada tingkah

lakunya.Seperti menangis, gelisah, gugup dan lainnya.

d. Reaksi emosianal yang bersifat individual.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosional

Emosional mengungkapkan berbagaifaktor yang mempengaruhi

perkembangan sosial emosional anak menyangkut tiga faktor utama

sebagai berikut (Yuliati 2021).

a. Faktor fisik

Apabila faktor keseimbangan tubuh terganggu karena kelelahan,

kesehatan yang buruk perubahan yang berasal dari perkembangan

maka mereka akan mengalami emosi yang menurun.

b. Faktor psikologi

Faktor psikologi dapat mempengaruh emosi, antara lain tingkat

intelegensi, tingkat aspirasi dan kecemasan.

c. Faktor lingkungan

Ketegangan yang terus menerus, jadwal yang ketat, dan terlalu banyak

pengalaman yang mengelisahkan yang merangsang anak secara

berlebihan akan berpengaruh padaemosi anak.

19
4. Perkembangan Emosional Anak Pra Sekolah

Menurut Tauhidah et al (2022), pada masa kanak-kanak awal,

hubungan sosial dengan teman sebayanya menjadi meningkat, terutama

dalam konteks bermain, di mana perkembangan emosional tersebut di

antaranya:

a. Unoccupied Behavior.

Anak tidak tampak sedang bermain, hanya mengamati hal-hal yang

menarik minatnya.

b. Onlooker Behavior

Anak menghabiskan waktunya dengan mengamati anak lain bermain.

Anak berbicara, bertanya, atau membuat usulan tetapi tidak ikut

bermain. Anak secara jelas mengamati kelompok anak lain dan

bukannya melakukan sesuatu yang menarik minatnya.

c. Solitary Independent Play.

Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dari mainan yang

dimainkan oleh anak-anak yang ada di dekatnya dan tidak melakukan

usaha apapun untuk mendekati anak lain yang sedang bermain di

dekatnya.

d. Parallel Play

Anak bermain di antara anak-anak lain dengan mainan yang sama

seperti yang dimainkan oleh anak lain, tetapi mereka bermain sendiri-

sendiri dan tidak harus dalam cara yang sama. Setiap anak tidak

berupaya untuk mempengaruhi kegiatan bermain anak lain.

e. Associative Play

20
Anak bermain dengan anak lain, saling berbicara tentang apa yang

dimainkan, saling meminjam mainan, mengikuti satu sama lain, dan

berusaha untuk mengontrol siapa yang boleh bermain di dalam

kelompok.

f. Cooperative Play

Anak dalam bermain dalam kelompok yang terorganisasi untuk

sejumlah tujuan, untuk membuat sesuatu, memainkan permainan yang

lebih formal, atau melakoni suatu situasi

5. Alat penilaian Perkembangan Emosional

Penilaian yang sering digunakan untuk menilai perkembangan bayi

dan anak-anak adalah Denver Development Screening Test II (DDST II

atau Denver II). Denver II merupakan salah satu metode deteksi dini untuk

menilai apakah terdapat kelainan perkembangan potensial yang terjadi

pada anak berusia 0-6 tahun. Melakukan skrining atau deteksi dini ini

membutuhkan waktu berkisar antara 15-20 menit (Marmi & Rahardjo,

2012). Denver II memuat 125 tugas perkembangan yang lebih

menyeluruh, ringkas, sederhana dan memiliki tingkat sensitifitas tinggi

yang terbagi menjadi empat kelompok besar perkembangan yang meliputi

motorik kasar, bahasa, personal sosial, dan motorik halus (Soetjiningsih &

Ranuh, 2013).

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) adalah alat ukur atau

deteksi dini yang dapat di lakukan di berbagai usia. KPSP merupakan tes

pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan kuesioner.

Tujuan skrining/ pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP

21
adalah agar dapat mengetahui perkembangan anak normal atau ada

penyimpangan sedini mungkin (Kemenkes RI, 2014). Kemendikbud (2015)

menyatakan bahwa penilaian status perkembangan terbagi menjadi 4

yaitu : BB artinya Belum Berkembang, MB artinya Mulai Berkembang,

BSH artinya Berkembang Sesuai Harapan, BSB artinya Berkembang

Sangat Baik.

D. Tinjauan Umum Konsep Gadget

1. Definisi Gadget

Gadget dalam bahasa inggris mempunyai makna sebuah perangkat

elekronik kecil yang mempunyai sebuah fungsi khusus. Gagdet adalah

bentuk yang nyata dengan adanya perkembangan ilmu teknologi zaman

sekarang dan yang akan datang, yang akan mempengaruhi terhadap cara

berpikir manusia dan perilakunya. Hal yang membedakan gadget dengan

perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan” (Jalilah, 2021).

Gadget merupakan sebuah inovasi dari teknologi terbaru dengan

kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru yang memiliki tujuan maupun

fungsi lebih praktis dan juga lebih berguna. Seiring perkembangan

Pengertian Gadget pun menjadi berkembang yang sering kali

menganggap smartphone adalah sebuah gadget dan juga teknologi

komputer ataupun laptop bila telah diluncurkan produk baru juga dianggap

sebagai gadget (Efastri et al., 2017).

22
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan gadget

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan gadget Menurut (Bela,

2021).

a. Iklan yang terpapar di televisi dan media sosial Perkembangan masa

kini sangat dipengaruhi oleh terpaparnya iklan di televisi maupun di

media sosial. Sehingga sering kali penasaran dengan hal baru terhadap

terpaparnya iklan tersebut.

b. Gadget menampilkan fitur-fitur yang menarik gadget memiliki fitur-fitur

yang canggih sehingga membuat ketertarikan pada setiap

penggunanya. Sehingga membuat penasaran dalam mengoperasikan

gadget nya.

c. Kecanggihan dari gadget Kecanggihan gadget dapat mempermudah

dalam memenuhi kebutuhannya termasuk dalam kebutuhan komunikasi

sehingga tidak ada hambatan untuk berbagi komunikasi kepada semua

orang.

d. Keterjangkauan harga gadget Orang-orang dengan status ekonomi

menengah ke atas sampai status ekonomi menengah ke bawah sudah

memiliki gadget.

e. Lingkungan Lingkungan membuat adanya penekanan dari teman

sebaya dan juga masyarakat. Hal ini menjadi banyak orang yang

menggunakan gadget, sehingga masyarakat lainnya menjadi enggan

untuk meninggalkan gadget.

f. Faktor budaya Faktor budaya sangat mempengaruhi perilaku

seseorang. Sehingga orangorang banyak yang mengikuti trend yang

23
terjadi di dalam budaya lingkungannya yang mengakibatkan keharusan

untuk memiliki gadget.

g. Faktor sosial Kelompok masyarakat, keluarga serta status sosial sangat

mempengaruhi faktor sosial. Terutama dalam keluarga karena peran

keluarga sangat penting dalam pembentukan perilaku anak sebagai

pondasi utama.

h. Faktor pribadi Kepribadian anak yang selalu ingin terlihat lebih dari

teman-temannya, biasanya cenderung mengikuti trend sesuai

perkembangan teknologi.

2. Dampak Penggunaan Gadget

Dampak Penggunaan gadget menurut Rozalia (2017). meliputi:

a. Dampak positif

1) Menumbuhkan dan meningkatkan potensi kecerdasan dan

kreativitas (melihat gambar kemudian menggambarnya sesuai

yang ada dipikirannya atau melatih daya pikir tanpa dibatasi

oleh kenyataan).

2) Melatih kecerdasan (dalam hal ini anak dapat terbiasa dengan

tulisan, angka, gambar yang membantu melatih proses belajar).

3) Meningkatkan rasa percaya diri (saat anak memenangkan suatu

permainan akan termotivasi untuk menyelesaikan permainan).

4) Mengembangkan kemampuan dalam membaca, menghitung,

dan pemecahan masalah (dalam hal ini anak akan menimbulkan

sifat dalam rasa ingin tahu akan suatu hal yang membuat anak

akan muncul kesadaran kebutuhan belajar dengan sendirinya

tanpa perlu dipaksa).

24
5) Mempermudah komunikasi (membuat seseorang bertemu

meskipun berbeda tempat, melalui fitur video call dari berbagai

aplikasi yang ada saat ini, kita bias tersambung dengan

keluarga, teman atau pacar seakan-akan bertatap muka

langsung)

b. Dampak Negatif

1) Penurunan konsentrasi saat belajar (pada saat belajar anak

menjadi tidak fokus dan hanya teringat dengan gadget,

misalnya anak teringat dengan permainan gadget seolah-olah

dia seperti tokoh dalam game tersebut).

2) Malas menulis dan membaca (hal ini diakibatkan dari

penggunaan gadget misalnya pada saat anak membuka video

diaplikasi youtube, anak cenderung melihat gambarnya saja

tanpa harus menulis apa yang mereka cari).

3) Penurunan dalam kemampuan bersosialisasi (misalnya anak

kurang bermain dengan teman dilingkungan sekitarnya, tidak

memperdulikan keadaan disekelilingnya).

4) Kecanduan (anak akan sulit dan akan ketergantungan dengan

gadget karena sudah menjadi suatu hal yang menjadi

kebutuhan untuknya).

5) Dapat menimbulkan gangguan kesehatan (jelas dapat

menimbulkan gangguan kesehatan karena paparan radiasi

yang ada pada gadget, dan juga dapat merusak kesehatan

mata anak).

25
6) Perkembangan kognitif anak usia dini terhambat (kognitif atau

pemikiran proses psikologis yang berkaitan bagaimana

individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,

membayangkan, memperkirakan, menilai, dan memikirkan

lingkungannya akan terhambat).

7) Menghambat kemampuan berbahasa (anak yang terbiasa

menggunakan gadget akan cenderung diam, sering menirukan

bahasa yang didengar, menutupi diri dan enggan

berkomunikasi dengan teman ataulingkungannya).

8) Dapat mempengaruhi perilaku anak usia dini (seperti contoh

anak bermain game yang memiliki unsure kekerasan yang

akan mempengaruhi pola perilaku dan karakter yang dapat

menimbulkan tindak kekerasan terhadap teman)

3. Intensitas Penggunaan Gadget

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, intensitas adalah suatu

keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. Intensitas dalam penelitian ini

yaitu tingkat lamanya (durasi) dan seringnya (frekuensi) seseorang dalam

melakukan kegiatan secara berulang-ulang.

Menurut Loebis, R. (2016), kriteria pemakaian gadget pada anak usia

3-5 tahun disebut berlebihan bila pemakaiannya lebih dari satu jam.

Menurut American Association of Pediatrics (2016) yang menganjurkan

bahwa penggunan gadget pada anak usia prasekolah harus dibatasi satu

jam sehari dan harus didampingi oleh orang tua .

Observasi yang dilakukan oleh Trinika (2015) terhadap anak usia 3–6

tahun, frekuensi penggunaan gadget paling sedikit 1 sampai 3 hari per

26
minggu, 4 sampai 6 hari per minggu dan setiap hari menggunakan

gadget. Sedangkan durasi penggunaan gadget paling rendah 5-15 menit

per hari, dan paling lama 5 jam per hari. Rata-rata anak menggunakan

gadget 1 sampai 3 hari per minggu dan 20-30 menit per hari.

4. Sikap Penggunaan Gadget

Orang tua sebaiknya mendampingi anak dan memberikan araha atau

pengawasan dalam menggunakan gadget supaya anak dapat bijak dalam

menggunakan gadget. Dengan dampingan dan arahan dari orang tua,

secara tidak langsung menjadikan anak lebih terbatas dalam

menggunakan gadget serta mengetahui apa yang boleh di akses dan apa

yang tidak boleh di akses sesuai dengan usianya, selian dapat

mengenalkan nama pengguna gadget yang baik dan orang tua juga

dapat mengontrol kecanduan anak terhadap penggunaan gadget. Salah

satu teori yang dikemukakan oleh John Locke bahwa modelling yang baik

sangat mempengaruhi anak, yakni bahwa anakanak mempelajari apa

yang mereka lihat dari lingkungan (Nurul Novitasari, 2019).

Pemberian gadget pada anak harus dibatasi sesuai dengan

kebutuhannya. Berikut ini merupakan cara membatasi pemberian gadget

pada anak usia pra sekolah:

1. Mengadakan perjanjian dengan anak

Mengajak anak dialog dengan nada rendah dan lembut serta

memberikan pengertian dan janji pada anak. Bahwasannya

seharusnya orang tua hendaknya tidak memberikan gadget ke anak,

hanya memperbolehkan untuk meminjamkan, namun apabila orang

27
tua mengambil harus tetap diperbolehkan. Hal ini dengan tujuan untuk

menjaga anak agar tidak kecanduan dengan gadget.

2. Membatasi waktu pemakaian gadget

Cara mengatasi kecanduan gadget adalah memberikan batasan

pemakaian gadget pada anak setiap harinya. Anak-anak berusia 2-4

tahun hanya diperkenankan mengakses gadget maksimal 1 jam per

hari. Anak-anak berusia di atas 5 tahun hanya diperbolehkan

mengakses gadget maksimal 2 jam per hari

3. Memperbanyak aktivitas anak

Pemilihan beragam aktivitas juga penting untuk menunjang kegiatan

anak setiap hari baik itu di lingkungan rumah ataupun di lingkungan

luar rumah. Aktivitas anak yang dapat dilakukan seperti mengajak

anak untuk berolahraga, berjalan-jalan atau menyertakan anak dalam

kegiatan yang bermanfaat.

4. Bersikap disiplin dan tegas

Sebagai orang tua, mungkin merasa tidak tega ketika anak menangis

karena tidak dapat memegang gadget. Orang tua sering mengalah

dan memberikan gadget kepada anak. Padahal langkah tersebut

justru akan semakin membuat anak manja dan lebih rewel. Orang tua

sebaiknya berusaha disiplin dan tegas dalam mengatur pemakaian

gadget pada anak karena apabila dibiarkan anak menjadi kecanduan

gadget.

5. Menyediakan mainan alternatif

Mainan alternatif juga dapat menjadi sebuah cara mengatasi

kecanduan gadget pada anak. Mainan alternatif yang dapat

28
disediakan seperti mobil- mobilan, robot-robotan, atau boneka dan

berolaraga.

6. Mengajak anak bermain dengan teman

Solusi yang dapat diberikan yaitu mengajak anak bergaul dengan

teman sebaya di sekitar lingkungan rumah atau di lingkungan sekolah.

Orang tua dapat mengajak teman-teman anak untuk bermain di rumah

atau orang tua menemani anak bermain di luar dengan teman

sebayanya.

7. Meluangkan banyak waktu untuk anak

Ikatan batin yang kuat tidak akan didapatkan bila orang tua dan anak-

anak banyak menghabiskan waktu dengan gadget masing-masing.

Oleh karena itu cara mengatasi kecanduan gadget pada anak yaitu

dengan menyediakan banyak waktu luang untuk bermain atau

berinteraksi dengan anak.

29
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2018).

1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan gadget pada

anak usia pra sekolah.

2. Variabel dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah perkembangan emosional

anak usia prasekolah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perkembangan
Penggunaan gadget emosional anak
usia prasekolah

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: variabel independen
: variabel independen
: garis penghubung variabel

30
B. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

Ha : Ada hubungan anatara penggunaan gadget terhadap

perkembangan emosional anak prasekolah di TK Raudatul Adhfal

H0 : Tidak ada hubungan antara penggunaan Gadget terhadap

perkembangan emosional anak prasekolah di TK Raudatul Adhfal

C. Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan 2 variabel yaitu variabel independen

(penggunaan gadget pada anak usia prasekolah) dan variabel dependen

yaitu (perkembangan emosional pada anak usia prasekolah).

Tabel 3.1 definisi operasional


No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional
1 Independen: Gadget adalah Mengguna Interpretasi Total: Interval
Alat elektronik kan 0-9 : Baik
Penggunaan yang sering kuesioner 10-19 : Sedang
Gadget digunakan oleh 20-30 : Buruk
anak untuk
melakukan
aktivitas sehari-
hari
2 Dependen: Perkembangan Kuesioner Interpretasi Total Interval
emosional SDQ : 1. Skala
Perubahan adalah proses (Strengths kesulitan Normal
perkembangan adaptasi dengan and : 0-15 Borderline
emosional anak lingkuangan dan Difficulties : 16- 19
usia prasekolah menyesuaikan Questionna Abnormal : 20-
diri dengan ire) 40
orang-orang
yang ada di 2. Skala
sekitar kita kekuatan Normal
: 6-10 Borderline
: 5 Abnormal : 1-
4

31
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif

merupakan suatu jenis penelitian yang bersifat obyektif, yang mencakup

pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode

pengujian statistik (Sugiono, 2019). Adapun desain penelitian ini

menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional dimana hasil ini didapatkan dengan menganalisis hubungan

penggunaan gadget dengan perkembangan emosional pada anak usia pra

sekolah di TK Raudatul Adhfal Kota Piru Kab. Seram Barat, Provinsi Maluku.

Pendekatan cross sectional adalah ialah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan

langkah-langkah cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di TK Raudatul Adhfal Kota Piru Kab. Seram

Barat, Provinsi Maluku.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada tgl 1-7 November 2022

32
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas:

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua orang tua siswa yang mempunyai anak usia pra sekolah di TK

Raudatul Adhfal Kota Piru Kab. Seram Barat Provinsi Maluku yang

berjumlah 63 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimililki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2019). Sampel dalam penelitian ini adalah

sampel yang di ambil di TK Raudatul Adhfal Kota Piru Kab. Seram Barat

Provinsi Maluku.

3. Teknik Pengambilan Sampel yaitu

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan Total Sampling sebanyak 63 sampel. Teknik total sampling

yang memenuhi kriteria yaitu pengambilan responden dengan mengambil

semua populasi untuk dijadikan sebagai sampel.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

kuesioner penggunaan gadget dan perkembangan emosional anak usia

prasekolah yang masing-masing terdiri dari 15 pertanyaan.

33
1. Kuesioner penggunaan gadget

Kuesioner pada variabel penggunaan gadget berisi 15

pertanyaan dengan menggunakan skala likert dengan 3 alternatif

pilihan jawaban, yaitu: Tidak pernah= 0, Jarang= 1 dan Sering= 2.

Adapun hasil pegukuran dari 15 item pertanyaan tersebut akan

dikategorikan menjadi: Baik = 0-9, Sedang = 10-19, dan Buruk = 20-30.

2. Kuesioner Perubahan Perkembangan Emosional Anak Usia Pra

Sekolah

Instrumen yang digunakan dalam perkembangan emosional

anak adalah SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire).

Kemudian dimodifikasi oleh Agustin (2019) dengan mengambil versi

PC1 yaitu untuk anak-anak berumur 4-10 tahun dengan Versi Dasar.

SDQ terdiri dari 25 item yang dialokasikan pada lima sub skala.

Keempat sub skala termasuk ke dalam kelompok sub skala kesulitan,

yaitu: sub skala emotional symptom, conduct problem, hyperactivity-

inattention dan sub skala peer problem. Sedangkan sub skala yang

kelima termasuk dalam kelompok sub skala kekuatan, yakni sub skala

prosocial yang masing-masing item diskor dalam kriteria tiga poin

yaitu:

a. Sub-skala emosional, perilaku mengganggu, hiperaktif, dan

masalah relasi dengan kelompok teman sebaya yakni:

1) Pertanyaan Positif: Tidak Pernah: 2, Jarang: 1, Sering: 0

2) Pertanyaan Negatif: Tidak Pernah: 0, Jarang: 1, Sering: 2

b. Sub-skala Ketidak pedulian: Tidak Pernah: 0, Jarang : 1, Sering: 2

34
Tabel 4.1 Kisi-Kisi Pertanyaan Dan Pernyataan Kuesioner

Nomor Jumlah soal


Variabel Sub Variabel
Pertanyaan
Penggunaan Intensitas 1,2,3,4 15
Gadget Mementingkan 5,10
diri sendiri
Pembengkangan 6,7
Berselisih 8
Kerjasama 12,14,15
Agresi 10,13,11,9
Perkembangan Emosional 1,2,3,4,5 25
Emosional Perilaku 6,7,8,9,10
mengganggu
Hiperaktif 11,12,13,14,15
Masalah relasi 16,17,18,19,20
dengan kelompok
sebaya
Ketidakpedulian 21,22,23,24,25

35
E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji Validitas adalah uji yang berfungsi untuk melihat apakah suatu alat

ukur tersebut valid (sahih) atau tidak valid. Alat ukur yang dimaksud disini

merupakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan tersebut pada kuesioner dapat

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner (Janna & Herianto,

2021). Penelitian ini menggunakan uji validitas yang telah di uji valid oleh

Agustin, Ririn Prastia (2019) dengan hasil uji pada kuesioner penggunaan

gadget dan emosional dinyatakan valid karena r hitung > r tabel 0,444.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sehingga uji reliabilitas

dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur

tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Alat ukur dikatakan

reliabel jika menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan

pengukuran berkali-kali (Janna & Herianto, 2021). Penelitian ini juga

menggunakan uji reliabilitas yang telah valid oleh peneliti Agustin, Ririn

Prastia (2019) dengan hasil uji kuesioner penggunaan gadget dimana

didapatkan hasil 0.927 dan kuesioner perubahan perkembangan

emosional 0.941 yang telah dinyatakan reliable.

36
F. Cara Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

a. Menentukan masalah penelitan

b. Pengajuan judul penelitian

c. Melakukan konsultasi judul penelitian dengan pembimbing.

d. Melakukan studi pendahuluan di Madrasah Raudatul Adhfal di kota

Piru tentang Hubungan Penggunaan Gadget Terhadap

Perkembangan Emosional Anak Usia Pra Sekolah

e. Menyusun proposal penelitian dari bab 1, 2, 3 dan bab 4 dan

melakukan proses bimbingan oleh dosen pembimbing.

f. Melakukan seminar proposal pada tanggal 22 Oktober 2022.

g. Melakukan revisi setelah ujian proposal dan melengkapi isi proposal

yang kurang lengkap.

h. Peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Madrasah

Raudatul Adhfal di kota Piru 26 Oktober 2022..

i. Berdasarkan rumus sampel yang telah ditetapkan, sampel dalam

penelitian ini berjumlah 63 orang anak usia pra sekolah. Berdasarkan

penentuan kelompok yang telah dilakukan, di Madrasah Raudatul

Adhfal di kota Piru

j. Peneliti mempersiapkan kuesioner yang telah divalidasi.

k. Setelah mendapatkan izin dari pihak Madrasah, pada hari pertama

peneliti mengumpulkan responden.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti melakukan tahap penentuan responden serta menjelaskan

tujuan serta proses jalanya penelitian, permintaan persetujuan

37
responden untuk bersedia berpartisipasi dalam penelitian

berlangsung.

b. Peneliti mengambil data pre test pengetahuan mahasiswi tentang

Penggunaan. Pengumpulan data pre test dilakukan pada tanggal 1

November 2022..

3. Tahap akhir

a. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data dan

pembahasan

b. Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing terkait hasil

dan pembahasan penelitian

c. Peneliti melakukan seminar hasil penelitian.

G. Prosedur Pengumpulan Data

1. Penyunting Data (Editing)

Setelah data terkumpul, peneliti akan mengadakan seleksi dan editing

yakni memeriksa setiap kuesioner yang telah diisi mengenai kebenaran

data yang sesuai dengan variabel.

2. Pengkodean (Coding)

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau data

diberi kode, pengkodean ini dilakukan dengan memberikan symbol setiap

jawaban responden terhadap pertanyaan kuesioner.

3. Entri Data

Entri data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master table atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel

kontigensi.

38
4. Tabulasi (Tabulating)

Untuk memudahkan tabulasi data maka dibuat table untuk menganalisa

data tersebut menurut sifat yang dimiliki sesuai tujuan penelitian

(Notoatmodjo, S, 2018).

H. Analisis Data

Setelah seluruh data yang diperoleh telah akurat, maka diadakan proses

analisa dengan dua cara menurut Arikunto (2018), yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran umum dengan

cara mendeskripsikan tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan

membuat tabel distribusi frekuensi dan narasi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yaitu analisis yang dilakukan terlebih dahulu

menggunakan uji normalitas data. Jika data terdistribusi secara normal

maka digunakan uji pearson. Sedangkan jika tidak terdistribusi normal

maka digunakan uji alternatif statistik melalui Uji Spearman rho dengan

tingkat kemaknaan p =<0,05

I. Etika Penelitian

Etika penelitian menurut (Haya & Destariyani, 2020) adalah sebagai

berikut :

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Subjek yang akan diteliti diberi lembaran persetujuan menjadi responden

yang berisi informasi mengenai tujuan penelitian yang akan dilaksanakan.

Responden diberikan kesempatan membaca isi lembar persetujuan

39
tersebut dan selanjutnya mencantumkan tanda tangan sebagai bukti

kesediaan menjadi responden/objek penelitian.

2. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

3. Anonimity (tanpa nama)

Dalam pendokumentasian hasil, tidak memberikan atau mencantumkan

nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau

inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitianyang akan

disajikan.

4. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi

prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati,

profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor

ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan

religius subyek penelitian.

5. Ketelitian

Berlaku teliti dan hindari kesalahan karena ketidakpastian. Secara teratur

catat pekerjaan anda dan rekan anda kerjakan misalnya kapan dan

dimana pengumpulan data dilakukan

6. Integritas

Tepati selalu janji dan perjanjian, lakukan penelitian dengan tulis,

upayakan selalu menjaga konsistensi pikiran dan perbuatan.

40
J. Alur penelitian

Bagan 4.2. Alur Penelitian

Populasi target: semua siswa TK Raudatul Adhfal

Populasi terjangkau semua orang tua siswa TK raudatul adhfal

Total
sampling
Jumlah 63

Informed consent

Pengumpulan data dengan Pengumpulan data dengan


menggunakan kuesioner penggunaan menggunakan kuesioner perkembangan
smartphone pada anak usia prasekolah emosional usia prasekolah

coding

scoring

tabulating

Chi-squere

Hasil

41
BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian hasil penelitian yang telah dilaksanakan

tentang Hubungan Penggunaan Smartphone dengan Perkembangan

Emosional Anak Usia Prasekolah di Madrasa Raudatul Adhfal Kota Piru.

Setelah instrumen di nilai memenuhi syarat validitas dan reliabilitas,

selanjutnya dilakukan pengumpulan data dan analisa data. Gambaran

selengkapnya hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

A. Gambaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Madrasah Raudatul Adhfal yang berlokasi di

provinsi Maluku Kabupaten Seram Barat Kota Piru. Madrasah Raudatul

Adhfal memilik 2 ruang belajar dengan jumlah orang tua siswa sebanyak 63

orang dan jumlah guru sebanyak 4 orang. Jumlah responden dalam penelitian

ini berjumlah 63 orang.

B. Hasil Penelitian

1. Analisa Univariat

a. Karakteritik Responden berdasarkan usia anak

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik


Responden Berdasarkan Usia Anak di Madrasah Raudatul Adhfal

Usia anak Frekuensi Presentase


4 tahun 25 39,7%
5 tahun 38 60,3%
Total 63 100 %
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, karakteristik responden berdasarkan

usia anak di Madrasah Raudatul Adhfal dari 63 responden adalah, anak

44
yang berusia 4 tahun sebanyak 25 orang (39,7%) dan yang berusia 5

tahun sebanyak 38 orang (60,3%)

b. Karakteristik responden berdasarkan usia ibu

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik


Responden Berdasarkan Usia Ibu di Madrasah Raudatul Adhfal

Usia Ibu Frekuensi Presentase


<30 tahun 19 46,0 %
>31 tahun 44 54,0 %
Total 63 100 %
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.2 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia

ibu, dari 63 responden adalah ibu yang berusia <30 tahun sebanyak 19

orang (46,0%), ibu yang berusia >31 tahun sebanyak 44 orang (54,0%).

c. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin anak

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Karakteristik Responden


Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di Madrasah Raudatul Adhfal

Jenis Kelamin anak Frekuensi Presentase


Perempuan 29 46,0 %
Laki-laki 34 54,0%
Total 63 100%
Sumber data primer penelitian tahun 2022

didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dari

63 responden adalah anak yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 34

orang (54,0%), anak yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 29

orang (46,0%).

45
d. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ibu

Tabel 5.4 Karakteristik Responden


Berdasarkan Pendidikan Ibu Di Madrasah Raudatul Adhfal

Pendidikan ibu Frekuensi Presentase


SD 10 15,9%
SMP 15 23,8%
SMA 33 52,4%
perguruan tinggi 5 7,9%
Total 63 100%
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.4 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pendidikan ibu dari 63 responden adalah pendidikan terakhir SD sebanyak

10 orang (15,9%), pendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (23,8%),

pendidikan terakhir SMA sebanyak 33 orang (52,4%), pendidikan terakhir

Perguruan Tinggi sebanyak 5 orang (7,9%).

e. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu

Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Di


Madrasah Raudatul Adhfal
Pekerjaan ibu Frekuensi Presentase
PNS 9 14,3%
IRT 54 85,7%
Total 63 100%
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.5 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan ibu dari 63 responden adalah PNS sebanyak 9 orang (14,3%),

ibu rumah tangga sebanyak 54 orang (85,7%).

46
f. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ayah

Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Ayah Di


Madrasah Raudatul Adhfal
Usia ayah Frekuensi Presentase
Lebih dari 31 tahun 34 54,0%
kurang dari 30 tahun 29 46,0%
Total 63 100%
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.6 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan usia

ayah dari 63 responden adalah ayah yang berusia lebih dari 31 tahun

sebanyak 34 orang (54,0%), ayah yang berusia kurang dari 30 tahun

sebanyak 29 orang (46,0%).

47
g. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir ayah

Tabel 5.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah


Di Madrasah Raudatul Adhfal
Pendidikan ayah Frekuensi Presentase
SMA 38 60,3%
Perguruan tinggi 25 39,7%
Total 63 100%
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.7 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pendidikan ayah dari 63 responden adalah pendidikan terakhir SMA

sebanyak 38 orang (60,3%), pendidikan terakhir Perguruan Tinggi

sebanyak 25 orang (39,7%).

h. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ayah

Tabel 5.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah di


Madrasah Raudatul Adhfal

Pekerjaan ayah Frekuensi Presentase


PNS 13 20,6%
Swasta 36 57,1%
Wiraswasta 14 22,2%
Total 63 100%
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Tabel 5.8 didapatkan bahwa karakteristik responden berdasarkan

pekerjaan ayah dari 63 responden adalah pekerjaan wiraswasta

sebanyak 14 orang (22,2%), PNS sebanyak 13 orang (20,swasta

sebanyak 36 orang (57,1%).

48
2. Analisa Bivariat

Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas


Variabel Kolmogorov-Smirnova
P Normalitas
Penggunaan Gadget 0,000 Tidak normal
Perkembangan Emosional
0,000 Tidak normal
anak usia pra seolah
Hasil penelitian dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov pada

tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai p-value untuk variable lama

penggunaan gadget dan variable perkembangan emosional anak usia

sekolah < 0,05 sehingga distribusi data tidak normal, oleh sebab itu uji

statistic yang digunakan untuk menguji hubungan antar variable adalah

Uji Spearman’s Rho.

b) Penggunaan gadget

Tabel 5.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan


Gadget Pada Anak Usia Prasekolah Di Madrasah Raudatul Adhfal
Penggunaan gadget Frekuensi Presentase
Baik 5 7.9%
Sedang 45 71.4%
Buruk 13 20.6%
Total 63 100%
` Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Berdasarkan tabel 5.10 memperlihatkan bahwa penggunaan gadget

pada anak usia prasekolah dari 63 responden pada kategori baik

sebanyak 5 orang (7.9%), sedang sebanyak 45 orang (71.4%), buruk

sebanyak 13 orang (20.6%).

49
c) Hubungan antara Penggunaan Gadget dengan Perkembangan

Emosional pada Anak Usia Prasekolah

Tabel 5.11 Hubungan antara Penggunaan Gadget dengan


Perkembangan Emosional pada Anak Usia Prasekolah

Perkembangan emosional
Penggunaan
Abnormal Borderline normal Total P
gadget
F % F % F % F %
Baik 1 20.0 2 40.0 2 40.0 5 100
Sedang 16 35.6 14 31.1 15 33.3 45 100 0,000
Buruk 6 46.2 3 23.1 4 30.8 13 100
Total 23 36.3 19 30.2 21 33.3 63 100
Sumber. data primer penelitian tahun 2022

Pada tabel 5.11 menunjukan bahwa hubungan penggunaan gadget

dengan perkembangan emosional pada anak usia prasekolah dan

didapatkan hasil bahwa dari 63 orang responden yang dikategorikan

penggunaan gadget baik dengan perkembangan emosional abnormal

sebanyak 1 orang (20.0%) kategori penggunaan gadget baik dengan

perkembangan emosional borderline sebanyak 2 orang (40.0%), kategori

penggunaan gadget baik dengan perkembangan emosional normal

sebanyak 2 (40.0%), kategori penggunaan gadget sedang dengan

perkembangan emosional abnormal sebanyak 16 orang (35.6%), kategori

penggunaan gadget sedang dengan perkembangan emosional borderline

sebanyak 14 orang (31.1%), kategori penggunaan gadget sedang dengan

perkembangan emosional normal sebanyak 15 orang (33.3%), kategori

penggunaan gadget buruk dengan perkembangan emosional abnormal

sebanyak 6 orang (46.2%), kategori penggunaan gadget buruk dengan

perkembangan emosional borderline sebanyak 3 orang (23.1%), kategori

50
penggunaan gadget buruk dengan perkembangan emosional normal

sebanyak 4 orang (30.8%).

Hasil uji Spearman Rho menunjukkan pvalue = 0,000 sehingga nilai

pvalue kurang dari α = 0,05 yang berarti H0 di tolak dan Ha diterima,

artinya ada hubungan penggunaan gadget dengan perubahan

perkembangan emosional anak usia pra sekolah di Madrasah Raudatul

Adhfal.

51
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran intervensi dan

mengungkap hubungan antara Penggunaan Gadget dengan

Perkembangan Emosional pada Anak Usia Pra sekolah. Sesuai dengan

tujuan penelitian, maka akan dibahas hal-hal sebagai berikut:

1. Penggunaan Gadget pada Anak Usia Pra Sekolah

Berdasarkan data penggunaan gadget pada tabel 5.9 bahwa

dari 63 responden anak usia pra sekolah di Madrasa Raudatul Adhfal

didapatkan penggunaan Gadget pada kategori baik sebanyak 5 orang

(7.9%), sedang sebanyak 45 orang (71.4%), buruk sebanyak 13 orang

(20.6%).

Penelitian ririn prasetya (2019)” Hubungan Penggunaan Gadget

Dengan Perkembangan Emosional Pada Anak Usia Preschool ”

bahwa penggunaan gadget pada anak usia preschool dari 104

responden pada kategori baik sebanyak 27 orang (26.0%), sedang

sebanyak 44 orang (42.3%), buruk sebanyak 33 orang (31.7%).

Penggunaan gadget yang tidak tepat berdampak pada

kesehatan maupun perkembangan anak serta gangguan interaksi

sosial. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trinika (2015) diketahui

bahwa pada saat anak menggunakan gadget, waktu yang dihabiskan

untuk bermain game lebih banyak dibandingkan waktu untuk belajar,

terlebih saat anak tidak didampingi oleh orang tua. Untuk itu peran

orang tua dalam penggunaan gadget pada anak harus diperhatikan.

52
Hal ini didukung dengan hasil peneitian Warsiyah (2015) dimana

pendampingan dialogis orang tua dapat mencegah anak dari

pengaruh negatif pemakaian gadget.

Hal ini sejalan dengan peneliatian yang menyebutkan bahwa

peran orang tua dalam mengawasi penggunaan gadget pada anak

adalah harus bersikap tegas dan tidak boleh memanjakan anaknya

yang masih usia dini untuk menggunakan gadget secara terus

menerus karena lebih banyak dampak negatif yang timbul apabila

seorang anak di bawah umur telah diberikan gadget (Putriana, Pratiwi,

& Wasliah, 2019; Sahriana, 2019). Penelitian yang sama juga

menunjukkan hasil bahwa kegiatan pendampingan dan bimbingan

orang tua terhadap anak saat menggunakan gawai harus selalu

diterapkan agar anak sudah terlanjur pengguna berat gawai

berangsur–angsur dapat mengurangi aktivitasnya dalam penggunaan

gawai (Karwati, Kurniawan, & Anggraeni, 2020) .

Pada penggunaan gadget dalam kategori baik anak usia

prasekolah masih menggunakan gadget lebih dari 1 jam. Namun,

peneliti berasumsi bahwa orang tua memberikan batasan waktu

penggunaan gadget pada anak dilihat dari aspek frekuensi.

(Starsburger, 2011), berpendapat bahwa seorang anak hanya boleh

berada di depan layar <1 jam setiap harinya. Pendapat tersebut

didukung oleh (Sigman, 2010) yang mengemukakan bahwa waktu

ideal lama anak usia prasekolah dalam menggunakan gadget yaitu 30

menit hingga 1 jam dalam sehari.

53
Penggunaan gadget pada anak seharusnya terkontrol karena

akan menimbulkan anak susah berhenti menggunakan gadget

(Gunawan, 2017). Peneliti berasumsi bahwa anak menggunakan

gadget yang berlebihan maka anak semakin susah berheti ketika

sudah menggnakan gadget dan dikhawatirkan anak menjadi

kecanduan dalam penggunaan gadget.

Kecenderungan penggunaan gadget yang berlebihan akan

menimbulkan ketergantungan yang efeknya dapat mengganggu

interaksi dengan lingkungan, rasa empati dan simpati berkurang, dan

waktu bersama keluarga menjadi berkurang (Gunawan, 2017). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Trinika,

2015) bahwa penggunaan gadget dapat mempengaruhi

perkembangan psikososial. Peneliti berasumsi bahwa penggunaan

gadget secara berlebihan dapat berdampak pada interaksi sosial anak

terhadap lingkungan maupun keluarga yang membuat perilaku anak

menjadi tidak aktif karena anak lebih memilih duduk berjam-jam

dengan gadget dibandingkan dengan bermain di lingkungan dan

teman sebayanya.

Sikap anak yang akan mementingkan diri sendiri dan menjadi

lebih membangkang seperti tidak mau meminjamkan sesuatu yang

dibawanya dan tidak patuh lagi terhadap perintah tua bisa dipicu

karena anak sering menggunakan gadget (Gunawan, 2017). Sikap

anak menjadi agresi seperti perilaku menyerang balik secara fisik (non

verbal) maupun kata-kata (verbal) merupakan salah satu bentuk

reaksi anak terhadap rasa kecewa karena tidak terpenuhi keinginan

54
menggunakan gadget dan sikap berselisih atau bertengkar jika

diganggu saat bermain gadget atau gadgetnya direbut (Gunawan,

2017). Sehingga akan berdampak buruk terhadap perkembangan

tumbuh anak baik fisik maupun psikologi. Ketika anak menggunakan

gadget secara berlebihan maka akan tidak mengenal waktu dan anak

menjadi emosi apabila tidak diberikan ataupun diambil.

2. Hubungan Penggunaan Gadget dengan perkembangan

emosional pada anak Usia Pra Sekolah

Data penggunaan gadget pada tabel 5.10 menunjukan bahwa

hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan emosional

pada anak usia prasekolah dan didapatkan hasil bahwa dari 63 orang

responden yang dikategorikan penggunaan gadget baik dengan

perkembangan emosional abnormal sebanyak 1 orang (20.0%)

kategori penggunaan gadget baik dengan perkembangan emosional

borderline sebanyak 2 orang (40.0%), kategori penggunaan gadget

baik dengan perkembangan emosional normal sebanyak 2 (40.0%),

kategori penggunaan gadget sedang dengan perkembangan

emosional abnormal sebanyak 16 orang (35.6%), kategori

penggunaan gadget sedang dengan perkembangan emosional

borderline sebanyak 14 orang (31.1%), kategori penggunaan gadget

sedang dengan perkembangan emosional normal sebanyak 15 orang

(33.3%), kategori penggunaan gadget buruk dengan perkembangan

emosional abnormal sebanyak 6 orang (46.2%), kategori penggunaan

gadget buruk dengan perkembangan emosional borderline sebanyak

3 orang (23.1%), kategori penggunaan gadget buruk dengan

55
perkembangan emosional normal sebanyak 4 orang (30.8%).

Hasil analisis korelasi spearman rho diketahui nilai korelasi hitung -

0,131 dengan nilai t korelasi yang negatif, maka hasil penelitian

menujukkan hubungan yang tidak searah, sehingga dapat diartikan

apabila penggunaan gadget pada anak usia prasekolah sedang maka

perkembangan emosional borderline. Hasil uji statistic spearman rho

dengan taraf signifikan ρ 0,306 pada variabel penggunaan gadget

dengan perkembangan emosional pada anak usia prasekolah

didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,000 (рvalue 0. 005).

Berdasarkan hasil penelitian (ririn prasetia, 2019) didapatkan

dalam kategori penggunaan gadget sedang dengan perkembangan

emosional borderline sebanyak 22 orang (50,0%) dan normal

sebanyak 19 orang (43,2%). Hasil penelitian menunjukkan berjenis

kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Data

menunjukkan 46 orang (56,8%) berjenis kelamin laki-laki dan 35 orang

(43,2%) berjenis kelamin perempuan. Faktor jenis kelamin dapat

mempengaruhi 94 perkembangan emosi (Zahara & Fadhlia, 2013).

Menurut Indanah & Yulisetyaningrum (2019), bahwa laki-laki tidak

mengalami masalah dalam perkembangan emosional dibandingkan

dengan perempuan memiliki masalah perkembangan emosional

sebagian besar. Peneliti bersumsi bahwa jenis kelamin merupakan

menentukan perbedaan peran dalam perkembangan emosional. Anak

perempuan cenderung sulit mengontrol emosinya sedangkan laki-laki

cenderung lebih peduli terhadap kepedulian orang lain atau ke

lingkungannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

56
(Mubashiroh, 2013) bahwa pengunaan gadget pada anak tanpa

adanya pengawasan dari orang tua akan memberikan dampak negatif

terhadap perkembangan sosial dan emosional anak.

Penelitian (Rukmana, 2017) juga menyebutkan faktor lain yang

juga mempengaruhi perkembangan social-emosional anak yaitu sikap

dan tingkah laku yang sudah dimiliki oleh anak maupun orang lain

dalam menjalin hubungan interpersonal, tanggapans terhadap sikap

dan perilaku orang lain dapat memicu perubahan emosional.

Perkembangan sosial emosional anak juga dipengaruhi oleh pola

asuh orangtua dalam penggunaan gadget khususnya orangtua dapat

menerapkan plaasuh demokratis sehingga anak dapat mendiskusikan

bersama penggunaan gadget yang akan memberikan pengaruh yang

baik terhadap perkembangan anak (Aprilia, 2020) Selain pengaruh

gadget, perilaku sosial emosional anak juga dipengaruhi oleh

bagaiaman orangtua mengajarkan dan membimbing anak untuk

berperilaku sesuai norma-norma yang ada di masyarakat.

Hal ini dikarenakan pemakaian gadget yang terlalu lama dapat

mempengaruhi tingkat agresif pada anak karena anak belum dapat

memahami perbedaan perspektif pikiran orang lain (Suyanto, 2005).

Selain itu, anak menjadi tidak peka terhadap lingkungan di

sekelilingnya, anak yang terlalu asik menggunakan gadget

mengakibatkan susah berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Pada tahapan ini anak mementingkan dirinya sendiri dan belum

mampu bersosialisasi secara baik dengan orang lain (Suyanto, 2005).

Interaksi pada anak sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan atau

57
bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai

aspek kehidupan sosial terhadap orang lain (Nurmalitasari, 2015).

Peneliti berasumsi bahwa perkembangan emosional pada anak

dipengaruhi oleh faktor tidak hanya stimulasi bermain gadget.

penelitian yang dilakukan oleh (Mayar, 2013) mengemukakan bahwa

perkembangan emosional anak sangat tergantung pada individu anak,

peran orang tua, serta lingkungan yang ada di sekitar anak. Masing-

masing orang tua memiliki cara tersendiri dalam mendidik dan

membimbing anak.

Hasil penelitian sejalan juga dengan yang dilakukan oleh (Palar

et al., 2018)”Dengan Judul Hubungan Peran Keluarga Dalam

Menghindari Dampak Negatif Penggunaan Gadget Pada Anak Di

Desa Kiawa 2 Barat Kecamatan Kawangkoaan Utara”, menunjukkan

bahwa ada hubungan peran keluarga dalam menghindari dampak

negatif penggunaan gadget pada anak di Desa Kiawa 2 Barat

Kecamatan kawangkoaan Utara dengan nilai p=0,000. Namun hasil

penelitian tidak sejalan dengan yang di lakukan oleh Nuredah (2016)

yang diperoleh p=0,0275 yang menunjukan bahwa tidak adanya

hubungan dimana dampak negatif gadget tidak hanya di pengaruhi

oleh peran orang tua saja akan tetapi ada banyak faktor lain yang

mempengaruhi seperti lingkungan, sekolah, ,media sosial, teman dan

lain sebagainya. Hal ini ditujukan pada hasil koefisien determinasi

data yang menunjukkan bahwa 1, 2% variasi dari dampak gadget

pada anak bisa di jelaskan oleh variasi dari peran orang tua

sedangkan sisanya 98,8% di jelaskan oleh sebab-sebab lain.

58
Peran orangtua terhadap anak-anaknya harus selalu dilakukan.

Jangan sampai orangtua mengandalkan gadget untuk menemani

anak. dan orangtua membiarkan anak lebih mementingkan gadget

supaya tidak menganggu. Mengontrol setiap konten yang ada di

gadget anak merupakan salah satu cara yang efektif. Lebih sering

mengajak anak untuk berdiskusi, tanya jawab dalam waktu luang.

Bermain bersama atau hanya sekedar bercanda disel-sela aktifitas

yang padat. Selama waktu itu anak bisa meniru tingkah laku orang

dewasa. mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitasnya (jonathan,

2015).

59
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil penelitiaan yang dilakukan tentang hubungan

penggunaan gadget dengan perkembangan emosional ana usia pra

sekolah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

4. Penggunaan gadget pada anak usia pra sekolah di Madrasah

Raudatul Adhfal di kota Piru, sebagian besar berkategori sedang

5. Perkembangan emosional anak usia pra sekolah di Madrasah

Raudatul Adhfal di kota Piru, sebagian besar dalam kategori

abnormal

6. Penggunaan gadget memiliki hubungan yang rendah dengan

perkembangan emosional pada anak usia emosional anak usia

pra sekolah di Madrasah Raudatul Adhfal di kota Piru

B. Saran

Berdasarkan temuan hasil penelitian, beberapa saran yang

disampaikan pada pihak terkait adalah sebagai berikut:

1. Bagi responden

Sebaiknya kepada orang tua memberitahukan informasi

tentang penggunaan gadget yang dapat digunakan sebagai

memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan emosional

pada anak usia prasekolah, sehingga orang tua perlu memberikan

batasan dalam pemakaian gadget pada anak dan perlu adanya

pendampingan orang tua secara terus-menerus agar mencegah

anak kecanduan gadget.

60
2. Bagi profesi Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, dapat memperluas

wawasan, dan memberi sumbangan ilmiah di dalam bidang

keperawatan jiwa. Khususnya tentang penggunaan gadget

dengan perkembangan emosional pada anak usia prasekolah

3. Bagi lahan penelitian

Disarankan untuk pihat instanti memberikan masukan bagi pihak

sekolah untuk memberikan informasi mengenai dampak positif

dan negatif perilaku anak-anak yang mengalami kecanduan

gadget terhadap perkembangan emosional dilingkungan sekolah

agar pihak sekolah lebih memperhatikan pergaulan siswa dan

meningkatkan pengawasan pada lingkungan sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Intensitas Mengakses Fitur-Fitur dan Tingkat Kontrol

Orang Tua terhadap Kesehatan Mental pada Anak Usia

prasekolah’’

59
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Ririn Prastia. (2019). Hubungan Penggunaan Gadget dengan


Perkembangan Emosional Pada Anak Usia Preschool. Skripsi. Diss. Stikes
Hang Tuah Surabaya,

Akbar. Fauzan. Rizki Moh. (2021). Peran Keluarga Dalam Menghindari Dampak
Negatif Penggunaan Gadget Pada Kesehatan Mental Anak Usia Sekolah
Di Desa Dulangon. Journal of Pharmaceutical Science and Medical
Research. Vol. 4(1). Hal 11–19. http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/pharmed diakses pada tanggal 20 Juli 2022

Andayani, Sri. (2021)."Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini." Jurnal An-Nur:


Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman Vol. 7(2). Hal. 199-212.
Gunawan Aryanti Meta Anindya. (2017). Hubungan Durasi Penggunaan Gadget
Terhadap Perkembangan Sosial Anak Prasekolah Di TK PGRI 33
Sumurboto, Banyumanik. Skripsi. Departemen Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Hidayatuladkia, Shella Tasya, Mohammad Kanzunnudin, and Sekar Dwi Ardianti.
(2021). "Peran Orang Tua dalam Mengontrol Penggunaan Gadget pada
Anak Usia 11 Tahun." Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.
Vol 5(1). Hal: 363-372. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJL/indEx

Aswar, and Erviana. (2020). Hubungan Smartphone Dengan Kualitas Tidur Remaja
Di Sma Negeri 2 Majene." Journal of Islamic Nursing. Vol.5(2). Hal: 95-100.
Chusna, Puji Asmaul. (2017). Pengaruh media gadget pada perkembangan karakter
anak." Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Penelitian Sosial
Keagamaan. Vol.17 (2). Hal: 315-330.
Deotama, First Hardian, and Gunarti Dwi Lestari. (2022). Hubungan Antara Tingkat
Penggunaan Gadget dengan Perkembangan Sosial Emosional Anak Di
Pg/Tk Asa Cendekia Pepe, Kec. Sedati, Kab. Sidoarjo.Jurnal Mahasiswa
Pendidikan Luar Sekolah (J+PlusUNESA). Vol.10 (1).
https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-luar-
sekolah/issue/view/2374
Feryando, Dara Aulia, Darmawan, Triwijaya, dan Sunardi. (2022). Edukasi Dini
Penggunaan Smartphone Yang Baik Pada Anak-Anak. JMM .Jurnal
Masyarakat Mandiri. Vol.6 (2). Hal:1102-1113.
https://doi.org/10.31764/jmm.v6i2.7004

Handayani, Lina, Chayanita Sekar Wijaya, and Maya Kusuma Dewi. (2020). Edukasi
Pola Asuh dan Bahaya Penggunaan Gadget. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Bangka Belitung. Vol 7(1). Hal: 1-9.
60
Harianja, Nurbaya. (2022). "Sosialisasi Digital Parenting dalam Mengatasi Dampak
Negatif Penggunaan Handphone Di Kelurahan Padangmatinggi." Jurnal
Nauli. Vol.1(2). Hal: 46-53.
Hidayanto, Dwi Kurnia, Rosid. Ajijah dan Khoerunnisa. (2021). "Pengaruh
Kecanduan Telpon Pintar (Smartphone) pada Remaja (Literature Review)."
Jurnal Publisitas. Vol.8(1). Hal: 73-79.
Hikmaturahmah . (2018). Dampak Penggunaan Gadget Pada Anak Usia
Dini. Jurnal MADRASA Teratai. Vol.5 (2)
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/Madrasa-
teratai/article/viewFile/17261/15693
Imron, Riyanti. (2018). "Hubungan penggunaan gadget dengan perkembangan
sosial dan emosional anak prasekolah di Kabupaten Lampung Selatan."
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik. Vo.13(2). Hal: 148-154.
Isnainia Solicha, Na’imah. (2020) Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
Usia Dini. Jurnal Pelita MADRASA. Vol.4(2). Hal: 197-207.
Jalilah, Siti Rahmi. (2022). "Analisis Dampak Penggunaan Gadget terhadap
Perkembangan Fisik dan Perubahan Perilaku pada Anak Sekolah Dasar."
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan.Vol.4(1). Hal: 28-37.
Janna, Nilda Miftahul, and Herianto. (2021). "Konsep Uji Validitas dan Reliabilitas
dengan Menggunakan SPSS. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul
Dakwah Wal-Irsyad (DDI) Kota Makassar. https://osf.io/v9j52/download.
Kartinah, Kartinah, and Agus Sudaryanto. (2017). "Masalah psikososial pada anak.
Jurnal Berita Ilmu Keperawatan. Vol.1(2). Hal: 93-96.
Lani, Tiara, Pudji Lestari, and Eka Misbahatul Has. (2019). "Sikap Orang Tua
Terhadap Penggunaan Gadget Pada Anak." Jurnal Penelitian Kesehatan"
SUARA FORIKES" (Journal of Health Research" Forikes Voice"). Vol.10(3).
Hal: 235-238. http://dx.doi.org/10.33846/sf10316
Maulina, Iqoh, and Alief Budiyono. (2021). "Peran Keluarga dalam Pengelolaan
Emosi Anak Usia Golden Age di Desa Gambarsari." Jurnal Mahasiswa BK
An-Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia. Vol.7(1). Hal: 21-28.
Mokalu, Valentino Reykliv, and Charis Vita Juniarty Boangmanalu. (2021). Teori
Psikososial Erik Erikson: Implikasinya Bagi Pendidikan Agama Kristen Di
Sekolah." VOX EDUKASI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan. Vol.12(2). Hal:
180-192.
Ningtyas, Dian Permata. (2022). Pengaruh Terapi Finger Painting Terhadap
Perkembangan Anak Prasekolah: Literature Review." Jurnal Medika
Hutama. Vol.3(2). Hal: 2488-2497.

Novitasari, Nurul. (2019). "Strategi pendampingan orang tua terhadap intensitas


penggunaan gadget pada anak. Al-Hikmah: Indonesian Journal of Early
Childhood Islamic Education. Vol.3(2). Hal: 167-188.
Nur, Chamidah Atien. (2018). Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak. Jurnal Pendidikan Khusus.Vol.1(3).

61
Nursalam. (2017). Metode penelitian. Jakarta: Salemba Medika.
Nursasmita, Rizqi. (2022). "Gambaran Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah
Menggunakan Metode Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)."
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Penerbangan. Vol.1(2). Hal: 53-58.
Pebriana, Putri Hana. (2017). "Analisis penggunaan gadget terhadap kemampuan
interaksi sosial pada anak usia dini." Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini. Vol 1(1). Hal: 1-11. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i1.26
Piningit, Bella Feby Ayu. (2021). Hubungan Penggunaan Gadget dengan
Perkembangan Psikososial Anak Prasekolah. Skripsi. Diss. UNIVERSITAS
dr. SOEBANDI

Putri. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di Era Digital. Jurnal
Pendidikan Dasar. Vol.2(1). http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JPD
Saputro, Heri, dan Yuventri, Otnial Talan. (2017). Pengaruh Lingkungan Keluarga
Terhadap Perkembangan Psikososial Pada Anak Prasekolah." Journal Of
Nursing Practice. Vol.1(1). Hal: 1-8.
Sari, Ratih Indah, Choirun Niswah, and Fuaddilah Ali Sofyan. (2022). Hubungan
Pembelajaran Collaborative Learning Terhadap Sosial Emosional Anak
Usia 4-5 Tahun Di RA Muslimat NU 2 Palembang." ULIL ALBAB: Jurnal
Ilmiah Multidisiplin. Vol.1(5). Hal: 1105-1113.

Sudaryanti, Sri, and Muhammad Aminuddin. (2016). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Siswa Kelas V tentang Konsep Sehat Sakit dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat di SDN 008 Samarinda Ulu. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur.
https://dspace.umkt.ac.id//handle/463.2017/1771

Sugiono. (2019). Metode penelitian. Bandung : Alfabeta, CV.


Sumpa, Sertika Geraria dan Asep Barkah. (2022). Pengaruh Penggunaan
Smartphone Terhadap Perkembangan Personal Sosial Usia Remaja Di
SMPN 6 Jelimpo Kal-Bar Tahun 2022." Jurnal Pendidikan dan Konseling.
Vol.4(3). Hal: 2074-2079.

Susanti, Rini, and Mariyana Mariyana. (2022). "Dampak Penggunaan Gadget Pada
Perilaku Anak. Jurnal Ilmiah Zona Psikologi.
Vol.4(3). http://ejurnal.univbatam.ac.id/index.php/zonapsikologi
Tauhidah, Nor Isna, and Evy Noorhasanah. (2022). "Perkembangan Emosional Anak
Pra Sekolah Pengguna Gadget." AL-ULUM: Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora. Vol. 8(1).
Triastutik, Yeni. (2018). Hubungan Bermain Gadget dengan Tingkat Perkembangan
Anak Usia 4-6 Tahun." Jurnal Pendidikan. Vol.3(2). Hal: 1-8.
WAU. J (2019). Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Perilaku Anak Di SD
Swasta Assisi Medan Selayang Tahun 2019”. Skripsi. Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santa Elisabeth Medan.

62
Wijaya, Andra Saferi dan Nehru Nugroho. (2021). Dampak Gawai terhadap
Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah pada Masa Pandemi Covid-19.
Jurnal Keperawatan Silampari. Vol.5(1). Hal: 103-114.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2667

Yuliati, Yuliati. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team


Games Tournament (TGT) Dalam Meningkatkan Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia Dini Di TK Wiyata Mandala 02 Sidorejo Kebonsari
Madiun. Skripsi. Diss. IAIN Ponorogo.
Yuniartiningsih, Santi. (2012). Gambaran Perkembangan Psikososial Anak Usia 3-6
Tahun Di Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas Bangsa Cipayung.
Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25663/1/
Santi%20Yuniartiningsih%20-%20fkik.pdf

Zubaidah, Z. (2017). Hubungan durasi penggunaan gadget terhadap perkembangan


sosial anak prasekolah di TK PGRI 33 Sumurboto, banyumanik. Skripsi.
Diss. Faculty of Medicine. http://eprints.undip.ac.id/55141/

Efastri, Sean Marta, Azlin Atika Putri, and Siti Fadillah. (2018). "Hubungan
Ketergantungan Gadget dengan Pendekatan REBT terhadap Motivasi
Belajar Mahasiswa Program Studi PG-MADRASA FKIP
UNILAK." MADRASA Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol.1(2).
Hal: 134-143.

63
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I

Surat Permohonan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Irvan Tuhuteru

NIM : P1813012

Status : Mahasiswa Stikes Graha Edukasi Makassar

Dengan ini menyatakan permohonan kepada orang tua


Siswa/siswi TK RAUDATUL ADFHAL untuk bersedia menjadi
responden penelitian yang akan saya lakukan dengan judul
“Hubungan Penggunaan smartphone terhadap Perkembangan
Emosional Anak Usia Prasekolah di TK RAUDATUL ADHFAL”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara


penggunaan smartphone terhadap perkembangan Emosional anak
usia prasekolah TK RAUDATUL ADHFAL. Keikutsertaan
Siswa/siswi dalam penelitian ini adalah sukarela dan tanpa paksaan
dari pihak manapun. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak
akan menimbulkan kerugian bagi Siswa/siswi sebagai responden.
Peneliti menghargai hak saudara/saudari sebagai responden dalam
penelitian ini. Identitas dan data/informasi yang saudara/saudari
berikan akan dijaga kerahasiaannya.

64
Demikian surat permohonan ini peneliti ajukan. Terima kasih
atas kesediaan serta kerjasama saudara/saudari.

. Piru

peneliti

65
Lampiran II

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Inisial :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pendidikan :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh mahasiswa STIKes Graha Edukasi Makassar, atas

nama Irvan Tuhuteru dengan judul “Hubungan Penggunaan

smartphone terhadap Perkembangan Emosional Anak Usia

Prasekola TK RAUDATUL ADHFAL”.

Saya memahami bahwa yang dihasilkan merupakan rahasia

dan hanya dipergunakan untuk keperluan pengembangan ilmu

keperawatan dan tidak merugikan bagi saya, oleh karena itu saya

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan akan

memberikan pernyataan dan informasi yang sebenar-benarnya

tanpa tekanan dari manapun.

66
Lampiran III

KUESIONER PENELITIAN

Nomor Kode Responden :……………. (diisi oleh peneliti)

Tanggal Pengisian : …………………2022

A. Data Demografi
1. TTL : ...................., ................................
2. Usia : .................... tahun ..................... bulan
3. Jenis Kelamin : L / P (lingkari salah satu)
4. Usia Ibu : ........ tahun

Pendidikan Ibu : SD SMA

SMP Perguruan Tinggi

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta IRT

PNS Swasta

Alamat : ..................................

Penghasilan Ibu < 3.800.000 per bulan

> 3.800.000 per bulan

5. Usia Ayah : ......... tahun

Pendidikan Ayah : SD SMA

SMP Perguruan Tinggi

Pekerjaan Ayah: Wiraswasta IRT

PNS Swasta

Alamat : ..................................

Penghasilan Ayah < 3.800.000 per bulan

> 3.800.000 per bulan

67
B. Kuesioner penggunaan Gadget

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan pada kuesioner dengan teliti dan benar

2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda saat Ini.

3. Teliti kembali agar jangan sampai ada yang terlewati untuk dijawab.

No Pernyataan Sering Jarang Tidak


pernah

1 Anak anda menggunakan gadget lebih dari 1


jam

2 Anak anda lupa waktu ketika menggunakan


gadget

3 Anak anada sering membawa gadget


kemanapun

4 Anak anda tidak bisa berhenti ketika sudah


menggunakan gadget

5 Anak anda tidak mau meminjamkan gadget


kepada orang lain

6 Anak anda sering membangkang


atau membantah perintah semenjak mengnal
gadget

7 Anak anda akan marah dan menangis apabila


tidak diberikan izin bermain gadget

8 Anak anda akan marah apabila di ganggu


ketika bermain gadget

9 Anak anda akan merasa cemas atau gelisah


ketika tidak menggunakan gadget

10 Anak anda akan rewel (menangis/menggelayut


pada anda) ketika anda meninggalkannya

11 Anak anda akan marah ketika mengetahui


baterai gadget yang dimainkannya
habis/lowbat

12 Semenjak mengenal gadget, anak lebih suka


bermain sendiri di dalam rumah dari pada
bermain di uar bersama saudara atau teman -

68
teman seusianya

13 Terkadang anak suka memukul atau melempar


orang lain dikarenakn meniru adegan game
yang dimainkannya di dalam gadget

14 Anak lebih suka dibujuk menggunakan gadget


dari pada diajk main bersama teman -
temannya ketika dsedang marah atau
menangis

15 Anak kurang kooperatif untuk diajak


bekerjasama karena lebih mementingkan
gadget dari pada memperhatikan
percakapan orang lain

Sumber: Agustin (2019)

Interpretasi skor : Interpretasi hasil :

Baik : 0-9 0 : tidak pernah

Sedang : 10-19 1 : jarang

Buruk : 20-30 2 : sering

69
Kuesioner Perkembangan Emosional

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah setiap pertanyaan pada kuesioner dengan teliti dan benar

2. Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda saat Ini.

3. Teliti kembali agar jangan sampai ada yang terlewati untuk dijawab.

Tidak
No Pernyataan Jarang Selalu
Pernah
Sub-Skala Emosional
1 Sering mengeluh sakit kepala,
sakit perut atau mual
2 Banyak khawatir atau sering
cemas
3 Seringkali tidak bahagia, tertekan
atau menangis
4 Mudah gugup, pemalu, dan sering
kehilangan percayaan diri
5 Mudah takut

Sub-skala Perilaku Mengganggu


6 Sering marah
7 Umumnya berperilaku baik, patuh
dengan orang tua
8 Sering berkelahi dengan anak-
anak lain atau mengganggu
mereka
9 Sering berbohong atau curang
10 Suka mengambil barang tanpa ijin
dari rumah, sekolah atau di
tempat lain

Sub-Skala Hiperaktif
11 Terlalu aktif, tidak bisa diam lama

12 Seringkali gelisah
13 Mudah terganggu dan hilang

70
konsentrasi
14 Berpikir sebelum bertindak
15 Mampu menyelasikan pekerjaan
rumah termasuk tugas atau PR
melebihi yang diminta
Sub-Skala Masalah Relasi Dengan Kelompok Teman Sebaya
16 Agak menyendiri, lebih suka
bermain sendiri
17 Setidaknya memiliki satu teman
baik
18 Umumnya disukai oleh anak-anak
lain
19 Diganggu oleh anak-anak lain
20 Lebih akrab dengan orang
dewasa daripada dengan anak-
anak lain
Sub-Skala Ketidakpedulian
21 Peduli perasaan orang lain
22 Mudah berbagi dengan anak-anak
lain, misalnya mainan, cemilan,
dan pensil
23 Suka menolong jika seorang
terluka, kesal atau merasa sakit
24 Baik atau ramah terhadap anak-
anak yang lebih kecil
25 Seringkali membantu orang lain
(orang tua, guru, anak-anak lain)
Sumber: Agustin (2019).

71

Anda mungkin juga menyukai