Anda di halaman 1dari 63

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA PUTRI DI SMPN
6 BINAMU KABUPATEN JENEPONTO

NURUL ISRA MUPIDA


173145105080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA PUTRI DI SMPN
6 BINAMU KABUPATEN JENEPONTO

“Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana di Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Megarezky”

NURUL ISRA MUPIDA


173145105080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang

telah melimpahan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal ini dengan Judul : “Hubungan Perilaku Personal

Hygiene dengan Kejadian Gejala Infeksi Saluran Kemih Pada Remaja

Putri Di SMPN 6 Binamu Kabupaten Jeneponto”, sebagai salah satu

persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan

Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan.

Penyelesaian proposal ini tidak pernah lepas dari bantuan berbagai

pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terutama dan

teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua penulis, kepada

Ayahanda tercinta Massaraja dan Ibunda Subaedah serta seluruh keluarga

besar penulis atas segala perhatian, perngorbanan, kasih sayang yang luar

biasa selama ini yang senantiasa memberikan didikan, materi serta doa

restunya yang selalu dipanjatkan pada Allah kepada penulis..

Selama dalam proses pendidikan dan penyusunan proposal ini

penulis banyak menerima dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, SH., MH., MKn., selaku Pembina YPI Mega

Rezky Makassar.

iii
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH., selaku Ketua YPI Mega Rezky Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. dr. H. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD., Sp.JP(K)., selaku

Rektor Universitas Megarezky.

4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan.

5. Bapak Syaiful, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners.

6. Bapak Alfyan Rahim, S.Kep., Ns., MSN., Selaku Pembimbing I yang telah

banyak memberikan saran yang membangun kepada penulis dengan penuh

kesabaran dalam proses bimbingan.

7. Bapak Dr. IT Supriadi Sahibu, S.Kom., MT., Selaku Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan saran

dalam proses bimbingan.

8. Ibu Indargairi, S.Kep., Ns., M.Kep., Selaku Penguji yang telah

meluangkan waktu dan tenaganya dalam memberikan masukan dan arahan

guna perbaikan proposal ini.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Staf Program Studi pendidikan Profesi

Ners Universitas Megarezky yang telah memberikan kemudahan bagi

penulis dalam menyelesaikan pendidikan selama ini.

10. Seluruh Staf Perpustakaan dan Administrasi yang telah memberikan

bantuan dalam penyusunan proposal ini

11. Bapak Kepala sekolah SMPN 6 Binamu Kabupaten Jeneponto yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

iv
12. Adik-adik kelas VII dan VIII yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk menjadi responden penelitian ini.

13. Sahabat-sahabat penulis dari Grup Ruang Bebas, Mirda Ayu Lestari,

Mutia Rezky Nur, Nur Inayah, Almaqfirah, dan Mazlan yang selalu

mendukung, senantiasa bersama suka dan duka penulis terima kasih saran,

motivasi serta kritikan yang membangun selama ini untuk penulis.

14. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas

Keperawatan dan Kebidanan Angkatan 2017 khususnya sahabat-sahabat

penulis kelas C yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu yang secara

langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan, dorongan

dan berbagai bantuan selama perkuliahan semoga kita semua selalu dalam

lindungan Allah.

15. Kepada teman-teman serta sahabat penulis dari SD, MTsN dan MAN

Binamu terima kasih atau dukungan selama ini yang senantiasa

memberikan semangat dalam proses penyusunan proposal ini. Serta semua

pihak-pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa

proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi

perbaikan-perbaikan untuk kedepannya.

Makassar, 02 Juli 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PERSETUJUAN.........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................ix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN........................................................x
DARTAR LAMPIRAN..................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
E. Ruang Lingkup/ Batasan Penelitian........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................8
A. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene...........................................................8
B. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK).......................................17
C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku........................................................................26
D. Tinjauan Umum Tentang Remaja.........................................................................28
E. Kerangka Teori.....................................................................................................31
F. Kerangka Kopseptual Penelitian..........................................................................32
G. Hipotesis Penelitian..............................................................................................32
H. Variabel / Fokus Penelitian..................................................................................33
I. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif..........................................................34
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................35
A. Desain Penelitian..................................................................................................35
B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................35
C. Populasi dan Sampel............................................................................................35
D. Instrumen Pengumpulan Data..............................................................................36
E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data...................................................................39
F. Etika Penelitian....................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................42
LAMPIRAN - LAMPIRAN...........................................................................................45

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 3 1 Definisi Operasinal dan Kriteria Objektif..............................................34

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2 1 Kerangka Teori...................................................................................31

Gambar 2 2 Kerangka Konseptual Penelitian........................................................32

ix
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

LAMBANG Nama Pemakaian pertama


kali pada halaman
α Alpha 44

df Degree of Freedom/ Derajat kebebasan 38

n jumlah 38

p Nilai probabilitas 44

r Nilai koefisien korelasi 38

> Lebih besar dari 34

< Kurang dari 34

≤ Kurang dari sama dengan 34

≥ Lebih besar dari sama dengan 34

± Kurang lebih 44

SINGKATAN Nama

AUA American Urology Association 4

BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga 4

Berencana Nasional

BAB Buang Air Besar 15

BAK Buang Air Kecil 15

H0 Hipotesis Nol 32

Ha Hipotesis Alternatif 32

PH Potential of Hydrogen 13

x
ISK Infeksi Saluran Kemih 2

SMPN Sekolah Menengah Pertama Negeri 5

RI Republik Indonesia 4

WC Water Closet 16

WHO World Health Organization 3

xi
DARTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Surat Usulan Judul Penelitian

Lampiran 4 Surat Pengantar Pengambilan Data Awal dari Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat ke Instansi tempat penelitian

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Personal hygiene / kebersihan diri merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia yang harus terpenuhi untuk memelihara kesehatan serta

mempertahankan kesehatan baik fisik maupun psikologis. Sehingga

seseorang yag kurang mampu mempertahankan memenuhi kesbersihan

memiliki resiko gangguan fisiologis dan psikologis (Nurul, 2021).

Dalam hal ini seseorang yang belum cukup pemahaman tentang

kesehatan kebersihan diri seperti pada organ perkemihan maka akan

cenderung mengabaiakn kesehatan organ perkemihan maka akan

berdampak pada kesehatan organ perkemihan. Pengetahuan yang kurang

baik tentang kesehatan akan mempengaruhi perilaku kesehatan. Seperti

hanya dalam mengabaikan kesehatan system perkemihan terutama pada

wanita. Merujuk pada anatomi manusia bahwa uretra pada wanita lebih

pendek dari pria serta sangat dekat dengan anus dan genetalia. Perilaku

personal hygiene yang dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang baik

biasanya dialami pada remaja sebab orang tua dan masyarakat masih

enggan berdiskusi atau memberikan informasi kepada remaja terkait

personal hygiene khususnya pada area genitalia (Nurul, 2021).

Menurut (Akbar, 2020), Kebersihan sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari dan harus diperhitungkan karena mempengaruhi

1
2

kesehatan, kenyamanan, keamanan dan kesejahteraan. Pengetahuan

tentang kebersihan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Orang yang mengetahui personal hygiene selalu

menjaga kebersihan diri untuk mencegah penyakit. Seperti dalam

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi menghalangi

perempuan untuk melakukan tindakan kebersihan saat menstruasi, dan

kebersihan yang buruk pada remaja putri dapat menyebabkan masalah

kesehatan reproduksi.

Masalah yang dapat timbul kebersihan organ reproduksi yang

kurang baik adalah timbul beberapa penyakit menular seksual seperti

kanker seviks, keputihan, iritasi kulit genital, alergi, peradangan atau

infeksi saluran kemih. Wanita dapat lebih mudah terkena bakteri dan

kuman karena berkaitan dengan saluran kemih wanita lebih pendek

(Akbar, 2020). Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mendorong

berkembangnya perilaku kesehatan manusia, Seperti perilaku personal

hygiene pada remaja putri akan terlaksana apabila remaja tersebut tahu apa

manfaat dari personal hygiene tersebut (Notoatmodjo, 2010) dalam

(Fransisca, Handayani, Rahmatiqa, Dasril, & Novia Usman, 2013). Dalam

hal ini dapat mempengaruhi pada kebiasaan personal hygiene pada area

genitalia dan dapat mempengaruhi mikroorganisme pada area genital.

Infeksi saluran kemih (ISK) umumnya dianggap tidak berbahaya,

tetapi ISK menyebabkan ketidaknyamanan yang besar bagi penderitanya

dan termasuk yang paling umum di masyarakat di negara maju (Endriani,


3

Andrini, & Alfina, 2010). Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang

disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme pada saluran kemih

manusia. Saluran kemih berfungsi untuk mengumpulkan dan menyimpan

tidak hanya urin, tetapi juga organ yang dapat mengeluarkan urin dari

tubuh: ginjal, ureter, kandung kemih atau vesika urinaria, dan uretra (Sari

& Muhartono, 2018).

Proses buang air kecil adalah proses menghilangkan bakteri dengan

mengeluarkannya dari kandung kemih, sehingga kebiasaan menahan atau

berkemih dengan tidak sempurna meningkatkan risiko infeksi. Gambaran

klinis Infeksi saluran kemih (ISK) mempunyai spektrum yang sangat luas

dari yang tanpa gejala atau disebut asimptomatik, dari gejala ringan

sampai ISK dengan komplikasi. Dalam hal ini infeksi saluran kemih baik

yang asimptomatik maupun yang ringan jika tidak ditangani sejak dini dan

tepat dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti gagal ginjal,

sepsis, bahkan kematian. (Endriani et al., 2010). Penyakit saluran kemih

ini menyerang individu dari segala usia mulai dari bayi hingga orang tua

(Sari & Muhartono, 2018). Jenis kelamin merupakan faktor yang lebih

besar karena berkaitan dengan anatomi masing-masing jenis kelamin.

(Mayangsari, As, & Lisminingsih, 2021).

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Safitri (2013),

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit infeksi yang kedua tersering

pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus

dilaporkan per tahun. Infeksi ini juga lebih sering dijumpai pada wanita
4

dari pada laki-laki. (Darsono, Mahdiyah, & Sari, 2016). Sedangkan

menurut American Urology Association (AUA) 2016 mengatakan bahwa

insiden infeksi saluran kemih diperkirakan 150 juta penduduk dunia setiap

tahunnya (Mosesa, Kalesaran, & Kawatu, 2017).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (RI) 2014,

Prevalensi ISK di Indonesia karena hygiene yang buruk masih tinggi,

jumlah penderita ISK jumlah penderita penyakit infeksi saluran kemih

mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk per tahunnya atau sekitar

180.000 kasus baru pertahunnya (Hartoyo & Susanto, 2021). Berdasarkan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

(2009) di Indonesia wanita pasti mengalami keputihan minimal satu kali

dalam hidupnya dengan persentase 75%, Angka ini berbeda jauh dengan

Eropa hanya 25% saja. Masalah lainnya yang ditemukan yaitu Infeksi

Saluran Kemih (ISK) Pada anak remaja usia 5-18 tahun, insiden ISK ini

meningkat 3,3 sampai 5,8% . Sehingga lebih dari 25% perempuan di

Indonesia akan mengalami paling tidak satu kejadian ISK dalam masa

kehidupannya (Kurwanto, 2019). Indonesia merupakan negara

berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika

Serikat (Darsono et al., 2016).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

angka kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada Rumah Sakit dan

Puskesmas perawatan di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008


5

sebanyak 379 kasus (27%), pada tahun 2009 sebanyak 456 kasus (29%)

dan tahun 2010 sebanyak 346 kasus atau sebesar 27% (S.Nemin, 2020).

Hasil survey awal yang dilakukan pada tanggal 31 Mei 2021 di

SMPN 6 Binamu Jeneponto dengan jumlah siswi 7 orang, didapatkan pada

pertanyaan pertama mengenai cara melakukan personal hygiene pada area

genetalia terdapat 2 orang yang menjawab dengan benar dan 5 orang

diantaranya menjawab salah, pada pertanyaan kedua mengenai

pengetahuan tentang penyakit ISK terdapat 1 orang yang menjawab benar

6 orang menjawab tidak mengetahui. Pertanyaan ketiga mengenai gejala

dari ISK terdapat 3 orang yang menjawab gejala infeksi saluran kemih

dengan benar dan 4 orang menjawab tidak mengetahui, serta pada

pertanyaan keempat mengenai apakah pernah mengalami gejala ISK, 5

orang menjawab pernah mengalami gejala ISK dan 2 orang lainnya

menjawab tidak pernah mengalami gejala.

Sehubungan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Hubungan perilaku Personal Hygiene

dengan kejadian gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan suatu

rumusan masalah terhadap; “apakah ada hubungan antara perilaku

personal hygiene dengan kejadian gejala infeksi saluran kemih pada

remaja putri”.
6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian gejala

infeksi saluran kemih pada remaja putri.

2. Tujuan khusus

Berdasarkan latar belakang tersebut, memiliki tujuan khusus yaitu

untuk:

a. Untuk mengidentifikasi perilaku personal hygiene remaja putri.

b. Untuk mengetahui kejadian gejala infeksi saluran kemih remaja

putri.

c. Untuk mengetahui risiko terjadinya gejala infeksi saluran kemih

pada remaja putri.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan

sehingga dapat dikembangan untuk penelitian selanjutnya.

2. Institusi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

khususnya dalam ilmu keperawatan.


7

3. Bagi tenaga kesehatan

Memberikan tambahan informasi terkait dengan pentingnya

perilaku personal hygiene terutama vulva hygiene untuk menghindari

terjadinya infeksi saluran kemih.

4. Bagi remaja

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan

dan perilaku yang baik pada remaja tentang manfaat personal hygiene

pada genetalia untuk menghindari terjadinya infeksi saluran kemih.

5. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan

Manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan

adalah menambah wawasan tentang pentingnya menjaga personal

hygiene.

E. Ruang Lingkup/ Batasan Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah Hubungan Perilaku

Personal Hygiene Dengan Kejadian Gejala Infeksi Saluran Kemih Pada

Remaja Putri. Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian

berupa kuesioner, sedangkan subjek yang diteliti adalah Remaja. Dalam

penelitian ini sampel yang didapatkan merupakan siswi kelas VII dan

kelas VIII saja, peneliti tidak mengambil kelas IX karena telah melakukan

ujian kelulusan sekolah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Personal Hygiene

1. Pengertian Personal Hygiene

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya

personal berarti perorangan dan hygiene berarti sehat. Pendekatan

manajemen diri manusia untuk menjaga kesehatan yang baik disebut

disebut hygiene perorangan (Kasiati & Rosmalawati, 2016).

Personal hygiene atau kebersihan diri adalah tindakan menjaga

kebersihan dan kesehatan diri sendiri, baik fisik maupun mental

(Akbar, 2020; Maharani & Andriyani, 2018). Kesehatan dan

kebersihan adalah hal yang sering dibicarakan dalam masyarakat.

Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ

seksual atau reproduksi merupakan awal dari menjaga kebersihan

(Akbar, 2020).

2. Tujuan Personal Hygiene

Menurut (Kasiati & Rosmalawati, 2016) tujuan personal

hygiene adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan derajat kesehatan

b. Menciptakan rasa nyaman dan keindahan

c. Mencegah penyakit dari diri sendiri maupun orang lain

d. Meningkatkan kepercayaan diri

8
9

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene

Perilaku personal hygiene juga dapat dipengaruhi oleh factor-

faktor kebiasaan, budaya, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi,

status kesehatan, serta status fisik dan mental (Widaad & Setiyowati,

2017).

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

menurut (Kasiati & Rosmalawati, 2016) adalah :

a. Status kesehatan

Seseorang dalam kondisi sakit atau cedera, sehingga membutuhkan

istirahat di tempat tidur, apalagi dalam waktu yang lama, hal ini

mempengaruhi kemampuan seseorang dan tingkat kesehatan klien

untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene. Dalam hal ini peran

perawatan untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan

mencegah gangguan seperti kerusakan membrane mukosa, kulit

dan lain lain.

b. Budaya

Banyak mitos berkembang di masyarakat menjelaskan bahwa

seseorang yang dalam keadaan sakit tidak boleh mandi karena

penyakitnya akan semakin parah.

c. Status sosial-ekonomi

Untuk meningkatkan personal hygiene diperlukan sarana seperti

kamar mandi dan sarana prasarana, air bersih yang cukup serta

sarana seperti sabun dan shampo. Hal ini membutuhkan biaya dan
10

akan mempengaruhi praktik seseorang dan pemeliharaan personal

hygiene dengan baik.

d. Tingkat pengetahuan dan perkembangan

Kedewasaan seseorang mempengaruhi kualitas hidupnya, termasuk

pengetahuan yang lebih baik. Pengetahuan adalah kunci untuk

meningkatkan kesehatan. Misalnya, untuk mencegah penyakit

kulit, harus mandi secara teratur dan menggunakan sabun dan air

untuk menjaga kebersihan kulit.

e. Cacat jasmani atau mental

Seseorang dengan cacat fisik atau mental akan mengganggu

kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

f. Praktek sosial

Selama anak-anak mempraktikkan hygiene dari orang tua,

sedangkan masa remaja lebih perhatian pada hygiene karena

pengaruh teman-teman atau pacar. Praktik hygiene lansia dapat

berubah dikarenakan situasi kehidupan.

Dalam mendukung Personal Hygeine ada pada diri

seseorang tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya

menurut (Yulianto, Hadi, & Nurcahyo, 2020) Faktor-faktor ini

termasuk :
11

a. Body Image

Citra diri seorang individu yang berdampak besar pada kebersihan

pribadi, seperti perubahan pada tubuh, dan individu tidak peduli

dengan kebersihan.

b. Praktik Sosial

Menghadapi situasi seperti itu, siapapun yang telah dididik tentang

personal hygiene sejak kecil niscaya akan mengubah bentuk

personal hygiene.

c. Status sosial ekonomi

Setiap mempraktikkan Personal Hygeine diperlukan biaya untuk

membeli barang-barang untuk membersihkan diri, sehingga orang-

orang yang berpenghasilan tinggi akan menyisihkan anggarannya

untuk perawatan diri namun sebaliknya pendapatan yang

berpenghasilan rendah atau ekonomi rendah sehingga

mengesampingkan perawatan dirinya.

d. Pengetahuan

Seseorang harus memiliki pengetahuan yang baik tentang Personal

Hygeine untuk meningkatkan kesehatannya.

4. Vulva Hygiene

a. Pengertian Vulva Hygiene

Vulva hygiene mencakup dua kata, yaitu vulva atau

kelamin luar dan hygiene yang berarti kebersihan (Zalni, 2018).

Vulva hygiene merupakan kebiasaan menjaga kebersihan alat


12

kelamin luar wanita (Suhaeni, Yulandasari, & Husen, 2020). Di

sisi lain (Floressia Djuang, 2019) kebersihan vulva terdiri dari

menjaga kebersihan alat kelamin luar wanita seperti membilas

organ genetalia eksternal dengan air dan sabun setelah buang air

kecil dan buang air besar dan perawatan sehari-hari dalam

menjaga kenyamanan dan kebersihan alat kelamin.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku individu

mengenai kebersihan organ reproduksi adalah kebiasaan, budaya,

sosial norma keluarga, pendidikan dan status ekonomi. Adanya

masalah kebersihan diri akan menimbulkan berbagai masalah

kesehatan karena kebersihan merupakan faktor penting dalam

mempertahankan derajat kesehatan manusia (Suhaeni et al., 2020).

Personal hygiene genitalia adalah perawatan diri untuk

pemeliharaan kesehatan diri sendiri yang meliputi organ genitalia

wanita yakni uretra, labia mayora, labia minora, mons pubis,

vagina, dan klitoris (Widaad & Setiyowati, 2017). Kebiasaan

kebersihan yang baik, termasuk kesehatan organ-organ seksual

atau reproduksi, seringkali menjadi awal dalam upaya menjaga

kesehatan tubuh. Jika dibiarkan, Jika dibiarkan, kebersihan intim

yang bersih membuat area vagina rentan terhadap virus berbahaya

yang sering disepelekan oleh wanita (Floressia Djuang, 2019).


13

b. Manfaat Vulva Hygiene

Organ reproduksi merupakan salah satu organ tubuh yang

sensitif dan memerlukan perhatian khusus. Pengetahuan dan

perilaku keperawatan yang baik sangat penting untuk menjaga

kesehatan reproduksi. (Floressia Djuang, 2019), terutama manfaat

perawatan vulva dan vagina.

1) Mencegah infeksi vulva dan menjaga kebersihan vulva

2) Membersihan perineum dan vulva

3) Menjaga vagina dan sekitarnya tetap bersih dan nyaman

4) Mencegah keputihan, bau yang tidak sedap, dan gatal-gatal

5) Mempertahankan pH vagina normal (3,5-4,5)

6) Membersihkan bekas keringat atau bakteri di sekitar vulva dan

di luar vagina

7) Mencegah pertumbuhan jamur, bakteri, protozoa.

c. Tujuan Vulva Hygiene

Vulva hygiene memiliki beberapa tujuan :

1) Menjaga kualitas kesehatan dan kebersihan

2) Membersihkan keringat di sekitar vulva di luar vagina

3) Mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal 3,5-4,5

4) Mencegah pertumbuhan jamur, bakteri dan protozoa

5) Mencegah keputihan dan virus.

Organ reproduksi seringkali dapat menyebabkan gatal dan

ketidaknyamanan jika terkena sejenis jamur apabila tidak dirawat


14

kebersihannya. Pembersihan vagina dengan air kotor, pemeriksaan

dalam yang tidak tepat, penggunaan pembilas vagina yang

berlebihan, pemeriksaan yang tidak sehat, dan adanya benda asing

dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal.

Keputihan dapat terjadi karena penggunaan obat yang abnormal,

celana yang tidak menyerap keringat dan penyakit menular seksual.

Berikut beberapa cara merawat organ reproduksi :

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh daerah

kewanitaan.

2) Hindari menggunakan sabun mandi pada alat kelamin karena

dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal.

Gunakan pembersih kewanitaan yang menggunakan balance

3,5 untuk menghindari iritasi.

3) Mengeringkan daerah di sekitar vagina sebelum berpakian

sebab jika tidak dikeringkan menyebabkan celana dalam yang

dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman

dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang

bakteri dan jamur.

4) Tidak diperbolehkan menabur bedak pada vagina dan daerah

sekitarnya, karena kemungkinan bedak tersebut akan

menggumpal di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau

tangan untuk dibersihkan dan akan mengundang kuman.


15

5) Disediakan celana dalam ganti di dalam tas kemanapun pergi,

hal ini menghindari kemungkinan celana dalam kita basah.

6) Pakailah celana dalam dari bahan katun karena dapat menyerap

keringat dengan sempurna.

7) Menghindari pemakaian celana dalam dari satin ataupun bahan

sintetik lainnya karena menyebabkan organ intim menjadi

panas dan lembab.

8) Gantilah celana dalam sekurang-kurangnya 2-3 kali sehari.

9) Penggunaan pantyliner sebaiknya digunakan antara 2-3 jam.

Penggunaan pantyliner setiap hari ternyata justru dapat

mengakibatkan infeksi bakteri, jamur, serta jerawat atau bisul

pada daerah genitalia. Ini terjadi karena pantyliner membuat

daerah kewanitaan semakin lembab. Meskipun lapisan atas

pantyliner memiliki daya serap untuk menjaga higienitas

daerah kewanitaan, akan tetapi bagian dasar pantyliner ini

terbuat dari plastik, sehingga kulit tidak bisa bernafas lega

karena kurangnya sirkulasi udara. Jadi sebaiknya jangan

menggunakan pantyliner terlalu sering.

10) Sebaiknya tidak menggunakan celana ketat, berbahan nilon,

jeans dan kulit.

11) Saat cebok setelah Buang air kecil (BAK) dan Buang air besar

(BAB), bilas dari arah depan ke belakang. Hal ini menghindari

terbawanya kuman dari anus ke vagina.


16

12) Memotong atau mencukur rambut kemaluan sebelum panjang

secara teratur.

13) Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah

kemaluan.

14) Apabila kita menggunakan Water closet (WC) umum,

sebaiknya sebelum duduk siram dulu WC tersebut terlebih

dahulu baru kemudian digunakan.

15) Jangan digaruk organ intim segatal apapun. Membilas dengan

air hangat juga tidak disarankan mengingat justru cara itu bisa

membuat kulit sekitar vagina bertambah merah dan membuat

rasa gatal semakin menjadi-jadi. Lebih baik kompres dengan

air es sehingga pembuluh darah di wilayah organ intim tersebut

menciut, warna merahnya berkurang, dan rasa gatal

menghilang.

16) Bersihkan vagina setiap Buang Air Kecil (BAK) dan Buang

Air Besar (BAB). Kebersihan vagina juga berkaitan erat

dengan trik pembasuhannya yang benar adalah dari arah depan

(vagina) ke belakang (anus) dan bukan dari anus ke vagina

karena cara tersebut hanya akan membuat bakteri yang

bersarang di daerah anus masuk ke liang vagina dan

mengakibatkan gatal-gatal. Setelah dibasuh keringkan vagina

dengan handuk lembut agar agar tidak basah.


17

17) Sebaiknya pilih pembalut yang berbahan lembut dapat

menyerap dengan baik, tidak mengandung bahan yang

membuat alergi (misalnya parfum atau gel), dan merekat

dengan baik pada pakian dalam.

B. Tinjauan Umum Tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK)

1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah istilah umum yang sering dipakai

untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.

Infeksi saluran kemih atau ISK dapat terjadi dapat menyerang pria dan

wanita bahkan pada semua usia termasuk anak-anak, remaja, dewasa

dan orang tua. Namun, pada kedua jenis kelamin wanita lebih sering

terjadi dari pada pria dengan angka prevelensi sekitar 5 hingga 15 %

dari populasi umum (Purwanto, 2016).

Infeksi saluran kemih adalah infeksi dimana jumlah bakteriuria

meningkat ketika jumlah bakteri dalam urin lebih besar100.000 /ml.

Bakteriuria asimtomatik didefinisikan sebagai kultur urin positif tanpa

keluhan dan bakteriuria simtomatik didefinisikan sebagai kultur urin

positif dengan keluhan (Sari & Muhartono, 2018). Infeksi saluran

kemih (ISK) adalah suatu kondisi dimana bakteri dan mikroorganisme

berkembang biak jumlah yang signifikan di saluran kemih (Suhaeni et

al., 2020).
18

2. Macam-Macam Infeksi Saluran Kemih

Menurut (Purwanto, 2016) jenis-jenis ISk adalah:

a. Uretritis (uretra)

Uretritis suatu inflamasi biasanya infeksi yang menyebar naik

digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal

disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui

kontak seksual.

b. Sistisis (kandung kemih)

Sistitis atau radang kandung kemih biasanya disebabkan oleh

infeksi yang menyebar melalui uretra. Hal ini dapat disebabkan

oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks

urtrovesikal), kontaminasi fekal, atau penggunaan kateter atau

sistoskop. Sistitis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria

(Wijayanti, 2014)

c. Pielonefritis (ginjal)

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan adalah

infeksi bakteri pada stroma ginjal yang membesar dan salah satu

atau kedua ginjal..

Pielonefritis kronik dapat disebabkan oleh infeksi berulang dan dan

sering dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain,

atau refluks vesikoureter


19

3. Etiologi Infeksi Saluran kemih

Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai jenis

mikroorganisme terutama bakteri. Penyebab lain seperti virus,

clamidia, parasit, mikrobakteriumjuga telah ditemukan. Salah satu

akibat munculnya bakteri tersebut adalah kurangnya personal

hygiene pada sistem reproduksi (Kurwanto, 2019). Infeksi Saluran

Kemih terutama disebabkan oleh bakteri Gram negatif seperti

Escherchia colli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus; Gram positif

seperti Staphylococcus aureus, jamur dan virus tertentu (Wijayanti,

2014).

a. Penyebab sistitis

Sistitis biasanya disebabkan oleh bakteri E. Coli. Sistitis

disebabkan oleh infeksi yang menyebar ke uretra. Hal ini dapat

kemungkinan besar disebabkan oleh refluks urin dari kandung

kemih, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskopi.

b. Penyebab uretritis

Uretritis gonoreal adalah penyakit yang disebabkan oleh

Neisseria Gonorrhoe dan ditularkan melalui kontak seksual.

Uretritis non-gonoreal merupakan uretritis yang tidak

berhubungan dengan Neisseria Gonorrhoe, biasanya

disebabkan oleh Klamidia Trakomatik atau Ureaplasma

Urelytikum.
20

c. Penyebab pielonefritis

Penyebab pielonefritis adalah bakteri. Bakteri mencapai

kandung kemih melalui uretra dan ke ginjal. Ginjal menerima

20 hingga 25% dari curah jantung, tetapi sangat sedikit bakteri

yang mencapai ginjal melalui aliran darah (hematogen). Kasus

penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.

4. Faktor Risiko Infeksi Saluran Kemih

Menurut (Wijayanti, 2014), risiko umum infeksi saluran

kemih adalah:

a. Tidak dapat mengosongkan kandung kemih untuk sepenuhnya

b. Daya tahan tubuh menurun

c. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti

kateter dan sistoskopi.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan infeksi saluran

kemih ISK adalah jenis kelamin, usia, genetika, kelainan refluks,

diabetes melitus, penggunaan kateter, aktivitas seksual, kebiasaan

menahan BAK, dan kurang minum air putih (Mosesa et al., 2017).

5. Tanda Dan Gejala Infeksi Saluran Kemih

Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi.

Setengah dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urine

(bakteriuria) tidak menunjukkan gejala (asimtomatik). (Wijayanti,

2014).
21

a. Tanda dan gejala sistiis

1) Urgensi (terdesak rasa ingin berkemih)

2) Sering buang air kecil

3) Sensasi terbakar dan nyeri saat buang air

4) Nokturia (sering berkemih di malam hari)

5) Nyeri atau kram pada kandung kemih dan saluran

kemih bagian atas

6) Piuria (adanya sel darah putih dalam urin)

7) Hematuria (adanya sel darah merah dalam urin)

8) Pemeriksaan kultur: secara kualitatif ada koloni bakteri.

b. Tanda dan gejala uretritis

Pada pria, kelenjar meradang dengan sensasi terbakar saat

buang air kecil. meskipun demikian penyakit ini dapat

asimtomatik. Pada wanita, inkontinensia urin tidak selalu ada

dan tanpa gejala.

c. Tanda gejala pielonefritis

1) Pielonefritis akut

a) Demam dan menggigil

b) Nyeri panggul

c) Nyeri tekan pada sudut kostovetebral

d) Lekositosis (peningkatan jumlah sel darah putih)

e) Adanya bakteri pada sel darah putih pada urine

f) Disuria
22

g) Sering berkemih

h) Pembesaran ginjal

2) Pielonefritis kronis

Kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada

pielonefritis kronis. Meskipun demikian, bukti

menunjukkan bahwa pielonefritis kronis jarang sebagai

akibat dari gagal ginjal kronis. Klien dengan

pielonefritis kronis biasanya tanpa gejala, kecuali ada

eksasebrasi (serangan ulangan).

Tanda-tanda utama pielonefritis mencakup:

a) Keletihan

b) Sakit kepala

c) Anoreksia (nafsu makan menurun)

d) Poliuria (banyak berkemih)

e) Haus yang berlebihan

f) Kehilangan berat badan Infeksi yang menetap

atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut

progresif di ginjal, dan akhirnya gagal ginjal.

Gejala umum ISK adalah:

a. Nyeri dan rasa panas ketika berkemih (disuria), polakisuria dan

terdesak ingin berkemih (urgency).

b. Stranguria (sulit berkemih dan disertai kejang otot pinggang).


23

c. Tenesmus (rasa nyeri dengan keinginan mengosongkan

kandung kemih meskipun telah kosong).

d. Nokturia (kecenderungan sering buang air kecil pada malam

hari).

e. Prostatismus (kesulitan memulai berkemih).

6. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

ISk memiliki dua jalur utama asending dan hematogen yang

dijelaskan sebagai berikut:

a. Secara asending:

1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara

lain faktor anatomi di mana wanita memiliki uretra yang

lebih pendek dari pada laki-laki sehingga insiden terjadinya

ISK lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi,

kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus

urinarius, adanya decubitus yang terinfeksi.

2) Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.

b. Secara hematogen:

Sering terjadi pada pasien yang sistem imunnya rendah

sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi

ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu

adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi


24

kandung kemih, bendungan intra renal akibat jaringan parut,

dan lain-lain.

7. Penatalaksanaan dan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih

Penatalaksanaan menurut (Wijayanti, 2014) adalah :

a. ISK bagian bawah

Prinsip penatalaksanaan meliputi asupan cairan yang banyak,

antibiotika yang tepat dan terapi simptomatik antara lain

dengan antibiotika tunggal seperti ampisilin 300 mg,

trimetropim 200 mg. Bila infeksi menetap disertai

memperlihatkan kelainan urinalisis diperlukan terapi

konvensional selama 5-10 hari. ISK bagian atas Pielonefritis

akut pada umumnya pasien memerlukan rawat inap untuk

menjaga status hidrasi dan untuk terapi antibiotika parenteral

paling sedikit selama 48 jam.

b. ISK bagian atas

Pielonefritis akut biasanya memerlukan rawat inap untuk

mempertahankan status hidrasi dan untuk terapi antibiotika

parenteral paling sedikit selama 48 jam.

Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat

membantu pasien menyembuhkan infeksi saluran kemih (ISK)

menurut (Mayangsari et al., 2021) antara lain :


25

a. Minum 6-8 gelas air sehari. Air yang disaring dan jus

stroberi dapat membantu mengobati infeksi saluran kemih

(ISK) antara lain

b. Jangan lupa untuk menjaga alat kelamin pria dan wanita

bersih. Setelah buang air kecil, perempuan harus

membersihkan alat kelamin dari depan ke belakang

sehingga bakteri dari anus (belakang) tidak dipindahkan ke

uretra (depan)

c. Hindari mandi, yang membersihkan vagina dengan

menyuntikkan air atau cairan pembersih lainnya ke dalam

vagina. Mandi di bawah pancuran dan kurangi mandi.

mengurangi risiko

d. Wanita harus buang air kecil dan menyeka sebelum dan

sesudah berhubungan seks

e. Jangan menahan keinginan untuk buang air kecil, segera

bersihkan kandung

f. Jika usia anak suka mandi di bak mandi air panas atau

menggunakan sabun yang kuat pastikan area genital yang

bersih dibilas secara menyeluruh. Karena area genital yang

tidak bersih menyebabkan anak terpapar ISK. Setelah iritasi

dimulai, akan terasa sakit jika ia kencing, menyebabkan

anak menahan air kencingnya. Jaga agar dasar anak bersih


26

dan kering. Ganti popok (untuk anak-anak) saat basah atau

kotor.

g. Ganti celana setiap hari dan setiap kali basah atau kotor.

h. Kenakan celana dalam katun dan hindari celana ketat,

bersihkan penis dengan air setiap hari.

i. Jika penis tidak disunat, tarik kembali kulup untuk

membersihkan kerak atau bakteri. Pembersihan kulup penis

biasanya harus dibersihkan sekali sehari.

C. Tinjauan Umum Tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah sebuah kegiatan suatu organisme. Perilaku juga

merupakan bagian fungsional organisme yang terlibat dalam suatu

tindakan (Pakpahan et al., 2021). Sedangkan menurut (Widaad &

Setiyowati, 2017) Perilaku adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus/rangsangan dari luar.

Perilaku kesehatan merupakan tindakan individu, kelompok,

dan organisasi seperti perubahan sosial, pengembangan dan

implementasi kebijakan, peningkatan keterampilan koping, dan

kualitas hidup. Perilaku kesehatan mengacu pada atribut pribadi seperti

keyakinan, harapan, motif, nilai, persepsi, dan elemen kognitif lainnya,

karakteristik kepribadian, termasuk keadaan dan sifat afektif dan

emosional, dan pola perilaku, tindakan, dan kebiasaan terbuka yang


27

terkait dengan pemeliharaan kesehatan, pemulihan kesehatan, dan

peningkatan kesehatan (Pakpahan et al., 2021).

2. Factor yang Mempengaruhi Perilaku

Hendrik L. Bloom menegaskan dalam teorinya bahwa status

kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan,

perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. (Pakpahan et al., 2021)

Dari keempat faktor tersebut, yang paling memengaruhi derajat

kesehatan adalah faktor lingkungan baik lingkungan fisik, biologi

maupun lingkungan sosial sebesar 40%, perilaku kesehatan

berpengaruh sebesar 30%, diikuti dengan ketersediaan dan akses

terhadap pelayanan kesehatan memberikan pengaruh sebesar 20% serta

faktor genetika atau keturunan sebesar 10% ((Kemenkes, 2016);

(Hasnidar et al., 2020) dalam (Pakpahan et al., 2021))

Menurut Green Lawrence dalam teori ini bahwa kesehatan

manusia dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor perilaku dan faktor

non perilaku. Faktor perilaku dipengaruhi oleh 3 hal menurut

(Notoatmodjo, 2010); (Irwan, 2017); (Gochman, 1988) dalam

(Pakpahan et al., 2021)) adalah sebagai berikut:

a. Faktor Predisposisi, yaitu faktor yang mendorong munculnya

perilaku manusia. Faktor tersebut tercermin dalam pengetahuan,

sikap, keyakinan, keyakinan, nilai, norma sosial, budaya dan faktor

sosial demografi.
28

b. Faktor-faktor pendukung, yakni faktor-faktor yang memfasilitasi

suatu perilaku yaitu sarana dan prasarana kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong, yakni faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya suatu perilaku. Faktor-faktor ini terwujud

dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok fokus perilaku masyarakat.

D. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan atau transisi dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa dengan batas usia 10-19 tahun, yang

ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis (Susanti & Lutfiyati,

2020).

Menurut Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun, WHO tahun 2015 juga menetapkan 1/5

penduduk dunia terdiri dari remaja berusia 10-19 tahun. Jumlah

penduduk ASIA Pasifik adalah 60% dari penduduk dunia dan 1/5

adalah remaja beruia 10-19 tahun (Hartati, Junaidi, & Atriani, 2020).

Menurut Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahunn 2014, remaja adalah

penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia

remaja adalah 10-24 dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-

19 tahun di Indonesia menurut Sumsus Penduduk 2010 sebanyak 43,5


29

juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan

kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah

penduduk dunia (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Masa remaja merupakan suatu periode terjadinya pertumbuhan

dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun

intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang

besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam

menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku

berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka pendek dan

jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan

psikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja terebut

memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang

dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan

untuk kesehatan reproduksi (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

2. Tahap-Tahap Masa Remaja

Menurut World Health Organization, yang dikatakan remaja

adalah 10-18 tahun. Tetapi berdasarkan penggolongan umur masa

remaja terbagi atas: masa remaja awal (10-13 tahun), masa remaja

tengah (14-16 tahun), masa remaja akhir (17-19 tahun) (Batubara,

2020).
30

a. Remaja Awal

Pada tahap ini remaja mulai berfokus pada pengambilan

keputusan, baik didalam rumah maupun disekolah. Remaja mulai

menunjukkan cara berpikir logis, sehingga sering menanyakan

kewenangan dan standar di masyarakat maupun disekolah. Remaja

juga mulai menggunakan istilah-istilah sendiri dan mempunyai

pandangan, seperti olahraga yang lebih baik untuk bermain,

memilih kelompok bergaul, pribadi seperti apa yang diinginkan,

dan mengenal cara untuk berpenampilan menarik

b. Remaja Menengah

Pada tahap ini terjadi peningkatan interaksi dengan

kelompok, sehingga tidak selalu tergantung pada keluarga dan

terjadi eksplorasi seksual. Dengan menggunakan pengalaman dan

pemikiran yang lebih kompleks, remaja sering mengajukan

pertanyaan, menganalisis secara lebih menyeluruh dan berpikir

tentang bagaimana cara mengembangkan identitas “siapa saya”?.

Remaja juga mulai mempertimbangkan kemungkinan masa depan,

tujuan, dan membuat rencana sendiri.

c. Remaja Akhir

Remaja lebih berkonsentrasi pada rencana yang akan

datang dan meningkatkan pergaulan. Selama masa remaja akhir,

proses berpikir secara kompleks digunakan untuk memfokuskan

diri masalah-masalah idealisme toleransi, keputusan untuk karir


31

dan pekerjaan, serta peran orang dewasa dalam masyarakat.

Pertumbuhan dan perkembangan bertahap dari karakteristik

seksual primer dan karakteristik sekunder.

E. Kerangka Teori

Faktor yang
mempengaruhi
perilaku:
Faktor
Predisposisi
Faktor-faktor
pendukung
Faktor-faktor
pendorong

Gambar 2 1 Kerangka Teori


(Sumber : (Floressia Djuang, 2019; Kurwanto, 2019; Pakpahan et al., 2021;
Wijayanti, 2014)
32

F. Kerangka Kopseptual Penelitian

Independen variable Dependen variable


(variable bebas) (variable terikat)

Perilaku
Personal Hygiene
Indikator:
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah menyentuh daerah
kewanitan
Mengganti celana dalam bila lembab
Hindari pemakaian celana dalam
yang ketat
Mengganti celada dalam sekurang-
kurangnya 2-3 kali sehari
Cara cebok setelah BAB dan BAK,
bilas dari arah depan ke belakang
Menggunakan tissue untuk
mengeringkan daerah kewanitaan
Membasuh daerah kewanitaan
dengan air bersih

Gambar 2 2 Kerangka Konseptual Penelitian


Keterangan:

: yang diteliti

: penghubung

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji

kebenarannya. Hipotesis ini merupakan jawaban sementara berdasarkan

pada teori yang belum dibuktikan dengan data atau fakta (Masturoh & T,

2018).
33

1. Hipotesis Kerja ( Ho)

Tidak ada hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian

gejala infeksi saluran kemih (ISK)

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada hubungan antara perilaku personal hygiene dengan kejadian gejala

infeksi saluran kemih (ISK).

H. Variabel / Fokus Penelitian

Variabel dalam penelitian merupakan seseorang atau obyek yang

mengandung pengertian, ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki sehingga

dapat menjadi pembeda dan penciri antara satu dengan yang lainnya

(Masturoh & T, 2018). Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel

Bebas (Independen Variable) dan Variabel Terikat (Dependen Variabel) :

1. Variabel Bebas (Independen Variable)

Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah Perilaku Personal Hygiene.

2. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel Terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah Terjadinya Gejala Infieksi Saluran Kemih pada

Remaja Putri.
34

I. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Definisi operasional merupakan definisi dari variabel-variabel yang

akan diteliti secara operasional dilapangan yang dibuat untuk memberi

kemudahan pada saat pengumpulan data, pengolahan data serta analisis

data (Masturoh & T, 2018). Definisi operasional pada penelitian ini

adalah:

Tabel 3 1
Definisi Operasinal dan Kriteria Objektif

Definisi Alat Skala


No. Variabel Kriteria objektif
Operasional ukur ukur
1. Perilaku Suatu tindakan Kuesioner Ordinal Skor
Personal yang menggunakan
Hygiene berhubungan skala likert
tentang dengan dengan:
Vulva kebersihan diri SL : 3
Hygiene dalam upaya KD : 2
menjaga TP : 1
kebersihan Dengan kategori:
khususnya pada Buruk : jika skor
organ genetalia. jawaban ≤ 40
Baik : > 40
2. Gejala Gejala isk Kuesioner Nominal a. termasuk gejala
Infeksi merupakan isk apabila pada
Saluran beberapa gejala area atas
Kemih yang terjadi kemaluan,
pada remaja pinggang, atau
putri, gejala panggul dan
yang sering memiliki keluhan
muncul adalah: miksi (Skor ≥ 2)
a. Demam b. tidak termasuk
tinggi gejaka isk apabila
b. Disuria (skor < 2)
c. Nyeri diatas menggunakan
kemaluan skala guttman
dengan skor
Ya (1)
Tidak (0)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitaif dengan

menggunakan desain penelitian jenis deskriptif korelatif dengan

pendekatan cross sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMPN 6 Binamu Jeneponto di

Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu penelitian

Waktu pengambilan akan dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2021.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas VII dan VIII di

SMPN 6 Binamu Kabupaten Jeneponto sebanyak 56 orang siswi

remaja putri. Sebanyak 25 siswi kelas VII dan 31 siswi kelas VIII.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah siswi dari kelas VII dan VIII di

SMPN 6 Binamu Kabupaten Jeneponto sebanyak 56 siswi.

35
36

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling

yang pengambilan sampelnya sama dengan populasi.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah survey

dan kuesioner. Sebelum memberikan kuesioner terlebih dahulu

memberikan gambaran tentang personal hygiene untuk menambah

pengetahuan tentang manfaat personal hygiene pada area gentalia pada

responden, serta untuk mengetahui hubungan personal hygiene dengan

kejadian infeksi saluran kemih pada remaja putri.

1. Instrumen perilaku personal hygiene

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner berjumlah 20 pertanyaan.

Kuesioner tersebut diadopsi dari kuesioner yang pernah digunakan oleh

Utomo (2016) dalam Penelitian (Mesquita, 2020). Hasil peneliaan

kuesioner menggunakan skala Likert. Menurut (Masturoh & T, 2018)

Skala likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang

sesuatu gejala atau fenomena dalam penelitian. Dalam penelitian ini

menggunakan skala Likert favorable (positif) pada nomor 1 sampai 10,

dan unfavorabele (negatif) pada nomor 11 sampai 20 dengan jawaban

yang dapat dipilih Selalu, Kadang, dan Tidak pernah.


37

Interpretasi skor:

a. Apabila perilaku personal hygiene Buruk jika skor jawaban ≤

40

b. Apabila perilaku personal hygiene Baik jika skor jawaban > 40

Kuesioner dalam penelitian ini telah dilakukan Uji Vdalam

penelitian (Mesquita, 2020) yang apabila r hitung > r table, maka Ho

ditolak, artinya variabel valid dan apabila r hitung < r table, ho gagal

ditolak atau variabel tidak valid dan telah lakukan Uji Reabilitas

dengan hasil yang reliable.

2. Instrumen gejala infeksi saluran kemih

Alat ukur untuk mengetahui terjadinya gejala infeksi saluran kemih ini

dengan menggunakan kuesioner berjumlah 9 pertanyaan. Kuesioner

tersebut diadopsi dari kuesioner yang pernah digunakan oleh Yori Naldi

(2015) dalam Penelitian (Arantika, 2018). Hasil peneliaan kuesioner

menggunakan skala Guttman. Menurut (Masturoh & T, 2018) Skala

Guttman adalah skala yang menyatakan tipe jawaban tegas, seperti

jawaban benar-salah, ya-tidak, penah-tidak pernah, setuju-tidak setuju,

dan positif-negatif. Selain dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan pilihan

ganda, juga dibuat dalam bentuk daftar checklist.

Skor pada item pertanyaan adalah sebagai berikut

a. Skor 1 untuk jawaban “pernah”

b. Skor 0 untuk jawaban “tidak pernah”


38

Interpretasi skor:

a. Apabila skor ≥ 2 meliputi adanya rasa nyeri pada area atas

kemaluan, pinggang, atau pinggul dan keluhan miksi maka

dikatakan gejala isk

b. Apabila skor < 2 maka dikatakan tidak mengalami ISK

Kuesioner dalam penelitian ini telah diuji validitas dalam

penelitian (Arantika, 2018). Keputusan uji validitas apabila r

hitung > r table, maka Ho ditolak, artinya variabel valid dan

apabila r hitung < r table, ho gagal ditolak atau variabel tidak

valid. Hasil uji validitas pada instrument gejala infeksi saluran

kemih sebanyak 10 item, terdapat 9 item pertanyaan yang

dinyatakan valid dengan hasil signifikan r hitung berkisar antara

0,518 hingga 0,699. Diketahui r table untuk 30 responden dengan

menggunakan df (n-2) yaitu df28 berdasarkan tingkat signifikansi

5% adalah 0,361. Kesimpulan dari uji validitas instrument

dinyatakan valid dengan menghilangkan atau mendiskualifikasi

item soal yang tidak valid (r hitung < 0,361) (Arantika, 2018).

Hasil uji reliabilitas dengan bantuan software computer

pada instrument gejala infeksi saluran kemih didapatkan nilai

Alpha Cronbach’s sebesar 0,788 (>0,6). Hasil uji reliabilitas pada

instrument gejala infeksi saluran kemih didapatkan nilai Alpha

Cronbach’s sebesar 0,829 (> 0.06). disimpulkan bahwa instrument

gejala infeksi saluran kmeih sangat reliabel (Arantika, 2018).


39

Adapun metode pengumpulan data adalah :

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan

interview serta pengisian kuesioner oleh responden dalam bentuk

pertanyaan dan pernyataan yang dibagikan ke responden.

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari literature, jurnal, dan Sekolah yang

digunakan untuk data pelengkap data primer yang berhubungan

dengan masalah penelitian.

E. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan secara komputerisasi dengan

menggunakan sebuah aplikasi statistic pada perangkat lunak software.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah

sebagai berikut:

a. Editing

Sebuah kegiatan yang dilakukan untuk mengecekan data yang telah

diterima dari responden melalui pengisian kuesioner yang terdiri

dari kelengkapan, kejelasan dan kesesuaian jawaban dengan

pertanyaan yang diberikan.


40

b. Mengkode (Coding)

Coding dilakukan dengan cara mengubah data dalam bentuk huruf

atau kalimat menjadi bilangan atau angka.

c. Memasukkan data (Entry)

Entry adalah memasukkan data yang telah di coding kedalam

program komputer (Microsoft excel dan SPSS) dengan jawaban

yang telah diberikan oleh responden.

d. Pembersihan data (Cleaning)

Cleaning data merupakan pembersihan data untuk mencegah segala

kemungkinan kesalahan yang mungkin saja bisa terjadi pada saat

melakukan coding, ketidak lengkapan dan lainnya laluakan

dilakukan koreksi dan dilakukan perbaikan.

e. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi adalah pembuatan table-tabel data yang sesuai dengan

tujuan penelitian yang dilakukan.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan pada setiap variabel peneliti untuk

melihat tampilan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap

Independen Variable yaitu perilaku Personal Hygiene dan Dependen

Variable yaitu Terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja

putri.
41

b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan terhadap dua variabel independen dan

variabel dependen dengan menggunakan uji Chi square dengan

tingkat kemaknaan (α) 0,05 dengan menggunakan komputer aplikasi

statistic, yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan α ± 0.05.

apabila nilai p < dari α ± 0,05 maka ada hubungan atau perbedaan

antara dua variabel tersebut.

F. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini masalah etika yang ditekankan adalah:

1. Informed Concent (Persetujuan)

Dalam lembar persetujuan ini akan diberikan kepada yang akan

diteliti yang disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, apabila

responden menolak atau tidak setuju maka peneliti tidak akan

memaksa dan menghargai hak responden.

2. Anominity (Tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencamtumkan nama responden tetapi hanya member kode pada

kuesioner.

3. Contidentionality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan segala informasi responden terjamin dalam penelitian

karena haya kelompok data yang akan dilaporkan tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, H. (2020). Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal Hygiene Pada


Remaja Putri Di Sma Negeri 1 Kotamobagu. Jurnal Kesehatan, 2(2), 20–25.

Arantika, A. A. (2018). Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan


Terjadinya Gejala Infeksi Saluran Kemih Pada Remaja Wanita (Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Retrieved From Eprints.Ums.Ac.Id/62780/

Batubara, S. K. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja


Terhadap Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Smp Negeri 2
Batang Angkola Tapanuli Selatan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Maksitek, 5(3),
167–187.

Darsono, P. V., Mahdiyah, D., & Sari, M. (2016). Gambaran Karakteristik Ibu
Hamil Yang Mengalami Infeksi Saluran Kemih (Isk) Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Dinamika Kesehatan, (1), 162–170.

Endriani, R., Andrini, F., & Alfina, D. (2010). Pola Resistensi Bakteri Penyebab
Infeksi Saluran Kemih ( Isk ) Terhadap Antibakteri Di Pekanbaru. Natur
Indonesia, 12(April), 130–135.

Floressia Djuang, M. L. (2019). Hubungan Tindakan Vulva Hygiene Dengan


Kejadian Infeksi Saluran Kemih (Isk) Pada Pasien Rawat Inap Di Rsu
Mamami Kupang. Universitas Citra Bangsa, Kupang.

Fransisca, D., Handayani, S., Rahmatiqa, C., Dasril, O., & Novia Usman, D.
(2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Personal Hygiene Saat
Menstruasi Pada Remaja Putri. Seminar Nasional Syedza Saintika, 323–334.

Hartati, I., Junaidi, & Atriani, L. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Media Audio Visual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi Di Mts Swasta
Terpadu Kota Langsa Tahun 2019. Jurnal Pendidikan Dan Praktik
Kesehatan, 3(1), 44–53.

Hartoyo, E. D., & Susanto, B. N. Amaris. (2021). Pengaruh Media Leaflet


Tentang Personal Hygiene Genitalia Pada Saat Menstruasi Terhadap
Pengetahuan Dan Perilaku Remaja. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
17(1), 55–60. Https://Doi.Org/10.19184/Ikesma.V

Kasiati, N., & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta


Selatan: Kementrian Kesehatan Ri.

42
Kementrian Kesehatan Ri. (2012). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta:
Pusat Data Dan Informasi.

Kurwanto. (2019). Pengetahuan Dan Perilaku Personal Hygiene Organ


Reproduksi Siswi Kelas Viii Smpn 1 Donorojo, Pacitan. Tunas Tunas Riset
Kesehatan, 9, 255–260.

Maharani, R., & Andriyani, W. (2018). Faktoryang Berhubungan Dengan


Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi Pada Santriwati Di Mts Pondok
Pesantren Dar El Hikmah Kota Pekanbaru. Kesehatan Masyarakat, 1(1).

Masturoh, I., & T, N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (Cetakan Pe).


Kementrian Kesehatan Ri.

Mayangsari, S., As, N. A., & Lisminingsih, R. D. (2021). Prevalensi Infeksi


Saluran Kemih (Isk) Pada Pasien Di Rumah Sakit Islam (Rsi) Unisma
Malang Tahun 2018. E-Jurnal Ilmiah Biosaintropis (Bioscience-Tropic),
6(2), 34–39.

Mesquita, V. L. S. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku


Hygiene Remaja Saat Menghadapi Menstruasi Di Smp Negeri 5 Kota
Kupang. Universitas Citra Bangsa, Kupang.

Mosesa, S. P., Kalesaran, A. F. C., & Kawatu, P. A. T. (2017). Faktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien
Poliklinik Penyakit Dalam Di Rsu Gmim Pancaran Kasih Manado.
Kesehatan Masyarakat.

Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, Mustar, Ramdany, R., … M,
M. (2021). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan (Ronal Watrianthos,
Ed.). Medan: Yayasan Kita Menulis.

Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah Ii. Jakarta Selatan:


Kementrian Kesehatan Ri.

S.Nemin, A. M. (2020). Karakteristik Pasien Infeksi Infeksi Saluran Kemih


Dirumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi
Selatan. Pinrang.

Sari, R. P., & Muhartono. (2018). Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih ( Isk )
Dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita Di
Universitas Lampung. Jurnal Kesehatan, 7, 115–120.

Suhaeni, Yulandasari, V., & Husen, L. M. S. (2020). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Vulva Hygiene Pada Remaja
Putri. Kesehatan, 6(2), 170–178.

Susanti, D., & Lutfiyati, A. (2020). Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Dengan

43
Perilaku Personal Hygiene Saat Menstruasi. Jurnal Kesehatan, 11(02), 166–
172.

Widaad, A., & Setiyowati, E. (2017). Perubahan Perilaku Personal Hygiene


Genitalia Pada Santri Putri Pondok Pesantren Al-Hidayah Tanggulangin
Sudoarjo. Keperawatan, X(2), 77–81.

Wijayanti, P. (2014). Gambaran Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih Pada


Pasien Rawat Inap Di Rs Bhayangkara Makassar Tahun 2014. Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.

Yulianto, Hadi, W., & Nurcahyo, R. R. (2020). Hygiene, Sanitasi Dan K3.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Zalni, R. Islami. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang
Vulva Hygiene Dengan Tindakan Pencegahan Keputihan. Ensiklopedia Of
Journal, 1(1), 235–243.

44
LAMPIRAN I

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Alamat :

Dengan ini bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan

oleh mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Megarezky yang

bernama Nurul Isra Mupida (173145105080) dengan judul Hubungan Perilaku

Personal Hygiene Dengan Kejadian Gejala Infeksi Saluran Kemih Pada

Remaja Putri Di SMPN 6 Binamu Kabupaten Jeneponto.

Saya memahami penelitian ini dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah

dalam rangka penelitian dan tidak merugikan saya serta hal-hal yang bersifat

rahasia dijaga kerahasiaannya.

Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari

siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini

Makassar, Juli 2021

Peneliti Responden

(Nurul Isra Mupida) (………………)

45
LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN


GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA PUTRI DI SMPN
6 BINAMU KABUPATEN JENEPONTO
No. Responden

Petunjuk Pengisian:

1. Isilah data identitas anda pada kolom yang tersedia


2. Isilah jawaban sesuai menurut anda dan jawab dengan jujur dengan
memberikan tanda centang ()
3. Bacalah dengan teliti pertanyaan sebelum menjawab
4. Diisi oleh responden tidak boleh diwakili

A. Data Demografi
1. Nama (Inisial) :
2. Umur : tahun
3. Kelas :
4. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang personal hygiene
(Vulva hygiene)
a. Pernah
b. Tidak pernah
5. Jika pernah dari mana anda mendapatkan informasi tersebut?
a. Orang tua
b. Sekolah/Guru
c. Tenaga Kesehatan
d. Teman/tetangga
e. Media massa
f. Tidak ada
g. Lainnya, sebutkan :

46
B. Kuesioner Perilaku Personal Hygiene
Keterangan :
SL : Selalu
KD : Kadang
TP : Tidak pernah

Pilihlah satu jawaban yang tepat sesuai pertanyaan, dengan cara memberikan
tanda centang () pada pilihan jawaban yang tersedia

No. Pertanyaan SL KD TD
Saya membersihkan daerah kemaluan dari arah
1
depan (vagina) ke arah belakang (anus)
Saya mengeringkan daerah kemaluan dengan
2 tissue setelah buang air kecil dan buang air
besar
Setiap hari saya mengganti celana dalam 2 kali
3
atau lebih
Saya menggunakan celana dalam yang terbuat
4 dari bahan yang menyerap keringat seperti
katun
Saya mencuci tangan sebelum dan sesudah
5
cebok
Saya mengganti pembalut 4-5 kali perhari saat
6
menstruasi
Saya membersihkan kemaluan dengan sabun
7
sesudah buang air kecil dan buang air besar
Sebelum saya membuang pembalut di tempat
8 sampah saya mencuci darah di pembalut
sampai bersihh
Saya selalu menyiapkan pembalut pada saat
9
menstruasi
Saya memiliki handuk khusus /tissue untuk
10
membersihhkan kemaluan
Saya tidak mengganti pembalut sesudah buang
11
air besar
Saya menggunakan celana yang ketat selama
12
menstruasi
Saya merasa gatal pada kemaluan saya ketika
13
pembalut tidak saya ganti kurang dari 6 jam
Saya tidak mengganti celana dalam jika tidak
14
bocor/tembus
Saya tidak mencuci tangan sebelum dan
15
sesudah memakai pembalut

47
Saya tidak mengganti pembalut saya ketika ada
16
gumpalan darah di pembalut saya
17 Saya tidak mengganti pembalut sesudah mandi
Saya mengganti pembalut setelah merasa
18
penuh/kotor
Saya tidak merendam terlebih dahulu saat
19
mencuci pakaian dalam yang tertena darah
Saya tidak menyetrika pakaian dalam setelah
20
kering

Sumber; Penelitian dari (Mesquita, 2020)

C. Kuesioner Gejala Infeksi Saluran Kemih


Pilihlah satu jawaban yang tepat sesuai pertanyaan, dengan cara memberikan
tanda centang () pada pilihan jawaban pernah atau tidak pernah.

Apakah anda pernah mengalami tanda gejala dibawah ini dalam


jangka waktu yang relatif dekat?

Tidak
No. Tanda dan gejala Pernah
pernah
1. Gatal pada area vagina
Sering merasa ingin buang air kecil (anyang-
2.
anyangan)
3. Susah buang air kecil

4. Nyeri pada saat awal buang air kecil

5. Warna urin keruh/berdarah

6. Urin berbau tidak sedap


Nyeri diatas kemaluan, nyeri pinggang, atau nyeri
7.
panggul tanpa penyebab
8. Demam (38-40,5 °C)

9. Mual dan muntah

Sumber; Penelitian dari (Arantika, 2018)

48
LAMPIRAN 3

49
LAMPIRAN 4

50

Anda mungkin juga menyukai