Anda di halaman 1dari 116

HASIL PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG


DIRI (APD) PADA PEKERJA BENGKEL
LAS DI KELURAHAN PAMPANG
KOTA MAKASSAR

Oleh
Siti Marwa Amini
141 2016 0110

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

KATAPENGANTAR ............................................................................ iii

DAFTAR ISI ......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Alat Pelindung Diri(APD) ....................... 9

B. Tinjauan UmumTentang Pengelasan............................................. 19

C. Tinjauan Umum Tentang Ketersediaan APD .................................

D. Tinjauan UmumTentang Pengetahuan ......................................... 24

E. Tinjauan Umum Tentang Pengalaman Kerja ................................. 29

F. Tinjauan UmumTentang Motivasi Kerja ........................................ 31

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti .......................................... 47

B. Kerangka Konsep .......................................................................... 50

C. Definisi Operasional danKriteria Objektif ....................................... 51

D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 53

ii
BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 54

B. Waktu dan Lokasi Penelitian .......................................................... 54

C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 54

D. Cara Pengambilan Sampel ............................................................ 55

E. Pengumpulan Data ........................................................................ 55

F. Sumber Data .................................................................................. 55

G. Pengolahan Data ........................................................................... 56

H. Analisis Data .................................................................................. 57

I. Langkah-langkah Penelitian ........................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
iv

Tabel Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan


ketersediaan APD pada pekerja bengkel las di 65
kelurahan Pampang kota Makassar

Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan


pengetahuan pada pekerja bengkel las di 66
kelurahan Pampang kota Makassar
Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan
pengalaman kerja pada pekerja bengkel las di 67
kelurahan Pampang kota Makassar
Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan motivasi
kerja pada pekerja bengkel las di kelurahan 68
Pampang kota Makassar
Tabel 5.5 Hubungan ketersediaan APD dengan
penggunaan APD pada pekerja bengkel las 69
dikelurahan pampang kota Makassar

Tael 5.6 Hubungan pengetahuan dengan penggunaan


APD pada pekerja bengkel las dikelurahan 71
pampang kota Makassar

Tabel 5.7 Hubungan pengalaman kerja dengan


penggunaan APD pada pekerja bengkel las 72
dikelurahan pampang kota Makassar

Tabel 5.8 Hubungan motivasi kerja dengan penggunaan


APD pada pekerja bengkel las dikelurahan 73
pampang kota Makassar
v

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sk Pembimbing

2. Kuesioner penelitian

3. Master tabel

4. Hasil pengolahab data

5. Dokumentasi hasil penelitian


vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini

dengan judul faktor yang memengaruhi penggunaan alat pelindung diri

pada pekerja bengkel las di kelurahan pampang kota makassar dapat

diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muslim Indonesia.

Teriring salam dan shalawat semoga tercurahkan kepada teladan dan

junjungan kita Rasulullah Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,

sahabat, dan orangorang yang senantiasa istiqamah mengikuti jalan

dakwahnya hingga akhir zaman.

Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat diperlukan demi kesempurnaan kearah yang lebih

baik dimasa yang akan datang. Sebuah karya sebenarnya sangat sulit

dikatakan sebagai usaha satu orang tanpa bantuan orang lain, begitu pula

dengan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dorongan, dan

sumbangsi pemikiran dari berbagai dari berbagai pihak.

Untuk itu, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Alfina Baharuddin S, SKM.,

M.Kes selaku pembimbing I dan Bapak Nasruddin, SKM., M.Kes selaku

pembimbing II yang telah senantiasa meluangkan waktu di sela-sela


vii

kesibukannya untuk membimbing penulis sebagaimana apa yang telah

menjadi tanggung jawab Ibu dan Bapak sebagai pembimbing dalam

pengerjaan skripsi ini.

Secara khusus hasil penelitian ini dipersembahkan sebagai wujud

terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Muh Arif dan Ibunda

Susannawati yang dengan tulus memberikan kasih sayang, pengorbanan,

do’a dan nasehat maupun materi serta dorongan sehingga penulis dapat

menempuh pendidikan hingga selesai.

Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak H.M.Mokhtar Noer Jaya,SE,M.Si selaku Ketua Pengurus

Yayasan Badan Wakaf Universitas Muslim Indonesia.

2. Bapak Prof. Dr. Basri Modding selaku Rektor Universitas Muslim

Indonesia.

3. Ibu Dr. Suharni A. Fahchrin,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

4. Dr. Arman, SKM., M.Kes selaku wakil dekan I, bapak Dr. Samsualam,

SKM, S.Kep,Ns., M.Kes selaku wakil dekan II, bapak Dr.dr. H.A.M.

Mulltazam., M.Kes selaku wakil dekan III, bapak Dr.dr.H.Muh.Khidri

Alwi, M.Kes., M.Ag selaku Wakil Dekan IV Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas muslim Indonesia.


viii

5. Bapak Dr. Andi Surahman Batara, SKM., M.Kes selaku Ketua program

studi kesehatan masyarakat dan Ibu Hasriwiani Habo, SKM.,

M.Kes.,Ph.D selaku sekretaris program studi kesehatan masyarakat.

6. Bapak Prof Dr.Drg.H.Masriadi,SKG,SKM,S.Pdi,M.Kes,M.H selaku

penguji I dan Ibu Septianty,S,Gz,M.Kes selaku Penguji II yang telah

meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan masukan dalam

pembuatan skripsi.

7. Kepada seluruh pekerja pada bengkel-bengkel las yang ada di

kelurahan pampang selaku responden dalam penelitian ini yang telah

meluangkan waktunya untuk penelitian.

8. Sahabat Penulis Iriyani Malik yang telah memberikan dukungan dalam

pembuatan skripsi ini.

9. Saudara Henri yang telah memberikan dukungan serta selalu menjadi

pengingat yang baik dalam pengerjaan skripsi ini

10. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat

Angkatan 2016 khususnya Peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3), terimakasih atas kebersamaan, bantuan dan dukungan

serta motivasi yang luar biasa selama bersama menimba ilmu di

Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini

masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat


ix

membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah

wawasan dan ilmu pengetahuan kepada pembaca.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Maret 2022

Peneliti
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk

diperhatikan bagi semua tenaga kerja. Pada kenyataannya

keselamatan dan kesehatan kerja juga masih sangat kurang memadai

dan kurang mendapat perhatian dari instansi terkait serta masih

banyak tenaga kerja yang kurang memperhatikan keselamatan dan

kesehatan untuk diri sendiri (Pane,2017).

Bengkel las merupakan salah satu tempat kerja dimana

memiliki resiko dan bahaya dalam kecelakaan dan penyakit kerja.

Selama pengelasan akan timbul radiasi sinar ultraviolet yang

menyebabkan kelelahan pada mata, penglihatan kabur, dan lain

sebagainya. Proses pengelasan menyangkut panas, polusi udara

yang terbentuk dari proses pengelasan, serta menyebabkan resiko

kebakaran dan peledakan yang memerlukan tindakan pencegahan

dari gangguan kesehatan (Widharto, 2013).

Terjadinya gangguan pada pekerja las tersebut erat kaitannya

dengan pekerja tidak mengikuti Standard Operating Prosedur (SOP),

ketidak hati-hatian saat bekerja tidak menggunakan APD, hal ini dapat

disebabkan oleh karena pengetahuan pekerja yang masih kurang dan

sikap kurang peduli terhadap kesehatan dan dampak dari pekerjaan

yang dapat membahayakan kesehatan, dan tindakan yang buruk

1
2

terhadap pemakaian APD tidak tepat, seperti tersedia kaca mata

tetapi tidak menutup seluruh mata (Dalimunthe, 2018).

Menurut Accupational Safety and Health Administration

(OSHA), Personal Protective Equipment (PPE) atau alat pelindung diri

(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi

pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak

dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia,

biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya (Lagata, 2015).

Berdasarkan data Internasional Labour Organitazion (ILO)

tahun 2013 satu pekerja di dunia ini meniggal setiap 15 detik karena

kecelakaan kerja, setiap tahun terjadi sebanyak 337 juta kecelakaan

kerja diberbagai Negara yang mengakibatkan sekitar 3 juta orang

pekerja kehilangan nyawa.

Menurut Departemen Kesehatan Tenaga Kerja dan

Kesejahteraan Di Indonesia sesuai data proyek dari yang dicetak pada

bulan Maret 2012 setiap tahun hamper 100 orang pekerja dibagian

pengelasan mengalami cedera sewaktu melakukan pekerjaan karena

sedikit saja kelaian atau tindakan berbahaya dapat menyebabkan

terjadinya kecelakaan kerja (Rorimpandey, 2014).

Departemen Buruh Amerika Serikat melaporkan bahwa cidera

mata mengakibatkan kerugian finansial sebesar 300 juta dolar tahun

yang disebabkan kehilangan hari kerja, membayar biaya perawatan,

dan biaya kompensasi. Sekitar 54% dari seluruh kasus eye injury
3

terjadi pada pekerja yang berumur antara 25-44 tahun pada tahun

2008 di Amerika Serikat(Yuda,2019).

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada beberapa

bengkel las di kelurahan pampang, terdapat beberapa bengkel

diantaranya yang tidak menyediakan alat pelindung diri (APD) bagi

pekerja yang bekerja di bengkel las, saat melakukan observasi awal di

kelurahan pampang peneliti melakukan wawancara lansung

padapekerja yang sedang bekerja, beberapa pekerja mengalami

pandangan kabur saat melakukan pengelasan dalam waktu yang lama

serta mengalami cedera ringan akibat percikan saat proses

pengelasan.

Pekerja pada bengkel las kelurahan pampang tidak hanya

melakukan proses pengelasan di tempat klerja tetapi juga melakukan

pemasangan lansung pada rumah konsumen. Setiap pekerja yang

ada di bengkel las kelurahan pampang memiliki sekitar 4-7 pekerja.

Mengingat bahwa pentingnya keselamatan dan kesehatan

para pekerja dalam bekerja maka peneliti tertarik untuk meneliti

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri

pada Bengkel Las di Kelurahan Pampang.


4

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut,

maka penulis merumuskan masalah dalam penlitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara Ketersediaan APD dengan

penggunaan Alat Pelindung Diri pada pekerja Bengkel Las di

Kelurahan Pampang?

2. Apakah ada hubungan antara Pengetahuan dengan penggunaan

Alat Pelindung Diri pada pekerja Bengkel Las di Kelurahan

Pampang ?

3. Apakah ada hubungan antara Pengalaman Kerja dengan

penggunaan Alat Pelindung Diri pada pekerja Bengkel Las di

Kelurahan Pampang?

4. Apakah ada hubungan antara Motivasi Kerja dengan Penggunaan

Alat Pelindung Diri pada pekerja Bengkel Las di Kelurahan

Pampang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor yang memengaruhi penggunaan

apd pada pekerja bengkel las di kelurahan pampang

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui faktor yang memengaruhi ketersediaan apd dengan

penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang
5

b. Mengetahui faktor yang memengaruhi pengetahuan dengan

penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang

c. Mengetahui faktor yang memengaruhi pengalaman kerja

dengan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bengkel

las di kelurahan pampang

d. Mengetahui faktor yang memengaruhi motivasi kerja dengan

penggunaan alat pelindung diri pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti

Dapat digunakan sebagai penerapan ilmu K3 yang telah

diperoleh dari bangku perkuliahan serta dapat dijadikan sebagai

bahan masukan berupa ilmu yang bermamfaat bagi mahasiswa

sehingga dapat diterapkan saat memasuki dunia kerja

2. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini dapat menambah literature bacaan

tentang Hubungan pengetahuan dan sikap pekerja dengan

penggunaan alat pelindung diri pada bengkel las di kelurahan

pampang

3. Manfaat praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan

pertimbangan bagi perusahaan itu sendiri dalam memberikan


6

asupan energi bagi tenaga kerja yang sesuai dan mengetahui

hubungan pengetahuan dan perilaku pekerja dengan penggunaan

alat pelindung diri pada bengkel las di kelurahan pampang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Alat PelindungDiri


1. Pengertian Alat Pelindung Diri

Alat Pelindung Diri didefinisikan sebagai alat yang digunakan

untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan

oleh adanya kontak dengan bahaya (hazard) ditempat kerja, baik

yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan

lain-lain. APD merupakan salah satu bentuk upaya dalam

menanggulangi resiko akibat kerja. Dalam dunia kerja, penggunaan

Alat Pelindung diri (APD) sangat dibutuhkan terutama pada

lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya bagi kesehatan dan

keselamatan kerja seperti pada industri pengecoran logam, atau

industri-industri lainnya (Aswar,2016).

Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat

keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi

seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya paparan

potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit

akibat kerja (Novianto,2015).

Alat pelindung diri (APD) yang tepat akan memberikan

perlindungan optimal pada penggunanya. Oleh karena itu,

penggunaan APD memiliki peran penting dalam penerapan sistem

K3 yang baik. dalam penelitian mengenai praktek keamanan

7
8

dancidera serta penanganan identifikasi bahaya bahwa APD

memiliki peran dalam mengurangi bahaya kerja dan cidera, serta

mengurangi dampak risiko kecelakaan yang mungkin terjadi pada

lantai produksi (Zamani, 2014).

Berdasarkan Permenaker No 8 tahun 2011 Alat Pelindung

Diri adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk

melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau

seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja (Novianto, 2015).

2. Jenis-jenis Alat PelindungDiri

Alat pelindung diri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan

fungsinya, antara lain:

a. Alat PelindungKepala

1) Helm (Safetyhelmet)

Helm (Helmet) sangat penting digunakan sebagai

pelindug kepala, dan sudah merupakan keharusan bagi setiap

pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar benar

sesuai peraturan

2) Safetyhelmet

Safety Helmet dipakai untuk melindungi kepala dari

bahaya kejatuhan, terbentur dan terpukul oleh benda-benda

keras (Lagata, 2015).


9

3) Hood

Hood digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya

dari bahan-bahan kimia, api, dan panas radiasi yang tinggi

(Lagata, 2015).

b. Alat Pelindung Mata Kacamata (SafetyGlasses)

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata

dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup

angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil

yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Maka dari itu pekerja

atau buruh hrus mengunakan alat pelindung mata

ataukacamata (Lagata,2015).

c. Alat pelindung Pernafasan Masker (SafetyMask)

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk

pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu

sediri.Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai

sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya

serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong (Lagata, 2015).

d. Alat Pelindung Pendengaran

1) Ear plug dan Ear Muff

Ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-

bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume

suara yangcukup keras dan bising.Terkadang efeknya buat

jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising


10

tanpa penutup telingaini. Alat pelindung telinga terdiri dari 2

macam,yaitu:

2) Sumbat Telinga (EarPlugs)

Penyumbat telinga Ear plug yang pemakainnya di

masukkan diseluruh telinga bagian luar, dibuat untuk semua

ukuran digunakan di tempat kerja dengan intensitas

kebisingan antara 85-95 dB dan kemampuan atenansinya

(daya lindung) 25-30 dB (Lagata, 2015).

3) Tutup Telinga (EarMuffs)

Ear muff merupakan pelindung telinga yang terbaik,

bentuknya menutupi seluruh daun telinga dengan ikat kepala

(headband) (Lagata, 2015).

e. Alat PelindungTangan

1) SarungTangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa

jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung tangan

adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam

selama menjalankan kegiatannya. Menurut bentuknya,

sarung tangan dapat dibedakanmenjadi:

2) LeatherGloves

Leather gloves digunakan untuk melindungi dari

percikan, panas yang sedang, pukulan, chip atau benda

tajam.
11

3) Aluminized Gloves

Aluminized gloves digunakan untuk pengelasan,

pemanasan dan pekerjaan pengecoran logam karena

memberikan perlindungan terhadap panas (Lagata, 2015).

4) Aramid Fiber Gloves

Amarid adalah material sintetik yang melindungi dari

panas dan dingin yang dapat dibuat menjadi sarung tangan

yang resisten terhadap pemotongan dan abrasif (Lagata,

2015).

5) Coated Fabric Gloves

Sarung tangan jenis ini biasanya dibuat oleh

manufaktur dari bahan katun halus dengan dengan

nappingpada salah satu sisi (Lagata, 2015).

6) FabricGloves

Fabrik gloves dapat melindungi dari kotoran,

karat,gosokan yang lecet. Sarung tangan ini dapat

memberikan perlindungan dari material yang kasar, tajam

dan berat (Lagata, 2015).

f. Alat Pelindung Badan dari Ketinggian

1) Tari pengaman (SafetyHermess)

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan

kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang

membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atausafety


12

belt. Fungsi utama tala penganman ini adalah menjaga seorang

pekerja dari kecelakaan kerja (Aswar, 2016).

g. Alat Pelindung Kaki

1)Sepatu Kerja (SafetyShoes)

Sepatu kerja (Safety Shoes) merupakan perlindungan

terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu memakai

sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan

dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau

kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah (Aswar,2016).

h. Alat Pelindung Badan

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi

badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang

sehat atau yang bisa melukai badan (Aswar, 2016)

1) Apron

Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus

membiasakan diluar baju kerja. Apron kulit dipakai untuk

perlindungan dari hambatan panas nyala api (Lagata, 2015).

2) PakaianPelindung

Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat

dari kulit, maka pakaian biasa akan terhindar dari percikan

api terutama pada waktu mengelas dan menempa. Lengan

baju jangan digulung, sebab lengan baju akan melindungi

tangan dari sinar api (Lagata,2015).


13

3) Baju Parasut(Jumpsuit)

Direkomendasikan untuk dipakai pada kondisi beresiko

tinggi seperti menangani bahan kimia yang bersifat

karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak.

Bahan dari peralatan perlindungan badan ini

haruslahmampu memberikan perlindungan kepada pekerja

laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap

lembab, dan radiasi (Lagata, 2015).

3. Dalam Kondisi Apa dan Bagaimana APDdigunakan

Adapun kondisi-kondisi yang memerlukan alat pelindung diri

(APD)adalah:

a. Pelindung Kepala(Hardware)

Alat pelindung digunakan untuk melindungi kepala dari

bahaya terbentur benda tajam atau keras, bahan-bahan kimia,

api dan panas, radiasi yang tinggi, dari kotoran atau degu dan

dari mesin-mesin yangberputar.

b. Pelindung Mata

Alat pelindung untuk digunakan melindungi mata dari

percikan dari bahaya korosif, debu, dan partikel-partikel kecil

yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan

iritasi mata dan radiasi gelombang.


14

c. Pelindung Telinga

Alat pelindung telinga digunakan sebagai penghalang antara

sumber bising dan telinga dalam. Selain dapatmelindungi telinga

dari ketulian akibat kebisingan tetapi juga untuk melindungi

telinga dari percikan api atau logam-logam yang panas.

d. Pelindung Pernapasan

Alat pelindung pernapasan digunakan untuk melindungi

pernapasan dari resiko paparan gas, uap, debu, dan kontaminan

lain.

e. PelindungTangan

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung

yang digunakan untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari

pajanan api, suhu panas atau dingin, radiasi elektromagnetik,

radiasi mengion, pukulan dantergores.

f. PakaianPelindung

Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi badan

sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur

panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda

panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas,

uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan

bahan, tergores, radiasi, binatang, mikro-organisme patogen dari

manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus,

bakteri dan jamur.


15

g. Pelindung Kaki

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dari

tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,tertusuk,

terkena cairan panas atau dingin dan uap panas (Zahara, 2017).

4. Potensi Bahaya yang Dikurangi pada Penggunaan Alat Pelindung

Diri Adapun potensi bahaya yang dapat dikurangi pada

penggunaan alat pelindung diri adalah:

a. Masker

Penyakit yang timbul dari adanya paparan debu adalah

bisynosys, penyakit ini apabila dibiarkan bisa berakibat kematian,

karena debu kapas yang terhirup akan berakumulasi di paru-

paru 5 sampai 10 tahun. Pengendalian untuk potensi bahaya ini

adalah dengan pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) berupa

masker. Pengawasan kepada karyawan tentang pemakaian APD

masker juga harus diperhatikan, karena hasil observasi lapangan

masih banyak ditemukan karyawan yang belum memakai APD

masker dan tidak memakai APD masker dengan benar (Zamani,

2014).

b. Ear plug dan Earmuff

Jika seseorang setiap harinya terpajan kebisingan yang

melebihi ambang batas dan tanpa memakai ear plug, akan

berakibat menurunnya daya pendengaran dan bahkan bisa

sampai mengakibatkan tuli permanen.


16

Pengendalian untuk potensi bahaya ini adalah dengan

pemakaian ear plug dan ear muff. Menurut Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transimigrasi Republik Indonesia Nomor

Per.08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri dalam pasal 2

ayat 1 dan 3 menyebutkan bahwa pengusaha wajib

menyediakan APD bagi pekerja atau buruh di tempat kerja, APD

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan oleh

pengusaha secara cuma-cuma (Zamani,2014).

c. Sarung Tangan

Jari teriris benda tajam hampir selalu terjadi ketika

melakukan lapping, sumber bahaya dari potensi bahaya ini

adalah pisau yang digunakan untuk lapping. Lapping dilakukan

menggunakan pisau khusus ukuran kecil dengan ujungnya

melengkung. Pengendalian untuk potensi bahaya ini adalah

dengan pamakaian APD (Gloves) atau sarung tangan, ini

bertujuan untuk menghindari tangan atau jari teriris pisau pada

saat lapping. Kemudian pemasangan safety sign berupa

pemakaian wajib sarung tangan pada saat lapping yang

dipasang pada bagian mesin ring spinning (Zamani, 2014).

d. Sepatu Safety

Untuk tingkat keparahan yang ditimbulkan dari terpeleset

akibat lantai yang licin adalah hampir cedera atau kejadian yang

hampir celaka yang tidak mengakibatkan cedera atau tidak

memerlukan perawatan kesehatan.


17

Untuk pengendalian potensi bahaya ini adalah dengan

pemakaian APD (Safety shoes), untuk penggunaan safety

shoes, berdasarkan hasil wawancara dengan ketua K3, safety

shoes berupa sepatu dengan alas yang berbahan karet,

sehingga mengurangi resiko terjadinya terpeleset akibat lantai

yang licin (Zamani, 2014).

e. Rompi

Pekerja harus memakai alat pelindung badan apabila

berdasarkan analisis potensi bahaya menunjukkan kemungkinan

pekerja terkena luka, cacat atau penurunan kesehatan melalui

badan akibat kerja. Beberapa contoh potensi bahaya tersebut

antara lain percikan material, pukulan ringan, terbakar, tertusuk,

tergores, percikan bahan kimia. Alat pelindung ini terpaksa harus

dipakai apabila pengendalian bahaya secara teknis dan

administrasi tidak bisa dilakukan maksimal (Solichin, 2014).

f. Helm

Secara umum pelindung kepala harus ,tahan terhadap

benda jatuh,menyerap enerji benturan, tahan air atau bahan

kimia tertentu, tidak mudah terbakar dan enak dipakai dan bisa

distel (Zamani, 2014)

g. Kacamata

Pekerja harus mengenakan pelindung mata dan muka

apabila ada ancaman bahaya luka pada mata atau muka di

dalam pekerjaannya. Ancaman bahaya untuk mata dan muka di

antaranya:
18

1) Material yang terlempar seperti debu, pasir, serpihan logam

2) Semua yang memancarkan panas berbahaya

3) Percikan bahan kimia, iritasi mata, uap dan asap

4) Debu masuk ke mata atau mengenai muka

5) Radiasi dan kesilauan.

B. Tinjauan Umum Tentang Pengelasan

1. Pengertian Pengelasan

Banyak institusi maupun para ahli yang mendefinisikan

tentang pengelasan. Namun secara umum pengelasan (welding)

adalah salah satu tehknik penyambungan logam dengan cara

mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau

tanpa tekanand dan dengan atau tanpa logam penambah dan

menghasilkan sambungan yang kontinyu (Noviandry, 2013).

Menurut Deutsche Industrie Normen (DIN) (2008) las adalah

ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang

dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, dari defenisi tersebut

dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa las adalah sesuatu proses

dimana bahan dan jenis yang sama digabungkan

menjadisatusehingga terbentuk suatu sambungan melalui ikatan

kimia yang dihasilkan dari pemakaian panas dari tekanan.

Menurut Wiryosumarto (2000), las adalah suatu cara untuk

menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui

pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan diperlukan

beberapa persyaratan yang harus dipenuhiyakni:


19

a. Bahwa benda cair tersebut dapat cair/lebur olehpanas

b. Bahwa antara benda-benda padat yang disambung tersebut

terdapat kesesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan

atau menggagalkan sambungantersebut.

c. Bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda

padat dan tujuan penyambungan.

2. Jenis-jenis Las

Menurut Yuda 2019 jenis-jenis las terdiri dari:

a. Las Busur dengan Elektroda Berselaput Fluks

Jenis las listrik ada sudah dikenal umun dan banyak

penggunaannya. Listrik yang terjadi di antara elektroda dan

bahan bakar dasar akan mencairkan elektroda dan sebagian

besar selaput elektroda. Setelah terbakar, elektroda tersebut

akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi kawat las,

busur listrik, ujung elektroda, dan daerah sekitar busur listrik dari

pengaruh oksidasi.

b. Las Busur Gas MIG (Metal Inert Gas)

Las ini menggunakan kawat las yang berfungsi sebagai

elektroda. Elektroda tersebut berupa gulungan kawat yang

gerakannya diatur oleh motor listrik. Kecepatan elektroda dapat

disesuaikan dengan kebutuhan. Biasanya las jenis ini untuk

pengelasan baja karat dan alumunium. Gas yang digunakan

adalah argon atau campuran argon dan helium.


20

c. Las Busur Rendam

Las busur rendam menggunakan fluks serbuk sebagai

pelindungnya. Pada saat pengelasan, fluks serbuk mencair dan

membeku menutupi las. Sebagian fluks serbuk yang tidak

mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak las.

d. Las Busur Gas TIG (Tungsten InertGas)

Las busur gas TIG menggunakan elektroda wolfram.

Busur listrik yang terjadi antar ujung elektroda wolfram dan

bahan dasarnya merupakan sumber panas, dan tidak ikut

mencair saat terjadi busurlistrik.

e. Las Tahanan Listrik atau LasBubur

Las jenis ini adalah cara mengelas dengan menggunakan

hambatan listrik yang terjadi antara dua logam yang akan

disambungkan. Prinsipnya adalah menyambungkan dua bagian

logam atau lebih dengan cara pelelehan dengan busur listrik.

Cara mengaitkan busur nyalanya adalah mendekatkan elektroda

las benda kerja pada jarak beberapa milimeter.

Harusdipastikanada arus listrik mengalir ke elektroda dan benda

kerja. Elektroda ditarik sedikit demi sedikit menjauhi benda kerja.

Jarak antara elektroda dengan bthenda kerja disebut panjang

busur nyala. Suhu busurnya sekitar 3800, dimana dengan suhu

yang tinggi tersebut elektroda dan logam akan meleleh.


21

3. Bahaya Pengelasan

Menurut Yasari (2008), potensi bahaya pada saat melakukan

pengelasan antara lain:

a. Bahaya Cahaya/ Sinar Cahaya dari busur las dapat digolongkan

pada sifatnya yaitu cahaya yang dapat dilihat, ultra violet dan

infra merah. Cahaya tersebut tergolong dalam radiasi bukan

pengion (non-ionizing). Bahaya cahaya (radiasi cahaya) ini

dapat menimbulkan luka bakar, kerusakan mata dan kerusakan

kulit.

b. Bahaya asap dan gas las asap las (fume) yang ada selama

pengelasan terutama terdiri dari oksida logam. Asap ini

terbentuk ketika uap logam terkondensasi dan teroksidasi.

Komposisi asap ini tergantung pada jenis logam induk, logam

pengisi, flux dalam permukaan atau kontaminasi pada

permukaan logam. Gas-gas berbahaya dapat menyebabkan

kerusakan pada sistem pernafasan juga bagian tubuh tertentu.

Adapun gas-gas berbahaya yang terjadi pada waktu

pengelasan adalah gas CO,CO2, NO, dan ozon

c. Bahaya percikan api

Selama dalam proses pengelasan menghasilkan

percikan dan terak las. Percikan dan terak las apabila mengenai

kulit dapat menyebabkan luka bakar. Oleh karena itu, juru las

harus dilindungi agar terhindar dari hal ini terutama apabila


22

harus melakukan pengelasan tegak dan pengelasan diatas

kepala.

d. Bahaya kebakaran

Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara

api pengelasan dengan bahan-bahan yang mudah terbakar

seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya yang

mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena

kabel yang menjadi panas yang disebabkan karena hubungan

yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya

kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

e. Bahaya jatuh

Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang

tinggi akan selalu ada bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya

ini dapat menimbulkan 14 luka ringan ataupun berat bahkan

kematian karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan.

f. Bahaya listrik

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung ada

besarnya arus dan keadaan badan manusia.

C. Tinjauan Umum tentang Pengetahuan

1. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek

tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra yakni indra


23

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo,2003:127).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

akan bersifat langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini

adalah praktik pekerja terhadap prosedur keselamatan dan

kesehatan kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Faktor yang

mempengaruhi pengetahuan 36 adalah pengalaman individu

terhadap sesuatu objek dan informasi yang diterima oleh individu

terutama tentang pencegahan kecelakaan kerja industri.

b. Tingkatpengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Pane 2017 dalam domain

kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu

c. Tahu(know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori

yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

Misalnya tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin

C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam

berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepty, dan

sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang


24

tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan

misalnya,apa tanda- tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab

penyakit TBC, bagaimana cara melakukan pemberantasan

sarang nyamuk, dansebagainya.

d. Memahami(comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang

objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami

cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya

sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras),

19 tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup,

menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan

airtersebut.

e. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain misalnya,

seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia

harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di

tempat ia bekerja atau di mana saja. Orang yang telah paham

metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal

penelitian di mana saja, dan seterusnya.


25

f. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan

seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila

orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap

pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan

antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat

membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi,

dansebagainya.

g. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki dengan

kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya,

dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat

sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat

membuat kesimpulan tentangartikel.

h. Evaluasi(evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek


26

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau norma- norma yang berlaku

di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,

seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan

sebagainya.

i. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Pane 2018 faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

1) Faktor Internal

a. Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat berulang

tahun menurut Nursalam yaitu semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir danbekerja.

b. Pendidikan

Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita

tertentu. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga bisa meningkatkan kualitashidup.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin

mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula


27

pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang

kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

c. Pekerjaan

Keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih ke

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang banyak 22 tantangan. Bekerja umumnya

merupakan kegiatan menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

Menurut Depkes RI, mengemukakan perhatian

wanita di dalam keluarga masih kurang diperhatikan

dibandingkan dengan laki-laki, misalnya wanita

mengeluarkan energi lebih banyak di dalam keluarga.

Wanita yang bekerja sesampainya di rumah tidak bisa

langsung istirahat, karena umumnya mempunyai banyak

peran di rumah seperti memasak, menyiapkan makan,

membersihkan rumah sehingga waktu untuk membaca

ataupun mendengarkan informasi dari radio dan televisi

berkurang.
28

2) Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok

b. Social budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

D. Tinjauan Umum tentang Ketersediaan APD

Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan

bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan secara

cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada

pekerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi

setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai

dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai

pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Alat pelindung diri harus

tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja.

Pemerintah telah mengatur dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrsasi nomor 08 tahun 2010 tentang APD pasal 2

ayat 1 menyebutkan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi

pekerja/buruh di tempat kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi nomor 08 tahun 2010 tentang APD pasal 2 ayat 3


29

menyebutkan bahwa APD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma.

E. Tinjauan Umum tentang Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja karyawan merupakan gambaran dari

tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh

seorang karyawan dalam bekerja yang dapat diukur dari masa kerja

dan jenis pekerjaan karyawan. Perkembangan jabatan yang dialami

seorang karyawan hanya terjadi apabila karyawan tersebut menjalani

proses belajar dan pengalaman yang dimiliki, dan diharapakan

karyawan terebut mempunyai sikap kerja yang maju, memiliki

pengetahuan yang baik yang dimilki karyawan tersebut dan memiliki

keterampilan kerja yang dimilki oleh karyawan tersebut (Pitriyani,

2020).

a. Manfaat Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu modal utama

selain tingkat pendidikan, apabila seseorang ingin memasuki dunia

kerja. Pengalaman kerja yang dimiliki oleh seseorang didalam dunia

kerja kadang-kadang lebih dibutuhkan dari pada tingkat pendidikan

yang tinggi. Maka pengalaman kerja bermanfaat untuk:

1) Pengalaman kerja dapat berpengaruh terhadap kecarmatan

individu dalam memberikan suatu persepsi.

2) Melalui pengalaman kerja yang dimiliki, kualitas teknik dan

keterampilan karyawan semakin meningkat, maka karyawan


30

tersebut dapat menyelesaikan tugas yang diberikan secara

efektif dan efisien, sehingga akan meningkatkan produktivitas

kerja karyawan.

b. Faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja

Menurut Hani Handoko faktor-faktor yang mempengaruhi

pengalaman kerja sebagai berikut:

1.Latar belakang pribadi mencakup pendidikan,kursus

latihan,bekerja untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan

seseorang di waktu yang lain.

2. Bakat dan minat (optitude and interest), untuk memperkirakan

minat dan kepastian atau kemampuan seseorang.

3. Sikap dan kebutuhan (attitudes dan needs) untuk meramalkan

tanggung jawab dan wewenang seseorang.

4.Kemampuan-kemampuan analisis dan manipulatif, untuk

mempelajari kemampuan penilaian dan penganalisaan.

5)Keterampilan dan kemampuan teknik, untuk menilai

kemampuan dalam aspek-aspek teknik pekerjaannya

c. Menurut Indrawan (2017) Indikator pengalaman kerja yaitu:

a)Lama waktu/masa kerja

Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah

ditempuh sseseorang dapat memahami tugas-tugas pekerjaan

dan telah melaksanakan dengan baik.

b)Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.


31

Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur,

kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh pegawai.

Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami

dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan.

Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang

dibutuhkn untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau

pekerjaan.

c)Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan.Tingkat

penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek-aspek tehnik

peralatan dan tehnik pekerjaan

F. Tinjauan Umum tentang Motivasi Kerja

Motivasi kerja manusia di timbulkan atau dimulai dengan

adanya motivasi, banyak fisikolog yang memakai istilah yang berbeda

beda dalam menyebut sesuatu yang menimbulkan perilaku tersebut.

Ada yang menyebutnya sebagai motivasi (motivation) atau motiv,

kebutuhan (net), desakan (urgen), keinginan (wish), dorongan (drive).

Dalam penulisan ini kita menggunakan istilah motivasi (Chair, 2020).

Motivasi merupakan suatu pembentukan perilaku yang

di tandai bentuk-bentuk aktivitas atau kegiatan melalui

proses psikologis. Baik yang di pengaruhi oleh faktor intrinsik

maupun ekstrinsik yang dapat mengarahkanya dalam

mencapai apa yang di inginkan


32

Menurut Mangkunegara (2013) faktor yang mempengaruhi

pencapaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Faktor Kemampuan

2. Faktor Motivasi

Menurut Kasmir (2016) mengemukakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja kariyawan sebagai berikut:

1. Kemampuan dan keahlian

2. Pengetahuan

3. Rancangan kerja

4. Kepribadian

5. Motivasi kerja

6. Kepemimpinan

7. Gaya kepemimpinan

8. Budaya organisasi

9. Kepuasan kerja

10. Lingkungan kerja

11. Loyalitas

12. Komitmen

13. Disiplin kerja

Tujuan motivasi kerja menurut Sunyoto (2012)

mengungkapkan sebagai berikut:

1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan

2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja kariyawan


33

3. Meningkatkan produktivitas kerja kariyawan

4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan kariyawan

5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi

kariyawan

6. Mengefektifkan pengadaan kariyawan

7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi kariyawan

9. Meningkatkan kesejahteraan kariyawan

10. Mempertinggi rasa tanggungjawab kariyawan terhadap tugas-

tugasnya

Menurut Mangkunegara (2013) ada beberapa prinsip motivasi

kerja kariyawan, yaitu:

1. Prinsip partisipasi

Dalam upaya motivasi kerja, pegawai perlu diberikan

kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang

akan dicapapai oleh pemimpin

2. Prinsip komunikasi

Pemimpin mengomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Dengan

informasi yang jelas, pegawai akan lebih muda dimotivasi

kerjnya
34

3. Prinsip pengakuan adil bawahan

Pemimpin mengakui bahwa (pegawai mempunyai adil

dalam usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut,

pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya

4. Prinsip pendelegasian wewenang

Pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang

kepada pegawai untuk sewaktu-waktu dapat mengambil

keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan, alkan membuat

pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk

mencapai tujuan yang diharapkan pemimpin.

5. Prinsip memberi perhatian

Pemimpin yang memberikan perhatian terhadap apa

yang di inginkan pegawai, akan motivasi pegawai tersebut

dalam bekerja sesuai dengan harapan pemimpin

Indikator motivasi kerja terdapat beberapa indikator dalam

motivasi kerja sebagaimana di ungkapkan oleh para ahli. Teori teori

hirarki kebutuhan maslow dalam Ulber Silalahi (2015)

mengungkapkan bahwa manusia terdorong untuk melakukan usaha

memuaskan 5 kebutuhan dasar yang belum terpuaskan yang melekat

pada diri manusia itu sendiri. Maslow menjelaskan hierarki kebutuhan

sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)

2. Kebutuhan keamanan (savety needs)


35

3. Kebutuhan sosial (social needs)

4. Kebutuhan pengakuan
36

E. Tinjauan Umum Tentang Tabel Sintesis

Metodologi
No Judul Penelitian Tujuan Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan
Penelitian
1. Hubunan Antara Penelitian ini Peneltian ini Hasil Penelitian ini Berdasarkan hasil
Pengatahuan dan dilakukan untuk merupakan survey menunjukan bahwa penelitian dapat
Sikap dengan mengetahi hubungan analitik dengan sebagian besar disimpulkan bahwa
Tindakan anatara pengetahuan rancangan cross (82,1%) pekerja terdapat hubungan
Penggunaan Alat dan sikap dengan sectional (potong pengelasan memiliki antara pengetahuan
elindung Diri pada tindakan peggunaan lintang)1 pengetahuan baik, dengan tindakan
Pekerja Pengelasan alat pelindung diri 15,4% penegtahuan pengguanaan APD
dibengkel Las Kota pada pekerja cukup, dan 1,9% pada pekerja
Manado pengelasan dibengkel penegtahuan pengelasan dan
las kota manado kurang. Sebagian terdapat hubungan
besar (71,2%) antara sikap dengan
memiliki sikap tindakan
positif dan 28,8% penggunaan APD
memiliki sikap pada pekerja
negative. pengelasan
Tindakan baik
sebesar 50% dan
tindakan kurang
50%. Hasil uji
sperman rank untuk
pengetahuan
dengan tindakan
penggunaan APD
mempunyai nilai

33
37

p=0,012 dan untuk


sikap dengan
tindakan peggunaan
APD mempunyainila
p= 0,003.
2. Faktor Yang Penelitian ini Penelitian ini Hasil penelitian 1. Ada hubungan
Berhubungan bertujuan untuk menggunakan metode menunjukan antara lama kerja
Dengan Kecelakaan mentahui faktor yang survey analitik degan terdapat hubungan dengan
Kerja Pada Bengkel berhubungan dengan pendekatan cross antara lama kerja kecelakaan kerja
Las di Bengkel Las kecelakaan kerja sectional studi untuk (ρ=0,023) dan pada pekerja las
diKota Makassar pada pekerja las di mengetahui faktor penggunaan alat dibengkel las
bengkel las kota yang berhubungan pelindung rumbia jaya dan
Makassar tahun2018 dengan kecelakaan diri(ρ=0,00) dengan 36 jayatahun 2018
kerja pada pekerja kecelakaan kerja dengan ρ Value
bengkel las dibengkel pada pekerja las =0,023. Pekerja
las kota Makassar dibengkel las las yang bekerja
tahun 2018 rumbia jaya dan 36 lebih lama dari
jaya kota Makassar waktu kerja
tahun 2018 dan normal cenderung
berdasarkan hasil menimbulkan
analisis multivariate risiko kejadian
penggunaan alat kecelakaan kerja
pelindung diri sangat besar.
merupakan faktor 2. AD hubungan
yang paling kuat anatara
hubungannya Pengguanaan alat
dengan kecelakaan pelindung diri
kerja pada pekerja dengan

34
38

las di bengkel las kecelakaan kerja


rumbia jaya dan 36 pada pekerja ls
jaya kota makassar dibengkel las
nilai OR(ExpB) rmbia jaya dan
0,758. 36jayatahun 2018
dengan ρ Value=
0,00. Penggunaan
alat pelindung diri
sanagat
dibutuhkan untuk
mencegah
bahayadanmenjag
a pekerja tetap
aman.
3. Variabela alat
pelindung diri
merupakan faktor
yang paling kuat
hubungannya
dnegena
kecelakaan kejrha
pada pekerja las
dibengkel las
rumbia jaya dan
36 jaya di kota
Makassar nilai OR
(ExpB) 0,758.

35
39

3. Beberapa Faktor Tujuan penelitian ini Metodologi dalam Hasil dalam 1. Sebagian besar
Yang Berpengaruh untuk mengetahui penelitian ini penelitian ini responden belum
Terhadap Perilaku faktor yang merupakan penelitian menunjukan bahwa melakukan
Keja Aman (Safety berpengaruh terhadap analitik dengan sebagian besar perilaku kerja
Behavior) Petani perilaku pekerja aman pendekatan responden tidak aman, 66,0% saat
Tembakau di petani tembakau di kuantitatif. Desain melakukan safety bekerja
Kabupaten kabupaten penelitian yang behavior (66,0%) dipertanian
Temanggung temanggung digunakan yaitu cross saat bekerja. Uji tembakau.
sectional chisquare 2. Terdapat
menunjukan hubungan
persepsi manfaat signifikan antara
(p= 0,025), persepsi persepsi manfaat
hambatan (p=0,025),
(p=0,001), efikasi persepsi
diri (p=0,000), dan hambatan(p=0,00
dudkungan keluarga 1),efikasi
(p=0,000) memiliki diri(p=0,000), dan
hubgan dukungan
yangsignifikan keluarga
dengan perilaku (p=0,000)dengan
petai tembakau. perilaku kerja
Analisis multiraviat aman tembakau
menunjukan bahwa 3. Tidak terdapat
faktor yang paling hubungan yang
berpengaruh signifikan antara
terhadapa perilaku pengetahuan
keselamatan petani (p=0,174)
tembakau adalah denganperilaku

36
40

dukungan keluarga kerja man petani


(p- value=0,000, tembakau
OR=6,990) 4. Variabel yang
berpengaruh
terhadap perilaku
pekerja aman
petani tembkau
yaitu persepsi
hambatan
(OR=2,742) dan
dukungan
keluarga
(OR=6,990)
Hubungan Lama Tujuan penelitian ini Metodologi dalam Hasil dalam 1. Ada hubungan
Kerja , Sikap Kerja, unutk mengtehui penelitian ini penelitian ini anataralamakerja,
4. dan Beban Kerja hubungan lama kerja menggunakan menunjukan bahwa dengan
Dengan sikap kerja dan beban observasional analitik ada hubungan muskuloskelt al
Muskuloskeletal kerja dengan dengan desain studi secara statistic disorder pada
Disorders ( MSDs) muskuloskeletas cross sectional (p<0,008) variabel petani sawah
Pada Petani Padi di disorders pada petani lama kerja (p= desa ahuhu
Desa Ahuhu padi di desa ahuhu 0,005) dan sikap kecamatan
Kecamatan Meluhu kecamatan meluhu kerja (p= < 0,018) meluhu kabupaten
Kabupaten Konawe kabupaten konawe serta bebab kerja konawe.
Tahun 2017 tahun 2017 yaitu (p < 0,00) 2. Ada hubungan
pada petani padi di anatara sikap
desa ahuhu kerja, dengan
muskuloskelt al
disorder pada

37
41

petani sawah
desa
ahuhukecamatan
meluhu kabupaten
konawe
3. Ada hubungan
anatara beban
kerja, dengan
muskuloskelt al
disorder pada
petani sawah
desa ahuhu
kecamatan
meluhu
kabupatenkonawe
Hubungan Lama Tujuan penelitian ini Penelitian ini Hasil penelitian 1. Ada hubungan
Kerja, gerakan untuk mengetahui merupakan penelitian menunjukan bahwa antara Lama kerja
5 Repetitif dan Postur observasional analitik ada hubungan dengan keluhan
Janggal Pada dengan rancangan antara lama kerja carpal tunnel
tangan Dengan penelitian cross dengan keluhan syndrome (CTS)
Keluhan Carpal sectional Carpel Tunnel pada pekerja
Tunner Syndrom Syndrom (p=0,032), pemecah batu
(CTS) Pada Pekerja ada hubungan dikecamatan
Pemecah Batu di anatara gerakan moramo utara
Kecamatan Moramo repetitive dengan kabupaten
Utara Kabupaten keluhan carpel konawe selatan
konawe Selatan tunnel syndrome tahun 2016
Tahun 2016 (p=0,020), da nada

38
42

hubungan antara 2. Ada hubungan


postur janggal pada antara gerakan
tangan dengan repetitive dengan
keluhan carpel keluhan carpal
tunnel syndrome tunnel syndrome
(p=0,014). (CTS) pada
pekerja pemecah
batu dikecamatan
moramo utara
kabupaten
konawe selatan
tahun 2016
3. Ada hubungan
antara postur
janggal tangan
DENGAN keluhan
carpal tunnel
syndrome (CTS)
pada pekerja
pemecah batu
dikecamatan
moramo utara
kabupaten
konawe selatan
tahun 2016
6. Occupational Health The purpose of this A descriptive survey The results showed It was also revealed
an Safety: Provision study was to assess of 75 employees from that the employees that employees in
of Appropriate the provision of PPE small scale industries in these workshops Mechanical,

39
43

Personal Protective to employees and the or workshops was were generally not Welding and
Equipment (PPEs) level of enforcementof conducted and data complyingwith Carpentry
for the was collected using a requirements for workshops in Mbala
Mechanical Welding occupationalhealth questionnaire in line provision of PPEs District of Zambia
and Carpentry and safety act 2010 with key ILO thematic with 28% of mostly are not
Workes in Mbala with other regulations, areas for workplaces employees reported complying with the
District of Zambia guidelines and not being provided provisions of the
standard operating with PPEs. Occupational Health
procedures in Emergency and Safety Act 2010
mechanical, welding preparedness and on general
and carpentry prevention in the provisions including
workshops in mbala workplaces was regulation 22 on
district, north also poor as none of provision and use of
provience in the the employees PPEs leading to
republic of Zambia reported being dangerous and
trained or inducted highly risky
in first aid workplace
management and environment. It was
0% had first aid kit further revealed that
at their workshop as all the employees
only 8% were from workshops
inducted. interviewed have
never been
inspected or audited
by Factory
Inspectors from the
Ministry of Labor
and Social Services

40
44

or from any other


authorized bodies
leading to lack of
legalenforcement.
The findings of this
study can be used
to update the health
and safety
conditions at
different
workplaces,
achieving many
socio-economic
benefits forZambia.
Intervention plans
like education,
awareness, and
regular medical
checkups should be
advocated which
help in prevention
and minimizing
workplace
exposures to
occupational
hazards. The
identification and
prevention of work-

41
45

related health costs


could result in
substantial savings
for the national
health system,
leading to themore
sustainable social
system. This study
provides the
baseline for
elaborative studiesin
the future.
7 Knowledge on the The aim of the study This cross sectional A total of 285 Forty three point five
health effects of is to determine the study was carried out respondents were percent of all the
welding smoke, use knowledge of welders among self-employed interviewed. Close respondents that
of ppe among electri- on health implication electric-arc welders, to two third of the used Face-mask
arc welders in Ilorin of welding smoke and their journeymen and respondents 185 during welding
south, north central use ofPPE apprentices with at (64.9%) had poor operation, reported
nigeria least six months knowledge of the always use of Face-
working experience in health effects of mask, 34.8% used
llorin south local welding smoth Face-mask often
government area. There was a while 21.7% used
Simple randomn statistically face-mask
sampling technique significant occasionally. Of the
was used inselecting relationship respondents that
the 285respondents between the used Eye-goggles
knowledge on during welding
health effects of operation, 51.3%

42
46

welding smoke and always used Eye-


the use of face- goggles, 23.1%
mask during often used Eye-
welding operation (p goggles while
= 0.0000). 23.6% used Eye-
goggles
occasionally
8. Factors Related to The study aims to This type of research The results showed The conclusions of
the Risk of determine the factors is a type of that there was an this study are: age,
Musculoskeletal associated with the quantitative research, influence of the age years of work,
Disorders in Welding risk of with a cross factor (p value = number of hours
Workshop Workers Musculoskeletal sectionalapproach 0,000), years of worked and number
in Lhokseumawe Disorders in welding service (p value = of hours of sleep are
City in 2019 workshop workers in 0,000), the number the causes of MSDs
the city of of hours worked (p risk in welding
Lhokseumawe value = 0.009) and workshop workers
the number of hours except the levelof
of sleep (p value = education whichis
0.009) on the risk of mostly high school
MSDs, but the
education factor did
not show the effect
which is significant
(pvalue = 0.548)
9. Awareness of The proper use of A cross-sectional The welders using Further research is
occupational safety measures by study of 300 welders PPE were those needed to identify
hazards and use of welders is an selected by simple who were aware of the underlying
safety measures importantway of random sampling from hazards and PPE. factors leading to

43
47

among welders: a preventing and/or three districts of There is a gap low utilisation of
cross- sectional reducing a variety of eastern Nepal was between being PPE despite the
study from eastern health hazards that conducted using a aware of hazards welders of eastern
Nepal they are exposed to semistructured and PPE (90%) and Nepal being
during welding. There questionnaire. Data use of PPE (47%) at knowledgeable of it.
is a lack of knowledge regarding age, work.
about hazards and education level,
personalprotectiveequ durationofemployment
ipments(PPEs) , and use of PPE
among
them.
10 Measuring A descriptive-cross The collected data This result indicated
Concentration sectional study was were compared with an
of Welding Fumes in carried out in welding NIOSH and ACGIH imperative need to
Respiratory Zones of workshops within the standards and the find alternative
Welders: An Ergo- Nahav and and the results were processes, provide
Toxicological use of PPE awareness of
Approach among the welders in hazards,safety
Nepal is limited. We measures and
designed a study to the actual use of
assess welders’ safetymeasures were
awareness of hazards recorded
and PPE, and the use
of PPE among the
welders of eastern
Nepal and to find a
possible correlation
between awareness

44
48

and the use of PPE awareness of ventilation systems exposure of welding


among the welders in hazards,safety for research shops may be referred to
Nepal is limited. We measures and and welding the posture at
designed a study to the actual use of spots, equip the research. The
assess welders’ safetymeasures were workers with quantitative aspect
awareness of hazards recorded presentedin respiratory masks, of ergonomics must
and PPE, and the use tables and diagrams carry out routine be done (Kalte et
of PPE among the check-ups so that al., 2014) and
welders of eastern their exposure to exposure
Nepal and to find a welding fumes can assessment in
possible correlation be reduced respiratory zones
between awareness must be conducted
Hamadan City of Iran with analysis of
welders’posture.
Exposure
assessment with
macro ergonomics
methods affect the
safety of climate in
occupational risk
assessment
(Khandan et al.,
2011, 2012).
Welding fume is
very fine and
exposure
assessment based

45
49

on nano-
particlesmust be
done as a new issue
in assessment and
gravimetric
methods; it is old-
fashioned and
doesn’t exactly need
exposure
assessment
(Taghavi et al.,
2013). The
executive program
from
exposure control
must be done in all
industries suchas
infection controlin
must be done in all
industries suchas
infection controlin

46
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang diTeliti

Secara umum Alat pelindung diri merupakan suatu alat yang

dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya

kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat

keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan alat pelindung

diri tidak menghilangkan atau mengurangi bahaya yang ada, peralatan

ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara

penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Zahara,

2017).

Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu perangkat yang

digunakan tenaga kerja untuk melindungi dirinya dari potensi bahaya

dan kecelakaan kerja yang mungkin dapat timbul di tempat kerja.

Penggunaan alat pelindung diri saat melakukan pekerjaan merupakan

suatu upaya pengendalian dari terpaparnya resiko bahaya di tempat

kerja. Upaya penggunaan alat pelindung diri menempati tingkat

pencegahan terakhir dalam hirarki pengendalian, namun penerapan

alat pelindung diri sangat di anjurkan (Yulita, 2019).

Dari beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan Alat

Pelindung diri pada pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang,

peneliti memilih ketersediaan APD, pengetahuan, pendidikan, perilaku.

Adapun kriteria yang di teliti yaitu sebagai berikut:

50
51

1. KetersediaanAPD

Dalam UU No. 1 tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan

bahwa pengurus (pengusaha) diwajibkan untuk menyediakan

secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan

pada pekerja yang berada dibawah pimpinannya dan menyediakan

bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut,

disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Alat

pelindung diri harus tersedia sesuai dengan risiko bahaya yang ada

di tempat kerja.

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis

pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat

perlu di utamakan. Namun kadang- kadang keadaan bahaya masih

belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan alat-

alat pelindung diri. Alat pelindung haruslah enak dipakai, tidak

mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif

(Pane, 2017).

2. Pengetahuan

,Karena pengetahuan dalam penggunaan APD pada saat

bekerja merupakan suatu keharusan bagi karyawan dalam

melakukan pekerjaan demi menjaga kesehatan dan keselamatan

kerja. Seperti halnya sikap merupakan reaksi atau respon yang

masihtertutupdariseseorangterhadapsuatustimulusatauobjek,sikap
52

penggunaan APD yang kurang baik kemungkinan disebabkan oleh

beberapa faktor lain seperti tingkat pengetahuan, apabila karyawan

tidak mengetahui tentang APD dapat berpengaruh terhadap

perubahan sikap (Gemely, 2014).

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman memunculkan potensi seseorang. Potensi

penuh akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai

tanggapan terhadap bermacammacam pengalaman”. Jadi

sesungguhnya yang penting diperhatikan dalam hubungan tersebut

adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari pengalamannya,

baik pegalaman manis maupun pahit. Maka pada hakikatnya

pengalaman adalah pemahaman terhadap sesuatu yang dihayati

dan dengan penghayatan serta mengalami sesuatu tersebut

diperoleh pengalaman, ketrampilan ataupun nilai yang menyatu

pada potensi diri (Indrawan, 2017).

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

perkembangan potensi bertingkah laku dilihat dari pendidikan

formal maupun pendidikan non formal. Pengalaman kerja

seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang telah dilakukan

oleh seseorang dan memberikan kesempatan bagi orang tersebut

untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik (Abriyani, 2004).


53

4. Motivasi Kerja

Motivasi adalah pemberian daya penggerak yang

menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mau bekerja sama,

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah

hal yang menyebabkan, menyalurkan, mendukung, perilaku

manusia supaya mau bekerja dengan giat dan antusias untuk

mencapai hasil yang optimal.

Dalam pencapaian suatu tujuan perusahaan perlu

memberikan motivasi-motivasi kepada karyawan agar para

karyawan memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan

pekerjaannya. Meskipun memotivasi karyawan itu sulit tapi seorang

pemimpin harus selalu berusaha memberikan motivasi terhadap

karyawan agar perusahaan yang dipimpinnya dapat maju dan

berkembang (Ardian, 2019).


54

B. Bagan Kerangka Konsep

Ketersediaan APD

Pengetahuan
Penggunaan
APD
Pengalaman Kerja

Motivasi Kerja

Keterangan:

: Variabel Independen (Variabel Bebas)

: Variabel Dependen ( Variabel Terikat)


55

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Ketersediaan APD

Ketersediaan APD merupakan kelengkapan fasilitas yang

dubutuhkan oleh pekerja yang bekerja ditempat yang berpotensi

bahaya. Adapun kriteria objektif dari sarana dan prasarana terkait

APD adalah:

Kriterian Objektif:

1) Tersedia : apabila saat melakukan observasi lansung

ditempat penelitian menyediakan apd

2) Tidak Tersedia : apabila saat melakukan observasi lansung

ditempat penelitian tidak menyediakan

2. Pengetahuan

Kemampuan responden untuk berfikir dan mengetahui

beberapa hal tentang alat pelindung wajah, meliputi pengertian,

tujuan, mamfaat, jenis, fungsi, dan akibat tidak memakai alat

pelindungwajah.

Kriteria Objektif:

1) Baik : Jika skor pengetahuan ≥8 dari 10 (skor total)

2) Kurang : Jika skor pengetahuan ≤8 dari 10 (skor total)

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman mengenai penerapan K3 di tempat kerja yang

dialami responden selama bekerja di Bengkel las Kelurahan

Pampang
56

Kriteria Objektif:

Baik : jika presentasi responden mencapai 66-100%

Kurang : Jika persentasi jawaban responden mencapai dibawah

50%

4. Motivasi Kerja

Kondisi psikologis yang mendorong pekerja bersedia

menggunakan alat pelindung diri selama pekerjaan berlansung

Kriteria Objektif:

Motivasi rendah : apabila jawaban responden kurang dari 50%

Motivasi tinggi : apabila jawaban responden diatas 50%

D. Hipotesispenelitian

1. Hipotesis Nol(Ho)

a. Tidak ada hubungan Ketersediaan APD dengan penggunaan

APD pada Bengkel Las di KelurahanPampang

b. Tidak ada hubungan Pengetahuan dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang

c. Tidak ada hubungan Pengalaman Kerja dengan Penggunaan

Alat Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang

d. Tidak ada hubungan Motivasi Kerja dengan penggunan Alat

Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang

2. Hipotesis Alternatif(Ha)

a. Ada hubungan Ketersediaan APD dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang


57

b. Ada hubungan antara Pengetahuan dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang

c. Ada hubungan antara Pengalaman Kerja dengan penggunaan

Alat Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang

d. Ada hubungan antara Motivasi Kerja dengan penggunaan Alat

Pelindung Diri pada Bengkel Las di KelurahanPampang


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis

penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional

study. Penelitian Cross sectional adalah studi yang mempelajari

dinamika hubungan atau korelasi antara faktor faktor risiko dengan

dampak, pendekatan yang dilakukan adalah dengan observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada kondisi waktu tertentu (point time

approach). Desain ini dapat mengetahui dengan jelas mana yang jadi

proses dan outcome, serta kejelasan korelasi hubungan sebab akibat.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Bengkel Las Kelurahan

Pampang dilakukan pada bulan Desember 2021 – Januari 2022

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja Bengkel

Las di Kelurahan Pampang dengan jumlah 30orang.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah dari seluruh populasi pekerja yang

akan di teliti pada bengkel las di kelurahan pampang yang

berjumlah 30 orang

58
59

D. Cara pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan koesioner yang diberikan

kepada seluruh pekerja yang menjadi besaran sampel yaitu sebanyak

30 orang pekerja

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data di peroleh melalui data primer dan sekunder

pada bengkel las di kelurahan pampang dengan menggunakan alat

ukur beberapa koesioner. Adapun penjelasan mengenai pengumpulan

data berdasarkan variabel beserta instrument penelitian yang

digunakan adalah sebagai berikut:

1. Variabel Ketersediaan APD diperoleh dengan menggunakan

kuesiner yang di isi oleh responden

2. Variabel Pengetahuan diperoleh dengan menggunakan kosioner

yang di isi oleh responden

3. Variabel Pengalaman Kerja diperoleh dengan menggunakan

kosioner yang di isi oleh responden

4. Variabel Motivasi Kerja diperoleh dengan observasi lansung oleh

peneliti
60

F. Sumber Data

1. Data primer

Data yang lansung di dapat dari sampel penelitian dengan

cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara lansung

dengan cara pembagian kuesioner

2. Data Sekunder

Data yang di dapat dari buku, literature dan hasil penelitian

terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini serta informasi

mengenai gambaran umum dari Bengkel Las di Kelurahan

Pampang

G. Pengelolahan Data

1. Pengelolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

media komputerisasi dengan bantuan Software SPSS 16.0 untuk

menghasilkan informasi yang benar sesuai dengan tujuan

penelitian pengolahan meliputi langkah-langkah berikut:

a. Penyuntingan Data(Editing)

Sebelum diolah, data diperiksa kelengkapannya dan melihat

konsistensi jawaban masing-masing item pertanyaan dari

kuesioner penelitian.
61

b. Pengkodean Variabel(Coding)

Data yang sudah dikumpulkan diberi kode pada setiap variabel

untuk memudahkan pemasukan, pengelompokkan dan

pengolahan data.

c. Memasukkan Data (Entry)

Data selanjutnya di input ke dalam lembar kerja SPSS untuk

masing-masing variabel. Urutan input data berdasarkan nomor

responden dalam kuesioner.

d. Pembersihan Data(Cleaning)

Pembersihan data dilakukan pada semua lembar kerja untuk

membersihkan kesalahan yang mungkin terjadi selama proses

input data. Proses ini dilakukan melalui analisis frekuensi pada

semua variabel. Data yang hilang akan dibersikan dengan

menginput data yang benar.

2. Penyajian data

Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan

narasi untuk membahas hasil penelitian yang dilakukan.

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase yang

meliputi ketersediaan APD, pengetahuan, pendidikan, dan perilaku


62

2. Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini Analisis bivariat dilakukan untuk melihat

hubungan antara variabel dependent dan independen. Analisis data

dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara

ketersediaan APD, pengetahuan, pendidikan, dan perilaku di

Bengkel Las Kelurahan Pampang dengan menggunakan program

SPSS dengan uji statistik Chi-square (x2 ) dengan rumus:

(0 − 𝐸
𝑥2 ∑ = ˿
𝐸

Keterangan:

O = frekuensi hasil observasi

E = frekuensi yangdiharapkan

Nilai E = (total kolom x tatal baris)/total pengamatan

df = (b-1)(k-1)

I. Langkah-langkah penelitian

1. Mengurus surat izin penelitian dari Fakultas Kesehatan Masyarakat

ke Kelurahan Pampang

2. Peneliti menerima izin observasi di tempat penelitian

3. Melakukan observasi dan pengambilan data awal pada tenaga

kerja di bengkel Las Kelurahan Pampang

4. Menentukan populasi dan sampel penelitian


63

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umun Tempat Penelitian

1. Gambaran Geografis Wilayah

Kelurahan Pampang, Makassar memiliki kode wilayah

73.71.03.1004 dengan luas sekitar +0,05 km2 dan terdiri dari 41

RT 8 RW

Di Kelurahan Pampang terdapat 3 (tiga) Kampung yaitu :

a. Kampung Pa’batangan yang artinya Batu Bata

Wilayahnya meliputi RT.003, RT.004, RT.005 / RW.002.

disebut Pa’batangan karena wilayah tersebut dahulunya

adalah tempat pembuatan batu bata

b. Kampung Limbangan yang artinya penyebrangan

Wilayahnya meliputi RT.001, RT.002 / RW.002. disebut

limbangan karena di tempat tersebut terdapat sebuah

jembatan penyeberangan diatas sungai yang

menghubungkan antara kampung yang satu dengan yang

lainnya

c. Kampung Sau yang artinya sabut kelapa. Wilayahnya

meliputi RT.004 / RW.001 kampung ini dahulunya adalah

penghasil kelapa dan banyak tersimpan sabut kelapa


64

2. Letak Geografis

Kelurahan Pampang terletak di sebelah Utara dengan

Kelurahan Lakkang, sebelah Selatan berbatasan dengan

Kelurahan Panaikang dan Sinrijala sebelah Timur berbatasan

dengan Kelurahan Tello Baru, sebelah Barat berbatasan

dengan Kelurahan Karuwisi Utara

3. Gambaran Umum Usaha Pengelasan

Nama-nama Bengkel yang menjadi obyek penelitian ini yaitu:

a. Bengkel Las Nurgahasia dengan jumlah pekerja sebanyak

10 pekerja

b. Bengkel Las Rifaldi dengan jumlah pekerja sebanyak 3

pekerja lokasi 2 pekerja luar

c. Bengkel Las Muthias dengan jumlah pekerja sebanyak 7

pekerja

d. Bengkel Las Arif Billah dengan jumlah pekerja sebanyak 6

pekerja

e. Bengkel Las Ari dengan jumlah pekerja sebanyak 7 pekerja

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bengkel Las Kelurahan

Pampang. Data hasil penelitian yang diperoleh kemudian di olah

dengan menggunakan program SPSS dan disajikan dalam bentuk

tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab) sesuai dengan tujuan

penelitian dengan hasil penelitian sebagai berikut:


65

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi

frekuensi pada setiap variabel yang meliputi ketersediaan APD,

pengetahuan, pengalaman kerja dan motivasi kerja pada pekerja

bengkel las kelurahan pampang

a. Ketersediaan APD

Hasil penelitian distribusi responden menurut

ketersediaan APD pada pekerja bengkel las kelurahan

pampang adalah sebagai berikut :

Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Ketersediaan
APD Pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Ketersediaan APD n %
Tersedia 26 78,8
Tidak Tersedia 7 21,2
Total 33 100%
Sumber data primer

Berdasarkan tabel 5.1 tentang distribusi responden

menurut ketersediaan APD pada pekerja bengkel las di

Kelurahan Pampang Kota Makassar, diketahui bahwa dari 33

pekerja diperoleh hasil yaitu pekerja dengan kategori

ketersediaan apd tersedia sebanyak 26 (78,8%) dan tidak

tersedia sebanyak 7 (21,2%).


66

b. Pengetahuan

Hasil penelitian distribusi responden menurut

pengetahuan pada pekerja bengkel las di Kelurahan

Pampang Kota Makassar

Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada
Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Pengetahuan n %
Baik 24 72,2%
Kurang 9 27,3%
Total 33 100%
Sumber data primer
Berdasarkan tabel 5.2 tentang distribusi responden

menurut pengetahuan pada pekerja bengkel las di Kelurahan

Pampang Kota Makassar, diketahui bahwa dari 33 pekerja

diperoleh hasil yaitu pekerja dengan kategori pengetahuan

baik sebanyak 24 (72,2%) dan kategori pengetahuan kurang

sebanyak 9 (27,3%).
67

c. Pengalaman Kerja

Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan

pengalaman kerja pada pekerja bengkel las di Kelurahan

Pampang Kota Makassar

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Pengalaman Kerja n %
Baik 24 72,2%
Kurang 9 27,3%
Total 33 100%
Sumber data primer
Berdasarkan tabel 5.3 tentang distribusi responden

menurut pengalaman kerja pada pekerja bengkel las di

Kelurahan Pampang Kota Makassar, diketahui bahwa dari

33 pekerja diperoleh hasil yaitu pekerja dengan kategori

pengalaman baik sebanyak 24 (72,2%) dan kategori

pengalaman kurang sebanyak 9 (27,3%).


68

d. Motivasi Kerja

Hasil penelitian distribusi responden berdasarkan

motivasi kerja pada pekerja bengkel las di Kelurahan

Pampang Kota Makassar

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Kerja pada
Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Motivasi Kerja n %
Tinggi 30 90,9%
Rendah 3 9,1%
Total 33 100%
Sumber data primer
Berdasarkan tabel 5.4 tentang distribusi responden

menurut motivasi kerja pada pekerja bengkel las di

Kelurahan Pampang Kota Makassar, diketahui bahwa dari

33 pekerja diperoleh hasil yaitu pekerja dengan kategori

motivasi kerja tinggi sebanyak 30 (90,9%) dan kategori

motivasi kerja rendah sebanyak 3 (9,1%).


69

2. Analisi Bivariat

Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel

independen yaitu ketersediaan APD, pengetahuan, pengalaman

kerja dan motivasi kerja dengan variabel dependen yakni

penggunaan apd dengan menggunakan

Adapun hasil analisis statistik antara variabel

independen terhadap dependen dapat dilihat pada tabel-tabel

berikut:

a. Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD

Uji hubungan ketersediaan apd dengan penggunaan

APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Pampang Kota

Makassar dilakukan dengan uji Chi-Square dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.5
Hubungan Ketersediaan APD dengan Penggunaan APD
Pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Penggunan APD P
Ketersediaan Tidak Menggunakan Total Valu
APD Menggunakan e
n % N % N %

Tidak 7 26,9% 19 73,1% 26 100%


.186
Tersedia
Tersedia 4 57,1% 3 42,9% 7 100%
Total 11 33,3% 22 66,7% 33 100%
Sumber: Data Primer
70

Tabel 5.5 tentang hubungan ketersediaan APD

pekerja dengan penggunaan APD pada pekerja di bengkel las

Kelurahan Pampang Kota Makassar, menunjukkan bahwa dari

33 pekerja (100%) dengan yang tersedia menggunakan APD

sebanyak 19 pekerja (73,1%) dan pekerja yang tidak

menggunakan sebanyak 7 (25,9%) sedangkan yang tidak

tersedia menggunakan sebanyak 3 (42,9%) dan pekerja yang

tidak menggunakan sebanyak 4 (57,1%).

Berdasarkan nilai uji statistik chi-square, diperoleh

nilai p=.186 (p> = 0,05). Hal ini berarti Ha ditolak dan Ho

diterima jadi tidak terdapat hubungan yang bermakna dari

ketersediaan APD dengan penggunaan APD pada pekerja

bengkel las di Kelurahan Pampang Kota Makassar.


71

b. Hubungan Pengetahuan dengan PenggunaanAPD

Uji hubungan pengetahuan dengan penggunaan APD

pada pekerja bengkel las di Kelurahan Pampang Kota

Makassar dilakukan dengan uji Chi-Square dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.6
Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan APD Pada
Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Penggunan APD Total P
Pengetahuan Tidak Menggunakan Value
Menggunakan
n % N % N % 1.000

Kurang 3 33,3% 16 66,7% 19 100%


Baik 8 33,3% 6 66,7% 14 100%
Total 11 33,3% 22 66,7% 33 100%
Sumber: Data Primer
Tabel 5.6 tentang hubungan pengetahuan pekerja

dengan penggunaan APD pada pekerja di bengkel las

Kelurahan Pampang Kota Makassar, menunjukkan bahwa dari

33 pekerja (100%) dengan pengetahuan baik pekerja yang

menggunakan APD sebanyak 16 (66,7%) dan pekerja yang

tidak menggunakan sebanyak 8 (33,3%) sedangkan dengan

pengetahuan kurang pekerja yang menggunakan sebanyak 6

(66,7%) dan pekerja yang tidak menggunakan sebanyak 3

(33,3%).
72

Berdasarkan nilai uji statistik chi-square, diperoleh

nilai p=1.000 (p> = 0,05). Hal ini berarti Ha ditolak dan Ho

diterima jadi tidak terdapat hubungan yang bermakna dari

pengetahuan dengan penggunaan apd pada pekerja bengkel

las di Kelurahan Pampang Kota Makassar.

c. Hubungan Pengalaman Kerja dengan Penggunaan APD

Uji hubungan Pengalaman Kerja dengan penggunaan

APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Pampang Kota

Makassar dilakukan dengan uji Chi-Square dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.7
Hubungan Pengalaman Kerja dengan Penggunaan APD
Pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Penggunan APD P
Pengalaman Tidak Menggunakan Total Value
Kerja Menggunakan
n % N % N % 1.000

Kurang 3 66,7% 6 66,7% 9 100%


Baik 8 33,3% 16 66,7% 19 100%
Total 22 66,7% 11 33,3% 33 100%
Sumber: Data Primer

Tabel 5.7 tentang hubungan pengalaman kerja

pekerja dengan penggunaan APD pada pekerja di bengkel las

Kelurahan Pampang Kota Makassar, menunjukkan bahwa dari

33 pekerja (100%) dengan pengalaman baik pekerja yang

menggunakan APD sebanyak 16 (66,7%) dan pekerja yang


73

tidak menggunakan sebanyak 8 (33,3%) sedangkan dengan

pengalaman kurang pekerja yang menggunakan sebanyak 6

(66,7%) dan pekerja yang tidak menggunakan sebanyak 3

(66,7%).

Berdasarkan nilai uji statistik chi-square, diperoleh

nilai p=1.000 (p> = 0,05). Hal ini berarti Ha ditolak dan Ho

diterima jadi tidak terdapat hubungan yang bermakna dari

pengalaman kerja dengan penggunaan APD pada pekerja

bengkel las di Kelurahan Pampang Kota Makassar.

d. Hubungan Motivasi Kerja dengan Penggunaan Apd

Uji hubungan Motivasi Kerja dengan penggunaan

APD pada pekerja bengkel las di Kelurahan Pampang Kota

Makassar dilakukan dengan uji Chi-Square dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.8
Hubungan Motivasi Kerja dengan Penggunaan APD Pada
Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang
Kota Makassar
Penggunan APD P
Motivasi Tidak Menggunakan Total Value
Kerja Menggunakan
N % N % N % 1.000

Rendah 1 33,3% 2 66,7% 3 100%


Tinggi 10 33,3% 20 66,7% 30 100%
Total 11 33,3% 22 66,7% 33 100%
Sumber: Data Primer
74

Tabel 5.8 tentang hubungan motivasi kerja pekerja

dengan penggunaan APD pada pekerja di bengkel las

Kelurahan Pampang Kota Makassar, menunjukkan bahwa dari

33 pekerja (100%) dengan motivasi tinggi pekerja yang

menggunakan APD sebanyak 20 (66,7%) dan pekerja yang

tidak menggunakan sebanyak 10 (33,3%) sedangkan dengan

motivasi rendah pekerja yang menggunakan sebanyak 2

(66,7%) dan pekerja yang tidak menggunakan sebanyak 1

(33,3%).

Berdasarkan nilai uji statistik chi-square, diperoleh

nilai p=1.000 (p> = 0,05). Hal ini berarti Ha ditolak dan Ho

diterima jadi tidak terdapat hubungan yang bermakna dari

motivasi kerja dengan penggunaan apd pada pekerja bengkel

las di Kelurahan Pampang Kota Makassar.

C. Pembahasan

Menurut Novianto (2016) Alat Pelindung Diri didefinisikan

sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka

atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya

(hazard) ditempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi,

fisik, elektrik, mekanik dan lain-lain. APD merupakan salah satu

bentuk upaya dalam menanggulangi resiko akibat kerja. Dalam

dunia kerja, penggunaan Alat Pelindung diri (APD) sangat

dibutuhkan terutama pada lingkungan kerja yang memiliki potensi


75

bahaya bagi kesehatan dan keselamatan kerja seperti pada industri

pengecoran logam, atau industri-industri lainnya.

Menurut Tarwaka (2008) alat pelindung diri (APD)

merupakan suatu perangkat yang digunakan oleh pekerja demi

melindungi dirinnya dari potensi bahaya serta kecelakaan kerja

yang kemungkinan dapat terjadi di tempat kerja. Penggunaan alat

pelindung diri oleh pekerja saat bekerja merupakan suatu upaya

untuk menghindari paparan risiko bahaya di tempat kerja.

Walaupun upaya ini berada pada tingkat pencegahan terakhir,

namun penerapan alat pelindung diri ini sangat dianjurkan.

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengolahan data

yang telah di sajikan maka dalam pembahasan ini menjelaskan

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi penggunaan APD pada pekerja bengkel las di

Kelurahan Pampang Kota Makassar

1. Hubungan Ketersediaan APD Dengan Penggunaan APD

Ketersediaan APD merupakan faktor pendukung dalam

kepatuhan menggunakan APD untuk mencegah terjadinya

kecelakaan dan resiko kerja yang terjadi di perusahaan, jika

perusahaan tidak menyediakan APD berarti perusahaan telah

membahayakan pekerjanya dari resiko kecelakaan dan penyakit

yang akan timbul di lingkungan kerja (Prasetyo, 2015).


76

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel

ketersediaan apd dan penggunaan apd menunjukkan bahwa

pekerja yang menggunakan APD pada kategori tersedia

sebanyak 19 orang (42,9%) dan pada kategori tidak tersedia

sebanyak 3 orang (9,1%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui

bahwa jumlah pekerja yang menggunakan lebih banyak dari

pada yang tidak menggunakan. Berdasarkan hasil penelitian

menggunakan uji chi-square didapatkan bahwa nilai p value=

186 (p>0.05) hal ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara ketersediaan APD dengan penggunaan APD.

Penelitian di Bengkel Las Kelurahan Pampang Kota

Makassar menunjukkan bahwa ketersediaan APD di masing-

masing bengkel las sudah hampir memadai, karena dari hasil

penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang menggunakan APD

lebih banyak dari yang tidak menggunakan. Ketersediaan APD

tidak menjadi faktor dalam penggunaan APD pada pekerja

bengkel las.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Cahyani (2020) yaitu setelah dilakukan uji chi-square didapatkan

sig sebesar 0,307 (sig.> 0.05). hal tersebut berarti tidak terdapat

pengaruh antara ketersediaan alat pelindung diri dengan

kepatuhan pemakaian alat pelindung diri pada pekerja tim PDKB

di PT. PLN Persero distribusi Jawa Timur Surabaya.


77

Namun ini berbanding terbalik dengan penelitian

Prasetyo (2015) hasil uji Regresi Logistik yang kemudian

diperoleh nilai p-value = 0,009<0,05, jadi Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti adanya pengaruh ketersediaan APD

terhadap kepatuhan dalam menggunakan APD pada pekerja

bagian produksi di unit Coating PT. Pura Barutama Kudus.

2. Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Apd

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini adalah

praktik pekerja terhadap prosedur keselamatan dan kesehatan

kerja (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel

pengetahuan dan penggunaan APD menunjukkan bahwa

pekerja yang menggunakan APD pada kategori baik sebanyak

16 orang (48,5%) dan pada kategori kurang sebanyak 6 orang

(18,2%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah

pekerja yang menggunakan lebih banyak dari pada yang tidak

menggunakan. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji

chi-square didapatkan bahwa nilai p value= 1.000 (p>0.05) hal ini

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan penggunaan APD.

Penelitian di Bengkel Las Kelurahan Pampang Kota

Makassar diketahui bahwa pekerja dengan kategori


78

pengetahuan baik banyak menggunakan APD, hal ini memang

sangat mempengaruhi pekerja dalam menggunakan apd karena

pengetahuan merupakan resultan dari penginderaan terhadap

suatu objek melalui dari indera penglihatan dan pendengaran

yang mempengaruhi pengetahuan dan perilaku seseorang,

pekerja di bengkel las Kelurahan Pampang Kota Makassar

termasuk memiliki pengetahuan yang baik.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Fauzi (2018)

berdasarkan uji chi-square diperoleh p-value sebesar 0,173 (p >

0,05) hasil tersebut diketahui bahwa tidak ada hubungan antara

pengetahuan dengan perilaku berbahaya pada pekerja las listrik

di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan

Selayang.

Namun hal ini berbanding terbalik dengan penelitian

Azzahri (2019) dari uji statistik dapat diketahui bahwa nilai p

value = 0,003 (p ≤ 0,05), artinya ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan apd pada

Perawat di Puskesmas Kuok.

Hasil peneliian ini juga tidak selaras dengan pendapat

Notoatmodjo, (2003) yang mengemukakan pengetahuan kognitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pekerja yang memiliki pemgetahuan tinggi

justru menjadi mayoritas dengan perilaku berbahaya. Peneliti


79

berasumsi bahwa pekerja berperilaku bahaya karena pekerja

menganggap perilaku tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

3. Hubungan Pengalaman Kerja Dengan Penggunaan APD

Pengalaman kerja karyawan merupakan gambaran dari

tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

oleh seorang karyawan dalam bekerja yang dapat diukur dari

masa kerja dan jenis pekerjaan karyawan. Perkembangan

jabatan yang dialami seorang karyawan hanya terjadi apabila

karyawan tersebut menjalani proses belajar dan pengalaman

yang dimiliki, dan diharapakan karyawan terebut mempunyai

sikap kerja yang maju, memiliki pengetahuan yang baik yang

dimilki karyawan tersebut dan memiliki keterampilan kerja yang

dimilki oleh karyawan tersebut (Pitriyani, 2020).

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel

pengalaman kerja dan penggunaan APD menunjukkan bahwa

pekerja yang menggunakan apd pada kategori baik sebanyak 24

orang (72,2%) dan pada kategori kurang sebanyak 9 orang

(27,3%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah

pekerja yang menggunakan lebih banyak dari pada yang tidak

menggunakan. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji

chi-square didapatkan bahwa nilai p value= 1.000 (p>0.05) hal ini

menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pengalaman kerja dengan penggunaan APD.


80

Penelitian di Bengkel Las Kelurahan Pampang Kota

Makassar diketahui bahwa pekerja dengan kategori pengalaman

kerja baik banyak menggunakan APD, artinya pengalaman para

pekerja di Bengkel Las tersebut sudah bagus. Pada umumnya

pekerja yang pengalaman kerja banyak tidak memerlukan

bimbingan dibandingkan dengan pekerja yang pengalamannya

sedikit karena semakin lama seseorang bekerja maka akan

semakin berpengalaman orang tersebut sehingga pekerja paham

mengenai pentingnya penggunaan apd saat bekerja. Pekerja di

Bengkel Las Kelurahan Pampang Kota Makassar juga

kebanyakan tidak melakukan pergantian pekerja baru selama

Bengkel tersebut berjalan.

Namun hal ini berbanding terbalik dengan penelitian

Berutu (2019) dengan hasil olahan statistik dapat diketahuai

bahwa sebesar 43.723 dengan tingkat signifikansi 0.000 < 0.05.

oleh karena itu tingkat probabilitas jauh lebih kecil dari 0.05

dengan menggunakan taraf signifikansi 5% atau 0.05. ada

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari

pengalaman kerja, terhadap kinerja karyawan pada PT. Laot

Bangko.

Hasil penelitian ini juga tidak selaras dengan penelitian

Kondorura dkk (2018) ada pengaruh antara pengalaman kerja

dengan kinerja karyawan, tetapi tidak signifikan.


81

Menurut Johnson (2007:228) menyatakan bahwa

“pengalaman memunculkan potensi seseorang. Potensi penuh

akan muncul bertahap seiring berjalannya waktu sebagai

tanggapan terhadap bermacammacam pengalaman”. Jadi

sesungguhnya yang penting diperhatikan dalam hubungan

tersebut adalah kemampuan seseorang untuk belajar dari

pengalamannya, baik pegalaman manis maupun pahit.

4. Hubungan Motivasi Kerja Dengan Penggunaan APD

Motivasi kerja manusia di timbulkan atau dimulai dengan

adanya motivasi, banyak fisikolog yang memakai istilah yang

berbeda beda dalam menyebut sesuatu yang menimbulkan

perilaku tersebut. Ada yang menyebutnya sebagai motivasi

(motivation) atau motiv, kebutuhan (net), desakan (urgen),

keinginan (wish), dorongan (drive). Dalam penulisan ini kita

menggunakan istilah motivasi (Chair, 2020).

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada variabel motivasi

kerja dan penggunaan apd menunjukkan bahwa pekerja yang

menggunakan APD pada kategori motivasi tinggi sebanyak 20

orang (60,6%) dan pada kategori motivasi rendah sebanyak 2

orang (6,1%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

jumlah pekerja yang menggunakan lebih banyak dari pada yang

tidak menggunakan. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan

uji chi-square didapatkan bahwa nilai p value= 1.000 (p>0.05) hal


82

ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

motivasi kerja dengan penggunaan APD.

Motivasi kerja disebut sebagai pendorong semangat

kerja tenaga kerja di Bengkel Las Kelurahan Pampang Kota

Makassar. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga

kerja ikut menentukan besar kecilnya kinerja tenaga kerja.

Perilaku kerja yang baik merupakan salah satu faktor yang

penting agar kinerja dapat berjalan secara optimal.

Namun penelitian ini berbanding terbalik dengan

penelitian Kasim (2017) yang menunjukkan bahwa 34 responden

(81,0%) yang memiliki motivasi baik, dengan 1 responden (2,4%)

yang memiliki kepatuhan penggunaan APD yang kurang.

Sedangkan responden yang memiliki motivasi kurang sebanyak

3 responden (7,1%) yang tidak patuh menggunakan APD, serta

sebanyak 4 responden (9,5%) memiliki kepatuhan penggunaan

APD. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian tersebut dapat

dikatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

motivasi dengan kepatuhan dalam penggunaan APD. Kepatuhan

penggunaan APD merupakan perilaku yang baik dalam mentaati

penggunaan APD. Motivasi merupakan hal yang b nlurus dalam

artian semakin tinggi motivasi yang ada di dalam diri pekerja

maka akan semakin baik pula perilakunya.


83

BAB VI

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang memengaruhi

penggunaan alat pelindung diri (APD) pada pekerja bengkel las

dikelurahan pampang kota makassar, maka diperoleh hasil

penelitian sebagai berikut:

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan apd

dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang kota makassar dengan hasil p value = 186

2. Tidak ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan

penggunaan APD pada pekerja bengkel las di kelurahan

pampang kota makassar dengan hasil p value = 1.000

3. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengalaman kerja

dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang kota makassar dengan hasil p value =

1.000

4. Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja

dengan penggunaan APD pada pekerja bengkel las di

kelurahan pampang kota makassar dengan hasil p value =

1.000
84

B. Saran
1. Untuk pekerja

Menggunakan alat pelindung diri secara lengkap yang terdiri dari

helm pengaman, pelindung muka, kaca mata las, pelindung

pernafasan, baju pelindung, sarung tangan, dan sepatu kerja.

2. Untuk pemilik usaha

Menyediakan alat pelindung diri secara lengkap dan pemantauan

penggunaannya.
85

DAFTAR PUSTAKA

Aswar, 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan


alat pelindung diri pada pekerja bengkel mobil Kota Kendari, Jurnal
Kesehatan Masyarakat.

Ardian, 2019, Pengaruh insentif berbasis kinerja, motivasi kerja,


dan kemampuan kerja terhadap prestasi kerja pegawai UNPAB,
Universitas Pembangunan Panca Budi Medan, Jurnal Kajian Ekonomi dan
Kebijakan Publik, Vol 4 No.2.

Cahyani, 2020. Pengaruh pengetahuan dan ketersediaan apd


terhadap kepatuhan pemakaian apd pekerja PT.PLN, Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga,Vol.3 No 1.

Chair, 2020. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja kariyawan


pada PT Nirha Jaya teknik,. Makassar, Jurnal Vol 2 (1).

Dalimunthe, 2018, Hubungan pengetahuan alat pelindung diri


(APD) pada pekerja las besi di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten
Deli Serdang, Jurnal STIKNA (Sains, teknologi, farmasi dan kesmas).

Fambayu Akhrudin, 2018. Hubungan ketersediaan APD,


pengetahuan, dan pendidikan dengan perilaku pemakaian APD pada
pekerja las, Skripsi, Kabupaten Jepara, Universitas Muhammadyah
Semarang.

Gemely, 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan


penggunaan alat pelundung diri pada kariyawan bagian packer PT Semen
Bosowa Maros. Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Handoko. T. Hani 2012. Manajemen personalita dan sumber daya


manusia, Yogyakarta.

Internasional Labour Organization, 2013. Keselamatan dan


kesehatan kerja , sarana untuk produktivitas.

Kasmir, 2016. Manajemen sumber daya manusia (teori dan


praktek). Depok .
86

Kementrian Tenaga kerja dan transportasi 2021

Lagata, 2015. Gambaran perilaku penggunaan alat pelindung diri


(APD) pada pekerja di Departemen Produksi PT Maruki Internsional
Indonesia, skripsi, Universitas Islam negeri alauddin makassar.

Mangkunegara, 2013. Manajemen sumber daya manusia Bandung.

Noviandry, 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku


pekerja dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) pada Industri
pengelasan Informal di Kelurahan Gondrong, Kecamatan Cipondoh, Kota
Tangerang,Skripsi kesehatan masyarakat Fakukltas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Novianto, 2016. Penggunaan alat pelindung diri pada pekerja


pengecoran logam PT Sinar semesta Desa Batu Ceper, Klaten, Jurnal
kesehatan masyarakat, 2 (1)

Pane, 2017. Hubungan pengetahuan dan sikap pekerja dengan


penggunaan alat pelindung diri (APD) di PT Nindya Karya (Persero)
Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Batu Utara

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No


per.08/MEN/VII/2010 tentang alat pelindung diri.

Pitriyani, 2020. Pengaruh Etika kerja, pengalaman kerja dan


budaya kerja terhadap prestasi pegawai Kecamatan Binjai Selatan, vol 1
(2)

Rorompandey, Paul Kawatu, 2014. Hubungan antara pengetahuan


dan sikap dengan tindakan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja
pengelasan di bengkel las Kota Manado, tahun 2014, Jurnal kesehatan
masyarakat

Salsabila nagistha, 2019. Hubungan pemakaian alat pelindung diri


dengan gangguan kesehatan mata pekerja di bengkel las listrik Kelurahan
Jajar Kecamatan Laweyan, skripsi, Universitas Muhammadyah surakarta

Silalahi, Ulbert, 2015. Asas-asas manajemen, edisi 3 Bandung


87

Solichin, 2014. Penerapan personal protective equipment (alat


pwlindung diri) pada laboratorium pengelasan, Jurnal Teknik Mesin

Sunyoto, Danang, 2012. Manajemen sumber daya manusia,


Jakarta

Widharto,s, 2013. Welding Inspection , Jakarta, mitra wacana


media

Wiryosumasto, PD, 2000. Teknologi pengelasan logam

Yasari, 2008. Perilaku penggunaan alat pelindung diri dan kejadian


dermatitis akibat kerja pada pekerja pengangkat sampah di PT USB Kota
Jambi, tesis, Universitas Gadjah Mada

Yuda, 2019. Hubungan lama paparan dan penggunaan lat


pelindung diri (APD) pada keluhan subjektif fotokreatis pada pekerja las di
Bengkel las wilayah Kecamatan Tanjung Karang Barat, skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung

Yulita, 2019. Faktor yang berhubungan dengan disiplin penggunaan


apd pada penyapu jalan di Kota Semarang, Jurnal Kesehatan masyarakat,
vol 7 (1)

Zahara dkk, 2017. Kepatuhan menggunakan alat pelindung diri


(APD) ditinjau dari pengetahuan dan perilaku pada petugas instalasi
pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit, Jurnal kesehatan
masyarakat 2 (2)

Zamani, 2014. Identifikasi bahaya kecelakaan unit spinning


menggunakan metode hirarc di PT Sinar pantja djaja, Jurnal kesehatan
masyarakat 3 (1)
88
89
90

Lampiran Layout Hasil Pengolahan Data


Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
19.00 1 3.0 3.0 3.0
20.00 3 9.1 9.1 12.1
21.00 1 3.0 3.0 15.2
23.00 2 6.1 6.1 21.2
24.00 1 3.0 3.0 24.2
25.00 2 6.1 6.1 30.3
28.00 1 3.0 3.0 33.3
30.00 2 6.1 6.1 39.4
32.00 1 3.0 3.0 42.4
33.00 1 3.0 3.0 45.5
34.00 3 9.1 9.1 54.5
Valid
40.00 1 3.0 3.0 57.6
43.00 1 3.0 3.0 60.6
44.00 1 3.0 3.0 63.6
45.00 1 3.0 3.0 66.7
50.00 2 6.1 6.1 72.7
51.00 5 15.2 15.2 87.9
54.00 1 3.0 3.0 90.9
55.00 1 3.0 3.0 93.9
56.00 1 3.0 3.0 97.0
62.00 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 11 33.3 33.3 33.3
SMP 11 33.3 33.3 66.7
Valid
SMA 11 33.3 33.3 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahandamengetahuiapa yang di maksuddenganalatpelindungdiri ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 5 15.2 15.2 15.2
Valid Ya 28 84.8 84.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahdenganmenggunakanalatpelindungdiriakanberguna pada waktubekerja ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 6 18.2 18.2 18.2
Valid Ya 27 81.8 81.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahselamabekerjaandamerasaamanmenggunakanalatpelindungdiri ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 10 30.3 30.3 30.3
91

Ya 23 69.7 69.7 100.0


Total 33 100.0 100.0

Apakahalatpelindungdiritersebutmenggangguaktivitasanda ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 21 63.6 63.6 63.6
Valid Ya 12 36.4 36.4 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahadaalatpelindungdiriberupasarungtanganditempatkerjasaudara
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 9 27.3 27.3 27.3
Valid Ya 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahadaalatpelindungdiriberuparompikeselamatan ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 10 30.3 30.3 30.3
Valid Ya 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahadaalatpelindungdiriberupakacamatakeselamatan?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 9 27.3 27.3 27.3
Valid Ya 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahadaalatpelindungdiriberupasepatukeselamatan ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 8 24.2 24.2 24.2
Valid Ya 25 75.8 75.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahpihakbengkel las
selalumelakukanpemeriksaanterhadapkondisiataukelayakanalatpelindungdiri ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 6 18.2 18.2 18.2
Valid Ya 27 81.8 81.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahselaluadapergantianuntukalatpelindungdiri (APD) yang rusak ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 9 27.3 27.3 27.3
Valid Ya 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Skor % Ketersediaan APD


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
10.00 1 3.0 3.0 3.0
Valid
20.00 1 3.0 3.0 6.1
92

50.00 5 15.2 15.2 21.2


60.00 3 9.1 9.1 30.3
70.00 7 21.2 21.2 51.5
80.00 5 15.2 15.2 66.7
90.00 8 24.2 24.2 90.9
100.00 3 9.1 9.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Ketersediaan APD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tersedia 26 78.8 78.8 78.8
Valid Tidak Tersedia 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahuiapa yang dimaksuddengan Alat Pelindung Diri (APD) ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 7 21.2 21.2 21.2
Valid Ya 26 78.8 78.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahuifungsidari Alat Pelindung Diri (APD) ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 14 42.4 42.4 42.4
Valid Ya 19 57.6 57.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahuidampakdaritidakmenggunakan Alat Pelindung Diri (APD) ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 15 45.5 45.5 45.5
Valid Ya 18 54.5 54.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada


saatmelakukankegiatanpengelasan ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 10 30.3 30.3 30.3
Valid Ya 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Alat Pelindung Diri (APD)


tersebutsudahsesuaidengankebutuhanpelindungdirianda ?
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 8 24.2 24.2 24.2
Valid Ya 25 75.8 75.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahuijenis-jenisdari Alat Pelindung Diri (APD) ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak 11 33.3 33.3 33.3
93

Ya 22 66.7 66.7 100.0


Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahui Alat PelindungKepala ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 18 54.5 54.5 54.5
Valid Ya 15 45.5 45.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahui Alat PelindungMata ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 13 39.4 39.4 39.4
Valid Ya 20 60.6 60.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahui Alat PelindungTelinga ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 10 30.3 30.3 30.3
Valid Ya 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakah Anda mengetahui Alat Pelindung Wajah (Welding Helmet) ?


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak 13 39.4 39.4 39.4
Valid Ya 20 60.6 60.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

Skor % Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
.00 1 3.0 3.0 3.0
10.00 1 3.0 3.0 6.1
20.00 1 3.0 3.0 9.1
30.00 1 3.0 3.0 12.1
40.00 1 3.0 3.0 15.2
Valid 50.00 4 12.1 12.1 27.3
60.00 10 30.3 30.3 57.6
70.00 6 18.2 18.2 75.8
90.00 1 3.0 3.0 78.8
100.00 7 21.2 21.2 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 24 72.7 72.7 72.7
Valid Kurang 9 27.3 27.3 100.0
Total 33 100.0 100.0
94

Berapa lama sayabekerja di perusahaanini.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 19 57.6 57.6 57.6
Valid Setuju 14 42.4 42.4 100.0
Total 33 100.0 100.0

Apakahpengalamanmempengaruhikinerjaselamabekerja di bengkel las


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 9 27.3 27.3 27.3
Valid Setuju 24 72.7 72.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Sebelumsayabekerjadisini, sayapernahbekerja di tempatlain.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 15 45.5 45.5 45.5
Valid Setuju 18 54.5 54.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan yang dilimpahkankepadasayapernahdialamisebulumnya.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 15 45.5 45.5 45.5
Valid Setuju 18 54.5 54.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Pengalamanbekerjasayabanyakmemeberikankeahlian dan keterampilankerja yang


relatiftinggi.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 10 30.3 30.3 30.3
Valid Setuju 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Sebelumsayabekrjadisinisayabanyakmempunyaipengalamankerja di tempatsebelumnya
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 13 39.4 39.4 39.4
Valid Setuju 20 60.6 60.6 100.0
Total 33 100.0 100.0

Saya sudahmenguasaipekerjaan dan peralatankerja yang disediakan oleh bengkel


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 10 30.3 30.3 30.3
Valid Setuju 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Denganpengalamanbekerjasayamampumeminimalisirkecelakaankerja yang akanterjadi pada


bengkel las tempatkerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 4 12.1 12.1 12.1
Valid
Setuju 29 87.9 87.9 100.0
95

Total 33 100.0 100.0

Saya mendapatkanpengetahuan dan peningkatan skill daripengalamanbekerjadibengkel las


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 8 24.2 24.2 24.2
Valid Setuju 25 75.8 75.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Denganpengalamansayaselamaberkerjasayatidakmembutuhkan Alat Pelindung Diri (APD)


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 16 48.5 48.5 48.5
Valid Setuju 17 51.5 51.5 100.0
Total 33 100.0 100.0

Skor % PengalamanKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
.00 1 3.0 3.0 3.0
10.00 1 3.0 3.0 6.1
30.00 1 3.0 3.0 9.1
40.00 4 12.1 12.1 21.2
50.00 2 6.1 6.1 27.3
Valid 60.00 8 24.2 24.2 51.5
70.00 2 6.1 6.1 57.6
80.00 8 24.2 24.2 81.8
90.00 5 15.2 15.2 97.0
100.00 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0

PengalamanKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik 24 72.7 72.7 72.7
Valid Kurang 9 27.3 27.3 100.0
Total 33 100.0 100.0

Dengangajisekaranginikebutuhanhidupsayasudahtercukupi.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 2 6.1 6.1 6.1
Valid Setuju 31 93.9 93.9 100.0
Total 33 100.0 100.0

Saya menginginkangaji yang lebihbesardari pada yang diterimasekarangini.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 4 12.1 12.1 12.1
Valid Setuju 29 87.9 87.9 100.0
Total 33 100.0 100.0

Kalau adatawarankerjalemburdengandisertaigajitambahansayabersediamelakukannya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
96

Tidak setuju 10 30.3 30.3 30.3


Valid Setuju 23 69.7 69.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Dalam menjalankanpertanyaan,sayaterpaksa demi mendapatkanupah.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 6 18.2 18.2 18.2
Valid Setuju 27 81.8 81.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Jika adatawaranbekerjadiperusahaan lain denganupah yang lebihbesardari yang sayaterima di


tempatbekerjasekarangsayabersediamemanfaatkannya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 5 15.2 15.2 15.2
Valid Setuju 28 84.8 84.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Jika perusahaanmemberikanhadiahatau bonus kepadakaryawan yang kerjanyabaik,


sayaberusahamemanfaatkannya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 8 24.2 24.2 24.2
Valid Setuju 25 75.8 75.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Saya berkeinginanuntuk naik jabatan yang lebihtinggi.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 11 33.3 33.3 33.3
Valid Setuju 22 66.7 66.7 100.0
Total 33 100.0 100.0

Saya mempunyaikeinginanuntukdiikutsertakandalamsetiapkegiatanataupertemuan yang


diadakan oleh perusahaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 6 18.2 18.2 18.2
Valid Setuju 27 81.8 81.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Sikapdariatasansayadalammenanggapimasalah yang sayahadapi sangat memperhatikan.


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 8 24.2 24.2 24.2
Valid Setuju 25 75.8 75.8 100.0
Total 33 100.0 100.0

Jika adakebijakandariperusahaanmemberikaupahtambahanbagikaryawan yang


bekerjamelebihistandar,sayainginmemanfaatkannya.
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tidak setuju 6 18.2 18.2 18.2
Valid
Setuju 27 81.8 81.8 100.0
97

Total 33 100.0 100.0

Skor % MotivasiKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
40.00 1 3.0 3.0 3.0
50.00 2 6.1 6.1 9.1
60.00 2 6.1 6.1 15.2
70.00 8 24.2 24.2 39.4
Valid
80.00 7 21.2 21.2 60.6
90.00 4 12.1 12.1 72.7
100.00 9 27.3 27.3 100.0
Total 33 100.0 100.0

MotivasiKerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Tinggi 30 90.9 90.9 90.9
Valid Rendah 3 9.1 9.1 100.0
Total 33 100.0 100.0

Penggunaan APD
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Menggunakan 22 66.7 66.7 66.7
Valid Tidak menggunakan 11 33.3 33.3 100.0
Total 33 100.0 100.0

Crosstabs
Ketersediaan APD * Penggunaan APD

Crosstab
Penggunaan APD Total
Menggunakan Tidak menggunakan
Count 19 7 26
% withinKetersediaan APD 73.1% 26.9% 100.0%
Tersedia
% withinPenggunaan APD 86.4% 63.6% 78.8%
Ketersediaan % of Total 57.6% 21.2% 78.8%
APD Count 3 4 7
% withinKetersediaan APD 42.9% 57.1% 100.0%
Tidak Tersedia
% withinPenggunaan APD 13.6% 36.4% 21.2%
% of Total 9.1% 12.1% 21.2%
Count 22 11 33
% withinKetersediaan APD 66.7% 33.3% 100.0%
Total
% withinPenggunaan APD 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.266a 1 .132
Continuity Correctionb 1.111 1 .292
Likelihood Ratio 2.160 1 .142
Fisher's Exact Test .186 .146
98

Linear-by-Linear 2.198 1 .138


Association
N of Valid Cases 33
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.33.
b. Computed only for a 2x2 table

Pengetahuan * Penggunaan APD

Crosstab
Penggunaan APD Total
Menggunakan Tidak menggunakan
Count 16 8 24
% withinPengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
Baik
% withinPenggunaan APD 72.7% 72.7% 72.7%
% of Total 48.5% 24.2% 72.7%
Pengetahuan
Count 6 3 9
% withinPengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
Kurang
% withinPenggunaan APD 27.3% 27.3% 27.3%
% of Total 18.2% 9.1% 27.3%
Count 22 11 33
% withinPengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%
Total
% withinPenggunaan APD 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .667
Linear-by-Linear .000 1 1.000
Association
N of Valid Cases 33
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
b. Computed only for a 2x2 table

PengalamanKerja * Penggunaan APD

Crosstab
Penggunaan APD Total
Menggunakan Tidak menggunakan
Count 16 8 24
% withinPengalamanKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Baik
% withinPenggunaan APD 72.7% 72.7% 72.7%
% of Total 48.5% 24.2% 72.7%
PengalamanKerja
Count 6 3 9
% withinPengalamanKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Kurang
% withinPenggunaan APD 27.3% 27.3% 27.3%
% of Total 18.2% 9.1% 27.3%
Count 22 11 33
% withinPengalamanKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Total
% withinPenggunaan APD 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%
99

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .667
Linear-by-Linear .000 1 1.000
Association
N of Valid Cases 33
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
b. Computed only for a 2x2 table

MotivasiKerja * Penggunaan APD

Crosstab
Penggunaan APD Total
Menggunakan Tidak menggunakan
Count 20 10 30
% withinMotivasiKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Tinggi
% withinPenggunaan APD 90.9% 90.9% 90.9%
% of Total 60.6% 30.3% 90.9%
MotivasiKerja
Count 2 1 3
% withinMotivasiKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Rendah
% withinPenggunaan APD 9.1% 9.1% 9.1%
% of Total 6.1% 3.0% 9.1%
Count 22 11 33
% withinMotivasiKerja 66.7% 33.3% 100.0%
Total
% withinPenggunaan APD 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .748
Linear-by-Linear .000 1 1.000
Association
N of Valid Cases 33
a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.00.
b. Computed only for a 2x2 table
100

Kuesioner Penelitian
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penggunaan Alat Pelindung Diri

pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Pampang

I. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Umur :
3. Pendidikan :
4. No.Hp :
II.Petunjuk Pengisian
1. Mohon bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu /Saudara untuk
menjawab seluruh pertanyaan yang ada.
2. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan
keadaan atau kondisi anda sebenarnya.
3. Berilah tanda centang(√) pada bagian B.
III. Kuesioner
A. Ketersediaan APD
1. Apakah anda mengetahui apa yang di maksud dengan alat
pelindung diri ?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah dengan menggunakan alat pelindung diri akan
berguna pada waktu bekerja ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah selama bekerja anda merasa aman menggunakan
alat pelindung diri ?
a. Ya
b. Tidak
101

4. Apakah alat pelindung diri tersebut mengganggu aktivitas


anda ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah ada alat pelindung diri berupa sarung tangan ditempat
kerja saudara
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah ada alat pelindung diri berupa rompi keselamatan ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah ada alat pelindung diri berupa kacamata
keselamatan?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah ada alat pelindung diri berupa sepatu keselamatan ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah pihak bengkel las selalu melakukan pemeriksaan
terhadap kondisi atau kelayakan alat pelindung diri ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah selalu ada pergantian untuk alat pelindung diri (APD)
yang rusak ?
a. Ya
b. Tidak
B. Pengetahuan
1. Apakah Anda mengetahui apa yang dimaksud dengan Alat
Pelindung Diri (APD) ?
a. Ya
b. Tidak
102

2. Apakah Anda mengetahui fungsi dari Alat Pelindung Diri


(APD) ?
a. Ya
b. Tidak
3. Apakah Anda mengetahui dampak dari tidak menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah Anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) pada
saat melakukan kegiatan pengelasan ?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah Alat Pelindung Diri (APD) tersebut sudah sesuai
dengan kebutuhan pelindung diri anda ?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah Anda mengetahui jenis-jenis dari Alat Pelindung Diri
(APD) ?
a. Ya
b. Tidak
7. Apakah Anda mengetahui Alat Pelindung Kepala ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah Anda mengetahui Alat Pelindung Mata ?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah Anda mengetahui Alat Pelindung Telinga ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah Anda mengetahui Alat Pelindung Wajah (Welding
Helmet) ?
103

a. Ya
b. Tidak
C. Pengalaman Kerja
1. Berapa lama saya bekerja di perusahaan ini.
a. < 1 tahun
b. > 5 tahun
2. Apakah pengalaman mempengaruhi kinerja selama bekerja di
bengkel las
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Sebelum saya bekerja disini, saya pernah bekerja di tempat
lain.
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Pekerjaan yang dilimpahkan kepada saya pernah dialami
sebulumnya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
5. Pengalaman bekerja saya banyak memeberikan keahlian dan
keterampilan kerja yang relatif tinggi.
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Sebelum saya bekrja disini saya banyak mempunyai
pengalaman kerja di tempat sebelumnya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Saya sudah menguasai pekerjaan dan peralatan kerja yang
disediakan oleh bengkel
a. Setuju
b. Tidak setuju
104

8. Dengan pengalaman bekerja saya mampu meminimalisir


kecelakaan kerja yang akan terjadi pada bengkel las tempat
kerja
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Saya mendapatkan pengetahuan dan peningkatan skill dari
pengalaman bekerja dibengkel las
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Dengan pengalaman saya selama berkerja saya tidak
membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD)
a. Setuju
b. Tidak Setuju
D. Motivasi Kerja
1. Dengan gaji sekarang ini kebutuhan hidup saya sudah
tercukupi.
a. Setuju
b. Tidak setuju
2. Saya menginginkan gaji yang lebih besar dari pada yang
diterima sekarang ini.
a. Setuju
b. Tidak setuju
3. Kalau ada tawaran kerja lembur dengan disertai gaji
tambahan saya bersedia melakukannya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Dalam menjalankan pertanyaan,saya terpaksa demi
mendapatkan upah.
a. Setuju
b. Tidak setuju
105

5. Jika ada tawaran bekerja diperusahaan lain dengan upah


yang lebih besar dari yang saya terima di tempat bekerja
sekarang saya bersedia memanfaatkannya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
6. Jika perusahaan memberikan hadiah atau bonus kepada
karyawan yang kerjanya baik, saya berusaha
memanfaatkannya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Saya berkeinginan untuk naik jabatan yang lebih tinggi.
a. Setuju
b. Tidak setuju
8. Saya mempunyai keinginan untuk diikut sertakan dalam setiap
kegiatan atau pertemuan yang diadakan oleh perusahaan.
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Sikap dari atasan saya dalam menanggapi masalah yang
saya hadapi sangat memperhatikan.
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Jika ada kebijakan dari perusahaan memberika upah
tambahan bagi karyawan yang bekerja melebihi standar,saya
ingin memanfaatkannya.
a. Setuju
b. Tidak setuju
106

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1
Pembagian Kuesioner Kepada Pekerja di Bengkel Las yang Ada di
Kelurahan Pampang
107

Gambar 2
Observasi Lansung Melihat Proses Pengelasan

Anda mungkin juga menyukai