Anda di halaman 1dari 111

SKRIPSI

ANALISIS SPASIAL KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb)


DAN MERKURI (Hg) PADA IKAN DI KANAL KOTA MAKASSAR

OLEH:

NUR HIJRAH VIDYASTUTI


141 2017 0120

Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

‫ِبسْ ِم هَّللا ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ حِيم‬


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt atas berkat

limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul “Analisis Spasial Konsentrasi Logam

Berat Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) pada Ikan di Kanal Kota Makassar”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SKM (Sarjana

Kesehatan Masyarakat) di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM)

Universitas Muslim Indonesia (UMI). Teriring Salam dan shalawat semoga

tercurahkan kepada teladan dan junjungan kita Rasulullah Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang

senantiasa istiqomah mengikuti jalan dakwahnya hingga akhir zaman.

Terima Kasih atas rahmat dan karunianya Allah SWT, yang telah

memberikan kelancaran dan kesempatan kepada penulis sehingga

mampu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan selalu memberikan

kesabaran dalam menghadapi semuanya.

Secara khusus ucapan rasa syukur yang setinggi-tingginya peneliti

persembahkan kepada kedua orang tua sudah merawat, membesarkan

dan menemani hari-hari saya dan selalu memberi dukungan dan nasehat

yang begitu hebat. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian yang tak

pernah berhenti untuk saya tanpa dorongan dan sumbangsih pemikiran

dari berbagai pihak penulisan skripsi ini tidak bisa berjalan dengan baik.

iii
Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Prof. Dr. H. Basri Modding, SE,. M.Si selaku Rektor

Universitas Muslim Indonesia.

2. Ibunda Dr. Suharni A. Fachrin, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia.

3. Bapak Dr. Andi Surahman Batara, SKM., M.Kes selaku Pembimbing

Akademik penulis.

4. Bapak Nasruddin Syam SKM,. M.kes selaku pembimbing I dan Ibu

Hasriwiani Habo Abbas, SKM., M.Kes., Ph.D selaku Pembimbing II

yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta arahan, waktu

dan pikiran selama proses penelitian hingga dalam penyusunan hasil

penelitian ini selesai.

5. Ibu Dr. Suharni A. Fachrin, S.Pd., M.Kes selaku penguji I dan Ayu

Puspitasari, SKM., M.Kes selaku penguji II yang telah banyak

memberikan masukan, saran serta arahan yang bermanfaat yang

sifatnya membangun kepada penulis.

6. Terima kasih kepada Lurah Kelurahan Paropo, Kelurahan Kassi Kassi

dan Kelurahan Kampuang yang telah memberikan izin dan bantuan

selama penelitian berlangsung.

7. Teman-teman Seperjuangan PH17SCO ANGKATAN 2017, ASLAB

KESLING FKM UMI 2021, teman-teman B4 yang telah membantu

penulis dan terima kasih untuk kebersamaannya.

iv
8. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan namanya yang telah

banyak memberikan bantuannya dalam rangka penyelesaian skripsi

ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jugalah kiranya penulis memohon dan

berdoa semoga kebaikan dan bantuan yang diberikan oleh semua pihak

kepada penulis mendapat imbalan yang berlipat ganda. Aamiin

Allahumma Aamiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, 4 Agustus 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR............................................................................. iii

DAFTAR ISI........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR............................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN.......................................................................... xi

DAFTAR ISTILAH................................................................................. xii

DAFTAR TABEL................................................................................... xiv

RINGKASAN......................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian.................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 8

A. Tinjauan Umum Tentang Timbal............................................ 8

B. Tinjauan Umum Tentang Merkuri........................................... 13

C. Tinjauan Umum Tentang Ikan................................................ 19

D. Tinjauan Umum Tentang Kanal.............................................. 24

E. Tinjauan Umum tentang Analisis Spasial............................... 24

BAB III KERANGKA KONSEP........................................................... 27

vi
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti................................... 27

B. Kerangka Konsep................................................................... 28

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif............................... 28

BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................... 31

A. Jenis Penelitian....................................................................... 31

B. Lokasi Penelitian..................................................................... 31

C. Populasi.................................................................................. 32

D. Sampel.................................................................................... 32

E. Teknik Pengambilan Sampel.................................................. 32

F. Pengumpulan Data................................................................. 33

G. Sumber Data........................................................................... 33

H. Prosedur Penelitian................................................................ 34

I. Langkah-Langkah Penelitian.................................................. 34

J. Pengolahan Data.................................................................... 36

K. Penyajian Data....................................................................... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 47

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................ 47

B. HASIL....................................................................................... 48

C. PEMBAHASAN........................................................................ 66

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Pola Pikir Variabel Yang Diteliti 28

Gambar 5.1 Peta Penyebaran Kanal di Kota 51


Makassar

Gambar 5.2 Grafik Gejala Neurogical 57


Symptomps di 3 Kelurahan di Kota
Makassar Tahun 2021

Gambar 5.3 Konsentrasi Timbal (Pb) pada 58


Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

Gambar 5.4 Konsentrasi Merkuri (Hg) pada 59


Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

Gambar 5.5 Konsentrasi Timbal (Pb) pada Ikan 61


di Kanal Kota Makassar Tahun
2021

Gambar 5.6 Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Ikan 62


di Kanal Kota Makassar Tahun
2021

Gambar 5.7 Peta Spasial Konsentrasi Timbal 64


(Pb) pada Ikan di Kanal Kota
Makassar Tahun 2021

Gambar 5.8 Peta Spasial Konsentrasi Merkuri 65


(Hg) Ikan di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

Gambar 5.9 Peta Spasial Konsentrasi Timbal 66


(Pb) pada Sedimen di Kanal Kota
Makassar Tahun 2021

Gambar 5.10 Peta Spasial Konsentrasi Merkuri 67


(Hg) pada Sedimen di Kanal Kota
Makassar Tahun 2021

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuisioner Penelitian

Lamprian 2 : Surat Izin Penelitian Universitas Muslim Indonesia

Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian Surat Izin Penelitian Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Provinsi Sulawesi Selatan

Lamprian 4 : Surat Izin Penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik

Kota Makassar

Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian Kecamatan Panakukang

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian Kecamatan Rappocini

Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian Kecamatan Panakukang

Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Paropo

Lampiran 9 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Kassi Kassi

Lampiran 10 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Karampuang

Lampiran 11 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW 14

Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian Kelurahan Karampuang RT 3 RW 9

Lampiran 13 : Surat Izin Pemeriksaan Sampel

Lampiran 14 : Surat Laporan Hasil Uji

Lampiran 15 : Hasil Pengolahan Data SPSS

Lampiran 16 : Dokumentasi Penelitian

ix
DAFTAR SINGKATAN

Pb : Plumbum / timbal

PbS : Timbal (II) Sulfida

PbCO3 : Timbal Karbonat

PbSO4 : Timbal (II) Sulfat

Zn : Seng

Cd : Cadmium

Fe : Besi

Cr : Cromium

Au : Aurum / Emas

ppm : Parts Per Million

NA : Nomor Atom

MR : Massa Relatif

Hg0 : Metal Merkuri

HgS : Merkuri Sulfida

Cl : Clorin

HgCl2 : Merkuri Chlorida

NaCl : Natrium Chlorida

Na: : Natrium

SSP : Sistem Syaraf Pusat

pH : Power Of Hydrogen

x
SIG : Sistem Informasi Geografis

SSA : Spektrophometer Serapan Atom

LS : Lintang Selatan

BT : Bujur Timur

BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan

xi
DAFTAR ISTILAH

Non Esensial Logam berat non esensial merupakan logam

berat yang belum diketahui manfaatnya bahkan

juga bersifat racun.

Toksisitas Toksisitas adalah kemampuan suatu zat kimia

dalam menimbulkan kerusakan pada

organisme baik saat digunakan atau saat

berada dalam lingkungan.

korosifikasi Korosifikasi merupakan pengikisan yang terjadi

pada batuan.

Kronis Merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan suatu penyakit yang bisa

diderita dalam kurun waktu lama, biasanya

lebih dari 6 bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Ekskresi Merupakan proses pengeluaran zat sisa

metabolism dari dalam tubuh.

Fungisida Merupakan jenis pestisida yang secara khusus

dibuat untuk mengendalikan jamur atau

pathogen penyebab penyakit.

Enzim Adalah biomolekul yang berfungsi sebagai

katalis (senyawa yang mempercepat proses

reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi

xii
kimia

Metabolisme Merupakan proses pengolahan zat gizi dari

makanan yang telah diserap moleh tubuh untuk

diubah menjadi energi.

Bioakumulsi merupakan peningkatan konsentrasi polutan

yang diikuti perpindahan dari lingkungan ke

organisme pertama pada rantai makanan

Koloid Merupakan zat yang berpencar dalam zat

pelarut sebagai butir yang lebih besar daripada

molekul, tetapi tidak dapat dilihat dengan mata.

pH Merupakan derajat keasaman yang digunakan

untuk menyatakan keasaman atau kebasaan

yang dimiliki oleh suatu larutan.

xiii
DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel Sintesa 28

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Secara Umum 50


di 3 Kelurahan di Kota Makassar

Tabel 5.16 Karakteristik Responden Berdasarkan 59


Gangguan Kesehatan Neurogical
Symptomps di Kelurahan Paropo RT 5
RW 7 Kota Makassar Tahun 2021

Tabel 5.17 Karakteristik Responden Berdasarkan 60


Gangguan Kesehatan Neurogical
Symptomps di Kelurahan Kassi Kassi RT
4 RW 14 Kota Makassar Tahun 2021

Tabel 5.18 Karakteristik Responden Berdasarkan 61


Gangguan Kesehatan Neurogical
Symptomps di Kelurahan Karampuang
RT 3 RW 9 Kota Makassar Tahun 2021

Tabel 5.19 Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) 62


pada Ikan di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

Tabel 5.20 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) 63


pada Ikan di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021
Tabel 5.21 Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) 64
pada Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

Tabel 5.22 Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) 65


pada Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021

xiv
Tabel 5.23 Titik Koordinat Timabl (Pb) dan Merkuri 65
(Hg) pada Ikan dan Sedimen di Kanal
Kota Makassar Berdasarkan Data Primer
Tahun 2021

Tabel 5.24 Titik Koordinat Timabl (Pb) dan Merkuri 66


(Hg) pada Ikan dan Sedumen di Kanal
Kota Makassar Berdasarkan Data
Sekunder Tahun 2021

xv
RINGKASAN

Universitas Muslim Indonesia


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Lingkungan
Skripsi, Juli 2021
Nur Hijrah Vidyastuti
141 2017 0120
“Analisis Spasial Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Merkuri
(Hg) pada Ikan di Kanal Kota Makassar”
(xvii + 81halaman + lampiran + 23 tabel)
Terkontaminasinya biota perairan seperti ikan oleh logam berat
berupa timbal (Pb) dan merkuri (Hg) dapat menyebabkan masalah
terhadap kesehatan masyarakat yang mengonsumsi ikan yang
terkontaminasi oleh logam berat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui konsentrasi logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg)
pada ikan dan sedimen di Kanal Kota Makassar.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan jenis rancangan
exploratif dengan pendekatan analisis spasial Sistem Informasi Georafi
(SIG) konsentrasi logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg) pada ikan di
kanal Kota Makassar.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi timbal (Pb) pada
ikan di titik I yaitu 0.093 µg/gr, pada titik II yaitu 0.035 µg/gr dan pada titik
III yaitu 0.033 µg/gr. Konsentrasi merkuri (Hg) pada titik I yaitu 0.0142
µg/gr, pada titik II yaitu 0.0034 µg/gr dan pada titik III yaitu 0.0037 µg/gr.
Konsentrasi timbal (Pb) pada sedimen di titik I yaitu 11,846 ppm, titik II
yaitu 9,805 ppm, titik III yaitu 6,737 ppm. Sedangkan konsentrasi merkuri
(Hg) pada titik I yaitu 0,0993 ppm, titik II yaitu 0,1257 ppm, titik III yaitu
0,0222 ppm.
Kesimpulannya adalah konsentrasi timbal dan merkuri pada ikan di
kanal Kota Makassar telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas Makanan dan Minuman No. 5 Tahun 2018 tentang Batas
Maksimum Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan Ikan. Titik I
merupakan titik yang paling berpotensi terkontaminasi timbal (Pb) dan
merkuri (Hg). Adapun gangguan kesehatan neurogical symptomps
didapatkan hasil persentase tertinggi dengan gejala kedutan ditemukan
pada masyarakat disekitar lokasi penelitian.
Kata Kunci: Analisis Spasial, Ikan, Sedimen, Timbal, Merkuri.

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang

semakin meningkat dari tahun ke tahun serta limbah industri dan limbah

domestik yang dihasilkan oleh penduduk mengakibatkan semakin

terkontaminasinya air. Pencemaran air yang disebabkan oleh manusia

dapat timbul dari bermacam-macam kegiatan, baik sengaja maupun

tidak, dan pada umumnya berpengaruh besar bagi lingkungan akibat

dari pencemaran oleh makhluk hidup (Baktiar dkk., 2016).

Beberapa tahun terakhir ini, kualitas air sungai di Indonesia

sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama setelah melewati

daerah pemukiman, dan pertanian. Meningkatnya aktivitas rumah

tangga, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan

dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas industri

dan rumah tangga yang memberikan masukan bahan pencemar seperti

logam berat kedalam air (Hamakonda, 2019).

Perkembangan dunia industri, selain membawa keuntungan

dengan peningkatan kesejahteraan manusia, juga akan membawa

masalah yakni terganggunya lingkungan akibat dari limbah yang

dihasilkan. Seperti kotoran yang dilepaskan ke udara atau sampah

padat yang tertimbun-timbun di tanah, begitu pula limbah cair yang

mencemari air (Parung dkk., 2015).

1
2

Salah satu penyebab yang dapat menurunkan kualitas air adalah

adanya logam berat dalam air. Logam berat seperti merkuri, arsen,

kromium, kadmium, dan timbal merupakan pencemar yang dapat

menurunkan kualitas air dan merusak ekosistem dalam air. Logam

berat memiliki efek berbahaya karena sifatnya yang tidak dapat

diuraikan secara biologis dan stabil (Caroline dkk., 2015).

Kanal berfungsi sebagai pencegah banjir selain itu kanal juga

memiliki fungsi lain seperti distribusi air dan irigasi tanaman. Namun

kanal di kota besar mengalami pencemaran dari limbah industri, rumah

tangga, perikanan, dan lainnya. Banyak masyarakat yang tinggal di

sekitar kanal dimanfaatkan kanal sebagai tempat pembuangan

sampah. Kegiatan tersebut dapat berdampak pada perubahan kondisi

fisika kimia perairan, yang dapat berpengaruh pada perubahan

komposisi dan kelimpahan organisme akuatik, pada akhirnya

mengakibatkan penurunan kualitas perairan kanal (Setiawan dkk.,

2015).

Timbal adalah salah satu jenis logam berat lainnya yang dapat

mengkontaminasi air. Timbal merupakan salah satu logam berat non

esensial yang sangat berbahaya dan dan dapat menyebabkan

keracunan (toksisitas) pada mahluk hidup. Racun ini bersifat kumulatif,

artinya sifat racunnya akan timbul apabila terakumulasi dalam jumlah

yang cukup besar dalam mahluk hidup. Timbal yang terdapat dalam air

karena adanya kontak antara air dengan tanah atau udara tercemar
3

timbal, air yang tercemar oleh limbah industri atau akibat korosi pipa

(Purnomo dkk., 2007).

Secara alamiah, timbal masuk ke dalam perairan melalui

pengkristalan di udara dengan bantuan air hujan dan proses

korosifikasi batuan mineral akibat hempasan gelombang angin. Selain

itu transportasi laut juga berpotensi menghasilkan buangan limbah yang

mengandung timbal. Logam berat yang berada di air akan turun dan

mengendap di dasar perairan kemudian membentuk sedimen. Hal ini

menyebabkan organisme yang mencari makan di dasar perairan

mempunyai peluang besar untuk terpapar logam berat tersebut

(Apriyanti, 2018).

Biota air seperti ikan merupakan salah satu biota air yang dapat

mengakumulasi logam. Jika dalam tubuh ikan telah terkandung kadar

logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah

ditentukan, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran

lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, secara umum logam berat

masuk ke dalam jaringan tubuh ikan melalui beberapa jalan, yaitu

saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan penetrasi melalui kulit

(Ondang dkk., 2020).

Apabila ikan yang terkontaminasi timbal kemudian dikonsumsi

oleh manusia dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Timbal

bersifat kumulatif dan pada waktu jangka panjang dalam tubuh, sekitar

10 tahun, akan menimbulkan gangguan keracunan kronis. Timbal


4

sangat lambat diekskresi oleh tubuh sehingga mudah terakumulasi dan

menyebabkan gangguan fungsi organ serta aktivitas biokimia. Efek

kronis akibat pemaparan timbal kadar rendah pada anak yang sedang

mengalami tumbuh kembang akan berdampak pada pertumbuhan fisik

dan mental (Waigu dkk., 2016).

Jenis logam berat lainnya yang dapat mengkontaminasi air adalah

merkuri. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam industri untuk

peralatan elektris, dalam dunia pertanian senyawa merkuri banyak

digunakan sebagai senyawa fungisida. Keadaan merkuri di lingkungan

akan membahayakan kesehatan manusia, seperti logam berat lainnya.

Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim,

sehingga proses metabolisme tubuh terputus, lebih jauh lagi, merkuri ini

akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau

karsinogen bagi manusia. Masuknya merkuri dalam tubuh dapat melalui

kulit, pernapasan dan pencernaan.

Di Jepang pada tahun 1950-an, terjadi tragedi “Minamata

Disease” yang terkenal dikalangan ilmuwan kesehatan, berdasarkan

penelitian diketahui penduduk di sekitar kawasan tersebut memakan

ikan yang berasal dari laut sekitar Teluk Minamata yang mengandung

merkuri yang berasal dari buangan sisa industri plastik. Gejala kelainan

mental dan cacat saraf mulai nampak pada warga di tempat itu,

terutama pada anak-anak. Namun baru sekitar 25 tahun kemudian

sejak gejala penyakit tersebut ditemukan, pemerintah Jepang


5

menghentikan pembuangan Merkuri di teluk Minamata untuk

menghilangkan sisa-sisa bahan pencemar dan melakukan rehabilitasi

penduduk yang terkena dampak menahun (kronis) (Hadi, 2013).

Merkuri dapat terakumulasi di lingkungan dan dapat meracuni

hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Apabila merkuri telah

mencapai permukaan air dan bersenyawa dengan karbon membentuk

senyawa Hg organik oleh mikroorganisme (bakteri) di air. Senyawa Hg

organik yang paling umum adalah metil merkuri, suatu zat yang dapat

diserap oleh sebagian besar organisme dengan cepat. Bila

mikroorganisme kemudian termakan oleh ikan, akibatnya metil merkuri

menumpuk dalam tubuh ikan. Ikan yang menganduk metil merkuri

kemudian dikonsumsi oleh manusia dapat menyebabkan gangguan

kesehatan (Hadi, 2013).

Keadaan kanal-kanal kota Makassar dari tahun ke tahun tidak lagi

mengalirkan air karena terjadinya pendangkalan kanal akibat tumpukan

sampah, tanah, pasir sampai dengan ditumbuhinya tanaman eceng

gondok yang hampir memenuhi seluruh permukaan air kanal. Sampai

pada tahun 2015 dan memasuki awal tahun 2017 pemerintah Kota

Makassar melakukan pembersihan dan pengerukan sampah, tanah dan

eceng gondok pada kanal sehingga kanal menjadi terlihat bersih

(Wanna dkk., 2020).

Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh Wanna dkk (2020) di

kanal Hertasning Kota Makassar diperoleh hasil penelitian menunjukan


6

kadar timbal (Pb) pada jenis ikan nila yaitu sebesar 0,0195 mg/kg

sedangkan pada jenis ikan sepat siam lebih rendah yaitu sebesar

0,0156 mg/kg. Pada paramter merkuri (Hg) hasil penelitian menunjukan

pada jenis ikan sepat siam yaitu sebesar 0,0816 mg/kg sedangkan

pada jenis ikan nila lebih rendah yaitu sebesar 0,0545 mg/kg.

Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian mengenai

konsentrasi logam berat timbal pada ikan di Kota Makassar namun

hingga saat ini masih belum ada penelitian yang membahas mengenai

pemetaan penyebaran pencemaran logam berat di kanal Kota

Makassar. Oleh karena itu berdasarkan permasalahan diatas maka

akan dilakukan penelitian mengenai pemetaan logam berat timbal (Pb)

dan merkuri (Hg) di kanal Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemetaan

konsentrasi logam berat timbal dan merkuri pada ikan di kanal Kota

Makassar.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui pemetaan konsentrasi logam berat timbal (Pb) dan

merkuri (Hg) pada ikan di kanal Kota Makassar.


7

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konsentrasi timbal (Pb) dalam ikan di kanal Kota

Makassar.

b. Mengetahui gambaran penyebaran logam berat timbal (Pb) di

kanal Kota Makassar.

c. Mengetahui konsentrasi merkuri (Hg) dalam ikan di kanal Kota

Makassar.

d. Mengetahui gambaran penyebaran logam berat merkuri (Hg) di

kanal Kota Makassar.

e. Mengetahui dampak kesehatan yang diakibatkan karena

mengonsumsi ikan yang mengandung logam berat timbal (Pb) dan

merkuri (Hg) di Kelurahan Paropo RT 5 RW 7, Kelurahan Kassi

Kassi RT 4 RW 14 dan Kelurahan Karampuang RT 3 RW 9.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini yang akan memberikan manfaat kepada berbagai

pihak dan instansi, manfaat tersebut adalah:

1. Manfaat bagi Instansi


Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan kepada pemerintah

khususnya bagian kelestarian lingkungan hidup untuk lebih

memperhatikan kondisi kanal di Kota Makassar dalam

mengantisipasi kerusakan dan pencemaran.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi bagi masyarakat

agar turut andil dalam menjaga lingkungan kanal dari pencemaran


8

yang dapat berdampak pada biota perairan yang dikonsumsi dan

dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

3. Manfaat bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk peningkatan pengetahuan dan

kesempatan untuk aplikasi teori kesehatan lingkungan yang telah

didapat dibangku kuliah. Penelitian ini juga diharapkan dapat

membantu peneliti lain jika membutuhkan referensi terkait penelitian

dengan topik yang sama.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Timbal (Pb)

1. Definisi Timbal (Pb)

Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan

yang lazim terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur

mineral-mineral lain terutama seng dan tembaga. Penggunaan timbal

terbesar adalah dalam industri baterai kendaraan bermotor seperti

timbal metalik dan komponen-komponennya. Timbal digunakan pada

bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida. Pencemaran timbal dapat

terjadi di udara, air, maupun tanah (Wijaya, 2017).

Timbal merupakan salah satu logam berat beracun dan

berbahaya, banyak ditemukan sebagai pencemar dan cenderung

mengganggu kelangsungan hidup organisme perairan. Adanya

timbal yang masuk ke dalam ekosistem menjadi sumber pencemar

yang akan mempengaruhi biota perairan, yang dapat mematikan

organisme perairan (Arkianti dkk., 2019).

Islam memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan.

Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk senantiasa menjaga

lingkungan. Sebagai khalifah, manusia memiliki tugas untuk

memanfaatkan, mengelola, dan memelihara alam semesta. Manusia

sebagai penduduk bumi adalah individu yang memiliki tanggung

jawab atas keberadaan lingkungan hidup. Allah telah menciptakan

9
10

alam semesta untuk kepentingan dan kesejahteraan semua

makhluk-Nya, khususnya manusia. Allah SWT berfirman dalam Q.S

Al-Rum/30: 41 :

ْ ‫َظ َه َر ْال َف َسا ُد فِى ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ِر ِب َما َك َس َب‬
‫ت اَ ْيدِى‬

‫ض الَّ ِذيْ َع ِملُ ْوا َل َعلَّ ُه ْم َيرْ ِجع ُْو َن‬ ِ ‫ال َّن‬
َ ْ‫اس لِ ُي ِذ ْي َق ُه ْم َبع‬
Terjemahnya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut

disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah

merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan

mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Kementerian Agama RI, 2009).

Menurut (Shihab, 2010), makna dari Q.S Al-Rum/30: 41 yaitu

telah terlihat kebakaran, kekeringan, kerusakan, kerugian

perniagaan, dan ketertenggelaman yang disebabkan oleh kejahatan

dan dosa-dosa yang diperbuat manusia. Allah menghendaki untuk

menghukum manusia di dunia dengan perbuatan-perbuatan mereka,

agar mereka bertobat dari kemaksiatan.

2. Sumber Bahan Pencemar Timbal (Pb)

Menurut Sudarmadji dkk., (2005) sumber bahan pencemar

timbal dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Sumber dari Alam

Secara alami timbal juga ditemukan di air permukaan. Kadar

timbal pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 µg/liter.
11

Dalam air laut kadar timbal lebih rendah dari dalam air tawar. Laut

Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung

timbal sekitar 0,07 µg/liter. Kandungan timbal dalam air danau dan

sungai di Amerika berkisar antara 1-10 µg/liter. Secara alami

timbal juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara

0,0001-0,001 µg/m3.

Kadar timbal yang secara alami dapat ditemukan dalam

bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal yang tercampur dengan

batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir (sand stone) kadarnya

lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal yang terdapat di tanah

berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground

water) berkisar antara 1- 60 µg/liter.

Logam berat timbal yang berasal dari tambang dapat

berubah menjadi PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4

(anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama timbal

yang berasal dari tambang. Logam berat timbal yang berasal dari

tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi

70%, kandungan timbal murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri

dari campuran seng dan tembaga.

b. Sumber Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb

adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku

maupun bahan penolong, misalnya: Industri pengecoran maupun


12

pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary

lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam

(scrap).

1) Industri Battery

Industri ini banyak menggunakan logam timbal terutama

lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.

2) Industri Bahan Bakar.


Timbal berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead

banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga

baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan

sumber pencemaran timbal.

3) Industri Kabel.

Industri kabel memerlukan timbaluntuk melapisi kabel.

Saat ini pemakaian timbal di industri kabel mulai berkurang,

walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au

dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk

hidup.

c. Sumber Trasnportasi

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal pada

bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal

anorganik. Logam berat timbal yang bercampur dengan bahan

bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di

dalam mesin maka logam berat timbal akan keluar dari knalpot

bersama dengan gas buang lainnya.


13

3. Dampak Kesehatan yang Diakibatkan Oleh Timbal (Pb)

Menurut Palar (2004) timbal merupakan logam berat toksik

yang bersifat akumulatif sehingga mekanisme toksisitasnya

dibedakan menjadi beberapa organ yang dipengaruhinya yaitu:

a. Sistem Saraf

Sistem saraf adalah sistem yang paling sensitif terhadap

daya racunyang dibawa timbal. Senyawa timbal tetra etil dapat

menyebabkan keracunan akut pada sistem saraf pusat, meskipun

proses keracunan tersebut terjadi dalam waktu panjang dengan

kecepatan serapan yang kecil. Penyakit yang berhubungan

dengan otak sebagai akibat dari keracunan timbal adalah

kerusakan pada otak besar, halusinasi, epilepsi, dan delirium yang

sejenis dengan penyakit gula.

b. Sistem Saluran Cerna

Kolik usus (spasme usus halus) merupakan gejala klinis

yang paling sering dari keracunan timbal lanjut, biasanya didahului

dan hampir selalu disertai dengan konstipasi berat. Nyeri

terlokalisir disekitar dan dibawah umbilikus. Tanda paparan timbal

(tidak berkaitan dengan kolik) adalah pigmentasi kelabu pada gusi

(garis-garis timbal).

c. Sistem Urinaria

Senyawa timbal yang terlarut dalam darah akan dibawa oleh

darah ke seluruh sistem tubuh, pada peredarannya darah akan


14

terus masuk ke glomerolus yang merupakan bagian dari ginjal.

Glomerolus merupakan tempat terjadinya proses pemisahan akhir

dari semua bahan yag dibawa oleh darah, apakah masih berguna

didalam tubuh atau harus dibuang. Ikutnya senyaw timbal yang

terlarut dalam darah ke sistem urinaria (ginjal) dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal.

Kerusakan tersebut disebabkan oleh terbentuknya intranuclear

inclusion bodies yang disertai dengan membentuk aminociduria,

yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin.

d. Sistem Hematopoetik

Timbal (Pb) dapat mempengaruhi sistem hematopoetik yaitu

konsentrasi timbal yang tinggi di darah dapat mengganggu

pembentukan sel darah merah. Gejala dini mulai ditunjukkan

dengan terganggunya fungsi enzim dalam pembentukan sel darah

merah dan pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan

kesehatan lainnya.

4. Baku Mutu Timbal (Pb)

Berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh National

Sediment Quality Survey Tahun 2004 baku mutu timbal (Pb) pada

sedimen yaitu < 161,06 ppm (Hidayat dkk., 2019).

Berdasarkan keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan

No. 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat

dalam Pangan Olahan Ikan.menetapkan batas maksimum cemaran


15

logam berat timbal (Pb) pada ikan dan hasil olahan ikan lainnya

adalah 0,2 mg/kg (BPOM, 2018).

B. Tinjauan Umum tentang Merkuri (Hg)

1. Definisi Merkuri

Merkuri (Hg) adalah salah satu unsur yang tergolong logam

berat dengan tingkat toksisitas tinggi selain kadmium, kromium, dan

seng. Logam berat merkuri bersifat toksik karena tidak bisa

dihancurkan oleh organisme hidup yang ada di lingkungan sehingga

logam berat tersebut terakumulasi di lingkungan, terutama

mengendap di dasar perairan dan membentuk senyawa komplek

bersama bahan organik dan anorganik (Andyni, 2018).

Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80)

serta mempunyai massa molekul relatif (MR=200,59). Merkuri

diberikan simbol kimia Hg yang merupakan singkatan yang berasal

bahasa Yunani Hydrargyricum, yang berarti cairan perak. Merkuri

merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair (Yulis, 2018).

Merkuri (Hg) dilepaskan sebagai uap, yang kemudian

mengalami proses kondensasi, sedangkan gas-gas lainnya mungkin

terlepas di atmosfer. Adapun bentuk merkuri di alam antara lain

(Khairunnisa, 2017):

a. Merkuri metal (Hg0) merupakan logam berwama putih, berkilau

dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu

kamar akan menguap dan membentuk uap merkuri yang tidak


16

berwama dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang

menguap.

b. Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan

dengan elemen lain seperti klorin (Cl), sulfur atau oksigen.

Senyawa-senyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri.

Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal,

kecuali merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut Chinabar adalah

berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar

matahari. Senyawa Hg anorganik digunakan sebagai fungisida.

Garam-garam merkuri anorganik termasuk amoniak merkurik

klorida dan merkuri iodide digunakan untuk cream pemutih kulit.

Merkuri chlorida (HgCl2) adalah sebagai antiseptik atau

disinfektan.

c. Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bertemu dengan

karbon atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri, tetapi

yang paling populer adalah metil merkuri. Organomerkuri lainnya

adalah dimetilmerkuri yang juga digunakan sebagai standar

referensi tes kimia. Di lingkungan ditemukan dalam jumlah kecil

namun sangat membahayakan bagi manusia dan hewan.

2. Kegunaan Merkuri

Menurut Palar (2008) pemakaian bahan merkuri telah

berkembang sangat luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-

macam pekerjaan yaitu Lestarisa (2010):


17

a. Bidang Industri

Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk

menangkap logam natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat

ditangkap oleh merkuri melalui proses elektrolisa dari larutan

garam natrium klorida (NaCl). Sedangkan dalam industri merkuri

juga banyak pabrik alat-alat listrik yang menggunakan lampu

merkuri untuk penerangan jalan raya. Merkuri juga dapat

digunakan pada pembuatan baterai, karena baterai dengan bahan

yang mengandung merkuri dapat tahan lama dan tahan terhadap

kelembaban tinggi. Merkuri juga digunakan dalam industri cat

untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen

pewarna.

b. Bidang pertanian

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan

sebagai fungisida, dimana hal ini terjadi penyebab yang cukup

penting dalam peristiwa keracunan merkuri pada organisme hidup.

Karena penyemprotan yang dilakukan secara terbuka dan luas,

maka banyak organisme hidup lainnya yang bisa terkena senyawa

racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut

tidak hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup

lainnya.

c. Bidang pertambangan
18

Logam merkuri digunakan untuk membentuk amalgram.

Contohnya dalam pertambangan emas, logam merkuri digunakan

untuk mengikat dan memurnikan emas.

d. Bidang kedokteran

Dalam bidang kedokteran logam merkuri digunakan untuk

campuran penambal gigi.

e. Peralatan fisika

Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur

tekanan gas dan alat-alat listrik.

3. Dampak Merkuri terhadap Kesehatan

Penggunaan merkuri dalam waktu lama menimbulkan dampak

gangguan kesehatan hingga kematian pada manusia dalam jumlah

yang cukup besar. Meskipun kasus kematian sebagai akibat

pencemaran merkuri belum terdata di Indonesia hingga kini namun

diyakini persoalan merkuri di Indonesia perlu penanganan tersendiri.

Tentu saja hal ini sebagai akibat dari pengelolaan dan pemanfaatan

yang tidak mengikuti prosedur. Pengaruh merkuri terhadap

kesehatan manusia dapat diurai sebagai berikut (Lestarisa, 2010):

a. Pengaruh terhadap Fisiologis

Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada Sistem Saluran

Pencernaan dan ginjal terutama akibat merkuri terakumulasi.

Jangka waktu, intensitas dan jalur paparan serta bentuk merkuri

sangat berpengaruh terhadap sistem yang dipengaruhi. Organ


19

utama yang terkena pada paparan kronik oleh elemen merkuri dan

organomerkuri adalah SSP. Sedangkan garam merkuri akan

berpengaruhterhadap kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh

elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap system

pernafasan sedang garam merkuri yang tertelan akan

berpengaruh terhadap SSP, efek terhadap sistem cardiovaskuler

merupakan efek sekunder.

b. Pengaruh Terhadap Sistem Saraf

Merkuri yang berpengaruh terhadap sistem saraf merupakan

akibat pemajanan uap elemen merkuri dan metil merkuri karena

senyawa ini mampu menembus blood brain barrier dan dapat

mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga

mengakibatkan kelumpuhan permanen. Metilmerkuri yang masuk

ke dalam pencernaan akan memperlambat SSP yang mungkin

tidak dirasakan pada pemajanan setelah beberapa bulan sebagai

gejala pertama sering tidak spesifik seperti malas, pandangan

kabur atau pendengaran hilang (ketulian).

c. Pengaruh Terhadap Ginjal

Apabila terjadi akumulasi pada ginjal yang diakibatkan oleh

masuknya garam inorganik atau phenylmercury melalui SSP akan

menyebabkan naiknya permiabilitas epitel tubulus sehingga akan

menurunkan kemampuan fungsi ginjal (disfungsi ginjal). Pajanan

melalui uap merkuri atau garam merkuri melalui saluran


20

pernafasan juga mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi

proteinuria atau nephrotic syndrom dan tubular necrosis akut.

d. Pengaruh Terhadap Pertumbuhan

Terutama terhadap bayi dan ibu yang terpajan oleh

metilmerkuri dari hasil studi membuktikan ada kaitan yang

signifikan bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan gandum yang

diberi fungisida, maka bayi yang dilahirkan mengalami gangguan

kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan

pandang, microcephaly, cerebral palsy, ataxia, buta dan gangguan

menelan.

e. Minamata Disease

Minamata disease atau biasa disebut penyakit minamata

adalah kondisi sindrom neurologis yang disebabkan oleh

keracunan merkuri. Gejala minamata disease dapat berupa kejang

otot, mati rasa pada tangan dan kaki, otot melemah, penglihatan

menyempit, serta gangguan pendengaran dan bicara. Pada kasus

yang sudah parah dapat menyebabkan kelumpuhan.

4. Baku Mutu Merkuri

Berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan oleh National

Sediment Quality Survey Tahun 2004 baku mutu merkuri (Hg) pada

sedimen yaitu < 0,87 ppm (Hidayat dkk., 2019).


21

Berdasarkan keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan

No. 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat

dalam Pangan Olahan Ikan yaitu 0.5 mg/kg (BPOM, 2018).

C. Tinjauan Umum tentang Ikan dan Sedimen

1. Definisi Ikan

Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah

satu indikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan.

Jika di dalam tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang

tinggi dan melebihi batas normal yang telah ditentukan dapat

sebagai indikator terjadinya suatu pencemaran dalam lingkungan.

Logam berat seperti timbal dan merkuri masuk ke ikan melalui

insang, karena insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas

logam (Diana dkk., 2017).

Ikan merupakan jenis organisme air yang dapat bergerak

dengan cepat di dalam air. Ada jenis ikan yang hidup di perairan

yang dangkal dan ada pula yang hidup di perairan dalam. Karena

dapat berenang dengan cepat, ikan memiliki kemampuan untuk

menghindarkan diri dari pengaruh polusi. Namun, pada ikan yang

hidup dalam habitat yang terbatas, ikan-ikan ini akan sulit melarikan

diri dari pengaruh polusi tersebut. Hal ini sering terjadi pada ikan-ikan

yang hidup di perairan dangkal. Logam berat masuk ke dalam

jaringan tubuh ikan melalui beberapa jalan, yaitu saluran

pencernaan, saluran pernapasan dan penetrasi (Ondang dkk., 2020).


22

Menurut Sahetapy (2011), akumulasi logam berat pada ikan

dapat terjadi karena adanya kontak antara medium yang

mengandung toksik dengan ikan. Kontak berlangsung dengan

adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air ke dalam atau

permukaan tubuh ikan, misalnya logam berat masuk melalui insang.

Masuknya logam berat kedalam tubuh organisme perairan dengan

tiga cara yaitu melalui makanan, insang, dan difusi melalui

permukaan kulit (Arkianti dkk., 2019).

2. Ikan sebagai Media Pencemaran Logam Berat pada Manusia

Ikan merupakan salah satu sumber protein yang sangat

dibutuhkan oleh manusia, karena kandungan proteinnya tinggi,

mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh,

disamping itu, nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan

pengikat sedikit sehingga mudah dicerna. Hal penting adalah

harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan sumber protein lain

(Natsir, 2018).

Seiring bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri

mengakibatkan tercemarnya perairan. Limbah penduduk, maupun

limbah dari kegiatan industri yang mengandung logam berpotensi

mencemari badan air. Akibatnya logam akan terakumulasi pada

perairan. Logam berat dapat terakumulasi di dalam tubuh suatu

organisme dan tetap tinggal dalam jangka waktu lama sebagai

racun. Logam tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia


23

dan sebagian akan terakumulasikan melalui berbagai perantara

salah satunya adalah melalui makanan yang terkontaminasi oleh

logam berat. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus dalam

jangka waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan

kesehatan manusia (Diana dkk., 2017).

Logam masuk kedalam jaringan tubuh biota secara umum

melalui 3 cara yaitu (Nuzmiyah, 2019):

a. Endositosis, dimana pengambilan partikel dari permukaan sel

dengan membentuk wahana perpindahan oleh membran plasma,

proses ini sepertinya berperan dalam bentuk tidak larut.

b. Diserap dari air, 90% kandungan logam berat dalam jaringan

berasal dari penyerapan oleh sel epitel insang. Insang diduga

sebagai organ yang menyerap logam berat dalam air.

c. Diserap dari makanan dan sedimen, penyerapan logam berat dari

makanan dan sedimen oleh biota tergantung pada strategi

mendapatkan makanan. Bioakumulasi logam berat pada ikan di

lingkungan perairan dapat terjadi melalui 3 cara akumulasi, yaitu :

1) Akumulasi logam berat dari partikulat tersuspensi (sedimen).

2) Akumulasi logam berat dari makanan ikan (sistem rantai

makanan).

3) Akumulasi dari logam berat yang terlarut dalam air.

Proses bioakumulasi logam berat pada ikan bisa terjadi secara

fisis maupun biologis (biokimia). Proses fisis berupa menempelnya


24

senyawa logam berat pada bagian tubuh, luar tubuh, insang dan

lubang-lubang membran lainnya yang berasal dari air maupun dari

senyawa yang menempel pada partikel. Proses biologis terjadi

melalui proses rantai makanan dan tidak menutup kemungkinan

terabsorbsinya logam berat yang sebelumnya hanya menempel.

Konsentrasi akumulasi logam berat pada ikan lebih tinggi pada organ

seperti gonad, tulang, dan kepala. Pada bagian daging ikan

konsentrasi logam berat yang terakumulasi lebih kecil tetapi pada

bagian ini yang lebih sering dikonsumsi oleh manusia (Arkianti dkk.,

2019).

3. Definisi Sedimen

Sedimen adalah pecahan-pecahan material yang umumnya

terdiri atas uraian batu-batuan secara fisis dan secara kimia. Partikel

seperti ini mempunyai ukuran dari yang besar (boulder) sampai yang

sangat halus (koloid), dan beragam bentuk dari bulat, lonjong sampai

persegi. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari pengukuran sedimen

terlarut dalam sungai (suspended sediment), dengan kata lain bahwa

sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang

diangkut dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara,

angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang

diendapkan dari material yang melayang dalam air atau dalam

bentuk larutan kimia (Usman, 2014).


25

Menurut Kusnan proses sedimentasi itu sendiri dalam konteks

hubungan dengan sungai meliputi, penyempitan palung, erosi,

transportasi sedimentasi (transport sediment), pengendapan

(deposition), dan pemadatan (compaction) dari sedimen itu sendiri.

Karena prosesnya merupakan gejala sangat komplek, dimulai

dengan jatuhnya hujan yang menghasilkan energi kinetik yang

merupakan permulaan proses terjadinya erosi tanah menjadi partikel

halus, lalu menggelinding bersama aliran, sebagian akan tertinggal di

atas tanah, sedangkan bagian lainnya masuk kedalam sungai

terbawa aliran menjadi sedimen. Besarnya volume sedimen terutama

tergantung pada perubahan kecepatan aliran, karena perubahan

pada musim penghujan dan kemarau, serta perubahan kecepatan

yang dipengaruhi oleh aktivitas manusia (Pangestu dkk., 2013).

Seiring berkembangnya kegiatan industri yang mengandung

logam berat dalam limbahnya dapat menyebabkan pencemaran

pada aliran sungai kemudian terakumulasi pada sedimen. Pada

umumnya logam-logam berat yang terdekomposisi pada sedimen

tidak terlalu berbahaya bagi makhluk hidup perairan, tetapi oleh

adanya pengaruh kondisi akuatik yang bersifat dinamis seperti

perubahan pH, akan menyebabkan logam-logam yang terendapkan

dalam sedimen terionisasi ke perairan. Hal inilah yang merupakan

bahan pencemar dan akan memberikan sifat toksik terhadap

organisme hidup bila ada dalam jumlah yang berlebih (Siaka, 2008).
26

D. Tinjauan Umum tentang Kanal

Kanal merupakan bagian dari aliran sungai yang telah mengalami

pelebaran atau pendalaman pada bagian tertentu yang dibuat oleh

manusia untuk berbagai keperluan. Aliran kanal dimanfaatkan oleh

masyarakat di sekitar kanal sebagai media pembuangan limbah rumah

tangga dan industri, sekaligus untuk kegiatan mandi, cuci, dan kakus

(MCK). Kegiatan tersebut dapat menyebabkan perubahan kondisi

fisika-kimia perairan, yang dapat berdampak pada perubahan

komposisi dan kelimpahan organisme akuatik yang ada (Andriansyah

dkk., 2014).

Kanal berfungsi sebagai saluran pembuangan air (drainase) yang

meneruskan limbah kegiatan industri dan rumah tangga yang ada di

perkotaan. Selain itu pembangunan kanal juga merupakan salah satu

cara yang dianggap efektif dalam mengendalikan masalah banjir.

Namun banyaknya masyarakat yang membuang sampah disekitar

kanal menimbulkan banyaknya tumpukan sampah sehingga menjadi

salah satu penyebab banjir (Faisal dkk., 2017).

E. Tinjauan Umum tentang Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan sekumpulan metoda untuk

menemukan dan menggambarkan tingkatan atau pola dari sebuah

fenomena spasial, sehingga dapat dimengerti dengan lebih baik.

Dengan melakukan analisis spasial, diharapkan muncul infomasi baru


27

yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di bidang

yang dikaji (Budiman, 2016).

Analisis spasial merupakan salah satu metodologi manajemen

penyakit berbasis wilayah, merupakan suatu analisis dan uraian

tentang data penyakit secara geografi berkenaan dengan distribusi

kependudukan, persebaran faktor risiko lingkungan, ekosistem, sosial

ekonomi, serta analisis hubungan antar variabel tersebut. Pemanfaatan

analisis spasial pada bidang kesehatan dilakukan agar diketahui cara

pandang tentang hubungan kesehatan dan lingkungan serta

menganalisis upaya untuk penanganannya (Muhajjar dkk., 2016).

Eddy Prahasta menyebutkan bahwa ada enam fungsi dari analisis

spasial, yaitu (Saifuddin, 2016):

1. Klasifikasi, yaitu mengklasifikasikan kembali suatu data spasial

menjadi data spasial yang baru dengan menggunakan kriteria

tertentu.

2. Jaringan, yaitu merujuk data spasial titik-titik (point) atau garis-garis

(line) sebagai suatu jaringan yang tak terpisahkan.

3. Overlay, yaitu suatu fungsi yang menghasilkan data spasial baru dari

minimal dua data spasial yang menjadi masukkannya.

4. Analisis 3 dimensi, yaitu fungsi yang terdiri dari sub-sub fungsi yang

berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang 3 dimensi.

Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta.

Dalam perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta


28

dipermudah dengan adanya Sistem Informasi Geografis (SIG) yang

dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar

sehingga memudahkan dalam penuangan data /tersebut ke base map

yang manghasilkan peta tematik (Rohsulina dkk., 2015).

Sistem Informasi Geografis (SIG) bekerja berdasarkan

pengolahan data yang berupa data geografis. SIG tidak sekedar

aplikasi (software) ataupun alat untuk membuat peta namun SIG

merupakan sebuah sistem yang diperlukan sebagai kerangka untuk

memahami dan mengolah dunia. SIG memungkinkan koneksi antar

objek atau kegiatan berdasar analisis kedekatan (proximity analisis)

dan juga sebagai integrasi sistem informasi geospasial dengan sistem

lain dalam sebuah sistem (Astutik, 2015).


TABEL SINTESA

No. Nama Peneliti Judul Penelitian / Tujuan Metode Sampel Hasil dan
Tahun Kesimpulan

1. Manna Wanna, Analisis Kualitas Air Untuk Jenis Jumlah sampel Hasil penelitian
Subari Yanto, dan Cemaran Logam mengetahui penelitian pada penelitian menunjukan
Kadirman. Berat Merkuri (Hg) cemaran dalam ini adalah 4 kadar merkuri (Hg)
dan Timbal (Pb) pada logam berat penelitian ekor ikan jenis pada jenis ikan
Ikan di Kanal merkuri (Hg) ini adalah sepat siam dan sepat siam yaitu
Hertasning Kota dan timbal jenis ikan nila yang sebesar
Makassar, 2017. (Pb) pada ikan penelitian diambil di 0,0816 mg/kg
di kanal kuantitatif bagian hulu sedangkan pada
hertasning dengan dan hilir. jenis ikan nila yaitu
Kota menggunakan sebesar
Makassar. metode 0,0545 mg/kg.
penelitian sedangkan kadar
deskriptif. timbal (Pb) pada
jenis ikan nila
yaitu sebesar
0,0195 mg/kg
pada jenis ikan
sepat siam
yaitu sebesar
0,0156
mg/kg masih

29
30

berada di bawah
ambang batas
maksimum logam
berat
yang terdapat
dalam ikan segar
berdasarkan SNI
2729:2013.
2. Selmi, Wiharto, Analisis Air, Substrat
Untuk Jenis Jumlah sampel Hasil penelitian
Patang. Tanah dan Cemaran mengetahui penelitian sebanyak 3 menunjukkan
Logam Berat Timbal cemaran adalah jenis ekor ikan yang kadar timbal pada
(Pb) dan Cadmium logam berat penelitian diambil di tiga ikan nila yang
(Cd) Pada Ikan Nila timbal (Pb) kuantitatif stasiun. diambil di masing-
(Oreochromis dan kadmium dengan masing stasiun
Niloticus) Pada(Cd) pada menggunakan adalan 0,1 mg/kg
Waduk Tungguikan nila (Cd) pendekatan masih di bawah
Pampang Kelurahan Pada Ikan Nila deskriptif. ambang batas
Bitoa, Kota Makassar,(Oreochromis yang ditetapkan
2020. Niloticus) di berdasarkan
Waduk SNI 2729:2013
Tunggu untuk ikan segar.
Pampang
Kelurahan
Bitoa, Kota
Makassar.
3. Afnan Fadlan Analisi Kandungan Untuk Penelitian ini Jumlah sampel Kesimpulan
Logam Berat Timbal mengetahui berisifat sebanyak 9 Berdasarkan hasil
(Pb) pada kandungan kualitatif sampel. penelitian
31

Ikan Bandeng logam berat dengan disimpulkan bahwa


(Chanos-chanos) di timbal (Pb) pendekatan kandungan logam
Beberapa Pasar pada ikan deskriptif. berat
Tradisional Kota yang diperjual timbal (Pb) yang
Makassar, 2016. belikan di terkandung dalam
pasar tubuh ikan
tradisional bandeng pada
Kota pasar 1 adalah
Makassar. 0 ppm dalam
semua organ yang
diuji, pasar 2
adalah 0,00052
ppm dalam
organ ginjal dan
pasar 3 adalah
0,00113 ppm
dalam organ ginjal.
Semua
organ yang
terkandung pada
tiga pasar masih
dibawah standar
SNI.
4. Rukma Melati Biokonsentrasi Untuk Penelitian ini Jumlah sampel Hasil penelitian ini
Sukma, Abdul Logam Berat Timbal, mengetahui adalah sebanyak 10 menunjukkan
Gafur, Arsen pada Air dan biokonsentrasi observasional ekor ikan kadar timbal (Pb)
Hasriwiani Ikan logam berat dengan diambil secara pada Ikan di lokasi
Habo Abbas. Di Tallo Kota timbal (Pb) rancangan Purposive titik I sampai titik III
32

Makassar, 2020. dan Arsen analisis sampling. memiliki hasil yang


(As) pada ikan konsentrasi sama yang sama
di Tallo Kota yaitu sebesar
Makassar. <0,10 mg/kg.
5 Izza Studi Pencemaran Untuk Penelitian ini Jumlah sampel Kadar rata- rata
Hananingtyas Kandungan Logam mengetahui bersifat sebanyak 10 logam berat timbal
Berat Timbal (Pb) dan kandungan deskriptif ekor ikan (Pb) pada ikan
Kadmium (Cd) pada logam berat dengan diambil secara tongkol
Ikan Tongkol timbal (Pb) pendekatan Purposive (Euthynnus sp.) di
(Euthynnus sp.) di dan kadmium cross sampling. Pantai Utara Jawa
Pantai Utara (Cd) pada sectional sebesar 0,276
Jawa, 2017. ikan tonglol study. mg/kg masih
(Euthynnus dibawah batas
sp.) di Pantai aman yang telah
Utara ditetapkan oleh
Jawa. BPOM yaitu 0,3
mg/kg. sedangkan
kadar rata-rata
logam berat
kadmium (Cd)
pada ikan tongkol
(Euthynnus sp.) di
Pantai Utara Jawa
sebesar 0,156
mg/kg telah
melampaui batas
aman yang telah
ditetapkan oleh
33

BPOM yaitu 0,1


mg/kg.
6. Nisa Arkianti, Kandungan Logam Untuk Penelitian ini Jumlah sampel Kandungan logam
Nur Kusuma Berat Timbal (Pb) mengetahui bersifat pada penelitian berat timbal (Pb)
Dewi, Nana pada Ikan di Sungai kandungan observasional ini adalah pada ikan berkisar
Karida Tri Lamat Kabupaten logam berat analitik. sebanyak 3 antara 0,3042-
Martuti Magelang, 2019 timbal (Pb) ekor ikan yang 0,7268 mg/L. Data
pada ikan di diambil di tiga tersebut
sungai Lamat stasiun yaitu menunjukkan
Kabupaten hulu, hilir dan bahwa kandungan
Magelang. sungai lamat. Pb telah melebihi
baku mutu SNI
7389:2009 yang
sebesar 0,3
mg/Kg.
7. Hardinawati Analisis Kandungan Untuk Penelitian ini Jumlah sampel Pada penelitian ini
Logam Timbal pada mengetahui bersifat pada penelitian diperoleh
Hati, Daging dan Kulit kandungan kualitiatif ini adalah 6 kesimpulan pada
Ikan Baronang logam berat dengan ekor ikan stasiun I nilai
(Siganus Sp) timbal (Pb) pendekatan masing-masing kadar logam berat
Di Pulau Lae-Lae, pada hati, deskriptif. dilakukan timbal (Pb) pada
2017. daging dan pengujian ikan Baronang
kulit ikan sebanyak 2 tompel
Baronang kali. (Siganus gutattus)
(Siganus Sp) bagian organ hati
Pulau Lae-Lae yaitu 3,124 mg/kg,
daging yaitu
2,481mg/kg dan
34

kulit yaitu 3,511


mg/kg. Sedangkan
pada stasiun II
kadar logam berat
timbal (Pb)
pada ikan
Baronang tompel
(Siganus gutattus)
bagian organ hati
yaitu 3,429 mg/kg,
daging yaitu 3,012
mg/kg dan kulit
yaitu 3,630 mg/kg.
8. Lensoni, Ambia Pengaruh Kandungan Tujuan Metode Jumlah sampel Kandungan logam
Nurdin, Merkuri (Hg) Pada Air penelitian ini penelitian ini pada penelitian berat merkuri (Hg)
Zahratul Idami Di Sungai Krueng adalah untuk adalah ini adalah 3 yang
Zaini. Sabee Terhadap mengetahui metode ekor ikan terdapat di dalam
Peningkatan Kadar bagaimana Eksperimen dengan ukuran sampel Ikan
Merkuri Pada Ikan, pengaruh yang berat 0,5 – 1 Gabus
Langkitang/Chu kandungan merupakan Kilogram. adalah sebesar
(Melanoides merkuri pada bagian dari Adapun untuk 0,0054 mg/kg.
Tuberculata) Dan air metode langkitang/chu pada sampel
Kerang (Anodonta sungai Krueng kuantitatif, dan kerang Langkitang/Chu
Sabee berupa survey yang diambil (Melanoides
Sp) Di Sungai Krueng terhadap dengan kemudian di Tuberculata)
Sabee Kabupaten peningkatan menggunakan bedah adalah adalah sebesar
Aceh Jaya, 2020. kadar rancangan sebanyak ± 20 0,0123 mg/kg,
merkuri pada cross gram. sedangkan sampel
35

ikan, sectional Kerang


langkitang dan survey dan uji (Anaodonta sp)
kerang yang laboratorium. sebesar 0,0522
melebihi mg/kg.
ambang batas
Di Sungai
Krueng Sabee
Kabupaten
Aceh Jaya.
9. Mahmud dkk. Konsentrasi merkuri Untuk Jenis Sampel pada Hasil analisis
pada ikan di perairan mengetahui penelitian penelitian ini
konsentrasi
laut Sulawesi berapa besar adalah jenis adalah ikan merkuri pada ikan
akibat penambangan konsentrasi penelitian sebanyak 18 berkisar 0,3154 –
emas tradisional merkuri kuantitatif ekor. 2,2977
Buladu Kabupaten masuk pada dengan Pengambilan mg/kg.
Gorontalo ikan yang menggunakan sampel Konsentrasi rata-
Utara,2017. dikonsumsi pendekatan dilakukan rata sebesar
oleh deskriptif. secara acak.. 1,1882 mg/kg.
masyarakat di Hasil analisis ini
Desa Buladu sudah
Kecamatan berada di atas
Sumalata baku mutu yang
Kabupaten ditetapkan sebesar
Gorontalo 0,5 mg/kg, sesuai
Utara. SK Dirjen
POM No.
03725/B/SK/VII/89.
10. Nur Aeni A. Bioakumulasi Logam Untuk Jenis 10 spesies ikan Berdasarkan hasil
36

Berat Merkuri (Hg) mengetahui penelitian ekor kuning penelitian yang


pada Ikan Ekor Bioakumulasi yang (Caesio telah dilakukan
Kuning Logam Berat digunakan cuning) dapat disimpulkan
(Caesio cuning) di Merkuri (Hg) yaitu dengan ukuran bahwa
Perairan Pulau Lae- pada Ikan penelitian sampel kandungan logam
Lae Makassar, 2017. Ekor Kuning kualitatif, berkisar 15-20 berat Hg pada ikan
(Caesio dengan cm yang ekor kuning
cuning) di pendekatan diambil dengan (Caesio cuning)
Perairan deskriptif. teknik memiliki nilai
Pulau Lae-Lae Purposive rata-rata yaitu
Makassar, sampling pada pada sampel
2017. masing-masing insang sebesar
stasiun 0,22 mg/kg yang
diperoleh dari
Stasiun (I)
dan 0,19 mg/kg
yang diperoleh dari
Stasiun (II). Pada
sampel daging
0,12 mg/kg
pada Stasiun (I)
sedangkan yang
diperoleh dari
Stasiun (II)
sebesar 0,11
mg/kg memenuhi
Standar Nasional
Indonesia (SNI
37

7387:2009) karena
kandungan logam
berat Hg pada ikan
ekor kuning
(Caesio cuning)
masih di bawah
ambang batas.
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Kanal sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai

fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang

keseimbangan lingkungan. Kanal merupakan salah satu ekosistem

yang didalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berinteraksi

satu sama lain.

Pencemaran kanal ini dapat mengakibatkan buruknya kualitas air.

Dampak dari kualitas kanal yang buruk adalah akan menurunkan

jumlah biota air dan secara umum akan semakin menurukan kualitas air

kanal. Penyebab pencemaran pada perairan salah satunya diakibatkan

karena masuknya logam berat ke dalam badan perairan dalam jumlah

yang jauh diatas normal yang dapat menimbulkan efek negatif bagi

biota perairan adalah timbal dan merkuri.

Kota Makassar merupakan salah satu kota yang kegiatan

industrinya meningkat cukup pesat. Limbah dari kegiatan industri,

rumah tangga dapat mencemari badan air seperti kanal. Bahan

pencemar seperti timbal dan merkuri yang masuk ke dalam kanal dapat

mengakibatkan kerugian pada manusia salah satunya adalah timbal

dapat diakumulasikan oleh sedimen dan biota air seperti ikan yang

kemudian dikonsumsi oleh manusia dan dapat menyebabkan gangguan

kesehatan seperti keracunan timbal.

38
39

B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti

Konsentrasi Timbal
(Pb) pada Ikan dan
Sedimen Pemetaan Timbal dan Merkuri pada Ikan

Konsentrasi Merkuri
(Hg) pada Ikan dan
Sedimen

Gambar 3.1 Pola Pikir Variabel

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pemetaan

Pemetaan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan

untuk untuk menyediakan data serta informasi suatu tempat yang

akan dituju ataupun diteliti. Pemetaan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kanal yang tercemar logam berat timbal (Pb)

dan merkuri (Hg).

2. Pemetaan Kanal yang Tercemar Logam Berat

a. Kriteria Objektif Kandungan Logam Berat pada Ikan

1) Konsentrasi Logam Berat Timbal pada Ikan

Konsentrasi timbal (Pb) pada ikan adalah besarnya konsentrasi

yang terkandung dalam ikan di kanal Kota Makassar.

a) Memenuhi syarat jika konsentrasi timbal ≤ 0,2 mg/kg (Badan

POM No. 5, 2018)


40

b) Tidak memenuhi syarat jika konsentrasi > 0,2 mg/kg (Badan

POM No. 5, 2018)

2) Konsentrasi Logam Berat Merkuri pada Ikan

Konsentrasi merkuri (Hg) pada ikan adalah besarnya

konsentrasi yang terkandung dalam ikan di kanal Kota

Makassar.

a) Memenuhi syarat jika konsentrasi merkuri ≤ 0,5 mg/kg

(Badan POM No. 5, 2018)

b) Tidak memenuhi syarat jika konsentrasi merkuri > 0,5 mg/kg

(Badan POM No. 5, 2018)

b. Konsentrasi Logam Berat pada Sedimen

1) Konsentrasi Logam Berat Timbal pada Sedimen

Konsentrasi timbal adalah besarnya konsentrasi yang

terkandung dalam sedimen di kanal Kota Makassar.

Kriteria Objektif

a) Memenuhi syarat jika konsentrasi timbal ≤ 47,82 (National

Sediment Quality Survey tahun 2004)

b) Tidak memenuhi syarat jika konsentrasi timbal > 47,82

(National Sediment Quality Survey tahun 2004)

2) Konsentrasi Logam Berat Merkuri pada Sedimen

Konsentrasi merkuri adalah besarnya konsentrasi yang

terkandung dalam sedimen di kanal Kota Makassar.


41

a) Memenuhi standar jika konsentrasi merkuri ≤ 0,87 ppm


(National Sediment Quality Survey, 2004)
b) Tidak memenuhi standar jika konsentrasi merkuri > 0,87 ppm
(National Sediment Quality Survey, 2004)
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan jenis rancangan

exploratif dengan pendekatan analisis spasial Sistem Informasi Georafi

(SIG) konsentrasi logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg) pada ikan

di kanal Kota Makassar.

Penelitian ini meliputi observasi lapangan, pengambilan sampel

dan dilanjutkan pemeriksaan di laboratorium, analisa data serta

penyusunan laporan hasil penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan sampel ikan dan sedimen bertempat di kanal

Kota Makassar. Adapaun kriteria pemilihan lokasi penelitian yaitu:

1. Kanal yang menjadi lokasi penelitian merupakan saluran

pembuangan dari selokan besar.

2. Terdapat industri disekitar kanal yang menghasilkan limbah timbal

dan merkuri.

3. Kanal yang menjadi lokasi penelitian merupakan tempat masyarakat

biasa membuang baterai atau kabel yang mengandung timbal dan

merkuri.

4. Kanal yang menjadi lokasi penelitian terdapat ikan yang biasa

dikonsumsi oleh masyarakat.

42
43

Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan adapun lokasi yang

memenuhi yaitu Kanal Jongaya, Kanal Borong dan Kanal Hertasning.

Pengujian konsentrasi timbal dan merkuri dalam ikan dilakukan di

Laboratorium Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kota

Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Mei

2021.

C. Populasi

Menurut Sugiono (2011), populasi merupakan wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian

ini adalah ikan dan sedimen dalam kanal di Kota Makassar

D. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ikan dan sedimen yang ada di

dalam air kanal sebagai bagian dari populasi yang diambil untuk

mewakili karakteristik dari populasi tersebut guna meminimalisir waktu,

dana dan tenaga untuk melaksanakan penelitian.

E. Teknik Pengambilan Sampel

1. Sampel Sedimen

Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan menggunakan

plastik dari permukaan kanal kemudian dimasukkan kedalam

kantong plastik yang telah disediakan. Pengambilan sampel ini

dilakukan pada titik bersamaan dengan pengambilan sampel pada


44

ikan. Setelah itu botol sampel diberikan label dan disimpan dalam

cool box.

2. Sampel Ikan

Pengambilan sampel ikan dilakukan dengan cara

menggunakan jaring. Untuk mencegah agar konsentrasi timbal

dalam sampel tidak berubah dan tidak terkontaminasi dengan

lingkungan luar yang banyak mengandung logam berat pada saat

perjalanan ke laboratorium, maka sampel dimasukkan ke dalam cool

box yang lebih dahulu diisi es, hal ini dimaksudkan agar sampel ikan

tetap dalam keadaan baik. Tidak rusak dan terhindar dari bahan

pencemar sehingga kandungan logam berat pada ikan tidak

berubah.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk mengetahui kadar timbal (Pb) dan

merkuri (Hg) pada ikan dan sedimen dalam kanal di Kota Makassar

maka dilakukan pengujian laboratorium.

G. Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua data yakni data primer dan

data sekunder yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan

melalui pengambilan sampel penelitian. Data primer dalam penelitian

ini adalah sampel yang dianalisis di laboratorium.


45

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi

pustaka ataupun studi literatur. Data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini adalah buku dan jurnal yang terkait dengan

penelitian.

H. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:

1. Penentuan lokasi yang dijadikan sampel penelitian.

2. Menentukan titik pengamatan dan pengambilan sampel di lokasi

penelitian.

3. Pemeriksaan sampel di laboratorium.

4. Analisis data kuantitatif terkait konsentrasi timbal dan merkuri pada

ikan.

I. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk

menganalisis konsentrasi timbal pada ikan. Adapaun langkah-

langkahnya yaitu:

1. Pengambilan sampel ikan.

2. Pengukuran konsentrasi timbal dan merkuri pada ikan dilakukan di

laboratorium.

Adapun langkah-langkah pemeriksaan sampel ikan yaitu:

a. Spesimen ikan diambil bagian dagingnya.

b. Sampel ikan kemudian ditimbang sebanyak 5 gr lalu dimasukkan


46

kedalam labu ukur erlenmeyer.

c. Setelah itu dilakukan destruksi.

d. Lakukan penambahan 10 ml larutan HNO3.

e. Lakukan penambahan 1 ml asam perklorat HClO 4.

f. Sampel yang telah ditambahkan HNO 3 dan HCl4 didiamkan

selama 24 jam.

g. Sampel yang telah didiamkan kemudian di panaskan hingga larut

sempurna diatas pemanas air.

h. Setelah itu dilakukan penyarikan dengan menggunakan kertas

saring.

i. Sampel yang telah disaring dipindahkan kedalam labu ukur 50 ml

dan ditambahkan aquades.

j. Sampel yang telah ditambahkan aquades siap untuk diukur

dengan menggunakan SSA (Spektrophometer Serapan Atom).

k. Hidupkan alat SSA yang terhubung dengan tabung gas. yang

berisi gas antara lain asetilen, nitrous, dan argon. Kemudian

kompresor dinyalakan dengan tujuan untuk membuka aliran udara

didalam alat. Aktifkan SSA, exhaust, stavolt, computer dan printer.

Buka printer dan sampel kemudian didekatkan ke alat SSA lalu

sela udara yang ada pada udara dicelupkan keddalam sampel,

nayalakan api pada exhaust yang terdapat pada alat SSA yang

terhubung dengan selang udara tadi. Larutan sampel yang

mengandung ion logam dilewatkan melalui nyala udara asetilen


47

bersuhu 2000oC. Pasang lampu katoda yang sangat kuat

mengeluarkan energo pada panjang gelombang tertentu dan akan

diserap oleh atom-atom logam berat yang dianalisis.

l. Jumlah energi cahaya yang diserap atom logam berat pada

panjang gelombang tertentu ini sebanding dengan jumlah zat yang

diuapkan. Pada saat dilewatkan melalui nyala api udara asetilen.

Kadar dari logam CR tadi kemudian akan terbaca secara digital

melalui computer yang telah dilengkapi dengan software SSA

dilakukan perbandingan dan peralatan hasil pengukuran dapat

dicetak.

J. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan sebagai berikut:

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penentuan kordinat dengan

menggunakan GPS HP selanjutnya di olah ke dalam laptop dengan

menggunakan software ArcView GIS. Software ArcView GIS

berfungsi untuk mengolah data spasial dalam bentuk peta.

2. Editing

Editing yaitu memeriksa data yang terkumpul tentang hasil

pengukuran atau pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu hasil

pemeriksaan konsentrasi timbal pada ikan.


48

3. Coding

Coding merupakan pemberian kode untuk memudahkan dalam

tahap pengolahan data yaitu dengan cara memberikan kode angka.

4. Entry Data

Entry data yaitu memasukkan data yang telah diedit dan

diberikan kode dengan menggunakan komputer.

K. Penyajian Data

Data hasil pengukuran di lapangan dan laboratorium akan

disajikan dalam bentuk tabel dan akan diuraikan dalam bentuk narasi

deskriptif.

Data hasil pemetaan penyebaran logam berat timbal di kanal Kota

Makassar disajikan dalam bentuk gambar.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografi

Kota Makassar sebagai ibukota dari Provinsi Sulawesi Selatan,

secara administratif berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten

Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten

Gowa, dan sebelah barat selat Makassar. Kota Makassar memiliki

posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari

arah selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah

kawasan barat ke wilayah kawasan timur Indonesia dan dari wilayah

utara ke wilayah selatan Indonesia, diapit oleh dua muara yaitu

Sungai Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan Sungai

Jeneberang yang bermuara di selatan kota.

Kota Makassar berada pada bagian barat pulau Sulawesi

dengan ketinggian, 0-25 m dari permukaan laut. Kota Makassar

secara geografis terletak: 508, 6, 19 " Lintang Selatan (LS) 1190 24'

17' 38" Bujur Timur (BT). Luas wilayah kota Makassar adalah 175,77

km persegi yang terdiri atas 14 kecamatan, 143 kelurahan, 980 RW

dan 4867 RT. Diantara kecamatan tersebut, ada tujuh kecamatan

yang berbatasan langsung dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate,

Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.

Batas administrasi wilayah Kota Makassar berbatasan dengan:

49
50

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene

Kepulauan.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gowa.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi

dua bagian yaitu :

a. Bagian barat ke arah utara relatif rendah dekat dengan pesisir

pantai.

b. Bagian timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di

Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang.

Di Kota Makassar, ada tiga aliran kanal utama mengatur sistem

panyaluran drainase untuk pembuangan yakni, Kanal Panampu,

Kanal Jongaya dan Kanal Sinrijala dengan panjang aliran masing-

masing 40 km. Untuk kanal tersier 3.200 km. Kanal Jongaya yang

bermuara pada laut sebelah barat kota Makassar, Kanal Panampu

yang bermuara pada kawasan pelabuhan Potere sebelah utara kota,

dan Kanal Sinrijala yang bermuara pada sungai Tallo sebalah timur

Kota Makassar.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar khususnya pada daerah

yang dialiri kanal adapun kelurahan yang menjadi lokasi penelitian yaitu

Kelurahan Paropo, Kelurahan Kassi Kassi dan Kelurahan Karampuang.


51

Pengambilan sampel ikan dan sedimen dilakukan sebanyak 1 kali

dilakukan pada bulan April sampai Mei masing-masing 1 titik setiap

kanal. Pengumpulan data dilakukan sejak bulan Juni 2021. Sampel

manusia pada penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Paropo RT

5 RW 7, Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW 14, Kelurahan Karanpuang

RT 3 RW 9 dengan total sampel 100 responden. Sampel lingkungan

pada penelitian ini adalah ikan yang terdapat pada kanal yang diperoleh

dari lokasi penelitian. Adapun hasil pemeriksaan dan pengamatan

sampel dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar.

Gambar 5.1 Peta Penyebaran Kanal Di Kota Makasaar (Sumber: Data Primer, 2021)

1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan ciri khusus yang melekat

pada responden. Adapun karakteristik responden yang diambil pada


52

penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat

pendidikan dan lama tinggal di lokasi penelitian dapat dilihat pada

tabel 5.1 dibawah ini:

Tabel 5.1
Karakteristik Responden di Kelurahan Paropo, Kelurahan Kassi
Kassi dan Kelurahan Karampuang
Kota Makassar
Tahun 2021
Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Karakteristik Responden Paropo RT Kassi Kassi Karampuang
5 RW 7 RT 4 RW 14 RT 3 RW 9 Total
n % n % n %
11-20 Tahun 5 16.1 11 31.4 6 17.6
21-30 Tahun 8 25.8 6 17.1 7 20.6
Umur 31-40 Tahun 6 19.4 5 14.3 10 29.4
41-50 Tahun 5 16.1 6 17.1 5 14.7
51-60 Tahun 4 12.9 5 14.3 5 14.7 100
61-70 Tahun 3 9.7 2 5.7 1 2.9

Jenis Laki-Laki 20 64.5 12 34.3 10 29.4


Kelamin Perempuan 11 35.5 23 65.7 24 70.6 100
Tidak tamat SD 7 22.6 13 37.1 7 20.6
Tamat SD 8 25.8 14 40.0 9 26.5
Pendidikan Tamat SLTP 5 16.1 3 8.6 11 32.4 100
Tamat SMA 10 32.3 5 14.3 6 17.6
Tamat PT 1 3.2 0 0 1 2.9
Petani 1 3.2 2 5.7 3 8.8
Wiraswasta 6 19.4 3 8.6 6 17.6
Pekerjaan Buruh 7 22.6 6 17.1 4 11.8
IRT 10 32.3 13 37.1 13 38.2
Pelajar/Mahasiswa 4 12.9 9 25.7 6 17.6 100
Lainnya 3 9.7 2 5.7 2 5.9
< 10 Tahun 10 32.3 23 65.7 9 26.5
11-20 Tahun 11 35.5 8 22.9 13 38.2
Lama 21-30 Tahun 10 32.3 3 8.6 9 26.5
Tinggal 31-40 Tahun 0 0 0 0 3 8.8
41-50 Tahun 0 0 1 2.9 0 0 100

(Sumber: Data Primer, 2021)

a. Umur

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan umur, dapat dilihat dari 100 responden frekuensi

umur 11-20 tahun yaitu sebanyakl 22 orang, 21-30 tahun


53

sebanyak 21 orang, 31-40 tahun yaitu sebanyak 21 orang, 41-50

tahun yaitu sebanyak 16 orang, 51-60 tahun yaitu sebanyak 14

orang dan 61-70 tahun yaitu sebanyak 6 orang.

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat dari 100 responden

sebanyak 42 orang berjenis kelamin laki-laki dan 58 orang

berjenis kelamin perempuan.

c. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat dari 100 responden

frekuensi responden tertinggi yaitu tamat SD sebanyak 31 orang

sedangkan frekuensi responden terendah yaitu tamat perguruan

tinggi sebanyak 2 orang.

d. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden

berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat dari 100 responden frekuensi

responden yang bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 6 orang,

wiraswasta sebanyak 15 orang, buruh sebanyak 17 orang, IRT

sebanyak 36 orang, pelajar/mahasiswa sebanyak 19 orang dan

lainnya yaitu satpam, tukang jahit, pensiunan, supir, montir

masing-masing 1 orang dan 2 orang belum bekerja.


54

e. Lama Tinggal

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan karakteristik responden


berdasarkan lama tinggal, dapat dilihat dari 100 responden
sebanyak 42 orang telah tinggal selama < 10 tahun, 32 orang
tinggal selama 11-20 tahun, 22 orang tinggal selama 21-30 tahun,
3 orang tinggal selama 31-40 tahun dan 1 orang tinggal selama
41-50 tahun.
f. Gangguan Kesehatan (Neurogical Symptomps)
Distribusi responden di Kelurahan Paropo RT 5 RW 7 Kota
Makassar mengenai gangguan kesehatan neurogical symptomps
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Kesehatan
(Neurogical Symptomps) Di Kelurahan Paropo RT 5 RW 7
Kota Makassar Tahun 2021
Jumlah Total
Jenis Penyakit
Ya % Tidak % N %

Gusi kebiruan 1 3.2% 30 96.8% 31 100%


Tremor: lidah, 1 3.3% 30 96.8% 31 100%
kelopak mata
Gerakan mata 2 6.5% 29 93.5% 31 100%
Tubuh kaku 1 3.2% 30 96.8% 31 100%
(kesemutan)
Hilangnya refleks 0 0% 31 100% 31 100%
tubuh
Spasme atau otot 3 9.7% 28 90.3% 31 100%
tegang
Kedutan (gerakan 1 3.2% 30 96.8% 31 100%
otot yang tidak
disadari)
Berkeringat secara 1 3.2% 30 96.8% 31 100%
berlebihan
Mengalami disfagia 0 0% 31 100% 31 100%
(sulit menelan)
Gemetar pada 0 0% 31 100% 31 100%
anggota tubuh
55

Mudah pusing saat 3 9.7% 28 90.3% 31 100%


berdiri
(Sumber: Data Primer, 2021)

Distribusi responden di Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW 14

Kota Makassar mengenai gangguan kesehatan Neurogical

Symptomps dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Kesehatan
(Neurogical Symptomps) Di Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW
14 Kota Makassar
Tahun 2021
Jumlah Total
Jenis Penyakit
Ya % Tidak % N %

Gusi kebiruan 0 0% 35 100% 35 100%


Tremor: lidah, 2 5.7% 33 94.3% 35 100%
kelopak mata
Gerakan mata 35 100 0 0% 35 100%
teratur %
Tubuh kaku 3 8.6% 32 91.4% 35 100%
(kesemutan)
Hilangnya refleks 0 0% 30 100% 35 100%
tubuh
Spasme atau otot 7 20% 28 80% 35 100%
tegang
Kedutan (gerakan 1 2.9% 34 97.1% 35 100%
otot yang tidak
disadari)
Berkeringat 1 2.9% 34 97.1% 35 100%
secara berlebihan
Mengalami 2 5.7% 33 94.3% 35 100%
disfagia (sulit
menelan)
Gemetar pada 0 0% 35 100% 35 100%
anggota tubuh
Mudah pusing 3 8.6% 32 91.4% 35 100%
saat berdiri
(Sumber: Data Primer, 2021
56

Distribusi responden di Kelurahan Karampuang RT 3 RW 9

Kota Makassar mengenai gangguan kesehatan Neurogical

Symptomps dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Gangguan Kesehatan
(Neurogical Symptomps) Di Kelurahan Karampuang RT 3 RW
9 Kota Makassar Tahun 2021
Jumlah Total
Jenis Penyakit
Ya % Tidak % N %

Gusi kebiruan 0 0% 34 100% 34 100%


Tremor: lidah, 1 2.9% 33 97.1% 34 100%
kelopak mata
Gerakan mata 34 100% 0 0% 34 100%
Tubuh kaku 3 8.8% 30 91.2% 34 100%
(kesemutan)
Hilangnya refleks 0 0% 34 100% 34 100%
tubuh
Spasme atau otot 5 14.7% 29 85.3% 34 100%
tegang
Kedutan (gerakan 3 8.8% 31 91.2% 34 100%
otot yang tidak
disadari)
Berkeringat secara 4 11.7% 30 88.3% 34 100%
berlebihan
Mengalami 1 2.9% 33 97.1% 34 100%
disfagia (sulit
menelan)
Gemetar pada 0 0% 34 100% 34 100%
anggota tubuh
Mudah pusing 4 11.7% 30 88.3% 34 100%
saat berdiri
(Sumber: Data Primer, 2021)

Berikut hasil gangguan kesehatan di Kelurahan Paropo RT 5

RW 7, Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW 14 dan Kelurahan

Karampuang RT 3 RW 9 dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:


57

Kelurahan Karampuang RT 3 RW 9 Kelurahan Kassi Kassi RT 4 RW 14


Kelurahan Paropo RT 5 RW 7
MPSB
GAT
Disfagia
Keringat Berlebih
Kedutan
Spasme
Refleks
Kesemutan
Gerakan Mata
Tremor
Gusi Kebiruan

0 5 10 15 20 25
Gambar 5.2 Grafik Presentase Gejala Neurogical Symptomps di 3 Kelurahan di
Kota Makassar Tahun 2021 (Sumber: Data Primer, 2021)

2. Konsentrasi Logam Berat pada Sedimen di Kanal Kota Makassar

a. Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada sedimen di Kanal Kota

Makassar

Titik koordinat lokasi pengambilan sampel sedimen dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.5
Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Sedimen Di Kanal
Kota Makassar Tahun 2021
Titik Sampel Titik Koordinat
LS BT
Titik I (Kanal -5,1569280 119,4699216
Borong)
Titik II (Kanal -5,1733229 119,4616443
Hertasning)
Titik III (Kanal -5,1432432 119,4479946
Pampang)
(Sumber: Data Primer, 2021)

Hasil pemeriksaan Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar diperoleh konsentrasi timbal (Pb) dapat dilihat pada

grafik dibawah ini:


58

Konsentrasi Pb pada Sedimen


Konsentrasi Pb pada Sedimen Series2
60
47.82 47.82 47.82
50
Konsentrasi (ppm)

40

30

20
11.846 9.805
10 6.737

0
Titik 1 titik 2 Titik 3
Titik Sampel
gambar 5.3 Konsentrasi Timbal (Pb) pada Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021 (Sumber: Data Primer, 2021)

Berdasarkan gambar 5.3 diperoleh hasil pemeriksaan

konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada sedimen di titik I, titik II

dan titik III yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar bahwa logam berat timbal (Pb) pada sedimen di titik I

yaitu 11,846 ppm, di titik II yaitu 9,805 ppm, dan di titik III yaitu

6,737 ppm. Adapun standar kriteria yang digunakan pada

penelitian ini yaitu dimana hasil tersebut memenuhi syarat batas

konsentrasi logam berat karena dibawah nilai maksimum yaitu ≤

47.82 ppm berdasarkan National Sediment Quality Survey tahun

2004.

b. Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Sedimen di Kanal

Kota Makassar

Titik koordinal lokasi pengambilan sampel sedimen dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:


59

Tabel 5.6
Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Sedimen Di
Kanal Kota Makassar Tahun 2021
Titik Koordinat
Titik Sampel
LS BT
Titik I (Kanal -5,1569280 119,4699216
Borong)
Titik II (Kanal -5,1733229 119,4616443
Hertasning)
Titik III (Kanal -5,1432432 119,4479946
Pampang)
(Sumber: Data Primer, 2021)

Berdasarkan hasil pemeriksaan Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Makassar diperoleh konsentrasi merkuri (Hg) dapat

dilihat pada grafik dibawah ini:

Konsentrasi Hg pada Sedimen Baku Mutu

1
0.87 0.87 0.87
Konsentrasi (ppm)

0.1 0.1257
0.0993

0.0222
0.01

Titik 1 Titik Sampel


Titik 2
Titik 3
Gambar 5.4 Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Sedimen di Kanal Kota Makassar
Tahun 2021 (Sumber: Data Primer, 2021)

Berdasarkan gambar 5.4 diperoleh hasil pemeriksaan

konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada sedimen yang

dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar

bahwa logam berat merkuri (Hg) pada sedimen di titik I yaitu


60

0,0993 ppm, di titik II yaitu 0,1257 ppm, dan di titik III yaitu 0,0222

ppm. Adapun standar kriteria yang digunakan pada penelitian ini

yaitu hasil tersebut memenuhi syarat batas konsentrasi logam

berat karena dibawah nilai maksimum yaitu ≤ 0,87 ppm

berdasarkan National Sediment Quality Survey tahun 2004.

3. Konsentrasi Logam Berat pada Ikan di Kanal Kota Makassar

a. Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan

Titik koordinat sampel ikan dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 5.7
Titik Koordinat Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan Di Kanal
Kota Makassar Tahun 2021
Titik Sampel Titik Koordinat
LS BT
Titik I (Kanal -5,1569280 119,4699216
Borong)
Titik II (Kanal -5,1733229 119,4616443
Hertasning)
Titik III (Kanal -5,1432432 119,4479946
Pampang)
(Sumber: Data Primer, 2021)

Hasil pemeriksaan Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar diperoleh konsentrasi timbal (Pb) dapat dilihat pada

grafik dibawah ini:


61

Konsentrasi Pb pada Ikan


Konsentrasi Pb pada Ikan baku Mutu
0.25
0.2 0.2 0.2
0.2
Konsentrasi (ppm)

0.15

0.093
0.1

0.05 0.035 0.033

0
47.82 47.82 47.82
Titik Sampel
Gambar 5.5 Konsentrasi Timbal (Pb) pada Ikan di Kanal Kota Makassar Tahun
2021 (Sumber: Data Primer, 2021)

Berdasarkan gambar 5.5 diperoleh hasil pemeriksaan

konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada ikan di titik I, titik II dan

titik III yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar bahwa logam berat timbal (Pb) pada ikan di titik I yaitu

0.093 µg/gr, di titik II yaitu 0.035 µg/gr, dan di titik III yaitu 0.033

µg/gr. adapun standar kriteria yang digunakan pada penelitian ini

yaitu dimana hasil tersebut memenuhi syarat batas konsentrasi

logam berat karena dibawah nilai maksimum untuk parameter

timbal yaitu 0.2 mg/kg berdasarkan peraturan yang telah

ditetapkan oleh Badan Pengawas Makanan dan Minuman No. 5

Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat

dalam Pangan Olahan Ikan.


62

b. Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan

Titik koordinat lokasi sampel ikan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 5.8
Konsentrasi Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Di Kanal
Kota Makassar Tahun 2021
Titik Sampel Titik Koordinat
LS BT
Titik I (Kanal Borong) -5,1569280 119,4699216

Titik II (Kanal -5,1733229 119,4616443


Hertasning)
Titik III (Kanal -5,1432432 119,4479946
Pampang)
(Sumber: Data Primer, 2021)

Hasil pemeriksaan Balai Besar Laboratorium Kesehatan

Makassar diperoleh konsentrasi merkuri (Hg) dapat dilihat pada

gambar dibawah ini:

Konsentrasi Hg pada Ikan


Konsentrasi Hg pada Ikan Baku Mutu
0.06
0.05 0.05 0.05
0.05
Konsentrasi (ppm)

0.04
0.03
0.0142
0.02
0.0034 0.0037
0.01
0
Titik 1 titik 2 Titik 3
Titik Sampel
Gambar 5.6 Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Ikan di Kanal Kota Makassar Tahun
2021 (Sumber: Data Primer, 2021)

Berdasarkan gambar 5.6 diperoleh hasil pemeriksaan

konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan di titik I, titik II dan

titik III yang dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan


63

Makassar bahwa logam berat merkuri (Hg) pada ikan di titik I yaitu

0.00142 µg/gr, di titik II yaitu 0.0035 µg/gr, dan di titik III yaitu

0.00037 µg/gr. Adapun standar kriteria yang digunakan pada

penelitian ini yaitu dimana hasil tersebut memenuhi syarat batas

konsentrasi logam berat karena dibawah nilai maksimum untuk

parameter merkuri yaitu 0.05 mg/kg berdasarkan peraturan yang

telah ditetapkan oleh Badan Pengawas Makanan dan Minuman

No. 5 Tahun 2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam

Berat dalam Pangan Olahan Ikan.

4. Pemetaan Konsentrasi Logam Berat di Kanal Kota Makassar

a. Titik Koordinat

1) Titik Koordinat Data Sekunder

Tabel 5.10
Koordinat Timbal (Pb) dan Merkuri (Hg) Di Kanal Kota
Makassar Tahun 2021
No Lokasi Titik Koordinat Sumber
LS BT Penelitian
1 Kanal -5,1575841 119.4246500 Zulkifli
Rappocini (Penelitian
Belum Terbit)
2 Waduk -5,1706679 119.4690097 Susi, M
Tunggu (Penelitian
Pampang Belum Terbit)
3 Waduk -5,1676510 119.4708631 Susi, M
Tunggu (Penelitian
Pampang Belum Terbit)
4 Waduk -5,1660412 119.4719269 Susi, M
Tunggu (Penelitian
Pampang Belum Terbit)
5 Waduk -5,1667017 119.4749799 Susi, M
Tunggu (Penelitian
Pampang Belum Terbit)
6 Hulu Kanal -5,1705457 119,4654058 Manna. W,
Hertasning Subari dan
Kadirman
7 Hilir Kanal -5,1855479 119,4624869 Manna. W,
Hertasning Subari dan
Kadirman
64

5. Pemetaan Konsentrasi Logam Berat pada Sedimen di Kanal Kota Makassar

a. Pemetaan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Sedimen

Pemetaan konsentrasi timbal pada sedimen di Kanal Kota Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.7 Pemetaan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Sedimen di Kanal Kota Makassar Tahun 2021 (Sumber: Peta Geospasial)
65

Berdasarkan gambar 5.7 menunjukkan konsentrasi timbal (Pb) pada sedimen di Kanal Kota Makassar,

pada simbol berwarna merah ( ) menandakan konsentrasi timbal (Pb) masih berada dibawah nilai ambang

batas.

b. Pemetaan Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Sedimen

Pemetaan konsentrasi merkuri pada sedimen di Kanal Kota Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah:

Gambar 5.8 Pemetaan Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Sedimen di Kanal Kota Makassar Tahun 2021 (Sumber: Peta Geospasial)
66

Berdasarkan gambar 5.8 menunjukkan merkuri (Hg) pada sedimendi Kanal Kota Makassar, pada simbol

berwarna kuning ( ) menandakan konsentrasi merkuri (Hg) masih berada dibawah nilai ambang batas.

6. Pemetaan Konsentrasi Logam Berat pada Ikan di Kanal Kota Makassar

a. Pemetaan Konsentrasi Timbal (Pb) pada Ikan

Pemetaan konsentrasi timbal pada ikan di Kanal Kota Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.9 Peta Konsentrasi Timbal pada Ikan di Kanal Kota Makassar Tahun 2021 (Sumber: Peta Geospasial)
67

Berdasarkan gambar 5.9 menunjukkan konsentrasi timbal (Pb) pada ikan di Kanal Kota Makassar, pada

simbol berwarna merah ( ) menandakan konsentrasi timbal (Pb) masih berada dibawah nilai ambang batas.

b. Pemetaan Konsentrasi Merkuri pada Ikan

Pemetaan konsentrasi merkuri pada ikan di Kanal Kota Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 5.10 Peta Konsentrasi Merkuri (Hg) pada Ikan di Kanal Kota Makassar Tahun 2021 (Sumber: Peta Geospasial)
68

Berdasarkan gambar 5.10 menunjukkan konsentrasi merkuri

(Hg) pada ikan di Kanal Kota Makassar, pada simbol berwarna

kuning ( ) menandakan konsentrasi merkuri (Hg) masih berada

dibawah nilai ambang batas.

C. Pembahasan

1. Konsentrasi Logam Berat pada Sedimen di Kanal Kota Makassar

Logam berat pada perairan merupakan ancaman bagi makhluk

hidup baik itu biota yang ada di dalam perairan tersebut, maupun

pada tumbuh-tumbuhan dan manusia yang bergantung pada sumber

air tersebut. Sumber logam berat di perairan bersumber dari alam

(debu vulkanik, pengikisan bebatuan, dan lain-lain) dan aktivitas

manusia (limbah domestik, limbah industri dan lain-lain). Logam

berat memiliki sifat akumulatif di lingkungan. Keberadaan logam

berat timbal (Pb), merkuri (Hg) dan arsen (As) yang menumpuk pada

air dan sedimen akan masuk ke dalam kehidupan organisme di

dalamnya, logam berat pada konsentrasi tertentu akan terakumulasi

ke dalam air, biota, serta sedimen pada perairan tersebut, dan dapat

menimbulkan efek toksik terhadap organisme di dalamnya (Maddusa

dkk., 2017).

Keberadaan logam berat pada sedimen dapat menjadi polutan

apabila konsentrasinya melebihi ambang batas yang ditentukan.

Logam berat masuk ke badan air dan mengendap pada sedimen

terjadi karena tiga tahap, yaitu adanya curah hujan, adsorpsi dan
69

penyerapan oleh organisme air. Logam berat pada lingkungan

perairan akan diserap oleh partikel dan kemudian terakumulasi di

dalam sedimen. Logam berat memiliki sifat mengikat partikel lain dan

bahan organik kemudian mengendap didasar perairan dan bersatu

dengan sedimen lainnya. Hal ini menyebabkan konsentrasi logam

berat di dalam sedimen biasanya lebih tinggi daripada di perairan

(Warni dkk., 2017).

Konsentrasi logam berat di sedimen merupakan indikator yang

baik pada suatu lingkungan yang tercemar logam berat. Logam berat

yang masuk ke perairan akan segera berasosiasi dengan partikel

sedimen dan terakumulasi di dasar perairan. Logam berat memiliki

sifat mengikat partikel lain dan bahan organik kemudian mengendap

di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen lainnya. Hal ini

menyebabkan konsentrasi logam berat di dalam sedimen biasanya

lebih tinggi daripada di perairan (Natsir, 2021).

Berdasarkan hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat timbal

(Pb) pada sedimen di Kanal Kota Makassar diperoleh hasil

konsentrasi timbal (Pb) berkisar antara 6.737 ppm sampai 11.864

ppm. Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi timbal (Pb) di Kanal

Kota Makassar memenuhi syarat batas konsentrasi logam berat

karena masih berada dibawah nilai maksimum yaitu < 47.82 ppm

berdasarkan National Sediment Quality Survey Tahun 2004.


70

Berdasarkan hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat

merkuri (Hg) pada sedimen di Kanal Kota Makassar diperoleh hasil

konsentrasi merkuri (Hg) berkisar antara 0.0222 ppm sampai 0.1257

ppm. Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi merkuri (Hg) di Kanal

Kota Makassar memenuhi syarat batas konsentrasi logam berat

karena masih berada dibawah nilai maksimum yaitu < 0.87 ppm

berdasarkan National Sediment Quality Survey Tahun 2004.

Salah satu penyebab terdapatnya logam berat pada sedimen

pada titik pengambilan sampel disebabkan oleh lahan pertanian yang

berada disekitar kanal. Penggunaan pestisida yang mengandung

organo merkuri dapat menjadi sumber pencemaran merkuri. Selain

itu disekitar kanal juga terdapat tempat pembuangan sampah

sementara (TPS) yang mana banyak terdapat sumber pencemar

timbal seperti baterai yang dibuang ke dalam kanal sehingga dapat

mengendap ke dalam air dan membentuk sedimen.

Rendahnya konsentrasi logam berat dipengaruhi oleh ukuran

partikel sedimen. Pada sedimen yang halus konsentrasi lebih tinggi

daripada sedimen yang kasar. Hal ini berhubungan dengan kondisi

lingkungan yang tenang sehingga memungkinkan pengendapan

sedimen halus berupa lumpur yang diikuti oleh akumulasi logam

berat lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi ukuran partikel

sedimen di titik I sampai titik III ukuran partikel sedimennya tergolong

kasar sehingga konsentrasi logam berat memenuhi syarat.


71

Kedalaman sedimen juga dapat mempengaruhi konsentrasi

logam berat. Semakin dalam sedimen semakin tinggi konsentrasi

logam beratnya. Sebagaimana diketahui logam berat yang masuk ke

dalam air akan terakumulasi dan mengendap ke dasar perairan.

Pada penelitian ini sampel sedimen yang diambil yaitu yang berada

dipermukaan perairan sehingga konsentrasi logam beratnya rendah

dan memenuhi syarat.

Selain itu tinggi rendahnya konsentrasi logam berat dalam air

dan sedimen juga dioengaruhi oleh musim. Pada penelitian ini

pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei yang merupakan

musim penghujan. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Hutagalung (2001) pada musim penghujan konsentrasi logam berat

cenderung lebih rendah karena terencerkan oleh air hujan. Logam

berat yang masuk perairan akan mengalami pengendapan,

pengenceran dan dispersi, kemudian diserap oleh organisme yang

hidup di perairan. Pengendapan logam berat terjadi karena adanya

anion karbonat, hidroksil dan klorida (Hutagalung. 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Cahyani (2017) menyebutkan

bahwa musim memiliki pengaruh terhadap logam berat. Curah hujan

yang tinggi identik dengan meningkatnya debit air yang dapat

mempercepat terjadinya proses purifikasi. Debit merupakan faktor

pengencer, semakin tinggi debit yang melewati aliran sungai

semakin menurunkan konsentrasi logam berat yang terlarut.


72

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Palar (2008) pada musim

hujan diduga arus menyebabkan terjadinya gesekan antara

permukaan sedimen dengan massa air. Hal ini menyebabkan

terlepasnya partikel dalam sedimen ke kolom perairan, sehingga

berpotensi menurunkan atau menaikkan konsentrasi-konsentrasi

logam berat dalam partikel tersuspensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Adani dkk (2018) menyebutkan

bahwa rendahnya logam berat dalam sedimen sangat erat

hubungannya dengan ukuran butiran sedimen. Umumnya sedimen

yang mempunyai ukuran yang lebih halus dan mempunyai banyak

kandungan organik mengandung konsentrasi logam berat yang lebih

besar daripada sedimen yang mempunyai tipe ukuran butir sedimen

berukuran besar. Ukuran sedimen yang halus mempunyai

kemampuan yang baik dalam mengikat logam. Sedimen dengan

tekstur halus mengandung konsentrasi logam berat yang lebih besar

dibandingkan dengan sedimen yang berjenis pasir yang mempunyai

ukuran butir sedimen lebih besar. Partikel sedimen yang halus

memiliki luas permukaan yang besar dengan kerapatan ion yang

lebih stabil dalam mengikat logam daripada partikel sedimen yang

lebih besar. Hal ini berarti kandungan logam berat akan bertambah

dengan bertambah halusnya ukuran butir sedimen.


73

2. Konsentrasi Logam Berat pada Ikan di Kanal Kota Makassar

Salah satu pencemar yang menyebabkan rusaknya tatanan

lingkungan hidup yaitu limbah yang mengandung logam berat.

Pencemaran logam berat dapat ditemukan dalam badan air dan juga

dalam bentuk padatan yang terdapat dalam perairan seperti

sedimen. Kontaminasi logam berat pada ekosistem perairan secara

intensif berhubungan dengan pelepasan logam berat oleh limbah

domestik, industri dan aktivitas manusia lainnya (Budiastuti dkk.,

2016).

Logam berat sebagai polutan yang masuk ke dalam air itu

dapat mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan

predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini

berada dalam jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam

konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan sebagai bahan makanan

maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila terakumulasi

secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat

membangkitkan kanker (karsinogen). Demikian pula dengan bahan

pangan dengan kandungan logam berat tinggi dianggap tidak layak

konsumsi (Satriyawan dkk., 2018).

Biota air seperti ikan merupakan salah satu biota air yang dapat

mengakumulasi logam. Jika dalam tubuh ikan telah terkandung

kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah

ditentukan, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran


74

lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, secara umum logam berat

masuk ke dalam jaringan tubuh ikan melalui beberapa jalan, yaitu

saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan penetrasi melalui kulit

(Ondang dkk., 2020).

Berdasarkan hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat timbal

(Pb) pada ikan di Kanal Kota Makassar diperoleh hasil konsentrasi

timbal (Pb) berkisar antara 0.033 µg/gr sampai 0.093 µg/gr.

Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi timbal (Pb) ikan di Kanal

Kota Makassar memenuhi syarat batas konsentrasi logam berat

karena masih berada dibawah nilai maksimum yaitu < 0.2 mg/kg

berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 5 Tahun

2018 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Beray dalam

Pangan Olahan Ikan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat

merkuri (Hg) pada ikan di Kanal Kota Makassar diperoleh hasil

konsentrasi merkuri (Hg) berkisar antara 0.0034 µg/gr sampai 0.0142

µg/gr. Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi merkuri (Hg) pada ikan

di Kanal Kota Makassar memenuhi syarat batas konsentrasi logam

berat karena masih berada dibawah nilai maksimum yaitu 0.05

mg/kg berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 5

Tahun 2018 tentang Batas Cemaran Logam Berat dalam Pangan

Olahan Ikan.
75

Berdasarkan observasi faktor yang menyebabkan terdapatnya

logam berat pada ikan berasal dari aktivitas manusia yang tinggal di

sekitar kanal seperti kegitan pertanian, kegiatan industri dan kegiatan

rumah tangga yang menghasilkan limbah, pengelupasan lapisan alat

makan seperti panci, pembuangan baterai dibadan perairan dan

pengelupasan cat pipa dan dinding yang digunakan oleh proyek

pengairan an masyarakat. Selain itu banyaknya kendaraan yang

berlalu lalang di sekitar kanal menghasilkan emisi gas buang yang

mengandung timbal (Pb). Timbal (Pb) dapat masuk ke badan

perairan secara alamiah yakni dengan pengkristalan timbal (Pb) di

udara dengan bantuan air hujan.

Rendahnya konsentrasi logam berat pada ikan berkaitan erat

dengan konsentrasi logam berat pada sedimen. Peningkatan kadar

logam berat dalam sedimen akan diikuti oleh peningkatan logam

berat dalam tubuh ikan dan biota lainnya, sehingga pencemaran

logam pada air dan sedimen akan mengakibatkan ikan yang hidup

didalamnya tercemar. Hal ini berkaitan dengan sumber makanan

ikan yang berasal dari fitoplankton ataupun lumut yang terdapat pada

sedimen sehingga apabila konsumsi oleh ikan maka logam berat

yang terdapat pada sedimen akan ikut masuk kedalam tubuh ikan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa konsentrasi sedimen

berada dibawah nilai ambang batas sehingga konsentrasi logam


76

berat pada ikan juga berada dibawah nilai ambang batas dan

memenuhi syarat.

Faktor lainnya yang mempengaruhi konsentrasi logam berat

pada ikan yaitu ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan maka

akumulasi logam berat akan semakin meningkat. Ukuran ikan juga

berkaitan dengan umur ikan tersebut, sehingga semakin lama biota

tersebut terpapar oleh senyawa polutan maka akan semakin tinggi

pula senyawa tersebut terakumulasi pada biota perairan. Pada

penelitian ini ukuran ikan berkisar antara 10 cm sampai 20 cm

tergolong dalam ukuran yang kecil sehingga logam berat yang

terakumulasi masih berada dibawah nilai ambang batas dan

memenuhi syarat.

Kebiasaan makan ikan (feeding habits) juga dapat

mempengaruhi konsentrasi logam dalam tubuh ikan. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Sukowati (2018) menyebutkan bahwa

besarnya akumulasi logam berat pada organ ikan dibandingkan

dengan air disebabkan ikan bandeng cenderung hidup di kolom air

sehingga terjadi kontak langsung dengan air dan penyerapan logam

berat secara difusi melalui air.

Faktor lainnya yang menyebabkan konsentrasi logam berat

pada ikan rendah yaitu organ tubuh ikan. Pada penelitian ini organ

tubuh ikan yang dibawa ke laboratorium yaitu hanya insang dan

daging yang mana volume daging lebih banyak daripada insang. Dari
77

hasil analisis organ seperti insang, ginjal dan daging diketahui nilai

logam Pb pada daging lebih kecil dibandingkan dengan organ insang

dan ginjal hal ini diduga daging memiliki massa lebih besar dan

berkaitan dengan peran fisiologis ikan. Rendahnya kandungan logam

berat didalam daging ada kaitanya dengan peran fisiologi dalam

metabolisme ikan. Larens dan Orians (2001) juga menyatakan

bahwa daging bukan jaringan aktif dalam mengakumulasi logam

berat (Anggraini, 2018).

Selain itu limbah industri, limbah rumah tangga dan limbah

yang dihasilkan dari pertanian juga sama-sama berperan besar

dalam masukan logam berat ke dalam air. Sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Maddusa dkk pada tahun 2017 pada ikan di

Sungai Tondano Sulawesi Utara menyebutkan bahwa keberadaan

timbal di perairan disebabkan oleh aktivitas manusia yang

memasukkan timbal (Pb) lewat membuang limbahnya ke sungai,

pembuangan baterai dibadan perairan dari pengelepusan cat pipa-

pipa dan dinding yang digunakan oleh proyek pengairan dan

masyarakat, sisa pembakaran bahan bakar dari perahu mesin yang

digunkan sebagai alat transportasi.

3. Pemetaan Konsentrasi Logam Berat pada Ikan

Salah satu permasalahan lingkungan yang menjadi perhatian

masyarakat global adalah cemaran logam berat yang

mengkontaminasi alam dan manusia. Logam berat merupakan


78

kontaminan yang terpenting di dalam lingkungan dan menjadi

permasalahan serius bagi lingkungan sekarang ini. Keberadaan

logam berat dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi ancaman

signifikan bagi kesehatan diakibatkan akumulasi pada lingkungan

dan sepanjang rantai makanan (Kurniawan dkk., 2016).

Logam berat memiliki sifat akumulatif di lingkungan.

Keberadaan logam berat timbal (Pb), merkuri (Hg) dan arsen (As)

yang menumpuk pada air dan sedimen akan masuk ke dalam

kehidupan organisme di dalamnya, logam berat pada konsentrasi

tertentu akan terakumulasi ke dalam air, biota, serta sedimen pada

perairan tersebut, dan dapat menimbulkan efek toksik terhadap

organisme di dalamnya (Maddusa dkk., 2017).

Jika konsentrasi logam berat di suatu lingkungan berada di atas

baku mutu yang telah ditentukan, maka kehadirannya dapat

mengganggu kerja sistem organ dalam tubuh organisme yang

memanfaatkan air tersebut. Penyebab utama logam berat menjadi

bahan pencemar berbahaya karena logam berat tidak dapat

dihancurkan (non degradable) oleh organisme hidup di lingkungan

dan terakumulasi ke lingkungan, terutama akan mengendap ke dasar

perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan

anorganik secara adsorbsi dan kombinasi. Biota air yang hidup

dalam perairan tercemar logam berat, dapat mengakumulasi logam

berat tersebut dalam jaringan tubuhnya. Makin tinggi kandungan


79

logam dalam perairan akan semakin tinggi pula kandungan logam

berat yang terakumulasi dalam tubuh hewan tersebut (Milasari dkk.,

2020).

Ikan merupakan bioindikator terhadap lingkungan, termasuk

cemaran kimia. Hal ini karena ikan menunjukkan reaksi terhadap

adanya cemaran di perairan dalam batas konsentrasi tertentu,

seperti perubahan aktivitas, efek pada pertumbuhan yang tidak

normal bahkan kematian. Apabila ikan yang sudah tercemar logam

berat (Hg, Pb, Cd, dan Cu) kemudian dikonsumsi maka akan

berpotensi menimbulkan berbagai penyakit baik yang jangka panjang

tergantuk konsentrasi maupun kondisi penderita. Kelainan syaraf,

kelumouhan dan cacat bawaan pada bayi merupakan contoh yang

ditimbulkan oleh logam berat (Priyanto dkk., 2008).

Pada pemetaan menunjukkan hasil konsentrasi timbal pada

ikan diberikan simbol berwarna merah ( ) menandakan konsentrasi

timbal pada ikan memenuhi standar karena berada dibawah nilai

ambang batas. Sedangkan konsentrasi merkuri pada ikan diberikan

simbol berwarna kuning ( ) menandakan konsentrasi merkuri

memenuhi standar karena masih berada dibawah nilai ambang

batas.

Pada pemetaan menunjukkan hasil konsentrasi timbal pada

sedimen diberikan simbol berwarna merah ( ) menandakan

konsentrasi timbal pada sedimen masih memenuhi standar karena


80

berada dibawah nilai ambang batas. Sedangkan konsentrasi merkuri

pada sedimen diberikan simbol berwarna kuning ( ) yang

menandakan bahwa konsentrasi merkuri memenuhi standar karena

berada dibawah nilai ambang batas.

4. Gangguan Kesehatan

Logam berat dapat memberikan dampak negatif terhadap

manusia yang menggunakan air tersebut dan organisme yang ada

diperairan. Terdapatnya kandungan logam berat dalam organisme

mengindikasikan adanya sumber logam berat yang berasal dari

aktifitas alam atau manusia. Kandungan logam berat dalam suatu

perairan secara alamiah relatif sedikit tetapi dengan adanya aktifitas

masyarakat di sekitarnya seperti kegiatan industri, domestik,

pertanian dan lainnya akan menjadi faktor penyebab meningkatnya

kandungan logam berat dan akan mencemari perairan. Hal ini terjadi

karena logam berat sukar mengalami penguraian baik secara fisika,

kimia ataupun biologis (Putra dkk., 2020)

Biota air seperti ikan dapat digunakan sebagai bioindikator

pada lingkungan perairan yang terakumulasi logam berat selain

sedimen dan air. Hal ini dapat didukung dengan siklus hidup ikan

yang mengonsumsi makanan dan absorbsi udara melalui insang

pada perairan yang terakumulasi logam berat. Ikan memiliki

keterbatasan dalam melakukan proses degradasi dan ekskresi

logam berat. Pada konsentrai tinggi, logam berat terdistribusi dan


81

terakumulasi pada otot, hati, saluran pencernaan serta insang

sebagai jaringan metabolisme aktif. Akumulasi Logam berat

didukung dengan proses fisiologis tubuh ikan yakni proses absorbsi

logam berat yang berjalan bersamaan dengan difusi air melalui

insang dan kegiatan makan yang menyebabkan distribusi logam

berat ke seluruh tubuh ikan (Purwanto dkk., 2020).

Ikan yang telah terkontaminasi oleh logam berat seperti timbal

(Pb) dan merkuri (Hg) kemudian dikonsumsi oleh manusia dalam

waktu yang lama maka akan dapat menyebabkan gangguan

kesehatan.

Berdasarkan jawaban kuisioner oleh masyarakat dengan gejala

gangguan kesehatan Neurogical Symptomps didapatkan hasil

persentase tertinggi yaitu 20% dengan gejala kedutan di Kelurahan

Kassi Kassi RT 4 RW 14, 14.7% di Kelurahan Karampuang RT 3 RW

7 dan 9.7% di Kelurahan Paropo RT 5 RW 7. Sedangkan persentase

terendah yaitu 0% dengan gejala hilangnya reflex tubuh dan

gangguan pada anggota tubuh.

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil jawaban kuesioner oleh

masyarakat sekitar dengan gejala gangguan kesehatan Neurogical

Symptops didapatkan hasil persentase tertinggi yaitu 91,0% dengan

gejala mudah pusing saat berdiri dan kebanyakan terjadi pada

responden wanita. Sedangkan persentase terendah yaitu 6,0%


82

dengan gejala kehilangan nafsu makan dan terjadi antara pria dan

wanita.

D. Keterbatasan Penelitian

Adapun beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:

1. Sulitnya menentukan lokasi penelitian karena banyaknya kanal yang

tercemar sehingga tidak terdapat ikan yang hidup pada kanal

tersebut.

2. Proses pengambilan sampel dilakukan selama beberapa hari karena

kurangnya orang yang memancing disekitar kanal.

3. Pengambilan sampel dilakukan pada saat musim hujan sehingga

konsentrasi logam berat cenderung lebih rendah.

4. Terbatasnya data primer yang disajikan dalam peta karena tingginya

biaya pemeriksaan sampel.

5. Beberapa responden tidak ingin diwawancarai.

6. Terbatasnya pelayanan administrasi akibat pengurangan jam kerja

selama pandemi.
83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada ikan di

Kanal Kota Makassar yang diuji di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Makassar menunjukkan hasil konsentrasi logam berat

timbal (Pb) pada titik I yaitu 0.093 µg/gr, pada titik II yaitu 0.035

µg/gr, dan pada titik III yaitu 0.033 µg/gr.

2. Pemetaan logam berat timbal (Pb) pada ikan titik I berpotensi lebih

tinggi terkontaminasi logam berat. Pada titik I terdapat tempat

pembuangan sampah, lahan pertanian, serta dekat dengan jalan

sehingga dampak pencemaran logam berat lebih tinggi di titik I.

3. Hasil pemeriksaan konsentrasi logam berat merkuri (Hg) pada ikan di

Kanal Kota Makassar yang diuji di Balai Besar Laboratorium

Kesehatan Makassar menunjukkan hasil konsentrasi logam berat

merkuri (Hg) pada titik I yaitu 0.0142 µg/gr, pada titik II yaitu 0.0034

µg/gr, dan pada titik III yaitu 0.037 µg/gr.

4. Pemetaan logam berat merkuri (Hg) pada ikan titik I berpotensi lebih

tinggi terkontaminasi logam berat. Pada titik I terdapat sekolah tinggi

keperawatan yang menggunakan bahan merkuri untuk keperluan

laboratorium sehingga dampak pencemaran logam berat lebih tinggi

di titik I.

83
84

5. Gangguan kesehatan neurogical symptomps didapatkan hasil

persentase tertinggi dengan gejala kedutan ditemukan pada

masyarakat disekitar lokasi penelitian.

B. Saran

1. Diharap masyarakat setempat agar tidak membuang sampah yang

mengandung logam berat seperti timbal dan merkuri ke kanal.

2. Perlunya pengawasan pemantauan lingkungan terhadap pengolahan

limbah masyarakat, limbah rumah sakit atau badan usaha lainnya

yang masuk kedalam kanal.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai analasis spasial logam

berat di kanal.

4. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk mengetahui batas

aman konsumsi ikan yang ada di kanal Kota Makassar.


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, A. W., dkk. 2014. Analisis Risiko Lingkungan Logam Berat


Cadmium (Cd) pada Sedimen Air Laut di Wilayah Pesisir Kota
Makassar. Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Hasanuddin.
Alisa, C. A. G., dkk. 2020. Kandungan Timbal dan Kadmium pada Air dan
Sedimen di Perairan Pulau Untung Jawa, Jakarta. Akuatika
Indonesia. Vol. 5, No. 1. Hal. 21-26.
Andriansyah, T. R. S., dkk. 2014. Kualitas perairan kanal sungai jawi dan
sungai raya dalam kota pontianak ditinjau dari struktur komunitas
mikroalga perifitik. Protobiont. Vol. 3, no. 1.
Andyni, R. D. 2018. Analisis Kandungan Merkuri (Hg), Pengetahuan dan
Sikap serta Pemanfaatan Badan Air oleh Masyarakat Sekitar
Pengolahan Emas Tradisional di Nagari Ganggo Hilia Kecamatan
Bonjol Kabupaten Pasaman Tahun 2018.
Andyni, R. D. 2018. Analisis Kandungan Merkuri (Hg), Pengetahuan dan
Sikap serta Pemanfaatan Badan Air oleh Masyarakat Sekitar
Pengolahan Emas Tradisional di Nagari Ganggo Hilia Kecamatan
Bonjol Kabupaten Pasaman Tahun 2018.
Anggraini, P. N. 2018. Kandungan Logam Berat Pb pada Insang, Ginjal
dan Daging Ikan Baung (Hemibagrus nemurus C.V) di Perairan
Sungai Siak Desa Teluk Mesjid Kecamatan Sungai Apit Provinsi
Riau. Skripsi. Universitas Riau.
Apriyanti, E. 2018. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada
Kerang Polymesoda erosa L di Perairan Tanjung Bunga
Makassar. IJEEM-Indonesian Journal of Environmental Education
and Management, Vol. 3, No. 2, Hal. 121-131.
Arkianti, N., dkk. 2019. Kandungan logam berat timbal (Pb) pada ikan di
Sungai Lamat Kabupaten Magelang. Life Science. Vol. 8, No. 1.
Hal. 54-63.
Astutik, L. T. 2015. Pemetaan Pola Sebaran Gumuk Menggunakan
Metode Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Jember. Skripsi,
Universitas Jember.
Astutik, L. T. 2015. Pemetaan Pola Sebaran Gumuk Menggunakan
Metode Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Jember. Skripsi,
Universitas Jember.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018. Batas Maksimum Cemaran
Logam Berat dalam Pangan Olahan.
Barus, B. S. 2017. Analisis kandungan logam berat kadmium (Cd) dan
merkuri (Hg) pada air dan sedimen di perairan Muara Sungai
Banyuasin. Maspari Journal: Marine Science Research. Vol. 9, No.
1. Hal. 69-76.
Budiman, E. (2016). Analisis spasial data jaringan internet service provider
di kecamatan Sungai Pinang kota Samarinda berbasis
mobile. ILKOM Jurnal Ilmiah, 8(1), 1-8.
Caroline, J., dkk. 2015. Fitoremediasi logam timbal (Pb) menggunakan
tanaman melati air (Echinodorus palaefolius) pada limbah industri
peleburan tembaga dan kuningan. In Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan III. Hal. 733-744.
Diana, A., & Lubis, A. F. (2018). Peningkatan Potensi Ikan Baji-baji
(Grammoplites scaber) dan Proporsi Bagian Tubuh sebagai
Sumber Bahan Baku. Agrintech: Jurnal Teknologi Pangan dan Hasil
Pertanian, 2(1).
Faisal, B., dkk. 2017. ]Optimalisasi Fungsi Sistem Kanal Banjir Timur
Semarang sebagai Ruang Terbuka Hijau dan Pengendali Banjir.
Garvano, M. F., dkk. 2017. Sebaran Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)
Pada Sedimen Dasar Di Sekitar Perairan Muara Sungai Waridin,
Kabupaten Kendal. Journal of Oceanography. Vol. 6, No. 1. Hal.
100-107.
Hadi, M. C. (2013). Bahaya merkuri di lingkungan kita. Jurnal skala
husada, 10(2), 175-183.
Hidayat, D., dkk. 2019. Kajian Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd),
Kromium (Cr) Dan Merkuri (Hg) Pada Sedimen Di Sungai Way
Kuala Lampung Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Analit:
Analytical And Environmental Chemistry. Vol. 4, No. 1. Hal. 41-50.
Hutagalung. 2001. Prinsip-prinsip Dasar Ekologi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Khairunnisa, K. H. A. (2017). Analisis Merkuri (Hg) dalam Darah pada
Penambang Emas Tradisional di Desa Pumpung Kecamatan
Cempaka Kota Banjarbaru 2017 (Doctoral dissertation, AAK Borneo
Lestari).
Kurniawan, A., dkk. 2016. Potensi Mikoremediasi Logam Berat. Jurnal
Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI). Vol. 3, No. 1. Hal. 36-45.
Larens, M. L. dan Orians, K. J. 2001. Differences in Cd Elimination from
Mylitus californianus and Mylitus trossulus Soft Tissues.
Environmental Polution. 112:201-207.
Lestarisa, T. (2010). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan
Merkuri (Hg) pada Penambang Emas Tanpa Ijin (PETI) di
Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
(Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Maddusa, S. S., dkk. 2017. Kandungan logam berat timbal (Pb), merkuri
(Hg), zink (Zn) dan arsen (As) pada ikan dan air Sungai Tondano,
Sulawesi Utara. Al-Sihah: The Public Health Science Journal.
Vol. 9, No. 2.
Milasari, F., dkk. 2020. Kajian Sebaran Logam Berat Timbal (Pb) dan
Kromium (Cr) pada Sedimen di Sekitar Perairan Teluk Lampung.
Analit: Analytical and Environmental Chemistry. Vol. 5, No. 1. Hal.
92-100.
Muhajjar, M., Rahardjo, M., & Dewanti, N. A. Y. (2016). Analisis spasial
hubungan kualitas lingkungan dengan kejadian diare pada balita di
Kecamatan Genuk Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(E-Journal), 4(3), 807-816.
Mulyadi, I. 2020. Konsentrasi Merkuri (Hg) Pada Air Sungai Dan Sedimen
Sungai Desa Tambang Sawah Akibat Penambangan Emas Tanpa
Izin (PETI). Jurnal Ilmiah Teknik Kimia. Vol. 4, No. 2. Hal. 96-100.
Natsir, N. A. (2018). Analisis kandungan protein total ikan kakap merah
dan ikan kerapu bebek. BIOSEL (Biology Science and Education):
Jurnal Penelitian Science dan Pendidikan, 7(1), 49-55.
Nuzmiyah, N. 2019. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) pada Ikan Nila
Merah Oreochromis sp. Yang Dibudidayakan dalam KJA di Kota
Pontianak. (Doctoral dissertation, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan).
Ondang, H. M., dkk. (2020). Analisis Kandungan Logam Berat Ikan
Pelagis Kecil R. kanagurta, Decapterus sp dan S.
crumenophthalmus Yang Tertangkap di Perairan Sekitar
Bitung. Jurnal Bluefin Fisheries, 1(2), 41-48.
Palar, H. (2008). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pangestu, H., dkk. 2013. Analisis Angkutan Sedimen Total Pada Sungai
Dawas Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan. Vol. 1, No. 1). Hal. 103-109.
Parung, O. D., dkk. 2015. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Sedimen,
Air Laut dan Kerang Darah (Anadara granosa L.) di Perairan Pesisir
Makassar. Jurnal Marina Acta Chimica. Hal. 1-10.
Paundanan, M., dkk. 2015. Kontaminasi logam berat merkuri (Hg) dan
timbal (Pb) pada air, sedimen dan ikan selar tetengkek (Megalaspis
cordyla L) di Teluk Palu, Sulawesi Tengah. Journal of Natural
Resources and Environmental Management.Vol. 5, No. 2. Hal. 161-
161.
Pratama, N. A. (2019). Pengaruh Kepadatan Skeletonema costatum
sebagai Agen Bioremidasi terhadap Kadar Konsentrasi Logam
Berat Tembaga (Cu) (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga).
Purnomo, T., dkk. 2007. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan
Bandeng (Chanos chanos Forsk.) di Tambak Kecamatan
Gresik. Neptunus, 14(1).
Priyanto, N., dkk. 2008. Kandungan Logam Berat (Hg, Pb, Cd, Cu) pada
Ikan, Air dan Sedimen di Waduk Cirata Jawa Barat. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Putra, A. Y., dkk. 2020. Analisis Logam Berat pada Air Tanah di
Kecamatan Kubu Babussalam, Rokan Hilir, Riau. Jurnal Katalisator.
Vol. 5, No. 1. Hal. 47-53.
Riani, E., dkk. 2017. Bioakumulasi Logam Berat Kadmium dan Timbal
pada Kerang Kapak-Kapak di Kepulauan Seribu. Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia. Vol. 20, No. 1. Hal. 131-142.
Rohsulina, P., dkk. 2015. Analisis Persebaran Daerah Asal
Mahasiswauniversitas Veteran Bangun Nusantaradengan
Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Sig). Geo Edukasi. Vol.
4, No. 2.
Saifudin, N. (2016). Analisis Spasial Dan Pemodelan Faktor Risiko
Kejadian Difteri Di Kabupaten Blitar Tahun 2015 (Doctoral
dissertation, Universitas Airlangga).
Satriyawan, Y. P., dkk. 2018. Indeks Pencemaran Air Sungai Bengawan
Solo (DAS Bengawan Solo Hulu mulai dari Jembatan Bacem,
Grogol Kab. Sukoharjo sampai Jembatan Jurug, Kota
Surakarta). (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakarta).
Setiawan, A., dkk. 2015. Kelimpahan Limnodrilus sp. pada Perairan Kanal
di Kecamatan Pontianak Timur. Protobiont. Vol. 4, No. 1.
Setyono, A., dkk. 2012. Konsumsi Ikan dan Hasil Pertanian terhadap
Kadar Hg Darah. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 7, no. 2. Hal.
110-116.
Siaka, I. M. 2008. Korelasi antara kedalaman sedimen di Pelabuhan
Benoa dan konsentrasi logam berat Pb dan Cu. Jurnal Kimia
(Journal of Chemistry).
Usman, K. O. (2014). Analisis Sedimentasi pada Muara Sungai Komering
Kota Palembang. Skripsi, Sriwijaya University.
Wagiu, A. F., & Wulur, F. H. (2016). Hubungan antara kadar timbal udara
dengan kadar timbal darah serta dampaknya pada anak. Sari
Pediatri, 8(3), 238-43.
Wanna, M., dkk. 2020. Analisi Kualitas Air dan Cemaran Logam Berat
Merkuri (Hg) dan Timbal (Pb) pada Ikan di Kanal Daerah
Hertasning Kota Makassar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian.
Vol. 3. Hal. 197-210.
Wijaya, I. G. P. 2017. Kajian dan Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada
Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) di Kota Bandung. Doctoral
dissertation, Unpas.
Wiyasihati, S. I., dkk. 2016. Potensi Bayam Merah (Amaranthus tricolor L)
sebagai Antioksidan pada Toksisitas Timbal yang Diinduksi pada
Mencit. Majalah Kedokteran Bandung. Vol. 48, No. 2. Hal. 63-67.
Yulis, P. A. R. (2018). Analisis kadar logam merkuri (Hg) dan (Ph) air
Sungai Kuantan terdampak penambangan emas tanpa izin
(PETI). Orbital: Jurnal Pendidikan Kimia, 2(1), 28-36.
L
A
M
P
I
R
A
N
KUESIONER PENELITIAN ANALISIS SPASIAL KONSENTRASI
LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN MERKURI (Hg) PADA IKAN DI
KANAL KOTA MAKASSAR
A. INDENTITAS LOKASI/TEMPAT PENELITIAN
1 No Kuesioner
2 Provinsi
3 Kecamatan
4 Kelurahan/Desa/RW/RT
5 Tanggal Wawancara Tgl/Bulan/Tahun:
6 Pewawancara

B. INDENTITAS RESPONDEN
1 Nama
2 Umur
Jenis Kelamin
3 1. Laki-laki
2. Perempuan

1. Tidak tamat SD
2. Tamat SD
4 Pendidikan 3. Tamat SLTP

4. Tamat SMA
5. Tamat PT
1. Nelayan
2. Petani
5 Pekerjaan 3. Pedagang/Wiraswasta
4. PNS
5. Buruh
6. IRT
7. Pelajar/Mahasiswa
8. Lainnya
C. SUMBER-SUMBER PAPARAN LOGAM BERAT
Sudah berapa lama anda tinggal di
1
tempat/Lokasi ?
Apakah anda mengkonsumsi ikan? 1. Ya
2
0. Tidak

Sudah berapa lama anda mengkonsumsi


3
ikan?
4 Jika ya, dari mana saudara memperoleh?

D. SUMBER-SUMBER PAPARAN LOGAM BERAT


MELALUI INTAKE

1. 1 kali
Berapa kali anda mengkonsumsi ikan 2. 2 kali
1 3. 3 kali
dalam sehari?

4. > 3 kali
1. 1 kali
Berapa kali anda mengkonsumsi ikan 2. 2 kali
2 3. 3 kali
dalam seminggu?

4. > 3 kali
1. 1-3
Berapa ekor ikan yang anda konsumsi
3 2. 4-6
selama satu kali makan? 3. 7-9
4. > 9
F. GANGGUAN KESEHATAN

Neurological
Symptoms
1.Ya
1 Gusi kebiruan
0. Tidak

1.Ya
2 Tremor: Lidah, kelopak mata
0. Tidak

1.Ya
3 Gerakan mata
0. Tidak

1.Ya
4 Tubuh Kaku (kesemutan)
0. Tidak

1.Ya
5 Hilangnya Refleks Tubuh
0. Tidak

1.Ya
6 Spasme atau Otot Tegang
0. Tidak

Kedutan (Gerakan otot yang tidak 1.Ya


7
disadari)
0. Tidak

1.Ya
8 Berkeringat secara berlebihan
0. Tidak

1.Ya
9 Mengalami Disfagia (Sulit Menelan)
0. Tidak

1.Ya
10 Gemetar pada Anggota tubuh
0. Tidak

Mudah pusing saat berdiri 1.Ya


11
0. Tidak
Gambar 1
Proses Pengambilan Sampel Ikan

Gambar 2
Proses Pengambilan Sampel Sedimen
Gambar 3
Sampel Ikan dan Sedimen

Gambar 4
Sampel Ikan dan Sedimen
Gambar 5
Proses Pembagian Kuisioner

Gambar 6
Proses Pembagian Kuisioner

Anda mungkin juga menyukai