Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama :Tn. FZ
Umur :64 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Suku Bangs :Bugis
Agama :Islam
Tanggal Masuk :05 Juni 2022
Tanggal Pemeriksaa :06 Juni 2022
1.2 SKENARIO
Seorang laki-laki berusia 64 tahun MRS di antar oleh istri dan anaknya, dengan
penurunan kesadaran yang dialami beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.
Menurut keluarganya, penurunan kesadaran terjadi secara tiba-tiba pada saat
istirahat dan keluarga baru mengetahui pada saat membangunkan pasien saat
sore dimana pasien sudah tidak sadarkan diri. Menurut keluarganya Sebelumnya
pasien ada demam tinggi dan sakit kepala seperti ditusuk dan dan merasa lemah
pada kaki kiri. mual (-)muntah (-), pusing (-) Kejang (-), batuk (-). Riwayat
Serangan stroke 2 tahun yang lalu. Riwayat DM disangkal, kolesterol (-),
penyakit jantung (-). BAB dan BAK lancar.
1.3 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Umum
Kesan : Sakit berat
Gizi : Gizi
Kesadaran : Semi Coma
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,6˚C
Pernapasan : 24x/menit
ABDOMEN :
Inspeksi :Tampak datar
Palpasi :Nyeri tekan (SDN), tidak ada pembesaran organ
Perkusi :Timpani pada 4 kuadran
Auskultasi :Peristaltik normal , bising usus (-)
TORAKS
a. Paru-paru
a. Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral
b. Palpasi : Nyeri takan dan Vokal Fremitus (TDP)
c. Perkusi : Sonor di kedua lapangan paru
d. Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (-/), wheezing (-/-)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Anatomi dan fisiologi organ terkait dari kesadaran?
Jawaban:
Kesadaran ditentukan oleh interaksi kontinu antara fungsi korteks serebri
dengan Ascending Reticular Activating System (ARAS) (kuantitas) yang terletak
mulai dari pertengahan bagaian atas pons. ARAS menerima serabut-serabut
saraf kolateral dari jalas-jalas sensoris dan melalui thalamic relay nuclei
dipancarkan secara difus ke kedua korteks serebri.
Formasi retikuler berperan penting dalam menentukan tingkat kesadaran.
RAS adalah jalur polysynaptic kompleks yang berasal dari batang otak (formasi
retikuler) dan hipotalamus dengan proyeksi ke intalaminar dan nucleus reticular
thalamus yang akan memproyeksi kembali secara menyeluruh dan tidak spesifik
pada area luas dari korteks termasuk frontal, pariental, temporal, dan oksipital.

2. Bagaimana definisi kesadaran dan penurunan kesadaran?


Jawaban:
Kesadaran adalah suatu keadaan dimana seseorang sadar penuh atas
dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya. Komponen yang dapat dinilai dari
suatu keadaan sadar yaitu kualitas kesadaran itu sendiri dan isinya. Isi
kesadaran menggambarkan keseluruhan dari fungsi korteks serebri, termasuk
fungsi kognitif dan sikap dalam merespon suatu rangsangan. Pasien dengan
gangguan isi kesadaran biasanya tampak sadar penuh, namun tidak dapat
merespon dengan baik beberapa rangsangan-rangsangan, seperti membedakan
warna, raut wajah, mengenali bahasa atau simbol, sehingga seringkali dikatakan
bahwa penderita tampak bingung Plumf (2007, dalam Putri,2015)
Penurunan kesadaran atau koma menjadi petunjuk kegagalan fungsi
integritas otak dan sebagai “final common pathway” dari gagal organ seperti
kegagalan jantung, nafas dan sirkulasi akan mengarah kepada gagal otak
dengan akibat kematian. Jadi, bila terjadi penurunan kesadaran maka terjadi
disregulasi dan disfungsi otak dengan kecenderungan kegagalan seluruh fungsi
tubuh. Dalam hal menilai penurunan kesadaran, dikenal beberapa istilah yang
digunakan diklinik yaitu kompos mentis, somnolen, stupor atau sopor, koma
ringan dan koma. Terminologi tersebut bersifat kualitatif. Sementara itu,
penurunan kesadaran dapat pula dinilai secara kuantitatif, dengan menggunakan
skala koma Glasgow Plumf(2007, dalam Putri,2015).
3. Bagaimana etiologi terjadinya penurunan kesadaran?
Jawaban:
Etiologi
Gangguan kesadaran disebabkan oleh berbagai faktor etiologi, baik yang
bersifat intrakranial maupun ekstrakranial / sistemik. Penjelasan singkat tentang
faktor etiologi gangguan kesadaran adalah sebagai berikut:
1) Gangguan sirkulasi darah di otak (serebrum, serebellum, atau batang
otak)
-Perdarahan, trombosis maupun emboli
-Mengingat insidensi stroke cukup tinggi maka kecurigaan terhadap stroke
pada setiap kejadian gangguan kesadaran perlu digarisbawahi.
2) Infeksi: ensefalomeningitis (meningitis, ensefalitis, serebritis/abses otak)
-Mengingat infeksi (bakteri, virus, jamur) merupakan penyakit yang sering
dijumpai di Indonesia maka pada setiap gangguan kesadaran yang
disertai suhu tubuh meninggi perlu dicurigai adanya ensefalomeningitis.
3) Gangguan metabolisme
-Di Indonesia, penyakit hepar, gagal ginjal, dan diabetes melitus sering
dijumpai.
4) Neoplasma
-Neoplasma otak, baik primer maupun metastatik, sering di jumpai di
Indonesia.
- Neoplasma lebih sering dijumpai pada golongan usia dewasa dan lanjut.
- Kesadaran menurun umumnya timbul berangsur-angsur namun
progresif/ tidak akut.
5) Trauma kepala
-Trauma kepala paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu-lintas.
6) Epilepsi
- Gangguan kesadaran terjadi pada kasus epilepsi umum dan status
epilepticus
7) Intoksikasi
-Intoksikasi dapat disebabkan oleh obat, racun (percobaan bunuh diri),
makanan tertentu dan bahan kimia lainnya.
8) Gangguan elektrolit dan endokrin
-Gangguan ini sering kali tidak menunjukkan “identitas”nya secara jelas;
dengan demikian memerlukan perhatian yang khusus agar tidak
terlupakan dalam setiap pencarian penyebab gangguan kesadaran.

4. Bagaimana mekanisme penurunan kesadaran?


Jawaban:
Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks secara
menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan
oleh gangguan ARAS dibatang otak, terhadap formasio retikularis di thalamus,
hipotalamus maupun mesensefalon. Mekanisme fisiologis kesadaran dan koma
mulai memperoleh titik terang sejak penelitian yang dilakukan oleh Berger
(1928) dan kemudian Brcmcr (1937). Mereka menyimpulkan bahwa salah satu
pusat kesadaran berlokasi di daerah forebrain mengingat bahwa koma
merupakan akibat yang terjadi secara pasif bilamana rangsang sensorik spesifik
pada forebrain dihentikan atau diputus. Pada masa berikutnya Morrison dan
Dempsey (1942) menemukan adanya talamokortikal difus yang tak terpengaruh
segala sistem sensorik primer yang spesifik, atau dengan kata lain ternyata
disamping hal di atas ada mekanisme nonspesifik lain yang dapat
mempengaruhi
kesadaran.
Secara anatomik, letak lesi yang menyebabkan penurunan kesadaran
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : supratentorial (15%), infratentorial (15%)., dan
difus (70%) misalnya pada intoksikasi obat dan gangguan metabolik.
1. Koma diensefelik
Koma akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formasio retikularis di
daerah mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran)
disebut koma diensefalik. Secara anatomik, koma diensefalik dibagi
menjadi dua bagian utama, ialah koma akibat lesi supratentorial dan lesi
infratentorial.
- Lesi supratentorial pada umumnya berbentuk proses desak ruang atau
space occupying process, misalnya gangguan peredaran darah otak
(GPDO atau stroke) dalam bentuk perdarahan, neoplasma, abses, edema
otak, dan hidrosefalus obstruktif. Proses desak ruang tadi menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat dan kemudian menekan formasio
retikularis di mesensefalon dan diensefalon (herniasi otak).
Lesi infratentorial meliputi dua macam proses patologik dalam ruang
infratentorial (fossa kranii posterior).pertama, proses diluar batang otak
atau serebelum yang mendesak sistem retikularis, dan yang kedua
merupakan proses di dalam batang otak yang secara langsung mendesak
dan merusak sistem retikularis batang otak.
2. Koma kortikal-bihemisferik
Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada terkecukupinya
penyediaan oksigen. Pada individu sehat dengan konsumsi okesigan otak
kurang lebih 3,5ml/100gr otak/menit maka aliran darah otak kurang lebih
50ml/100gr otak/menit. Bila aliran darah otak menurun menjadi 25-50ml/gr
menit/otak, mungkin akan terjadi kompensasi dengan menaikkan ekstraksi
oksigen dari aliran darah. Apabila aliran darah turun lebih rendah lagi
maka akan terjadi penurunan konsumsi oksigen secara proporsional.
Dengan demikian oksigen dan glukosa memegang peranan yang
sangat penting dalam memelihara keutuhan kesadaran. Namun demikian,
walaupun penyediaan oksigen dan glukosa tidak terganggu, kesadaran
individu dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah,
elekrolit, osmolalitas, ataupun defisiensi vitamin.
a. Hipoventilasi diperkirakan berhubungan dengan hipoksemia,
hiperkapnea, gagal jantung kongestif, infeksi sistemik, serta
kemampuan respiratorik yang tidak efektif lagi.
b. Anoksia iskemik adalah suatu keadaan dimana darah masih cukup atau
dapat pula kurang cukup membwa oksigen tetapi aliran darah otak tak
cukup untuk memberi darah ke otak. Penyakit yang mendasari biasanya
menurunkan curah jantung, misalnya: infark jantung, aritmia, renjatan dan
refleks vasofagal, atau penyakit yang meningkatkan resistensi vaskular
serebral misalnya oklusi arterial atau spasme.
c. Anoksia anoksik merupakan gambaran tidak cukupnya oksigen masuk
kedalam darah. Dengan demikian baik isi maupun tekanan ioksigen dalam
darah menurun. Keadaan demikian ini terdapat pada tekanan oksigen
lingkungan yang rendah (tempat yang tinggi atau adanya gas nitrogen)
atau oleh ketidakmampuan oksigen untuk mencapai dan menembus
membran kapiler alveoli.
d. Anoksia anemik disebabkan oleh jumlah hemoglobin yang mengikat
dan membawa oksigen dalam darah menurrun. Sementara oksigen
yangm,asuk ke dalam darah cukup. Keadaan ini terdapat pada anemia
maupun keracunan karbonmonoksida.
e. Hipoksi atau iskemia difus akut disebabkan oleh dua keadaan, ialah
kadar oksigen dalam darah menurun cepat sekali atau aliran darah otak
menurun secara mendadak. Penyebab utamanya antara lain: obstruksi
jalan napas, obstruksi serebral secara masif, dan keadaan yang
menyebabkan menurunnya curah jantung secara mendadak.
f. Gangguan metabolisme karbohidrat meliputi hiperglikemia, hipoglikemia
dan asidosis laktat. Diabetes melitus tidak mengangggu otak secara
langsung. Delirium, stupor dan koma biasanya merupakan gejala DM
pada tahap tertentu.
g. Gangguan keseimbangan asam basa meliputi asidosis metabolik dan
respoiratorik serta alkalosis respiratorik dan metabolik. Dari 4 jenis
gangguan asam basa tadi, hanya asidosis respiratorik yang bertindak
sebagai penyebab langsung timbulnya stupor dan koma. Asidosis
metabolik lebih sering menimbulkan delirium dan obtundasi.
h. Uremia sering kali mengganggu kesadaran penderita. Namun demikian,
walaupun telah dilakukan penelitian yang cukup luas, penyebab pasti
disfungsi otak pada uremia belum diketahui. Urea itu sendiri bukan bahan
toksik untuk otak, karena infus dengan urea tidak menimbulkan gejala-
gejala uremia; sementara itu hemodialisis mampu memperbaiki gejala
klinik uremia justru kedalam cairan dialisis ditembahkan urea.i. Koma
hepatik sering dijumpai di klinik. Defisiensi atau bahan-bahan toksik
diperkirakan sebagai penyebab potensial koma hepatik, tetapi tidak
satupun yang memberi kejelasan tentang patofisiologinya. Meningkatnya
kadar amonia dalam darah di otak dianggap sebagai faktor utama
terjadinya koma hepatic
i. Defisiensi vit. B sering kali mengakibatkan delirium, demensia dan
mungkin pula stupor. Defisiensi tiamin dianggap yang paling serius dalam
diagnosis banding koma.

5. Bagaimana klasifikasi penurunan kesadaran?


Jawaban:
Gangguan kesadaran dibagi 3:
a. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal dan kaku kuduk
1) Gangguan iskemik
2) Gangguan metabolic
3) Intoksikasi
4) Infeksi sistemis
5) Hipertermia
6) Epilepsi
b. Gangguan kesadaran tanpa disertai kelainan fokal tapi disertai kaku
kuduk
1. Perdarahan subarachnoid
2. Radang selaput otak (meningitis)
3. Radang selaput otak dan jaringan otak (meningoencefalitis)
c. Gangguan kesadaran dengan kelainan fokal
1. Tumor otak
2. Perdarahan otak
3. Infark otak
4. Abses otak
6. Interpretasi tingkat kesadaran?
Jawaban:
Tingkat kesadaran terbagi menjadi 2 :
a) Kualitatif
-Kompos mentis berarti keadaan seseorang sadar penuh dan dapat
menjawab pertanyaan tentang dirinya dan lingkungannya.
-Apatis berarti keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan
berhubungan dengan orang lain dan lingkungannya.
-Somnolen berarti seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung
tertidur, masih dapat dibangunkan dengan rangsangan dan mampu
memberikan jawaban secara verbal, namun mudah tertidur kembali.
-Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, hanya berbaring dengan mata
tertutup. Pasien dalam keadaan tidur yang dalam atau tidak memberikan
respon dengan pergerakan spontan yang sedikit atau tidak ada dan hanya
bisa dibangunkan dengan rangsangan kuat yang berulang (rangsang
nyeri).
-Koma berarti kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun
dengan semua rangsangan (verbal, taktil, dan nyeri) dari luar. Pasien
dalam keadaan tidak sadar yang dalam,yang tidak dapat dibangunkan
akibat disfungsi ARAS di batang otak atau kedua hemisfer serebri.
Karakteristik koma adalah tidak adanya arousal dan awareness terhadap
diri sendiri dan lingkungannya.
b) Kuantitatif
-Glasgow coma scale

7. Bagaimana penanganan awal pada pasien penurunan kesadaran?


Jawaban:
Berbagai upaya terapi komplementer telah dikembangkan untuk
membantu meningkatkan kesadaran pasien akibat cedera kepala salah satunya
adalah stimulasi sesnsorik. Stimulasi sensorik adalah metode terapeutik yang
merangsang sistem aktivasi retikuler di otak melalui pembuatan tautan saraf
baru. Berbagai stimulasi sensorik yang dapat diberikan, stimulasi sensorik
auditori yang paling berpengaruh dalam meningkatkan kesadaran, karena
pendengaran merupakan fungsi indera paling akhir berfungsi pada keadaan
penurunan kesadaran sehingga memberikan stimulasi pendengaran sangat
penting untuk meningkatkan status kesadaran.
Stimulasi auditori berefek menurunkan denyut jantung, tekanan darah,
pola nafas, membantu meningkatkan SpO2 dan tidak menghasilkan efek yang
merugikan pada parameter fisiologis pasien. Pemberian stimulasi auditori akan
memberikan rangsangan pada pasien dengan cidera otak dimana rangsangan
itu akan mempengaruhi semua sistem dalam tubuh melalui proses pengaktifan
saraf simpatis, sehingga nilai GCS akan mengalami perubahan dan menuju ke
nilai yang lebih baik atau meningkat.
Selain stimulasi auditori (musik), stimulasi auditori (suara keluarga
terdekat atau orang yang disayang) merupakan stimulasi yang paling banyak
digunakan. Suara anggota keluarga dapat meningkatkan kesadaran pasien
koma dengan hematoma subdural akut, selain dapat membantu meningkatkan
status kesadaran dengan cara memberikan rangsangan pada sistem RAS dan
area kortek otak, stimulasi auditori juga memiliki berbagai mekanisme
neuroprotektif yang mencegah kerusakan sel otak akibat iskemi. Oleh karena itu
stimulasi sensorik auditori dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan
dalam upaya meningkatkan proses pemulihan pasien cedera kepala yang
ditandai dengan kenaikan skor GCS.

8. Bagaimana penatalaksanaan yang sesuai dengan kasus tersebut?


Jawaban:
Pada prinsipnya, setiap gangguan di intrakranial yang mendesak ARAS,
maupun gangguan sistemik tubuh yang mengganggu neuron secara difus dapat
menyebabkan penurunan kesadaran. Maka pada setiap pasien dengan
penurunan kesadaran, yang pertama dicari adalah adanya gangguan
intrakranial, oleh karena harus ditatalaksana segera untuk mencegah kerusakan
lebih lanjut.
a. Bebaskan jalan napas dengan suction jika terdapat lendir di jalan
napas atauposisikan pasien sehingga menghadap ke lateral.
b. Berikan oksigen dengan nasal kanul atau sungkup dan lakukan
pemeriksaan analisis gas darah jika dibutuhkan. Jika pasien
diketahui terdapat hipoksia atau hipoventilasi dan tidak memiliki
kemampuan mencegah aspirasi, maka dapat dipertimbangkan
intubasi endotrakeal
c. Untuk mencegah kegagalan sirkulasi, pasang jalur intravena dan
lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar glukosa,
elektrolit, fungsi hati, fungsi ginjal, atau kadar obat-obatan tertentu
yang dicurigai menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran.
d. Jika terdapat tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial
akibat stroke atau perdarahan, dapat diberikan manitol 25-50mg
dalam solusio 20%intravena selama 10-20 menit, atau
deksametason loading l0 mg IV jika diperkirakan akibat massa atau
infeksi intrakranial.
e. Antibiotik spektrum luas diberikan pada pasien dengan gejala dan
tanda yang mengarah pada meningitis atau ensefalitis bakterialis,
jika pungsi lumbal tidak dapat dilakukan segera.
f. Jika pasien kejang, berikan diazepam intravena perlahan.
g. Jika terdapat tanda dan gejala intoksikasi zat atau substansi
tertentu, perlu dilakukan bilasan lambung untuk diagnosis dan
terapi. Namun, perlu diperhatikan terdapat beberapa obat (salisilat,
opiat, dan obatantikolinergik) yang dapat menyebabkan atonia
gaster sehingga bilasan lambung tidak dapat dilakukan karena
dapat mengakibatkan perforasi.
h. Jika pasien mengalami gangguan pengaturan suhu tubuh, perlu
dilakukan koreksi guna mencegah hipo- atau hipertermia.
i. Pemasangan kateter urin guna mencegah peningkatan intra-
abdomen yang berbahaya pada kasus penurunan kesadaran
dengan peningkatan tekanan intrakranial, juga berfungsi untuk
memonitor balance cairan pasien.
j. Pemasangan pipa nasogastrik untuk memudahkan pemberian
nutrisi dan mencegah aspirasi.
k. Mobilisasi pasif dengan cara merubah posisi pasien miring ke kiri
dan kanan secara teratur tiap 2 jam untuk mencegah uikus
dekubitus.
l. Jaga kebersihan konjungtiva dan mulut pasien untuk mencegah
pertumbuhan bakter

9. DD kasus diatas?
Jawaban:
Stroke non hemoragik atau strok iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke.Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
penurunan aliran darah otak.[10] Berdasarkan perjalanan klinisnya,
dikelompokkan menjadi:
a. TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam.
Disebabkan oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun
trombosis.
b. RIND ( Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang
dari 21 hari.
c. Stroke in Evolution
Strok yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu
d. Completed Strok
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
Stroke non hemoragik terbagi lagi berdasarkan lokasi
penggumpalan, yaitu:
1. Stroke Non Hemoragik Emboli
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti jantung dan sistem vaskuler sistemik.
Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan
shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium
atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang
meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark
kordis akut dan embolus yang berasal dari vena pulmonis.
2. Stroke Non Hemoragik Trombus
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah dari arteri ke dalam
ruang interstitial otak sehingga memotong jalur aliran darah di distal
arteri tersebut dan mengganggu vaskularisasi jaringan sekitarnya.
Tanda dan Gejala Stroke Non Hemoragik
Tanda dan gejala yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari
berat ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala
yang umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu:
1. Gangguan motoric
a. Tonus abnormal (hipotonus/hipertonus)
b. Penurunan kekuatan otot
c. Gangguan gerak volunteer
d. Gangguan keseimbangan
e. Gangguan koordinasi
f. Gangguan tahanan
2. Gangguan sensorik
a. Gangguan propioseptik
b. Gangguan kinestetik
c. Gangguan diskriminatif
3. Gangguan kognitif, memori dan atensi
a. Gangguan atensi
b. Gangguan memori
c. Gangguan inisiatif
d. Gangguan daya perencanaan
e. Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan kemampuan fungsional
a. Gangguan dalam berkativitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke toilet
dan berpakaian
Faktor Resiko Stroke Non HemoragikStroke non hemoragik merupakan
proses yang multi kompleks dan didasari oleh berbagai macam faktor resiko.
Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat dimodifikasi dan masih dalam
penelitian yaitu:
1. Tidak dapat ubah:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Ras
d. Genetik
2. Dapat dirubah:
a. Hipertensi
b. Merokok
c. Diabetes
d. Fibrilasi atrium
e. Hiperlipidemia
f. Obesitas
g. Aktivitas fisik
Penatalaksanaan Strok Non Hemoragik
1. Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidim, clopidogrel, dipiridamol, cilostazol
2. Trombolitik : Altaplase (recombinant tissue plasminogen activator
a. Indikasi
Terapi trombolitik pada stroke non hemoragik akut. Terapi harus dilakukan
selama 3-4.5 jam sejak onset terjadinya simptom dan setelah dipastikan
tidak mengalami stroke perdarahan dengan CT Scan
b. Kontraindikasi
Tidak boleh digunakan pada pasien yang mengalami resiko tinggi
perdarhaan, pasien yang menerima antokoagulan oral (warfarin),
menunjukkan atau mengalami perburukan perdarahan, punya riwayat
stroke atau susunan saraf pusat, hemorrage retinopati, arterial hipertensi
yang tidak terkontrol.

10. Apakah ada hubungan terjadinya riwayat stroke pasien dengan penurunan
kesadaran?
Jawaban:
Hubungan terjadinya Riwayat stroke dengan penurunan kesadaran
karena
adnaya Lesi struktural pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan koma
akibatnya terjadi kerusakan sekunder akibat pergeseran struktur intrakranial,
kompresi vaskular, atau peningkatan tekanan intrakranial

Anda mungkin juga menyukai