PEMBAHASAN
2.2 Epidemiologi
Prevalensi dan insidensi dari koma dan gangguan kesadaran sulit untuk
ditentukan secara pasti, mengingat luas dan beragamnya faktor penyebab dari
koma. Laporan rawat inap nasional dari Inggris tahun 2002-2003 melaporkan
bahwa 0,02% (2.499) dari seluruh konsultasi rumah sakit disebabkan oleh
gangguan terkait dengan koma dan penurunan kesadaran, 82% dari kasus
tersebut memerlukan rawat inap di rumah sakit. Koma juga nampaknya lebih
banyak dialami oleh pasien usia paruh baya dan lanjut usia, dengan rata-rata
usia rawat inap untuk koma adalah 57 tahun pada laporan yang sama. Hasil
lain dilaporkan oleh dua rumah sakit daerah Boston, Amerika Serikat, di mana
koma diperkirakan menyebabkan hampir 3% dari seluruh diagnosis masuk
rumah sakit. Penyebab yang paling banyak dari laporan tersebut adalah
alkoholisme, trauma serebri dan stroke, di mana ketiga sebab tersebut
menyebabkan kurang lebih 82% dari semua admisi (England Department of
Health,2003)
2.3 Etiologi
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni
gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan
isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat
mengganggu interaksi ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi
supratentorial, subtentorial dan metabolik akan mengakibatkan menurunnya
kesadaran.
2.3.1 Gangguan Metabolik Toksik
Gangguan metabolik toksik merupakan salah satu etiologi dari
terjadinya gangguan kesadaran. Fungsi dan metabolisme otak sangat
bergantung pada tercukupinya penyediaan oksigen. Adanya penurunan
aliran darah otak (ADO), akan menyebabkan terjadinya kompensasi
dengan menaikkan ekstraksi oksigen (O2) dari aliran darah. Apabila ADO
turun lebih rendah lagi, maka akan terjadi penurunan konsumsi oksigen di
otak. Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air. Untuk memelihara
integritas neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk
menjaga keseimbangan elektrolit.
O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara
keutuhan kesadaran. Namun, meskipun penyediaan O2 dan glukosa tidak
terganggu, kesadaran individu tetap dapat terganggu oleh adanya
gangguan asam basa darah, elektrolit, osmolalitas, ataupun defisiensi
vitamin. Proses gangguan metabolik melibatkan batang otak dan kedua
hemisfer serebri. Penurunan kesadarah disini disebabkan kegagalan difus
dari metabolisme saraf. Adapun gangguan proses metabolisme dibagi
menjadi:
1. Ensefalopati metabolik primer. Disebabkan karena penyakit
degenerasi serebri yang menyebabkan terganggunya metabolisme sel
saraf dan glia misalnya pada penyakt Alzheimer.
2. Ensefalopati metabolik sekunder. Penurunan kesadaran terjadi bila
penyakit ekstraserebral melibatkan metabolisme otak, yang
mengakibatkan kekurangan nutrisi, gangguan keseimbangan elektrolit
ataupun intoksikasi. Pada koma metabolik ini biasanya ditandai
dengan gangguan sistem motorik simetris, tetap utuhnya refleks pupil
dan utuhnya gerakan-gerakan ekstraokuler (Harsono, 2005)
2.5 Patofisiologi
Penurunan kesadaran merupakan bentuk disfungsi otak yang melibatkan
hemisfer kiri ataupun kanan atau struktur-struktur lain dalam dari otak
(termasuk sistem reticular activating, yang mengatur tidur dan bangun siklus),
atau keduanya. Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada
korteks secara menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat
pula disebabkan oleh gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio
retikularis di thalamus, hipotalamus maupun mesensefalon.
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni
gangguan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan
isi (kualitas, awareness, alertness) kesadaran. Secara anatomik, letak lesi yang
menyebabkan penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
supratentorial (15%), infratentorial (15%)., dan difus (70%) misalnya pada
intoksikasi obat dan gangguan metabolic ( Mardjono M, Sidharta P, 2012).
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium ada yang bersifat segera, ada yang
bersifat terencana. Pemeriksaan laboratorium yang bersifat segera
pada umumnya meliputi pemeriksaan glukosa darah, jumlah
leukosit, kadar hemoglobin, hematokrit, dan analisis gas darah. Pada
kasus tertentu (meningitis, ensefalitis, perdarahan suabarahnoid)
diperlukan tindakan pungsi lumbal dan kemudian dilakukan analisis
cairan serebrospinal.
b. Pemeriksaan elektrofisiologi pada kasus koma bersifat terbatas
kecuali pemeriksaan EKG. Pemeriksaan eko-ensefalografi bersifat
noninvasif, dapat dikerjakan dengan mudahj, tetapi manfaat
diagnostiknya terbatas. Apabila ada CT scan maka pemeriksaan
ekoensefalografi tidak perlu dikerjakan. Pemeriksaan
elektroensefalografi terutama dikerjakan pada kasus mati otak (brain
death).
c. Pemeriksaan radiologik dalam penanganan kasus koma tidak
selamanya mutlak perlu. CT scan akan sangat bermanfaat pada
kasus-0kasus GPDO, neoplasma, abses, trauma kapitis, dan
hidrosefalus. Koma metabolik pada umumnya tidak memerlukan
pemeriksaan CT scan kepala.
Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Posner JB, Saper CB, Schiff ND, Plum F. Plum and Posner's Diagnosis of Stupor
and Coma. New York : Oxford University Press, 2007. ISBN 978-0-19-
532131-9.
Priguna Sidharta. 2003. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi, Dian Rakyat.
Jakarta.