A. Tingkat Kesadaran
2. Injuri Serebral
Injuri serebral dapat terjadi primer atau terjadi sekunder saat kejadian.
Beberapa mekanisme injuri primer terjadi saat trauma kepala dan medulla
spinalis, iskemia umum seperti gagal jantung atau regional seperti pada stroke,
inflamasi (meningitis, ensefalitis) atau kompresi (tumor, abses, perdarahan
epidural, subdural) dan metabolisme seperti hipoglikemia. Sedangkan injuri
sekunder sebagai akibat proses injuri primer, meliputi hipoperfusi global seperti
syok, gagal jantung dan perdarahan subarakhnoid; serta hipoksia seperti gagal
nafas, anemia; perubahan elektrolit seperti hiponatremia atau hipernatremia atau
perubahan asam basa seperti asidosis berat. Selain itu injuri otak sekunder dapat
terjadi akibat injuri reperfusi dengan dilepasnya radikal bebas (Bustami dkk,
2015). Tanda Penentuan Pasien Kritis :
a. Kardiovaskular
Henti jantung
Denyut jantung < 40 atau > 140
Hipoksia jaringan perfusi perifer jelek
Asidosis metabolic
Hiperlaktamia
Respons buruk terhadap resusitasi cairan
Oliguri < 0,5 ml/kg/jam
b. Pernafasan
Ancaman jalan nafas
Stridor, resesi interkostal
Henti nafas
Kecepatan pernafasan < 8 atau > 35 ×/ menit
Gangguan pernafasan: penggunaan alat bantu otot pernafasan, tidak
bisa bicara lengkap
SpO2 < 90%
Meningkatnya paCO2 > 60 mmHg, atau > 15 mmHg diatas normal
dengan asidosis.
c. Neurologi
Ancaman jalan nafas
Refleks batuk atau gagal mempertahankan PaO2 dan PaCO2
Gagal mematuhi perintah
Glasgow Coma Scale < 10
Kesadaran menurun tiba-tiba (GCS menurun > 2 poin)
Kejang berulang (Bustami dkk, 2015).
Nilai GCS (15-14) artinya pasien tersebut sadar penuh, baik terhadap
dirinya ataupun lingkungannya, dan pasien dapat menjawab semua
pertanyaan yang diberikan.
Apatis
Nilai GCS (13-12) artinya keadaan pasien tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungan.
Delirium
Nilai GCS (9-7) artinya keadaan mengantuk yang masih dapat pulih
penuh bila dirangsang, tetapi bila rangsangan berhenti maka pasien akan
kembali tertidur, hal ini sering terjadi pada pasien dengan letargia,
obtundasi atau hipersomnia.
Sopor
Nilai GCS (6-5) artinya keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih
dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri yang kuat, tetapi pasien
tidak terbangun sempurna dan tidak memberikan jawaban verbal.
Respon pasien biasanya hanya membuka mata saja, tetapi setelah
rangsangan nyeri hilang pasien teridur kembali.
Semi Koma
Nilai GCS (3) artinya penurunan kesadaran yang sangat dalam dan tidak
memiliki respon apapun baik dengan rangsangan nyeri yang kuat
sekalipun (Dwiyanto, et al., 2022).
1) Keunggulan Penilaian GCS
Hasil dari perhitungan FOUR Score menandakan bahwa nilai FOUR Score
yang lebih tinggi menghasilkan luaran yang lebih baik. Risiko kematian
(perburukan kondisi) tinggi (71%) pada total FOUR Score 0-7, risiko sedang
(20%) pada total skor 8-14 dan risiko rendah (0.8%) pada total skor 15-16
(Dwiyanto, et al., 2022).