Anda di halaman 1dari 9

PATOFISIOLOGI KESADARAN MENURUN

Akina Maulidhany Tahir*


*Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran UMI

Kesadaran adalah kondisi sadar kesadaran antara lain pada pemenuhan


terhadap diri sendiri dan lingkungan. kebutuhan dasar yaitu gangguan pernafasan,
Kesadaran terdiri dari dua aspek yaitu kerusakan mobilitas fisik, gangguan hidrasi,
bangun (wakefulness) dan ketanggapan gangguan aktifitas menelan, kemampuan
(awareness). (Avner,2006) Kesadaran diatur berkomunikasi, gangguan eliminasi (Hudak &
oleh kedua hemisfer otak dan ascending Gallo, 2002).
reticular activating system (ARAS), yang FISIOLOGI KESADARAN
meluas dari midpons ke hipotalamus anterior. Formasi retikuler berperan penting
RAS terdiri dari beberapa jaras saraf yang dalam menentukan tingkat kesadaran. RAS
menghubungkan batang otak dengan korteks adalah jalur polysynaptic kompleks yang
serebri. Batang otak terdiri dari medulla berasal dari batang otak (formasi retikuler)
oblongata, pons, dan mesensefalon. Proyeksi dan hipotalamus dengan proyeksi ke
neuronal berlanjut dari ARAS ke talamus, intalaminar dan nukleus retikular thalamus
dimana mereka bersinaps dan diproyeksikan yang akan memproyeksi kembali secara
ke korteks. (Ganong,2016) menyeluruh dan tidak spesifik pada area
Ketidaksadaran adalah keadaan tidak luas dari korteks termasuk frontal, parietal,
sadar terhadap diri sendiri dan lingkungan temporal, dan oksipital (Gambar 1). Jaras
dan dapat bersifat fisiologis (tidur) ataupun kolateral ke dalamnya tidak hanya dari traktus
patologis (koma atau keadaan vegetatif). sensoris, tetapi juga dari traktus trigeminal,
(Avner,2006) Penyebab kesadaran menurun pendengaran, penglihatan, dan penciuman.
beragam dengan karakteristik masing- (Ganong, 2016) Kelainan yang mengenai
masing. Banyak penyebab dari penurunan lintasan RAS tersebut berada diantara
kesadaran merupakan ancaman jiwa yang medulla, pons, mesencephalon menuju
membutuhkan intervensi yang cepat, ke subthalamus, hipothalamus, thalamus
karena berpotensi terhadap morbiditas dan dan akan menimbulkan penurunan derajat
mortalitas yang tinggi. Perubahan fisiologis kesadaran. (Wijdicks, 2010)
yang terjadi pada pasien dengan gangguan
serebri merupakan bagian yang terbesar dari
susunan saraf pusat di mana kedua korteks ini
berperan dalam kesadaran akan diri terhadap
lingkungan atau input-input rangsangan
sensoris (awareness). Neurotransmiter
yang berperan pada ARAS antara lain
neurotransmiter kolinergik, monoaminergik
dan Gamma Aminobutyric Acid (GABA). (Yeo,
2013)
ETIOLOGI KESADARAN MENURUN
Gambar 1. Gambaran ascending reticular activating Koma dapat disebabkan oleh penyakit
system (ARAS) pada batang otak (brainstem)
memperlihatkan proyeksi pada thalamus dan yang menyerang bagian otak secara fokal
korteks serebral (Ganong, 2016) maupun seluruh otak secara difus. Penyebab
Kesadaran ditentukan oleh interaksi koma secara umum diklasifikasikan dalam
kontinu antara fungsi korteks serebri intrakranial dan ekstrakranial (tabel 1).
(kualitas) dengan Ascending Reticular Selain itu, Koma juga dapat disebabkan oleh
Activating System (ARAS) (kuantitas) yang penyebab traumatik dan non-traumatik.
terletak mulai dari pertengahan bagian atas Penyebab traumatik yang sering terjadi
pons. ARAS menerima serabut-serabut saraf adalah kecelakaan lalu lintas, kekerasan
kolateral dari jaras-jaras sensoris dan melalui fisik, dan jatuh. Penyebab non-traumatik
thalamic relay nuclei dipancarkan secara difus yang dapat membuat seseorang jatuh
ke kedua korteks serebri. ARAS bertindak dalam keadaan koma antara lain gangguan
sebagai suatu tombol off-on, untuk menjaga metabolik, intoksikasi obat, hipoksia global,
korteks serebri tetap sadar (awake) (Wijdicks, iskemia global, stroke iskemik, perdarahan
2010). intraserebral, perdarahan subaraknoid,
Respon gangguan kesadaran pada tumor otak, kondisi inflamasi, infeksi sistem
kelainan di ARAS ini merupakan kelainan yang saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis
berpengaruh kepada sistem arousal yaitu dan abses serta gangguan psikogenik. (Greer,
respon primitif yang merupakan manifestasi 2012) Keadaan koma dapat berlanjut menjadi
rangkaian inti-inti di batang otak dan serabut- kematian batang otak jika tidak ada perbaikan
serabut saraf pada susunan saraf. Korteks keadaan klinis.
Tabel 1. Etiologi Penurunan Kesadaran (Howlett, 2012)
Site/aetiology Disorder
Intracranial
Focal
stroke infarct, ICH, SAH
infections brain abscess
trauma haematoma (ICH, EDH, SDH)
tumours primary or secondary
Diffuse
infections HIV, meningitis, malaria, encephalitis
seizures post ictal/status epilepticus
trauma traumatic brain injury
Extracranial
hypoxia cardiac, respiratory, renal, shock, anaemia
metabolic/toxic hyper-hypoglycaemia, organ failure, hyponatraemia overdose, opiates, alcohol
hypertension encephalopathy, eclampsia
Easy way to remember the causes of coma
A = anoxia/apoplexy
E = epilepsy
I = injury/infection
O = opiates
U = uraemia
PATOMEKANISME KESADARAN Pada penurunan kesadaran, gangguan
MENURUN terbagi menjadi dua, yakni gangguan
Perilaku normal membutuhkan derajat (kuantitas, arousal, wakefulness)
Pengetahuan dan Afek yang sesuai, sehingga kesadaran dan gangguan isi (kualitas,
seseorang mampu mengenali hubungan awareness, alertness) kesadaran. Adanya
antara diri sendiri dan lingkungan. Komponen lesi yang dapat mengganggu interaksi
perilaku ini di kontrol oleh hemisfer otak. Pada ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi
umumnya, tubuh mengikuti ritme kesadaran supratentorial, subtentorial dan metabolik
yang normal. Dari kondisi kesadaran penuh akan mengakibatkan menurunnya kesadaran
(wakefulness) menjadi mengantuk, dan pada (Taylor, 2006).
akhirnya tertidur. Pada satu titik selama Pendekatan lain untuk menjelaskan
tertidur (atau bahkan pada mengantuk), level kesadaran adalah analogi “tombol on-
stimulus dari luar diproses melalui input off lampu”. Perilaku (yang dikontrol oleh
sensoris untuk meningkatkan kondisi sadar hemisfer otak) sebagai Bohlam Lampu dan
dan menyebabkan seseorang menjadi sadar Komponen kesadaran (dikontrol oleh ARAS)
(bangun). Siklus ini dipicu secara predominan adalah tombol untuk menyalakan lampu.
oleh ARAS, yang disebut sebagai pusat tidur. Untuk menyalakan lampu (kondisi seseorang
(Avner, 2006) menjadi Sadar), Lampu harus berfungsi
dan menyala. Ada tiga kemungkinan Lampu
tersebut tidak menyala (dalam hal ini
Kesadaran Terganggu), yaitu adanya defek kranial III, VI, VIII, dan fasciculus longitudinal
pada lampu itu sendiri (Disfungsi menyeluruh medial). Pemeriksaan pada refleks ini
pada hemisfer otak), defek pada tombol lampu mengindikasikan fungsi dari ARAS. (Avner,
(abnormalistas dari ARAS), atau terdapat 2006) Adanya trauma pada area ARAS dapat
defek pada kedua lampu dan tombol lampu menyebabkan hilangnya refleks batang otak
(Disfungsi CNS secara umum). (Avner, 2006) dan gangguan kesadaran, meskipun hemisfer
Model ini juga membantu membedakan otak tetap dalam kondisi normal. Disfungsi
penyebab dari penurunan kesadaran. ARAS otak difus biasanya akibat riwayat penyakit
di beberapa refleks batang otak, termasuk medis seperti keracunan, gangguan metabolik
refleks cahaya pada pupil (nervus kranial II dan infeksi menyebabkan penekanan
dan III) dan refleks pergerakan mata (nervus (kompresi) pada ARAS yang merupakan
akibat gangguan struktural (Tabel 2).
Tabel 2. Berbagai Penyakit Penyebab Penurunan Kesadaran (Avner, 2006)
Gangguan Medis
Gangguan Struktural
(Toxic-Infeksi-Metabolik)
• Kejadian cerebrovascular • Anoxia
• Trombosis Vena Otak • Ketoasidosis Diabetes
• Hidrocefalus • Abnormalitas elektrolit
• Tumor Intraserebral • Encephalopathy
• Empiema Subdural • Hipoglikemia
• Trauma (Perdarahan Intrakranial, • Hipotermi / Hipertermi
pembengkakan otak secara difus, shaken baby • Infeksi (sepsis)
syndrome) • Meningitis dan encephalitis
• Psikogenik
• Intususepsi
• Toksin
• Uremia (Sinfrom uremi-hemolitik)

Periode hilangnya kesadaran sesaat dapat menyebabkan koma sedangkan lesi


berarti hilangnya kesadaran intermiten dan fokal terjadi di atas tentorium dalam satu
muncul secara mendadak dari pasien yang hemisfer otak menyebabkan koma hanya
sebelumnya telah sadar penuh. hal ini terdapat jika sisi kontralateral otak secara bersamaan
pasien dengan penyakit kardiovaskular terlibat atau terkompresi (Gambar 2.B) Lesi
dengan penurunan aliran darah ke otak menyebar (difus) otak, yang mempengaruhi
secara akut (syncope) ataupun gangguan fungsi otak secara keseluruhan termasuk
aktivitas elektrik pada otak (kejang). Lesi RAS dapat menyebabkan koma (Gambar 2.C).
fokal otak yang terjadi di bawah tentorium (Howlett, 2012)
(Gambar 2.A) akan mengganggu RAS sehingga
Gambar 2. Gambaran Lesi yang menyebabkan Penurunan Kesadaran. Gbr A & B menunjukkan Lesi fokal.
Gbr C. menunjukkan pada kondisi Encephalophaty Diffuse. (Howlet, 2012)

PENILAIAN TINGKAT KESADARAN • Koma berarti kesadaran hilang, tidak


Penilaian kesadaran secara kuantitatif memberikan reaksi walaupun dengan
dapat menggunakan Tabel penilaian Glasgow semua rangsangan (verbal, taktil, dan
Coma Scale (GCS) (Tabel 3) atau Four Score nyeri) dari luar. Pasien dalam keadaan
(Tabel 4) (Huff,2012 dan Laureys, 2011). tidak sadar yang dalam, yang tidak dapat
Tingkat kesadaran secara kualitatif dapat dibangunkan akibat disfungsi ARAS
dibagi menjadi kompos mentis, apatis, di batang otak atau kedua hemisfer
somnolen, stupor, dan koma. (Singhal, 2014) serebri. Karakteristik koma adalah tidak
• Kompos mentis berarti keadaan adanya arousal dan awareness terhadap
diri sendiri dan lingkungannya.
seseorang sadar penuh dan dapat
menjawab pertanyaan tentang dirinya Selain di atas terdapat juga tingkat
dan lingkungannya. kesadaran dalam bentuk lain, yaitu (Kumar,
• Apatis berarti keadaan seseorang 2006)
tidak peduli, acuh tak acuh dan segan • Kesadaran berkabut (clouding of
berhubungan dengan orang lain dan consciousness) adalah penurunan
lingkungannya. keadaan bangun atau ketanggapan yang
• Somnolen berarti seseorang dalam minimal, dimana masalah utamanya
keadaan mengantuk dan cenderung ialah perhatian atau kewaspadaan.
tertidur, masih dapat dibangunkan • Confusion adalah gangguan dalam
dengan rangsangan dan mampu berpikir dengan jelas. Biasanya
memberikan jawaban secara verbal, mempunyai gambaran gangguan
namun mudah tertidur kembali. kemampuan kognitif dan pengambilan
• Sopor/stupor berarti kesadaran hilang, keputusan.
hanya berbaring dengan mata tertutup. • Obstundasi yaitu penurunan kesadaran
Pasien dalam keadaan tidur yang dalam ringan-sedang dengan penurunan
atau tidak memberikan respon dengan perhatian terhadap lingkungan dan
pergerakan spontan yang sedikit atau reaksi terhadap rangsang yang lambat.
tidak ada dan hanya bisa dibangunkan • Keadaan vegetatif diartikan sebagai
dengan rangsangan kuat yang berulang kondisi tidak tanggap terhadap diri
(rangsang nyeri). sendiri dan lingkungan yang disertai
siklus tidur-bangun (sleep-wake cycles)
dengan fungsi autonomik hipotalamus Respons Motorik
dan batang otak yang lengkap atau Sesuai perintah 6
Mengetahui lokalisasi nyeri 5
parsial.
Reaksi menghindar 4
• Keadaan sadar minimal (minimally Reaksi fleksi-dekortikasi 3
conscious state) adalah keadaan Reaksi ekstensi-deserebrasi 2
dimana kesadaran sangat terganggu, Tidak berespons 1
Respons Verbal
tetapi penderita dapat menunjukkan Dapat berbicara dan memiliki orientasi 5
ketanggapan terhadap diri sendiri baik
ataupun lingkungan secara intermitten. Dapat berbicara, namun disorientasi 4
Berkata-kata tidak tepat dan tidak jelas 3
Koma yang terjadi secara tiba-tiba dapat (nappropriate words)
memberi dugaan kejang atau perdarahan Mengeluarkan suara tidak jelas 2
intrakranial. Koma yang didahului kantuk (incomprehensive sounds)
Tidak bersuara 1
atau ketidakstabilan dapat memberi dugaan
tertelannya obat-obatan atau racun. Demam Tabel 4. Four Score
biasa terjadi pada anak koma karena proses Nilai
infeksi. Riwayat nyeri kepala dapat memberi Respons Mata
Buka mata, bola mata bergerak, dan 4
dugaan adanya peningkatan tekanan berkedip sesuai instruksi
intrakranial. (Avner, 2006) Buka mata, namun bola mata tidak 3
mengikuti arah gerakan jari
Peningkatan tekanan intrakranial
Mata tertutup, namun membuka saat 2
dapat menyebabkan herniasi yang dapat terdengar suara keras
mengakibatkan kerusakan otak permanen Mata tertutup, namun membuka saat ada 1
atau kematian. Gejala peningkatan tekanan rangsangan nyeri
Mata tetap tertutup walaupun ada 0
intrakranial antara lain nyeri kepala yang rangsangan nyeri
berat, muntah, gangguan penglihatan, Respons Motorik
dan perubahan tingkah laku atau derajat Ibu jari tangan naik, tangan 4
menggenggam dan peace sign sesuai
kesadaran. Tanda-tanda klinis peningkatan
instruksi
tekanan intrakranial adalah edema papil, Melokalisasi nyeri 3
kelumpuhan saraf otak, status mental Reaksi fleksi terhadap nyeri 2
Extensor posturing 1
abnormal dan postur tubuh tertentu. Trias
Tidak ada respons terhadap nyeri atau 0
Cushing yaitu bradikardi, hipertensi dan generalized myoclonus status epilepticus
pernafasan tidak teratur merupakan tanda Refleks Batang Otak
Terdapat refleks pupil dan kornea 4
herniasi yang mengancam. (Howlett, 2012)
Satu pupil lebar dan fixed 3
Tabel 3. Glasgow Coma Scale (GCS) Tidak ada refleks pupil atau refleks 2
kornea
Nilai Tidak ada refleks pupil dan refleks 1
Respons Membuka Mata kornea
Spontan 4 Tidak ada refleks pupil, kornea, dan 0
Terhadap perintah/pembicaraan 3 batuk
Terhadap rangsang nyeri 2
Tidak membuka mata 1
Pernapasan berubah. Pentingnya pemahaman mengenai
Tidak diintubasi dan pola pernapasan 4 mekanisme dan penyebab dari berbagai
teratur
gangguan kesadaran sehingga mampu
Tidak diintubasi dan pola pernapasan 3
Cheyne-Stokes mengenali dan membedakan penyebab dasar
Tidak diintubasi dan pola pernapasan 2 pasien dengan kondisi kesadaran menurun.
tidak teratur
Bernapas di atas ventilator rate 1
Bernapas setara ventilator rate atau 0 DAFTAR PUSTAKA
apnea
1. Avner JR. (2006) Altered states of
consciousness. Pediatrics in Review; 27:
Herniasi otak menyebabkan kerusakan 331-8
mekanik langsung dan juga iskemik dan 2. Ganong W.F (2016). Review of Medical
perdarahan karena distorsi pembuluh darah. Physiology, 25nd ed. Mc Graw-Hill,
Terdapat beberapa sindroma herniasi yaitu Boston.
herniasi uncal, herniasi sentral transtentorial 3. Greer DM, Yang J, Scripko PD, Sims
(diensefalon dan otak tengah/pontine bagian JR, Cash S, Kilbride R, et al. (2012)
atas), serta herniasi medular/pontine bagian Clinical examination for outcome
bawah, dimana sindroma herniasi uncal dan prediction in nontraumatic coma. Crit
sentral transtentorial merupakan keadaan Care Med.; 40: 1150-6. doi: 10.1097/
yang reversibel. Sindroma-sindroma di atas, CCM.0b013e318237bafb.
dan perubahannya dari satu ke yang lainnya 4. Huff JS, Stevens RD, Weingart SD, Smith
menunjukkan progresifitas dari herniasi yang WS. (2012) Emergency neurological life
dapat diketahui secara klinis. Pemeriksaan support: Approach to the patient with
refleks batang otak sangat penting untuk coma. Neurocritical Care; 17(S1): 54-9.
mengetahui progresifitas tersebut. (Kumar, 5. Kumar,P. & Clark,M. (2006) Clinical
2006) Medicine, 6th ed. Elsevier Saunders,
Edinburgh London
PENUTUP 6. Laureys S. (2011) How to examine a
Kesadaran dipertahankan oleh sistem comatose patient. XX th World Congress
aktivasi retikuler (RAS) yang utuh di batang of Neurology: WCN Teaching Course.
otak dan otak terhubung ke thalamus dan 7. Singhal NS, Josephson SA. (2014)
hemisfer otak. Sistem pengaktif retikuler A practical approach to neurologic
(RAS) membuat seseorang tetap terjaga dan evaluation in the intensive care unit. J
waspada selama periode bangun. Gangguan Crit Care; 29(4): 627-33.
yang secara fisik mempengaruhi area ini 8. Taylor DA, Ashwal S. (2006) Impairment
dapat menyebabkan gangguan kesadaran dan of consciousness and coma. Dalam:
kondisi kesadaran yang berubah. Patofisiologi Swaiman KE, Ashwal S, penyunting.
yang mendasari penurunan kesadaran Pediatric neurology, principles &
berdasarkan pada gangguan struktural dan practice. Edisi ke-4. Philadelphia:
medis dari tingkat gangguan kesadaran yang Mosby;. h.1378-1400.
9. Wijdicks EF, Varelas PN, Gronseth GS,
Greer DM, (2010) American Academy
of N. Evidence-based guideline update:
Determining brain death in adults:
Report of the quality standards
subcommittee of the American Academy
of Neurology. Neurology; 74: 1911-8.)
10. Yeo SS, Chang PH, Jang SH. (2013) The
ascending reticular activating system
from pontine reticular formation to the
thalamus in the human brain. Frontiers
in Human Neuroscience [Internet].
[cited 2018 August 25];7. Available
from: http://journal.frontiersin.org/
article/10.3389/fnhum.2013.00416/
abstract

Anda mungkin juga menyukai