Anda di halaman 1dari 9

REFLEKSI KASUS Agustus 2019

Dermatitis Seboroik

Disusun oleh :
SUHARDIMAN
N 111 19 014

Pembimbing ;
dr. Diany Nurdin Sp.KK,

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. U
2) Umur : 58 Tahun
3) Jenis Kelamin : Pria
4) Alamat : jl. Banteng
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Polri
7) Tanggal Pemeriksaan : 14 agustus 2019

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : kulit bersisik dan timbul bercak kemerahan
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien pria usia 58 tahun sedang dirawat inap di ruangan
kenanga RSUD UNDATA dan dikonsultasikan ke dokter kulit dan
kelamin RSUD Undata Palu dengan keluhan gatal dan kulit
terkelupas pada kepala, wajah, leher, petut. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Awalnya gatal hanya dirasakan
pada daerah kepala, lama-lama sampai ke bagian wajah,bagian leher
dan badan Pasien mengeluhkan gatalnya muncul secara tiba-tiba dan
tidak menentu. Pasien mengaku selalu menggaruk area gatal
tersebut. Rasa gatalnya berkurang apabila pasien menggaruk area
gatal tersebut dan setelah itu kulit pasien terkelupas berwarna merah.
Pasien mengatakan belum pernah berobat sebelumnya di dokter kulit
dan tidak mengonsumsi obat gatal. Selain merasa gatal, pasien
merasa kulitnya kasar.

2
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama, dan pasien
mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan,
riwayat penyakit DM (-), dan riwayat penyakit Hipertensi (-).
4) Riwayat penyakit keluarga:
Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien tidak mengeluhkan
hal yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1. Derajat sakit : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda Vital
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36.5oC

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala : Skuama ptiriasis form dan makula eritema
2. Wajah : Skuama ptiriasis form dan makula eritema
3. Telinga : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Dada : Skuama ptiriasis form dan makula eritema
7. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Perut : Skuama ptiriasis form dan makula eritema
9. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
10. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

3
11. Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
12. Ekstremitas Bawah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1. skuama ptiriasi form dan makula eritema yang tersebar secara
lokalisata didaerah regio fasialis.

Gambar 2. skuama ptiriasi form dan makula eritema didaerah kepala

4
Gambar 3. Terdapat skuama ptiriasi form dan makula eritema didaerah abdomen

V. RESUME
Pasien pria usia 58 tahun sedang dirawat inap di ruangan kenanga rumah sakit
undata yang sedang dikonsultasikan ke dokter kulit dan kelamin RSUD Undata
Palu dengan keluhan gatal dan kulit terkelupas pada wajah, kepala dan perut.
Keluhan tersebut dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Awalnya gatal hanya
dirasakan pada daerah kepala, lama-lama sampai ke bagian wajah, dan bagian
perut. Pasien mengeluhkan gatalnya muncul secara tiba-tiba dan tidak menentu.
Pasien tidak pernah mengeluhkan hal seperti ini, dan pasien mengaku tidak
memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, riwayat penyakit DM (-), dan
riwayat penyakit Hipertensi (-). Pasien mengatakan bahwa keluarga pasien
tidak mengeluhkan hal yang sama.
Pemeriksaan kondisi umum didapatkan kesadaran kompos mentis, status gizi
baik, dan derajat sakit ringan. Pemeriksaan tanda vital didapatkan Tekanan
Darah 140/80 mmHg, Nadi 89x/menit, Respirasi 20 x/menit, dan Suhu 36.5oC.
Pada pemeriksaan dermatologis, Terdapat makula eritema, skuama halus dan
berbatas tidak tegas pada regio facialis, kepala dan abdomen
VI. DIAGNOSIS KERJA
Dermatitis Seboroik

5
VII. DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis kontak iritan
2. Psoriasis vulgaris
3. Dermatitis atopik dewasa

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN


- Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
-
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-Medikamentosa
- Tidak menggaruk area yang gatal, apabila sangat gatal, dapat
detepuk-tepuk saja.
- Hindari stress psikologis dengan banyak aktivitas dan kurangi waktu
sendiri
- Istirahat yang cukup
- Menjaga kebersihan dan kelembapan kulit agar tidak kering.
b. Medikamentosa
- Desoxymethasone oint 0,25% (2x/hari )
- Cetrizine Tab 1 x 10 mg
X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam


Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Quo ad Cosmeticam : ad bonam

PEMBAHASAN

Kelenjar sebasea adalah kelenjar kulit yang bekerja menghasilkan


sebum. Kelenjar sebasea bersama dengan rambut, folikel rambut dan
muskulus arektor pili disebut sebagai unit pilosebasea. Sebum keluar dari

6
kanal duktus kelenjar pilosebasea setinggi daerah antara isthmus dan
infundibulum dan mengalir keluar ke permukaan kulit hingga sepanjang batang
rambut[1].
Kelenjar sebasea ada pada seluruh tubuh, kecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki. Kelenjar sebasea terbanyak dengan ukuran terbesar terdapat
pada wajah, kulit kepala, tubuh bagian atas, meatus auditoium eksternal,
dan area anogenital. Penderita DS memiliki jumlah, bentuk dan ukuran
kelenjar sebasea yang sama dibandingkan dengan individu sehat[1].
Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa yang sering
dijumpai dan bersifat kronis dapat mengenai bayi dan dewasa. Penyakit
ini secara khas didapatkan pada daerah tubuh yang memiliki folikel sebasea
dengan konsentrasi yang tinggi dan kelenjar sebasea yang aktif seperti
wajah, kulit kepala, telinga, tubuh bagian atas, dan daerah lipatan (inguinal,
inframammae dan aksila). Daerah yang lebih jarang terkena termasuk
interskapula, umbilikus, perineum dan lipatan anogenital[2].
Adapun Epidemiologi Dermatitis seboroik dibagi dalam dua kelompok
usia, bentuk infantil yang dapat sembuh sendiri terutama pada tiga bulan
pertama kehidupan dan bentuk dewasa yang kronis. Predominansi laki-laki
tampak pada semua usia, tanpa predileksi ras, atau transmisi horizontal.
Karakteristik DS memiliki tren bimodal, dengan frekuensi puncak pertama
saat kelahiran dan yang kedua adalah pada dewasa usia antara 30 sampai 60
tahun. Prevalensinya diperkirakan 5%, tetapi insiden seumur hidup termasuk
tinggi secara signifikan. Dermatitis seboroik yang ekstensif dan resisten
terhadap terapi adalah suatu tanda kulit yang penting untuk infeksi HIV,
penyakit Parkinson dan gangguan mood[3].
Etiopatogenesis DS masih sebagian diketahui. Lipid kulit dan spesies
Malassezia adalah faktor etiologi yang paling banyak dipelajari. Kelenjar
sebasea pasien DS tidak lebih banyak dibandingkan dengan individu sehat.
Selain itu tidak didapatkan kelainan morfologi dan ukuran kelenjar pada
penderita DS dibandingkan dengan orang sehat[4].

7
Manifestasi klinis Dermatitis seboroik sering tampak sebagai plak
eritema berbatas tegas dengan permukaan berminyak, skuama kekuningan
dengan berbagai perluasan pada daerah yang kaya kelenjar sebasea, seperti
kulit kepala, area retroaurikuler, wajah (lipatan nasolabial, bibir atas, kelopak
mata dan alis) dan dada bagian atas. Distribusi lesi umumnya simetris dan
DS tidak menular maupun fatal[5].
Diagnosis banding dari dermatitis seboroik antara lain psoriasis, dermatitis
atopik tinea kapitis, rosasea, dan systemic lupus erythematous (SLE)[6].
Tujuan terapi DS tidak hanya untuk meredakan tanda dan gejalanya
tetapi juga untuk menghasilkan struktur dan fungsi kulit yang normal.
Dermatitis seboroik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien secara
signifikan sehingga terapi bertujuan untuk memperbaiki gejala kulit serta
kualitas hidup[7].
Terapi topikal Terapi topikal bertujuan untuk mengatur produksi sebum,
mengurangi kolonisasi M. furfur pada kulit dan mengendalikan inflamasi.
Tatalaksana DS dengan obat- obatan topikal dibagi menjadi terapi skalp
dan non skalp. Sebuah studi epidemiologi multisenter transversal yang
dilakukan pada 2159 pasien dengan DS pada wajah dan kulit kepala
menunjukkan bahwa terapi yang paling sering digunakan adalah steroid
topikal (59,9%), anti jamur imidazol (35,1%), topikal calcineurin inhibitor
(TCI) (27,2%) bersamaan dengan penggunaan produk pelembab atau emolien
(30,7%)[7].

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. In: Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolf K, editors. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th Ed. New York: McGraw-Hill.
2012:259-265.
2. Lacarrubba F, Nasca MR, Benintende C, Micali G. Topical treatment. In:
Seborrheic dermatitis. Gurgaon: Macmilllan Medical communications. 2015:41-
50.
3. Bettoli V, Zauli S, Ruina G, Ricci M, Borghi A, Toni G, Virgili A. The
Sebaceous gland. In: Seborrheic dermatitis. Gurgaon: Macmilllan Medical
communications. 2015: 3-6.
4. Monfrecola G, Marasca C. Epidemiology. In: Seborrheic dermatitis.
Gurgaon: Macmilllan Medical communications. 2015: 9-11.
5. Veraldi S, Raia DD, Barbareschi. Etiopathogenesis. In: Seborrheic
dermatitis. Gurgaon: Macmilllan Medical communications. 2015: 13-18.
6. Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn R, Widaty
S, Azizan NZ, Gabriel MT, Tran HK, Chong WS, Shih I-H, Dall’Oglio F, Micali
G. Treatment of seborrhoeic dermatitis in Asia: A consensus Guide. Skin
Appendage Disord. 2015;1:187-196.
7. Schwartz JR, Messenger AG, Tosti A, Todd G, Hordinsky M, Hay RJ,
Wang X, Zacharie C, Kerr KM, Henry JP, Rust RC, Robinson MK. A
comprehensive pathophysiology of dandruff and seborrheic dermatitis –
Towards a more precise definition of scalp health. Acta Derm Venereol.
2013;93:131-137.

Anda mungkin juga menyukai