Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS Januari 2022

NEURODERMATITIS

Disusun Oleh:

Shania Faried
N 111 20 071

Pembimbing Klinik
dr. Halida Nuraini,Sp.KK.

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Shania Faried

Stambuk : N 111 20 071

Fakultas : Kedokteran

Program Studi : Profesi Dokter

Universitas : Tadulako

Bagian : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Judul : Neurodermatitis

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSUD UNDATA Palu

Fakultas Kedokteran

Universitas Tadulako

Palu, Desember 2022

Mengetahui

Pembimbing Klinik Dokter Muda

dr.Halida Nuraini, Shania Faried


Sp.KK
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

A. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Tn. Sechmid
Umur : 69 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Poboya
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Tanggal Pemeriksaan : 22 Desember 2022
Ruangan : Poli Kulit RS Sindhu Trisno

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : Gatal pada punggung kaki kanan
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan gatal pada punggung
kaki kanan sejak 5 tahun yang lalu . Keluhan tersebut dirasakan memberat -+ 1 bulan
terakhir terutama pada saat malam hari yang menyebabkan pasien sulit untuk
beristirahat, rasa gatal yang dialami baru hilang ketika pasien menggaruknya dan
menjadi luka serta berair. Pasien sempat menjalani pengobatan tetapi tidak
dilanjutkan hingga selesai (putus obat). Area yang berair setelah beberapa hari
menjadi teraba kasar dan berbatas tegas serta permukaan lesi yang bersisik dan
terliha tebal, kering dan garis kulit menonjol menyerupai batang kayu. Keluhan lain
seperti deman, muntah, dan nyeri kepala di sangkal.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. riwayat hipertensi
(+), diabetes mellitus (-), riwayat alergi makanan (-), riwayat alergi obat (-)
4. Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

C. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Status Gizi : Gizi Baik
 Kesadaran : Compos mentis

 Tanda-tanda Vital
- Tekanan Darah : 130/90 mmHg - Nadi : 80x/Menit
- Respirasi : 20x/Menit - Suhu : 36,6 C
 Status Dermatologis/Venereologis
 Effloresensi
Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Wajah : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Inguinal : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ekstremitas Atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit
Ekstremitas Bawah : Tampak plak hiperpigmentasi berbentuk
irreguler tersusun polisiklik disertai skuama,
erosi, dan likenifikasi pada dorsum pedis
dextra

 Gambar
Gambar.
Ujud Kelainan Kulit Pasien.
Tampak plak hiperpigmentasi berbentuk irreguler tersusun polisiklik disertai skuama, erosi, dan likenifikasi
pada dorsum pedis dextra

 RESUME :
Seorang pasien laki-laki usia 69 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin RS.
Sindhu Trisno dengan keluhan pruritus pada regio dorsalis pedis dextra sejak 5
tahun yang lalu. Keluhan memberat -+ 1 bulan terakhir terutama pada saat malam
hari yang menyebabkan pasien sulit untuk beristirahat, pruritis yang dialami baru
hilang ketika pasien menggaruknya dan menjadi luka serta berair. Pasien sempat
menjalanipengobatan tetapi tidak dilanjutkan hingga selesai (putus obat). Area yang
berairsetela
beberapa hari menjadi teraba kasar dan berbatas tegas serta permukaan lesi yang bersisik dan
terliha tebal, kering dan garis kulit menonjol menyerupai batang kayu.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik, dan kesadaran
compos mentis. Pada pemeriksaan status dermatologis didapatkan wujud kelainan kulit
Tampak plak hiperpigmentasi berbentuk irreguler tersusun polisiklik disertai skuama, erosi,
dan likenifikasi pada dorsum pedis dextra.

D. DIAGNOSIS KERJA
 Neurodermatitis

E. DIAGNOSIS BANDING
 Dermatitis atopic
 Psoriasis
 Liken planus hipertrofik(1).

F. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
 Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis
banding.
 Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan bila gambaran klinis meragukan(1).

G. PENATALAKSANAAN
1. Non-Medikamentosa
 Menghindari stress psikis
 Mencegah garukan dan gosokan pada daerah yang gatal
 Sebaiknya memotong pendek kuku
 Menjaga personal hygiene dan kebersihan kulit, kuku dan mandi (1).
2. Medikamentosa
 Topikal
o Desoximetasone cream 0,25% dioleskan sebanyak 2 kali sehari setelah
mandi
o Gentamicin cream 0,1% dioleskan sebanyak 2 kali sehari setelah mandi
 Sistemik
o Cetirizine tab 10mg/hari
o Methylprednisolone tab 4 mg 2x1

H. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : bonam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
 Quo ad cosmetikam : dubia ad malam
I. PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan temuan dari
pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis diketahui seorang pria berusia 69 tahun
datang keluhan gatal pada punggung kaki kanan sejak 5 tahun yang lalu . Keluhan
tersebut dirasakan memberat -+ 1 bulan terakhir. Rasa gatal pasien sering kambuh
malam hari pada saat akan beristirahat yang hilang ketika digaruk dan menjadi, keluhan
gatal dengan wujud kelainan kulit tampak plak hiperpigmentasi berbentuk irreguler
tersusun polisiklik disertai skuama, erosi, dan likenifikasi pada dorsum pedis dextra. Hal
ini sesuai dengan variasi klinis NS dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau
korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus
berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup kr sta dan skuama, lambat laun
menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi iasanya multipel,
lokalisasi tersering di ekstremitas, berukuran mulai beberapa millimeter sampai2 cm(2).
Dermatitis merupakan suatu respons dari kulit, sifatnya inflamasi. Disebabkan
oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar, bisa salah satu atau keduanya.
Gejala yang timbul bisa berupa eritem, papula, vesikel yang berkelompok. Secara
histopatologi terdapat gambaran spongiosis. Dengan gejala klinis Terdapat lesi bentuk
bulat seperti uang logam, batas relatif tegas, dan bersifat simetris dapat pola soliter
dengan diameter bervariasi dari ½ - 5 cm atau lebih(3).
Berdasarkan usia neurodermatitis lebih sering terjadi pada masa ansia akhir
karena pada periode ini penderita cenderung mengalami gangguan psikologis dan
psikiatri, dimana pasien memiliki kepekaan yang tinggi terhadap sensasi gatal, harga diri
yang rendah, mengubah citra tubuh, kecemasan, perasaan tidak berdaya, dan
pengalaman psikososial negative dan berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih
cenderung mengalami karena nuerodermatitis dibandingkan laki-laki dikarenaka
perempuan lebih sering mengalami kesehatan mental(4)
Penyebab neurodermatitis belum diketahui secara pasti. Faktor penyabab dari
neurodermatiti dapat dibagi menjadi dua :
 Faktor eksterna meliputi faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti panas dan
udara yang kering dapat berimplikasi dalam menyebabkan iritasi yang dapat
menginduksi gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatiti. Gigitan
serangga juga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal(5).
 Sedangkan faktor interna meliputi riwayat dermatitis atopi dan psikologis.
Hubungan dermatitis atopi dan neurodermatitis atopi telah banyak ditemukan
sekitar 26-75% pasien dengan dermatitis atopi terkena neurodermatitis atopi.
Pada faktor psikologis terutama ansietas memiliki prevalensi tertinggi yang
mengakibatkan neurodermatiti. Neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan
seperti dopamine dan serotonin akan memodulasikan persepsi gatal melalui
penurunan jalur spinal(5).
Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta didasarkan gambaran klinis, biasanya
tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan kemungkinan penyakit kulit lain yang
memberikan gejala pruritis, misalnya like planus, liken amyloidosis, psoriasis dan
dermatitis atopik(2). Penegakkan diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan
neurodermatiti mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak
yang tebal karena mengalami proses likenifikasi. Rasa gatal muncul pada saat pasien
sedang beristirahat dan hilang saat sedang beraktivitas dan biasanya gatal timbul
intermitten. Liken simpleks kompleks biasanya ditemukan pada kulit didaerah yang
mudah dijangkau untuk menggaruk(6).
Penatalaksanaan neurodermatitis bertujuan untuk mengurangi gejala gatal dan
memperkecil luka akibat garukan atau gosokan. Pada kasus ini, pasien diberi terapi
internal (terapi psikologis) dan terapi eksternal (medikamentosa). Pemberian
kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk mengurangi reaksi inflamasi yang
menimbulkan rasa gatal. Pada pasien ini diberikan cetirizine 10 mg 1x1. Cetirizine
merupakan golongan antihistamin generasi kedua yag bekerja dengan menghambat
reseptor H1 pada dermis. Antihistamin dapat memperbaiki gejala pruritus karena
histamin merupakan mediator yang menginduksi pruritus pada kulit (8).
Penatalaksanaan pada pasien NS memiliki prinsip untuk memutuskan siklus
gatal-garuk. 2 Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi
sebagai berikut:
1. Topikal .
 Emolien dapat diberikan sebagai kombinasi dengan kortikosteroid topikal
atau pada lesi di vulva dapat diberikan terapi tunggal krim emolien.
 Kortikosteroid topikal: dapat diberikan kortikosteroid potensi kuat seperti
salep klobetasol propionat 0,05%, satu sampai dua kali sehari.
 Calcineurin inhibitor topikal seperti salep takrolimus 0,1%, atau krim
pimekrolimus 0,1% dua kali sehari selama 12 minggu.
 Preparat antipruritus nonsteroid yaitu: mentol, pramoxine, 5 dan doxepin
2. Sistemik
 Antihistamin sedative
 Antidepresan trisiklik
3. Tindakan Kortikosteroid intralesi (triamsinolon asetonid)(7).
Secara umum, prognosis pada pasien ini bonam apabila rasa gatal dapat diatasi,
likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi dapat diatasi. Relaps dapat terjadi
apabila pasien berada dalam masa stres atau tekanan emosional yang meningkat.
Pengobatan untuk pencegahan pada stadium awal dapat membantu mengurangi proses
likenifikasi. Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien. Prognosis
lebih buruk apabila ada gangguan psikologis atau penyakit lain yang menyertai.
Neurodermatitis dapat menjadi lesi yang persisten dan bersifat berulang. Eksaserbasi
dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap stres emosional(9).
Edukasi yang dilakukan terhadap pasien meliputi anjuran agar pasien tidak
menggaruk hebat jika gejala gatal muncul, karena penyakit ini akan bertambah berat jika
terus digaruk oleh pasien. Mendiskusikan tentang bagaimana merubah kebiasaan
menggaruk, kemudian menyarankan untuk memilih sabun yang lembut, dan
menggunakan pakaian yang berbahan cotton sehingga mengurangi iritasi. Penggarukan
yang terjadi berulang-ulang dapat menimbulkan suatu infeksi atau peradangan kulit.
Dapat pula meninggalkan jaringan parut dan perubahan warna kulit yang bertambah
gelap (hiperpigmentasi) (10).
DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S. dkk. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di
Indonesia. Jakarta Pusat: PP PERDOSKI; 2017. Diakses tanggal 14/12/2022.
2. Menaldi, S. L. S. W., Bramon, K., Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ketujuh. Cetakan Kedua. Jakarta : Badan Penerbit FKUI,2016. Diakses tanggal
14/12/2022
3. Harlim, A. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin : Alergi Kulit. Jakarta : Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia, 2016. Diakses tanggal
14/12/2022
4. Sari, D.P., Primawati, Akbar, R.R. Profil Penderita Liken Simpleks Kronikus di
Puskesmas Padang Pasir Kota Tahun 2017. Heme, 2019, 1,1: 50-56. Diakses tanggal
14/12/2022.
5. Damayanti, I.T. Circumscribed Neurodermatitis in Woman with Controlled
Hypertension Stage I. Medula, 2014, 2,3: 44-49. Diakses tanggal 14/12/2022.
6. Listiandoko, R.D., Muhartono. Management of Neurodermatitis on the Elderly in Kota
Karang Village. J Agromed Unila, 2014, 1,2:139-143. Diakses tanggal 14/12/2022.
7. Tan, S.T., Pratiwi, Y.I., Chandra, C.C., Elizabeth, J. Buku Edukasi Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara, 2021. . Diakses tanggal
14/12/2022.
8. Tan, S.T., Firmanysah, Y., Pratiwi, Y.I. Treatment for Neurodermatitis- Based on
Pathogenesis of it (Retrospektif Study). JHTM., 2021, 6,1. Diakses tanggal 14/12/2022.
9. Adnyani, N.M.D. Penatalaksanaan dan Edukasi pada pasien dengan Neurodermatitis. J
Medula Unila. 2016, 4,3:115-118. Diakses tanggal 14/12/2022.
10. Sari D, Sari M.I., Sibuea, S. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pasien Neurodermatitis dan
Hipertensi dengan Konsep Kedokteran Keluarga. J Agromedicine. 2019, 6,2: 427-431.
Diakses tanggal 14/12/2022.

Anda mungkin juga menyukai