“NEURODERMATITIS”
Pembimbing :
Disusun Oleh :
G4A018050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2019
HALAMAN PENGESAHAN
“NEURODERMATITIS”
Disusun oleh:
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto,
Pembimbing:
2
KATA PENGANTAR
Penulis
3
I .PENDAHULUAN
4
II. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia :
Pekerjaan : tidak bekerja
Agama : Islam
Tanggal pemeriksaan :
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Gatal-gatal
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan pasien bangsal Anggrek , pasien mengeluh gatal-gatal
pada hampir seluruh tubuh. Pasien senang menggaruk terus menerus hingga
lecet. Menurut keluarga pasien sebelum pasien masuk rumah sakit pasien
sudah mengalami gatal-gatal, gatal terus menerus. Keluhan seperti sudah lama
sekitar 2 tahun namun hilang timbul dan diperberat akhir-akhir bulan ini karena
pasien jarang menjaga kebersihan atau jarang mandi dan semakin gatal.
5
Riwayat bersin dipagi hari, sesak napas saat terkena debu, kulit kemerahan
setelah konsumsi makanan atau obat disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal di rumah bersama ibu dan adik pasien.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/m
Pernafasan : 19 x/m
Suhu : 36.6 C
Kepala : normochepal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Thorax : Simetris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema
6
D. Status Dermatologis
Lokasi
Regio antebrachii dextra-sinistra, manus sinistra, thrunkus posterior, gluteus.
Efloresensi
Regio antebrachii dextra sinistra, manus sinistra : plakat hipopigmentasi,
diseratai skuama halus, dan terdapat krusta
E. Resume
Pasien Tn . S, laki-laki 35 tahun merupakan pasien bangsal anggrek
mengeluh gatal-gatal hampir seluruh area tubuh. Pada bagian kedua tangan ,
pantat, dan punggung. Pasien sering mengalami gatal hilang timbul sudah lebih
2 tahun. Pasien senang menggaruk-garuk hingga timbul luka. Beberapa bulan
terkahir pasien kurang menjaga kebersihan sehingga gatal makin memberat.
F. Diagnosis Keja
Neurodermatitis sirkumskripta (liken simpleks kronik)
G. Diagnosis Banding
Psoriasis
Liken planus
Dermatitis kontak alergika
Dermatitis statis (dermatitis varikosa)
7
H. Penatalaksanaan
Edukasi
1. Penjelasan mengenai penyakit, seperti penyebab dan pengobatan.
2. Menghindari stres psikologis.
3. Menghindari untuk menggaruk serta mengelupasi kulit.
Non Medikamentosa
a. Aplikasi pelembab pada lesi
Medikamentosa
Antihistamin Sistemik
Cetirizine tablet 10 mg 1x1 dikonsumsi malam hari sebelum tidur
Kortikosteroid Topikal
Desoksimetason 0.25% krim 2 kali oles pada bagian yang gatal 1
kali sehari selama 14 hari
8
III. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neurodermatitis sirkumskripta ialah liken simpleks kronikus. Peradangan kulit
kronis , gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih
menonjol (likenifikasi) menyerupai kullit batang kayu, akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan pruritogenik (Sularsito dan
Djuanda, 2013).
B. Epidemiologi
Liken simplek kronis lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria,
dan jarang ditemukan pula pada anak-anak. Sering kali terjadi pada pasien dewasa tua.
Puncaknya antara usia 30-60 tahun (Siregar, 2013; Sularsito dan Djuanda, 2013). Frekuensi
pasti penderita neurodermatitis sirkumskripta tidak diketahui pasti, dalam sebuah
penelitian sekitar 12% individu usia tua dengan keluhan gatal didiagnosis sebagai
neurodermatitis. Insidens liken simpleks kronikus lebih banyak terjadi pada orang Asia dan
Afrika Amerika. Pigmentasi sekunder biasanya lebih berat pada orang dengan kulit lebih
gelap (Schoenfeld dan Helm, 2017).
C. Etiologi
Tempat yang sering gatal adalah bagian belakang siku. Bisa juga muncul pada
bagian belakang leher. Vulva, scrotum, dan anal dapat berkembang menjadi
neurodermatitis, namun daerah genital dan anal jarang terlibat secara bersamaan. Dapat
juga terjadi pada bagian atas dari kelopak mata, orifisium dari kedua telinga. Faktor
lingkungan dapat menyebabkan gatal seperti panas, keringat dan iritasi yang dihubungkan
dengan anogenital lichen simplex chronicus. Emosional atau psikologis juga dapat
menyebabkan munculnya rasa gatal. Masih belum diketahui apakah emosional terjadi
karena rasa gatal pada kulit atau faktor emosional menyebabkan gatal (Odom,2006).
D. Patogenesis
Pruritus memiliki peran penting dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa
likenifikasi dan pririgo nodularis. Hipotesis mengenai pruritus dapat diakibatkan
oleh adanya penyakit yang mendasari, seperti gagal ginjal kronis, obstruksi
saluran empedu, limfoma hodgkin, hipertiroid, penyakit kulit seperti dermatitis
9
atopik, dermatitis kontak alergi, gigitan serangga, dan aspek psikologis dengan
tekanan emosi. Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil
berisi protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel
mas. Jumlah sel Langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP
(calcitonin gene-related peptide) dan SP (substance P), bahan imunoreaktif,
jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada
neurodermatitis. SP dan CRGP melepaskan histamin dari sel mas yang kemudian
akan memicu pruritus (Sularsito dan Djuanda, 2013).
E. Gejala Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan sangat menggangu.
Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya akan dirasakan sangat nyaman bila
digaruk sehingga terkadang pasien secara refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang
tidak disadari. Predileksi neurodermatitis berada di tengkuk, sisi leher, tungkai bawah,
pergelangan kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor,
skrotum dan vulva. Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa eritem dan
edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian tengah menebal,
kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi lentikular sampai
plakat, bentuk umum lonjong atau tidak beraturan. Kemudian lesi juga dapat berupa plak
solid dengan likenifikasi, seringkali disertai papul kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis.
Kulit yang mengalami likenifikasi teraba menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas dan
meninggi, serta dapat pula disertai eskoriasis. Warna lesi biasanya merah tua, kemudian
menjadi coklat atau hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi biasanya tunggal (Sularsito dan
Djuanda, 2013 ; Susan,2008).
F. Penegakan diagnosis
Diagnosis untuk neurodermatitis sirkumkripta atau liken simpleks kronis
dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan
penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal
pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami
proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher,
ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal
lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang aktivitas dan biasanya gatal timbul
intermiten. Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas,
10
dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi
Kebutuhan pemeriksaan penunjang sangat bergantung pada penyakit penyerta dan
komplikasi yang mungkin berkaitan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit
pasien seperti darah rutin, urin rutin, dan fungsi organ viseral. Pemeriksaan yang
paling bermakna adalah dermatopatologi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan
gambaran bervariasi mengenai derajat hiperkeratosis dan paraorthokeratosis, serta
psoriasiform epidermal hiperplasia. Biopsi mungkin dapat dilakukan untuk
menemukan gangguan pruritus primer yang menyebabkan timbulnya likenifikasi
sekunder seperti psoriasis (Lotti et al., 2008; Tsintsadze et al., 2015).
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis neurodermatitis
sirkumkripta adalah menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat
membuat infiltrasi selular yang cukup besar. Juga ditemukan neural hyperplasia.
Didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang parakeratosis, akantosis
dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan perluasan
dari papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan
(Sularsito dan Djuanda, 2013).
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Diagnosis Banding
Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan, gejala klinis muncul pada pajanan (exposure)
pertama. Lesi timbul cepat, beberapa menit sampai dengan beberapa jam. Terjadi juga
fenomena decrescendo yaitu reaksi puncak peradangan terjadi dengan cepat, kemudian
cepat mereda). Morfologi lesi fase akut adalah eritema, edema, vesikel, bulla, pustula,
sampai dengan nekrosis dan ulkus. Pada fase subakut dan kronik yang terjadi adalah
hiperkeratosis, fisura, lesi berbatas tegas (sirkumskripta) pada area pajanan. Keluhan atau
gejala yang selalu didapatkan adalah rasa nyeri dan terbakar (Sularsito dan Djuanda, 2013).
12
Gambar 2. Dermatitis Kontak Alergi
Dermatitis Atopi
Keluhan gatal dan terdapat likenifikasi, makula yang eritem, papul atau
papulovesikel, krusta pada daerah eksema, eksoriasi,dan kulit kering. Lokasi Dermatitis
Atopi di lipat siku dan lipat lutut (fleksor), sedangkan pada Liken Simpleks Kronis di siku
dan punggung kaki (ekstensor), ada pula yang di tengkuk. Dermatitis Atopi biasanya
sembuh dalam usia 2 tahun sedangkan Neurodermatitis Sirkumskripta dapat berlanjut
sampai tua (Sularsito dan Djuanda, 2013 ; Susan,2008).
.
Liken Planus
Psoariasis
14
Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit
kepala, perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku
dan lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema yang
meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema berbentuk sirkumskrip dan merata,
tetapi kemerahan di tengahnya dapat menghilang pada stadium penyembuhan.
Skuama pada psoriasis sangat khas, yaitu berlapis-lapis, kasar dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan. Dua fenomena khas pada psoriasis adalah fenomena
tetesan lilin dan Auspitz. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah
warnanya menjadi putih pada foresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena
Auspitz, setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak
serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Untuk menegakkan
diagnosis psoriasis, perlu dinilai gambaran klinisnya yang khas. Jika gambaran klinis
tersebut sudah sesuai dengan yang tersebut di atas, maka tidak sulit membuat
diagnosis psoriasis (Sularsito dan Djuanda, 2013 ; Susan,2008).
Gambar 5. Psoariasis
Dermatitis Statis
I. Penatalaksanaan
2. Medikamentosa
a. Antipruritus oral: antihistamin dengan efek sedatif, seperti hidroksisin 10-
50 mg setiap 4 jam, difenhidramin 25-50 mg setiap 4-6 jam (maksimal 300
mg/hari), atau klorfeniramin maleat (CTM) 4 mg setiap 4- 6 jam
(maksimal 24 mg/hari).
b. Antipruritus topikal: krim doxepin 5% maksimum 8 hari.
c. Glukokortikoid topikal, antara lain: betametason dipropionat 0,05%
salep/krim 1-3x/hari, metilprednisolon aseponat 0,1% salep/krim 1-
2x/hari, atau mometason furoat 0,1% salep/krim 1x/hari.
Antiansietas dan antidepresi: obat ini diberikan untuk memperbaiki kualitas
tidur, contohnya amitriptilin
16
J. Prognosis
17
IV. PEMBAHASAN
A. Anamnesis
1. Pasien mengeluh gatal hampir seluruh tubuh pada area tangan kanan –
kiri, punggung, dan pantat
2. Keluhan hilang timbul selama 2 tahun
3. Pasien lebih senang menggaruk terus-menerus namun hilang timbul.
B. Efloresensi
Regio antebrachii dextra sinistra, manus sinistra : plakat hipopigmentasi,
diseratai skuama halus, dan terdapat krusta
Sesuai dengan Sularsito dan Djuanda, 2013 pada Ilmu Penyakit Kulit
FKUI:
a. Lokalisasi lesi dapat muncul dimana saja. Lesi bisa terjadi pada
daerah punggung, leher, ekstremitas dan paling sering di
pergelangan tangan- kaki serta bokong.
b. Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa,
18
sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah
C. Penatalaksanaan
1. Sistemik: Antihistamin Cetirizine 10 mg tablet 2x1
2. Topikal: Desoksimetason 0.25% krim
D. Prognosis
19
DAFTAR PUSTAKA
Lotti, T., G. Buggiani, F. Prignano. 2008. Prurigo Nodularis and Lichen Simplex
Chronicus. Dermatology Therapy. 21(1): 42-46.
Siregar, R.S. 2013. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi Kedua. Jakarta:
EGC.
Susan B, Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, et al: Numular Eczema and Lichen
Simplex Chronic/ Prurigo Nodularis Varicella and Herpes Zoster,
Fitzpatricks’s Dermatology in general medicine. 7th ed. Volumes 1&2. 2008.
p. 140-141, 45 146, 158-162, 177-178, 247-254
Odom RB, James WD, Berger TG: Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious
immunodeficiency disorders, Andrew’s Diseases of The Skin, Clinical
Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders. 2006. p. 58.
Wolff, K., L.A. Goldsmith, S.I Katz, B.A Gilshrest, A.S. Paller, D.J. Leffel. 2008.
Lichen Simplex Chronicus and Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine, 7th Edition. New York: McGraw Hill
Medical.
20