Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

LIKEN SIMPLEK KRONIK

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke P., Sp. KK

Disusun oleh:
Muhammad Fadhil Wasi Pradipta
G4A015156

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS

LIKEN SIMPLEK KRONIK

Disusun oleh:
M. Fadhil Wasi P G4A015156

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Margono Soekarjo
Purwokerto.

Purwokerto, September 2016


Pembimbing:

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK


19790622.2010122001
DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan ............................................................................................ ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
I. LAPORAN KASUS ........................................................................................ 1
A. Identitas Pasien ............................................................................................ 1
B. Anamnesis.................................................................................................... 1
C. Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 2
D. Resume ........................................................................................................ 3
E. Diagnosis Banding ....................................................................................... 4
F. Diagnosis Kerja ........................................................................................... 4
G. Pemeriksaan penunjang ............................................................................... 4
H. Terapi ........................................................................................................... 4
I. Prognosis ..................................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6


A. Definisi ........................................................................................................ 6
B. Epidemiologi................................................................................................ 6
C. Etiologi ........................................................................................................ 7
D. Patogenesis .................................................................................................. 7
E. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 9
G. Penegakan Diagnosis .................................................................................. 9
H. Diagnosis Banding ...................................................................................... 11
I. Penatalaksanaan ........................................................................................... 11
J. Prognosis ..................................................................................................... 13
K. Komplikasi...................................................................................................13
III. PEMBAHASAN ............................................................................................ 14
IV. KESIMPULAN ............................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
I. LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Rokimin
Usia : 53 tahun
Alamat ` : Karanglewas 07/02
No. RM : 02-00-58-97
Tanggal Periksa : 28 April 2017

B. ANAMNESIS (AUTOANAMNESIS)
1. Keluhan utama : Gatal pada kedua punggung kaki
2. Keluhan tambahan : Kulit punggung kaki terasa tebal, bercak darah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke klinik kulit dan kelamin RSMS dengan keluhan
gatal pada kedua punggung kaki sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Gatal
yang dirasakan sepanjang hari, terutama saat pasien sedang istirahat. Pasien
mengatakan luka bekas garukan awalnya hanya bercak kecil, semakin lama
meluas karena sering digaruk. Gatal tidak muncul bila pasien memakan
makanan tertentu (telur, daging, seafood), tetapi muncul saat pasien sedang
tidak beraktifitas. Pasien merasakan lebih nyaman bila pasien menggaruk
punggung kaki. Pasien mengeluh awalnya saat pertama muncul gatal,
bercak-bercak kemerahan di kedua punggung kaki, kemudian seiring
digaruk menjadi kemrahan, lalu menghitam. Pasien mengaku keluhan ini
sudah berlangsung kurang lebih 3 tahun, namun pasien belum pernah
berobat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami keluhan serupa sejak 3 tahun yang lalu. Tidak ada
riwayat rhinitis alergi, asma bronkial, maupun alergi makanan dan obat.
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal. Pasien mengaku
beberapa tahun terakhir sering gelisah karena kehilangan pekerjaan.
Riwayat pengobatan jiwa disangkal.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengaku dahulu orang tua pasien memiliki kebiasaan srupa.
Tidak ada riwayat rhinitis alergi, diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit
jantung pada keluarga pasien.
6. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal bersama istri dan dua orang anak dalam satu rumah.
Pasien adalah seorang kepala rumah tangga dengan pekerjaan serabutan.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respiratory rate : 19 x/menit
Suhu : 36,7 oC
BB : 60 kg
TB : 165 cm
IMT : 22 (Normoweight)

Status Generalis
Kepala : bentuk mesochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : napas cuping hidung (-/-), discharge (-/-)
Telinga : simetris, discharge (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-), faring hiperemis (-)
Thorax : Simetris, retraksi (-)
Jantung : S I II reguler, murmur (-), gallop (-)
Paru : SD vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal
KGB : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas: Akral hangat, edema ( ), sianosis ( )

Status Lokalis (Dermatologis)


Predileksi : Kedua punggung kaki.
Efloresensi : Plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan skuama kasar pada
punggung kaki kanan dan kiri.

Gambar 1. LSC di punggung kaki kiri.

Gambar 2. LSC di punggung kaki kiri.


D. RESUME
Pasien pria usia 53 tahun datang ke Klinik Kulit dan Kelamin RSMS pada
tanggal 28 April 2017 dengan keluhan gatal pada kedua punggung kaki sejak
kurang lebih 3 tahun yang lalu. Gatal yang dirasakan sepanjang hari. Pasien
merasakan luka pada kulitnya menjadi semakin luas, kasar dan timbul bercak
darah. Gatal tidak muncul bila pasien memakan makanan tertentu (telur,
daging, seafood), tetapi muncul saat pasien tidak beraktifitas. Pasien mengeluh
awalnya gatal muncul menimbulkan bercak-bercak kemerahan di kedua
punggung kaki, kemudian terasa menebal, menghitam seiring dengan semakin
sering digaruk. Pasien mengaku keluhan ini sudah dirasakan sangat lama dan
belum pernah berobat.
Pasien tidak mengaku memiliki alergi Di keluarga pasien ada yang
memiliki riwayat keluhan serupa.

Status Lokalis (Dermatologis)


Predileksi : Kedua punggung kaki.
Efloresensi : Plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan skuama kasar pada
punggung kaki kanan dan kiri.

E. Diagnosis
Liken simplek kronis

F. Differential Diagnosis
Psoriasis

G. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa :
a. Cetirizine 10mg 1x1 tab tiap malam
b. Desoksimethason cream (10 mg) 3-4x oles
c. Metilprednisolon 1x8 mg
2. Non medikamentosa
a. Pembersihan luka menggunakan larutan garam fisiologis sebelum
penggunaan obat topical
3. Edukasi
a. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang dideritanya
b. Meminta pasien untuk tidak menggaruk luka.
c. Meminta pasien untuk memperbanyak kegiatan.
d. Menjelaskan prognosis penyakit
e. Menjelaskan agar teratur dan taat dalam mengkonsumsi obat
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Ad bonam
Ad sanationam : Ad bonam
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan dan
gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-tahun.

Liken simpleks kronis ditemukan pada kulit di daerah yang mudah


terjangkau oleh tangan. Keinginan untuk menggaruk kadang muncul dari hal-
hal yang sepele seperti luka, gigitan serangga, kulit kering, pakaian, luka bakar,
bintil-bintil atau jerawat, atau dermatitis atopik. Pada awalnya merupakan hal
yang normal, karena adanya gatal sehingga terjadi garukan yang berulang.
Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi, seperti kulit yang
cenderung kearah eksematous (yaitu dermatitis atopik, diastesis atopik).

B. Epidemiologi
Liken simpleks kronis biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak
insidennya antara 30 sampai 50 tahun. Wanita lebih sering menderita dari pada
pria dan penyakit ini jarang dijumpai pada anak-anak. Penyakit ini sering
muncul pada usia dewasa, terutama usia 30 hingga 50 tahun. 12% dari populasi
orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken simplek kronik.
Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur
yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi
(rata-rata 48 tahun). Tidak ada perbedaan insiden yang dilaporkan dalam
hubungan dengan ras, meskipun liken simpleks kronis lebih sering di Asia,
Afrika-Amerika.
Secara umum frekuensi penyakit ini tidak diketahui. Tidak ada kematian
yang disebabkan liken simpleks kronis, tapi dapat menyebabkan morbiditas
langsung. Terdapat pasien yang melaporkan mengalami kurang tidur atau
gangguan tidur yang mempengaruhi fungsi motorik dan mental akibat dari rasa
gatal yang timbul pada saat istirahat. Liken simpleks kronis dapat disertai
dengan infeksi sekunder.
Liken simpleks kronis yang menyeluruh seringkali timbul selama musim
dingin pada pasien yang berusia lanjut dan mempunyai kulit yang kering dan
pruritik. Pada pasien dengan dermatitis atopik maka onset dini timbul 19 tahun,
tetapi jika Prurigo nodularis tanpa dermatitis atopik, maka onset lambat 48
tahun.

C. Etiologi
Liken simpleks kronik diakibatkan oleh gesekan dan garukan yang
awalnya berasal dari gatal. Ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya
rasa gatal pada liken simplek kronis, tetapi tidak semuanya dimengerti dengan
benar. Faktor penyebab dari liken simplek kronik dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
1. Faktor Eksterna
a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat


berimplikasi dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi
gatal. Suhu yang tinggi memudahakn pasien untuk berkeringat
sehingga dapat mencetus terjadinya gatal. Hal ini biasanya
menyebabkan LSK anogenital. Menurut penelitian Ising H, et al,
anak yang terekspos terhadap hasil pembuangan kendaraan bermotor
dalam jangka waktu yang lama, dapat mengakibatkan berbagai
penyakit kulit, yang salah satunya adalah LSK.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam
tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.
2. Faktor interna
a. Dermatitis Atopik

Asosiasi antara liken simplek kronik dan gangguan atopik telah


banyak dilaporkan. Sekitar 26% hingga 75% pasien dengan
dermatitis atopik terkena liken simplek kronik.

b. Faktor psikologis

Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi yang tinggi


mengakibatkan LKS. Neurodermatitis adalah istilah lain dari LSK,
yang menunjukan peran dari anxietas atau obsesi sebagai bagian dari
proses patologis dari lesi yang berkembang. Dalam sebuah studi
pasien didapatkan bahwa skor depresi pada pasien dengan LSK
adalah tinggi. Kemungkinan apakah faktor emosional ini merupakan
akibat sekunder terhadap penyakit dermatologis awalnya, atau
apakah apakah penyakit psikologis ini merupakan sebab utama dari
terubahnya persepsi gatal, masih belum jelas. Telah dirumuskan
bahwa neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan, seperti
dopamin, serotonin, atau peptida opioid, memodulasikan persepsi
gatal melalui jalur spinal yang menurun. Gangguan obsesif
kompulsif telah dihubungkan dengan perilaku menarik pada
gangguan ini.

c. Litium

Litium telah dihubungkan dengan liken simplek kronik pada


satu kasus yang dilaporkan. LSK terjadi akibat administrasi dari
litium dengan bukti dari observasi dimana LSK membaik setelah
penghentian pengobatan dan kambuh ketika pengobatan dimulai
lagi.
d. Dermatitis Kontak

Sebuah studi sederhana mengenai hubungan antara LSK


dengan penggunaan gel rambut yang mengandung PPD
(paraphenylenediamine)memperlihatkan perbaikan dari gejala
LSK setelah penggunaan dari gel rambut. Hal ini membuktikan
adanya peran dari dermatitis kontak dan sensitisasi pada liken
simpleks kronis.

D. Patofisiologi
Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit daerah yang mudah diakses
untuk digaruk. Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang
menghasilkan lesi klinis, tetapi patofisiologi yang mendasari tidak diketahui.
Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap likenifikasi seperti kulit dengan
dermatitis atopik dan diatesis atopik. Suatu hubungan antara kemungkinan
keterlibatan jaringan saraf pusat dan perifer dan keluarnya produk inflamasi
akibat adanya persepsi gatal. Ketegangan emosional pada penderita cenderung
mungkin memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus sehingga
mengarahkan untuk menggaruk yang dapat menjadi refleks dan kebiasaan.

Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus


mempengaruhi tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronis. Faktor
psikologis memegang peranan penting dalam pengembangan atau eksaserbasi
liken simpleks kronis. Pada suatu penelitian didapatkan pasien dengan liken
simpleks kronis memiliki tingkat depresi yang tinggi. Beberapa
neurotransmitter mempengaruhi suasana hati, seperti dopamine, serotonin atau
peptide opioid yang mempengaruhi persepsi melalui spinal pathway.
Kecemasan atau obsesi juga berperan dalam proses patologis dari lesi.
E. Manifestasi Klinis
Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat. Rasa gatal dapat
timbul berkala, terus menerus, atau tak tentu. Parahnya gatal diperburuk
dengan keringat, panas, iritasi pakaian, dan dapat juga diperburuk oleh kondisi
psikologis pasien.
Lesi yang muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema
dengan sedikit edema yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang
bagian tengah lesi akan menebal, kering, dan berskuama serta pinggirnya
hiperpigmentasi. Likenifikasi dan ekskoriasi dengan sekeliling yang
hiperpigmentasi muncul seiring dengan menebalnya kulit dan batas menjadi
tidak tegas.
Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat
timbul dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, pubis,
vulva, skrotum, peri-anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,
pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Skuama pada penyakit ini
dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi klinis dari liken simplek
kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan tangan
penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk
kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat
laun akan menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan
tempat predileksi di ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter
hingga 2 cm.

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pemeriksaan fisik
kita dapat menemukan:
- Plak eritematosa soliter atau multipel berbatas tegas dengan likenifikasi
dan skuama
- Perubahan pigmentasi, terutama hiperpigmentasi
- Penggarukan yang menyebabkan ekskoriasi
- Pertumbuhan tanduk keratin
Gambar 1: Plak dari liken simpleks kronis.

Gambar 2: Liken simpleks kronis

Gambar 3: liken simpleks kronis


F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tehadap yang spesifik untuk
liken simplek kronis. Tetapi, studi mengemukakan bahwa 25% pasien
dengan liken simpleks kronis positif terhadap patch test. Pada dermatitis
atopik dan mikosis fungiodes bisa terjadi likenifikasi generalisata, oleh
sebab itu merupakan indikasi dilakukannya patch test. Pada pasien dengan
pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan
metabolik dan gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah harus
dilakukan, juga dilakukan tes fungsi ginjal dan hati, tiroid, tes kemampuan
pengikatan zat besi, dan foto dada. Kadar immunoglobulin E dapat
meningkat pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada
neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan pemeriksaan potassium
hidroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeliminasi tinea
cruris.
b. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis liken simpleks
kronis menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat
infiltrasi selular yang cukup besar, serta dapat ditemukan hiperkeratosis
dengan area yang parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges
yang irreguler, hipergranulosis, dan perluasan dari papilo dermis.
Spongiosis dapar ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan. Eksoriasi,
dimana ditemukan garis ulserasi puctata karena adanya jaringan nekrotik
bagian superfisial papillary dermis.

Gambar 4: hiperkeratosis,hipergranulosis, parakeratosis stratum korneum.

G. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis liken simpleks kronis didasarkan dari gambaran klinis dan
biasanya tidak sulit. Namun perlu dipikirkan penyakit kulit lain yang
memberikan gejala pruritus, misalnya liken planus, liken amiloidosis,
psoriasis, dan dermatitis atopik.
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta
mengeluh merasa gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang
tebal karena mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut
muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki.
Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien
sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal
timbul intermiten.
Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan
terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.
Gambaran histopatologis liken simpleks kronis berupa ortokeratosis,
hipergranulasis, akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Sebukan sel
radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah dermis bagian atas,
prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih
tinggi dari permukaan, sel schwan berpoliferasi, dan terlihat hiperplasi neural.
Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.

H. Diagnosis Banding
1. Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan
multifaktorial yang melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis
dengan peningkatan turnover rate sel epidermal. Predileksinya adalah
pada siku, lutut, lumbosakral, intergluteal, serta glans penis.
Penyebabnya dapat berupa faktor lingkungan (trauma, infeksi, alkohol,
obat-obatan), faktor genetik, serta faktor imunologik.7
Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7
Eritroskuamosa kronik
Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat
antimalaria, trauma
Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik
Pruritus
Afebril
Distrofi kuku
Nyeri sendi
Konjungtivitis atau blefaritis

I. Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk mengurangi dan meminimalkan gatal yang
ada karena akibat dari menggosok dan menggaruk menyebabkan liken
simpleks kronis sehingga perlu dijelaskan kepada pasien untuk sebisa mungkin
menghindari menggaruk lesi karena garukan akan memperburuk penyakitnya.
Lingkaran setan dari gatal-garuk-likenifikasi harus dihentikan. Untuk
penatalaksanaan medikamentosa antara lain:
a. Steroid topikal
Steroid topikal merupakan pilihan saat ini karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal-gatal, secara bersamaan dapat mengatasi
hiperkeratosis. Pengobatan dilakukan seumur hidup karena lesi kronis.
Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla, dan
wajah). Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan tar yang
mempunyai efek anti-inflamasi. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit
yang mendasarinya, bila memang ada juga harus di obati. Tar dan ekstrak
tar mempunyai efek antiinflamasi yang poten, walaupun kerjanya lambat
dibandingkan dengan glukokortikoid. Penggunaan tar harus
dikombinasikan dengan emolien, karena apabila digunakan sendiri dapat
mengakibatkan kulit kering. Efek samping dari penggunaan tar adalah
folikulitis, fotosensitasi, dermatitis kontak. Kombinasi terapi tar, steroid,
dan dihidohydroksiquin dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
iniContoh steroid topikal yang dapat digunakan adalah:
- Clobetasol
- Betamethasone dipropionate cream 0,05%
- Triamcinolone 0,0225%, 0,1%, 0,5%, atau ointment
- Fluocinolone cream 0,1%
b. Antihistamin oral
Dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamin
secara endogen. dengan efek sedatif, Antipruritus dapat berupa antihistamin
yang mempunyai efek sedatif (contohnya: hidroksizin 25-100 mg/hari,
difenhidramin 25-50 mg 3-4x/hari, prometazin) atau tranquilizer..

c. Antihistamin topikal.
Obat topikal dapat menstabilisasi membran neuron dan mencegah
inisiasi dan transmisi impuls saraf sehingga memberi aksi anastesi lokal.
Contoh dari bentuk ini yang dapat diberikan yaitu krim doxepin 5% dalam
jangka pendek (maksimum 8 hari). Doxepine atau amitriptilin dapat juga
digunakan dalam dosis tunggal atau dalam dosis yang terbagi

d. Immunomodulator
Berasal dari ascomycioscopicus yang merupakan suatu bahan alami
yang diproduksi oleh jamur streptomyces hygrodan yang bekerja
menghambat produksi pelepasan sitokin inflamasi dari sel T secara selektif
dan berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin.
J. Prognosis
Penyakit ini bersifat kronik dengan persistensi dan rekurensi lesi.
Eksaserbasi dapat terjadi sebagai respon stres emosional. Prognosis
bergantung pada penyebab pruritus (penyakit yang mendasari) dan status
psikologik penderita.
III. PEMBAHASAN
A. Cara penentuan diagnosis
Pasien datang ke klinik kulit dan kelamin RSMS dengan keluhan
gatal pada kedua punggung kaki sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Gatal
yang dirasakan sepanjang hari, terutama saat pasien sedang istirahat. Pasien
mengatakan luka bekas garukan awalnya hanya bercak kecil, semakin lama
meluas karena sering digaruk. Gatal tidak muncul bila pasien memakan
makanan tertentu (telur, daging, seafood), tetapi muncul saat pasien sedang
tidak beraktifitas. Pasien merasakan lebih nyaman bila pasien menggaruk
punggung kaki. Pasien mengeluh awalnya saat pertama muncul gatal, bercak-
bercak kemerahan di kedua punggung kaki, kemudian seiring digaruk menjadi
kemrahan, lalu menghitam. Pasien mengaku keluhan ini sudah berlangsung
kurang lebih 3 tahun, namun pasien belum pernah berobat.
Penyakit ini diawali dengan rasa gatal pada punggung kaki. Luka pada
kulit punggung kaki awalnya minimal, kemudian membesar dan timbul bercak
darah. Riwayat keluarga pasien ada yang mengeluh keluhan yang sama dengan
pasien. Berdasarkan anamnesis maka dapat disimpulkan adanya penyakit kulit
yang disebabkan adanya luka pada kulit karena sering digaruk. Akan tetapi
bisa juga dipikirkan adanya diagnosis psoriasis. Pada pemeriksaan lokalis
ditemukan efloresensi berupa plak hiperpigmentasi dengan likenifikasi dan
skuama kasar diatasnya.
Penegakan diagnosis penyakit kulit pada pasien dalam kasus ini adalah
neurodermatitis liken simplek kronis karena adanya bukti anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang mengarah pada LSC. Penyakit pasien kasus ini diawali
adanya riwayat menggaruk kulit sekitar punggung kaki terus menerus tanpa
sebab yang jelas. Hal tersebut sesuai dengan definisi dari neurodermatitis yang
menunjukkan kondisi kulit yang ditandai dengan gatal kronis. Neurodermatitis
dimulai dengan kulit sedikit gatal, tetapi dengan menggaruk membuat daerah
kulit tersebut semakin gatal, sehingga akan semakin sering menggaruk.
B. Penyingkiran diagnosis banding
Diagnosis banding kasus : Psoriasis
Psoriasis merupakan penyakit inflamasi yang kompleks, kronik, dan
multifaktorial yang melibatkan hiperproliferasi keratinosit epidermis dengan
peningkatan turnover rate sel epidermal. Predileksinya adalah pada siku, lutut,
lumbosakral, intergluteal, serta glans penis. Penyebabnya dapat berupa faktor
lingkungan (trauma, infeksi, alkohol, obat-obatan), faktor genetik, serta faktor
imunologik.
Tanda dan gejala pada psoriasis yaitu:7
Eritroskuamosa kronik
Infeksi streptococcus, virus, imunisasi, penggunaan obat antimalaria,
trauma
Nyeri, terutama pada psoriasis eritrodermik atau artritis psoriatik
Pruritus
Afebril
Distrofi kuku
Nyeri sendi
Konjungtivitis atau blefaritis

C. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Steroid topikal
Steroid topikal merupakan pilihan saat ini karena dapat mengurangi
peradangan dan gatal-gatal, secara bersamaan dapat mengatasi
hiperkeratosis. Pengobatan dilakukan seumur hidup karena lesi kronis.
Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla,
dan wajah). Salep kortikosteroid dapat pula dikombinasi dengan tar
yang mempunyai efek anti-inflamasi. Perlu dicari kemungkinan ada
penyakit yang mendasarinya, bila memang ada juga harus di obati. Tar
dan ekstrak tar mempunyai efek antiinflamasi yang poten, walaupun
kerjanya lambat dibandingkan dengan glukokortikoid. Penggunaan tar
harus dikombinasikan dengan emolien, karena apabila digunakan
sendiri dapat mengakibatkan kulit kering. Efek samping dari
penggunaan tar adalah folikulitis, fotosensitasi, dermatitis kontak.
Kombinasi terapi tar, steroid, dan dihidohydroksiquin dapat digunakan
untuk pengobatan penyakit iniContoh steroid topikal yang dapat
digunakan adalah:
- Clobetasol
- Betamethasone dipropionate cream 0,05%
- Triamcinolone 0,0225%, 0,1%, 0,5%, atau ointment
- Fluocinolone cream 0,1%
b. Kostikosteroid
Kortikosteroid oral diberikan dalam jangka pendek untuk
mengatasi peradangan pada LSC. Kortikosteroid juga diberikan jika
lesinya luas.
aa. Non medikamentosa
Pada kasus ini terapi non medika mentosa yang diberikan utama adalah
megenai penyakitnya yang dilanjutkan dengan menghindari menggaruk
luka. Selain itu pasien juga diharapkan untuk dapat menjaga kebersihan luka
agar tidak terjadi infeksi sekunder. Apabila akan kontak dengan hal-hal
tersebut maka diharapkan menggunakan pelindung. Pasien juga diminta
untuk tidak menggaruk karena dengan garukan dapat memperluas kelainan
kulitnya.
D. Prognosis
Penyakit LSC pada kasus ini umumnya memiliki prognosis yang baik
selama pasien dapat menghindari menggaruk lesi.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal,
sirkumskrip, yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi.
Likenifikasi pada liken simpleks kronik terjadi akibat garukan atau gosokan
yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan pruritogenik. Keluhan
dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga bertahun-
tahun.
2. Penatalaksanaan utama liken simpleks kronis adalah menghindarkan pasien
dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus menerus dan terapi
farmakologis berupa steroid oral, sistemik, antihistamin, dan
immunomodulator.

B. Saran
1. Pada dekade selanjutnya, diharapkan terdapat penelitian-penelitian yang
meneliti tentang penatalaksanaan liken simpleks kronis secara holistik
sehingga dapat menolong memperbaiki kualitas hidup para penderita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sularsito SA, Suria D. Dermatitis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,


editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. p. 129-53.
2. Hogan DJ, Elston DM. Lichen simplex chronicus. Medscape; 2012 [cited
11 May 2013 11:00 WIB]. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/1123423-overview.
3. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo
nodularis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, editor. Fitspatrickss Dermatology In General Medicine. 7th ed.
New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.
4. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. 3th ed. Jakarta: Media
Aesculapius; 2000. p.89.
5. NHS. PUVA treatment. Oxford University Hospitals; 2011 [cited 11 May
2013 12:00 WIB]. Available from:http://www.ouh.nhs.uk/patient-
guide/leaflets/files%5C120719puva.pdf.
6. Halpern SM, et al. Guidelines for topical PUVA: a report of a workshop of
the British Photodermatology Group. British Journal of Dermatology
2000; 142: 22-31.
7. Meffert J, OConnor RE. Psoriasis. Medscape; 2013 [cited 15 May 2013
22:00 WIB]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1943419-overview#showall
8. BAD. Psoriasis-an overview. London: British Association of
Dermatologists; 2012 [cited 15 May 2013 22:20 WIB]. Available from:
http://www.bad.org.uk/site/864/default.aspx
9. Ference JD, Last AR. Choosing topical corticosteroid. Am Fam Physician
2009;79(2): 135-140.

Anda mungkin juga menyukai