PENDAHULUAN
1
1.4 Metode Penulisan
Case ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk kepada berbagai
literatur .
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa, dengan predileksi di
daerah kaya kelenjar sebasea, kepala (scalp, telinga, leher), wajah, badan dan daerah lipatan
(ketiak, lipat paha, dan daerah anogenital). Sinonimnya yaitu Seborrhea, Seborrhric
eczema.
3
2.3. Epidemiologi
Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5% pada populasi umum.
Lesi ditemui pada kelompok remaja dengan ketombe sebagai bentuk yang lebih sering
dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis seboroik lebih tinggi
dibandingkan dengan populasi umum. Sebanyak 36% pasien HIV mengalami dermatitis
seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas, dan memuncak pada umur 40 tahun.
Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi
berupa kerak kulit kepala (cradle cap). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan
perempuan.
4
2.5. Patogenesis
Peranan kelenjar sebasea dalam pathogenesis dermatitis seboroik masih di
perdebatkan, sebab pada remaja dengan kulit berminyak yang mengalami dermatitis
seboroik, menunjukkan sekresi sebum yang normal pada laki-laki dan menurun pada
perempuan dengan demikian penyakit ini lebih tepat disebut sebagai dermatitis di daerah
sebasea namun demikian, pathogenesis dermatitis seboroik dapat di uraikan sebagai
berikut: dermatitis seboroik dapat merupakan tanda awal infeksi HIV. Dermatitis seboroik
sering ditemukan pada pasien HIV / AIDS, tranplantasi organ, malignancy, pancreatitis
alkoholik kronik, hepatitis C, juga pasien Parkinson. Terapi levodopa kadang kala
memperbaiki dermatitis ini. Kelianan ini sering juga di jumpai pada pasien dengan
gangguan paralisis saraf.
2.6. Klasifikasi
a. Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik diklasifikasikan menjadi :
1. Seboroik pada kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna
kekuning-kuningan sehingga rambut saling melengket, kadang-kadang dijumpai
krusta yang disebut Ptyriasis oleosa. Kadang-kadang skuma kering dan berlapis-
lapis dan sering lepas sendiri disebut Ptyriasis sika (ketombe). Pasien mengeluhkan
gatal dikulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien berfikir hal tersebut terjadi
5
karena penggunaan shampoo sehingga pasien menurunkan frekuensi penggunaan
shampoo yang menyebabkan gejala makin memburuk.
Bisa pula jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi
alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai kebelakang telinga. Bila meluas,
lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang
terjadi pada kepala bayi disebut Cradle cap.
6
3. Seboroik pada badan
Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframamae,
umbilicus, lipatan paha. Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada
permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuningan. Pada daerah badan,
lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral.
7
Gambar. Dermatitis Seboroik pada telinga
8
Gambar. Dermatitis seboroik pada bayi
2. Dermatitis seboroik pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40
tahun, dapat pada usia tua)
Umumnya gatal
Pada area seboroik berupa makula atau plakat, folikular, perifolikular, atau
papulae, kemerahan atau kekuningan, dengan derajat ringan sampai berat,
inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah atau
berminyak.
Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan kelelahanm
stress, atau paparan sinar matahari.
Perjalanan penyakit biasanya berlangsung dalam waktu yang lama. Periode
perbaikan pada musim panas dan kambuh kembali pada musim dingin.
Pembesaran lesi dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan musim terutama efek
dari paparan sinar matahari.
9
bahkan dapat membentuk rangkaian plak di sepanjang batas rambut frontal dan disebut
sebagai korona seboroika.
Lesi kulit dikepala dapat bermanifestasi menjadi dua tipe yaitu :
Ptyriasis sica : tipe yang kering, biasanya berawal dari bercak yang kecil yang
kemudia meluas keseluruh kulit kepala berupa deskuamasi kering, dan dengan
membentuk skuama halus (ketombe)
Ptyriasis steatoides : tipe yang basah, ditandai oleh skuama yang berminyak disertai
eritema atau akumulasi krusta yang tebal. Pada tipe yang berat dapat disertai erupsi
psoriasisformis, eksudat, krusta yang kotor serta berbau busuk. Rambut pada tempat
tersebut mempunyai kecenderungan rontok mulai dibagian verteks dan frontal.
Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.
Pada fase kronis dapat dijumpai kerontokan rambut. Lesi dapat juga dijumpai pada
daerah retroaurikuler. Bila terjadi di liang telinga,lesi berupa otitis eksterna atau di kelopak
mata sebagai blefaritis. Bentuk varian di tubuh yang dapat dijumpai pitriasiform (mirip
pitiriasis rosea) atau anular. Pada keadaan parah dermatitis seboroik dapat berkembang
mejadi eritroderma. Obat-obatan yang memicu dermatitis seboroik antara lain: buspiron,
klorpromazin, simetidine, etionamid, fluorourasil, gold, gliseofulvin, haloperidol, interferon
alfa, litium, metoksalen, ,metildopa, fenotiazine, psoralen.
10
2.8.1 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan morfologi khas lesi eksema dengan skuama
kuning berminyak di area predileksi. Pada kasus yang sulit perlu pemeriksaan
histopatologi.
11
memberikan gambaran yang sama dengan dermatitis seboroik. Lesi yang
mempunyai psoriasis dapat berlangsung bertahun-tahun sebelum akhirnya berubah
menjadi psoriasis yang jelas.
2. Pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan Auspitz
Pemeriksaan fenomena tetesan lilin dan Auspitz untuk membedakan lesi dermatitis
seboroik dengan Psoriasis dan menyingkirkan diagnosis banding lainnya. Pada
fenomena lilin yang digores dan pada fenomena tetesan lilin pada tempat goresan
akan berubah warnanya seperti lilin yang digores dan pada fenomena Auspitz akan
tampak serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan oleh papilomatosis.
3. Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10% .
Pada sediaan langsung kerokan kulit dengan KOH 10% akan memberikan gambaran
hifa semu, blastospora, dan sel ragi.
4. Pemeriksaan kultur
Untuk mengetahui spesies jamur penyebab penyakit sesuai diagnosis kerja, karena
dermatitis seboroik biasanya disebabkan oleh karena infeksi jamur Ptyrosporum
ovale.
2.11 Penatalaksanaan
Dermatitis seboroik pada anak biasanya sembuh sendiri secara spontan dalam 6
hingga 12 bulan dan cenderung tidak rekuren hingga mencapai usia pubertas. Secara umum
terapi bekerja dengan prinsi mengontrol bukan menyembuhkan, yakni dengan
membersihkan dan menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi jamur,
mengontrol infeksi sekunder dan mengurangi eritema dan gatal.
1. Penatalaksaan Umum
Pasien diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh
Menghindari faktor pencetus seperti stress emosional, makanan berlemak,
dan pencetus lainnya.
12
Menjaga kebersihan rambut dan badan
2. Penatalaksanaan khusus
Shampo yang mengandung obat anti malassezia, misalnya : selenium
sulfida, zic pirithione, ketokonazol, berbagai shampo yang mengandung ter
dan solusio terbinafine 1%.
Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dilakukan dengan mecuci wajah berulang dengan sabun lunak.
Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim imidazol dan turunanya,
bahan antimikotik di daerah lipatan bila ada gejala.
Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat atau
sulfur.
Pengobatan simtomatik dengan kortikosteroid topical potensi sedang,
immunosupresan topical (takrolimus dan pimekrolimus) terutama untuk
daerah wajah sebagai pengganti kortikosteroid topical.
Metronidazol topical, siklopiroksolamin, talkasitol, benzoil peroksida dan
salep litium suksinat 5%.
Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
digunakan terapi sinar ultraviolet-B (UVB) atau pemberian itrakonazole 100
mg/hari per oral selama 21 hari.
Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis seboroik
yang luas dapat diberikan prednisolon 30 mg/hari untuk respons cepat.
2.12 Prognosis
Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi
dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa. Tidak ada bukti yang
menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami penyakit ini pada
dewasa. Pasien dermatitis dewasa dengan bentuk berat kemungkinan persisten.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Bukittinggi
3.2. Anamnesa
Keluhan Utama
- Kulit kepala kemerahan disertai rasa gatal sejak 1 bulan yang lalu. Kulit kemerahan
muncul dibelakang telinga, diatas tengkuk, puncak kepala dan disertai dengan
ketombe.
- Rasa gatal terutama dirasakan pada siang hari dan saat berkeringat
- Pasien sering telat tidur, lelah, dan suka makan goreng pedas berminyak
14
Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat kebiasaan
Riwayat Pengobatan
Riwayat alergi :
Status Generalisata
Kepala : Normochepal
Leher : Normal
15
Abdomen : Dalam batas normal
Status Dermatologikus
16
Gambar. Krusta dan skuama
17
Diagnosa Kerja
Dermatitis Seboroik
Diagnosa Banding
- Dermatitis atopik
- Psoriasis pada bayi baru lahir
Penatalaksanaan
Umum
Beritahu ke pasien penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh
Menghindari stress emosional, makanan berlemak seperti goremg-gorengan
Istirahat dan makan yang cukup seperti sayur dan buah
Menjaga kebersihan diri seperti rambut dan badan. Memakai shampoo yang
mengandung anti jamur : Zinc, Selsun.
Hindari penggarukan dan pengelupasan lesi agar tidak timbul ifeksi sekunder.s
Khusus
Topikal
Desoximetason salp 2x1
Sistemik
Cetirizine Tab 10 mg 1x1
Prognosis
Qua ad vitam : Bonam.
Qua ad sanationam : Dubia ad Bonam.
Qua ad functionam : Bonam.
Qua ad kosmetikum :Bonam
18
RSUD dr. Acmad Mochtar Bukittinggi
Dokter: dr. Y
Pro : Tn.A
Umur :50 Th
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
4. Goldstein BG, Goldstein AO. Dalam Dematologi praktis. Cetakan pertama. Jakarta
: Hipokrates ; 1998 : 188-90
6. Arnold HL, Odom RB, James WD. Seborrheic dermatitis. Diseases of the skin.
Eighth edition. Philadelphia : WB Saunders Company ; 1990 : 194-98
8. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Moscella SL, Hurley HJ,
Dermatology, third edition. Fourth edition. United states of america : WB Saunders
Company ; 1992 : 465-72
21
9. Gawkrodger DJ. Eczema in Disease Eruption. 2007. Dermatology. 3th Edition.
New York. P 34-5.
10. Siregar, R., S., “Dermatitis Seboroika”, dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit
Kulit, Edisi Kedua, Hal 104-106, Balai Penerbit EGC, Jakarta, 2002.
11. Schwartz, R. A., Janusz, C. A., Janniger, C. K., 2006, Seborrheic Dermatitis: An
Overview, University of Medicine and Dentistry at New Jersey-New Jersey Medical
School, Newark, New Jersey, American Family Physician, Volume 74, Number 10
July 1, 2006
22