TINJAUAN PUSTAKA
1.1 EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit yang sering ditemui. Pada
bayi daerah yang biasa terkena adalah kulit kepala, wajah dan daerah popok. Dermatitis
seboroik pada bayi, 70% terjadi pada 3 bulan pertama kemudian menghilang pada umur 1
tahun dan insidensnya mencapai puncak pada umur 18-40 tahun. Dermatitis seboroik lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita. Prevalensi pada pasien AIDS lebih tinggi, terutama
pada pasien dengan jumlah CD4 dibawah 400 sel/mm 3 dan dapat turun dengan terapi
sistem saraf pusat seperti parkinson, familial amyloidosis dengan polineuropati dan trisomi
1.2 ETIOPATOGENESIS
berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan, bagaimana caranya
(seborrhoea), tetapi mengenai hubungan antara kelenjar minyak dan penyakit ini belum
jelas sama sekali. Ada yang mengatakan kambuhnya penyakit ini (yang sering menjadi
chronis-recidivans) disebabkan oleh makanan yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum
Dermatitis seboroik dikaitkan dengan nilai normal Malassezia furfur namun respon
stimulasi concanavalin, dan titer antibodi dibandingkan dengan subyek kontrol. Kontribusi
spesies Malassezia dapat berasal dari aktivitas lipase yang melepaskan inflamasi bebas asam
dan dari kemampuannya untuk mengaktifkan jalur komplemen alternatif.5
Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi
oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal kulit manusia.
Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi, baik akibat
produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis maupun karena sel jamur itu sendiri,
melalui aktivasi sel limfosit T dan sel Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi dengan
diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti psoariasis. Hal ini dapat
produksi sebum tidak selalu terdeteksi pada pasien. Seborrhea merupakan faktor
predisposisi pada dermatitis seboroik namun dermatitis seboroik bukan sebuah penyakit
kelenjar sebasea. Insidensi tinggi dermatitis seboroik pada bayi berbanding lurus dengan
ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea pada umur ini. Pada bayi didapatkan kelenjar sebasea
yang besar dengan rasio sekresi sebum yang tinggi. Namun pada orang dewasa ini tidak
terjadi karena aktivitas kelenjar sebasea mencapai puncak awal pubertas dan dermatitis
telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan kelenjar sebasea.
Tempat predileksi ini memberi petunjuk tentang dugaan bahwa pengaruh androgenik
penting dan aktivitas kelenjar sebasea mungkin merupakan faktor penyebab. Tetapi
seborrhea berat kadang tidak disertai dermatitis seboroik, sebaliknya dermatitis seboroik
berat kadang tidak disertai aktivitas sebasea berlebihan. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa pada dermatitis seboroik lemak permukaan kulit tidak meningkat, tetapi terdapat
peningkatan proporsi kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan skualen, asam
lemak bebas, dan ester lilin yang terkandung dalam permukaan kulit tersebut.6
berminyak, alkohol, cuaca yang terlalu ekstrem, jarang mencuci rambut atau mandi,
pemakaian lotion yang mengandung alkohol, penyakit kulit (misalnya jerawat) dan
obesitas.7,12 Pasien dengan gangguan saraf pusat (Parkinson’s disease, cranial nerve palsies,
major truncal paralyses) mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis seboroik. Seboroik
dermatitis pada pasien tersebut merupakan hasil dari peningkatan pengumpulan sebum
akibat dari imobilitas. Pengumpulan sebum ini merupakan media untuk pertumbuhan P.
Dermatitis seboroik pada penderita AIDS mencapai 85%. Tempat predileksi lebih luas
meliputi wajah, aksila, dada, paha dan genitalia. Gejala yang muncul akan lebih berat
daripada dermatitis seboroik klasik dengan penatalaksanaan yang lebih sulit. 9,14
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama- skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai
seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelaianan tersebut
pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang
dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
postaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.(1)
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang
kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama- skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.(1)
Umumnya DSI timbul untuk pertama kalinya antara usia 2 dan 6 minggu, dan tidak
gatal. Dimulai pada skalp yang disebut sebagai cradle cap berupa skuama tebal, berminyak
kekuningan yang berkonfluens terutama di daerah verteks dan frontal. Skuama dapat juga
berbentuk lebar, kering, asbestos, psoriaformis atau bentuk halus berwarna putih yang
tersebar difus. Proses ini dapat meluas ke retroaurikular. Pada saat timbul lesi di skalp
secara bersamaan dapat juga timbul lesi di daerah dahi, alis, dan lipatan nasolabial.10
Pada daerah dengan pakaian tertutup dapat menambah kelembaban sehingga timbul
lesi berbetuk dermatitis, khusunya pada lipatan leher, ketiak, area anogenital dan lipat paha.
Dapat disertai infeksi oportunistik seperti C. Albicans, S. Aureus dan bakteri lain. Kriteria
diagnostik klinis untuk DSI menurut Beare dan Rook adalah onset dini berupa lesi
eritroskuamosa yang mengenai skalp dan daerah fleksural, serta tidak disertai pruritus.10
komplikasi dermatitis seboroik pada masa bayi (dermatitis seborrhoides infantum). Lesi
biasanya timbul mendadak, berupa eritema berskuama di seluruh tubuh (universal) yang
disebut eritroderma deskuamativum. Penyakit ini menunjukkan keadaan umum yang tampak
sakit berat disertai anemia, diare dan muntah. Sering diikuti dengan infeksi bakteri. Penyakit
Ketombe atau ptiriasis sika merupakan bentuk awal DS. Pada fase lanjut, lesi
berbentuk ertroskuamosa di peri folikuler lalu meluas mengenai sebagian besar kulit kepala.
Dapat sampai batas depan rambut yang disebut corona seborrheca atau ke belakang meluas
ke daun telinga, leher, dan periaurikular. Kadang-kadang dapat disertai otitis eksterna. Jika
1.3.3.2 Wajah
Dermatitis seboroik di wajah biasanya mengenai bagian tengah alis, glabela dan
lipatan nasolabial berupa eritroskuamosa. Sering disertai blefaritis, jika mengenai kelopak
mata. Lesi dapat berupa krusta kekuningan yang jika diangkat menjadi ulkus dangkal. Pada
laki- laki sering mengenai daerah janggut, sedangkan pada wanita sering mengenai
paranasal berupa lesi eritematosa yang mudah menjadi flushing.
1.3.3.3 Badan
Pada badan DS dapat bermanisfestasi dalam berbagai bentuk. Bentuk tersering adalah
petaloid, biasanya mengenai dada dan interskapula dan lebih banyak ditenukanpada laki-
laki. Awalnya lesi berupa papul folikular berwarna merah kecoklatan yang berskuama
berkonfluens tersusun sirsinar dengan skuama halus di bagian tengah, dan skuama kasar
Bentuk DS yang jarang ditemukan adalah bentuk pitiriasiformis. Mengenai badan dan
ekstremitas. Dapat meluas di leher sampai batas rambut. Tidak gatal dan biasanya sembuh
spontan. Pada beberapa kasus dapat berkembang menjadi bentuk pitiriasiformis. Pada
bentuk fleksural lesi biasanya mengenai aksila, lipat paha, anogenital, lipat payudara dan
umbilikus berupa eritroskuamosa sampai dengan skuama berminyak yang disebut pityriasis
steatoides. Pada genitalia biasanya lesi berupa eritema ringan dengan skuama halus sampai
bentuk dermatitis yang berat dan keadaan ini dapat berkembang menjadi bentuk
psoriasiformis.
Gambar 4. Dermatitis seboroik di dada
1.3.3.4 Generalisata
DS dapat meluas tersebar generalisata. Bentuk ini dapat disertai dengan adenopati,
penyakit. Pada dermatitis seboroik akut dan subakut terdapat infiltrat ringan perivaskular
superfisial, terdiri dari sel limfohistiosit kadang-kadang disertai neutrofil, edema ringan
pada papila dermis, adanya fokus spongiosis pada infundibulum dan epidermis, serta mound
parakeratosis dengan globus kecil plasma pada bibir muara dan diantara muara
infundibulum. Pada lesi kronis didapatkan pula pelebaran pembuluh darah pada dermis
bagian atas. 3
Gambaran histopatologis dermatitis seboroik pada AIDS berbeda, terdapat
keratinosit yang rusak, kerusakan setempat dari dermoepidermal oleh kelompok sel limfoid
dan jarang ditemukan spongiosis. Pada dermis tampak banyak pembuluh darah dengan
1.5 DIAGNOSIS
teliti, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan
dengan batas agak kurang tegas. Kelainan kulit ditemukan pada tempat predileksi yaitu pada
bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea, daerah kepala, wajah dan badan bagian
atas. Diagnosis dermatitis seboroik dengan manifestasi klinis yang klasik mudah ditegakkan
namun pada beberapa kasus sulit karena tidak adanya kriteria diagnostik pasti. Gambaran
histopatologi dermatitis tampak non spesifik tetapi biopsi kulit tetap reliabel untuk
1.6.1 Psoriasis
Kelainan kulit berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan skuama yang berlapis-
lapis disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Skuama pada psoriasis akan berdarah jika
dikelupas sedangkan pada dermatitis seboroik skuama sangat mudah dilepas. Tempat
predileksi psoriasis terdapat pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ektremitas
bagian ekstensor terutama siku dan lutut dan daerah lumnosakral. Psoriasis biasanya
melibatkan kuku ataupun sendi meskipun jarang terjadi. Pada dermatitis seboroik rasa gatal
muncul jika sudah berat psedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari awal
penyakit.1,11
Selama masa bayi, dermatitis atopik dan dermatitis seboroik mempunyai distribusi
demikian Yates dkk (1983) menemukan bahwa keterlibatan daerah aksila lebih mengarah ke
mengarah ke diagnosis dermatitis atopik. Hal yang paling membantu adalah respon pasien
yang digunakan.6
dermatitis seboroik. Pada kandidosis kutis ditemukan gambaran bercak merah yang berbatas
tegas, bersisik dan basah. Sedangkan pada dermatitis seboroik terdapat skuama berminyak
dan kekuningan dengan batas yang agak kurang tegas. Keluhan gatal pada kandidosis lebih
Gambar 8. Kandidosis
1.7 PENATALAKSANAAN
misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai diet, dianjurkan miskin lemak.1
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari.
Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder
diberi antibiotic.12
Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya
terjadi pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari,
perbaikan tapmak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per
hari selama beberapa tahun yang ternayta efektif untuk mengontrol penyakitnya.
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01) yang
cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan
Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali skalp dikeramasi selama 5 – 15
menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi
emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah:1
a. ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar. Pada kasus-kasus
refrakter dapat diberikan preparat ter yang dioleskan pada malam hari misalnya likuor
karbonas detergen 5,10, atau 20% dan ditutup dengan stockinette. Namun obat ini buka
fotosensitivitas. Bila pengobatan ini diberikan dianjurkan untuk menghindari sinar matahari
b. resorsin 1-3%, dapat menghambat proliferasi epidermis dan infiltrasi dermal, selain
sterol utama yang berfungsi mempertahankan membrane sterol jamur, dengan menghambat
enzim sitokrom P450 14--demetilasi lanosterol, enzim esensial dalam sintesis ergosterol
jamur. 1,6
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan ialah letak lesi serta usia
penderita. Pada bayi, lesi di daerah skalp dapat diberikan asam salisilat 3-5% dalam minyak
zaitun ddengan bahan dasar yang larut air atau dikompres dengan minyak zaitun hangat.
Dapat juga digunakan krim hidrokortison 1% dan untuk perawatannya digunakan shampoo
bayi. Untuk daerah intertriginosa, selain obat-obat antiseboroik, dapat diberikan kliokuinol
0,2-0,5% dalam losio zincii, sedangkan lesi yang basah dapat dikompres dengan gentian
violet 0,1-0,2%.
Pada orang dewasa muda, untuk lesi di daerah scalp dapat diberiksan shampoo yang
mengandung selenium sulfide, seng pirition dan ketoconazole seminggu 2 kali. Untuk kasus
yang berat dapat dipakai sulfur 7,5%, asam salisilat 1%, minyak kastor 10% dan minyak
zaitun 100%, bila perlu ditambah hidrokortison 1%. Campuran ini diberikan waktu malam
Blefaritis dapat diatasi dengan kompres air hangat, pembersihan lembut dengan
larutan non iritan atau shampoo bayi, melepaskan skuama secara mekanis bila diperlukan
dan pengolesan salep sulfasetamid atau salap kombinasi sulfasetamid dengan prednisolone
0,5%. Penggunaan kortikosteroid pada kelopak mata atau garis tepi kelopak mata harus hati-
hati. Untuk daerah alis, muka dan kelopak mata dapat digunakan krim hidrokortison 1%,
sulfur 1-3% atau asam salisilat 1-3%.
Untuk daerah telinga dan liang telinga dapat digunakan larutan atau krim kombinasi
yang mengandung triamsinolon 0,025%, neomisin atau garamisin, bila perlu polimiksin B
1.8 PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis dermatitis seboroik baik tetapi pada sebagian kasus yang
mempunyai faktor konstitusi penyakit ini sukar disembuhkan. Jika berulang maka
kemungkinan varian dari dermatitis atopic dapat dipertimbangkan. Pasien dengan dermatitis
seboroik dewasa yang berat dapat persisten. Prognosis lebih baik apabila faktor pencetus
dapat dihilangkan.1,6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
No. RM : 100326
Umur : 8 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa SD
Agama : Islam
Suku : Minang
No. HP : 0813636096xx
2.2. Anamnesis
Seorang pasien datang ke Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M. Djamil
Bintik bintik merah yang terasa gatal di dahi sejak 1 minggu yang lalu.
Bintik bintik merah terasa semakin gatal dan makin dirasakan apabila pasien
berkeringatan.
Pasien tidak pernah mengalami gatal gatal di dahi seperti ini sebelumnya.
Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderitai keluhan gatal gatal seperti yang
dialami pasien.
Nadi : 78x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,4OC
Status gizi : BB : 24 kg
TB : 110 cm
Lokasi : di dahi
Distribusi : Terlokalisir
Ukuran : Plakat
2.4. Resume
Seorang laki laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin
RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan keluhan binti bintik merah yang terasa gatal di dahi
sejak 1 minggu yang lalu. Gatal-gatal semakin dirasakan apabila pasien berkeringat. Pasien
sering beraktivitas di luar rumah seperti bermain bola dan sering berkeringat.
Riwayat menggunakan obat untuk mengurangi gejala tersebut tidak ada. Riwayat
bersin-bersin di pagi hari tidak ada. Riwayat asma tidak ada. Riwayat mengalami keluhan
Dari pemeriksaan fisik, status dermatologikusnya terdapat bintik bintik merah di dahi,
bentuk tidak khas, susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran plakat dengan efloresensi
Pemeriksaan KOH
2.9. Tatalaksana :
Terapi umum
berkeringat
Terapi khusus
Krim ketokonazol 2%
2.10. Prognosis
2.11. Resep
dr.Vithiya Aran
Praktek Umum/SIP: 1234567891
Hari: Senin- Jum’at/ Jam: 19.00-21.00
Alamat: Jl. Proklamasi No 94, Padang
No. Telp: (0751) 7012345
Padang, 21 Desember 2017
S1dd tab I
Pro : An. A
Usia : 8 tahun
BAB III
DISKUSI
Telah diperiksa seorang pasien laki laki usia 8 tahun di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP DR. M. Djamil Padang dengan keluhan bintik bintik merah dan gatal gatal di dahi
sejak 1 minggu yang lalu. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
daerah kaya kelenjar sebesea, scalp, wajah dan badan. Dermatitis ini dikaitkan dengan
Malaseszia, dan biasanya juga terjadi karena gangguan imunologis ataupun kelembaban
lingkungan, perubahan cuaca ataupun trauma, dengan penyebaran lesi dimulai dari derajat
ringan. Dermatitis ini banyak tejadi pada jenis kelamin laki laki dibanding dengan
perempuan. Dari anamnesis didapatkan keluhan utama pasien saat datang ke poli adalah
bintik bintik merah dan gatal gatal di dahi. Pada dermatitis seberoik kadang kala disertai rasa
gatal.
Pada pemeriksaan status generalis dan venerologi tidak ditemukan kelainan. Pada status
dermatologikus didapatkan plak eritem, skuama halus dan erosi di dahi. Lokasi yang sering
kali terkena adalah daerah kulit kepala berambut: wajah: alis, lipat nasolabialis, side burn,
telinga dan liang telinga, bagian atas-tengah dada dan punggung, lipat gluteus, inguinal,
genital, ketiak. Dijumpai kemerahan perifolikular yang pada tahap lanjut mnjadi plak
eritematosa berkonfluensi bahkan dapat membentuk rangkaian plak di sepanjang batas
Tatalaksana untuk dermatitis seboroik adalah dengan terapi non farmakologis dan
farmakologi. Terapi non-farmakologi yang dapat diberikan pada pasien tersebut adalah
menghindari suasana lembab dan berkeringat, mencuci wajah berulang dengan sabun lunak
apabila berkeringatan dan mengurangi makan makanan pedas. Terapi medikamentosa yang
diberikan adalah pemberian Mometasone furoate 0,1% cream, ketokonazol krim 2% dan
loratadin 10mg. Prognosis pasien ini adalah quo ad sanam bonam, quo ad vitam bonam, quo
1. Djuanda A, Hamzah M. Dermatitis Seboroik. In: Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. 5th ed. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta;
2010.200-202
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL, Hurley HJ,
Eds, 3rd ed. Harcourt Brace Jocanovich, Inc, New York. p:214
Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4 th ed. McGraw Hill, Inc, New York.
p:1596-73
16 2013
6. Jazid I. Patogenesis dan Penatalaksanaan Dermatitis Seboroik. In: Dermatitis pada Bayi
9. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic Dermatitis of the scalp : Etiology and Treatment.
Journal of Drugs in Dermatology.2004
10. Tjart
a A. Dermatitis Seboroik. In: Tjarta A, Sularsito SA, Kurniati DD, Rithatmaja R. Eds.
Metode Diagnostik dan Penatalaksanaan Psoriasis dan Dermatitis Seboroik. Balai Penerbit
11. May
o Foundation for Medical Education and Research. Update: July 13 2013. Mayo Clinic.
dermatitis/DS00984
12. Sire
gar, RS. Dermatitis Seboroika. In: Saripati Penyakit Kulit. 2nd Ed. ECG.Indonesia,2004.104-
106
13. Nga
14. Chat
15. Sch
wartz RA, Janusz CA, Jannige CK. Seborrheic Dermatitis: An Overview. Am Fam Physician
2006;74:125-30.