I. PENDAHULUAN
←
← Definisi
II. EPIDEMIOLOGI
III. ETIOPATOGENESIS
3
Pasien dengan gangguan saraf pusat (Parkinson’s disease, cranial nerve
palsies, major truncal paralyses) mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis
seboroik. Seboroik dermatitis pada pasien tersebut merupakan hasil dari
peningkatan pengumpulan sebum akibat dari imobilitas. Pengumpulan sebum
ini merupakan media untuk pertumbuhan P. Ovale sehingga menyebabkan
8
terjadinya dermatitis seboroik.
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan
agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan
hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai
sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan
skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelaianan tersebut pitiriasis sika
(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut pitiriasis steatoides yang
dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat
.
tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian vertex dan frontal
(1)
4
Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-
krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama-skuama yang
kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang lekat pada kulit kepala
(1)
disebut cradle cap.
Sumber : http://www.m.webmd.com/skin-problems-and-treatments/dandruff-
13/slideshow-dandruff
5
B. Penyakit Leiner
Pertama kali dilaporkan oleh Leiner pada tahun 1908 yang merupakan
bentuk komplikasi dermatitis seboroik pada masa bayi (dermatitis
seborrhoides infantum). Lesi biasanya timbul mendadak, berupa eritema
berskuama di seluruh tubuh (universal) yang disebut eritroderma
deskuamativum. Penyakit ini menunjukkan keadaan umum yang tampak sakit
berat disertai anemia, diare dan muntah. Sering diikuti dengan infeksi bakteri.
10,13
Penyakit Leiner dapat diturunkan jika terdapat defisiensi C5.
1. Kulit Kepala
Ketombe atau ptiriasis sika merupakan bentuk awal DS. Pada fase
lanjut, lesi berbentuk ertroskuamosa di peri folikuler lalu meluas mengenai
sebagian besar kulit kepala. Dapat sampai batas depan rambut yang disebut
corona seborrheca atau ke belakang meluas ke daun telinga, leher, dan
periaurikular. Kadang-kadang dapat disertai otitis eksterna. Jika kronis
mengakibatkan rambut rontok dan alopesia.
Sumber : http://www.aafp.org/afp/2000/0501/p2703.html
2. Wajah
6
disertai blefaritis, jika mengenai kelopak mata. Lesi dapat berupa krusta
kekuningan yang jika diangkat menjadi ulkus dangkal. Pada laki-laki sering
mengenai daerah janggut, sedangkan pada wanita sering mengenai paranasal
berupa lesi eritematosa yang mudah menjadi flushing.
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217
3. Badan
7
skuama berminyak yang disebut pityriasis steatoides. Pada genitalia biasanya
lesi berupa eritema ringan dengan skuama halus sampai bentuk dermatitis
yang berat dan keadaan ini dapat berkembang menjadi bentuk psoriasiformis.
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217
4. Generalisata
Sumber: http://www.aafp.org/afp/2006/0701/p125.html
8
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VI. DIAGNOSIS
9
VII. DIAGNOSIS BANDING
A. Psoriasis
Kelainan kulit berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan skuama
yang berlapis-lapis disertai tanda tetesan lilin dan Auspitz. Skuama pada
psoriasis akan berdarah jika dikelupas sedangkan pada dermatitis seboroik
skuama sangat mudah dilepas. Tempat predileksi psoriasis terdapat pada skalp,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ektremitas bagian ekstensor terutama
siku dan lutut dan daerah lumnosakral. Psoriasis biasanya melibatkan kuku
ataupun sendi meskipun jarang terjadi. Pada dermatitis seboroik rasa gatal
muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari
1,11
awal penyakit.
B. Dermatitis Atopik
Selama masa bayi, dermatitis atopik dan dermatitis seboroik
mempunyai distribusi yang sama sehingga menimbulkan kesulitan untuk
membedakan keduanya. Namun demikian Yates dkk (1983) menemukan
bahwa keterlibatan daerah aksila lebih mengarah ke diagnosis dermatitis
seboroik sedangkan radio-allergosorbent test (RAST) yang positif mengarah
ke diagnosis dermatitis atopik. Hal yang paling membantu adalah respon
pasien terhadap pengobatan, dermatitis seboroik biasanya memberikan respon
6
pada pengobatan yang digunakan.
10
Gambar 7. Dermatitis Atopik
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/1049085-clinical#a0217
C. Kandidosis kutis
Kandidosis kutis pada lipat paha, lipat payudara dan umbilikus dapat
menyerupai dermatitis seboroik. Pada kandidosis kutis ditemukan gambaran
bercak merah yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Sedangkan pada
dermatitis seboroik terdapat skuama berminyak dan kekuningan dengan batas
yang agak kurang tegas. Keluhan gatal pada kandidosis lebih menonjol
1,5
daripada dermatitis seboroik.
Gambar 8. Kandidosis
Sumber : http://www.amer-derma.com/candiasis.php
VIII. PENATALAKSANAAN
11
6
Pengobatan dermatitis seboroik biasanya ditujukan untuk:
Pengobatan sistemik
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB
(TL-01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu
selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan.
Pengobatan topikal
12
(selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien, misalnya krim urea
1
10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah :
a. ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar. Pada
kasus-kasus refrakter dapat diberikan preparat ter yang dioleskan pada
malam hari misalnya likuor karbonas detergen 5,10, atau 20% dan
ditutup dengan stockinette. Namun obat ini buka merupakan pilihan
terbaik karena berpotensi karsiogenik serta menimbulkan
fotosensitivitas. Bila pengobatan ini diberikan dianjurkan untuk
1,6
menghindari sinar matahari selama 24 jam setelah pemakaian obat.
b. resorsin 1-3%, dapat menghambat proliferasi epidermis dan
6
infiltrasi dermal, selain mempunyai anti pruritus dan anti bakteri.
c. sulfur praesipitatum 4 – 20%, dapat digabung dengan asam
salisilat 3 - 6%
13
dalam losio zincii, sedangkan lesi yang basah dapat dikompres dengan gentian
violet 0,1-0,2%.
Pada orang dewasa muda, untuk lesi di daerah scalp dapat diberiksan
shampoo yang mengandung selenium sulfide, seng pirition dan ketoconazole
seminggu 2 kali. Untuk kasus yang berat dapat dipakai sulfur 7,5%, asam
salisilat 1%, minyak kastor 10% dan minyak zaitun 100%, bila perlu ditambah
hidrokortison 1%. Campuran ini diberikan waktu malam dan pagi harinya
6
dicuci dengan shampoo yang ringan.
Untuk daerah telinga dan liang telinga dapat digunakan larutan atau
krim kombinasi yang mengandung triamsinolon 0,025%, neomisin atau
garamisin, bila perlu polimiksin B untuk infeksi Pseudomonas aeruginosa.
IX. PROGNOSIS
14
X. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16
11. Mayo Foundation for Medical Education and Research. Update: July
13 2013. Mayo Clinic. Accesed by 16 July 2013. Available :
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984
nd
12. Siregar, RS. Dermatitis Seboroika. In: Saripati Penyakit Kulit. 2 Ed.
ECG.Indonesia,2004.104-106
13. Ngan V. Leiner’s Disease. Update: June 29 2011. Available :
http://www.dermnetnz.org/dermatitis/leiner.html. Accesed on July 16 2013.
14. Chatzikokkinou P. Seborrheic Dermatitis : An Early and Common Skin
Manifestation in HIV Patients. Acta Dermatovenerol Croat. 2008 Oct 21;16
(4):226-230
15. Schwartz RA, Janusz CA, Jannige CK. Seborrheic Dermatitis: An Overview.
Am Fam Physician 2006;74:125-30.
17