Anda di halaman 1dari 23

Bed Side Teaching

DERMATITIS SEBOROIK

Oleh:

Suci Wijayanti 1840312233

Preseptor :

Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK (K) FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUP DR M DJAMIL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon

terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis

berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,

likenifikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan

mungkin hanya beberapa (oligomorfik). Dermatitis cenderung residif dan menjadi

kronis.1

Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang

didasari oleh faktor konstitusi dan bertempat predileksi ditempat-tempat seboroik.

Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan predileksi di

daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah, dan badan.1

Dermatitis seboroik atau seborrhoic eczema merupakan penyakit yang

umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari kulit, ditandai oleh

pruritus,berminyak, bercak merah dengan berbagai ukuran dan bentuk yang

menutup daerah inflamasi pada kulit kepala, muka, dan telinga. Daerah lain yang

jarang terkena, sepertidaerah presternal dada. Beberapa tahun ini telah didapatkan

data bahwa sekurang–kurangnya 50% pasien HIV terkena dematitis seboroik.

Ketombe berhubungan juga dermatitis seboroik, tetapi tidak separah dermatitis

seboroik. Ada juga yang menganggap dermatitis seboroik sama dengan ketombe.2

1.2 Epidemiologi
Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi. Dermatitis seboroik

dapat menyerang bayi pada tiga bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada

umur 30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur 18–40 tahun. DS lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita. Berdasarkan pada suatu survey pada

1.116 anak–anak, dari perbandingan usia dan jenis kelamin, didapatkan prevalensi

dermatitis seboroik menyerang 10% anak laki–laki dan 9,5% pada anak

perempuan.1,2

Prevalensi semakin berkurang pada setahun berikutnya dan sedikit

menurun apabila umur lebih dari 4 tahun. Kebanyakan pasien (72%) terserang

minimal ataudermatitis seboroik ringan. Pada penderita AIDS (Acquired

Immunodeficiency Syndrome), dapat terlihat padahampir 35% pasien Terdapat

peningkatan insiden pada penyakit Parkinson, paralisisfasial, pityriasis versicolor,

cedera spinal, depresi dan yang menerima terapi psoralenditambah ultraviolet A

(PUVA). Juga beberapa obat–obatan neuroleptik mungkinmerupakan faktor,

kejadian ini sering terjadi tetapi masih belum dibuktikan. Kondisi kronik lebih

sering terjadi dan sering lebih parah pada musim dingin yang lembab

dibandingkan pada musim panas.2

1.3 Etiopatogenesis

Penyebabnya belum diketahui pasti. Faktor presdiposisinya ialah kelainan

konstitusi berupa status seboroik (seborrhoic state) yang rupanya diturunkan,

bagaimana caranya belum dipastikan. Penderita pada hakekatnya mempunyai kulit

yang berminyak (seborrhoea), tetapi mengenai hubungan antara kelenjar minyak

dan penyakit ini belum jelas sama sekali. Ada yang mengatakan kambuhnya

penyakit ini (yang sering menjadi chronis-recidivans) disebabkan oleh makanan

yang berlemak, tinggi kalori, akibat minum alkohol dan gangguan emosi.1

Dermatitis seboroik dikaitkan dengan nilai normal Malassezia furfur

namun respon imun abnormal. Ditemukan adanya penurunan sel T helper,


phytohemagglutinin dan stimulasi concanavalin, dan titer antibodi dibandingkan

dengan subyek kontrol. Kontribusi spesies Malassezia dapat berasal dari aktivitas

lipase yang melepaskan inflamasi bebas asam dan dari kemampuannya untuk

mengaktifkan jalur komplemen alternatif.3

Banyak percobaan telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini

dengan infeksi oleh bakteri atau Pityrosporum ovale yang merupakan flora normal

kulit manusia. Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi

inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis

maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktivasi sel limfosit T dan sel

Langerhans. Status seboroik sering berasosiasi dengan meningginya

sukseptibilitas terhadap infeksi piogenik, tetapi tidak terbukti bahwa

mikroorganisme inilah yang menyebabkan dermatitis seboroik. Dermatitis

seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti

psoariasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat

memperbaikinya.3

Penyakit ini berhubungan dengan kulit berminyak (seborrhea) meskipun

peningkatan produksi sebum tidak selalu terdeteksi pada pasien. Seborrhea

merupakan faktor predisposisi pada dermatitis seboroik namun dermatitis

seboroik bukan sebuah penyakit kelenjar sebasea. Insidensi tinggi dermatitis

seboroik pada bayi berbanding lurus dengan ukuran dan aktivitas kelenjar sebasea

pada umur ini. Pada bayi didapatkan kelenjar sebasea yang besar dengan rasio

sekresi sebum yang tinggi. Namun pada orang dewasa ini tidak terjadi karena

aktivitas kelenjar sebasea mencapai puncak awal pubertas dan dermatitis seboroik

dapat terjadi bertahun-tahun kemudian.1


Tempat terjadinya dermatitis seboroik memiliki kecenderungan pada

daerah wajah, telinga, kulit kepala dan batang tubuh bagian atas yang sangat kaya

akan kelenjar sebasea. Tempat predileksi ini memberi petunjuk tentang dugaan

bahwa pengaruh androgenik penting dan aktivitas kelenjar sebasea mungkin

merupakan faktor penyebab. Tetapi seborrhea berat kadang tidak disertai

dermatitis seboroik, sebaliknya dermatitis seboroik berat kadang tidak disertai

aktivitas sebasea berlebihan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada

dermatitis seboroik lemak permukaan kulit tidak meningkat, tetapi terdapat

peningkatan proporsi kolesterol, trigliserida dan parafin disertai penurunan

skualen, asam lemak bebas, dan ester lilin yang terkandung dalam permukaan

kulit tersebut.3

Faktor resiko terjadinya dermatitis seboroik adalah stress, kelelahan,

makanan berminyak, alkohol, cuaca yang terlalu ekstrem, jarang mencuci rambut

atau mandi, pemakaian lotion yang mengandung alkohol, penyakit kulit (misalnya

jerawat) dan obesitas.3

Pasien dengan gangguan saraf pusat (Parkinson’s disease, cranial nerve

palsies, major truncal paralyses) mempunyai resiko tinggi terkena dermatitis

seboroik. Seboroik dermatitis pada pasien tersebut merupakan hasil dari

peningkatan pengumpulan sebum akibat dari imobilitas. Pengumpulan sebum ini

merupakan media untuk pertumbuhan P. Ovale sehingga menyebabkan terjadinya

dermatitis seboroik.3

Dermatitis seboroik pada penderita AIDS mencapai 85%. Tempat

predileksi lebih luas meliputi wajah, aksila, dada, paha dan genitalia. Gejala yang
muncul akan lebih berat daripada dermatitis seboroik klasik dengan

penatalaksanaan yang lebih sulit.3

1.4 Predileksi
Pada daerah berambut karena banyak kelenjar sebasea, antara lain pada

bayi ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan dan tengkuk) dan

generalisata (penyakit Leiner) yang terbagi menjadi familial dan non-familial.

Sedangkan pada orang dewasa berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit

kepala (pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal, konjungtivitis,

pada daerah lipatan/ sulcus nasolabial, area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura

(aksilla, infra mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan (petaloid,

pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma, eritroderma eksoliatif), retroaurikula,

telinga, dan dibawah buah dada.3


1.5 Status Dermatologis
Lesi biasanya berupa bercak ataupun plakat dengan batas yang tidak

tegas, eritem ringan dan sedang, skuama berminyak dan kekuningan. Ruamnya

berbeda-beda, sering ditemukan pada kulit yang berminyak. Ruamnya berupa

skuama yang berminyak,berwarna kekuningan, dengan batas yang tak jelas dan

dasar berwarna merah (eritem).1,2

1.6 Gejala klinik


Menurut usia dibagi 2 yaitu pada orang remaja dan dewasa kelainan kulit

terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batas agak

kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala

berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian

mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar.
Pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak, pitiriasis steatoides

yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal. 1


Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai

dari bangian verteks dan frontal. Gejala klinik khas pada dermatitis seboroik

adalah skuama yang berminyak dan kekuningan dan berlokasi di tempat-tempat

seboroik. Pada dermatitis seboroik ringan, hanya didapati skuama pada kulit

kepala. Skuama berwarna putih dan merata tanpa eritema.1


Dermatitis seboroik berat dapat mengenai alis mata, kening, pangkal

hidung, sulkus nasolabialis, belakang telinga, daerah prestenal, dan daerah di

antara skapula. Blefaritis ringan sering terjadi. Bentuk yang berat ditandai dengan

adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta

tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikular dan leher. Pada daerah

dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada daerah supraorbital skuama-skuama

halus dapat terlihat dialis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai

bercak-bercak skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir

kelopak mata merah disertai skuama-skuama halus. Pada daerah pipi, hidung, dan

dahi kelainan dapat berupa papul-papul.3


Bila lebih berkembang lagi, lesinya dapat mengenai daerah ketiak, infra

mamma, sekitar pusar (umbilikus), daerah anogenital, lipatan gluteus, dan daerah

inguinal. Pada bentuk yang lebih berat lagi seluruh kepala tertutup oleh krusta-

krusta yang kotor, dan berbau tidak sedap. Pada bayi, skuama- skuama yang

kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yang leket pada kulit kepala

disebut cradie cap. D.S dapat bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas

dapat menjadi eritroderma, pada bayi disebut penyakit Leiner.3


Pada bayi ada tiga bentuk khas yang terjadi, yaitu secara klinis, cradle cap

muncul pada minggu ketiga sampai minggu keempat dua gambarannya berupa
eritema dengan skuama seperti lilin pada kulit kepala. Bagian frontal dan parietal

berminyak dan sering menjadi krusta yang menebal tanpa eritema. Skuama

dengan mudah dapat dihilangkan dengan sering menggunakan sampo yang

mengandung sulfur, asam salisil, atau keduanya (misalnya sampo Sebulex atau

sampo T-gel).1
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga : 4
1. Seboroik kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna

kekuningan sehingga rambut saling melengket; kadang-kadang dijumpai

krusta yang disebut Pityriasis Oleasa (pityriasis steatoides). Kadang-

kadang skuamanya kering dan berlapis-lapis dan sering lepas sendiri

disebut pitiriasis sika (ketombe).


Bisa juga jenis seboroik ini menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi

alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga (retro

aurikularis). Bila meluas, lesinya dapat sampai ke dahi, disebut korona

seboroik. Dermatitis seboroik yang dijumpai pada kepala bayi disebut topi

buaian (Cradle Cap).


2. Seboroik Muka
Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabial, dagu ,dll. Terdapat makula

eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak kekuning-kuningan.

Bila sampai ke palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering pada wanita. Bila

didapati didaerah berambut, seperti dagu dan atas bibir, dapat terjadi

folikulitis. Hal ini sering dijumpai pada laki-laki yang sering mencukur

janggut dan kumisnya. Seboroik muka didaerah jenggot disebut sikosis

barbe.
3. Seboroik Badan dan Sela-sela
Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframamma,

umbilikus, krural (lipatan paha,perineum,nates). Dijumpai ruam berbentuk


makula eritema yang pada permukaanya ada skuama berminyak kekuning-

kuningan. Pada daerah badan, lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran

dengan penyembuhan sentral. Didaerah intertrigo, kadang-kadang bisa

timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien dermatitis seboroik adalah

pemeriksaan histopatologi walaupun gambarannya kadang juga ditemukan pada

penyakit lain, seperti pada dermatitis atopik atau psoriasis. Gambaran

histopatologi tergantung dari stadium penyakit. Pada bagian epidermis, dijumpai

parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai pembuluh darah melebar dan

sebukan perivaskuler.
Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, epidermisnya ekonthoik,

terdapat infiltrat limfosit dan histiosit dalam jumlah sedikit pada perivaskuler

superfisial, spongiosis ringan hingga sedang, hiperplasia psoriasiform ringan,

ortokeratosis dan parakeratosis yang menyumbat folikuler, serta adanya skuama

dan krusta yang mengandung netrofil pada ostium folikuler. Gambaran ini

merupakan gambaran yang khas. Pada dermis bagian atas, dijumpai sebukan

ringan limfohistiosit perivaskular. Pada dermatitis seboroik kronik, terjadi dilatasi

kapiler dan vena pada pleksus superfisial selain dari gambaran yang telah

disebutkan di atas yang hampir sama dengan gambaran psoriasis. Pemeriksaan

KOH 10-20 %: negatif, tidak ada hifa atau blastokonidia. pemeriksaan lampu

wood: fluoresen negatif (warna violet).1,2

1.8 Diagnosa
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.

Pada berbagai gejala dari gambaran klinis yang ditemukan pada dermatitis
seboroik juga dapat dijumpai pada dermatitis atopik atau psoriasis, sehingga

diagnosis sangat sulit untuk ditegakkan oleh karena baik gambaran klinis maupun

gambaran histologi dapat serupa. Oleh sebab itu, perlu ketelitian untuk

membedakan dermatitis seboroik dengan penyakit lain sebagai diferensial

diagnosis. Psoriasis misalnya yang juga dapat ditemukan pada kulit kepala,

kadang disamakan dengan dermatitis seboroik, yang membedakan ialah adanya

plak yang mengalami penebalan pada liken simpleks.1


1.9 Diagnosa Banding

- Psoriasis predileksi didaerah eksentor (lutut, siku dan punggung) dan kulit

kepala. Pada psoriasis dijumpai skuama yang lebih tebal, kasar, berlapis-

lapis, putih seperti mutiara dan tak berminyak disertai tanda tetesan lilin

dan auspitz. Selain itu ada gejala yang khusus untuk psoriasis.1
- Tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-kadang dijumpai keroin. Pada

tinea kapitis dan tinea krusi, eritem lebih menonjol dipinggir dan

pinggirnya lebih aktif dibandingkan tengahnya.1


- Kandidosis menyerupai dermatitis seboroik pada lipatan paha dan

perianal. Perbedaannya kandidosis terdapat eritema berwarna merah cerah

berbatas tegas dengan satelit-satelit disekitarnya. Kandidiasis adalah

penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh

Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan dermatitis

seboroik jika mengenai lipatan paha dan perianal. Lesi dapat berupa

bercak yang berbatas tegas, bersisik dan basah. Perbedaannya ialahpada

kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan

satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah

yang berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain itu,
pada pemeriksaan dengan larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora

atau hifasemu.2
- Liken simpleks kronikus adalah peradangan kulit kronis yang gatal,

sirkumskrip ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih

menonjol (likenfikasi). Tidak biasa terjadi pada anak tetapi pada usia ke

atas, berbeda dengan DS yang sering juga terjadi pada bayi dan anak-anak.

Timbul sebagai lesi tunggal pada daerah kulit kepala bagian posterior atau

sekitar telinga. Tempat predileksi di kulit kepala dan tengkuk sehingga

kadang sukar dibedakan dengan dermatitis seboroik, yang

membedakannya ialah adanya likensifikasi pada penyakit ini.2


1.10 Penatalaksanaan

Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar

disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi

hendaknya diperhatikan, misalnya stres emosional dan kurang tidur. Mengenai

diet, dianjurkan miskin lemak.

Pengobatan dermatitis seboroik biasanya ditujukan untuk:

- Melepaskan dan menghilangkan skuama


- Menghambat kolonisasi ragi
- Mengontrol infeksi sekunder
- Mengurangi eritema dan gatal

Pengobatan sistemik

Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30

mg sehari. Jika telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau

disertai infeksi sekunder diberi antibiotik.12 Isotretinoin dapat digunakan pada

kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran

kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi pengurangan


produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan

tapmak setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per

hari selama beberapa tahun yang ternayta efektif untuk mengontrol penyakitnya.

Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-

01) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8

minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan. Bila pada sediaan

langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya

200 mg per hari.

Pengobatan topikal

Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 – 3 kali skalp dikeramasi

selama 5 – 15 menit, misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat

skuama dan krusta diberi emolien, misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat

dipakai untuk D.S. ialah 3,4:

a. ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar. Pada

kasus-kasus refrakter dapat diberikan preparat ter yang dioleskan pada

malam hari misalnya likuor karbonas detergen 5,10, atau 20% dan ditutup

dengan stockinette. Namun obat ini buka merupakan pilihan terbaik karena

berpotensi karsiogenik serta menimbulkan fotosensitivitas. Bila

pengobatan ini diberikan dianjurkan untuk menghindari sinar matahari

selama 24 jam setelah pemakaian obat.


b. resorsin 1-3%, dapat menghambat proliferasi epidermis dan infiltrasi

dermal, selain mempunyai anti pruritus dan anti bakteri.


c. sulfur praesipitatum 4 – 20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 -

6%
d. Kortikostreroid, misalnya krim hidrokortison 2½ %. Pada kasus dengan

inflamasi yang berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat,


misalnya betametason valerat, asalkan jangan dipakai terlalu lama karena

efek sampingnya.
e. Krim ketokonazole 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung

terdapat banyak P. ovale. Ketokonazole bekerja dengan cara menghambat

biosintesis ergosterol, sterol utama yang berfungsi mempertahankan

membrane sterol jamur, dengan menghambat enzim sitokrom P450 14-a-

demetilasi lanosterol, enzim esensial dalam sintesis ergosterol jamur.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan ialah letak lesi

serta usia penderita. Pada bayi, lesi di daerah skalp dapat diberikan asam salisilat

3-5% dalam minyak zaitun ddengan bahan dasar yang larut air atau dikompres

dengan minyak zaitun hangat. Dapat juga digunakan krim hidrokortison 1% dan

untuk perawatannya digunakan shampoo bayi. Untuk daerah intertriginosa, selain

obat-obat antiseboroik, dapat diberikan kliokuinol 0,2-0,5% dalam losio zincii,

sedangkan lesi yang basah dapat dikompres dengan gentian violet 0,1-0,2%.3

Pada orang dewasa muda, untuk lesi di daerah scalp dapat diberiksan

shampoo yang mengandung selenium sulfide, seng pirition dan ketoconazole

seminggu 2 kali. Untuk kasus yang berat dapat dipakai sulfur 7,5%, asam salisilat

1%, minyak kastor 10% dan minyak zaitun 100%, bila perlu ditambah

hidrokortison 1%. Campuran ini diberikan waktu malam dan pagi harinya dicuci

dengan shampoo yang ringan. 3

Blefaritis dapat diatasi dengan kompres air hangat, pembersihan lembut

dengan larutan non iritan atau shampoo bayi, melepaskan skuama secara mekanis

bila diperlukan dan pengolesan salep sulfasetamid atau salap kombinasi

sulfasetamid dengan prednisolone 0,5%. Penggunaan kortikosteroid pada kelopak

mata atau garis tepi kelopak mata harus hati-hati. Untuk daerah alis, muka dan
kelopak mata dapat digunakan krim hidrokortison 1%, sulfur 1-3% atau asam

salisilat 1-3%.3

Untuk daerah telinga dan liang telinga dapat digunakan larutan atau krim

kombinasi yang mengandung triamsinolon 0,025%, neomisin atau garamisin, bila

perlu polimiksin B untuk infeksi Pseudomonas aeruginosa.

1.11Prognosis

Pada umumnya prognosis dermatitis seboroik baik tetapi pada sebagian

kasus yang mempunyai faktor konstitusi penyakit ini sukar disembuhkan. Jika

berulang maka kemungkinan varian dari dermatitis atopic dapat dipertimbangkan.

Pasien dengan dermatitis seboroik dewasa yang berat dapat persisten. Prognosis

lebih baik apabila faktor pencetus dapat dihilangkan.1

BAB 2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. EM
Nomor RM : 01026371
Umur : 64 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai Negeri
Alamat : Korong Kampung Koto Tinggi Padang Pariaman,
Padang, Sumbar
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Pendidikan : Tamat SLTA
No. Telp : 085278566909
Tanggal pemeriksaan : 4 September 2018

ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki usia 64 tahun datang ke poliklinik kulit kelamin
RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 4 September 2018, dengan:

Keluhan Utama
Bercak-bercak merah disertai sisik putih halus yang terasa gatal di kulit
kepala, sekitar alis, dan kedua telinga yang meningkat sejak 1 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


- Awalnya, sekitar ±3,5 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan rambut
berketombe yang menetap pada kulit kepala dan terasa gatal. Pasien sudah
berobat ke dokter umum dan mendapatkan obat. Keluhan berkurang
sementara, lalu muncul kembali sampai saat ini

- Sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan keluhan gatal bertambah


dengan kulit kepala kemerahan yang ditutupi sisik putih dikepala yang
semakin tebal dan banyak yang kemudian mengenai telinga bagian
belakang, daun telinga, liang telinga, serta alis mata

- Keluhan gatal bertambah saat pasien berkeringat

- Pasien mengeluhkan rambut yang sering rontok


Riwayat Pengobatan
- Pasien sudah berobat ke dokter umum dan mendapatkan shampoo Nizoral
SS, dipakai 3x seminggu selama 1 bulan dan mendapatkan 2 macam obat
minum (namun pasien lupa nama obatnya)

Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat berketombe sejak 3,5 tahun yang lalu
- Riwayat kulit kemerahan dengan sisik putih di kepala, telinga dan alis
disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga/ Riwayat Atopi/ Alergi


- Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti yang dialami pasien.
- Riwayat atopi pada keluarga tidak ada

Riwayat Pekerjaan, Sosial, dan Kebiasaan


- Pasien seorang pegawai negeri
- Pasien sehari-hari menggunakan kerudung
- Pasien senang makan makanan berlemak dan pedas
- Pasien rutin mandi 2x sehari
- Pasien tidak punya riwayat berganti-ganti barang (handuk) dengan orang
lain
- Penderita tidak memelihara anjing, kucing, atau ternak lainnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
TD : 120/80
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Nafas : 20x/menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 38,06 kg/m2
Status gizi : Dalam batas normal

Status Dermatologikus
Lokasi :Kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan daun telinga
Distribusi : terlokalisir
Bentuk : tidak khas
Susunan : tidak khas
Batas : tidak tegas
Ukuran : numular
Efloresensi : makula eritem dengan skuama putih kasar dengan erosi

Status Venerelogikus : Tidak dilakukan pemeriksaan


Kelainan selaput : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan
RESUME

Seorang perempuan, 64 tahun datang ke polilinik kulit dan kelamin RSUP


Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 4 September 2018 2018 dengan keluhan
bercak-bercak merah disertai sisik putih halus yang terasa gatal di kulit kepala,
sekitar alis, dan kedua telinga yang meningkat sejak 1 bulan yang lalu. Sekitar
±3,5 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan rambut berketombe yang menetap pada
kulit kepala dan terasa gatal. Pasien sudah berobat ke dokter umum dan
mendapatkan obat. Keluhan berkurang sementara, lalu muncul kembali sampai
saat ini. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan keluhan gatal bertambah
dengan kulit kepala kemerahan yang ditutupi sisik putih dikepala yang semakin
tebal dan banyak.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan lokasi lesi di kulit kepala, alis mata,
belakang telinga dan daun telinga, distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas,
susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran plakat, efloresensi makula eritem
dengan skuama putih kasar dengan erosi.

DIAGNOSIS KERJA

Dermatitis Seboroik

DIAGNOSIS BANDING
- Psoriasis
- Tinea capitis

- Dermatitis kontak iritan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan Mikologis langsung (Sediaan kerokan kulit + KOH 20%)
b. Pemeriksaan Anjuran
Tidak ada pemeriksaan anjuran

DIAGNOSIS
Dermatitis Seboroik
PENATALAKSANAAN
Umum
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor pencetus seperti
stres emosional, makanan berlemak, kondisi yang menyebabkan keringat
dan lembab.

- Menjelaskan tentang pemakaian obat dan kontrol teratur

Khusus
1. Sistemik
Loratadine 1x10 mg, bila gatal sulit ditahan
2. Topikal
- Desoksimetasone 0.25% 15 gram cream digunakan 2 kali
sehari pada bercak merah yang disertai sisik di kulit kepala
- Mometasone furoat 0,1% digunakan 2 kali sehari pada sisik
diwajah dan telinga

PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad kosmetikum : dubia ad bonam

RESEP
dr. Suci Wijayanti
Praktek Umum
SIP.001/06/20162
Alamat: Jl. Perintis Kemerdekaan No. 7 Padang
Hari Praktek : Senin-Jumat
Jam Praktek : 18.00 – 21.00
No. Telp. 0831156697975
Padang, 4 September 2018
R/ Tab Loratadine 10 mg No. VII
S1dd tab 1

R/ Krim Desoksimetasone 0,25% 15 gram tube No. I


S.u.e (2 kali sehari setelah mandi dikulit kepala yang merah dan
bersisik)

R/ Krim Mometasone Furoat 0,1% tube No. I


S.u.e (2 kali sehari setelah mandi diwajah dan telinga)

Pro : Tn. FN
Umur : 25 tahun
Alamat : Jl. Jati II Padang
BAB 3
DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan berumur 64 tahun


datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP. Dr. M. Djamil Padang pada
tanggal 4 September 2018 dengan diagnosis Dermatitis Seboroik.
Diagnosis pada pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan anamnesis didapatkan keluhan
bercak-bercak merah disertai sisik putih halus yang terasa gatal di kulit kepala,
sekitar alis, dan kedua telinga yang meningkat sejak 1 bulan yang lalu. Sekitar
±3,5 tahun yang lalu, pasien mengeluhkan rambut berketombe yang menetap pada
kulit kepala dan terasa gatal. Pasien sudah berobat ke dokter umum dan
mendapatkan obat. Keluhan berkurang sementara, lalu muncul kembali sampai
saat ini. Sejak 1 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan keluhan gatal bertambah
dengan kulit kepala kemerahan yang ditutupi sisik putih dikepala yang semakin
tebal dan banyak. Dari pemeriksaan fisik ditemukan lokasi lesi di kulit kepala, alis
mata, belakang telinga dan daun telinga, distribusi terlokalisir, bentuk tidak khas,
susunan tidak khas, batas tidak tegas, ukuran numular, efloresensi makula eritem
dengan skuama putih kasar dengan erosi.
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamosa dengan
predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah, dan badan. Hal ini sesuai
dengan tempat predileksi lesi pada pasien ini yaitu kulit kepala, alis mata dan
telinga. Diagnosis pada dermatitis seboroik ditegakkan berdasarkan morfologi
khas lesi eksema dengan skuama berminyak diarea predileksi tersebut.
Pasien ini didiagnosis banding dengan psoriasis, tinea kapitis dan
dermatitis kontak iritan. Pada psoriasis, skuama akan lebih tebal dan berlapis
transparan seperti mika. Pada dermatofitosis, untuk memastikannya perlu
dilakukan skraping kulit dengan KOH. Sementara untuk dermatitis kontak iritan
akan terdapat riwayat penggunaan bahan yang mengandung kimia pada daerah
kepala dan wajah . Pasien kemudian diberi terapi medikamentosa berupa
loratadine 1x10 mg untuk mengurangi gatal pada tempat lesi dan pemberian
kortikosteroid topikal potensi rendah untuk daerah skalp dan non skalp.
Sementara untuk edukasi pasien diharapkan menghindari faktor pencetus seperti
stres emosional, makanan berlemak, kondisi yang menyebabkan keringat dan
lembab. Pasien juga diingatkan untuk rutin minum obat dan kontrol sampai gejala
hilang karna dermatitis seboroik dapat terjadi berulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Jacoeb TNA. Dermatitis Seboroik. In (Menaldi SLSW ed). Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin. Ed 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2015: 232-233.
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 1996.
3. Wollf K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatrick’s Dematology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-
Hill, 2008: 219-220.
4. James W, Berger TG, Elston DM, editors, Andrew’s Disease of The Skin :
Clinical Dermatology. 10th ed. San Fransisco: Saunders Elsevier, 2006: 191-
193.

Anda mungkin juga menyukai