Anda di halaman 1dari 37

Ringkasan Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi

Nama : Raihandi Putra

NIM : 1820322045

1
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM MAGISTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

1. NEED, DEMAND, DAN WANT

Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang


disecara objektif dipandang terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi
kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter, tetapi kualitas
pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi
dokter. Demand (permintaan) adalah barang atau pelayanan yang
sesungguhnya dibeli oleh pasien. Permintaan tersebut dipengaruhi oleh
pendapat medis dari dokter, dan juga faktor lain seperti pendapatan dan
harga obat. Demand berbeda dengan need dan want. Wants (keinginan)
adalah barang atau pelayanaan yang diinginkan pasien karena dianggap
terbaik bagi mereka (misalnya, obat yang bekerja cepat). Wants bisa sama
atau berbeda dengan need (kebutuhan).

Gambar 1. Need, Demand, Want

2
Pembedaan itu penting karena tujuannya adalah memenuhi
semaksimal mungkin kebutuhan orang, dengan cara memperbaiki
keputusan dokter, dan mendekatkan keinginan dan permintaan sedekat
mungkin dengan kebutuhan, melalui pendidikaan kesehatan, dan
sebagainya.

Demand (permintaan) adalah apa yang diminta orang. Penyediaan


(supply) adalah apa yang disediakan. Salah satu prinsip ekonomi
menyatakan, pada pasar sempurna (perfect market), demand dan supply
ditentukan secara independen. Artinya, produsen menentukan supply,
konsumen menentukan demand. Harga barang naik atau turun hingga
jumlah yang disuplai sama dengan jumlah yang diminta, yaitu tercapainya
ekuilbrium.

Prinsip dasar ekonomi lainnya menyatakan, demand akan sama


dengan supply pada pasar sempurna. Meskipun demand dan supply
hkesehatan dan pelayanan kesehatan tidak mengikuti pasar sempurna,
tetapi bebrapa aspek suply da demand tetap berlaku.

Demand terhadap pelayanan kesehatan dapat dihitung berdasarkan:

 Bed occupancy

 Jumlah kunjungan rawat jalan

 Jumlah tes diagnostik, dan sebagainya

Menurut teori ekonomi, demand ditentukan oleh beberapa faktor:


harga (tarif), pendapatan, kesukaan (preferensi), dan barang alternatif.

2. Utility, Behavior, Decision, and Cost

A. Utility

3
Utilitas adalah ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan
alternatif penggunaannya. Utilitas digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan oleh konsumen. Utilitas total dalah manfaat total yang diperoleh
dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marginal adalah tambahan
manfaat yang diperoleh karena menambah konsumsi sebanyak satu
barang.
B. Behavior
Ekonomi perilaku (Economic behavior) dan subbidangnya, keuangan
perilaku, mempelajari dampak faktor psikologis, sosial, kognitif, dan
emosional terhadap keputusan ekonomi individu dan lembaga serta
konsekuensinya terhadap harga pasar, laba, dan alokasi sumber daya.
Ekonomi perilaku lebih mempelajari batas rasionalitas agen ekonomi.
Model perilaku biasanya melibatkan konsep konsep psikologi, ilmu saraf,
dan teori ekonomi mikro, karena itu, model perilaku mencakup berbagai
konsep, metode, dan bidang. Ekonomi perilaku kadang dianggap sebagai
alternatif bagi ekonomi neoklasik. Ekonomi perilaku mempelajari
pengambilan keputusan dan mekanisme yang mendorong pilihan publik.
C. Decision
Decision making (membuat keputusan) merupakan proses
mengidentifikasi alternatif dari sebuah tindakan dan memilih alternatif yang
baik dalam memberikan keputusan. Definisi ini menjelaskan dua hal
penting: pertama, mengidentifikasi alternatif dari sebuah tindakan berarti
bahwa solusi ide mungkin tidak nyata atau mungkin tidak dapat
diidentifikasi. Kedua, memilih alternatif yang baik dalam memberikan
keputusan mengimplementasikan bahwa mungkin ada beberapa jumlah
alternatif yang bisa dipilih atau ditolak. Oleh karenanya, penilaian penting
dalam membuat keputusan. Secara umum, dalam mengambil keputusan
disertakan pula reward atau hadiah, baik secara ekonomik maupun
personal. Hadiah tersebut haruslah hal yang memuaskan. Kemudian
dikenal pula opportunity cost dimana sebuah reward yang kita dapatkan
karena kita memilih beberapa alternatif dibanding yang lain. Kebanyakan

4
dari decision/ keputusan mencakup opportunity cost. Kemudian, pembuat
keputusan menginginkan reward yang lebih besar dan memuaskan,
hubungan antara reward dan kepuasan dikenal dengan cost/benefit
analysis.
D. Cost
Economic Cost / harga ekonomi merupakan kombinasi dari kehilangan
beberapa barang yang kemudian mempunyai nilai dari barang tersebut
oleh individu lain. Harga ekonomi sering digunakan terutama oleh ekonom
untuk membandingkan kebijaksanaan dari satu harga aksi dengan yang
lain. Barang tersebut akan diambil menjadi pertimbangan seperti uang,
waktu dan sumber daya. Perbandingan mencakup kenaikan dan
penurunan yang dihalangi dari tindakan aksi, sebagaimana tindakan itu
diambil oleh dia sendiri.

3. Ekuilibrum dan Pasar

Ekuilibrium mengacu pada keadaan dimana harga berada pada


kondisi jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
Equilibrium Price (Harga Kesetimbangan) adalah harga yang
menyeimbangkan jumlah permintaan dan penawaran. Equilibrium Quantity
(Jumlah Kesetimbangan) adalah jumlah diminta dan ditawarkan pada harga
kesetimbangan.

Gambar 2. Ekuilibrum permintaan dan penawaran

5
3.1 Kondisi Tidak Ekuilibrum

Surplus terjadi ketika harga lebih besar dari harga ekuilibrium, dan jumlah
penawaran lebih besar dari jumlah permintaan. Secara teori, suplier akan
menurunkan harga untuk meningkatkan penjualan, sehingga akan
menggerakkan kurva menuju ekuilibrium. Harga dapat diturunkan juga
melalui kebijakan pemerintah.

Gambar 3. Kondisi Surplus

Kelangkaan (Shortage) Ketika harga kurang dari harga ekuilibrium,


sehingga jumlah permintaan lebih dari jumlah ditawarkan. Pada kondisi ini
akan terjadi kelebihan permintaan atau kelangkaan (kekurangan suplai).
Suplier akan menaikkan harga karena banyaknya pembeli yang mencari
barang yang sedikit, mendorong ekuilibrium. Pemerintah dapat
mengendalikan harga melalui kebijakan.

6
Gambar 3. Kondisi Kelangkaan

3.2 Definisi Pasar

Pengertian Pasar atau Definisi Pasar adalah tempat bertemunya calon


penjual dan calon pembeli barang dan jasa. Di pasar antara penjual dan
pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam
kegiatan jual-beli. Syarat terjadinya transaksi adalah ada barang yang
diperjual belikan, ada pedagang, ada pembeli, ada kesepakatan harga
barang, dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

3.3 Fungsi-Fungsi Pasar

1. Pasar sebagai Sarana Distribusi, pasar sebagai sarana distribusi, berfungsi


memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil
produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika
kegiatan distribusi barang dan jasa dari produsen ke konsumen berjalan
lancar. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan
distribusi seringkali macet.

2. Pasar sebagai Pembentuk Harga,pasar merupakan tempat pertemuan


antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan
barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan
barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa
tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak.
Setelah terjadi kesepakatan, terbentuklah harga. Dengan demikian, pasar
berfungsi sebagai pembentuk harga. Harga yang telah menjadi
kesepakatan tersebut, tentunya telah diperhitungkan oleh penjual dan
pembeli. Penjual tentu telah memperhitungkan laba yang diinginkannya,
sedangkan pembeli telah memperhitungkan manfaat barang atau jasa
serta keadaan keuangannya.

3. Pasar sebagai Sarana Promosi,pasar sebagai sarana promosi artinya


pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu
barang/jasa tentang manfaat, keunggulan, dan kekhasannya pada

7
konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap
barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, memasang spanduk, menyebarkan brosur,
pameran, dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh
produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang
akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga
murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen.

3.4 Jenis-Jenis Pasar

3.4.1 Jenis pasar menurut bentuk kegiatannya.

Menurut dari bentuk kegiatannya pasar dibagi menjadi 2 yaitu pasar


nyata ataupun pasar tidak nyata (abstrak). Maka kita lihat penjabaran
berikut ini:

• Pasar Nyata.

Pasar nyata adalah pasar dimana barang-barang yang akan diperjual


belikan dan dapat dibeli oleh pembeli. Contoh pasar tradisional dan pasar
swalayan.

• Pasar Abstrak.

Pasar abstrak adalah pasar dimana para pedagangnya tidak menawar


barang-barang yang akan dijual dan tidak membeli secara langsung tetapi
hanya dengan menggunakan surat dagangannya saja. Contoh pasar
online, pasar saham, pasar modal dan pasar valuta asing.

3.4.2 Jenis pasar menurut cara transaksinya.

Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar


tradisional dan pasar modern.

1. Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual
dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung.

8
Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang
kebutuhan pokok.

2. Pasar Modern

Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang


diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat
berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern
lainnya.

3.4.3 Jenis – Jenis pasar menurut jenis barangnya.

Beberapa pasar hanya menjual satu jenis barang tertentu , misalnya


pasar hewan,pasar sayur, pasar buah, pasar ikan dan daging serta pasar
loak.

3.4.4 Jenis – Jenis pasar menurut keleluasaan distribusi.

Menurut keluasaan distribusinya barang yang dijual pasar dapat


dibedakan menjadi:

• Pasar Lokal

• Pasar Daerah

• Pasar Nasional dan

• Pasar Internasional

3.4.4 Jenis – Jenis pasar menurut struktur (Jumlah Penjual dan Pembeli)

Sebenarnya pasar dibedakan dalam banyak jenis, namun yang akan


dibahasas disini adalah Pasar Menurut Stuktur (Jumlah Penjual dan
Pembeli).

Dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Pasar Persaingan Sempurna, dan

9
2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna (Monopoli, Oligopoli, dan
Monopolistik)

1. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah pasar yang dimana mempunyai


banyak pembeli dan banyak pula penjual dan keduanya sama-sama saling
mengetahui keadaan pasar. Harga ditentukan mekanisme pasar
permintaan dan penawaran (demand and supply), Posisi tawar konsumen
kuat, tetapi si produsen sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata. Di
pasar ini para penjual menjajakan produk yang sama (homogen), semua
produk terlihat identik , oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan
memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.

Pasar ini termasuk pasar yang sensitive terhadap perubahan harga,


tetapi para produsen dan konsumen mudah untuk masuk dan keluar dari
pasar.

• Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain beras, gandum,


batubara, kentang, dll.

• Jumlah Produsennya banyak.

• Contohnya : Terdapat terutama dalam bidang produksi dan


perdagangan hasil-hasil pertanian seperti beras, terigu, kopra, dan minyak
kelapa. Pada pasar ini terdapat pula perdagangan kecil dan
penyelenggaraan jasa-jasa yang tidak memerlukan keahlian istimewa
(pertukangan, kerajinan).

2. Pasar Persaingan Tidak Sempurna

A. Pasar Monopoli

Pasar Monopoli adalah keadaan dimana suatu pasar terdiri dari banyak
pembeli dan hanya satu atau beberapa penjual saja, dan dengan begitu
tentu saja si produsen/penjual tersebutlah yang menguasai penentuan
harganya. Semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal pula

10
harga barang tersebut, dan sebaliknya. Dalam pasar monopoli barang yang
dijual bersifat lain dari pada yang lain (unique). Tidak ada substitusi
terhadap barang yang dijual oleh penjual (produsen) tunggal tersebut,
kecuali membeli dari black market (pasar gelap).

Biasanya pasar monopoli ini dijalankan oleh pemerintah untuk


memenuhi kepentingan orang banyak. Sangat sulit untuk masuk ke pasar
monopoli karena peraturan undang-undang maupun butuh sumber daya
yang sulit didapat. Di pasar monopoli ini juga para penjual tidak perlu
mati-matian untuk menawarkan produk mereka atau meng-iklankannya,
karena pastilah para konsumen/pembeli yang akan dating mencari. Pasar
Monopoli adalah sesuatu yang dilarang di Republik Indonesia yang
diperkuat dengan undang-undang anti monopoli.

• Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain kebutuhan yang vital


seperti listrik, angkutan dll.

• Jumlah Produsennya hanya satu atau beberapa saja.

B.Pasar Oligopoli

Pasar oligopoli adalah pasar yang didominasi oleh beberapa


perusahaan yang dominan dalam beberapa produk saja. Misalnya
perusahaan mobil Toyota, Mazda, Daihatsu dll.

Disini persaingan sangat ketat, selain untuk mencegah konsumen


beralih ke produk lain, juga untuk mencegah produsen baru yang punya
potensi untuk laku bisa berkembang. Perubahan harga pada suatu
perusahaan akan sangat mempengaruhi harga produk perusahaan lain.
Mau tidak mau mereka juga harus ikut menurunkan harga produk mereka
kalau tidak mau kehilangan konsumen. Struktur pasar oligopoli umumnya
terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi.

11
Harga produk yang dijual di pasar oligopoly ini relatif sama, yang
menjadi kunci sukses adalah pembedaan produk yang unggul. Biaya yang
besar adalah bukti bagaimana sulitnya masuk ke pasar ini.

• Produk-produk yang diperjualbelikan antara lain semen, mobil, dll.

• Jumlah Produsennya/Penjual hanya dua sampai sepuluh saja.

C. Pasar Monopolistik

Pasar Monopolistik hampir sama dengan pasar persaingan sempurna,


dimana penjual mudah keluar atau masuk dari pasar. Disini produsen
mempunyai hak untuk menaikkan harga produk, tapi hanya relatif sedikit
atau tidak signifikan. Produk yang dijual juga merupakan produk yang
homogen, dibedakan hanya dari mutu, bentuk, ukuran dsb.

Biasanya di pasar monopolistik sang pembeli jarang berpindah merk,


karena sudah percaya dengan mutu dari produk tersebut. Di pasar ini citra
perusahaan sangat menentukan untuk menentukan laku tidaknya produk
tersebut nantinya, sehingga promosi dan iklan sangat dibutuhkan pada
persaingan pasar ini.

• Produk-produk yang diperjualbelikan biasanya produk jasa, seperti salon,


butik, rumah makan, dan juga perusahaan motor dll.

• Jumlah Produsennya/Penjual banyak

4. Pendapatan Nasional

4.1 Tolok Ukur Keberhasilan Perekonomian

Untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dan fungsi


perekonomian secara menyeluruh, analisis makroekonomi dalam
keberhasilan suatu perekonomian akan cenderung memandang konsumen

12
atau rumah tangga sebagai unit dan perusahaan sebagai sektor bisnis,
pelaku di sektor publik, baik di tingkat lokal maupun pusat.
Besaran-besaran yang di perhatikan pun meliputi output nasional,
pengeluaran konsumsi dan investasi agregat, tabungan nasional, tingkat
harga umum dan inflasi, pengangguran dan kesempatan kerja, nilai tukar
mata uang, neraca pembayaran, anggaran pemerintah, tingkat bunga,
permintaan uang, uang beredar, dan lain sebagainya.

Kesempatan kerja, stabilitas harga, dan pertumbuhan ekonomi sering


direncanakan sebagai tujuan pembangunan nasional untuk mencegah
terjadinya inflasi dan berusaha mendorong pertumbuhan perekonomian.
Keberhasilan perekonomian dari suatu bangsa pun dapat dilihat dari hasil
perhitungan pendapatan nasional dan produk nasionalnya. Pendapatan
nasional merupakan ukuran penting kinerja ekonomi baik jangka pendek
maupun panjang.

Produk nasional seperti banyaknya penelitian dan inovasi baru yang


ditemukan dan dikembangkan. Inovasi – inovasi ini memungkinkan untuk
munculnya industri – industri baru yang dapat mempengaruhi percepatan
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.

Negara yang mempunyai kekuatan ekonomi adalah negara yang


mempunyai keunggulan, terutama keunggulan di bidang teknologi.
Karena, dengan memiliki keunggulan teknologi, sebuah negara akan
menghasilkan sebuah inovasi-inovasi baru, mulai dari produk, proses,
desain dan juga kemampuan untuk mengaplikasikan serta memasarkan
inovasi

tersebut.

Neraca perdagangan ekspor – impor dari negara tersebut akan


menjadi salah satu cerminan kekuatan perekonomiannya. Kekuatan
ekonomi suatu negara tidak hanya tergantung pada besar kecil

13
sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga ditentukan oleh kemampuan
mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan dengan penguasaan
teknologi.

Pada umumnya, penguasaan teknologi akan menghasilkan inovasi


yang dapat diindustrikan. Dampak dari sosialisasi inovasi sebenarnya akan
meningkatkan pendapatan suatu negara dengan menekan dana ke luar
negeri, dalam arti pembayaran royalti atas pelisensian teknologi yang
diindustrikan. Aset – aset kekayaan intelektual itu seperti hak paten untuk
penemu / inventor, hak untuk menggandakan bagi penulis, composer atau
sumberdaya mineral ( minyak, gas, bahan logan dan tambang lainnya ).
Untuk itulah diperlukan adanya upaya untuk mendukung percepatan
pembangunan melalui pengembangan inovasi – inovasi baru di berbagai
bidang.

4.2 Perhitungan Pendapatan Nasional

Perhitungan pendapatan nasional menunjuk kepada seperangkat


aturan dan teknik untuk mengukur aliran seluruh output barang dan jasa
yang dihasilkan dan aliran seluruh input (faktor-faktor produksi) yang
digunakan oleh suatu perekonomian untuk menghasilkan output barang
dan jasa itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa perhitungan pendapatan
nasional merupakan suatu kerangka perhitungan yang digunakan untuk
mengukur aktivitas ekonomi yang terjadi dan berlangsung dalam suatu
perekonomian. Perhitungan pendapatan dan produk nasional mulai
dikembangkan sekitar tahun 1930, tepatnya tahun 1932 saat Departemen
Perdagangan Amerika Serikat mencoba mengumpulkan data, dan
diterbitkan tahun 1934 berupa hasil perhitungannya.

Simon Kuznets dari Universitas Harvard yang pada waktu itu menjabat
sebagai Direktur Biro Penelitian Ekonomi Nasional USA merupakan perintis
dan orang yang berjasa dalam upaya perhitungan pendapatan nasional
Amerika serikat. Kuznets pun dianugrahi penghargaan nobel pada tahun
1971 untuk bidang ekonomi.

14
Perhitungan pendapatan dan produk nasional yang dikembangkan
sekitar tahun 1930 ini dimaksudkan sebagai alat bantu dalam melakukan
kuantifikasi terhadap berbagai peristiwa ekonomi riil yang terjadi dalam
masyarakat. Dalam perkembangannya lebih lanjut, perhitungan
pendapatan nasional ini bahkan telah menjadi bagian yang amat penting di
dalam makroekonomi, kususnya dalam upaya untuk mengemban suatu
analisis tentang perekonomian. Data hasil perhitungan pendapatan
nasional sangat penting bagi banyak pihak, baik bagi para ekonom,
pemerintah, maupun bagi dunia usaha atau sektor bisnis.

Pengukuran atau perhitungan output nasioanl sangat diperlukan


dalam teori maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran ini
mempersiapakan kita menghadapi berbagai masalah sentral yang
berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, hubungan antara
kegiatan ekonomi dan pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor
penentu tingkat inflasi. Sebelum konsep GNP ditemukan, kondisi suatu
perekonomian sulit dipastikan.

Arus perputaran output atau pengeluaran atau biasa disebut dengan


arus perputaran kegiatan ekonomi adalah suatu diagram yang
menggambarkan keterkaitan antara berbagai pelaku ekonomi seperti
sektor rumah tangga yaitu salah satu unit pengambil keputusan yang
menyediakan dalam arti menjual atau menyewakan faktor-faktor produksi
kepada perusahaan, sektor perusahaan yaitu organisasi yang terdiri dari
produsen yang menghasilkan atau menawarkan barang dan jasa melalui
pasar prosuk, sektor pemerintah yaitu organisasi yang memiliki 2 fungsi
utama yaitu menyediakan barang dan jasa kepada rumah tangga dan
perusahaan dan melakukan redistribusi pendapatan dan kekayaan, sektor
yang terakhir adalah luar negeri yang direpresentasikan oleh kegiatan
ekspor dan impor.

Selain itu ada berbagai pasar yang ada di dalam perekonomian seperti
faktor produksi yaitu pasar yang dimana faktor produksi diperdagangkan,

15
pasar barang atau produk yaitu pasar dimana barang dan jasa
diperdagangkan, dan pasar keuangan atau kredit yaitu pasar dimana
penawaran kredit atau dana oleh rumah tangga dan permintaan kredit
atau dana oleh perusahaan terjadi atau berlangsung.

4.2.1 Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional

1. Pendekatan Produksi (Product Approach)

Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi


adalah dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) semua barang
dan jasa yang diproduksi tiap proses produksi di suatu negara dalam satu
tahun

Dimana : Y = Σ Pi Qi

Y = Pendapatan Nasional

Pi = Harga Jual Produk (Output)

Qi = Faktor Produksi (Input)

2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Dari sisi pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan


menjumlahkan pengeluaran atau expenditure dari masing – masing sektor
perekonomian, yaitu :

1) Pengeluaran konsumsi (C), meliputi semua pengeluaran rumah tangga


keluarga dan perseorangan serta lembaga swasta bukan perusahaan untuk
membeli barang dan jasa dalam memenuhi kebutuhan.

2) Pengeluaran investasi (I), meliputi semua pengeluaran domestik (dalam


negeri) yang dilakukan oleh swasta untuk mendirikan bangunan, mesin –
mesin, perlengkapan, dan jumlah persediaan perusahaan.

3) Pengeluaran pembelian pemerintah (G), meliputi pembayaran pensiun,


bea siswa, subsidi dalam berbagai bentuk dan transfer pemerintah.

16
4) Ekspor netto (X – M), meliputi keseluruhan jumlah barang dan jasa yang
diekspor dan diimpor. Jika ekspor lebih besar dari impor maka ekspor netto
bertanda positif (+), juga sebaliknya.

Y = C + I + G + (X-M)

3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

Dalam pendekatan ini, pendapatan nasional diperoleh dari


penjumlahan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang
disumbangkan kepada rumah tangga produsen selama satu tahun, yang
terdiri dari :

- Sewa tanah/alami (rent income) = r

- Upah (wage and salary income) = w

- Bunga (interest income) = i

- Laba usaha (profit income) = p

Y=r+w+i+p

5. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas


produksi untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan
Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dalam suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita


dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses, output
perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses,
bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek
dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana suatu perekonomian

17
berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya ada pada
perubahan atau perkembangan itu sendiri.

Menurut Prof. Simon Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan


kapasitas jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan
kapasitas tersebut dimungkinkan oleh adanya kamajuan atau
penyesuaian-penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologi terhadap
berbagai keadaan yang ada.

Perkembangan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta


mencakup perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara
menyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umunya didefinisikan sebagai
suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita
penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan
sistem kelembagaan.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berarti


perubahan yang terjadi terus menerus, usaha untuk menaikkan
pendapatan perkapita, kenaikan pendapatan perkapita harus terus
berlangsung dalam jangka panjang dan yang terakhir perbaikan sistem
kelembagaan disegala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial,
dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari dua aspek yaitu: aspek perbaikan
dibidang organisasi (institusi) dan perbaikan dibidang regulasi baik legal
formal maupun informal. Dalam hal Ini, berarti pembangunan ekonomi
merupakan suatu usaha tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu
negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan
demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat, pemeritah, dan
semua elemen yang terdapat dalamsuatu negara untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembangunan.

Dari berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar,
Neoklasik, dari Solow, dan teori endogen oleh Romer, bahwasanya

18
terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi.
Ketiganya adalah:

a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru
yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya
manusia.

b) Pertumbuhan penduduk, yang beberapa tahun selajutnya akan


memperbanyak jumlah angkatan kerja.

c) Kemajuan teknologi, pembangunan daerah dilaksanakan untuk


mencapai tiga tujuan penting, yaitu mencapai pertumbuhan (growth),
pemerataan (equity), dan keberlanjutan (sustainability).

1. Pertumbuhan (growth), tujuan yang pertama adalah pertumbuhan


ditentukan sampai dimana kelangkaan sumber daya dapat terjadi atas
sumber daya manusia, peralatan, dan sumber daya alam dapat
dialokasikan secara maksimal dan dimanfaatkan untuk meningkatkan
kegiatan produktif.

2. Pemerataan (equity), dalam hal ini mempunyai implikasi dalam


pencapaian pada tujuan yang ketiga, sumber daya dapat berkelanjutan
maka tidak boleh terfokus hanya pada satu daerah saja sehingga manfaat
yang diperoleh dari pertumbuhan dapat dinikmati semua pihak dengan
adanya pemerataan.

3. Berkelanjutan (sustainability), sedangkan tujuan berkelanjutan,


pembangunan daerah harus memenuhi syarat-syarat bahwa penggunaan
sumber daya baik yang ditransaksikan melalui sistem pasar maupun diluar
sistem pasar harus tidak melampaui kapasitas kemampuan produksi.

Pembangunan daerah dan pembangunan sektoral perlu selalu


dilaksanakan dengan selaras, sehingga pembangunan sektoral yang
berlangsung didaerah-daerah, benar-benar dengan potensi dan prioritas
daerah. Untuk keseluruhan pembangunan, daerah juga benar-benar

19
merupakan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan didalam mewujudkan tujuan nasional.

6. Kebijakan Moneter dan Fiskal

A. Kebijakan Moneter

1. Definisi dan Pengertian

Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya


mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang
diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang
dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya output
keseimbangan dan atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).
Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan,
menambah atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya
mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus
mengendalikan inflasi.

Jika yang dilakukan adalah menambah jumlah uang beredar, maka


pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary
expansive). Sebaliknya jika jumlah uang beredar dikurangi, pemerintah
menempuh kebijakan moneter kontraktif (monetary contractive). Istilah lain
untuk kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan uang ketat (tight
money policy).

2. Instrumen Kebijakan Moneter

Ada tiga instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah


uang beredar : operasi pasar terbuka (open market operation), fasilitas
diskon (discount rate), dan rasio cadangan wajib (reserve requirement
ratio). Di luar tiga instrumen tersebut (yang merupakan kebijakan moneter
bersifat kuantitatif), pemerintah dapat melakukan imbauan moral (moral
persuasion).

20
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation).

Yang dimaksud dengan operasi pasar terbuka (open market operation)


adalah pemerintah mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara
menjual atau membeli surat- surat berharga milik pemerintah (government
securities).

Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, maka pemerintah menjual


surat-surat berharga (open market selling). Dengan demikian uang yang
ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang
beredar berkurang. Jika ingin menambah jumlah uang beredar, maka
pemerintah membeli kembali surat-surat berharga tersebut (open market
buying). Guna lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka ini, Bank
Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen tersebut dengan
menambahkan fasilitas repurchase agreement (repo) ke masing-masing
instrumen, sehingga saat ini dikenal SBI repo dan SBPU repo.

Di Indonesia, operasi pasar terbuka dilakukan dengan menjual atau


membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU). Jika ingin mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah menjual
SBI dan atau SBPU. Melalui penjualan SBI/SBPU uang yang ada dalam
masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang beredar berkurang. Biasanya
penjualan SBI/SBPU dilakukan bila jumlah uang beredar dianggap sudah
mengganggu stabilitas perekonomian.

Bila pemerintah melihat jumlah uang beredar perlu ditambah, agar


perbankan lebih mampu memberikan kredit yang akan memacu
pertumbuhan ekonomi, maka SBI dan SBPU yang telah dijual dibeli
kembali. Melalui pembelian itu pemerintah mengeluarkan uang sehingga
menambah jumlah uang beredar.

B. Kebijakan Fiskal

Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek pokok kebijakan fiskal dan
faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitasnya.

21
1. Definisi dan Pengertian

Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah


untuk mengelola/mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik
atau diinginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Jadi, kebijakan fiskal mempunyai tujuan yang
sama persis dengan kebijakan moneter. Perbedaannya terletak pada
instrumen kebijakannya. Jika dalam kebijakan moneter pemerintah
mengendalikan jumlah uang beredar, maka dalam kebijakan fiskal
pemerintah mengendalikan penerimaan dan pengeluarannya.

Dalam buku teks teori ekonomi makro, penerimaan pemerintah


diasumsikan berasal dari pajak (tax sehingga notasi yang digunakan untuk
penerimaan pemerintah adalah T. Sedangkan notasi untuk pengeluaran
pemerintah (government expenditure) / seperti yang telah dibahas dalam
bagianbagian sebelumnya, adalah G.

a. Pajak

Dalam bagian ini kita akan memberikan perhatian yang cukup besar
tentang konsep pajak. Tujuannya adalah untuk memperdalam pemahaman
tentang kebijakan fiskal dan pengaruhnya terhadap keseimbangan
perekonomian. Sebab, berbeda dengan pengeluaran pemerintah (G) yang
dapat diasumsikan otonomus, maka pajak tidaklah demikian; Besamya
pajak yang diterima pemerintah dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,
sebaliknya pajak dapat memengaruhi pola laku produksi dan atau
konsumsi.

Secara hukum, pajak dapat didefinisikan sebagai iuran waj ib kepada


pemerintah yang bersifat memaksa dan legal (berdasarkan
undang-undang), sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hukum
(misalnya denda atau kurungan penjara) untuk menindak wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajibannya. Walaupun pajak sifatnya memaksa,
pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membalas jasa secara

22
langsung kepada para pembayar pajak. Pajak dipungut untuk menjalankan
roda pemerintahan.

Secara ekonomi, pajak dapat didefinisikan sebagai pemindahan


sumber daya yang ada di sektor rumah tangga dan perusahaan (dunia
usaha) ke sektor pemerintah melalui mekanisme pemungutan tanpa wajib
memberi balas jasa langsung. Jika pungutan pemerintah sifatnya
memberikan balas jasa langsung, maka pungutan tersebut disebut
retribusi.

Dari definisinya, pajak yang nilainya positif akan menyebabkan


pendapatan riil makin rendah atau harga barang makin mahal. Tetapi jika
nilainya negatif (subsidi), pajak akan meningkatkan pendapatan riil atau
menyebabkan harga output atau Input menjadi lebih murah.

1) Klasifikasi Pajak

Ada beberapa pengklasifikasian pajak yang umumnya digunakan, yaitu


pajak objektif dan pajak subjektif serta pajak langsung dan pajak tidak
langsung.

a) Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi


para wajib pajak. Misalnya, pajak pertambahan nilai (PPN) dikenakan
kepada mereka yang membeli barang dan jasa kena pajak.

B. Politik Anggaran

Dilihat dari perbandingan nilai penerimaan (T) dan pengeluaran (G), politik
anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan
anggaran berimbang. Hasil yang dicapai dari kebijakan fiskal merupakan
interaksi (resultan) dari dampak pajak dan pengeluaran pemerintah
terhadap output keseimbangan.

a. Anggaran Defisit (Deficit Budget)

23
Anggaran tidak berimbang dapat dibedakan lagi menjadi anggaran
defisit (deficit budget) dan anggaran surplus (surplus budget). Anggaran
defisit adalah anggaran yang memang direncanakan untuk defisit, sebab
pengeluaran pemerintah direncanakan lebih besar dari penerimaan
pemerintah (T < G atau G > T). Politik anggaran defisit, biasanya ditempuh
bila pemerintah ingin menstimulir pertumbuhan ekonomi. Hal ini umumnya
dilakukan bila perekonomian berada dalam resesi. Dengan asumsi kondisi
awal anggaran pemerintah adalah anggaran berimban (G = T), bila
pemerintah menempuh anggaran defisit, maka Δ0. Karena ΔG > 0 dan Δ
G> Δ T, maka jika pemerintah menempuh politik anggaran defisit,
pemerintah dianggap memilih kebijakan fiskal ekspansif.

b. Anggaran Surplus (Surplus Budget)

Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah


merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G atau G <
T). Atau dapat juga dikatakan pemerintah menempuh politik anggaran
surplus bila ΔC ΔT, di mana ΔG dan ΔT ≥0. Karena itu juga, politik
anggaran surplus sering diidentikan dengan kebijakan fiskal kontraktif.
Politik anggaran surplus dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap
ekspansi dan terus memanas (overheating). Melalui anggaran surplus
pemerintah mengerem pengeluarannya untuk menurunkan tekanan
permintaan atu mengurangi daya beli dengan menaikkan pajak. Pengaruh
anggaran surplus keseimbangan adalah kebalikan dari pengaruh anggaran
defisit.

c. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)

Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang


direncanakan akan sama dengan penerimaan (G=T dan atau ΔG = ΔT).
Tidak ada ketentuan pokok dalam kondisi ekonomi seperti apa politik
anggaran berimbang ditempuh. Namun bila pemerintah memilih politik
anggaran berimbang, dua hal utama yang ingin dicapai adalah
peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.

24
C. Mekanisme kebijaksanaan fiskal

1. Untuk meningkatkan permintaan agregat pemerintah dapat


mengambil tindakan menaikkan pengeluaran pemerintah dan/atau
melakukan pemotongan pajak. Apabila langkah ini diambil secara tidak
tepat dapat mengakibatkan terjadinya inflasi karena output ekonomi
tidak dapat menemui permintaan agregat. Permasalahan berikutnya
adalah apakah pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya
tanpa menaikkan pajak yang bersifat kontraktif terhadap permintaan
agregat.

2. Untuk menurunkan permintaan agregat pemerintah dapat


melakukannya dengan menurunkan pengeluaran pemerintah
dan/atau menaikkan pajak. Kenaikan pajak secara langsung akan
mempengaruhi pendapatan perorangan yang dapat dibelanjakan
(personal disposable income) yang pada gilirannya akan
mempengaruhi konsumsi perorangan. Oleh karena itu, kena ikan pajak
bersifat kontraktif bagi kegiatan ekonomi. Sebaiknya penurunan pajak
akan meningkatkan

7. Intevensi Pemerintah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan data World Bank mengenai kemiskinan (2015), bahwa


121,76 juta orang atau 46 persen dari total penduduk Indonesia dalam
kondisi miskin dan rentan menjadi miskin. Badan Pusat Statistik (BPS 2015),
dengan perhitungan berbeda dari Bank dunia, mengungkapkan angka
kemiskinan di Indonesia sebesar 35,83 juta orang (15,27 persen). Angka
tersebut diperoleh berdasarkan ukuran garis kemiskinan ditetapkan
sebesar 1,55 dollar AS. Sebagian besar (62,52 persen) penduduk miskin di
Indonesia berada didaerah pesisir dan pedesaan (BPS, 2015).

Pembangunan erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan


masyarakat agar tercipta sebuah kesejahteraan. Dalam mewujudkan

25
sebuah kesejahteraan masyarakat, pemerintah harus juga memperhatikan
masalah kemiskinan, karena kemiskinan merupakan hal yang tidak dapat
dilepaskan dari masalah pemenuhan kebutuhan hidup. Kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dengan kemampuan masyarakat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Permasalahan dalam kemiskinan sangat menjadi
perhatian pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Salah satu faktor
yang menjadi penyebab dalam ketertinggalan dan penghambat dalam
pembangunan suatu bangsa adalah tingginya angka kemiskinan.
Kemiskinan dapat menimbulkan dampak yang bersifat menyebar
(multiplier effects) terhadap tatanan masyarakat secara menyeluruh.
Kemiskinan merupakan muara dari masalah sosial lainnya (Purwanto, dkk.
2013).

Kartasasmita (1996) menyebutkan kebijakan penanggulangan


kemiskinan dapat tertuang dalam tiga arah kebijakan. Pertama, kebijakan
tidak langsung yang diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin
kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan; kedua, kebijakan
langsung yang ditujukan kepada golongan masyarakat berpenghasilan
rendah; dan ketiga, kebijakan khusus yang dimaksudkan untuk
mempersiapkan masyarakat miskin itu sendiri dan aparat yang
bertanggung jawab langsung terhadap kelancaran program dan sekaligus
memacu dan memperluas upaya penanggulangan kemiskinan. Salah satu
program yang menarik untuk dikaji lebih jauh adalah Program Keluarga
Harapan (PKH). Kajian mendesak dilakukan karena program ini didesain
bukan hanya untuk memastikan standar hidup keluarga rumah tangga
sangat miskin tetap terjaga ketika berhadapan dengan economic shock,
tetapi juga diharapkan memberikan ruang lebih leluasa bagi peran
perempuan dalam ekonomi rumah tangga. Secara ideal tiga Program
Keluarga Harapan yang dihadirkan sejak tahun 2007 merupakan program
yang ditujukan untuk mengurangi beban rumah tangga sangat miskin
(RTSM). Program ini merupakan program conditional cash transfer (CCT)
karena berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan

26
dengan melaksanakan kewajibannya. Persyaratan tersebut dapat berupa
kehadiran di fasilitas pendidikan (bagi anak usia sekolah) ataupun
kehadiran di fasilitas kesehatan (bagi anak balita, atau bagi ibu hamil).

Program-program yang dilaksanakan dalam upaya pengentasan


kemiskinan selama ini belum mampu memberikan dampak besar sehingga
sampai saat ini tujuan dari pembangunan nasional terkait dengan masalah
pemerataan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat masih menjadi
masalah yang berkepanjangan. Oleh karena itu dalam rangka
penanggulangan kemiskinan berbasis rumah tangga, Pemerintah
meluncurkan program khusus yang diberi nama Program Keluarga
Harapan (PKH). Menurut Dirjen Bantuan dan Jaminan Sosial (Depsos, 2010)
PKH dirancang untuk membantu penduduk miskin kluster terbawah berupa
bantuan bersyarat. Syarat yang diterapkan dalam program ini merupakan
bentuk intervensi untuk membidik masalah kesejahteraan dan kesenjangan
gender dalam kehidupan sehari-hari. Maka tidak mengherankan apabila
dalam desain program PKH, bantuan dana tunai PKH diberikan kepada ibu
atau perempuan dewasa (nenek, bibi atau kakak perempuan) yang biasa
disebut Pengurus Keluarga. Pemberian dana kepada pengurus keluarga
diyakini akan dapat mendorong efektifitas PKH dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dan kesehatan penerima bantuan.

Namun tidak banyak kajian yang berusaha melihat dampak PKH


terhadap relasi gender (gender impact study). Padahal telah dijelaskan
sebelumnya bahwa program CCT ini secara serius menempatkan
perempuan sebagai subyek penting dalam pengelolaannya di dalam
rumah tangga. Studi awalan tentang intra household gender relation
pernah dilakukan oleh SMERU Research Institute (Arif, dkk, 2011). Kajian ini
menunjukkan bahwa hubungan gender di dalam rumah tangga pasca
menerima bantuan tunai PKH tidak selalu berjalan sebagaimana yang
diharapkan oleh para pembuat kebijakan. Perempuan di pedesaan maupun
perkotaan masih tetap hanya menjadi penyangga suami dalam hal

27
pendapatan keluarga meskipun dapat menentukan alokasi keuangan
keluarga. Peran tradisional masih dominan ada pemisahan wilayah public
privat dan beban ganda perempuan. Laki-laki sebagai penentu besaran
alokasi, sedangkan perempuan sebagai eksekutor. Dengan catatan peluang
perempuan akan lebih dominan apabila memperoleh pendapatan sendiri.
Studi SMERU ditemukan secara umum bahwa PKH bermanfaat untuk
semua pihak dalam rumah tangga meski nilai uang lebih berguna di
pedesaan daripada di perkotaan. Namun bila dilihat dari relasi gender yang
ada, tidak ada perbedaan yang jelas antara rumah tangga penerima dan
non penerima PKH. Perempuan yang menerima uang namun tidak
semuanya paham betul tentang tanggungjawab mereka. Peran tradisional
pun masih berjalan dalam rumah tangga penerima PKH yaitu uang besar
untuk laki-laki, sedangkan uang kecil untuk perempuan dan suami masih
dominan menentukan alokasi. Meskipun kabar baiknya adalah PKH tidak
memicu konflik antara suami dan istri.

A. Konsep Kebijakan Pemerintah

Kebijakan pada hakekatnya terdiri dari tindakan yang saling terkait an


berpola yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan oleh
seseorang. Waluyo Imam Isworo dalam Miriam Budiardjo (1996:229)
menulis bahwa kebijakan (policy) merupakan hasil dari keputusan setelah
melalui pemilihan alternatif yang tersedia dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif.

Bayu Suryaningrat (1989:9) memberikan pengertian kebijakan sebagai


berikut :

 Hal bijaksana, kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman


dan pengetahuan)

 Pimpinan dan cara bertindak (mengenai pemerintahan, perkumpulan


dan sebagainya)

28
 Kecakapan bertindak bila menghadapi orang lain (kesulitan dan
sebagainya).

Selanjutnya pengertian oleh Keinjin yang dikutip oleh Hoogerwerf


(1983:4) mengartikan kebijakan sebagai usaha mencapai tujuan tertentu
dan dalam kurun waktu tertentu. Kebijakan juga adalah jawaban terhadap
satu masalah dan suatu upaya memecahkan, mengurangi, atau mencegah
suatu masalah tertentu yakni tindakan terarah, menurut Darsono dalam
Hoogerwerf (1983:7).

Glasfell dan Kaplan dalam Hoogerwerf (1983:9) memberikan batasan


dari kebijakan, yaitu program mencapai tujuan, nilai-nilai dan
tindakan-tindakan yang terarah. Sedangkan Frederik mengartikan
kebijakan adalah serangkaian tindakan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok, pemerintah, dalam suatu lingkungan tertentu dengan
menunjukkan kesulitan-kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan usulan
kebijaksanaan tersebut dalam mencapai tujuan.

B. Implementasi Kebijakan

Eugene Bardach (2007), mengatakan bahwa penulis yang lebih awal


memberikan perhatian terhadap masalah implementasi ialah Douglas R.
Bunker dalam penyajiannya didepan the American Association for the
Advancement of Science. Pada saat itu disajikan untuk pertama kali secara
konseptual tentang proses implementasi kebijakan sebagai suatu
fenomena sosial politik. Konsep tersebut kemudian semakin marak
dibicarakan seiring dengan banyaknya pakar yang memberikan kontribusi
pemikiran mengenai implementasi kebijakan sebagai salah satu tahap dari
proses kebijakan. Wahab dan beberapa penulis menempatkan tahap
implementasi kebijakan pada posisi yang berbeda, namun pada prinsipnya
setiap kebijakan publik selalu ditindaklanjuti dengan implementasi
kebijakan (Abdul Wahab.s. 2010 : 117).

29
Oleh karena itu, implementasi merupakan tahap yang sangat
menentukan dalam proses kebijakan (Ripley dan Franklin, 1986, Wibawa,
2004: 15). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Edwards III (1984: 1)
bahwa tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan adalah
aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu
kebijakan yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan output
atau outcomes bagi masyarakat.

Tahap implementasi kebijakan dapat dicirikan dan dibedakan dengan


tahap pembuatan kebijakan. Pembuatan kebijakan, di satu sisi merupakan
proses yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses kebijakan diawali
dengan penyampaian aspirasi, permintaan atau dukungan dari masyarakat.
Sedangkan implementasi kebijakan, di sisi lain di dalamnya memiliki logika
top-down, dalam arti penurunan alternatif kebijakan yang abstrak atau
makro menjadi tindakan konkrit atau mikro (Wibawa, 2004 : 2).

Menurut Jones (Suradinata, 2004:43) “ implementasi merupakan


konsep yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha
untuk mencari akan dan apa yang dapat dilakukan ” . Implementasi
mengatur aktivitas yang mengarah kepada penempatan suatu program,
yaitu terdapat tiga aktivitas utama yang paling penting dalam implementasi
kebijakan yang dikemukakan Jones (Suradinata, 2004:44) meliputi :

1. Intrepretasi, yaitu merupakan aktivitas yang menterjemahkan makna


program ke dalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi, yaitu merupakan unit atau wadah untuk menempatkan


program ke dalam dampak.

3. Aplikasi, berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah


dan lain-lain.

Aktivitas fungsional dari sudut organisasi dapat dilihat dari aktor atau
badan yang berperan dalam implementasi program dengan memfokuskan

30
pada peranan birokrasi. Dari sudut intervensi dapat dilihat bahwa
prosesnya dilakukan oleh badan eksekutif, birokrat dan beberapa pihak lain
yang terlibat dalam menyelenggarakan program tertentu.

Grindle (1980:7) menyatakan, implementasi merupakan proses umum


tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Sedangkan Van Meter dan Horn (Wibawa, 1994: 15) menyatakan bahwa
implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang
dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980:7) menambahkan
bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran
telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan
telah disalurkan untuk mencapai sasaran.

Menurut Lane, implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam


dua bagian. Pertama, implementation = F (Intention, Output, Outcome).
Sesuai definisi tersebut, implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari
maksud dan tujuan, hasil sebagai produk dan hasil dari akibat. Kedua,
implementasi merupakan persamaan fungsi dari implementation = F
(Policy, Formator, Implementor, Initiator, Time). Penekanan utama kedua
fungsi ini adalah kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai
dan dilaksanakan oleh implementor dalam kurun waktu tertentu (Sabatier
and Mazmanian, 2006: 21-48).

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan


realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Hal ini sesuai dengan
pandangan Van Meter dan Horn (Grindle, 1980: 6) bahwa tugas
implementasi adalah membangun jaringan yang memungkinkan tujuan
kebijakan publik direalisasikan melalui aktivitas instansi pemerintah yang
melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan (policy stakeholders).

Pengaruh konteks implementasi akan terlihat bahwa setelah kebijakan


tersebut dilaksanakan. Hal itu menunjukkan bahwa proses pelaksanaan
kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dan menentukan dalam

31
proses perumusan atau pembuatan kebijakan selanjutnya. Berhasil atau
tidaknya suatu kebijakan dalam mencapai tujuannya ditentukan dalam
pelaksanaannya.

Pelaksanaan kebijakan dikemukakan Hoogerwerf (1985:17) sebagai


berikut: “Bahwa pelaksanaan kebijaksanaan itu hampir selalu disesuaikan
lagi. Hal ini disebabkan tujuan dirumuskan terlalu umum, saran tidak dapat
diperoleh pada waktunya dan faktor yang dipilih terlalu optimis, semua ini
berdasarkan gambaran situasi yang kurang tepat. Dengan perkataan lain :
pelaksanaan kebijaksanaan di dalam praktek sering menjadi suatu proses
yang berbelit-belit, yang menjurus kepada permulaan baru dari pada
seluruh proses kebijaksanaan atau menjadi buyar sama sekali”.

8. Ekonomi Kesehatan

Ekonomi adalah ilmu untuk membuat pilihan. Sumber daya di alam


terbatas, sedang keinginan (wants) manusia tidak terbatas. Demikian juga
jumlah dokter, perawat, obat-obatan, tempat tidur untuk perawatan inap,
terbatas, sedang permintaan (demand) berbagai sumber daya di sektor
kesehatan meningkat. Karena itu sumber daya kesehatan harus digunakan
dengan efisien dan berkeadilan (equitable).

Sebagai sains, ekonomi dibagi dua bagian: ekonomi positif dan


normatif. Ekonomi positif mempelajari pengguanaan dan alokasi sumber
daya yang efisien.Ekonomi positif mempelajari bagaimana pasar bekerja
dan bagaimana intervensi akan mempengaruhi hasil. Ekonomi normatif
mempelajari penggunaan dan alokasi sumber daya yang keadilan (equity).
Ekonomi normatif mempelajari apa yang seharusnya diproduksi,
sumberdaya apa yang seharusnya digunakan dan bagaimana
mendistribusikan barang.

Terdapat banyak definisi ekonomi kesehatan. Salah satunya


mendefinsikan ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai

32
dan demand sumber daya pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya
pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja definisi hanya
merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi
kesehatan.

Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara


kesehatan dan ekonomi. Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan
sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh:

1. Kesehatan yang buruk seorang menyebabkan biaya bagi orang tersebut


karena menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh
penghasilan, atau bekerja dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik
memungkinkan seorang untuk memenuhi hidup yang lebih produktif.

2. Kesehatan yang buruk individu dapat memberikan dampak dan


ancaman bagi orang lain.

3. Seorang yang terinfeksi penyakit infeksi dapat menular ke orang lain.


Misalnya, AIDS

4. Kepala rumah tangga pencari nafkah yang tidak sehat atau sakit akan
menyebabkan penurunan pendapatan keluarga, makanan dan perumahan
yang buruk bagi keluarga

5. Anggota keluarga yang harus membantu merawat anggota keluarga


yang sakit akan kehilangan waktu untuk mendapatkan penghasilan dari
pekerjaan

6. Pekerja yang memiliki kesehatan buruk akan mengalami menurunan


produktivitas

Jadi pelayanan kesehatan yang lebih baik akan memberikan manfaat


bagi individu dan masyarakat keseluruhan jika membawa kesehatan yang
lebih baik. Status kesehatan penduduk yang baik meningkatkan
produktivitas, meningkatkan pendapatan per kapita, meningkatkan
pertumbuhan ekonomi negara.

33
A. Karateristik Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan berbeda dengan barang dan pelayanan ekonomi


lainya. Pelayanan kesehatan atau pelayanan medis sangat heterogen,
terdiri atas banyak sekali barang dan pelayanan yang bertujuan
memelihara, memperbaiki, memulihkan kesehatan fisik dan jiwa seorang.
Karena sifat yang sangaat heterogen, pelayaanan kesehatan sulit diukur
secara kuantitatif. Beberapa karakteristik khusus pelayanan kesehatan
sebagai berikut (Santerre dan Neun, 2000):

1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan


tidak bisa dinilai oleh panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat,
mendengar, membau, merasakan, mengecap pelayanan kesehatan.

2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara


simultan (bersama). Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi
kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter bedah pada saat yang
sama digunakan oleh pasien.

3. Inventory. Pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan


pada saat dibutuhkan oleh pasien nantinya.

4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima


pasien dari dari seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan
kesehatan yang digunakan antar pasien, bervariasi.

Jadi pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya


pelayanan kesehatan diukur berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter
atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau penggunaan
(jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita).

B. Efisiensi

Efisiensi produktif. Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi produktif


jika memproduksi kuantitats output dengan kuantitas input seminimal
mungkin, atau memproduksi semaksmimal mungkin kuaantitas output

34
dengan kuantiats input yang tersedia (Clewer dan Perkins, 1998). Pada
setting Puskesmas, output tersebut msailnya “jumlah pasien yang diobati”

Efisiensi teknis. Sebuah puskesmas atau RS mencapai efisiensi teknis jika


memproduksi kuantitats output dengan kombinasi biaya seminimal
mungkin, atau memproduksi semaksmimal mungkin kuantitas output
dengan biaya yang tersedia (Clewer dan Perkins, 1998).

Efisiensi alokatif. Efisiensi alokatif terjadi jika, dengan distribusi pendapatan


yang ada di masyarakat, tidak mungkin merealokasikan sumber daya untuk
meningkatkan kesejahteraan seorang (dalam arti kepuasan yang diperoleh
dari mengkonsumsi barang) tanpa menyebabkan kesejahteraan paling
tidak seorang lainnya menjadi lebih buruk. Efisiensi alokatif terjadi jika input
maupun output digunakan sebaik mungkin dalam ekonomi sehingga tidak
mungkin lagi diperoleh perbaikan kesejahteraan.

C. Keadilan

Keadilan (equity) tidak sama dengan kesamaan (equality). Untuk bisa


adil tidak harus semua mendapatkan porsi yang sama.

1. Horizontal equity. “Equal treatment for equaal need/ condition”

2. Vertical equity. “Unequal treatment for unequal need/ condition”, dan “


Health financing based on ability to pay”.

D. Pembiayaan Pelayanan Kesehatan

Uang yang dibayarkan untuk pelayanan kesehatan dapat dibayarkan dalam


empat cara:

Out-of Pocket Payment (OOP). Dengan cara ini pasien membayar langsung
kepada dokter atau pemberi pelayanan kesehatan lainnya untuk pelayanan
kesehatan yang sudah diterima. Aspek positif metode ini, pasien menjadi
lebih menghargai nilai ekonomi dari pelayanan kesehatan yang diterima
sehingga menghindari penggunaan pelayanan kesehatan secara
berlebihan. Aspek negatifnya, pasien dan keluarga akan sangat rentan

35
untuk mengalami pengeluaran bencana (catastrophic expenditure) karena
harus membayar biaya kesehatan yang mahal pada suatu saat ketika sakit,
sehingga bisa menyebabkan pasien dan keluarganya jatuh miskin.

Pajak (Taxation). Pemerintah Inggris menarik pajak umum (general taxatin)


dari warga yang antara lain digunakan untuk membiayai pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh NHS (National Health Services).
Pemerintah Indonesia juga menarik pajak umum. Pemerintah membayar
sebagian dari biaya pelayanan kesehatan pasien yang diberikan pada
fasilitas kesehatan pemerintah, misalnya Puskesmas dan RS pemerintah
pusat maupun daerah. Pasien harus membayar sebagian dari pelayanan
kesehatan yang digunakan, disebut user fee (user charge). Di Indonesia
terdapat skema Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) yang
membebaskan semua biaya pelayanan kesehatan di tingkat primer
maupun sekunder yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah.

Asuransi (Insurance). Sistem asuransi menarik premi yang dibayarkan oleh


individu-individu peserta asuransi. Beberapa negara mengoperasikan
compulsory payroll tax yang bersifat wajib bagi pekerja untuk membayar
asuransi. Masalah yang jelas dari sistem wajib adalah membebankan biaya
pelayanan kesehatan kepada angkatan kerja sehingga dapat memperburuk
ekonomi umum. Asuransi kesehatan bisa diambil oleh masing-masing
individu atau pekerja (seperti di AS), sehingga menyebabkan sebagian
penduduk tidak terasuransi, atau diselenggalarakan melaui skema nasional
untuk semua penduduk (misalnya, Kanada, Belanda).

Sebagian besar negara menggunakan campuran dari metode-metode di


atas. Sebagai contoh, di Indonesia pemerintah menyediakan pelayanan
kesehatan primer dan di Puskesmas dan sekunder di RS pemerintah, tetapi
membiayai hanya sebagian pelayanan kesehatan itu. Sebagian warga
membeli asuransi kesehatan swasta, baik secara individual atau melalui
perusahaan tempat bekerja, sebagian besar warga tidak terasuransi. Di

36
Inggris, NHS membiayai semua pelayanan kesehatan, tetapi sebagian
warga membeli asuransi swasta. AS didominasi oleh asuransi swasta, tetapi
terdapat sistem yang didanai pemerintah untuk warga miskin (Medicaid)
dan usia lanjut (Medicare), dan juga veteran Angkatan Bersenjata AS
(Veterans Administration, disingkat VA).

Medical Saving Account. Medical Saving Account (MSA, personal savings


account) mengharuskan warga menabung uang untuk membiayai
pelayanan keshatannya sendiri. Sejauh ini hanya Singapore yang
menggunakan sistem ini. Sistem ini memproteksi generasi berikutnya dari
biaya-biaya akibat generasi kini.

37

Anda mungkin juga menyukai