DERMATITIS SEBOROIK
Oleh :
Preseptor :
2.1 Definisi
Dermatitis seboroik adalah kelainan kulit papuloskuamoasa dengan
predileksi di daerah kaya kelenjar sebasea, skalp, wajah dan badan. Dermatitis ini
dikaitkan dengan malassezia, terjadi gangguan imunologis mengikuti
kelembaban lingkungan, perubahan cuaca ataupun trauma, dengan penyebaran
lesi dimulai dari derajat ringan, yaitu dari bentuk ketombe sampai dengan
eritroderma.
2.2 Epidemiologi
Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5 % pada populasi
umum. Lesi ditemui pada kelompok remaja, dengan ketombe sebagai bentuk
yang lebih sering dijumpai. Pada kelompok HIV, angka kejadian dermatitis
seboroik lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Sebanyak 36 % pasien HIV
mengalami dermatitis seboroik. Umumnya diawali sejak usia pubertas, dan
memuncak pada umur 40 tahun. Dalam usia lanjut dapat dijumpai bentuk yang
ringan, sedangkan pada bayi dapat terlihat lesi berupa kerak kulit kepala (cradle
cap). Jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.
1
dan diatas 40 tahun. Ini disebabkan karena pada periode tersebut kelanjar sebasea
berada pada fase paling aktif, sehingga lesi dermatitis seboroik muncul terutama
pada daerah-daerah yang kaya akan kelenjar sebasea.
c. Jenis Kelamin
Dermatitis seboroik mengalami peningkatan insiden dua kali lebih sering
pada laki-laki dibandingkan perempuan. Hal ini terkait dengan hormon androgen,
dimana produksi hormon androgen terjadi lebih banyak pada laki-laki sehingga
produksi sebum lebih banyak pada laki-laki akibat peningkatan aktivitas kelenjar
sebasea.
d. Penyakit lain
Dermatitis seboroik juga dikaitkan dengan pasien-pasien yang mengalami
penyakit penyerta lainnya. Insidensi meningkat pada pasien dengan gangguan
neurologi dan psikiatri, seperti parkinsonisme, dyskinesia, trauma otak, cidera
medula spinalis dan depresi. Prevalensi dermatitis seboroik juga meningkat pada
pasien dengan terapi epilepsi dan depresi. Hal ini diduga akibat adanya
peningkatan akumulasi sebum yang disebabkan oleh imobilisasi, anomali
neurotrasmiter dan pengobatan yang digunakan dalam penyakit dasar
2.4 Etiopatogenesis
Penyebab dermatitis seboroik ini belum diketahui secara pasti. Dermatitis
seboroik dikaitkan denngan tiga faktor yaitu, metabolisme mikroba (Malassezia),
peningkatan produksi sebum dan pengaruh kerentanan individu.
a. Metabolisme mikroba
Malassezia merupakan flora normal di kulit yang bersifat lipofilik. Jumlah
Malassezia meningkat pada orang-orang dengan ketombe dan penderita dermatitis
seboroik. Malassezia globosa dan Malassezia restricta adalah jenis Malassezia
yang sering ditemukan pada penderita dermatitis seboroik. Malassezia awalnya
ditemukan pada infundibulum kelenjar sebasea, dimana lemak, sumber energi
tersedia secara bebas. Hal ini mendukung pertumbuhan Malassezia. Dermatitis
seboroik dapat terjadi akibat sekresi lipase dan fosfolipase oleh Malassezia.
Enzim lipase yang disekresikan akan menghidrolisis trigliserida menjadi asam
lemak tersaturasi dan tidak tersaturasi serta gliserol. Malassezia dapat
2
menginduksi reaksi imun melalui pengeluaran sitokin, meliputi Interleukin (IL)-1,
IL-2, IL-4, IL-6, Interferon-γ dan tumor necrosis factor-α, dimana sistem imun
memiliki peran yang besar terhadap mekanisme terjadinya dermatitis seboroik.
Proses ini akan menginduksi terjadinya inflamasi. Asam lemak tersaturasi
berperan dalam proliferasi Malassezia, sedangkan asam lemak tidak tersaturasi
digunakan untuk mengiritasi kulit. Iritasi pada kulit dilakukan dengan merusak
barrier kulit sehingga terjadi proses deskuamasi yang tampak sebagai
pengelupasan kulit pada manifestasi klinis dermatitis seboroik.
b. Peningkatan produksi sebum
Dermatitis seboroik dikaitkan dengan kulit berminyak, walaupun tidak
selalu terjadi peningkatan sebum. Tingginya insiden dermatitis seboroik pada bayi
berhubungan dengan ukuran serta aktivitas dari kelenjar sebasea pada umur
tersebut. Bayi memiliki ukuran kelenjar sebasea yang besar dan sekresi sebum
yang tinggi. Keadaan ini mirip dengan dewasa. Lipid pada permukaan kulit tidak
mengalami kenaikan, tetapi lipid mengalami peningkatan komposisi. Komponen
lipid tersebut adalah kolesterol, trigliserida dan paraffin serta penurunan squalene,
asam lemak bebas dan wax esters. Asam lemak bebas merupakan salah satu
komponen yang berperan dalam proses iritasi kulit pada dermatitis seboroik, yaitu
berupa proliferasi.
c. Kerentanan individu
Pada dermatitis seboroik dan ketombe, terdapat perbedaan kualitas sebum
lipid antara kulit sehat dan kulit berpenyakit, dimana ekspresi dan fungsi
Malassezia bergantung pada fungsi barrier kulit dan kerentanan individu yang
berperan dalam eksaserbasi terhadap kondisi ini. Mekanisme kerentanan individu
terhadap kejadian dermatitis seboroik belum diketahui secara pasti. Kerentanan
individu diduga berkaitan dengan pertahanan barrier dari stratum korneum setiap
individu. Masing-masing individu memiliki kemampuan sawar kulit yang
berbeda-beda dalam mencegah penetrasi asam lemak. Komponen utama dari asam
lemak sebum manusia yaitu asam oleat, dimana asam oleat ini dapat menstimulasi
terjadinya deskuamasi mirip dandruff. Penetrasi dari bahan-bahan sekresi kelenjar
sebasea pada stratum korneum dapat menginduksi terjadinya inflamasi dan
terbentuknya skuama pada kulit kepala. Bahan-bahan tersebut dapat menembus
3
stratum korneum dikarenakan berat molekul yang rendah serta dapat larut di
dalam lemak. Respon imun setiap individu juga memiliki perbedaan dalam
bereaksi terhadap protein dan polisakarida oleh Malassezia.
2.6 Diagnosis
Dermatitis seboroik dapat diketahui dengan jelas melalui temuan klinis.
Diagnosis dermatitis seboroik ditegakkan berdasarkan temuan morfologi eksema
dengan skuama kuning berminyak yang terdapat pada tempat-tempat predileksi.
Beberapa pemeriksaan lain juga dapat dilakukan pada penderita dermatitis
seboroik. Pada kasus-kasus yang sulit dapat dilakukakn pemeriksaan
histopatologi.
4
3) Dermatitis kontak iritan : riwayat kontak misalnya dengan sabun pencuci
wajah atau bahan iritan lainnya untuk perawatan wajah (tretinoin, asam
glikolat, asam alfa hidroksi)
4) Dermatofistosis : perlu pemeriksaan skraping kulit dengan KOH
5) Rosasea : perlu anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lebih teliti.
2.8 Tatalaksana
Pengobatan tidak menyembuhkan secara permanen sehingga terapi
dilakukan berulang saat gejala timbul.
1) Sampo yang mengandung obat anti malassezia, misalnya : selenium
sulfida, zinc pirithione, ketokonazol, berbagai sampo yang mengandung
ter dan solusio terbinafine 1 %.
2) Untuk menghilangkan skuama tebal dan mengurangi jumlah sebum pada
kulit dapat dilakukan dengan mencuci wajah berulang dengan sabun lunak.
Pertumbuhan jamur dapat dikurangi dengan krim imidazol dan
turunannya, bahan antimikotik didaerah lipatan bila ada gejala.
3) Skuama dapat diperlunak dengan krim yang mengandung asam salisilat
atau sulfur.
4) Pengobatan simptmatik dengan kortikosteroid topikal potensi sedang,
imunosupresan topikal (takrolimus dan pimekrolimus) terutama untuk
daerah wajah sebagai pengganti kortikosteroid topikal.
5) Metronidazol topikal, siklopiroksalamin, talkasitol, benzoil peroksida dan
salep litium suksinat 5 %.
6) Pada kasus yang tidak membaik dengan terapi konvensional dapat
digunakan terapi sinar ultraviolet (UVB) atau pemberian itraknazole 100
mg/hari per oral selama 21 hari.
7) Bila tidak membaik dengan semua modalitas terapi, pada dermatitis
seboroik yang luas dapat diberikan prednisolon 30 mg/hari untuk respon
cepat.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
- Nama : Tn. MRT
- Umur : 22 tahun
- Tempat/tanggal lahir : Bengkulu/27 Agustus 1997
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Pekerjaan : Mahasiswa/Dokter Muda
- Alamat : Jln. Sawahan No. 4, Padang
- Status Perkawinan : Belum Menikah
- Agama : Islam
- Nama Ibu Kandung : Ny. R
- Suku : Minang
- No. Hp : 081261xxxxxx
- Tanggal Pemeriksaan :10 Desember 2019
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki, Tn. MRT berusia 22 tahun datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 10 Desember 2019,
dengan :
Keluhan Utama
Bercak bersisik di kepala yang terasa gatal
6
- Riwayat penggunaan handuk bersama tidak ada.
- Pasien sudah pernah menggunakan obat shampo selenium sulfida 10 %
pada 6 bulan yang lalu, dan ketokonazol shampo 8 % 2 bulan yang
lalu. Ketokonazol shampo terkahir digunakan 3 minggu yang lalu.
Obat tersebut rutin digunakan dua hari sekali, dan keluhan gatal terasa
berkurang saat menggunakan obat tesebut. Setelah berhenti pemakaian
saat 3 minggu yang lalu, keluhan gatal muncul kembali dan timbul
bercak bersisik yang semakin banyak.
Riwayat Atopi
- Riwayat bersin-bersin di pagi hari tidak ada
- Riwayat alergi makanan disangkal
- Riwayat mata merah dan gatal disangkal
- Riwayat alergi obat disangkal.
- Riwayat asmaa disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
- Keadaan Umum : Tidak tampak sakit
- Kesadaran Umum : Komposmentis kooperatif
- Tekanan Darah : Diharapkan dalam batas normal
- Nadi : Diharapkan dalam batas normal
- Nafas : Diharapkan dalam batas normal
- Suhu : Diharapkan dalam batas normal
- Berat Badan : 66 kg
- Tinggi Badan : 160 cm
7
- IMT : 25,78 kg/m2
- Status Gizi : Overweight
- Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Kuku : tidak ditemukan kelainan
Status Dermatologikus
- Lokasi : kepala
- Distribusi : terlokalisir
- Bentuk : bulat-tidak khas
- Susunan : tidak khas
- Batas : tegas-tidak tegas
- Ukuran : numular-plakat
- Efloresensi : plak eritem dengan skuama putih kasar
GAMBARAN KLINIS
8
9
Status Venerologikus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan Selaput Lendir : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelainan Kuku : Tidak ditemukan kelainan
Kelainan Rambut : Tidak ditemukan kelainan
Kelenjar Getah Bening : Tidak ditemukan pembesaran KGB
RESUME
Seorang pasien laki-laki, Tn. MRT berusia 22 tahun datang ke Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP.Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 10 Desember 2019,
dengan keluhan utama bercak bersisik di kepala yang terasa gatal. Bercak
berisisik di kepala yang terasa gatal sejak 6 bulan yang lalu. Awalnya muncul
bercak bersisik yang berukuran kecil di belakang kepala, kemudian semakin lama
menyebar hampir ke seluruh bagian kepala. Bercak teresebut terasa gatal terutama
saat pasien berkeringat. Perubahan warna rambut tidak ada, rambut rontok tidak
ada. Pasien memiliki kebiasaan menggunakan helm saat rambut basah. Pasien
rutin keramas dua kali sehari. Tidak ada riwayat sering mengganti shampo.
10
Riwayat penggunaan handuk bersama tidak ada. Pasien sudah pernah
menggunakan obat shampo selenium sulfida 10 % pada 6 bulan yang lalu, dan
ketokonazol shampo 8 % 2 bulan yang lalu. Ketokonazol shampo terkahir
digunakan 3 minggu yang lalu. Obat tersebut rutin digunakan dua hari sekali, dan
keluhan gatal terasa berkurang saat menggunakan obat tesebut. Setelah berhenti
pemakaian saat 3 minggu yang lalu, keluhan gatal muncul kembali dan timbul
bercak bersisik yang semakin banyak.
DIAGNOSIS KERJA
Tinea Kapitis
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Seboroik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rutin
- Pemeriksaan KOH
Kerokan kulit kepala: tidak di temukan hifa
- Wood’s lamp
Fluoresensi : negatif
Pemeriksaan Anjuran
- Kultur jamur
DIAGNOSIS
Dermatitis Seboroik
11
PENATALAKSANAN
Umum
Khusus
RESEP
S.1.d.d Tab 1
Pro : MRT
Umur : 22 th
Alamat : Jl. Sawahan, Padang
12
PROGNOSIS
- Quo Ad Sanam : Bonam
- Quo Ad Vitam : Bonam
- Quo Ad Kosmetikum : Bonam
- Quo Ad Functionam : Bonam
13