Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang


menyerang bayi dan juga orang dewasa, sering ditemukan pada bagian tubuh
dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang aktif.

Pravelensi dermatitis seboroik adalah 3%-5% pada orang dewasa muda dan
1%-5% dari populasi umum walaupun insidensi seumur hidup sangat tinggi.

Pravelensi tertinggi di temukan pada usia dekade ke-4 sampai 7 dan pada 3
bulan pertama kehidupan yang menghilang pada usia 6 sampai 12 bulan dalam
bentuk dermatitis seboroik infantil.

Etiologi dan patogenesis dari dermatitis seboroik belum diketahui dengan


pasti tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malessezia, kelainan
imunologi, aktivitas sebaseus dan kerentanan pasien.

Dermatitis seboroik merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering pada
pasien human immunodeficiensy virus (HIV) dan acquired immunodeficiensy
syndrome (AIDS), kelainan neurologi seperti penyakit parkinson, pada bayi
prematur dan pasien yang menderita gagal jantung bawaan.

Penatalaksanaan pada dermatitis seboroik bertujuan untuk mengontrol


penyakit karena dermatitis seboroik ini bersifat kronis dan sering mengalami
kekambuhan. Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat
antiinflamasi, obat imunomodulator, anti jamur, keratolik dan obat alternatif.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut :


1. Bagaimana definisi Dermatitis Seboroik ?
2. Bagaimana etiologi Dermatitis Seboroik ?
3. Bagaimana patofisiologi Dermatitis Seboroik ?
4. Bagaimana epidemiologi Dermatitis Seboroik ?
5. Bagaimana manifestasi klinis Dermatitis Seboroik ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik Dermatitis Seboroik ?
7. Bagaimana penatalaksanaan Dermatitis Seboroik ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan Dermatitis Seboroik ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan sebagai berikut :


1. Untuk mengetahui dan memahami definisi Dermatitis Seboroik.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Dermatitis Seboroik.
3. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Dermatitis Seboroik.
4. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi Dermatitis Seboroik.
5. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Dermatitis Seboroik.
6. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik Dermatitis
Seboroik.
7. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan Dermatitis Seboroik.
8. Untuk mengetahui danmemahami asuhan keperawatan Dermatitis Seboroik.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Dermatitis Seboroik

Dermatitis seboroik merupakan infeksi oportunistik HIV & AIDS. Sering


timbul pada HIV stadium 2, 3 dan bertambah parah pada stadium 4. Dermatitis
seboroik adalah penyakit kulit dengan keradangan superfisial kronis yamg
mengalami remisi dan ekaserbasi dengan area seboroik sebagai tempat predileksi.
Area seboroik adalah bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebase
(kelenjar minyak), yaitu: daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran
telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata, glabella,
lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas (daerah presternum, daerah
interskapula, areolla mammae) dan daerah lipatan (ketiak, lipatan di bawah
mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital dan lipatan).

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang


menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan
konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala,
telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).

Dermatitis seboroik adalah dermatosis populosquamous kronis umum yang


mudah dikenali. Penyakit ini dapat timbul pada bayi dan dewasa dan seringkali
dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (sebaseus atau seborrhea) kulit
kepala dan daerah folikel kaya sebaseus pada wajah dan leher. Kulit yang terkena
berwarna merah muda, bengkak dan ditutupi dengan sisik berwarna kuning-
coklat dan krusta (Fitzpatrick, 2010).

2.2 Etiologi

Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum
diketahui secara pasti. Namun ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya

3
dermatitis seboroik, yaitu aktivitas kelenjar sebaseus, peran mikroorganisme dan
kerentanan individu (De Angelis dkk., 2005; Fitzpatrick, 2010).

1. Aktivitas Kelenjar Sebaseus (Seborrhea)

Kelenjar sebaseus terbentuk pada minggu ke-13 sampai minggu ke-16


dari kehamilan. Kelenjar sebaseus menempel pada folikel rambut,
mensekresikan sebun ke kanal folikel dan ke permukaan kulit. Kelenjar
sebaseus berhubungan dengan folikel rambut di seluruh tubuh, hanya pada
telapak tangan dan telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut dimana
kelenjar sebaseus sama sekali tidak ada. Kelenjar sebaseus yang terbesar
dan paling padat keberadaannya ada di wajah dan kulit kepala. Rambut yang
berhubungan dengan kelenjar sebaseus yang ukurannya besar, sering
memiliki ukuran yang kecil. Terkadang pada daerah tersebut, tidak di sebut
dengan folikel rambut, tapi disebut dengan folikel sebaseus. Kelenjar
sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses didintegrasi
sel, sebuah proses yang dikenal dengan holokrin. Aktivitas metabolik sel
dalam kelenjar sebaseus bergantung status deferensiasi. Sel bagian luar
terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil, berinti dan tidak mengandung
lipid. Lapisan ini mengandung sel yang terus membelah mengisi kelenjar
sebagai sel yang dilepaskan pada proses ekskresi lipid. Selama sel ini
bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai menghasilkan lipid dan
membesar mengandung banyak lipid sehingga inti dan struktur sel lain
hancur. Sel ini mendekati duktus sebaseus, sehingga sel akan mengalami
desintedrasi dan melepaskan isi. Sebum adalah cairan kuning yang terdiri
dari trigliserid, asam lemak, wax ester, sterol ester, kolesterol dan squalene.
Saat disekresi. Komposisi sebelum terdiri dari trigliserid dan ester yang di
pecah menjadi diglised, monogliserid dan asam lemak bebas oleh mikroba
komensal kulit dan enzim lipase. Sebum manusia mengandung asam lemak
jenuh dan tidak jenuh, dengan kandungan asam lemak tidak jenuh yang
lebih tinggi. Belum diketahui secara pasti apa fungsi sebum, namun di duga

4
sebum mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit sehingga kulit tetap
halus dan lembut (Fitzpatrick, 2010).

Kelenjar sebaseus mempunyai reseptor dehidroepiandrosteron sulfas


(DHEAS) yang juga berperan dalam aktivitas kelenjar sebaseus. Level
DHEAS tinggi pada bayi baru lahir, rendah pada anak usia 2-4 tahun dan
mulai tinggi pada saat ekskresi sebum mulai meningkat (Layton, 2010).

Seborrhea merupakan faktor predisposisi dermatitis seboroik, namun


tidak selalu didapatkan peningkatan produksi sebum pada pasien. Dermatitis
seboroik lebih sering terjadi pada kulit dengan kelenjar sebaseus aktif dan
berhubungan dengan produksi sebum. Insiden dermatitis seboroik juga
tinggi pada bayi baru lahir karena kelenjar sebaseus yang aktif yang
dipengaruhi oleh hormon androgen maternal dan jumlah sebum menurun
sampai pubertas (Fitzpatrick, 2010).

2. Efek Mikroba

Unna dan Sabouraud, adalah yang pertama menggambarkan penyakit


dermatitis seboroik melibatkan bakteri, jamur atau keduanya. Hipotesis ini
kurang didukung, meskipun bakteri dan jamur dapat diisolasi dalam jumlah
besar dari situs kulit yang terkena.

Malassezia merupakan jamur yang bersifat lipofilik dan jarang


ditemukan pada manusia. Peranan malassezia sebagai faktor etiologi
dermatitis seboroik masih diperdebatkan. Dermatitis seboroik hanya terjadi
pada daerah yang banyak lipid sebaseusnya, lipid sebaseus merupakan
sumber makanan malassezia. Malassezia bersifat komensalpada bagian
tubuh yang banyak lipid. Lipid sebaseus tidak dapat berdiri sendiri karena
mereka saling berkaitan dalam menyebabkan dermatitis seboroik (Schwartz,
2007; Fitzpartick, 2010).

3. Kerentanan Individu

5
Kerentanan atau sensitivitas individu berhubungan dengan respon
pejamu abnormal dan tidak berhubungan dengan Malessezia. Kerentanan
pada pasien dermatitis seboroik disebabkan berbedanya kemampuan sawar
kulit untuk mencegah asam lemak untuk penetrasi. Asam oleat yang
merupakan komponen utama dari asam lemak sebum manusia dapat
menstimulasi deskuamasi mirip dandruff. Penetrasi bahan dari sekresi
kelenjar sebaseus pada stratum korneum akan menurunkan fungsi dari sawar
kulit, dan akan menyebabkan inflamasi serta squama pada kulit kepala. Hasil
metabolit ini dapat menembus stratum korneum karena berat molekulnya
yang cukup rendah (,1-2kDa) dan larut dalam lemak (Gemmer, 2005).

Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik

Faktor Resiko Deskripsi

Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan


dengan penyebaran kelenjar sebaseus,
dengan sebum yang berlebihan dijumpai
pada skalp, lipatan nasolabial, dada, alis
mata dan telinga sering dijumpai pada
remaja dan dewasa muda (ketika kelenjar
sebaseus lebih aktif).

Penyakit penyerta Penyakit parkinson

Kelumpuhan saraf kranial

Parlisis batang tubuh

Gangguan emosional

HIV/AIDS

6
Kanker

Pankreatitis alkoholik

Down syndrome

Faktor imunologi Penurunan sel T helper

Penurunan Phytohemogglutinin stimulasi


concanavalin A

Penurunan titer antibodi

Gaya hidup Nutrisi yang buruk

Higiene yang buruk

2.3 Patofisiologi

Sabun, deteregen, zat kimia Alergen s.sensitizen

Iritan primer Sel langerhans & makrofag

Mengiritasi kulit Kerusakan Sel T


integritas kulit
Peradangan kulit (lesi) Sensitisasi sel T oleh saluran limfe
terpajan ulang

Sel efektor
mengeluarkan
Resiko Nyeri Gangguan citra
infeksi tubuh limfokin

Gejala klinis
gatal, panas,
kemerahan
Gangguan
pola tidur

7
2.4 Epidemiologi

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum menyerang


sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, dimana 3-5% pasien terdiri dari
orang dewasa muda. Data di rumah sakit Cipto Mangkusumo tahun 2000 sampai
2002 menunjukkan insideni rata-rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari
jumlah kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5: 1.

Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir
hingga usia tiga bulan dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60
tahun. Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur
dan dapat mengenai semua ras.

Pravelensi dermatitis seboroik pada individu positif HIV berkisar dari 20-
83%. Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit
parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi dan
pasien parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam
dermatitis seboroik.

Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi
dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat
sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia kejadian dermatitis
seboroik pada bayi, tetapi gangguan ini umum. Penyakit pada orang dewasa
diyakini lebih umum daripada psoriasis. Penyakit ini mempengaruhi setidaknya
3-5% dari populasi di Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada wanita
pada semua kelompok umur. Dermatitis seboroik ditemukan pada 85% pasien
dengan infeksi HIV. Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien yang
menderita parkinson karena produksi sebelumnya meningkat (Fitzpatrick, 2010).

2.5 Manifestasi Klinis

Gambaran khas dermatitis seboroik adalah eritema dengan warna kemerahan


dan ditutupi dengan sisik berminyak besar yang dapat dilepaskan dengan mudah.

8
Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe) sampai sisik
berminyak dengan eritema (Gambar 1.A). Pada wajah, penyakit ini sering
mengenai bagian medial alis, yaitu glabella (Gambar 1.B), lipatan nasolabial
(Gambar 1.C), concha dari daun telinga dan daerah retroauricular (Gambar 1.D).
Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan eritema sampai sisik halus
(Gambar 1.E). Pria dengan jenggot, kumis atau jambang, lesi mungkin
melibatkan daerah yang ditumbuhi rambut (Gambar 1.F), dan lesi hilang jika
daerah tersebut di cukur. Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang
bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan merah gelap di
tepi (Gambar 1.G). Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat menyebar dengan
pertanda inflamasi (Gambar1.H).

9
2.5.1 Gambaran Klinis

Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan


sisik-sisik yang berminyak. Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang
kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis mata,

10
glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan
sela paha.

Pasien sering mengeluh rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada
liang telinga. Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan
membentuk batas eritema bersisik yang disebut corona seborrheica.

Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan
tipe pitiriasiform.

Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler


merah hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang mirip
bentuk mahkota bunga.

Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis


seboroik petaloid. Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti garis-
garis kulit yang mirip pityriasis rosea.

Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang


gambarannya seperti dermatitis kronis.

Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis


dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.
Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit. Varian
serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic
erythroderma).

Pada bayi (usia 2 minggu-10 minggu)

1. Pada kepala (daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle cap,
dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan kurang/tidak gatal.

11
2. Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang
tertutup dengan skuama berminyak, kurang/tidak gatal.

A. Pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun, dapat pada
usia tua)

1. Umumnya gatal

2. Pada area seboroik, berupa makula atau plakat, folikular, perifokular


atau papula, kemerahan atau kekuningan dengan derajat ringan sampai
berat, inflamasi, skuama dan krusta tipis sampai tebal yang kering, basah
atau berminyak.

3. Bersifat kronis dan mudah kambuh, sering berkaitan dengan kelelahan,


stres atau paparan sinar matahari.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi

2.7 Penatalaksanaan

Terapi farmakologis meliputi:

a. Preparat anti fungi untuk menurunkan kolonisasi yeast yang bersifat


lipofilik

12
b. Preparat anti inflamasi

Terapi

a. Skuama melekat dan tebal pada bayi: minyak mineral hangat, dibiarkan
8-12 jam, skuama dilepas dengan sikat halus, lalu dilanjutkan dengan
shampoo yang tebal.

b. Shampoo anti dandruff yang mengandung: selenium sulfid 2,5%, atau


pyrithion zinc 1-2 %, atau ketokonasol 2% yang diberikan setiap hari
atau selang sehari.

c. Untuk skuama yang tebal dan difus:

- Minyak mineral hangat/olium olivarum dilanjutkan dengan


shampoo tar.

- Kombinasi coal tar dan keratolotik.

- Losio kortikosteroid 1-3 kali sehari, atau salep asidum salisilikum 5.

d. Krem hidrokortison 1% dapat ditambahkan 1-2 kali sehari untuk


menekan eritema dan gatal.

Obat sistemik

a. Tablet kortikosteroid (prednison atau dektametason)

Dosis 2-3 kali 2 tablet sampai keadaan mambaik, lalu dosis diturunkan
secara bertahap.

b. Tablet ketokonasol (kemasan 200 mg)

Dosis 1 kali 1 tablet selama 3 minggu

13
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas pasien.

a. Keluhan utama

Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang:

Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.

2. Riwayat penyakit dahulu:

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.

3. Riwayat penyakit keluarga:

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.

Pemeriksaan fisik

a. Subjektif:

Gatal

b. Objektif:

14
- Sakuama kering basah atau kasar

- Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi

- (yang sering di temui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang
telinga, lipatan mamae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum).

- Kerontokan rambut

1. pola eliminasi

√ Sering berkeringat

√ Tanyakan pola berkemih dan bowel

2. Pola aktivitas dan latihan

√ Pemenuhan sehari-hari terganggu

√ Kelemahan umum, malaise

√ Toleransi terhadap aktivitas rendah.

√ Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.

√ Perubahan pola nafas saat melakukan aktivitas.

3. Pola tidur dan istirahat

√ Kesulitan tidur pada malam hari karena setres.

√ Mimpi buruk.

4. Pola persepsi kognitif

√ Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.

√ Pengetahuan akan penyakitnya.

15
5. Pola persepsi dan konsep diri

√ Perasaan tidak percaya diri atau minder.

√ Perasaan terisolasi.

6. Pola hubungan dengan sesama

√ Hidup sendiri atau berkeluarga.

√ Frekuensi interaksi berkurang.

√ Perubahan kapasitas fisik untuk melakukan peran.

7. Pola reproduksi seksualitas

√ Gangguan pemenuhan kebutuhan biologi dengan pasangan.

√ Penggunaan obat kb mempengaruhi hormon.

8. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap setres

√ Emosi tidak stabil.

√ Ansietas, takut akan penyakitnya.

√ Disorientasi, gelisah.

9. Pola sistem kepercayaan

√ Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah.

√ Agama yang dianut.

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

16
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan minimnya
pengetahuan terhadap penyakit.

Intervensi dan Implementasi

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.

Tujuan: kulit klien dapat kembali normal.

Kriteria hasil:

1. klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukkan,
penyembuhan area kulit yang telah rusak.

Intervensi:

1. mandi paling tidak sekali sehari selama 15-20 menit. Segera oleskan
salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering
jika tanda dan gejala meningkat.

Rasional: dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit.


Pengolesan krim pelembab selama 2-4 menit setelah mandi untuk
mencegah penguapan air dari kulit.

2. Gunakan air hangat jangan panas.

Rasional: air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan


pruritus.

3. Gunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit


sensitif.

17
Rasional: sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan
alkalin dan tidak membuat kulit kering.

4. Oleskan atau berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2/3 kali
perhari.

Rasional: salep atau krim akan melembabkan kulit.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

Tujuan: klien bisa beristirahat tanpa adanya pruritus.

Kriteria hasil:

1. Mencapai tidur yang nyenyak

2. Melaporkan gatal mereda

3. Mempertahankan kondisi lingkungan yag tepat

4. Menghindari konsumsi kafein

5. Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.

6. Mengenali pola istirhat atu tidur yang memuaskan

Intervensi :

1. nasehati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi
dan kelembapan yang baik.

Rasional: udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan


yang nyaman meningkatkan relaksasi.

2. Menjaga agar kulit selalu lembab.

Rasional: tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

18
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

Rasional: kafein memiliki efek puncak 2-4jam setelah dikonsumsi.

4. Melaksanakan gerak badan secara teratur.

Rasional ; memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan disore


hari.

5. Mengerjakan hal ritual menjelang tidur

Rasional : memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan


tertidur.

Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan minimnya


pengetahuan terhadap penyakit.

Tujuan : terapi dapat dipahami dan dijalankan.

Kriteria hasil :

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

3. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutaan basah sesuai program.

4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

5. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

Intervensi :

1. Kaji apakah klien memahami dan mengerti tentang penyakitnya.

Rasional : memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.

2. Jaga agar klien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan


konsepsi atau informasi.

19
Rasioanal : klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,
kebanyakan klien merasakan manfaat.

3. Peragakan penerapan terapi seperti, mandi dan penggunaan obat-obatan


lainnya

Rasional : memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.

4. Nasehati klien agar selalu menjaga hygiene pribadi juga lingkungan

Rasional : dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuka kambuh kembali

Evaluasi

Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup:

1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.

2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.

3. Melaksanakan mandi, pembersihan, dan balutan basah sesuai program.

4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

5. Memehami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit.

20
BAB III

APLIKASI TEORI

3.1 Kasus

Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun mengeluh kulit kepala bagian belakang
seperti ada luka berwarna putih dan kadang-kadang gatal sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien sering menggaruk-garuk jika gatal. Gatal terutama dirasakan pada saat
beraktivitas atau berkeringat. Kemudian mulai timbul seperti luka berwarna putih
yang semakin meluas pada kulit kepala. Pasien berkeramas dengan shampoo setiap 1-
2 hari sekali, tetapi masih tetap gatal. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Pasien punya riwayat penyakit kulit yang lain, kaki penderita sering gatal-gatal sejak
kecil. Dari pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status dermatologi
makula eritemotosa numular batas tidak tegas dengan skuama kasar berwarna putih
regional pada kulit kepala bagian belakang.

PENGKAJIAN

Identitas Pasien

Nama : An.X

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 13 tahun

Status perkawinan : belum kawin

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

21
Pendidikan terakhir : -

Alamat : Jl. X desa X

Tanggal MRS : 05 Oktober 2015

Tanggal pengkajian : 05 Oktober 2015

No Register : 04107xx

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. Y
Umur : 39 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : Wirawasta
Alamat : Jl. X desa X

Diagnosa medis

Dermatitis Seboroik

A. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): Klien mengatakan gatal dirasakan
pada saat beraktivitas atau berkeringat.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan gatalnya kemudian mulai timbul seperti luka berwarna


putih yang semakin meluas pada kulit kepala.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya mempunyai riwayat penyakit kulit yang lain,


kaki klien sering gatal sejak kecil.

22
d. Riwayat Keluarga

Klien mengatakan keluarga tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

e. Riwayat Pekerjaan: -

f. Riwayat Geografi: -

g. Riwayat Sosial: -

h. Riwayat Merokok

Klien mengatakan tidak merokok

i. Riwayat Lingkukan Pekerjaan: -

j. Kebiasaan Sehari-hari (aktivitas):

Pasien mengatakan berkeramas dengan shampoo setiap 1-2 hari sekali, tetapi
masih tetap gatal.

B. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umumu: kesadaran Compos Metis (CM)

b. B1 (Breathing): klien tidak terlihat sesak RR=18x/menit

c. B2 (Blood): TD: 120/80 mmHg, N: 80/menit

d. B3 (Brain):

Kesadaran umum compos metis, klien merasakan gatal.

e. B4 (Bladder):-

f. B5 (Bowel): -

g. B6 (Bone): -

23
C. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan penunjang :
c) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
d) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
c) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
d) Urin : pemerikasaan histopatologi
D. Asuhan Keperawatan
Analisa Data

Data Problem Etiologi

Ds: klien mengatakan kulit Gangguan integritas kulit Kekeringan pada kulit
kepalanya gatal. kepala

Do: ada luka berwarna


putih yang semakin
meluas pada kulit kepala.

Ds: klien mengatakan Gangguan pola tidur Pruritas (gatal)


sering menggaruk-garuk
kepala saat gatal

Do: klien tampak


mengantuk karna setiap
malam kepalanya sering
gatal.

Ds: klien mengatakan Kurangnya pengetahuan Minimnya pengetahuan


kurang mengetahui tentang tentang penyakit tentang penyakit

24
penyakitnya.

Do: klien terlihat


kebingungan dan merasa
cemas

E. DIAGNOSA

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan minimnya


pengetahuan terhadap penyakit.

D. INTERVENSI

No. Tujuan Rencana Keperawatan Rasional


Dx

1. Setelah dilakukan 1. mandi paling tidak 1.dengan mandi air


tindakan 2x24 jam: sekali sehari selama 15-20 akan meresap dalam
menit. Segera oleskan saturasi kulit.
1. kulit klien dapat
salep atau krim yang telah Pengolesan krim
kembali normal
diresepkan setelah mandi. pelembab selama 2-4
Kriteria hasil: Mandi lebih sering jika menit setelah mandi
tanda dan gejala untuk mencegah
1.Klien akan
meningkat. penguapan air dari
mempertahankan kulit
kulit.
agar mempunyai hidrasi 2. Gunakan air hangat
yang baik dan turunnya jangan panas. 2.Air panas
peradangan. menyebabkan
3. Gunakan sabun yang
vasodilatasi yang

25
2.Tidak ada lekuk atau mengandung pelembab akan meningkatkan
maserasi pada kulit. atau sabun untuk kulit pruritus.
sensitif.
3.sabun yang
4. Oleskan atau berikan mengandung
salep atau krim yang telah pelembab lebih
diresepkan 2/3 kali perhari sedikit kandungan
alkalin dan tidak
membuat kulit
kering.

4.salep atau krim


akan melembabkan
kulit.

2. Setelah dilakukan 1. nasehati klien untuk 1. udara yang kering


tindakan 3x24 jam: menjaga kamar tidur agar membuat kulit terasa
tetap memiliki ventilasi gatal, lingkungan
1. salep atau krim akan
dan kelembapan yang yang nyaman
melembabkan kulit.
baik. meningkatkan
Kriteria hasil: relaksasi.
2. Menjaga agar kulit
1.Mencapai tidur yang selalu lembab. 2. tindakan ini
nyenyak mencegah
3. Menghindari minuman
kehilangan air, kulit
2.Melaporkan gatal yang mengandung kafein
yang kering dan
mereda menjelang tidur.
gatal biasanya
3.Mempertahankan 4. Melaksanakan gerak tidak dapat
kondisi lingkungan yag badan secara teratur disembuhkan tetapi
tepat bisa dikendalikan.
5. Mengerjakan hal ritual

26
4.Menghindari konsumsi menjelang tidur 3. kafein memiliki
kafein efek puncak 2-4jam
setelah dikonsumsi.
5.Mengenali tindakan
untuk meningkatkan 4. Memberikan efek
tidur. menguntungkan bila
dilaksanakan disore
6.Mengenali pola istirhat
hari.
atu tidur yang
memuaskan 5. Memudahkan
peralihan diri
keadaan terjaga ke
keadaan tertidur.

3. Setelah dilakukan 1. Berikan informasi 1. Agar klien dapat


tindakan keperawatan kepada klien dan keluarga mengetahui tindakan
1x24 jam : tentang tindakan seperti apa
penyakitnya penyakitnya
1. Wawasan pengetahuan
klien semakin luas. 2. Berikan bimbingan dan 2. Agar klien dapat
pengalaman belajar untuk beradaptasi atau
Kriteria Hasil :
memfasilitasi adaptasi bersosialisasi secara
1. Klien merasa tenang. secara sadar perilaku yang sadar perilaku yang
kondusif untuk kesehatan kondusif untuk
Klien dapat mengerti
individu, keluarga, kesehatannya.
tindakan apa yang harus
kelompok, atau komunitas.
di lakukan ketika terjadi 3. Agar klien dapat
kecelakaan. 3. Rencakan interaksi mengerti tentang
dengan pasien dengan cara bagaimana
yang tidak menghakimi menangani
untuk memfasilitasi penyakitnya
pembelajaran.

27
IMPLEMENTASI

No Tgl/ Tindakan Keperawatan Respon Paraf


Dx Jam

1 1. mandi paling tidak sekali 1. Klien merasakan


sehari selama 15-20 menit. segar dan nyaman
ketika sudah mandi
2. Gunakan air hangat jangan
panas. 2. Gatal klien mulai
berkurang dengan
3. Mandi menggunakan sabun
mandi menggunakan air
yang mengandung pelembab
hangat
atau sabun untuk kulit sensitif.
3. Klien merasa
4. mengoleskan atau berikan
kulitnya sudah tidak
salep atau krim yang telah
kering lagi
diresepkan 2/3 kali perhari
4. Kulit klien lebih
membaik

2 1. menasehati klien untuk 1. Klien mulai menjaga


menjaga kamar tidur agar tetap kebersihan tempat
memiliki ventilasi dan tidurnya
kelembapan yang baik.
2. Klien mengurangi
2. Menghindari minuman yang meminum minuman
mengandung kafein menjelang mengandung kafein
tidur.
3. Klien mulai
3. Melaksanakan gerak badan melakukan gerakan

28
secara teratur badan setiap hari

3 1. Berikan informasi kepada 1. Klien tampak


klien dan keluarga tentang memahami informasi
tindakan penyakitnya yang diberikan oleh
tenanga kesehatan
2. Berikan bimbingan dan
pengalaman belajar untuk 2. Klien antusias saat
memfasilitasi adaptasi secara diberikan bimbingan
sadar perilaku yang kondusif mengenai penyakitnya

3. Rencakan interaksi dengan 3. Klien saat kooperatif


pasien dengan cara yang baik saat melakukan
interaksi dengan tenaga
medis

29
EVALUASI

No Tgl/ Evaluasi Paraf


DX jam

1. S: klien mengatakan gatalnya sudah mulai berkurang

O: kulit kepala klien tampak lebih membaik dari pada


saat datang ke rs

A: masalah teratasi

P: tindakan 4 dilanjutkan

2 S : klien mengatakan tidur malamnya sudah mulai


nyenyak

O : klien sudah bisa tidur 7jam sehari

A : masalah teratasi

P : tindakan 3 dilanjutkan

3 S : klien mengatakan sudah sedikit memahami tentang


penyakitnya

O : klien klien tampak sudah tidak bingung untuk


menangani penyakitnya

A : masalah teratasi

P : tindakan 2 dilanjutkan

30
BAB IV

PEMBAHASAN

Dermatitis seboroik merupakan infeksi oportunistik HIV & AIDS. Sering timbul
pada HIV stadium 2, 3 dan bertambah parah pada stadium 4. Dermatitis seboroik
adalah penyakit kulit dengan keradangan superfisial kronis yamg mengalami remisi
dan ekaserbasi dengan area seboroik sebagai tempat predileksi. Area seboroik adalah
bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebase (kelenjar minyak), yaitu: daerah
kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga),
wajah (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas
(daerah presternum, daerah interskapula, areolla mammae) dan daerah lipatan (ketiak,
lipatan di bawah mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital dan lipatan).
Dalam kasus klien sering menggaruk-garuk jika gatal dan gatal terutama dirasakan
pada saat beraktivitas atau berkeringat dan timbul seperti luka berwarna putih yang
semakin meluas pada kulit kepala.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis seboroik ada banyak cara
dalam kasus pemeriksaan yang paling di utamakan adalah laboratorium yaitu
pemeriksaan darah, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah Hb, leukosit,
trombosit, elektrolit, total protein, albumin dan globulin.

Diagnosa keperawatan untuk penderita dermatitis seboroik antara lain: gangguan


integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit kepala, gangguan pola
tidur berhubungan dengan pruritas (gatal), kurangnya pengetahuan tentang penyakit
berhubungan dengan minimnya pengetahuan tentang penyakit.

Tindakan yang diberikan pada penderita dermatitis seboroik pemberian preparat


anti fungi untuk menurunkan kolonisasi yeast yang bersifat lipopolip, pemberian krim
hidrokortison 1% dapat ditambahkan 1-2x sehari untuk menekan eritema dan gatal,
pemberian obat sistemik yaitu tablet kortikosteroid (prednison atau dektametason)
dosis 2-3x 2 tablet sampai keadaan membaik lalu dosis diturunkan secara bertahap.

31
Pada klien dengan dermatitis seboroik yang perlu dievaluasi adalah gatal mulai
hilang, kulit tidak memerah, klien dan keluarga sudah mampu melakukan perawatan
di rumah. Klien dan keluarga mampu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan
dalam usaha mencegah terjangkitnya penyakit dermatitis seboroik.

32
BAB V

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Seborea disebut pula dengan dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa
peradangan supervisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat
peredileksi di daerah-daerah seboroik seperti pada kulit kepala, alis, telinga,
aksila, umbilikus.

2. Dermatitis seboroik umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait
dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya
namun tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seboroik.

3. Bila dermatitis seboroik ini tidak di tangani secara cepat, mungkin saja akan
berlanjut menjadi infeksi biasanya di sertai dengan proses inflamasi atau
peradangan di dalam kulitnya.

3.2 Saran

Diperlukan suatu pemahaman yang baik tidak salah dalam memahami


tentang dermatitis seboroik, khususnya mengenai definisi, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, diagnosa
keperawatan, rencana tindakan, dan penatalaksanaan medis dari dermatitis
seboroik.

33
Daftar Pustaka

Murtiastutik Dwi. 2009. Atlas HIV & AIDS dengan kelainan kulit. Surabaya:
Airlangga

Judith M. Wilkinson, Nancy R Athern. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.


Edisi 9. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Repository.usu.ac.id > bitstream. 2014

34

Anda mungkin juga menyukai