PENDAHULUAN
Pravelensi dermatitis seboroik adalah 3%-5% pada orang dewasa muda dan
1%-5% dari populasi umum walaupun insidensi seumur hidup sangat tinggi.
Pravelensi tertinggi di temukan pada usia dekade ke-4 sampai 7 dan pada 3
bulan pertama kehidupan yang menghilang pada usia 6 sampai 12 bulan dalam
bentuk dermatitis seboroik infantil.
Dermatitis seboroik merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering pada
pasien human immunodeficiensy virus (HIV) dan acquired immunodeficiensy
syndrome (AIDS), kelainan neurologi seperti penyakit parkinson, pada bayi
prematur dan pasien yang menderita gagal jantung bawaan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.2 Etiologi
Meskipun banyak teori yang ada, penyebab dermatitis seboroik masih belum
diketahui secara pasti. Namun ada tiga faktor yang berkaitan dengan munculnya
3
dermatitis seboroik, yaitu aktivitas kelenjar sebaseus, peran mikroorganisme dan
kerentanan individu (De Angelis dkk., 2005; Fitzpatrick, 2010).
4
sebum mengurangi kehilangan air dari permukaan kulit sehingga kulit tetap
halus dan lembut (Fitzpatrick, 2010).
2. Efek Mikroba
3. Kerentanan Individu
5
Kerentanan atau sensitivitas individu berhubungan dengan respon
pejamu abnormal dan tidak berhubungan dengan Malessezia. Kerentanan
pada pasien dermatitis seboroik disebabkan berbedanya kemampuan sawar
kulit untuk mencegah asam lemak untuk penetrasi. Asam oleat yang
merupakan komponen utama dari asam lemak sebum manusia dapat
menstimulasi deskuamasi mirip dandruff. Penetrasi bahan dari sekresi
kelenjar sebaseus pada stratum korneum akan menurunkan fungsi dari sawar
kulit, dan akan menyebabkan inflamasi serta squama pada kulit kepala. Hasil
metabolit ini dapat menembus stratum korneum karena berat molekulnya
yang cukup rendah (,1-2kDa) dan larut dalam lemak (Gemmer, 2005).
Gangguan emosional
HIV/AIDS
6
Kanker
Pankreatitis alkoholik
Down syndrome
2.3 Patofisiologi
Sel efektor
mengeluarkan
Resiko Nyeri Gangguan citra
infeksi tubuh limfokin
Gejala klinis
gatal, panas,
kemerahan
Gangguan
pola tidur
7
2.4 Epidemiologi
Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir
hingga usia tiga bulan dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60
tahun. Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur
dan dapat mengenai semua ras.
Pravelensi dermatitis seboroik pada individu positif HIV berkisar dari 20-
83%. Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit
parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi dan
pasien parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam
dermatitis seboroik.
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi
dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat
sampai ketujuh kehidupan. Tidak ada data yang tepat tersedia kejadian dermatitis
seboroik pada bayi, tetapi gangguan ini umum. Penyakit pada orang dewasa
diyakini lebih umum daripada psoriasis. Penyakit ini mempengaruhi setidaknya
3-5% dari populasi di Amerika Serikat. Pria lebih sering terkena daripada wanita
pada semua kelompok umur. Dermatitis seboroik ditemukan pada 85% pasien
dengan infeksi HIV. Dermatitis seboroik banyak terjadi pada pasien yang
menderita parkinson karena produksi sebelumnya meningkat (Fitzpatrick, 2010).
8
Pada kulit kepala, lesi dapat bervariasi dari sisik kering (ketombe) sampai sisik
berminyak dengan eritema (Gambar 1.A). Pada wajah, penyakit ini sering
mengenai bagian medial alis, yaitu glabella (Gambar 1.B), lipatan nasolabial
(Gambar 1.C), concha dari daun telinga dan daerah retroauricular (Gambar 1.D).
Lesi dapat bervariasi dalam tingkat keparahan eritema sampai sisik halus
(Gambar 1.E). Pria dengan jenggot, kumis atau jambang, lesi mungkin
melibatkan daerah yang ditumbuhi rambut (Gambar 1.F), dan lesi hilang jika
daerah tersebut di cukur. Daerah dada medial pada pria terlihat petaloid yang
bervariasi dan ditandai dengan bercak merah terang di pusat dan merah gelap di
tepi (Gambar 1.G). Pasien yang terinfeksi HIV, lesi terlihat menyebar dengan
pertanda inflamasi (Gambar1.H).
9
2.5.1 Gambaran Klinis
10
glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan
sela paha.
Pasien sering mengeluh rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada
liang telinga. Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan
membentuk batas eritema bersisik yang disebut corona seborrheica.
Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan
tipe pitiriasiform.
1. Pada kepala (daerah frontal dan parietal) khas disebut cradle cap,
dengan krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak tanpa ada dasar
kemerahan dan kurang/tidak gatal.
11
2. Pada lokasi lain lesi tampak kemerahan atau merah kekuningan yang
tertutup dengan skuama berminyak, kurang/tidak gatal.
A. Pada dewasa (pada usia pubertas, rata-rata pada usia 18-40 tahun, dapat pada
usia tua)
1. Umumnya gatal
1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
2.7 Penatalaksanaan
12
b. Preparat anti inflamasi
Terapi
a. Skuama melekat dan tebal pada bayi: minyak mineral hangat, dibiarkan
8-12 jam, skuama dilepas dengan sikat halus, lalu dilanjutkan dengan
shampoo yang tebal.
Obat sistemik
Dosis 2-3 kali 2 tablet sampai keadaan mambaik, lalu dosis diturunkan
secara bertahap.
13
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas pasien.
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya.
Pemeriksaan fisik
a. Subjektif:
Gatal
b. Objektif:
14
- Sakuama kering basah atau kasar
- (yang sering di temui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang
telinga, lipatan mamae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat
paha dan skrotum).
- Kerontokan rambut
1. pola eliminasi
√ Sering berkeringat
√ Mimpi buruk.
15
5. Pola persepsi dan konsep diri
√ Perasaan terisolasi.
√ Disorientasi, gelisah.
Diagnosa Keperawatan
16
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan minimnya
pengetahuan terhadap penyakit.
Kriteria hasil:
1. klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan
turunnya peradangan, ditandai dengan mengungkapkan peningkatan
kenyamanan kulit, berkurangnya derajat pengelupasan kulit,
berkurangnya kemerahan, berkurangnya lecet karena garukkan,
penyembuhan area kulit yang telah rusak.
Intervensi:
1. mandi paling tidak sekali sehari selama 15-20 menit. Segera oleskan
salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering
jika tanda dan gejala meningkat.
17
Rasional: sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan
alkalin dan tidak membuat kulit kering.
4. Oleskan atau berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2/3 kali
perhari.
Kriteria hasil:
Intervensi :
1. nasehati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi
dan kelembapan yang baik.
Rasional: tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan
gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.
18
3. Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.
Kriteria hasil :
Intervensi :
19
Rasioanal : klien harus memiliki perasaan bahwa sesuatu dapat mereka perbuat,
kebanyakan klien merasakan manfaat.
Rasional : memungkinkan klien memperoleh cara yang tepat untuk melakukan terapi.
Rasional : dengan terjaganya hygiene, dermatitis alergi sukar untuka kambuh kembali
Evaluasi
20
BAB III
APLIKASI TEORI
3.1 Kasus
Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun mengeluh kulit kepala bagian belakang
seperti ada luka berwarna putih dan kadang-kadang gatal sejak 1 tahun yang lalu.
Pasien sering menggaruk-garuk jika gatal. Gatal terutama dirasakan pada saat
beraktivitas atau berkeringat. Kemudian mulai timbul seperti luka berwarna putih
yang semakin meluas pada kulit kepala. Pasien berkeramas dengan shampoo setiap 1-
2 hari sekali, tetapi masih tetap gatal. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Pasien punya riwayat penyakit kulit yang lain, kaki penderita sering gatal-gatal sejak
kecil. Dari pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Status dermatologi
makula eritemotosa numular batas tidak tegas dengan skuama kasar berwarna putih
regional pada kulit kepala bagian belakang.
PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : An.X
Umur : 13 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
21
Pendidikan terakhir : -
No Register : 04107xx
Diagnosa medis
Dermatitis Seboroik
A. Status Kesehatan
Keluhan utama (saat MRS dan saat ini): Klien mengatakan gatal dirasakan
pada saat beraktivitas atau berkeringat.
22
d. Riwayat Keluarga
e. Riwayat Pekerjaan: -
f. Riwayat Geografi: -
g. Riwayat Sosial: -
h. Riwayat Merokok
Pasien mengatakan berkeramas dengan shampoo setiap 1-2 hari sekali, tetapi
masih tetap gatal.
B. Pemeriksaan Fisik
d. B3 (Brain):
e. B4 (Bladder):-
f. B5 (Bowel): -
g. B6 (Bone): -
23
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan penunjang :
c) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin
1/5000).
d) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
c) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin
d) Urin : pemerikasaan histopatologi
D. Asuhan Keperawatan
Analisa Data
Ds: klien mengatakan kulit Gangguan integritas kulit Kekeringan pada kulit
kepalanya gatal. kepala
24
penyakitnya.
E. DIAGNOSA
D. INTERVENSI
25
2.Tidak ada lekuk atau mengandung pelembab akan meningkatkan
maserasi pada kulit. atau sabun untuk kulit pruritus.
sensitif.
3.sabun yang
4. Oleskan atau berikan mengandung
salep atau krim yang telah pelembab lebih
diresepkan 2/3 kali perhari sedikit kandungan
alkalin dan tidak
membuat kulit
kering.
26
4.Menghindari konsumsi menjelang tidur 3. kafein memiliki
kafein efek puncak 2-4jam
setelah dikonsumsi.
5.Mengenali tindakan
untuk meningkatkan 4. Memberikan efek
tidur. menguntungkan bila
dilaksanakan disore
6.Mengenali pola istirhat
hari.
atu tidur yang
memuaskan 5. Memudahkan
peralihan diri
keadaan terjaga ke
keadaan tertidur.
27
IMPLEMENTASI
28
secara teratur badan setiap hari
29
EVALUASI
A: masalah teratasi
P: tindakan 4 dilanjutkan
A : masalah teratasi
P : tindakan 3 dilanjutkan
A : masalah teratasi
P : tindakan 2 dilanjutkan
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Dermatitis seboroik merupakan infeksi oportunistik HIV & AIDS. Sering timbul
pada HIV stadium 2, 3 dan bertambah parah pada stadium 4. Dermatitis seboroik
adalah penyakit kulit dengan keradangan superfisial kronis yamg mengalami remisi
dan ekaserbasi dengan area seboroik sebagai tempat predileksi. Area seboroik adalah
bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebase (kelenjar minyak), yaitu: daerah
kepala (kulit kepala, telinga bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga),
wajah (alis mata, kelopak mata, glabella, lipatan nasolabial, dagu), badan bagian atas
(daerah presternum, daerah interskapula, areolla mammae) dan daerah lipatan (ketiak,
lipatan di bawah mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah anogenital dan lipatan).
Dalam kasus klien sering menggaruk-garuk jika gatal dan gatal terutama dirasakan
pada saat beraktivitas atau berkeringat dan timbul seperti luka berwarna putih yang
semakin meluas pada kulit kepala.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk dermatitis seboroik ada banyak cara
dalam kasus pemeriksaan yang paling di utamakan adalah laboratorium yaitu
pemeriksaan darah, pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui jumlah Hb, leukosit,
trombosit, elektrolit, total protein, albumin dan globulin.
31
Pada klien dengan dermatitis seboroik yang perlu dievaluasi adalah gatal mulai
hilang, kulit tidak memerah, klien dan keluarga sudah mampu melakukan perawatan
di rumah. Klien dan keluarga mampu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan
dalam usaha mencegah terjangkitnya penyakit dermatitis seboroik.
32
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Seborea disebut pula dengan dermatitis seboroik yaitu kelainan kulit berupa
peradangan supervisial dengan papuloskuamosa yang kronik dengan tempat
peredileksi di daerah-daerah seboroik seperti pada kulit kepala, alis, telinga,
aksila, umbilikus.
2. Dermatitis seboroik umumnya hanya terjadi pada bayi karena hal ini terkait
dengan hormon androgen milik ibunya yang masih tersisa di dalam tubuhnya
namun tidak semua bayi akan mengalami dermatitis seboroik.
3. Bila dermatitis seboroik ini tidak di tangani secara cepat, mungkin saja akan
berlanjut menjadi infeksi biasanya di sertai dengan proses inflamasi atau
peradangan di dalam kulitnya.
3.2 Saran
33
Daftar Pustaka
Murtiastutik Dwi. 2009. Atlas HIV & AIDS dengan kelainan kulit. Surabaya:
Airlangga
34