Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sifilis adalah suatu penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh
bakteri spinoseta, Treponema pallidum. Penularan biasanya melalui kontak
seksual; tetapi, ada beberapa contah lain seperti kontak langsung dan
kongenital sifilis ( penularan melalui ibu ke anak dalam uterus). Sifilis suatu
penyakit infeksi yang serius oleh bakteri Treponema pallidum dengan
perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan dapat menyerang organ
dalam tubuh terutama system kardiovaskular, otak dan susunan saraf.
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum
perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini
sering disebut “peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya. Data
yang dilansir Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai
5.000 – 10.000 kasus per tahun. Sementara di Cina, laporkan menunjukkan
jumlah kasus yang dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada tahun 1993
menjadi 5,7 kasus per 100.000 jiwa pada tahun2005. Di Amerika
Serikat,dilaporkan sekitar 36.000 kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka
sebenarnya diperkirakan lebih tinggi. Sekitar tiga per lima kasus terjadi
kepada lelaki.
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti
kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat
berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis. Jika tidak
diobati, angka mortalitas mencapai 8% hingga 58%, dengan angka kematian
lebih tinggi ada laki-laki. Keparahan gejala sifilis berkurang selama abad ke-
19 dan 20, sebagaian karena semakin banyaknya ketersediaan pengobatan
efektif dan karena penurunan virulens dari spirochaeta. Dengan pengobatan
dini, komplikasi lebih sedikit. Sifilis meningkatkan resiko penularan HIV dua
hingga lima kali, dan infeksi lainnya juga banyak terjadi (30-60% jumlahnya
di pusat kota).

Asuhan Keperawatan Sifilis 1


1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi genitalia eksterna pria dan wanita?
2. Bagaimana definisi sifilis?
3. Bagaimana etiologi sifilis?
4. Bagaimana patofisiologi sifilis?
5. Bagaimana epidemiologi sifilis?
6. Bagaimana manifestasi klinis sifilis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik?
8. Bagaimana pencegahan sifilis?
9. Bagaimana penatalaksanaan sifilis?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan sifilis?
11. Bagaimana peran perawat?
12. Bagaimana asuhan keperawatan sifilis?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi genitalia eksterna pria dan wanita?
2. Untuk mengetahui definisi sifilis
3. Untuk mengetahui etiologi sifilis
4. Untuk mengetahui patofisiologi sifilis
5. Untuk mengetahui epidemiologi sifilis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis sifilis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
8. Untuk mengetahui pencegahan sifilis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan sifilis
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan sifilis
11. Untuk mengetahui peran perawat
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sifilis

Asuhan Keperawatan Sifilis 2


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Genitalia Eksterna Wanita dan Pria


2.1.1Anatomi Fisiologi Genitalia Eksterna Wanita

Organ genitalia eksterna pada wanita sering disebut vulva, mencakup


semua organ yang dapat terlihat dari luar. Bentuk vulva pada dasarnya alat
reproduksinya sama saja.
a. Mons Pubis/Mons Veneris
 Bagian yang menonjol yang banyak berisi jaringan lemak yang
terletak dipermukaan anterior simpisis pubis.
 Setelah pubertas, kulit mons veneris ditutup oleh rambut-rambut
 Seiring peningkatan usia, jumlah jaringan lemak ditubuh wanita
akan berkurang dan rambut pubis akan menipis
b. Labia Mayora
 Berupa lipatan dua buah lipatan jaringan lemak berbentuk lonjong
dan menonjol yang berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah
dan kebelakang yang mengelilingi labia minora.
 Terdiri dari dua permukaan, yaitu bagian luar yang menyerupai
kulit biasa dan ditumbuhi rambut, dan bagian dalam menyerupai
selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea.

Asuhan Keperawatan Sifilis 3


 Labia mayora kiri dan kanan bersatu di bagian belakang dan batas
depandari perineum disebu commisura posterior/frenulum.
 Homolog dengan skrotum pada laki-laki
 Terdapat jaringan saraf yang menyebar luas yang berfungsi sebagai
rangsangan seksual
c. Labia Minora
 Merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna
kemerahan yang terlihat jika labia mayora dibuka
 Pertemuan lipatan labia minora kiri dan kanan di bagian atas
disebut preputium klitoris, dan dibagian bawah disebut frenulam
klitoris
 Pada bagian inferior kedua lipatan labia minora memanjang
mendekati garis tengah dan menyatu dengan fuorchette
 Suplai saraf yang banyak membuat labia minor menjadi sensitif
d. Clitoris/Klentit
 Merupakan suatu tanggul berbentuk silinder dan erektil yang
terletak di ujung superior vulva
 Mengandung banyak urat-urat saraf sensoris dan pembuluh darah
 Jumlah pembuluh darah dan persyarafan yang banyak membuat
klitoris sangat sensitive terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan. Fungsi utama klitoris adalah mentimulasi dan
meningkatkan keregangan seksual
 Ujung badan klitoris dinamai Glans dan lebih sensitif dari pada
badannya
 Panjang klitoris jarang melebihi 2cm dan bagian yang terlihat
adalah sekitar 6x6 mm. atau kurang pada saat tidak terangsang dan
akan membesar jika secara seksual terangsang
 Klitoris analog degan penis pada laki-laki
 Fungsi utama klitoris untuk menstimulasi dan meningkatkan
ketegangan seksual

Asuhan Keperawatan Sifilis 4


e. Vestibulum
 Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia
minora, anterior oleh klitoris dan dorsal oleh fourchet
 Vestibulum merupakan muara-muara dari 6 buah lubang yaitu
vagina, urethra, 2 muara kelenjar bartolini yang terdapat di
samping dan agak ke belakang dari introitus vagina dan 2 muara
kelenjar skene di samping dan agak ke dorsal urethra.
f. Kelenjar Bartholini dan Skene
 Kelenjar yang penting didaerah vulva karena dapat mengeluarkan
lendir
 Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks
g. Ostium Uretra
 Walaupun bukan merupakan sistem reproduksi sejati, namun
dimasukkan ke dalam bagian ini karena letaknya menyatu dengan
vulva.
 Biasanya terletak sekitar 2,5 cm dibawah klitoris
h. Ostium Vagina
 Liang vagina sangat bervariasi bentuk dan ukurannya
 Pada gadis, kebanyakan vagina tertutup sama sekali oleh labia
minora dan jika dibuka, terlihat hampir seluruhnya tertutup oleh
himen
i. Hymen
 Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus
vagina
 Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari berbentuk bulan sabit
atau sirkular sehingga darah menstruasi dapat keluar
 Namun terkadang kala ada banyak lubang kecil (kribriformis),
bercelah (septata) atau berumbai tidak beraturan (fimbriata)
 Pada tipe hymen fimbriata, pada gadis sulit membedakannya
dengan hymen yang sudah mengalami penetrasi saat koitus

Asuhan Keperawatan Sifilis 5


2.1.2Anatomi Fisioologi Genitalia Eksterna Pria

a. Penis
 Penis terletak menggelantung di depan skrotum. Bagian ujung
disebut glands penis, bagian tengah korpus penis, dan bagian
pangkal radiks penis.
 Kulit pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan bagian
permukaan dalam dari organ dan tidak mempunyai jaringan
adipose
 Kulit ini berhubungan dengan velvis, skrotum, dan perineum.
b. Glans
 Bagian depan atau kepala penis
 Glans banyak mengandung pembuluh darah dan saraf
 Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium)
 Di beberapa Negara memiliki kebiasaan membersihkan daerah
sekitar atau dengan kata lain sunat
c. Skrotum
 Kantong kulit yang menggelantung dibawah penis
 Skrotum berfungsi untuk melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat-lipat.

Asuhan Keperawatan Sifilis 6


 Skrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis
ke dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar
relative tetap
 Skrotum sebelah kiri lebih rendah dari sebelah kanan karena
saluran sperma sebelah kiri lebih panjang
 Skrotum merupakan sebuah struktur berupa kantong yang terdiri
dari kulit tanpa lemak subkutan, berisi sedikit jaringan otot.

2.2 Definisi Sifilis

Sifilis adalah penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan


kelamin, disebabkan oleh spirochete Treponema pallidum yang normal
dan mampu menembus placenta sehingga dapat menginfeksi janin (Soedarto,
1996).
Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi
Treponema pallidum, menularmelalui hubungan seksual atau secara
transmisi vertical. Sifilis bersifat kronik, sistemik dan menyerang hamper
semua alat tubuh (Saiful,2000).
Sifilis adalah penyakit infeksi akut dan kronik yang disebabkan oleh
spirokaeta, Treponema pallidum. Gangguan ini didapatkan melalui kontak
seksual atau kongenital (Brunner & Suddarth, 2002).
Sifilis adalah penyakit yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu sifilis
primer berupa efek primer, sifilis sekunder berupa stadium penyebaran
sistemik, dan sifilis tersier yang berupa kelainan organ dan sistem syaraf.

Asuhan Keperawatan Sifilis 7


Ketiga tahap itu sering disebut L.I, L.II, dan L.III (lues I,II,III) (Wim de Jong
et al, 2005).
Sifilis adalah infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral, Treponema pallidum.kecuali penularan neonates,
sifilis hampir selalu ditularkan melalui kontak seksual dengan pasangan yang
terinfeksi (Sylvia & Lorraine, 2006).
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda
Adhi, 2010).
Sifilis adalah penyakit menular seksual kronis yang bermula dari
selaput lendir sebagai chancre (lesi kecil dan berisi cairan) dan cepat menjadi
sistemik, menyebar ke nodus limfa dan aliran darah yang berdekatan. Jika
tidak dtangani, penyakit ini ditandai dengan stadium progresif : primer,
sekunder, laten, dan lanjutan (sebelumnya disebut tersier) (William &
Wikins, 2011)
Sifilis adalah suatu penyakit akibat hubungan seksual yang
disebabkan oleh Treponema (Spirochaeta)pallidum yang dapat menjangkit
di seluruh organ tubuh. Perjalanan klinis sifilis apabila tidak diobati akan
melewati beberapa tahap meliputi tahap primer, sekunder, dan tersier (Arif
Muttaqin dan Kumal Sari, 2013).
Jadi, Sifilis kata lain raja singa merupakan penyakit yang disebabkan
oleh bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema (Spirochaeta)pallidum yang
ditularkan melalui hubungan seksual, transplasenta dan trasfusi darah yang
menjangkit ke seluruh tubuh.

Asuhan Keperawatan Sifilis 8


Klasifikasi Sifilis :
Menurut World Health Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sifilis Prenatal (kongenital)
Wanita bisa menularkan sifilis secara transplasental pada anak
yang belum dilahirkannya melalui kehamilan. Tipe sifilis ini umumnya
disebut kongenital. Sekitar 50% fetus yang terinfeksi akan meninggal
sebelum atau segera setelah dilahirkan. Prognosisnya lebih baik pada
pasien yang mengalami infeksi setelah berusia 2 tahun. Sifilis prenatal
dapat berbentuk sifilis prenatal dini (timbul pada umur kurang dari 2
tahun) dan sifilis prenatal lanjut (timbul setelah umur lebih dari 2 tahun).
2. Sifilis Akuisita (Didapat)
Sifilis akuista secara klinis mempunyai 3 stadium yaitu stadium I,
stadium II dan stadium III. Menurut WHO penyebaran sifilis dibagi
menjadi dua, yaitu stadium dini menular dan stadium lanjut tak menular.

2.3 Etiologi Sifilis


Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sahaudin dan
Hoffman ialah Treponema pallidum,yang termasuk ordo Spirochaetales,
familia Spirochaetacae dan genus Treponema. Bentuk seperti spiral teratur,
panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri dari delapan sampai dua
puluh empat lekukan. Gerakan berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti
gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada
stadium aktif terjadi setiap 30 jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat
dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan
dalam darah untuk transfuse dapat hidup 72 jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
a. Kontak langsung
Cara penularan sifilis adalah dengan cara kontak langsung yaitu
dengan eksud. Sifilis tiat infeksius dari lesi awal kulit dan selaput
lendir pada saat melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis.
Lesi bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat jelas. Pemajanan hampir

Asuhan Keperawatan Sifilis 9


seluruhnya terjadi karena hubungan seksual. Penularan karena
mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital
jarang sekali terjadi. Infeksi transplasental terjadi pada saat janin
berada dalam kandungan ibu menderita sifilis.
b. Transfusi
Transfuse melalui darah donor bisa terjadi jika donor menderita sifilis
pada stadium awal. Penularan melalui barang-barang yang tercemar
secara teoritis bisa terjadi namun kenyataannya boleh dikatakan tidak
pernah terjadi. Petugas kesehatan pernah dilaporkan mengalami lesi
primer pada tangan mereka setelah melakukan pemeriksaan penderita
sifilis dengan lesi infeksius (James Chin, 2006).

Asuhan Keperawatan Sifilis 10


2.4 Patofisiologi Sifilis

Kuman Treponema Kuman masuk ke kulit


Sifilis akuisita didapat (hub (Spirochaeta) Palidum mikroseli atau selaput lendir
seksual, transfuse darah)
Sifilis kongenital :
transplasenta ibu ke janin Penjalaran hematogen Kuman berkembang biak
menyebar ke semua
jaringan

Kuman masuk ke kulit Reaksi jaringan


mikroseli atau selaput lendir membentuk infiltrat

Kelenjar getah bening Terjadi fibrosis darah Jaringan kulit


membesar, generalisata ke otak berkurang

Papul
Hipertermi SSP (sistem saraf pusat)

Ulkus
Sumsum tulang belakang Otak

Kelemahan & Impotensi TIK meningkat,


meningitis

Disfungsi Seksual
Nyeri kepala, pusing,
penglihatan kabur & mual

Nyeri

Lokasi : Lidah, tonsil, Terasa gatal & panas


anus dan genital eksterna
(pria : sulkus koronarius,
wanita : labia mayora dan Resiko infeksi
minora

Kerusakan integritas Hepar & lien


kulit

Resiko ikterik Pembentukan bilirubin Terjadi fibriosis


pada bayi terganggu,
udema

Asuhan Keperawatan Sifilis 11


Setelah mengalamai kontak, organisme dengan cepat menembus
selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dan dalam beberapa jam,
kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi
infeksi sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi,
pada pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30% dari pasien memiliki
temuan abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun
pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak di obati, penyakit ini akan
menginvasi meninges dan pembuluh darah, mengakibatkan neurosifilis
meningovaskular. Kemudian, parenkim otak dan sumsum tulang belakang
mengalami kerusakan sehingga terjadi kondisi parenchymatousneurosifilis.
Terlepas dari tahap penyakit dan lokasi lesi, histopatologi dari sifilis
menunjukkan tanda-tanda endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan
oleh pengikatan spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan
jaringan parut
Sifilis stadium dini
Pada sifilis yang di dapat, Treponema pallidum masuk ke dalam
kulit melalui mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama.
Kuman tersebut berkembang baik, jaringan bereaksi dengan membentuk
infiltrat yang terdiri atas sel-sel plasma, terutama di perivaskuler,
pembuluh-pembuluh darah kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema
pallidum dan sel-sel radang, Enarteritis pembuluh darah kecil
menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah
bening regional secara limfogen dan berkembang baik, terjadi penjalaran
hematogen yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti
oleh reaksi jaringan sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I
akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut berkurang
jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh berupa
sikatrik, S II juga mengalami regresi perlahan-lahan lalu menghilang.
Timbul stadum laten. Jika infeksi T-pallidum gagal di atasi oleh proses

Asuhan Keperawatan Sifilis 12


imunitas tubuh, kuman akan berkembangbaik lagi dan menimbulkan lesi
rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.
Sifilis stadium lanjut
Stadium ini berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam
keadaan dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskular dan sistem
saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehungga
memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis.
Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.
Sifilis Kongenital
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun
sebagian besar kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in
utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan langsung dengan stadium
sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis kongenital biasanya
timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan
imunokompeten. Penularan in utero terjadi transplasental, sehingga dapat
di jumpai Treponema pallidum pada plasenta, tali pusat, serta cairan
amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran
darah janin dan menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang
biak dan menyebabkan respons peradangan selular yang akan merusak
janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga terjadi abortus
atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat
kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.

2.5 Epidemiologi Sifilis


Sifilis terdistrubusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang
utama pada Negara berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak
ditemukan pada orang dengan rentang usia 20-30 tahun. 40% wanita hamil
dengan sifilis yang tidak diobati, akan mengakibatkan penularan pada janin.
Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa, sesudah tahun 1860
morbilitas sifilis di Eropa menurun cepat, mungkin karena perbaikan sosio
ekonomi. Selama perang Dunia kedua insidensnya meningkat dan mencapai

Asuhan Keperawatan Sifilis 13


puncaknya pada tahun 1946, kemudian makin menurun. Insidens sifilis di
berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisaran antara 0,04-
0,52%. Insidens yang terendah di cina, sedangkan yang tertinggi di Amerika
Selatan.
Di Indonesia insidensnya 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah
stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah
sifilis stadium II. Kasus sifilis pada tahun 2013 pada kelompok resiko tinggi
cenderung mengalami peningkatan 10% sedangkan kelompok resiko rendah
meningkat 2% sifilis juga merupakan faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga
peningkatan kasus sifilis dapat meningkatkan terjadinya peningkatan kasus
infeksi HIV/AIDS.
Peningkatan insidens sifilis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
perubahan demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai,
pendidikan kesehatan dan pendidikan seksual kurang tersebar luas, control
sifilis belum dapat berjalan baik serta adanya perubahan sikap dan perilaku.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya sifilis cukup
banyak yaitu laki-laki atau wanita yang sering berganti-ganti pasangan
biasanya berumur antara 20-30 tahun dan Anak jalanan dengan pola hidup
dan aktifitas yang sangat rentan menjadi faktor resiko sifilis di Indonesia.
Anak jalanan di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan
kerentanan terhadap berbagai ancaman resiko kesehatan.

2.6 Manifestasi Klinis Sifilis


Berdasarkan jenisnya :
a. Sifilis kongenital
1. Sifilis kongenital dini
Gambaran klinis sifilis kongenital dini sangat bervariasi,
mengenai berbagai organ dan menyerupai sifilis stadium II. Karena
infeksi pada janin melalui aliran darah maka tidak dijumpai kelainan
sifilis primer. Pada saat lahir bayi dapat tampak sehat dan kelainan
timbul setelah beberapa minggu, tetapi dapat pula kelainan ada sejak
lahir.

Asuhan Keperawatan Sifilis 14


Pada bayi dapat djumpai kelainan berupa kondisi sebagai
berikut :
1. Pertumbuhan intrauterine yang terlambat
2. Kelainan membrane mukosa : Mucous patch dapat diteukan di
bibir, mulut, farings, laring dan mukosa genital. Rhinitis sifilitika
(snuffles) dengan gambaran yang khas berupa cairan hidung yang
mula-mula encer tetapi kemudian menjadi pekat, purulent dan
hemoragic. Hidung menjadi tersumbat sehingga menyulitkan
pemberian makanan.
3. Kelainan kulit, rambut dan kuku
Dapat berupa macula eritem, papula, papuloskuamosa dan
bula. Bula dapat sudah ada sejak lahir, tersebar secara simetris,
terutama pada telapak tangan dan telapak kaki. Macula, papula
atau papulamatous tersebar secara generalisata dan simetris. Di
daerah yang lembab papula menjadi erosive dan membasah atau
menjadi hipertrofik (kondiloma lata). Pada kasus yang berat
tampak kulit menjadi keriput terutama pada daerah muka
sehingga bayi tampak seperti orang tua.
Rambut jarang dan kaku, alopesia areata terutama pada sisi
dan belakang kepala. Alopesia dapat juga mengenai alis dan bulu
mata. Onikosifilitika disebabkan oleh papula yang timbul pada
dasar kuku dan menyebabkan kuku menjadi terlepas. Kuku baru
yang tumbuh berwarna suram, tidak teratur dan menyempit pada
bagian dasarnya.
4. Kelainan tulang
Pada 6 bulan pertama, osteokondritis, periositis dan osteitis
pada tulang-tulang panjang merupakan gambaran yang khas.
Perubahan yang paling mencolok tampak pada daerah
pertumbuhan tulang di dekat epifisis. Epifisis membesar, garis
epifisis melebar dan tidak teratur. Pada batas metafisis dengan
garis kartilago epifisis, tampak daerah klasifikasi yang
densitasnya meningkat dan tidak teratur sehingga pemeriksaan X

Asuhan Keperawatan Sifilis 15


memberikan gambaran seperti gigi gergaji. Pseudoparalisis pada
anggota gerak disebabkan oleh pembengkakan periartikular dan
nyeri pada ujung-ujung tulang sehingga gerakan menjadi
terbatas. Osteokondritis dapat dilihat pada pemeriksaan dengan
sinar X setelah 5 minggu sedangkan periostitis setelah 16
minggu. Tanda-tanda osteokondritis menghilang setelah 6 bulan
tetapi periostitis menetap dan menjadi jelas.
5. Kelainan kelenjar getah bening : terdapat limfadenopati
generalisata
6. Kelainan alat-alat dalam : hepatomegaly, splenomegaly, nefritis,
nefrosis, pneumonia.
7. Kelainan mata : Koriorenitis, glaucoma dan uveitis
8. Kelainan hematologic : anemia, eritroblastemia, retikulositosis,
trombositopenia, diffuse intravascular coagulation (DIC)
9. Kelainan susunan saraf pusat : meningitis sifilitika akut yang bila
tidak di obati secara adekuat akan menimbulkan hidrosefalus,
kejang dan mengganggu perkembangan intelektual.
2. Sifilis prenatal lanjut
Sifilis ini biasanya timbul etelah umur 2 tahun, lebih dari setengah
jumlah penderita tanpa manifestasi klinis, kecuali test serologis yang
reaktif. Tter serologis sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai
keadaan demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Gambaran
klinis dari sifilis kongenital dapat dibedakan dalam 2 tipe :
a. Inflamasi sifilis kongenital lanjut
Pada keadaan ini yang aling penting adalah adanya lesi ornea,
tulang dan sistem syaraf pusat. Dapat dijumpai kelainan sebagai
berikut :
1) Kornea : keratitis intersisial
Biasanya terjadi pada umur
pubertas, dan terjadi bilateral.
Pada kornea timbul pengaburan
menyerupai gelas disertai

Asuhan Keperawatan Sifilis 16


vaskularisasi sclera. Keadaan ini dimulai dengan peradangan
perikorneal berat dan kemudian berlanjut dengan
perselubungan difus kornea oleh bayangan putih tanpa
adanya ulserasi pada permukaan kornea, terjadi pada 20-50
% kasus sifilis kongenital lanjut.
2) Tulang : perisynovitis (clutton’s joint)
Mengenai kedua lutut, yang akan
mengakibatkan terjadinya bengkak tanpa
nyeri yang simetris.
3) Sistem saraf pusat
Lesi pada sistem saraf pusat dapat terjadi pada sifilis
kongenital lanjut. Biasanya yang menjadi tanda lesi SSP
pada sifilis kongenital adalah dengan adanya kelemahan
umum (generalized paresis).
b. Stigmata sifilis kongenital
Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta
meninggalkan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan
demikian disebut stigmata sifilis kongenital, akan tetapi hanya
sebagai penderita yang menunjukkan gambaran tersebut.
Ditemukannya stigmata ini dapat menjadi salah satu pegangan
untuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital.
Pada stigmata sifilis kongenital, hal penting yang perlu
diperhatikan adalah adanya trias Hutchinson, yaitu :
1. Perubahan pada gigi insisivus menjadi datar dan seperti
gergaji
2. Opasitas kornea (kornea ditutupi kabut berwarna putih) tanpa
ilserasi permukaan kornea.
3. Ketulian karena gangguan nervus akustikus (N.VIII).
ketulian biasanya terjadi mendekati masa pubertas, tetapi
kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan.

Asuhan Keperawatan Sifilis 17


Selain itu ditemukan pula kelainan sebagai berikut :
1. Neurosifilis
Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis
yang di dapat. Tabes dorsalis jarang dibandingkan dengan
sifilis yang didapat, paresis lebih sering terjadi dibandingkan
dengan sifilis yang didapat, dan lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Kejang juga sering terjadi pada kasus sifilis
kongenital ini.
2. Tulang dan palatum

Terjadi sclerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang


(sabre), tulang frontal yang menonjol, atau dapat juga terjadi
kerusakan akibat gumma yang menyebabkan destruksi
terutama pada septum nasi atau pada palatum durum.
Perforasi dianggap terjadi pada sifilis kongenital.
3. Gigi molar Mulberry
Biasanya pada molar I
dan muncul pada usia 6
tahun, merupakan
gambaran gigi yang
hiperplastik dengan
permukaan oklusal yang mendatar (flattening) serta diliputi
oleh erbukan yang menandakan kerapuhan gigi.
4. Sifilis rhinitis infantile dan nasal chondritis
Fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade
yang disebut sifilis rhinitis infantile. Nasal chondritis

Asuhan Keperawatan Sifilis 18


merupakan kelainan yang disebabkan oleh pendataran tulang
pembentuk hidung.
b. Sifilis akuisita

1. Sifilis primer
 Masa tunas 2-4 minggu
 Biasa menular melalui senggama
 Erosi menjadi ulkus (bulat, solitar, dasarnya adalah jaringan
ganulasi berwarna merah dan bersih, diatasnya tampak serum)
 Pada pria tempat yang sering dikenai adalah sulkus koronarius
sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor selain itu juga
dapat di ekstragenital misalnya di lidah, tonsil dan anus.
2. Sifilis sekunder
 Timbul setelah 6-8 minggu sejak sifilis primer
 Ruam : macular, popular, pustular, atau nodular, lesi dengan
ukuran serangan, berbatas jelas dan tergeneralisasi.
 Macula ; biasanya pecah di area hangat dan lembab (perineum,
skrotum, vulva, atau diantara gulungan lemak di batang tubuh)
dan juga di lengan, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kulit
kepala dan kemudian membesar dan mengeras., sehingga
menimbulkan lesi menular berwarna merah muda atau putih
keabu-abuan (condylomata lata).
 Gejala ringan yang berkaitan dengan ketahanan tubuh :
anoreksia, turunnya berat badan, mual, muntah, tidak enak badan,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal,
sering disertai limfadenitis generalisata.

Asuhan Keperawatan Sifilis 19


 Kuku rapuh dan berbintik

3. Sifilis laten
 Tidak ada tanda dan gejala di stadium laten awal
 Pemeriksaan serologisnya positif.
 Stadium laten awal dianggap menular karena lesi menular bisa
munclu kembali selama sampai 4 tahun pertama
 Sekitar dua-pertiga pasien tidak menunjukkan tanda atau gejala
dari stadium laten lanjutan sampai meninggal (pasien lainnya
mengalami gejala stadium-lanjut)
 Oleh CDC sifilis laten dibagi menjadi dua stadium, sifilis laten
dini, yaitu bila infeksi kurang dari 12 bulan dan sifilis laten lanjut
bila infeksi lebih dari 12 buln, kekambuhan sifilis sekunder lebih
sering dijumpai pada stadium sifilis laten dini.
4. Sifilis lanjutan (tersier)
 Stadium akhir, destruktif, tetapi tidak menular : memiliki 3 sub
tipe, yang salah satu atau semuanya bisa menyerang pasien :
sifilis jinak lanjutan, sifilis kardiovaskular dan neurosifilis.
 Lesi sifilis jinak lanjutan (disebut gumma) :
- Nodulus superfisial, kronis, dan soliter atau lesi
granulomatosa dan dalam ; asimetris, tidak terasa sakit, dan
mengeras
- Berkembang 1 sampai 10 tahun setelah infeksi
- Bisa muncul di kulit, tulang (terutama tulang kaki), selaput
lendir, traktus respiratorik ata, dan organ
- Di hati, bisamenyebabka nyeri epigastrik, pelunakan,
pembesaran limpa, dan anemia.
- Di traktus respiratorik atas, bisa menyebabkan perforasi
septum nasal atau palatum.
- Di kasus parah, bisa menghancurkan tulang atau organ,
akhirnya mengakibatkan kematian.

Asuhan Keperawatan Sifilis 20


 Sifilis kardiovakular :
- Berkembang sekitar 10 tahun setelah infeksi awal di sekitar
10% penderita sifilis lanjutan yang tidak ditangani
- Menyebabkan fibrosis jaringan elastis di aorta dan
menyebabkan aortitis ; paling umum di bagian naik dan
melintang pada lengkung aortik’
- Bisa asimtomatik atau bisa menyebabkan regurgitasi atau
aneursima aortik
 Neurosifilis :
- Berkembang di sekitar 8% penderita sifilis lanjutan yang
tidak di tangani dan muncul 5 sampai 35 tahun setelah infeksi
- Menyebabkan meningitis dan kerusakan sistem saraf pusat
yang menyebar luas dan bisa meliputi paresis umum,
perubahan kepribadian, dan pelemahan lengan dan kaki.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan Trepanoma pallidum
Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil serum yang bebas dari
sel darah merah dan sisa-sisa jaringan yang berasal dari lesi, untuk melihat
bentuk dan pergerakan Trepanoma pallidum dengan mikroskop lapangan
gelap.
Pengambilan specimen :
 Pada lesi sifilis, dibersihkan terlebih dahulu dengan larutan garam faal
steril, kemudian digosok sehingga kemerahan, dan segera menampung
eksudat yang terbentuk pada gelas objek.
 Specimen dari lesi yang menyembuh, dikerok dengan scalpel atau
ujung jarum.
 Specimen cair diperoleh dengan menyuntikkan larutan garam faal
steril pada dasar lesi atau kelenjar getah bening yang kemudian disedot
kembali.

Asuhan Keperawatan Sifilis 21


Hasil positif jika terlihat Treponema pallidum dengan gerakannya
yang khas (memutar terhadap sumbunya, bergerak perlahan melintasi
lapangan), secara morfologik berbentuk spiral dengan amplitude 0,5-µm,
berukuran panjang 6-14 µm, dan tebal 0,25-0,30 µm.
Pemeriksaan dilakukan 3 hari berturut-turut, jika hasil pada hari
pertama dan kedua negatif. Bila terdapat hasil yang negative bukan selalu
diagnosisnya bukan sifilis. Kegagalan dapat terjadi karena umur atau
kondisi lesi, pengobatan yang telah diberikan kepada pasien, atau teknik
pengambilan specimen dan pemeriksaan specimen yang salah.
b. Pemeriksaan serologi
Dalam diagnosis serologi dari sifilis, yang paling sering ds tersebut
negatif, tetapi digunakan pada saat ini adalah complemen-fixation test
(Wassermann) dan fluccollation test (Khan, VDRL). Pada sifilis primer
kedua tes tersebut negatif, tetapi pada sebagian besar penderita akan
menjadi positif dalam waktu 7-14 hari. Pada stadium sekunder boleh
dikatakan semua serum penderita akan menunjukkan hasil positif bila
diperiksa dengan kedua tes tersebut. Penderita-penderita dengan
neurosifilis yang tanpa gejala (asymtomatic) dan sifilis laten hanya dapat
didiagnosis dengan tes serologi yang positif.
Tes Wassemann dan Khan-VDRL tersebut dapat memberikan hasil
positif palsu (false positiv) pada penyakit-penyakit infectius
mononucleosis, malaria, tripanosomiasis, tuberkulosis, campak,
brucellosis dan penyakit-penyakit yang menimbulkan demam termasuk
sesudah vaksinasi cacar misalnya. Positif palsu yang permanen dapat
dijumpai pada penderita lepra, thyroiditis Hashimoto, systemic lupus
erythematosus dan kadang-kadang pada beberapa orang yang tampaknya
sehat. Untuk menyingkirkan hasil positif palsu tersebut dapat digunakan
tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization test) yang spesifik.

Asuhan Keperawatan Sifilis 22


c. Darkfield examination
Chancre pada sifilis primer, condylomata lata dan kelainan selaput
lendir pada sifilis sekunder maupun lesi lainnya pada umumnya
menunjukkan hasil positif dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan dilakukan
paling sedikit 2 kali dengan jarak antara 2 hari sebelum dinyatakan
hasilnya negatif. Dengan pemeriksaan lapangan gelap ini morfologi dan
pergerakan yang khas dari Treponema pallidum dapat dilihat dengan jelas.
Bila morfologi Treponema diragukan, dapat dilakukan pewarnaan antibodi
dengan metoda immunofluoresensi.
d. Uji absopsi-antibodi treponemal fluoresen
Mengidentifikasi antigen jaringan T. pallidum, cairan aokular,
cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid-CSF), sekresi trakeobronkial, dan
eksudar dari lesi. Uji ini merupakan uji yang paling sensitif yang ada
untuk mendeteksi sifilis di semua stadium. Setelah menjadi reaktif,
hasilnya tetap demikian seterusnya.
e. Uji slide Veneral Disease ResearchLaboratory (VDRL) dan uji regain
plasma
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat dapat mendeteksi
antibody non-spesifik. Kedua uji ini, bila positif, menjadi reaktif dalam 1
sampai 2 minggu setelah lesi primer muncul atau 4 sampai 5 minggu
setelah infeksi dimulai.
f. Pemeriksaan CSF
Mengidentifikasi neurosifilis jika kadar protein total lebih dari 40
mg/dl, uji slide VDRL, reaktif, dan jumlah sel CSF lebih dari 5 sel
mononuclear/mm3.

Asuhan Keperawatan Sifilis 23


2.8 Pencegahan Sifilis
1. Mendeteksi sifilis secara dini, untuk sifilis kongenital di deteksi selama
kehamilan
2. Identifikasi dan pengobatan pada wanita hamil yang terinfeksi sifilis,
karena pengobatan sifilis pada kehamilan dengan menggunakan penisilin
dapat mencegah infeksi kongenital sampai 98%.
3. Selalu menjaga higeinis (kebersihan/kesehatan) organ ginetalia
4. Jangan lupa menggunakan kondom bila melakukan hubungan seks
5. Membatasi pasangan seks. Lebih sedikit orang yang berhubungan seks
dengan anda.
6. Meminta jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang
menggunakan jarum suntik
7. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
8. Menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapat membantu
mencegah penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku seksual beresiko.

2.9 Penatalaksanaan Sifilis


Tergantung pada stadium sifilis maka pengobatan dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Sifilis primer dan sekunder
 Procaine penicillin G.
600.000 unit intramuskuler per hari selama 8 hari sehingga
mencapai dosis seluruhnya 4,8 juta unit.
 Benzathine penicillin
Sejumlah 2,4 juta unit intramuskuler. Jika terjadi reaksi alergi
terhadap penicillin, maka dapat diberikan pengobatan pengganti
dengan :
- Erythromycin: 4 kali 500mg selama 10 sampai 15 hari
- Tetracyclin: 4 kali 500mg selama 10-15 hari.

Asuhan Keperawatan Sifilis 24


b. Sifilis laten
 Benzathine penicillin
3 juta unit intramukuler dengan interval 2 minggu sehingga tercapai
dosis seluruhnya 6 juta unit.
c. Sifilis tersier
Pada neurosyphilis dapat diberikan :
 Procain penicillin G 1 juta unit dua hari sekali sebanyak 12-20
dosis
 Sifilis pada ibu hamil harus segera diobati, sebaiknya pada
trimester yang pertama kecuali bila ia telah pernah mendapatkan
pengobatan yang sempurna terhadap sifilisnya.
 Orang-orang yang pernah kontak dengan penderita sifilis melalui
hubungan kelamin, dapat diberikan 1 atau 2 juta unit procain atau
benzathin penicilin G untuk mencegah penularan sifilis, dan
diperiksa ulang 6 bulan kemudian. Jika hasil tes serologi
menunjukkan reaksi positif, penderita harus diobati seperti sifilis
primer.

2.10 . Konsep Asuhan Keperawatan Sifilis


1. Pengkajian
Pada pengkajian anamnesis didapatkan adanya riwayat kontak
dengan individu yang terinfeksi 3 minggu sebelum munculnya gejala
awal. Pasien mengeluh adanya papula merah soliter yang dengan cepat
membenttuk ulkus tanpa disertai darah dan tanpa rasa sakit (ulkus durum).
Ulkus ini biasanya sembuh dalam 4-8 minggu, dengan atau tanpa terapi.
Pasien yang tidak diobati akan mengeluh adanya ulkus yang terjadi
selama 2-10 minggu setelah pembentukan ulkus pertama dan ajan muncul
eritema 3-4 bulan setelah infeksi. Pada kondisi ini biasanya didapatkan
keluhan malaise, sakit kepala, anoreksia, mual, nyeri tulang, dan
kelelahan sering hadir, serta demam dan leher kaku. Sejumlah kecil pasien

Asuhan Keperawatan Sifilis 25


mengembangkan menigitis sifilis akut dan hadir dengan keluhan sakit
kepala, leher kaku, mati rasa wajah atau kelemahan, dan tuli.
Pada pengkajian pasien dengan lesi sifilis tersier, biasanya keluhan
berkembang dalam 3-10 tahun setelah infeksi. Keluhan pasien biasanya
adalah nyeri tulang yang digambarkan sebagai rasa sakit yang mendalam
membosankan khas di malam hari.
Keterlibatan SSP dapat terjadi, dengan menampilkan gejala sesuai
daerah yang terkena, yaitu keterlibatan otak (sakit kepala, pusing,
gangguan mood, leher kaku, penglihatan kabur) dan keterlibatan sumsum
tulang belakang (gejala yang berhubungan dengan bengkak, kelemahan
dan inkontenensia, impotensi).
Beberapa pasien mungkin hadir hingga 20 tahun setelah terinfeksi
dengan perubahan perilaku dan tanda-tanda demensia, yang merupakan
indikasi neurosifilis.
a. Pengkajian Pemeriksaan Fisik
1. Tahap Primer
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang
mempunyai sifat khusus. Sifat-sifat ulkus tersebut, meliputi tidak
nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar ulkus
bersih dan berwarna merah, serta bersifat soliter (biasanya hanya 1-
ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya terdapat pada
preputium, ulkus koronarius, batang penis, dan skrotum. Sementara
itu, pada wanita terdapat dilabium mayora dan minora, klitoris, serta
bisa juga pada serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya
pada anus, rektum, bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara.
2. Tahap Sekunder
Lesi sekunder timbul 4-10 minggu setelah timbulnya lesi
primer. Lesi di kulit berbentuk macam-macam, seperti roseolae
syphilitica merupakan makula yang pertama timbul, papulo-sirsiner:
papulae yang timbul kemudian yang menyusun diri menjadi
setengah lingkaran atau satu lingkaran penuh; Korona veneris:
gerombolan papulae yang terdapat di dahi/muka dan kondilomata

Asuhan Keperawatan Sifilis 26


lata (bila lesi : kondiloma latum) : banyak papula yang tebal
berwarna putih ke abu-abuan, basah, berbentuk bulat/ulat lonjong,
terdapat di daerah yang lembab seperti: genitalia, perineum, anus,
aksila. Bila lesi-lesi di atas menyembuh mungkin meninggalkan
bekas berupa makula hipopigmentasi disebut lekoderma sifilitika.
3. Tahap Tersier
Sifilis tersier adalah tahap akhir dari riwayat penyakit ini.
Sifilis menunjukkan penyakit peradangan lambat yang progresif
dengan potensi memengaruhi banyak organ. Manifestasi umum
pada tingkat ini adalah artritis dan neurosifilis, serta ditandai dengan
demensia, psikosis, paresis, stroke, dan meningitis.
b. Pengakajian Diagnostik
Tes serologik untuk penyakit sifilis. Tes antibodi treponema
mengukur antibodi reaktif T.palidum. Tes nontreponema (VDRL,
RPR) mengukur antibodi terhadap fosfolipid kardiolipin. Keduanya
menjadi positif sekitar 6 minggu sesudah infeksi dan memberikan hasil
yang positif pada sifilis sekunder. Tes nontreponema dapat menjadi
negatif bersamaan dengan waktu atau ketika pasien diobati, tetapi tes
antibodi treponema tetap menunjukkan hasil yang positif.
c. Pengkajian Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dilakukan pada tiap tahap sifilis diberikan
dengan antibiotik,. Penisilin G benzatin adalah pilihan obat untuk sifilis
awal atau sifilis laten kurang dari 1 tahun. Diberikan dengan injeksi
intramuskular (IM) pada sesi tunggal. Terapi yang diberikan ,
direkomendasikan dengan sifilis laten awal. Bagaimanapun mereka
dengan tahap laten atau laten akhir sifilis dari waktu yang tidak
diketahui harus menerima tiga injeksi dalam interval satu minngu.
Pasien yang alergi pada penisilin biasanya diberikan doksisiklin. Pasien
yang ditangani dengan penisilin dipantau selama 30 menit setelah
injeksi untuk melihat kemungkinan reaksi alergi.

Asuhan Keperawatan Sifilis 27


2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus pada
genetalia.
b. Nyeri berhubungan dengan jaringan sekunder dari ulkus mole, pasca-
drainase.
c. Hipertermi berhubungan dengan respon sistemik dari ulkus mole.
d. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi
dan infeksi berulang.
e. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan
struktur kulit genetaliua sekunder dari ulkus.

3. Intervensi Kepererawatan
Tujuan intervensi keperawatan adalah peningkatan integritas
jaringan kulit, penurunan respon nyeri, penurunan suhu tubuh ke rentang
normal, pemenuhan informasi, dan mekanisme koping yang efektif.
Untuk gangguan integritas jaringan nyeri, hipertermi, dan gangguan citra
diri dapat disesuaikan dengan masalah yang sama dengan pasien ulkus
mole.

Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan


infeksi berulang
Tujuan : terpenuhnya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria Hasil :
1. Mengumpulkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang
dibutuhkan dengan kemungkinan penularan.
2. Mengenali gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya penularan.
Intervensi Rasional
Beritahukan pasien/ orang terdekat Informasi dibutuhkan untuk
mengenai dosis, aturan, dan efek meningkatkan perawatan diri, untuk
pengobatan, pembatasan aktivitasseksual menambah kejelasan efektivitas

Asuhan Keperawatan Sifilis 28


yang dapat dilakukan. pengobatan dan mencegah
penularan.
Pasien harus sangat disarankan
untuk menghindari kontak seksual
sementara sampai ulkus sudah
kering karena mereka sangat
menular dan dapat menyebabkan
wabah masyarakat.
Jelaskan tentang cara menurunkan Sifilis adalah penyakit menular.
penularan penyakit sifilis. Pada beberapa fasilitas perawatan
kesehatan harus dapat meyakinkan
bahwa semua pasien yang
didiagnosis dilaporkan pada
departemen lokal atau negara untuk
meyakinkan adanya tindak lanjut.
Departemen kesehatan masyarakat
bertanggung jawab untuk
mewawancarai pasien untuk
menentukan kontak seksual, maka
kontak seksual dapat dicatat dan
dapat dilakukan penyaringan.
Lesi sifilis primer dan sekunder
sangat menular. Sarung tangan
digunakan saat melakukan kontak
langsung dengan lesi dan tangan
harus dicuci setelah sarung tangan
dilepas.
Isolisasi pada ruangan khusus tidak
diperlukan.
Jelaskan tentang pentingnya pengobatan Pemberian antibiotik di rumah
antibiotic dibutuhkan untuk mengurangi
invasi bakteri pada kulit.

Asuhan Keperawatan Sifilis 29


Meningktakan cara hidup sehat seperti Meningkatkan sistem imun dan
intake makanan yang baik, keseimbangan pertahanan terhadap infeksi.
antara aktivitas dan istirahat, serta monitor
status kesehatan dan adanya infeksi.
Beritahu pasien bahwa mereka dapat Dengan mengetahui kondisi ini,
menulari orang lain. makaperlu diperhatikan tindakan
higienis rutin seperti pemakaian alat
pribadi

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan,
meliputi :
1. Menurunnya keluhan nyeri.
2. Terjadinya peningkatan integritas jaringan kulit.
3. Suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Terpenuhinya informasi pengetahuan tentang penyakit dan resiko
penyebaran infeksi.
5. Pasien tidak mengalami komplikasi ke organ gentelia lain.
6. Terpenuhinya kepatuhan pasien terhadap terhadap program terapi.
7. Terjadinya peningkatan gambaran diri.
8. Terjadi penurunan kecemasan.

2.11 . Peran Perawat


1. Pemberi asuhan keperawatan
Memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan dari sifilis agar bissa direncanakan dan dilaksanakan
tindakan ynag tepat dan sesuai dalam menangani sifilis
2. Advokad klien

Asuhan Keperawatan Sifilis 30


Membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang mengalami penyakit
sifilis tersebut
3. Edukator
Membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan dari penyakit sifilis, gejala penyakit sifilis bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan yang berkenaan dengan penyakit sifilis.
4. Koordinator
Dilaksanakan dengan mengarahkan dan merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga
pemberian pelayanan kesehatan pada penyakit sifilis dapat terarah serta
sesuai dengan kebutuhan klien yang menderita penyakit sifilis.
5. Kolaborasi
Perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi
pelayanan keperawatan yng diperlukan termasuk diskusi dan tukar
pendapat dalam bentuk penentuan pelayanan kesehatan yang diberikan
pada pasien sifilis. Misalnya obat-obatan dan nutrisi yang sesuai bagi
penderita sifilis.
6. Konsultan
Sebagai tempat konsultasi terhadap maslah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan.
7. Peneliti atau pembaharu
Mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yag sistematis
dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan kesehatan.

Asuhan Keperawatan Sifilis 31


BAB III
APLIKASI TEORI

3.1. Kasus
Tn. S berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genetalia dari
semenjak 2 bulan terakhir. Rasa nyeri seperti di bakar dan bertambah parah
setelah beraktivitas dan pada saat malam hari. Tn. S juga mengeluhkan
gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki
dan tangan.
Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dan sering berpergian keluar kota
dalam jangka waktu yang lama, berpisah dengan anak dan istri. Tn. S
kadang-kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan bekerja seks komersial
dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih
tetap melakukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang.
Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin mengidap penyakit sifilis
dan sebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genetalia. Tn. S
mengakui tidak teratur minum obat karena lupa. Tn. S juga kawatir
menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
Pemeriksaan TTV : TD 120/90 mmHg, N= 88 x/menit, RR = 22x, S =
38oC. Pada pemeriksaan genetalia, pada daerah genetalia keadaannya tidak
bersih terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik-bintik di daerah inguinal
dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada penis.

3.2. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
A. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 37 Tahun
Alamat : Jln.Y desaY
Pendidikan : SMA

Asuhan Keperawatan Sifilis 32


JenisKelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : wiraswata
Tanggal Masuk : 07 oktober 2015
Tanggal Pengkajian : 07 oktober 2015
No. Register : 10.09.50.05
Diagnosa Medis : sifilis sekunder
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. R
Umur : 30 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Y desa Y

B. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Klien mengatakan nyeri pada daerah genetalia semenjak 2
bulan terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas
dan pada saat malam hari. Klien juga mengeluhkan gejala-
gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan
pada kaki dan tangan.
2) Riwayat penyakit sekarang
P : Klien mengatakan kadang-kadang memenuhi kebutuhan
seksnya dengan bekerja seks komersial dan tidak suka
menggunakan kondom karena tidak nyaman. Rasa nyeri pada
genetalia bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat
malam hari
Q : Klien mengatakan nyeri seperti terbakar.
R : Klien mengatakan nyeri pada genetalia
S : Klien mengatakan nyeri skala 7.

Asuhan Keperawatan Sifilis 33


T : Klien mengatakan nyeri pada genetalia sejak 2 bulan
terakhir ini.
3) Riwayat penyakit terdahulu
Klien tidak pernah menderita penyakit seperti ini.
4) Riwayat keluarga
Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat sifilis,
tetapi klien tetap melakukan hubungan seksual dengan istrinya.
5) Riwayat pekerjaan
Klien mengatakan bekerja sebagai wiraswasta yang sering
berpergian keluar kota dalam jangka waktu yang lama.
6) Riwayat geografi
Klien mengatakan bahwa ia kadang-kadang memenuhi
kebutuhan seksnya dengan bekerja seks komersial dan tidak
suka menggunakan kondom karena tidak nyaman.
7) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi
8) Kebiasaan sosial
Klien mengatakan sering bersosialisasi sosial dengan
masyarakat sekitarnya
9) Kebiasaan merokok
-
C. Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak. RR = 22x/menit
B2 (Blood)
TD 120/90 mmHg, N= 88 x/menit
B3 (Brain)
Kesadaran umum Kompos Metis / sadar penuh. S =38oC
B4 (Bladder)
-
B5 (Bowel)
-

Asuhan Keperawatan Sifilis 34


B6 (Bone)
-
D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Trepanoma pallidum (+), mengidentifikasi adanya
bakteri penyebab sifilis
b. Pemeriksaan serologi (+)

Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS : klien mengatakan Adanya lesi pada Nyeri Akut
nyeri seperti di bakar sejak jaringan
2 bulan terakhir ini.
DO :
1. Nyeri skala 7.
2. Perubahan tekanan
darah, pernapasan, dan
nadi,TD 120/90
mmHg, RR = 22x/
menit, N = 88x/ menit.
2 DS : klien merasakan Proses infeksi kelenjar Hipertermi
perubahan suhu tubuh. getah bening membesar
DO :
1. S = 38oC
2. Kulit teraba hangat
3. Takikardia N : 88 x/
menit
3 DS : Proses penyakit Ansietas
klien mengatakan cemas
kalau dirinya mungkin
mengidap penyakit sifilis
DO :
1. Raut wajah klien

Asuhan Keperawatan Sifilis 35


terlihat gelisah.
2. Klien terlihat ketakutan
akan proses
penyakitnya.
3. Terdapat peningkatan
kringat.

3.2.1. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya lesi pada jaringan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit kelenjar getah
bening membesar.
3. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit

3.2.2. INTERVENSI
No Tujuan Rencana keperawatan Rasional
Dx
1 Setelah dilakuakan 1. Kaji riwayat nyeri dan 1. Agar dapat
tindakan respon terhadap nyeri. mengetahui
keperawatan 1x24 keparahan nyeri
jam nyeri klien yang dapat diamati
hilang dan 2. Kaji kebutuhan yang atau dilaporkan.
kenyamanan dapat mengurangi nyeri 2. Meringankan atau
terpenuhi. dan jelaskan tentang mengurangi nyeri
Kriteria Hasil : teknik mengurangi nyeri pada saat tingkat
1. Nyeri klien dan penyebab nyeri. kenyamanan yang
berkurang. dapat diterima oleh
2. Ekspresi wajah 3. Ciptakan lingkungan pasien.
klien tidak yang nyaman. 3. Agar klien lebih
kesakitan. 4. Kurangi stimulus yang rileks.
3. Keluhan klien tidak menyenangkan. 4. Untuk mengurangi
berkurang 5. Kolaborasi dengan penyebab stimulus
dokter dengan nyeri.

Asuhan Keperawatan Sifilis 36


pemberian analgesik 5. Memudahkan
pengendalian
pemberian dan
pengaturan analgesik
oleh pasien.
2 Setelah dilakukan 1. Observasi keadaan 1. Mengumpulkan dan
tindakan umum dengan tanda vital menganalisis data
keperawatan selama tiap 2 jam sekali kardiovaskular,
2x24 jam klien akan pernapasan, suhu tubuh
memiliki suhu tubuh untuk menentukan serta
normal. mencegah komplikasi
Kriteria hasil : 2. Terapi demam 2. Penatalaksanaan
1. Suhu 36-37oC pasien yang mengalami
2. Klien tidak hiperpireksia akibat
mengigil faktor selain lingkungan.
3. Klien dapat 3. Kewaspadaan 3. Pencegahan atau
istirahat dengan hipertermia maligna penurunan respon
tenang. hipermetabolik terhadap
obat-obat farmakologis
yang digunakan selama
pembedahan.
4. Berikan kompres di 4. Untuk menurunkan
dahi dan lengan suhu tubuh.
5. Anjurkan agar pasien 5. Agar suhu tetap stabil
menggunakan pakaian dan dalam rentan normal.
yang tipis dan longgar
6. Berikan minum yang 6. Untuk mencegah
banyak pada klien dehidrasi pada klien.
7. Berikan antipiretik 7. Untuk menurunkan
sesuai anjuran dokter suhu tubuh klien dengan
dan monitor keefektifan teknik farmakologis.
30-60 menit kemudian

Asuhan Keperawatan Sifilis 37


3. Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat ketakutan 1. Mengumpulkan dan
tindakan dengan cara pendekatan menganalisis data
keperawatan 1x24 dan bina hubungan kardiovaskular,
jam cemas saling percaya. pernapasan, suhu tubuh
berkurang atau untuk menentukan serta
hilang. mencegah komplikasi.
Kriteria hasil: 2. Pertahankan 2. Menenangkan atau
1. Klien merasa lingkungan yang tenang meredakan kecemasan
rileks dan aman serta pada pasien yang
2. Vital sign dalam menjauhkan benda- mengalami distres akut.
keadaan normal benda berbahaya
3. Klien dapat 3. Libatkan klien dan 3. Agar klien memahami
menerima dirinya keluarga dalam prosedur cara mengendalikan
apa adanya pelaksanaan dan cemas.
perawatan.
4. Ajarkan penggunaan 4. Meminimalkan
rileksasi. kekhawatiran, ketakutan,
prasangka, atau perasaan
tidak tenang yang
berhubungan dengan
sumber bahaya yang di
antisipasi dan tidak jelas.
5. Beritahu tentang 5. Membantu pasien
penyakit dan tindakan untuk beadaptasi dengan
yang dilakukan secara presepsi stressor,
sederhana. perubahan atau ancaman
yang menghambat
pemenuhan tuntunan dan
peran hidup.

Asuhan Keperawatan Sifilis 38


3.2.4. Implementasi
No Tanggal/ Tindakan keperawatan Respon Paraf
Dx jam
1 07-10- 1. Kaji riwayat nyeri 1. Klien mampu menilai Dina
2015 / dan respon terhadap skala nyeri dan klien
10.00 nyeri. lebih merasa nyaman.

2. Untuk dapat
2. Kaji kebutuhan yang mengontrol rasa nyeri
dapat mengurangi secara mandiri.
nyeri dan jelaskan
tentang teknik
mengurangi nyeri 3. Lingkungan yang
dan penyebab nyeri. nyaman akan
3. Ciptakan lingkungan menurunkan rasa nyeri.
yang nyaman.

4. Untuk menurunkan
4. Kurangi stimulus rasa nyeri.
yang tidak 5. Rasa nyeri klien
menyenangkan. berkurang setelah diberi
5. Kolaborasi dengan obat anti nyeri.
dokter dengan
pemberian analgesik
2 08-10-2015 1. Observasi keadaan 1. Untuk mempermudah Dina
/ 08.00 umum dengan tanda proses keperawatan yang
vital tiap 2 jam sekali akan diberikan.
2. Terapi demam 2. Untuk menurunkan
demam
3. Kewaspadaan 3. Mencegah terjadinya
hipertermia maligna hipertermia yang

Asuhan Keperawatan Sifilis 39


berkelanjutan.
4. Berikan kompres di 4. Hipertermi menurun.
dahi dan lengan
5. Anjurkan agar pasien 5. Mengontrol suhu
menggunakan tubuh agar stabil dari
pakaian yang tipis suhu ruangan.
dan longgar 6. Agar tidak mengalami
6. Berikan minum yang dehidrasi.
banyak pada klien 7. Suhu tubuh klien
7. Berikan antipiretik berkurang setelah diberi
sesuai anjuran dokter penatalaksanaan
dan monitor farmakologis.
keefektifan 30-60
menit kemudian
3 10-10-2015 1. Kaji tingkat 1. Untuk dapat Dina
10.00 ketakutan dengan mengontrol rasa nyeri
cara pendekatan dan secara mandiri.
bina hubungan saling
percaya. 2. Menjauhkan dari
2. Pertahankan stimulus ansietas.
lingkungan yang
tenang dan aman
serta menjauhkan 3. Klien paham akan
benda-benda proses pelaksanaan dan
berbahaya perawatannya.
3. Libatkan klien dan
keluarga dalam 4. Klien nampak sedikit
prosedur pelaksanaan tenang
dan perawatan. 5. Klien mengerti tentang
4. Ajarkan penggunaan tentang penyakit dan
rileksasi. tindakan yang dilakukan
5. Beritahu tentang secara sederhana.

Asuhan Keperawatan Sifilis 40


penyakit dan
tindakan yang
dilakukan secara
sederhana.

3.2.5. Evaluasi

No Tanggal/jam Evaluasi Paraf


dx
1 11-10-2015 S = klien mengatakan nyeri yang di rasakan sudah Dina
10.00 mulai berkurang.
O = nyeri berkurang dari skala 6 ke skala.
A = masalah sebagian teratasi
P = tindakan 1,2,3 dan 4 di hentikan, tindakan 5 di
lanjutkan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri yang di rasakan pasien.
2 11-10-2015 S = klien mengatakan suhu tubuhnya sudah kembali Dina
11.00 normal.
O = Suhu 37oC
A = tindakan sebagian teratasi.
P = tindakan 1-5 dihentikan dan tindakan 6-7
dilanjutkan secara mandiri.
3 11-10-2015 S = klien mengatakan sudah merasa lebih tenang dari Dina
12.00 sebelumnya, lebih mengerti jalannya penyakit yang
di derita.
O = Klien merasa rileks, Vital sign dalam keadaan
normal, Klien dapat menerima dirinya apa adanya.
A = masalah teratasi.
P = tindakan dihentikan, pasien dipulangkan dengan
di bekali dan informasi untuk mencegah terjadinya
penyakit sifilis yang berulang.

BAB IV

Asuhan Keperawatan Sifilis 41


PEMBAHASAN

Sifilis kata lain raja singa merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema (Spirochaeta)pallidum yang
ditularkan melalui hubungan seksual, transplasenta dan trasfusi darah yang
menjangkit ke seluruh tubuh.
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang penularan
bakterinya dapat melalui cara kontak langsung dan transfuse. Cara kontak
langsung yaitu melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis dan
mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital. Tranfusi
darah atau mendonor bisa terjadi jika donor menderita sifilis pada stadium
awal.
Manifestasi klinis dari sifilis sekunder timbul setelah 6-8 minggu
sejak sifilis primer, terjadi ruam, terjadi macula ; biasanya pecah di area
hangat dan lembab (perineum, skrotum, vulva, atau diantara gulungan lemak
di batang tubuh) dan juga di lengan, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan
kulit kepala dan kemudian membesar dan mengeras., sehingga menimbulkan
lesi menular berwarna merah muda atau putih keabu-abuan (condylomata
lata), dan gejala ringan yang berkaitan dengan ketahanan tubuh seperti
anoreksia, turunnya berat badan, mual, muntah, tidak enak badan, sakit
tenggorokan, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal, sering disertai
limfadenitis generalisata, Kuku rapuh dan berbintik.
Pada aplikasi teori didapatkan kasus Tn. S merasakan nyeri pada
daerah genetalia dari semenjak 2 bulan terakhir dan juga mengeluhkan
gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki
dan tangan. Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dan sering berpergian keluar
kota dalam jangka waktu yang lama, Tn. S kadang-kadang memenuhi
kebutuhan seksnya dengan bekerja seks komersial dan tidak suka
menggunakan kondom karena tidak nyaman. Hail pemeriksaan TTV : TD
120/90 mmHg, N= 88 x/menit, RR = 22x, S = 38oC. Pada pemeriksaan
genetalia, pada daerah genetalia keadaannya tidak bersih terdapat luka

Asuhan Keperawatan Sifilis 42


kemerahan dan terdapat bintik-bintik di daerah inguinal dan ditemukan
adanya ulkus kemerahan pada penis.
Dari kasus diatas dengan diagnosis sifils sekunder Timbul setelah 6-8
minggu :
 Ruam : macular, popular, pustular, atau nodular, lesi dengan
ukuran serangan, berbatas jelas dan tergeneralisasi.
 Macula ; biasanya pecah di area hangat dan lembab (perineum,
skrotum, vulva, atau diantara gulungan lemak di batang tubuh)
dan juga di lengan, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kulit
kepala dan kemudian membesar dan mengeras., sehingga
menimbulkan lesi menular berwarna merah muda atau putih
keabu-abuan (condylomata lata).
 Gejala ringan yang berkaitan dengan ketahanan tubuh :
anoreksia, turunnya berat badan, mual, muntah, tidak enak badan,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal,
sering disertai limfadenitis generalisata.
 Kuku rapuh dan berbintik
Pengobaan sifilis sekunder diberikan obat Procaine penicillin G. 600.000
unit intramuskuler per hari selama 8 hari dan Benzathine penicillin.
Mencegah penyakit sifilis secara dini :
a. Selalu menjaga higeinis (kebersihan/kesehatan) organ ginetalia
b. Jangan lupa menggunakan kondom bila melakukan hubungan seks
c. Membatasi pasangan seks. Lebih sedikit orang yang berhubungan seks
dengan anda.
d. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
e. Menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapat membantu
mencegah penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku seksual beresiko

Asuhan Keperawatan Sifilis 43


BAB V
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sifilis kata lain raja singa merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema (Spirochaeta) pallidum yang
ditularkan melalui hubungan seksual, transplasenta dan trasfusi darah yang
menjangkit ke seluruh tubuh. Klasifikasi Sifilis menurut World Health
Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu sifilis prenatal (kongenital) dan Sifilis akuisita (didapat)
Penyebab sifilis dapat terjadi bisa juga karena kontak langsung dan
transfuse melalui darah. Pada kontak langsung cara penularan melalui
hubungan seksual, mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis
kongenital dan Infeksi transplasental.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya sifilis cukup banyak
yaitu laki-laki atau wanita yang sering berganti-ganti pasangan biasanya
berumur antara 20-30 tahun.

4.2. Saran
1. Sebaiknya dapat mendeteksi sifilis secara dini, untuk sifilis kongenital di
deteksi selama kehamilan.
2. Selalu menjaga higeinis (kebersihan/kesehatan) organ ginetalia.
3. Sebaiknya menggunakan kondom bila melakukan hubungan seks.
4. Sebaiknya Membatasi pasangan seks. Lebih sedikit orang yang
berhubungan seks dengan anda.
5. Sebaiknya untuk tenaga kesehatan, meminta jarum suntik baru setiap kali
menerima pelayanan medis yang menggunakan jarum suntik.
6. Sebaiknya menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
7. Sebaiknya menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapat
membantu mencegah penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku seksual beresiko.

Asuhan Keperawatan Sifilis 44


DAFTAR PUSTAKA

Soedarto. 1996. Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika.


Murtiastutik, Dwi. 2009. Atlas HIV & AIDS dengan Kelainan Kulit. Surabaya :
Airlangga University Press.
Mandal dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Surabaya : Erlangga Medical Series.
Muttaqin, Arif & Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika.
William & Wilkins. 2011. Nursing :Memahami Berbagai Macam Penyakit.
Jakarta : Indeks.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Vol:3.
Jakarta : EGC.
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2012. Anatomi Fisiologi. Jakarta:EGC.

Asuhan Keperawatan Sifilis 45

Anda mungkin juga menyukai