PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi genitalia eksterna pria dan wanita?
2. Untuk mengetahui definisi sifilis
3. Untuk mengetahui etiologi sifilis
4. Untuk mengetahui patofisiologi sifilis
5. Untuk mengetahui epidemiologi sifilis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis sifilis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik
8. Untuk mengetahui pencegahan sifilis
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan sifilis
10. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan sifilis
11. Untuk mengetahui peran perawat
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sifilis
a. Penis
Penis terletak menggelantung di depan skrotum. Bagian ujung
disebut glands penis, bagian tengah korpus penis, dan bagian
pangkal radiks penis.
Kulit pembungkus amat tipis tidak berhubungan dengan bagian
permukaan dalam dari organ dan tidak mempunyai jaringan
adipose
Kulit ini berhubungan dengan velvis, skrotum, dan perineum.
b. Glans
Bagian depan atau kepala penis
Glans banyak mengandung pembuluh darah dan saraf
Kulit yang menutupi glans disebut foreskin (preputium)
Di beberapa Negara memiliki kebiasaan membersihkan daerah
sekitar atau dengan kata lain sunat
c. Skrotum
Kantong kulit yang menggelantung dibawah penis
Skrotum berfungsi untuk melindungi testis, berwarna gelap dan
berlipat-lipat.
Papul
Hipertermi SSP (sistem saraf pusat)
Ulkus
Sumsum tulang belakang Otak
Disfungsi Seksual
Nyeri kepala, pusing,
penglihatan kabur & mual
Nyeri
1. Sifilis primer
Masa tunas 2-4 minggu
Biasa menular melalui senggama
Erosi menjadi ulkus (bulat, solitar, dasarnya adalah jaringan
ganulasi berwarna merah dan bersih, diatasnya tampak serum)
Pada pria tempat yang sering dikenai adalah sulkus koronarius
sedangkan pada wanita di labia minor dan mayor selain itu juga
dapat di ekstragenital misalnya di lidah, tonsil dan anus.
2. Sifilis sekunder
Timbul setelah 6-8 minggu sejak sifilis primer
Ruam : macular, popular, pustular, atau nodular, lesi dengan
ukuran serangan, berbatas jelas dan tergeneralisasi.
Macula ; biasanya pecah di area hangat dan lembab (perineum,
skrotum, vulva, atau diantara gulungan lemak di batang tubuh)
dan juga di lengan, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan kulit
kepala dan kemudian membesar dan mengeras., sehingga
menimbulkan lesi menular berwarna merah muda atau putih
keabu-abuan (condylomata lata).
Gejala ringan yang berkaitan dengan ketahanan tubuh :
anoreksia, turunnya berat badan, mual, muntah, tidak enak badan,
sakit tenggorokan, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal,
sering disertai limfadenitis generalisata.
3. Sifilis laten
Tidak ada tanda dan gejala di stadium laten awal
Pemeriksaan serologisnya positif.
Stadium laten awal dianggap menular karena lesi menular bisa
munclu kembali selama sampai 4 tahun pertama
Sekitar dua-pertiga pasien tidak menunjukkan tanda atau gejala
dari stadium laten lanjutan sampai meninggal (pasien lainnya
mengalami gejala stadium-lanjut)
Oleh CDC sifilis laten dibagi menjadi dua stadium, sifilis laten
dini, yaitu bila infeksi kurang dari 12 bulan dan sifilis laten lanjut
bila infeksi lebih dari 12 buln, kekambuhan sifilis sekunder lebih
sering dijumpai pada stadium sifilis laten dini.
4. Sifilis lanjutan (tersier)
Stadium akhir, destruktif, tetapi tidak menular : memiliki 3 sub
tipe, yang salah satu atau semuanya bisa menyerang pasien :
sifilis jinak lanjutan, sifilis kardiovaskular dan neurosifilis.
Lesi sifilis jinak lanjutan (disebut gumma) :
- Nodulus superfisial, kronis, dan soliter atau lesi
granulomatosa dan dalam ; asimetris, tidak terasa sakit, dan
mengeras
- Berkembang 1 sampai 10 tahun setelah infeksi
- Bisa muncul di kulit, tulang (terutama tulang kaki), selaput
lendir, traktus respiratorik ata, dan organ
- Di hati, bisamenyebabka nyeri epigastrik, pelunakan,
pembesaran limpa, dan anemia.
- Di traktus respiratorik atas, bisa menyebabkan perforasi
septum nasal atau palatum.
- Di kasus parah, bisa menghancurkan tulang atau organ,
akhirnya mengakibatkan kematian.
3. Intervensi Kepererawatan
Tujuan intervensi keperawatan adalah peningkatan integritas
jaringan kulit, penurunan respon nyeri, penurunan suhu tubuh ke rentang
normal, pemenuhan informasi, dan mekanisme koping yang efektif.
Untuk gangguan integritas jaringan nyeri, hipertermi, dan gangguan citra
diri dapat disesuaikan dengan masalah yang sama dengan pasien ulkus
mole.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan,
meliputi :
1. Menurunnya keluhan nyeri.
2. Terjadinya peningkatan integritas jaringan kulit.
3. Suhu tubuh dalam rentang normal.
4. Terpenuhinya informasi pengetahuan tentang penyakit dan resiko
penyebaran infeksi.
5. Pasien tidak mengalami komplikasi ke organ gentelia lain.
6. Terpenuhinya kepatuhan pasien terhadap terhadap program terapi.
7. Terjadinya peningkatan gambaran diri.
8. Terjadi penurunan kecemasan.
3.1. Kasus
Tn. S berumur 37 tahun mengatakan nyeri pada daerah genetalia dari
semenjak 2 bulan terakhir. Rasa nyeri seperti di bakar dan bertambah parah
setelah beraktivitas dan pada saat malam hari. Tn. S juga mengeluhkan
gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki
dan tangan.
Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dan sering berpergian keluar kota
dalam jangka waktu yang lama, berpisah dengan anak dan istri. Tn. S
kadang-kadang memenuhi kebutuhan seksnya dengan bekerja seks komersial
dan tidak suka menggunakan kondom karena tidak nyaman. Tn. S juga masih
tetap melakukan hubungan seksual dengan istrinya apabila pulang.
Tn. S merasa cemas kalau dirinya mungkin mengidap penyakit sifilis
dan sebelumnya juga pernah menderita infeksi pada genetalia. Tn. S
mengakui tidak teratur minum obat karena lupa. Tn. S juga kawatir
menularkan penyakitnya kepada istrinya, serta merasa sangat bersalah.
Pemeriksaan TTV : TD 120/90 mmHg, N= 88 x/menit, RR = 22x, S =
38oC. Pada pemeriksaan genetalia, pada daerah genetalia keadaannya tidak
bersih terdapat luka kemerahan dan terdapat bintik-bintik di daerah inguinal
dan ditemukan adanya ulkus kemerahan pada penis.
B. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Klien mengatakan nyeri pada daerah genetalia semenjak 2
bulan terakhir. Rasa nyeri bertambah parah setelah beraktivitas
dan pada saat malam hari. Klien juga mengeluhkan gejala-
gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan
pada kaki dan tangan.
2) Riwayat penyakit sekarang
P : Klien mengatakan kadang-kadang memenuhi kebutuhan
seksnya dengan bekerja seks komersial dan tidak suka
menggunakan kondom karena tidak nyaman. Rasa nyeri pada
genetalia bertambah parah setelah beraktivitas dan pada saat
malam hari
Q : Klien mengatakan nyeri seperti terbakar.
R : Klien mengatakan nyeri pada genetalia
S : Klien mengatakan nyeri skala 7.
Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1 DS : klien mengatakan Adanya lesi pada Nyeri Akut
nyeri seperti di bakar sejak jaringan
2 bulan terakhir ini.
DO :
1. Nyeri skala 7.
2. Perubahan tekanan
darah, pernapasan, dan
nadi,TD 120/90
mmHg, RR = 22x/
menit, N = 88x/ menit.
2 DS : klien merasakan Proses infeksi kelenjar Hipertermi
perubahan suhu tubuh. getah bening membesar
DO :
1. S = 38oC
2. Kulit teraba hangat
3. Takikardia N : 88 x/
menit
3 DS : Proses penyakit Ansietas
klien mengatakan cemas
kalau dirinya mungkin
mengidap penyakit sifilis
DO :
1. Raut wajah klien
3.2.2. INTERVENSI
No Tujuan Rencana keperawatan Rasional
Dx
1 Setelah dilakuakan 1. Kaji riwayat nyeri dan 1. Agar dapat
tindakan respon terhadap nyeri. mengetahui
keperawatan 1x24 keparahan nyeri
jam nyeri klien yang dapat diamati
hilang dan 2. Kaji kebutuhan yang atau dilaporkan.
kenyamanan dapat mengurangi nyeri 2. Meringankan atau
terpenuhi. dan jelaskan tentang mengurangi nyeri
Kriteria Hasil : teknik mengurangi nyeri pada saat tingkat
1. Nyeri klien dan penyebab nyeri. kenyamanan yang
berkurang. dapat diterima oleh
2. Ekspresi wajah 3. Ciptakan lingkungan pasien.
klien tidak yang nyaman. 3. Agar klien lebih
kesakitan. 4. Kurangi stimulus yang rileks.
3. Keluhan klien tidak menyenangkan. 4. Untuk mengurangi
berkurang 5. Kolaborasi dengan penyebab stimulus
dokter dengan nyeri.
2. Untuk dapat
2. Kaji kebutuhan yang mengontrol rasa nyeri
dapat mengurangi secara mandiri.
nyeri dan jelaskan
tentang teknik
mengurangi nyeri 3. Lingkungan yang
dan penyebab nyeri. nyaman akan
3. Ciptakan lingkungan menurunkan rasa nyeri.
yang nyaman.
4. Untuk menurunkan
4. Kurangi stimulus rasa nyeri.
yang tidak 5. Rasa nyeri klien
menyenangkan. berkurang setelah diberi
5. Kolaborasi dengan obat anti nyeri.
dokter dengan
pemberian analgesik
2 08-10-2015 1. Observasi keadaan 1. Untuk mempermudah Dina
/ 08.00 umum dengan tanda proses keperawatan yang
vital tiap 2 jam sekali akan diberikan.
2. Terapi demam 2. Untuk menurunkan
demam
3. Kewaspadaan 3. Mencegah terjadinya
hipertermia maligna hipertermia yang
3.2.5. Evaluasi
BAB IV
Sifilis kata lain raja singa merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema (Spirochaeta)pallidum yang
ditularkan melalui hubungan seksual, transplasenta dan trasfusi darah yang
menjangkit ke seluruh tubuh.
Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang penularan
bakterinya dapat melalui cara kontak langsung dan transfuse. Cara kontak
langsung yaitu melakukan hubungan seksual dengan penderita sifilis dan
mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis kongenital. Tranfusi
darah atau mendonor bisa terjadi jika donor menderita sifilis pada stadium
awal.
Manifestasi klinis dari sifilis sekunder timbul setelah 6-8 minggu
sejak sifilis primer, terjadi ruam, terjadi macula ; biasanya pecah di area
hangat dan lembab (perineum, skrotum, vulva, atau diantara gulungan lemak
di batang tubuh) dan juga di lengan, telapak tangan, telapak kaki, wajah, dan
kulit kepala dan kemudian membesar dan mengeras., sehingga menimbulkan
lesi menular berwarna merah muda atau putih keabu-abuan (condylomata
lata), dan gejala ringan yang berkaitan dengan ketahanan tubuh seperti
anoreksia, turunnya berat badan, mual, muntah, tidak enak badan, sakit
tenggorokan, nyeri kepala, demam ringan, tidak gatal, sering disertai
limfadenitis generalisata, Kuku rapuh dan berbintik.
Pada aplikasi teori didapatkan kasus Tn. S merasakan nyeri pada
daerah genetalia dari semenjak 2 bulan terakhir dan juga mengeluhkan
gejala-gejala flu, seperti demam dan pegal-pegal, serta kemerahan pada kaki
dan tangan. Tn. S bekerja sebagai wiraswasta dan sering berpergian keluar
kota dalam jangka waktu yang lama, Tn. S kadang-kadang memenuhi
kebutuhan seksnya dengan bekerja seks komersial dan tidak suka
menggunakan kondom karena tidak nyaman. Hail pemeriksaan TTV : TD
120/90 mmHg, N= 88 x/menit, RR = 22x, S = 38oC. Pada pemeriksaan
genetalia, pada daerah genetalia keadaannya tidak bersih terdapat luka
4.1. Kesimpulan
Sifilis kata lain raja singa merupakan penyakit yang disebabkan oleh
bakteri berbentuk spiral yaitu Treponema (Spirochaeta) pallidum yang
ditularkan melalui hubungan seksual, transplasenta dan trasfusi darah yang
menjangkit ke seluruh tubuh. Klasifikasi Sifilis menurut World Health
Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu sifilis prenatal (kongenital) dan Sifilis akuisita (didapat)
Penyebab sifilis dapat terjadi bisa juga karena kontak langsung dan
transfuse melalui darah. Pada kontak langsung cara penularan melalui
hubungan seksual, mencium atau pada saat menimang bayi dengan sifilis
kongenital dan Infeksi transplasental.
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya sifilis cukup banyak
yaitu laki-laki atau wanita yang sering berganti-ganti pasangan biasanya
berumur antara 20-30 tahun.
4.2. Saran
1. Sebaiknya dapat mendeteksi sifilis secara dini, untuk sifilis kongenital di
deteksi selama kehamilan.
2. Selalu menjaga higeinis (kebersihan/kesehatan) organ ginetalia.
3. Sebaiknya menggunakan kondom bila melakukan hubungan seks.
4. Sebaiknya Membatasi pasangan seks. Lebih sedikit orang yang
berhubungan seks dengan anda.
5. Sebaiknya untuk tenaga kesehatan, meminta jarum suntik baru setiap kali
menerima pelayanan medis yang menggunakan jarum suntik.
6. Sebaiknya menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
7. Sebaiknya menghindari alkohol dan penggunaan narkoba juga dapat
membantu mencegah penularan sifilis, karena kegiatan tersebut dapat
mengakibatkan perilaku seksual beresiko.