BLOK 6
Oleh:
Kelompok D
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Skenario 5
Ainur usia 18 tahun dating ke dokter praktek swasta diantar ibunya dengan
keluhan terlambat haid selama 2 minggu. Dari anamnesis diketahui adanya
keputihan, rasa tgatal dan panas pada kemaluannya. Menurut ibunya, Ainur
menjadi pendiam dan suka menyendiri sejak 1 bulan yang lalu. Dokter kemudian
meminta Ainur menceritakan dengan terbuka semua permasalahannya. Ainur
menceritakan bahwa 1 bulan yang lalu dia diperkosa oleh anak majikan bersama
teman temannya. Hasil pemeriksaan plano tes positif. Keluarga Ainur kemudian
melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwajib. Oleh polisi Ainur diberi surat
pengantar untuk menjalani visum di rumah sakit.
Klarifikasi istilah:
Visum: keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran
forensik.
Mind Map
1. Anatomi
A. Anatomi
Labia major adalah bentukan terbesar dari female external genital organs.
Ini membentuk suatu garis/batasan/bentukan pada sisi sinistra dan dextra,
menyempit di depan anus dan di ujung depan setelah clitoris dengan pelebaran di
bagian medial. Mengelilingi rima-pudendi, tempat lubang uretra dan vagina.
Labia Major terdiri terutama oleh fatty areolar tissue yang mulai berambut saat
pubertas.
B. Histologi
Labia major merupakan lipatan kulit yang menutup labia minora dari luar.
Bagian ini mempunyai dua macam epitel:
(1) Permukaan dalam
Permukaan yang menghadap labia minora tampak licin dan epitelnya epitel
berlapis pipih tanpa tanduk.
(2) Permukaan Luar
Berambut dan memiliki epitel berlapis pipih dengan tanduk.
Dermis mengandung kelenjar sebacea, kelenjar keringat, sabut otot polos:
a. Permukaan dalm tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar sebacea
b. Permukaan luar mempunyai folikel rambut. [21]
A. Anatomi
Labia minor merupakan sepasang lipatan kulit yang lebih kecil dan sempit.
Mulai terbentuk dari bagian posterior dalam labia major dan mengikuti jalur labia
major (bertemu di sekitar 1/3 anterior labia major, dan melebar di bagian medial).
Di ujung labia minor anterior membentuk praeputium clitoridis, labia minor yang
mengelilingi glands clitoris. [19]
B. Histologi
1.3 Klitoris
A. Anatomi
Klitoris adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas
antara kedua labia minora (bibir vagina dalam). Klitoris identik dengan penis pada
pria karena bentuknya mirip penis dan sensitif seperti penis. Klitoris banyak
dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang
sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. [2]
B. Histologi
Histologi klitoris homolog dengan penis yaitu mempunyai dua corpora
cavernosa yang bersifat erektil dan pada ujungnya berakhir sebagai glans clitoridis
(rudimenter). Permukaannya diliputi oleh epitel berlapis pipih tanpa tanduk. Pada
lamina propria, mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf sensorik
khusus yaitu corpuscle meissner dan corpuscle paccini. [21]
1.2 Vagina
A. Vaskularisasi
B. Inervasi
(1) Simpatis: (T10-L2) Plexus hypogastricus inferior Plexus
uterovaginalis n.vaginalis
(2) Parasimpatis: (S2-S4) nn.spanchinici pelvic
C. Limfatik
(1) m. bulbospongiosus
1.3 UTERUS
Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng
ke arah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,
lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding uterus adalah 1,25 cm.
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah
melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih
dan rectum. Secara normal, uterus terletak antefleksi (menengadah ke depan) dan
anteversi (terdorong ke depan). Tetapi dapat juga retrofleksi (menengadah ke
belakang) dan retroversi (terdorong ke belakang). [14]
A. Fundus uteri, adalah bagian uterus proksimal di atas muara tuba uterina yang
mirip dengan kubah , di bagian ini tuba falloppii masuk ke uterus.
B. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri
menyempit di bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai serviks.
Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri ( rongga
rahim ).
(1) Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus
menuju ke arah ligamenta
(2) Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi
sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium
uteri internum
(3) Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan
anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh
darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.
Lapisan ini terdiri atas peritoneum viserale yang meliputi dinding uterus
bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi fundus dan korpus, kemudian
membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk
kantung vesikouterina. Ke posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus,
korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk kantung
rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum
membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan
ganda ini adalah ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.
1.3.3 Ligamentum
Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Adapun nama
ligament-ligamen pada uterus ( FKUNPAD,1983 ), yaitu :
Darah arteri memperdarahi uterus melalui arteri uterus (berasal dari arteri
iliaka interna) dan bercabang menjadi arteri ovarian dan vagina.
B. Darah kembali dari uterus melalui vena uterus yang parallel dengan jalur
arteri. [13]
1.3.5 Inervasi
A. serat nosiseptif dalam uterus dan serviks lewat pleksus uterine dan
servikalis
B. pleksus pelvikus
C. n. hipogastrika medius
D. n. hipogastrikus superior
E. rantai simpatis lumbalis
F. rantai torasikus bagian bawah
G. rami komunikantes albus yang berkaitan dengan nervus spinalis T10, T11,
T12 dan L1
H. radiks posterior saraf spinalis ini lanjut ke neuron kornu dorsalis [9]
1.4 Ovarium
1.4.1 Anatomi
A. Ligament-ligamen:
-Ligamen ovarii propium : menghubungkan ovarium dan uterus
-Ligamen suspensorium ovarii (lig, infundibulopelvicum) : menghubungkan
ovarium dan dinding pelvis lateral, membawa arteri dan vena ovarica
-ligamen latum uteri : ligament yang lebar sebagai lipatan peritoneal frontal
- mesosalfing :duplikatur peritoneal ovarium dan tuba uterine, dihubungkan
dengan ligament latum
B. Vaskularisasi terdiri dari:
(1) arteri ovarica (dari aorta abdominalis), A. uterine dengan R. Ovaricus.
(2) Vena ovarica bermuara kedalam V. cava inferior pada sisi kanan dan vena
renalis sinistra pada sisi kiri
C. Innervasi :
- Simpatis pleksus hipogastrikus superior, turun menjadi pleksus ovaricus
D. Nodulus limfe : nodi lymphoidei lumbales setinggi ginjal
Sumber : sobotta edisi 23
1.4.2 Histologi
Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-
macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma
ovarium dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak
jelas. Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun
berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan
dikelilingi oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti
miofibroblastik dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan
desmin.
Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat
kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di
luar korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu
folikel grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi.
Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri
dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epiteloid yang
mengelilingi pembuluh darah dan pembuluh saraf.
Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu:
1.Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.
2.Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.
Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar
membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke
nodus para aortik, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka
pada umumnya dan nodus inguinal.
Gambar 3. Skema siklus ovulasi (dikutip dari Koss’Diagnoctic Cytology and Its
Histopathologi Bases
C. Isthmus:
▫ Diameter kecil dengan lumen yang sempit.
▫ Dindingnya tebal dengan lapisan otot yang cukup tebal.
D. Intramural:
▫ Menembus dinding uterus dan mempunyai lumen sempit.
• Tuba Uterina: Ampulla dengan Ligamentum Mesosalpinx
• (Pandangan Menyeluruh, Potongan Transversal)
1.5.2 Histologi
Mukosa tuba uterina terdiri dari epitel selapis silindrisbersilia dan tidak
bersilia yang terletak di atas jaringan ikat longgar lamina propria. Tunika
muskularis terdiri dari dua lapisan otot polos, lapisan sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar. Di antara lapisan otot terdapat banyak jaringan ikat intertisial,
dan, akibatnya, lapisan otot polos terutama lapisan luar tidak jelas terlihat. Banyak
venula dan arteriol terlihat di jaringan ikat interstisial. Serosa peritoneum
viscerale membentuk lapisan terluar tuba uterina, yang berhubungan dengan
ligamentum mesosalpinx di tepi superior ligamentum latum. [4]
(DiFiore)
2. FISIOLOGI
5. Fase Sekretoris
Pada fase sekretoris tebalnya endometrium telah maksimum, yakni 5
sampai 7 mm. Pada pasca menstruasi tebal endometrium sisa 0,5 sampai 1 mm.
Bagian basal dari kelenjar-kelenjar uterus yang tersisa pada waktu menstruasi
bertumbuh memanjang dan kemudian berkelok-kelok. Diameter kelenjar
bertambah. Sel-sel kelenjar banyak memproduksi glikogen. Pada fase ini bagian
apikal sel-sel kelenjar melepaskan diri dan disekret ke ruang uterus bersama
glikogen dan sekret lain, sekret berupa lendir berfungsi untuk menerima
blastokista, jika terjadi pembuahan.
Setelah ovulasi, hormon LH dari lobus anterior hipophysis menginduksi
folikel de Graaf yang tersisa menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini
memproduksi hormon progesteron. Oleh peredaran darah hormon progesteron tiba
di uterus dan menginduksi sekresi kelenjar-kelenjar serta mempertahankan
eksistensi tebalnya endometrium, sebagai persiapan untuk implantasi dan tempat
perkembangan embrio. Fase ini berlangsung kurang lebih 8 hari.
6. Fase menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang akhir fase sekretoris hormon
estrogen dan progesteron makin meningkat. Konsentrasi tinggi dari kedua hormon
tersebut memberikan umpan balik negatif bagi hipotalamus, sehingga produksi
homron GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon FSH dan
LH. Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan LH
untuk berfungsi mulai berdegenerasi dan berubah menjadi korpus albikans. Hal
ini mengakibatkan penurunan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan fase sekretoris dan keutuhan
tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesteron menuju
tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi. Pembuluh
darah terpotong, sehingga terjadi perdarahan. Peristiwa ini disebut menstruasi.
Darah menstruasi tidak berkoagulasi. Erosi endometrium tidak terjadi
sekaligus, melainkan setempat demi setempat sampai akhir menstruasi. Stratum
basalis yang tersisa bertumbuh kembali pada fase proliferasi dari daur berikutnya.
[7]
2.2 Siklus Ovarium
Pola ritmis ini disebut female monthly sexual cycle / menstruation cycle.
Durasi dari siklus ini rata-rata berlangsung setiap 29 hari. Namun periode ini bisa
memendek hingga 20 hari atau memanjang hingga 45 hati pada beberapa wanita.
Abnormalitas siklus menstruasi berhubungan dengan kurangnya fertilitas pada
wanita.
Ada 2 hasil utama yang terjadi pada siklus ini (terjadi per siklus) :
• 3-5 hari setelah fertilisasi, ovum ditransport melalui tuba ke cavitas uterus.
• Aliran cairan pada tuba & kerja epithel bersilia, kontraksi tuba.
• Progesteron dari corpus luteum membantu masuknya ovum ke dalam
uterus.
• Terjadi beberapa tahap pembelahan sel (blastocyst).
• Nutrisi oleh sekret dari sel-sel di tuba fallopii.
2.5.3 Implantasi blastosit
B. esterogen
Menopause terjadi saat jumlah folikel yang tersisa telah berada di bawah
ambang kritis persediaan folikel, yaitu sekitar 1000 folikel, tanpa
mempermasalahkan usia wanita tersebut. Selama masa reproduksi seorang
wanita, dijumpai sekitar 400 folikel saja yang mengalami ovulasi, sedangkan
selebihnya, yaitu sekitar 99,8% dari total simpanan folikel sejak masa intrauterin
akan mengalami atresia pada tahap-tahap tertentu perkembangannya.
Karena aksis HPO ini tetap intak selama masa transisi menopause,
penurunan kadar estrogen dan inhibin menyebabkan umpan balik negatif
(negative feedback) yang ditujukan dari ovarium ke hipofisis menjadi tidak
adekuat. Akibatnya, kadar hormon FSH dan LH akan meningkat tinggi dalam
darah. Dari kedua hormon tersebut, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH yang dapat meningkat hingga 20 kali lipat kadar
biasanya (>20 IU/L). Hal ini dikarenakan cepatnya laju bersihan (clearence) LH
dari darah, yaitu sekitar 12-15 kali lebih cepat dibandingkan FSH. Oleh karena
itu, peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik
untuk mendiagnosis sindrom klimakterium. Kadar hormon FSH ini akan terus
meninggi sampai memasuki masa senium dimana mulai terjadi atrofi dari uterus,
ovarium dan organ-organ tubuh lainnya.
Tingginya kadar FSH dalam darah dan sedikitnya jumlah folikel yang
tersisa di ovarium menyebabkan fase folikular siklus mestruasi wanita di masa
klimakterium menjadi memendek sehingga seringkali pada wanita menjelang
masa menopause dijumpai gangguan siklus menstruasi. Perubahan yang paling
mencolok pada masa menopause adalah perubahan kadar hormon estrogen dalam
darah. Karena selama masa reproduksi seorang wanita, folikel menjadi sumber
utama produksi hormon estrogen dan progesteron, maka perubahan struktural dan
fungsional dari folikel-folikel yang tersisa di ovarium pada masa menopause
menyebabkan kadar hormon estradiol menurun drastis. Tanpa sumber estrogen
folikular ini, maka produksi estrogen pada wanita menopause hanya
mengandalkan sumber estrogen yang dihasilkan oleh stroma ovarium yang
distimulasi oleh FSH dan LH, menghas ilkan produk estrogen berupa estrone.
Sumber lain yang juga menopang produksi estrogen setelah menopause adalah
produksi androstenadione dari kelenjar adrenal yang kemudian akan mengalami
aromatisasi di sirkulasi perifer sehingga menghasilkan estrogen yang juga
tersedia dalam bentuk estrone. Estrogen yang dihasilkan oleh sumber lain selain
dari folikel ini disebut sebagai estrogen non- folikular .
B. Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan
bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami
menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia
50-an tahun.
C. Senium
B. Peri Menopause
Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-
gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang
tidak teratur, dan siklus haid yang panjang.
C. Menopause
B. Perubahan Hormon
D. Perubahan Emosi
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan
gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis.
Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih
sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita
hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala
yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan
seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi
dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama
sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.
Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami
menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan
mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa
panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering
diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering
terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena
hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga
disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa
menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-
adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan
neuron pelepas LH.
Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada
hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan
sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan
menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan
dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga berhubungan dengan ruang
sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Keluhan hot flushes mereda setelah
tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian,
sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun.
Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam
meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus.
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena
penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina.
Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan
vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina
menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010).
Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini
mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.
(10) Penyakit
(2) Kecemasan
Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang erhadap
sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan
emosi.
(5) Depresi
3.4 Estrogen
A. Estrogen
Estrogen merupakan hormon seks primer yang merupak hormon steroid
yang dominan diproduksi di ovarium. Terdapat tiga tipe estrogen yang
utama yaitu estradiol, estriol, estron.
a. Estradiol
Estradiol yaitu 17β-estradiol merupakan tipe estrogen yang paling
banyak diproduksi pada masa menarche sampai menopause. 17β-
estradiol dapat
diperoleh melalui 2 cara yaitu :
1) Androstenedion yang dikonversi menjadi testosteron yang
kemudian melalui reaksi aromatase testosteron akan diubah
menjadi 17β-estradiol.
2) Androstenedion melalui reaksi aromatase diubah menjadi estron
kemudian dengan bantuan enzim 17β-hydroxysteroid reductase
estron akan dikonversi menjadi 17β-estradiol.
b. Estron
Estron diproduksi dari androstenedion yang berasal dari
gonad atau kortek adrenal melaui reaksi aromatase. Pada masa
premenopause wanita 50% estron disekresikan dari ovarium. Pada
masa setelah menopause jumlah estron yang disekresikan semakin
meningkat bahkan melebihi jumlah estradiol.
c. Estriol
Estriol di disintetis dari estrone dengan bantuan 16α-
hydroksilase. Estriol diproduksi dalam jumlah besar selama masa
kehamilan. Estriol adalah estrogen utama yang ditemukan pada
fetus. Selama masa kehamilan produksi estriol berasal dari ibu
yang disalurkan melalui plasenta.
Nantinya estradiol dan estron akan dioksidasi di hati menjadi estriol.
3.5 Progestin
4.1 Amenore
Amenore merupakan gejala, bukan penyakit. Terdiri dari:
Amenore primer adalah tidak terjadinya menarche sampai usia 17 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder.
Amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau
lebih pada orang yang telah mengalami menstruasi
Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia pubertas, hamil, dan pasca
menopause; diluar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi atau
abnormalitas sistem reproduksi.
Penyebab amenore
- Amenore primer Disfungsi
1. Tidak ada atau hipotalamus
terhentinya Disfungsi hipofisis
perkembangan seksual disgenesis ovarium
sekunder produksi hormone
Disfungsi yang tidak fisiologis
hipotalamus ketidakpekaan
Disfungsi hipofisis androgen
disgenesis ovarium
2. Perkembangan seksual - Amenore sekunder
sekunder yang normal 1. Disfungsi endometrium
Disfungsi 2. Disfungsi ovarium
hipotalamus 3. Disfungsi hipotalamus
Disfungsi hipofisis 4. Disfungsi hipofisis [12]
Perkembangan
sistem mullery yang
tidak lengkap
3. Perkembangan seksual
sekunder yang abnormal
4.2 Dismenore
4.2.1 Dismenore Berdasarkan Ada Tidaknya Kelainan atau Sebab yang Dapat Diamati
A. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa adanya
kelainanginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi sesudah menarche(12 bulan
atau lebih) dikarenakan siklus menstruasi bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri.
Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama haid dan berlangsung beberapa jam. Sifat
nyeri yang dirasakan seperti kejang yang berjangkit-jangkit, terjadi pada perut bagian
bawah menjalar ke pinggang dan paha. Gejala lain yang menyertai nyeri antara lain rasa
mual, muntah, sakitkepala dan diare (Hanafiah, 1997).
(1) Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer adalah sebagai berikut:
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan
prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang
miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan
kimia (Sunaryo, 1989).
(2) Etiologi
Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara lain:
Faktor Kejiwaan
Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami
dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan
gangguantidur (insomnia).
Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan
ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun dan
sebagainya.
Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis
kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai
polip endometriumdapat menyebabkan dismenore karena otot-ototuterus berkontraksi
kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
FaktorEndokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa
yang menyebabkan kontraksiotot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih
akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
FaktorAlergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkial.
Faktor Neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf
simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada
keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-
serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanitadismenorea primer sangat tinggi dibandingkan
dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi
menyebabkan meningkatnya kontraksiuterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan
menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme
terjadinya dismenorea masih belum jelas.
Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut
nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uteruswanita dengan
dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis
prostaglandin.
(3) Manifestasi klinis
Pada usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, sering
pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul
mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.
(4) Penanganan
Penanganandismenore primer antara lain dengan:
a. Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika,
hormonal, anti prostaglandin.
Analgetika
Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenisanalgetika untuk nyeri ringan antara
lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenisanalgetika untuk nyeri berat
antara lain: prometazin, oksikodon, butalbital.
Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada wanita
yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenishormon yang diberikan progestin, pil
kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari 5-25 siklus
haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25
siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang.
Anti Prostaglandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja
prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma dan
alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.
b. Rileksasi
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan
semua hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormonseksesterogen dan progesteron
serta hormonstres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika
kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormonseks tersebut. Jadi,
perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon
yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
c. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini
dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan dapat diketahui
dengan tepat.
d. Alternatif
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:
1. Suhu panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman hangat, mandi air hangat).
2. Tidur dan istirahat cukup.
3. Olahraga teratur.
4. Visualisasi konsentrasi.
5. Aroma terapi.
6. Pijatan.
7. Mendengarkan musik, membaca buku maupun menonton film.
8. Mengurangi konsumsi kopi.
9. Tidak merokok maupun minum alkohol.
10. Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih.
11. Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium.
12. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
13. Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki, dan sebagainya).
B.Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh penyakit, gangguan
atau kelainan di dalam maupun di luar rahim. Nyeri pada dismenore sekunder dimulai
sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung beberapa hari setelah
menstruasi.
(1) Penyebab
Penyebab dismenore sekunder antara lain:
(2) Pengobatan
Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAID yaitu: aspirin,
naproksen, ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali
lebih efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena dismenorea jarang menyertai
perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga
merupakan pengobatan yang efektif.
e. Lainnya
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan
secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat
kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa
juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama.
Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)
a. Tanpa Obat
1. Menjaga agar daerah genetalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang di
gunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
2. Hindari mandi dengan berendam
3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun, tidak menggunakan celana dalam yang
ketat.
4. Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih.
5. Liburan untuk mengurangi stress karena stress merupakan suatu faktor timbulnya
keputihan. [20]
b. Dengan obat
Keputihan sangat tidak mengenakan, terlebih bagi wanita hamil. Untuk keputihan normal
tidak perlu dilakukan terapi khusus. Yang penting, bagaimana membersihkan organ intim
secara benar dan teratur. Umumnya, cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih
serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih. Sedangkan keputihan yang
tidak normal harus segera mendapatkan pengobatan media. Keputihan yang terjadi
selama kehamilan, misalnya disebabkan oleh infeksi jamur Candida sp, pengobatan yang
paling aman adalah dengan menggunakan obat lokal berbahan krim atau sejenis kapsul
yang dimasukkan ke dalam vagina. Sementara keputihan yang dialami wanita hamil
akibat infeksi bakteri diberikan obat dalam bentuk kapsul atau tablet yang aman
dikonsumsi. Pada infeksi niceria gonorrhoeae, ada obat dalam bentuk kapsul yang dapat
diminum. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk mendapatkan
gambaran alat kelamin secara lebih baik, seperti melakukan kolpokopi yang berupa optik
untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama, dan bibir kemaluan. Selain
pengobatan medis, biasanya orang akan menggunakan daun sirih untuk mengurangi
keputihan. Caranya, dengan meminum air daun sirih yang telah direbus terlebih dahulu.
Cara ini cukup aman bagi ibu hamil dan bayinya. (Suryana, 2009)
Dan yang terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa
(antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan keputihan tersebut disebabkan oleh suatu
penyakit keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai dengan cairan
banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar. (Blankast, 2008 )
5. PATOLOGI
5.1 Amenorhea
Amenorhea merupakan gejala bukan suatu penyakit, yang secara umum
didefinisikan sebagai keadaan tidak haid selama beberapa waktu
Diklasifikasikan :
1. Amenorhea primer ,tidak terjadi menarche hingga usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder
Keadaan ini seringkali diakibatkan oleh :
- kelainan yang didapat sejak lahir, baik kelainan genetik, misalnya pada
sindroma Turner maupun kelainan karena adanya abnormalitas pada proses
perkembangan alat-alat reproduksi, misalnya pada penyakit agenesis Tuba Muller yang
menyebabkan tidak adanya rahim pada tubuh penderita.
- Adanya sumbatan atau halangan di daerah vaginal. Kasus hymen imperforata,
misalnya. Ketiadaan haid disebabkan oleh selaput dara yang terlampau tebal dan
menutupi seluruh rongga vagina sehingga darah haid tidak bisa keluar. Kasus ini
diperbaiki dengan jalan operasi.
2. Amenorhea sekunder, tidak menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih , pada wanita
yang sebelumnya mengalami siklus haid
Hal ini disebabkan :
- masalah anatomik, yakni jaringan parut endometrium karena infeksi atau kuretase, dan
anovulasi. Anovulasi ini disebabkan oleh kegagalan ovarium dalam mensekresi estrogen
dan progesteron.
- hamil dan menyusui, menopause dan menopause prematur, yaitu menopause yang
terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.
- malnutrisi atau asupan gizi yang buruk yang menyebabkan penurunan berat badan
secara drastis, stres, obesitas, dan latihan fisik yang berlebihan.
5.2.3 ETIOLOGI
Penyebabnya tergantung pada jenis vaginitis yang dimiliki.
A. Bacterial vaginosis
Hasil vaginosis bakteri dari pertumbuhan berlebih dari salah satu dari beberapa
organisme biasanya hadir dalam vagina Anda. Biasanya, bakteri "baik" (lactobacilli)
melebihi jumlah "buruk" bakteri (anaerob) dalam vagina Anda. Tetapi jika bakteri
anaerob menjadi terlalu banyak, mereka mengganggu keseimbangan, menyebabkan
vaginosis bakteri. Jenis vaginitis dapat menyebar selama hubungan seksual, tetapi juga
terjadi pada orang yang tidak aktif secara seksual. Wanita dengan pasangan seks baru
atau ganda, serta wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) untuk
pengendalian kelahiran, memiliki risiko lebih tinggi dari vaginosis bakteri.
B. Infeksi jamur
C. Trichomoniasis
D. Vaginitis noninfeksi
Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangi dan produk spermisida
dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina. Penipisan
lapisan vagina, akibat hilangnya hormon setelah menopause atau operasi pengangkatan
indung telur Anda, juga dapat menyebabkan gatal dan terbakar pada vagina.
5.2.4 KOMPLIKASI
Umumnya, infeksi vagina tidak menyebabkan komplikasi serius. Pada wanita
hamil, bagaimanapun, baik bakteri vaginosis dan trikomoniasis telah dikaitkan dengan
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Wanita dengan trikomoniasis atau
bacterial vaginosis juga pada risiko yang lebih besar tertular HIV dan infeksi menular
seksual lainnya.
5.2.5 PENGOBATAN
Berbagai organisme dan kondisi dapat menyebabkan vaginitis, sehingga
pengobatan menargetkan penyebab spesifik.
Vaginosis bakteri. Untuk jenis vaginitis, dokter mungkin meresepkan tablet
metronidazol (Flagyl) yang Anda ambil melalui mulut, metronidazol gel (MetroGel) yang
Anda terapkan pada vagina, atau klindamisin krim (Cleocin) yang Anda terapkan pada
vagina Anda. Obat biasanya digunakan sekali atau dua kali sehari selama lima sampai
tujuh hari.
Infeksi ragi. Infeksi jamur biasanya diobati dengan krim antijamur atau supositoria,
seperti mikonazol (Monistat), clotrimazole (Gyne-Lotrimin) dan tioconazole (Vagistat).
Infeksi jamur juga dapat diobati dengan obat antijamur resep lisan, seperti flukonazol
(Diflucan). Keuntungan dari pengobatan over-the-counter untuk infeksi ragi kenyamanan,
biaya dan tidak harus menunggu untuk melihat dokter Anda. Menangkap adalah Anda
mungkin memperlakukan sesuatu selain infeksi jamur. Ini mungkin untuk kesalahan
infeksi jamur untuk jenis lain kondisi vaginitis atau lainnya yang perlu perlakuan
berbeda. Menggunakan obat yang salah dapat menunda diagnosa yang tepat dan
pengobatan yang paling tepat.
Trikomoniasis. Dokter mungkin meresepkan metronidazole (Flagyl) atau tinidazol
(Tindamax) tablet.
Penipisan lapisan vagina (atrofi vagina) Estrogen., Dalam bentuk krim vagina, tablet
atau cincin, secara efektif dapat mengobati vaginitis atrofi. Perawatan ini tersedia dengan
resep dari dokter Anda.
Vaginitis tidak menular. Untuk mengobati jenis vaginitis, Anda perlu menentukan
sumber iritasi dan menghindarinya. Sumber termasuk sabun baru, deterjen, pembalut atau
tampon.
5.2.6 PENCEGAHAN
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dan
dapat meredakan beberapa gejala:
Hindari mandi, bak air panas dan pusaran air spa. Bilas sabun dari luar daerah
genital Anda setelah mandi, dan keringkan daerah dengan baik untuk mencegah iritasi.
Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.
Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan.
Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Melakukan hal
menghindari penyebaran bakteri fecal ke vagina Anda.
Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:
Jangan douche. Vagina tidak memerlukan pembersihan selain mandi normal. Douching
berulang mengganggu organisme normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar
meningkatkan risiko infeksi vagina. Douching tidak akan membersihkan infeksi vagina.
Gunakan kondom lateks laki-laki. Hal ini membantu menghindari infeksi menyebar
melalui hubungan seksual.
Kenakan pakaian katun dan stoking dengan selangkangan kapas. Jika Anda merasa
nyaman tanpa itu, melewatkan mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di
lingkungan yang lembab.
5.3.1 PENDAHULUAN
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis terutama sebagai Penyakit
Menular Sexual (PMS). Juga pernah dilaporkan bahwa penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui transmisi lain, misalnya melalui pakaian kotor. Organisme penyebab
Trikomoniasis adalah Trichomonas Vaginalis, yaitu suatu parasit protozoa. Dalam daur
hidupnya tidak ada bentuk kista , sehingga transmisi dalam stadium trophozoit. Penderita
yang terinfeksi banyak yang tidak menimbulkan gejala. Trikomoniasis menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya,
sehingga infeksi ini tidak dapat diabaikan.
5.3.2 DEFINISI
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kronik dan disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis.
5.3.3 INSIDEN
Terjadi diseluruh dunia , mengenai sekitar 180 juta/tahun , 15% pada wanita dan
10% pria dengan seksualitas aktif . Di USA, infeksi ini merupakan salah satu penyebab
terbanyak PMS dengan insiden 2-3 juta/tahun. [3]
5.3.4 ETIOLOGI
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang berflagela dengan masa
inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar antara 4-28 hari.Trikomoniasis merupakan
penyakit yang predominan pada PMS sehingga resiko menderita infeksi ini berdasarkan
pada tingkat hubungan seksual pasien.
Yang termasuk faktor resiko adalah :
• Jumlah partner dalam hubungan seksual
• Partner yang beresiko menularkan infeksi
• Tidak menggunakan alat kontrasepsi
• Menggunakan kontrasepsi oral
Trikomoniasis lebih banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan hubungan sex yang
aktif pada wanita maupun pria.
5.3.5 PATOGENESIS
Mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara
invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel . Masa tunas rata- rata 4 hari – 3
minggu . Pada kasus yang lanjut terdapat bagian –bagian dengan jaringan granulasi yang
jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sub epitel yang menjalar sampai ke permukaan
epitel. Didalam vagina dan uretra parasit hidup di sisa-sisa sel ,kuman-kuman,dan benda-
benda lain yang terdapat dalam sekret. [12]
5.3.6 GEJALA KLINIK
Tanda-tanda dan gejala-gejala pada wanita:
Jika tidak diobati, gejala-gejala dapat mereda tetapi infeksi akan menetap secara subklinis, dan
mungkin akan menyebabkan hasil sediaan apus Papanicolau abnormal.
Gejala-gejala pada pria :
disuri, nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, nyeri abdomen bagian bawah
kebanyakan asimptomatik, atau hanya mengalami gejala sementara, meskipun terdapat
infeksi subklinis yang menetap. Tidak ditemukan bukti adanya komplikasi yang berat
atau gejala sisa jangka panjang dari infeksi Trichomonas yang tidak diobati.
5.3.7 LABORATORIUM
5.3.8 DIAGNOSIS
Diagnosis tidak dapat ditegakkan bila hanya berdasarkan gambaran klinis semata,
karena Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbalkan gejala
atau keluhan.
Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan oleh bermacam – macam sebab, karena itu perlu
diagnosa etiologi untuk menentukan penyebabnya. Untuk mendiagnosis Trichomoniasis
dapat dipakai beberapa cara misalnya sediaan basah,sediaan hapus serta pembiakan.
Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit.
Pembiakan dapat digunakan bermacam – macam pembenihan yang mengandung serum.
5.3.9 PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
A. Secara topikal dapat berupa :
(1. Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat 4%
(2. Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
(3. Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
B. Secara sistemik ( oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
Kandidiasis Vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi disekitar
vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah. Kandidiasis dapat
menyerang wanita disegala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya berbeda antara satu
wanita dengan wanita lain dan dari waktu ke waktu pada wanita yang sama.
Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis,
atau meningitis. Nama lain dari candidiasis adalah kandidosis, dermatocandidiasis,
bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis.
Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika, sedangkan di Kanada, dan negara-
negara di Eropa seperti Italia, Perancis, dan Inggris menggunakan istilah Kandidosis,
konsisten dengan akhiran –osis seperti pada histoplasmosis dan lain-lain.
5.4.2 Penyebab
Kandidiasis Vaginalis disebabkan oleh jamur candida albicans. Selain di vagina dapat
menyerang organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus dll. Candida
biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Kandidiasis vagina lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian
antibiotik, pil KB, dan obat-obatan lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina
sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis vagina sering ditemukan pada
wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.
2. Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak, klotrimazol 1% berupa bedak, larutan
dan cream, tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan, cream,
antimikotin yang laen yang berspektrum luas.
3. Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberiakan kontrimazol 500mg pervaginam dosis
tunggal, sistemik diberikan ketokonazol 2x200mg selam 5 hari atau dengan intrakonazol
2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis tunggal.
4. Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis orang dewasa 2x100mg
sehari, selama 3 hari. [16]
5.5 GONORRHEA
Uretritis gonore adalah suatupenyakit menular seksual yang disebabkanoleh
kuman neisseria gonorrhoeae.Penaganannya yang sulit menyebabkanpenyakit ini tidak
terbatas hanya padasuatu negara, tetapi sudah menjadimasalah dunia terutama pada
negaraberkembang atau sedang berkembangseperti Asia Selatan dan Tenggara,
SubSahara Afrika dan Amerika Latin. WHOmemperkirakan bahwa tidak kurang dari 25
juta kasus baru ditemukan setiap tahundi seluruh dunia. Di Amerika Serikatdiperkirakan
dijumpai 600.000 kasus barusetiap tahunnya.
5.5.1 ETIOLOGI
5.5.2 PATOGENESIS
Pada laki-laki
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore
dan 85% berupa uretritis akut. Setelah masa tunas yang berlangsungantara 2-10 hari,
penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti
keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan. Pada keadaan ini umumnya penderita
tetap merasa sehat, hanya kadang-kadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak
10% pada laki-laki dapat memberikan gejala yangsangat ringan atau tanpa gejala klinis
samasekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan
stadiumpresimtomatik dari gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa
lebihpanjang ( 1-47 hari dengan rata-rata 8,3 hari ) dari laporan sebelumnya.
Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada
wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol
berupa cervicitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya
ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak
merangsang penderita untuk berobat.Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier
dan akan menjadi sumber penularan yang tersembunyi. Pada kasus-kasus yang
simtomatis dengan keluhan keputihan harus dibedakan dengan penyebab keputihan yang
lain seperti trichomoniasis, vaginosis, candidiasis maupun uretritisnon gonore yang lain.
Pada bayi
Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata
pada bayi yang baru lahiryang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang
terinfeksi. Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati
dapatmenimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian
tetracyclineatau erythromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir
banyak dilakukan.
5.5.4 DIAGNOSA
A. Spesimen
B. Smear
Smear dari uretra atau eksudat dariendocervix yang diberi pewarnaan gram akan
menampakkan banyak diplokokus didalam sel nanahnya.Kultur dari eksudat uretral pria
tidakdiperlukan lagi bila hasil pewarnaannya positif, namun kultur harus dilakukan
bilaeksudat uretralnya berasal dari wanita.
C. Kultur
D. Serologi
5.5.6 PENYULIT
- Golongan Cephalosporin :
Buku
[1]. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
[2].Cunningham, Daniel John.2012.Cunningham Textbook of Anatomy. General Books
[3].Daili, SF. Penyakit Menular dalam ILMU KANDUNGAN, Edisi Kedua, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992
[4].Eroschenko, Victor P.2012.Atlas Histologi DiFiore. Ed 11. Jakarta:EGC
[5].Guyton & Hall.2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed 9.Jakarta:EGC
[6].Guyton, Arthur. Hall, John. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
[7].heffner, l. j. at aglance. sistem reproduksi. ed.2. jakarta:egc
[8].Junqueira, L. Carlos.2012.Histologi Junqueira. Jakarta: EGC
[9]. mander, rosemary.1998.Nyeri Persalinan. alih bahasa oleh Bertha
Sugiarto.2003.Jakarta:EGC
[10]. Paulsen, F & Waschke J. 2012. Sobotta(edisi 23). Jakarta: EGC
[11]. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
[12]. Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
[13]. Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC
[14]. Verral, Sylvia.1996.Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. alihbahasa oleh
Hartono.2003.Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan.Jakarta: EGC
[15]. Wisnuwardhani, SD. 1999. Penyakit Kelamin dalam ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN, Edisi Ketiga, FK-UI, Jakarta.
[16]. widyatun, D. 2012. Jurnal bidan.
Internet