Anda di halaman 1dari 90

RESUME SKENARIO 5

BLOK 6

Oleh:
Kelompok D

1. 122010101001 Jasmine Fachrunnisa


2. 122010101003 Rizka Nuzula W.
3. 122010101005 Rizki Wardatul M. S.
4. 122010101007 Zahrina Amalia E. N.
5. 122010101009 Ayu Dilia Novita S.
6. 122010101026 Wildan Triana
7. 122010101027 Muhammad Avin Zamroni
8. 122010101030 Erdito Muro Suyono
9. 122010101058 Gilang Vigorous A.
10. 122010101088 Diastri Nur Suprobo Dewi
11. 122010101092 Dear Farah Sielma
12. 122010101094 Yessie Elin S.
13. 122010101096 Rizki Nur Fitria
14. 122010101098 Putri Erlinda Kusumaningarum

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
Skenario 5

Ainur usia 18 tahun dating ke dokter praktek swasta diantar ibunya dengan
keluhan terlambat haid selama 2 minggu. Dari anamnesis diketahui adanya
keputihan, rasa tgatal dan panas pada kemaluannya. Menurut ibunya, Ainur
menjadi pendiam dan suka menyendiri sejak 1 bulan yang lalu. Dokter kemudian
meminta Ainur menceritakan dengan terbuka semua permasalahannya. Ainur
menceritakan bahwa 1 bulan yang lalu dia diperkosa oleh anak majikan bersama
teman temannya. Hasil pemeriksaan plano tes positif. Keluarga Ainur kemudian
melaporkan kejadian ini ke pihak yang berwajib. Oleh polisi Ainur diberi surat
pengantar untuk menjalani visum di rumah sakit.

Klarifikasi istilah:

Keputihan/flour albus/leukorea: pengeluaran cairan dari alat genitalia yang tidak


berupa darah. Cairan ini dalam keadaannormal tidak sampai keluar,
sedangkan cairan yang keluar dari vagina tidak semuamerupakan
keadaan yang patologis.

Pemeriksaan plano: pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui kadar HCG


di darah lewat urin atau juga bisa dengan darah. Pada darah, digunakan
untuk menemukan Beta-HCG dan hasilnya lebih akurat.

Visum: keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran
forensik.
Mind Map

1. Anatomi 3.1 GnRH


1.1 Labia Mayor, minor, 3.2 FSH
dan klitoris 3.3 LH
1.2 Vagina 3.4 Estrogen
1.3 Uterus 3.5 Progestin
1.4 Tuba fallopi 4. Patofisiologi
1.5 ovarium 4.1 amenore
2. Fisiologi 4.2 dismenore
2.1 regulasi hormonal 4.3 leukore
2.2 siklus ovarium 5. Patologi
2.3 siklus haid 5.1 amenore
2.4 oogenesis 5.2 vaginitis
2.5 proses kehamilan 5.3 trikomoniasis
2.6 laktasi 5.4 candidiasis
2.7 pubertas menopause 5.5 gonore
3. Biokimia Hormon 6. Medikolegal
PEMBAHASAN

1. Anatomi

1.1 Labia major, Labia Minor dan Klitoris

1.1.1 Labia Major

A. Anatomi

Labia major adalah bentukan terbesar dari female external genital organs.
Ini membentuk suatu garis/batasan/bentukan pada sisi sinistra dan dextra,
menyempit di depan anus dan di ujung depan setelah clitoris dengan pelebaran di
bagian medial. Mengelilingi rima-pudendi, tempat lubang uretra dan vagina.
Labia Major terdiri terutama oleh fatty areolar tissue yang mulai berambut saat
pubertas.

Vaskularisasi labia major diberikan oleh external pudendal arteries dan


percabangan dari internal pudendal vessels dari daerah sekitar antara 2 paha
(perineal/perineum).

Labia Major diinervasi oleh percabangan dari ilio-inguinal nerve untuk


bagian anterior labium, dan nervus internal pudendus untuk bagian posterior
labium. [19]

B. Histologi

Labia major merupakan lipatan kulit yang menutup labia minora dari luar.
Bagian ini mempunyai dua macam epitel:
(1) Permukaan dalam
Permukaan yang menghadap labia minora tampak licin dan epitelnya epitel
berlapis pipih tanpa tanduk.
(2) Permukaan Luar
Berambut dan memiliki epitel berlapis pipih dengan tanduk.
Dermis mengandung kelenjar sebacea, kelenjar keringat, sabut otot polos:
a. Permukaan dalm tidak mempunyai folikel rambut dan kelenjar sebacea
b. Permukaan luar mempunyai folikel rambut. [21]

1.2 Labia Minor

A. Anatomi

Labia minor merupakan sepasang lipatan kulit yang lebih kecil dan sempit.
Mulai terbentuk dari bagian posterior dalam labia major dan mengikuti jalur labia
major (bertemu di sekitar 1/3 anterior labia major, dan melebar di bagian medial).
Di ujung labia minor anterior membentuk praeputium clitoridis, labia minor yang
mengelilingi glands clitoris. [19]

B. Histologi

Labia minora merupakan lipatan mukosa yang membentuk dinding lateral


vestibulum vaginae. Diliputi oleh epitel berlapis pipih tanpa tanduk yang
mengandung banyak pigmen pada bagian basalnya. Pada lapisan proprianya,
terdapat jaringan ikat padat dengan banyak pembuluh darah serta mempunyai
kelenjar sebacea yang tidak berhubungan dengan folikel rambut (tidak
mempunyai folikel rambut).

1.3 Klitoris

A. Anatomi
Klitoris adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas
antara kedua labia minora (bibir vagina dalam). Klitoris identik dengan penis pada
pria karena bentuknya mirip penis dan sensitif seperti penis. Klitoris banyak
dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang
sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. [2]
B. Histologi
Histologi klitoris homolog dengan penis yaitu mempunyai dua corpora
cavernosa yang bersifat erektil dan pada ujungnya berakhir sebagai glans clitoridis
(rudimenter). Permukaannya diliputi oleh epitel berlapis pipih tanpa tanduk. Pada
lamina propria, mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf sensorik
khusus yaitu corpuscle meissner dan corpuscle paccini. [21]

(Cunningham Textbook of Anatomy.)

1.2 Vagina

Vagina termasuk organ genetalia femina interna, panjang 8-10 cm,


menghadap uterus pada sudut 450 , terletak diantara vesica urinaria dan uretra di
sisi anterior dan rectum di sisi posterior. Fungsi fisiologisnya berperan saat
hubungan seks dan merupakan bagian dari jalan lahir
1.2.1 Anatomi

A. Vaskularisasi

(1) Arteri: superior, rami vaginotes  cabang a. uterina. Medial, a. vaginalis

(2) Vena: plexus venosus pada pelvis minor  v. iliaca interna

B. Inervasi
(1) Simpatis: (T10-L2)  Plexus hypogastricus inferior  Plexus
uterovaginalis  n.vaginalis
(2) Parasimpatis: (S2-S4)  nn.spanchinici pelvic

(3) Sensoris: pada bagian bawah vagina  n. pudendus

C. Limfatik

Sistem limfatik terdapat pada sepertiga superior, nodi lymphoidei iliaci


ekternus dan internus. Pada medial, terdapat nodi lymphoidei liaci internus dan
pada bagian Inferior (vagina bagian bawah) nodi lymphoidei inguinales. [10]
D. Musculus

Muskulus yang terdapat pada vagina adalah:

(1) m. bulbospongiosus

(2) m. spincter cunni [10]

1.2.2 Histologi Vagina

Vagina merupakan tabung fibromuskuler, dengan permukaan dilapisi


membran mukosa yang terdiri dari:
A. Mukosa
Pada mukosa, terdapat rugae (lipatan lipatan transversal). Secara mikroskopis,
epitel berlapis pipih tanpa tanduk, lamina propria terdiri dari jaringan ikat padat
dengan banyak sabut elastis, pembuluh darah, ujung saraf sensoris khusus, sabut
saraf dan tidak mempunyai kalenjar.
(1) Muskularis
Bagian dalam, terdiri dari otot polos tipis, tersusun sirkuler. Bagian luar,
terdiri dari otot polos cukup tebal, longitudinal, ke atas bergabung dengan
myometrium cervix. Muskularis terdiri dari 2 macam otot yaitu m. bulbo
spongiosus (sphincter otot bergaris) dan sphincter cunni (otot polos)
(2) Adventitia
Terdiri dari jaringan ikat tipis, mengandung ganglion otonom dan vena. [8]
(Junqueira)

1.3 UTERUS

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng
ke arah muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7 – 7,5 cm,
lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal dinding uterus adalah 1,25 cm.
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah
melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih
dan rectum. Secara normal, uterus terletak antefleksi (menengadah ke depan) dan
anteversi (terdorong ke depan). Tetapi dapat juga retrofleksi (menengadah ke
belakang) dan retroversi (terdorong ke belakang). [14]

1.3.1 Anatomi uterus

Secara anatomi, uterus dapat dibagi menjadi:

A. Fundus uteri, adalah bagian uterus proksimal di atas muara tuba uterina yang
mirip dengan kubah , di bagian ini tuba falloppii masuk ke uterus.

B. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri
menyempit di bagian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai serviks.
Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin
berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri ( rongga
rahim ).

C. Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding anteriornya


dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks uteri terdiri dari :

(1) Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio


(2) Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas
vagina

1.3.2 Histologi Uterus

Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikal berbentuk


sebagai saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-
kelenjar serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai
reseptakulum reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri
internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologis,
dinding uterus terdiri atas :

A. Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri

Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan


dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis silindris,
banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas kanal servikal
dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis gepeng,
menyatu dengan epitel vagina. Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan bagian
dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluran-saluran kelenjar
uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi cavum uteri.
Epitel endometrium berbentuk seperti silindris. 

B. Myometrium / Otot-otot polos


Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling tebal.
Terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong
isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-
pembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3
bagain :

(1) Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus
menuju ke arah ligamenta
(2) Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi
sebagai sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium
uteri internum
(3) Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan
anyaman serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh
darah. Jadi, dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.

C. Perimetrium / lapisan serosa

Lapisan ini terdiri atas peritoneum viserale yang meliputi dinding uterus
bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi fundus dan korpus, kemudian
membalik ke atas permukaan kandung kemih. Lipatan peritoneum ini membentuk
kantung vesikouterina. Ke posterior, peritoneum menutupi menutupi fundus,
korpus dan serviks, kemudian melipat pada rektum dan membentuk kantung
rekto-uterina. Ke lateral, hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum
membentuk lipatan ganda dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan
ganda ini adalah ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.
1.3.3 Ligamentum
Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Adapun nama
ligament-ligamen pada uterus ( FKUNPAD,1983 ), yaitu :

1. Ligamentum latum, yakni berupa lipatan peritoneum sebelah lateral kanan


kiri dari pada uterus, meluas sampai ke dinding panggul dan dasar
panggul, sehingga seolah-olah menggantung pada tubae. Ruangan anatara
kedua lembar dari lipatan ini terisi oleh jaringan yang longgra, disebut :
parametrium, dimana berjalan arteria, vena uterina, pembuluh darah,
lympa dan ureter.
2. Ligamentum rotundum ( ligamentum teres uteri ), yakni terdapat dibagain
atas lateral dari uterus, caudal dari insertie tuba, kedua ligament ini melalui
canalis inguinalis ke bagian cranial labia mayor.
3. Ligamentum infundibulo pelvicum ( ligamentum suspensorium ovarii ),
yakni dua buah kiri kanan dari infundibulum dan ovarium ke dinding
panggul. Ligamentum ini menggantungkan uterus pada dinding panggul.
Antara sudut tuba dan ovarium terdapat ligamentum ovarii proprium.
4. Ligamentum cardinale, yakni kiri kanan dari servix setinggi ostium uteri
internum ke dinding panggul
5. Ligamentum sarco uterinum, yakni kiri kanan dari servix sebelah belakang
ke sacrum mengelilingi rektum
6. Ligamentum vesico uterinum, yakni dari uterus ke kandung kemih [18]
1.3.4 Vaskularisasi

Darah arteri memperdarahi uterus melalui arteri uterus (berasal dari arteri
iliaka interna) dan bercabang menjadi arteri ovarian dan vagina.

A. Dalam dinding uterus, arteri menjadi arteri arkuata, kemudian bercabang


menembus miometrium sebagai arteri radial. Perpanjangan dari arteri
radial ke dalam endometrium disebut arteriol spiral (terpilin). Suplai
darahke endometrium signifikan dengan proses menstruasi.

B. Darah kembali dari uterus melalui vena uterus yang parallel dengan jalur
arteri. [13]

1.3.5 Inervasi

System saraf otonom simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagian besar


organ abdomen dan pelvis termasuk uterus. Dari penelitian karya Bonica 1950-
1960 melalui pengaruh blok neural yang berbeda saat bersalin pada persalinan,
diketahui nervus uteri berasal dari (secara berurutan):

A. serat nosiseptif dalam uterus dan serviks lewat pleksus uterine dan
servikalis
B. pleksus pelvikus
C. n. hipogastrika medius
D. n. hipogastrikus superior
E. rantai simpatis lumbalis
F. rantai torasikus bagian bawah
G. rami komunikantes albus yang berkaitan dengan nervus spinalis T10, T11,
T12 dan L1
H. radiks posterior saraf spinalis ini lanjut ke neuron kornu dorsalis [9]

1.4 Ovarium

1.4.1 Anatomi

Ovarium memiliki bentuk oval atau bervariasi. Variasi ukurannya, pada


masa reproduksi adalah panjang 2,5-5cm; lebar : 1,3-3 cm; tebal: 0,5-1,5 cm;
dengan ukuran rata-rata 3x1,5x1 cm. Terletak di fossa ovarii waldeyer, di
nitraperitonial, diselimuti oleh duplikatur peritoneal yang dilapisi oleh tunica
serosa. Di stroma uteri terdapat folliculi ovarici yang berisi ova dan berkembang
menjadi corpus luteum setelah ovulasi. Dibedakan menjadi eksremitas tubaria dan
ekstremitas uterine. Mesovarium melekat pada tepi anterior (margo mesovaricus),
melekat padaligamen ovarii proprium tetapi posteriornya bebas (margo liber)

Gambar 1. Anatomi ovarium Cited at 20-3-2010


(dikutip dari hhtp :// www.detak.org/about cancer.php?)

A. Ligament-ligamen:
-Ligamen ovarii propium : menghubungkan ovarium dan uterus
-Ligamen suspensorium ovarii (lig, infundibulopelvicum) : menghubungkan
ovarium dan dinding pelvis lateral, membawa arteri dan vena ovarica
-ligamen latum uteri : ligament yang lebar sebagai lipatan peritoneal frontal
- mesosalfing :duplikatur peritoneal ovarium dan tuba uterine, dihubungkan
dengan ligament latum
B. Vaskularisasi terdiri dari:
(1) arteri ovarica (dari aorta abdominalis), A. uterine dengan R. Ovaricus.

(2) Vena ovarica bermuara kedalam V. cava inferior pada sisi kanan dan vena
renalis sinistra pada sisi kiri
C. Innervasi :
- Simpatis pleksus hipogastrikus superior, turun menjadi pleksus ovaricus
D. Nodulus limfe : nodi lymphoidei lumbales setinggi ginjal
Sumber : sobotta edisi 23

1.4.2 Histologi
Ovarium dilapisi oleh satu lapisan yang merupakan modifikasi macam-
macam mesotelium yang dikenal sebagai epitel permukaan dan germinal. Stroma
ovarium dibagi dalam region kortikal dan medullari, tapi batas keduanya tidak
jelas. Stroma terdiri dari sel-sel spindel menyerupai fibroblast, biasanya tersusun
berupa whorls atau storiform pattern. Sel-sel terdiri atas cytoplasmic lipid dan
dikelilingi oleh suatu serat retikulin. Beberapa sel menyerupai gambaran seperti
miofibroblastik dan immunoreaktif dengan smooth muscle actin (SMA) dan
desmin.

Bagian korteks dilapisi suatu lapisan biasanya ditutupi oleh jaringan ikat
kolagen yang aseluler. Folikel mempunyai tingkatan maturasi yang bervariasi di
luar korteks. Setiap siklus menstruasi, satu folikel akan berkembang menjadi suatu
folikel grafian, yang mana akan berubah menjadi korpus luteum selama ovulasi.
Medula ovarium disusun oleh jaringan mesenkim yang longgar dan terdiri
dari kedua duktus (rete ovarii) dan small clusters yang bulat, sel epiteloid yang
mengelilingi pembuluh darah dan pembuluh saraf.
Ovarium mempunyai dua fungsi yaitu:
1.Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan.
2.Memproduksi hormon estrogen dan progesterone.
Pembuluh darah limfe ovarium mengalir ke saluran yang lebih besar
membentuk pleksus pada hilus, dimana akan mengalir melewati mesovarium ke
nodus para aortik, aliran lain ke iliaka interna, iliaka eksterna, interaorta, iliaka
pada umumnya dan nodus inguinal.
Gambar 3. Skema siklus ovulasi (dikutip dari Koss’Diagnoctic Cytology and Its
Histopathologi Bases

Gambar 4. Folikel Grafian (dikutip Koss’Diagnostic Cytology and Its


Histopathologic Bases)
Gambar 5. Korpus Luteum (dikutip dari Koss’ Diagnostic Cytology and Its
Histopathologic Bases) [18]
1.5 Tuba Uterina
1.5.1 Anatomi
Saluran yg menyalurkan oosit yg telah masuk rongga peritoneal pd saat
ovulasi u/ mencapai cavum uteri. Tuba mempunyai 4 bagian:
A. Infundibulum:
▫ Bagian yang paling distal dan membuka ke dalam rongga
peritoneal. Mempunyai mulut yang lebar karena bentuknya seperti
cerobong dan pada tepi bebasnya dilengkapi oleh lipatan lipatan
mukosa fimbriae:
 oosit > mudah masuk ke dlm tuba.
B. Ampulla:
Ampulla adalah bagian terpanjang tuba (2/3 panjang tuba) dan biasanya
merupakan tempat fertilisasi. Mempunyai dinding tipis dan lumen yang lebar.

C. Isthmus:
▫ Diameter kecil dengan lumen yang sempit.
▫ Dindingnya tebal dengan lapisan otot yang cukup tebal.
D. Intramural:
▫ Menembus dinding uterus dan mempunyai lumen sempit.
• Tuba Uterina: Ampulla dengan Ligamentum Mesosalpinx
• (Pandangan Menyeluruh, Potongan Transversal)
1.5.2 Histologi

Mukosa ampulla memperlihatkan plica mucosae yang paling banyak. Plica


ini menyebabkan lumen di tuba uterina tidak rata sehingga terbentuknya alur-alur
yang dalam diantara plica Plica ini semakin mengecil ketika tuba uterina
mendekati uterus.

Mukosa tuba uterina terdiri dari epitel selapis silindrisbersilia dan tidak
bersilia yang terletak di atas jaringan ikat longgar lamina propria. Tunika
muskularis terdiri dari dua lapisan otot polos, lapisan sirkular dalam dan lapisan
longitudinal luar. Di antara lapisan otot terdapat banyak jaringan ikat intertisial,
dan, akibatnya, lapisan otot polos terutama lapisan luar tidak jelas terlihat. Banyak
venula dan arteriol terlihat di jaringan ikat interstisial. Serosa peritoneum
viscerale membentuk lapisan terluar tuba uterina, yang berhubungan dengan
ligamentum mesosalpinx di tepi superior ligamentum latum. [4]

(DiFiore)
2. FISIOLOGI

2.1 REGULASI HORMONAL

Sekurang-kurangnya ada 5 hormon utama yang berperan dalam


pengaturan dan pengkoordinasian daur pembentukan folikel di ovarium dan daur
menstruasi di uterus, yakni:
a.    GnRH (Gonadotropic Releasing Hormone) yang diproduksi oleh hipotalamus
di otak
b.    FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari
hipofisis.
c.    LH (Luteinizing Hormon) yang dihasilkan oleh lobus anterior dari hipofisis.
d.    Estrogen, yang dihasilkan oleh teka folikuli interna dari folikel yang sedang
berkembang menjadi folikel de Graaf.
e.    Progesteron, yang dihasilkan oleh korpus luteum.

1.    Kontrol Daur Ovarium


Pada akhir suatu menstruasi, GnRH menginduksi lobus anterior dari
hipofisis memproduksi FSH dan LH. Melalui peredaran darah kedua hormon
tersebut tiba di ovarium, akan tetapi folikel primer belum mempunyai reseptor
untuk menangkap LH. Hormon FSH menginduksi perkembangan folikel.
Menjelang pembentukan folikel de Graaf, sel-sel yang meliputi membrana
granulosa berkondensasi dan membentuk lapisan, yang disebut teka folikuli
interna dan berfungsi sebagai kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin ini
menghasilkan hormon estrogen. Mendekati pematangan folikel de Graaf,
produksi hormon estrogen meninggi dengan cepat. Konsentrasi hormon estrogen
yang tinggi memberikan umpan balik positif terhadap hypothalamus untuk
meningkatkan produksi GnRH, sehingga produksi FSH dan LH meningkat.
Kini folikel telah diiengkapi dengan reseptor untuk mengikat hormon LH
dan peningkatan hormon LH menginduksi pematangan folikel de Graaf dan
kemudian mengalami ovulasi. Setelah ovulasi, LH berfungsi mengubah folikel
menjadi korpus luteum. Nasib selanjutnya dari korpus luteum bergantung pada
ovum yang diovulasi, apakah dibuahi oleh spermatozoa atau tidak.
Jika ovum dibuahi (terjadi kehamilan), maka korpus luteum dipertahankan
selama 3 sampai 4 bulan. Hormon progesteron yang diproduksi oleh korpus
luteum diperlukan untuk mempertahankan endometrium dari uterus agar tidak
melecet pada bulan-bulan pertama dari kehamilan. Sesudah 4 bulan korpus luteum
berdegenerasi dan tidak menghasilkan hormon progesteron lagi. Pada waktu ini
plasenta mulai menghasilkan hormon progesteron.
Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum masih dapat bertahan selama
kurang lebih 14 hari, dan kemudian berdegenerasi. Sel-sel luteal berubah menjadi
jaringan fibrous berwarna putih,. sehingga disebut korpus albikans. Produksi
hormon progesteron praktis berhenti.

2.    Daur menstruasi


Satu daur menstruasi (menses) dihitung mulai dari hari pertama terjadi
pendarahan menses sampai pada hari pertama pendarahan menses berikutnya.
Daur menstruasi dapat dibagi atas 4 fase, yakni:
a.   Pasca menstruasi
b.   Proliferasi
c.    Sekretoris
d.   Menstruasi
Dinding uterus terdiri atas 3 lapis, yakni dari ruang uterus ke permukaan berturut-
turut:
a.   Endometrium
b.   Miometrium
c.    Epimetrium
Lapisan yang berperan dalam daur menstruasi, ialah endometrium.
Lapisan endometrium masih dapat dibagi atas 3 lapisan, yakni:
a.    Stratum kompaktum
b.    Stratum spongiosum
c.    Stratum basalis
Permukaan endometrium (stratum kompaktum) dilapisi oleh sel-sel epitel.
Pembuluh daerah arteri ada yang berjalan melilit (spiral) dan vertikal dan ada pula
yang lurus vertikal di daerah stratum basalis.
 
3.   Pasca menstruasi
Pada waktu menstruasi berhenti, stratum kompaktum dan stratum
spongiosum dari endometrium telah selesai melecet (mengelupas atau mengalami
erosi). Pada waktu ini konsetnrasi hormon estrogen dan hormon progesteron
rendah, dan keadaan ini memberikan umpan balik positif bagi hipothalamus untuk
meningkatkan produksi hormon GnRH, sehingga produksi FSH dan LH mulai
pula dinaikkan. Pasca menstruasi berlarigsung kurang lebih 4 hari.

4.   Fase proliferasi


Pada fase ini endometrium mulai menebal kembali secara progresif.
Penebalan dimungkinkan oleh proliferasi atau perbanyakan sel-sel endometrium
di lapisan stratum basale yang tidak mengalami erosi pada waktu menstruasi.
Proliferasi sel diinduksi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh teka folikuli
interna dari folikel yang sedang berkembang menjadi folikel de Graaf. Jadi,
sementara folikel berkembang menjadi folikel de Graaf yang diinduksi oleh
hormon FSH, maka endometrium berproliferasi menjadi tebal oleh hormon
estrogen. Pada fase proliferasi tidak hanya terjadi penebalan endometrium, akan
tetapi pula terjadi regenerasi              kelenjar-kelenjar  dan   pembuluh  darah
yang  terpotong pada waktu  menstruasi.
Akhirnya terbentuk lagi stratum kompaktum dan stratum songiosum dari
endometrium. Fase ini berlangsung kurang lebih 12 hari.

5. Fase Sekretoris
Pada fase sekretoris tebalnya endometrium telah maksimum, yakni 5
sampai 7 mm. Pada pasca menstruasi tebal endometrium sisa 0,5 sampai 1 mm.
Bagian basal dari kelenjar-kelenjar uterus yang tersisa pada waktu menstruasi
bertumbuh memanjang dan kemudian berkelok-kelok. Diameter kelenjar
bertambah. Sel-sel kelenjar banyak memproduksi glikogen. Pada fase ini bagian
apikal sel-sel kelenjar melepaskan diri dan disekret ke ruang uterus bersama
glikogen dan sekret lain, sekret berupa lendir berfungsi untuk menerima
blastokista, jika terjadi pembuahan.
Setelah ovulasi, hormon LH dari lobus anterior hipophysis  menginduksi
folikel de Graaf yang tersisa menjadi korpus luteum. Korpus luteum ini
memproduksi hormon progesteron. Oleh peredaran darah hormon progesteron tiba
di uterus dan menginduksi sekresi kelenjar-kelenjar serta mempertahankan
eksistensi tebalnya endometrium, sebagai persiapan untuk implantasi dan tempat
perkembangan embrio. Fase ini berlangsung kurang lebih 8 hari.

6. Fase menstruasi
Jika ovum tidak dibuahi, maka menjelang akhir fase sekretoris hormon
estrogen dan progesteron makin meningkat. Konsentrasi tinggi dari kedua hormon
tersebut memberikan umpan balik negatif bagi hipotalamus, sehingga produksi
homron GnRH ditekan dan mengakibatkan penurunan produksi hormon FSH dan
LH. Pada waktu LH berkurang, maka korpus luteum yang membutuhkan LH
untuk berfungsi mulai berdegenerasi dan berubah menjadi korpus albikans. Hal
ini mengakibatkan penurunan konsentrasi hormon estrogen dan progesteron.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan fase sekretoris dan keutuhan
tebalnya endometrium, maka pada waktu konsentrasi hormon progesteron menuju
tajam, stratum kompaktum dan stratum spongiosum mengalami erosi. Pembuluh
darah terpotong, sehingga terjadi perdarahan. Peristiwa ini disebut menstruasi.
Darah         menstruasi  tidak berkoagulasi. Erosi endometrium tidak terjadi
sekaligus, melainkan setempat demi setempat sampai akhir menstruasi. Stratum
basalis yang tersisa bertumbuh kembali pada fase proliferasi dari daur berikutnya.
[7]
 
2.2 Siklus Ovarium

2.2.1 Fase folikuler


1) Folikel primordial
Di dalam folikel ini terdapat ovum yang dikelilingi oleh selapis sel
granulose.
2) Folikel primer
Folikel primordial akan berubah jadi folikel primer jika mendapat
rangsangan dari kadar hormone FSH dan LH yang tinggi dan terjadi pada
masa pubertas dan terjadi proliferasi sel granulose.
3) Folikel antral
Terjadi jika kadar hormone FSH lebih tinggi dari LH. Pada saat terbentuk
folikel ini, terjadi pembentukan :
- Teka
Dibentuk dari hasil proliferasi sel granulose. Teka dibagi 2 yaitu teka
interna (epithelium yang mirip granulose dan berfungsi untuk
mensekresikan hormone steroid tambahan) dan teka eksterna (akan
berkembang menjadi kapsul jaringan ikat yang sangat vascular).
- Antrum
Merupakan kumpulan cairan hasil sekresi sel granulose yang
mengandung estrogen dalam konsentrasi tinggi.
4) Folikel vesicular
5) Folikel matang
Akan hanya ada 1 folikel yang matang dan sisanya mengalami atresia.

2.2.2 Fase Ovulasi


Terjadi jika adanya lonjakan hormone LH, jika kadar hormone LH
menigkat maka akan menyebabkan sekresi dari hormone steroid yaitu
progesteron kemudian akan terjadi 2 peristiwa secara bersamaan, yaitu:
 Teka eksterna akan melepaskan enzim proteolitik dari lisosom yang
mengakibatkan peluruhan dinding kapsul folikuler sehingga dinding akan
melemah. Oleh karena itu terjadi degenerasi stigma dan pembengkakan sel
folikel
 Terjadi pembentukan pembuluh darah yang baru ke dalam dinding folikel
dan terjadi sekresi prostaglandin ke jaringan folikuler sehingga
menyebabkan terjadinya transudasi plasma ke folikel dan sel folikel
mengalami pembengkakan juga

Jadi akibat adanya degenerari stigma dan pembengkakan sel folikel,


maka cairan yang lebih kental di tengah folikel akan mengalami evaginasi
keluar dan akan membawa ovum keluar bersama. Inilah yang disebut ovulasi.
Ovum yang dikeluarkan tadi dikelilingi oleh sel granulose kecil yang disebut
korona radiate.

2.2.3 Fase Luteal


Hasil dari pengeluaran ovum, akan menyisakan sel granulose dan teka
eksterna. Kemudian akan membentuk sel lutein dan mengalami luteinisasi
sehingga berwarna kekuningan dan berisi lipid. Kemudian membentuk korpus
luteum yang banyak menghasilkan estrogen dan progesterone. Jika korpus
luteum kehilangan fungsi sekresi dan kehilangan warna kekuningan maka akan
berubah menjadi korpus albikans biasanya terjadi pada hari ke 12 setelah
ovulasi. Kemudian selama beberapa minggu akan diganti oleh jaringan ikat dan
dalam waktu beberapa bulan akan diserap. [Sherwood, L. 2001. Fisiologi
Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC]

2.3 Siklus haid

Dalam keadaan normal, wanita memiliki masa/periode tahunan reproduksi


yang ditandai dengan perubahan ritmis pada sekresi hormon dan perubahan fisik
yang mengikuti pada ovarium dan organ lainnya.

Pola ritmis ini disebut female monthly sexual cycle / menstruation cycle.
Durasi dari siklus ini rata-rata berlangsung setiap 29 hari. Namun periode ini bisa
memendek hingga 20 hari atau memanjang hingga 45 hati pada beberapa wanita.
Abnormalitas siklus menstruasi berhubungan dengan kurangnya fertilitas pada
wanita.

Ada 2 hasil utama yang terjadi pada siklus ini (terjadi per siklus) :

a. Dihasilkan 1 ovum dari 2 ovarium. 2 ovarium hasilkan 1 ovum per


bulan. Jadi dalam satu periode hanya 1 fetus yang dapat tumbuh (dalam
keadaan normal.

b. Endometrium uterus disiapkan untuk implantasi dari ovum yang sudah


difertilisasi. [5]

2.3.1 Penghitungan Siklus Haid

Penghitungan periode siklus haid ini dapat digunakan untuk menghitung


berapa dan kapan kah “safe period” pada kontrasepsi non-alat pada rumah tangga.
Masa dari ovulasi hingga mens seperti kita ketahui 14 hari, sedangkan masa dari
mens ke ovulasi dapat dihitung dari rata-rata hari per periode karena tiap wanita
memiliki masa ini berbeda-beda. Masa sperma dapat tahan di saluran genital
wanita berkisar antara 1-2 hari, namun dalam penghitungan kontrasepsi ini agar
lebih aman kita menganggap masa ini menjadi sekitar 5 hari. Jumlahkan jumlah
hari yang disebutkan di atas, lalu kurangi waktu dalam 1 periode dengan jumlah
tadi, lalu letakkan hasil yang didapat setelah berakhirnya menstruasi. [Kuliah
dr.Erma Sulistiyaningsihi FK UJ 2013]

2.3.3 Fase dalam Siklus Haid


A. Fase Proliferasi
1) Setelah menstruasi, hampir sebagian endometrium telah
berdeskuamasi akibat menstruasi dan hanya tersisa selapis tipis
stroma endometrium yang tertinggal
2) Dibawah pengaruh estrogen yang disekresi lebih banyak oleh
ovarium, sel – sel stroma das el epitel berproliferasi dengan cepat
3) Permukaan endometrium ini mengalami epitelisasi kembali dalam
waktu 4 – 7 hari sesudah menstruasi
4) 1 – 1,5 minggu berikutnya, ketebalan endometrium meningkat
karena jumlah sel stroma bertambah banyak dan pembuluh darah
baru yang progresif ke dalam endometrium (ketebalan mencapai 3 –
5 mm)
5) Kelenjar endometrium (dari daerah serviks) > menyekresi mucus
encer mirip benang yang tersusun di sepanjang kanalis servikalis >
memebentuk sel yang membantu mencurahkan sperma dari vagina
ke uterus
B. Fase Sekretorik
1) Selama separuh akhir siklus bulanan, setelah ovulasi terjadi.
Progesterone dan estrogen disekresi dalam jumlah besar oleh korpus
luteum
Progesterone : menyebabkan pembengkakan yang nyata dan
perkembangan sekretorik endometrium
Estrogen : menyebabkan proliferasi sel tambahan pada
endometrium
Yang mana disini progesterone dan estrogen bersama – sama
menyebabkan kelenjar makin berkelok – kelok, kelebihan substansi
sekresinya bertumpuk dalam sel epitel kelenjar, sitoplasma dari
stroma bertambah, simpanan lipid dan glikogen meningkat dalam
sel stroma, suplai darah ke dalam endometrium meningkat, dan
akhirnya tercapailah ketebalan 5 – 6 mm
2) Terbentuk endometrium yang sangat sekretorik yang mengandung
sejumlah besar cadangan nutrient yang cocok untuk implantasi
ovum yang sudah dibuahi
C. Fase Menstruasi
1) Terjadi ovum yang tidak dibuahi. Terjadi selama 4 – 7 hari karena
setelah itu endometrium mengalami epitalisasi kembali
2) 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus lutum ovarium tiba –
tiba berinvolusi > sehingga hormone ovarium berkurang dengan
tajam sampai kadar sekresi yang rendah > menstruasi
3) Menstruasi sendiri disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan
progesterone pada akhir siklus ovarium.
Efek satu : berkurangnya rangsangan terhadap sel – sel
endometrium oleh kedua hormone > terjadi involusi endometrium
65% dari ketebalan semula > 24 jam sebelum menstruasi, pembuluh
adrah yang berkelok – kelok yang mengarah ke lapisan mukosa
endometrium akan jadi vasopastik > hilangnya rangsangan
hormonal dan berkurangnya zat nutrisi menyebabkan dimulainya
proses nekrosis pada endometrium > daerah pendarahan bertambah
besar dan cepat dalam waktu 24 – 36 jam > lapisan nekrotik bagian
luar terlepas pada daerah perdarahan tersebut > massa jaringan
deskuamasi dan darah di dalam cavum uteri ditambah efek
kontraksi dan prostaglandin atau zat lain dalam jaringan
terdeskuamasi akan meangsang kontraksi uterus > menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus
4) Menstruasi normal :
- Kurang lebih 40 mm darah + 35 ml cairan serosa dikeluarkan
- Tidak membentuk bekuan karena fibrinolisis dilepas bersama
dengan bahan nekrotik endometrium
- Adanya bekuan > patologi dari uterus
2.4 Oogenesis

Oogenesis merupakan proses pematangan ovum di dalam ovarium.


Tidak seperti spermatogenesis yang dapat menghasilkan jutaan spermatozoa
dalam waktu yang bersamaan, oogenesis hanya mampu menghasilkan satu
ovum matang sekali waktu. Mari kita simak prosesnya lebih lanjut:
1.      Oogonium yang merupakan prekursor dari ovum tertutup dalam folikel di
ovarium.
2.      Oogonium berubah menjadi oosit primer, yang memiliki 46 kromosom.
Oosit primer melakukan meiosis, yang menghasilkan dua sel anak yang
ukurannya tidak sama.
3.      Sel anak yang lebih besar adalah oosit sekunder yang bersifat haploid.
Ukurannya dapat mencapai ribuan kali lebih besar dari yang lain karena berisi
lebih banyak sitoplasma dari oosit primer.
4.      Sel anak yang lebih kecil disebut badan polar pertama yang kemudian
membelah lagi.
5.      Oosit sekunder meninggalkan folikel ovarium menuju tuba Fallopi. Apabila
oosit sekunder difertilisasi, maka akan mengalami pembelahan meiosis yang
kedua . begitu pula dengan badan polar pertama membelah menjadi dua
badan polar kedua yang akhirnya mengalami degenerasi. Namun apabila
tidak terjadi fertilisasi, menstruasi dengan cepat akan terjadi dan siklus
oogenesis diulang kembali.
6.      Selama pemebelahan meiosis kedua, oosit sekunder menjadi bersifat
haploid dengan 23 kromosom dan selanjutnya disebut dengan ootid. Ketika
inti nukleus sperma dan ovum siap melebur menjadi satu, saat itu juga ootid
kemudian mencapai perkembangan finalnya menjadi ovum yang matang.
7.      Kedua sel haploid (sperma dan ovum) bersatu membentuk sel zygot yang
bersifat dipoid (2n).
2.5 Proses Kehamilan

2.5.1 Fertilisasi Ovum

Setelah ejakulasi semen, beberapa sperma ditransport dari vagina melalui


uterus ke ampula tuba fallopii dalam 5-10 menit. Kontraksi uterus & tuba fallopii
karena stimulasi prostaglandin dan oxytocin. Terjadi di ampula. Sekali sperma
masuk ke dalam ovum, oocyte membelah lagi membentuk mature ovum lalu
terjadi penyatuan kromosom (46 kromosom).

2.5.2 Transpoort ovum yang terfertilisasi

• 3-5 hari setelah fertilisasi, ovum ditransport melalui tuba ke cavitas uterus.
• Aliran cairan pada tuba & kerja epithel bersilia, kontraksi tuba.
• Progesteron dari corpus luteum membantu masuknya ovum ke dalam
uterus.
• Terjadi beberapa tahap pembelahan sel (blastocyst).
• Nutrisi oleh sekret dari sel-sel di tuba fallopii.
2.5.3 Implantasi blastosit

• Implantasi terjadi 5-7 hari setelah fertilisasi.


• Implantasi terjadi karena sel trophoblast berkembang melebihi permukaan
blastocyst. Sel trophoblast & sel didekatnya (endometrium) proliferasi
sehingga terbentuk placenta & berbagai membran kehamilan.
• Maternal and embryonic structures interlock to form the placenta, the
nourishing boundary between the mother's and embryo's systems. The
umbilical cord extends from the placenta to the embryo, and transports
food to and wastes from the embryo.
2.5.4 Perubahan Hormonal selama kehamilan

A. human chorionic gonadotropin (hCG)

Dapat diukur di darah 8-9 hari setelah fertilisasi, puncaknya pada


kehamilan 10-12 mgg, menurun pada kehamilan 16-20 mgg. Berfungsi mencegah
involusi corpus luteum, merangsang produksi testosteron pada fetus laki-laki.

B. esterogen

Disekresi oleh sel syncytial trophoblast plasenta. Estrogen disintesis dari


komponen steroid androgenik (kelenjar adrenal). Berfungsi sebagai pembesaran
uterus & mamae; pertumbuhan struktur duktus mamae; pembesaran genetalia
eksterna ibu; dan relaksasi ligamen-ligamen pelvis.
C. progesteron

Perkembangan sel desidua di endometrium, nutrisi embrio. Menurunkan


kontraktilitas uterus. Perkembangan ovum sebelum implantasi. Membantu
menyiapkan kelenjar mamae untuk laktasi.
D. Human chorionic somatomamotropin (hCS)

• Disekresi mulai minggu ke 5.


• Perkembangan sebagian kelenjar mamae
• Hormon metabolik umum yang berimplikasi nutrisi terhadap janin dan ibu
o Meingkatkan pertumbuhan lebih banyak daripada gworth
hormone
o Penurunan sensivitas insulin pada ibu, sehingga menurunkan
penggunaan glukosa pada ibu, pada akhirnya jumlah glukosa
untuk fetus banyak.
o Peningkatan pelepasan asam lemak bebas, pada cadangan lemak
ibu, sebagai sumber energi pengganti untuk metabolism tubuh
ibu. [6]
2.6 Laktasi

Laktasi dipengaruhi estrogen untuk perkembangan ductus. Selain itu bisa


juga dipengaruhi oleh hormon GH , prolaktin , adrenal glucocorticoid dan insulin.
prolaktin dipengaruhi pituitary anterior untuk sekresi susu. hipotalamus
mengontrol sekresi prolaktin dengan inhibin dari FSH sehingga tidak terjadi
menstruasi. untuk ejeksi susu di pengaruhi oksitosin dari pituitary posterior [5]

2.7 Fisiologi Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,


psikis, dan pematangan fungsi seksual.Pubertas merupakan tahapan dalam
kehidupan dimana terjadi pematangan sistem reproduksi bersama pertumbuhan
somatik dan kematangan seksual. Masa pubertas biasanya dimulai saat berumur 8
hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa
ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada
anak perempuan pubertas ditandai oleh pertumbuhan payudara, pertumbuhan
puncak kecepatan tinggi badan, dan menarke.1 Tanner menyusun perkembangan
payudara dan rambut pubis seperti terlihat pada Tabel 2.1.1. dan Gambar 2.1.1.
Mekanisme terjadinya pubertas belum diketahui sepenuhnya, namun
pengaruh utama tampaknya berasal dari sistem saraf pusat. Sistem neuroendokrin
khususnya hormon gonodatropin yang dilepas neuron gonadotropin-releasing
hormone di nukleus arkuatus hipotalamus berperan dalam mempengaruhi
terjadinya pubertas. Neurotransmiter yang menyebabkan penghambatan
(inhibitor) atau stimulasi (stimulator) seperti asetilkolin, katekolamin, gamma-
aminobutyric acid, peptida opioid, prostaglandin dan serotonin turut
mempengaruhi kejadian pubertas

2.7.1 Perubahan Hormonal dan Awitan Pubertas

Sebelum pubertas, steroid gonad dalam jumlah yang kecil mampu


menekan aktivasi hipotalamus dan hipofisis. Dengan awitan pubertas, gonadostat
hipotalamus secara progresif menjadi kurang peka terhadap efek supresi steroid
seks oleh sekresi gonadotropin. Akibatnya kadar luteinizing hormone(LH) dan
follicle stimulating hormone (FSH) meningkat, yang selanjutnya akan
menstimulasi gonad sehingga tercapai keadaan homeostatik baru (gonadarke).
Kira-kira satu sampai dua tahun sebelum awitan pubertas, terjadi sekresi LH
dalam jumlah kecil saat tidur. Sekresi LH terjadi secara pulsatil dan dianggap
mencerminkan pelepasan luteinizing hormone releasing hormone (LHRH)
hipotalamus endogen secara episodik. Dengan adanya sekresi LH nokturnal
tersebut, diperkirakan awitan pubertas akan terjadi dalam waktu satu sampai dua
tahun kemudian. Sekresi LH nokturnal pulsatil terus berlanjut dan meningkat
dalam aspek frekuensi maupun amplitudonya saat gambaran klinis pubertas mulai
terlihat.

Penurunan kepekaan hipotalamus dianggap penting dalam awitan


pubertas. Pada saat anak perempuan mengalami pubertas terjadi peningkatan
tajam produksi FSH yang mendahului peningkatan estradiol plasma. Sedangkan
pada laki-laki LH meningkat sebelum peningkatan tajam testosteron. Selama
pubertas kadar LH bioaktif dalam plasma meningkat lebih jauh dibandingkan
dengan LH imunoreaktif, maka terjadi perubahan kualitatif dan kuantitatif LH.
Pada pertengahan masa pubertas, sekresi LH secara pulsatil semakin nyata
bahkan pada saat tidur.Sekresi gonadotropin secara pulsatil ini merupakan
stimulasi awal terhadap maturasi gonad (gonadarke). Faktor yang mengaktivasi
atau mengendalikan pulse generator LHRH belum diketahui.
Selama masa remaja respon LH terhadap Gonadotropin Releasing
Hormone (GnRH) meningkat dengan cepat pada kedua jenis kelamin, namun
peningkatan FSH tidak sepesat kenaikan LH. FSH dan LH bekerja secar sinergis
untuk menimbulkan perubahan-perubahan gonad pada masa pubertas.
Pada anak laki-laki, LH menstimulasi sel Leydig untuk mensekresi
testosteron, sedangkan FSH menstimulasi sel sertoli untuk memproduksi suatu
peptida yang disebut inhibin yang akan menimbulkan reaksi umpan balik dan
menghambat estrogen. Pada perempuan FSH menstimulasi sel granulosa untuk
menghasilkan estrogen dan menstimulasi folikel untukmensekresi inhibin.
Sementara itu LH muncul dan sedikit berperan sampai saat menarke dan menjadi
pencetus timbulnya ovulasi, selanjutnya LH menstimulasi sel teka untuk
mensekresi androgen dan prekusornya.24-26 Pada perempuan terjadi perubahan
hormonal yang mencolok menjelang menarke yaitu penurunan sensitivitas
mekanisme umpan balik negatif hormon seks. FSH kurang ditekan oleh hormon
seks sehingga kadarnya akan meningkat. Peningkatan kadar FSH akan
merangsang ovarium sehingga folikel-folikel primer berkembang dan kadar
estradiol meningkat. Perubahan status hormonal ini akan tampak dari munculnya
tanda-tanda seks sekunder. Beberapa saat menjelang menarke, muncul mekanisme
kontrol baru yaitu umpan balik positif estradiol terhadap hipofisis yang
menghasilkan lonjakan LH. Lonjakan LH berkaitan dengan ovulasi. Bila tidak
terjadi ovulasi maka kadar estradiol menurun dan keadaan ini akan diikuti dengan
perdarahan akibat deskuamasi endometrium yang berupa haid pertama. Pengaruh
neuroendokrin terhadap waktu pubertas dapat dilihat pada Gambar. Selain itu
Waktu pubertas dapat dipengaruhi beberapa faktor termasuk karakteristik
genetika, ras, lemak tubuh, aktifitas, dan diet. [18]
2.8 Fisiologi Menopause

Menopause terjadi saat jumlah folikel yang tersisa telah berada di bawah
ambang kritis persediaan folikel, yaitu sekitar 1000 folikel, tanpa
mempermasalahkan usia wanita tersebut. Selama masa reproduksi seorang
wanita, dijumpai sekitar 400 folikel saja yang mengalami ovulasi, sedangkan
selebihnya, yaitu sekitar 99,8% dari total simpanan folikel sejak masa intrauterin
akan mengalami atresia pada tahap-tahap tertentu perkembangannya.

Menjelang berhentinya haid pada masa menopause, telah terjadi berbagai


perubahan struktural pada ovarium seorang wanita, seperti proses sklerosis
pembuluh darah dan atresia aparatus folikular terutama sel granulosa folikel.
Penurunan fungsi ovarium ini menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium
untuk merespon rangsangan hormon hipofisis FSH dan LH (Luteinizing
Hormone). Akibatnya terjadi penurunan produksi estrogen dari ovarium akibat
kegagalan fungsi korpus luteum. Terlebih lagi, karena sel granulosa folikel telah
mengalami degenerasi, maka produk sekretoriknya, inhibin, juga akan menurun
kadarnya dalam darah, padahal estrogen dan inhibin, keduanya memegang
peranan penting dalam mekanisme umpan balik aksis hipotalamus- hipofisis-
ovarium (HPO) pada siklus menstruasi seorang wanita

Karena aksis HPO ini tetap intak selama masa transisi menopause,
penurunan kadar estrogen dan inhibin menyebabkan umpan balik negatif
(negative feedback) yang ditujukan dari ovarium ke hipofisis menjadi tidak
adekuat. Akibatnya, kadar hormon FSH dan LH akan meningkat tinggi dalam
darah. Dari kedua hormon tersebut, ternyata yang paling mencolok
peningkatannya adalah FSH yang dapat meningkat hingga 20 kali lipat kadar
biasanya (>20 IU/L). Hal ini dikarenakan cepatnya laju bersihan (clearence) LH
dari darah, yaitu sekitar 12-15 kali lebih cepat dibandingkan FSH. Oleh karena
itu, peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik
untuk mendiagnosis sindrom klimakterium. Kadar hormon FSH ini akan terus
meninggi sampai memasuki masa senium dimana mulai terjadi atrofi dari uterus,
ovarium dan organ-organ tubuh lainnya.

Tingginya kadar FSH dalam darah dan sedikitnya jumlah folikel yang
tersisa di ovarium menyebabkan fase folikular siklus mestruasi wanita di masa
klimakterium menjadi memendek sehingga seringkali pada wanita menjelang
masa menopause dijumpai gangguan siklus menstruasi. Perubahan yang paling
mencolok pada masa menopause adalah perubahan kadar hormon estrogen dalam
darah. Karena selama masa reproduksi seorang wanita, folikel menjadi sumber
utama produksi hormon estrogen dan progesteron, maka perubahan struktural dan
fungsional dari folikel-folikel yang tersisa di ovarium pada masa menopause
menyebabkan kadar hormon estradiol menurun drastis. Tanpa sumber estrogen
folikular ini, maka produksi estrogen pada wanita menopause hanya
mengandalkan sumber estrogen yang dihasilkan oleh stroma ovarium yang
distimulasi oleh FSH dan LH, menghas ilkan produk estrogen berupa estrone.
Sumber lain yang juga menopang produksi estrogen setelah menopause adalah
produksi androstenadione dari kelenjar adrenal yang kemudian akan mengalami
aromatisasi di sirkulasi perifer sehingga menghasilkan estrogen yang juga
tersedia dalam bentuk estrone. Estrogen yang dihasilkan oleh sumber lain selain
dari folikel ini disebut sebagai estrogen non- folikular .

Proses aromatisasi androstenadione menjadi estrone dapat berlangsung di


jaringan adiposa, otot, hepar, tulang, sumsum tulang dan sel fibroblas. Karena
kebanyakan proses konversi ini berlangsung di jaringan adiposa, terdapat asumsi
bahwa wanita menopause yang mengalami obesitas akan memiliki jumlah
estrogen yang sedikit lebih banyak dibandingkan yang tidak obesitas, sehingga
muncul anggapan bahwa gejala-gejala menopause akan lebih minim dirasakan
oleh mereka yang obesitas. [Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke
Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC]

2.8.1 Periode Menopause

Menurut Sarwono P (2003) ada tiga periode menopause, yaitu:


A. Klimaterium

 Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi


dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause,
antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur,
dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak.

B. Menopause

 Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan
bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami
menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia
50-an tahun.
C. Senium

 Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu


menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan
fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai
gejala karena perubahan keseimbangan hormon. Bagian- bagian tubuh
dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya
tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti
sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang
yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada
sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-
wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.

2.8.2 Tahap-tahap dalam Menopause

Menurut Sarwono P (2003), menopause di bagi dalam beberapa tahapan


yaitu sebagai berikut:
A. Pra Menopause

 Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala


yang timbul pada fase pra menopause antara lain siklus haid yang tidak
teratur, perdarahan haid yang memanjang, jumlah darah yang banyak,
serta nyeri haid.

B. Peri Menopause

 Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-
gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang
tidak teratur, dan siklus haid yang panjang.

C. Menopause

 Haid di alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.


Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada menopause
antara lain keringat malam hari, mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak
teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina, perubahan pada
indera perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah lupa, sering
tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.

2.8.3 Perubahan pada masa menopause

Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahan-perubahan yang


bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu menyangkut perubahan
organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan
psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani
masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya
seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.
Menurut Lastiko (2004), perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah:  
A. Perubahan Organ Reproduksi

 Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai


reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi,
sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ
reproduksi.

B. Perubahan Hormon

 Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya


suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan
hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga
pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang
mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi,
juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon
ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan
bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak
tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen.
C. Perubahan Fisik

 Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa


menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita.
Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Perubahan Emosi

 Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup


seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat tergantung pada
masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan
masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya
tentang masa menopause.

2.8.4 Tanda-tanda dan gejala menopause

Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan
gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis.
Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih
sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita
hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala
yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal.

Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara


perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa
wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan
gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh
pengangkatan ovarium (Proverawati, 2009).
A. Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila,
2010)
(1) Ketidakteraturan siklus haid

 Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan
seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi
dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama
sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan.

(2) Gejolak rasa panas (hot flash)

Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami
menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan
mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa
panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini sering
diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering
terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena
hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga
disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa
menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga
mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai sistem alfa-
adrenergik sentral yang selanjutnya berakibat pada pusat thermoregulasi dan
neuron pelepas LH.

Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada
hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan
sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan
menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan
dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga berhubungan dengan ruang
sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Keluhan hot flushes mereda setelah
tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian,
sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun.
Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam
meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus.

(3) Keluar keringat di malam hari

Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua


wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan
sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Arus ini tidak membahayakan dan
akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai
rasa sakit.

(4) Kekeringan vagina

Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan
dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena
penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina.
Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan
vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir.
Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina
menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut,
keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010).

(4) Perubahan kulit


Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti
maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah,
leher dan lengan (Hurlock, 2002).

(6) Sulit tidur

Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini
mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam.

(7) Perubahan pada mulut


Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang
peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih
mudah tanggal.

(8) Kerapuhan tulang

Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis


(kerapuhan tulang). Osteoporosis merupakan penyakit kerangka yang paling
umum dan merupakan persoalan bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling
banyak menyerang wanita yang telah menopause.

(9) Badan menjadi gemuk

Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang


biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang
sembarangan.

(10) Penyakit

Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause,


dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu
menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh
darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis).

(11) Linu dan nyeri otot sendi

Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan


pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan sebelumnya.

(12) Perubahan pada indra prasa

Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada


indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan
gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal ( Angila, 2010).
B. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause
(Angila, 2010)

(1) Ingatan menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun


sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.

(2) Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran


dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah di khawatirkan.

(3) Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih


mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak
mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita
menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.
(4) Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang erhadap
sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan
emosi.
(5) Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan


kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk
memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena
kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya.
[17]
3. BIOKIMIA HORMON

3.1 Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)

Gonadotropin releasing hormone (GnRH) dikeluarkan dari hipotalamus


yang berdenyut di sepanjang siklus menstruasi. Agar siklus menstruasi
berlangsung normal, GnRH harus dikeluarkan dalam denyutan. Rata-rata,
frekuensi sekresi GnRH adalah satu kali per 90 menit pada awal fase folikular,
meningkat menjadi sekali per 60-70 menit, dan menurun dengan amplitudo yang
meningkat selama fase luteal. GnRH menginduksi pelepasan FSH dan LH, namun
LH jauh lebih sensitif terhadap perubahan tingkat GnRH.

3.2 Follicle Stimulating Hormone (FSH)

Follicle stimulating hormone (FSH) disekresikan oleh kelenjar pituitari


anterior dan sangat penting untuk pertumbuhan folikel sampai antrum
berkembang. Sekresi FSH mencapai puncaknya dan paling kritis selama minggu
pertama dari fase folikular siklus menstruasi. FSH menginduksi sekresi estrogen
dan progesteron dari ovarium dengan mengaktifkan enzim aromatase dan p450
dan mengerahkan umpan balik negatif pada sekresi GnRH. FSH lebih lanjut
menginduksi proliferasi sel-sel granulosa dan ekspresi reseptor LH di sel-sel
granulosa.

3.3 Luteinizing Hormone (LH)

Luteinizing hormone (LH) disekresikan oleh kelenjar pituitari anterior dan


diperlukan baik untuk pertumbuhan folikel praovulasi maupun luteinisasi dan
ovulasi folikel yang dominan. Selama fase folikular dari siklus menstruasi, LH
menginduksi sintesis androgen oleh sel-sel teka folikuli; merangsang proliferasi,
diferensiasi, dan sekresi sel-sel teka folikuli; dan meningkatkan reseptor LH di
sel-sel granulosa. Lonjakan LH praovulasi mendorong oosit melakukan
pembelahan meiosis pertama dan memulai luteinisasi sel-sel teka dan granulosa.
Korpus luteum yang dihasilkan kemudian memproduksi sejumlah progesteron dan
estrogen.

3.4 Estrogen

Estrogen dihasilkan pada ovarium dan sangat penting untuk


pengembangan antrum dan pematangan folikel Graafian. Estrogen berperan
dominan pada akhir fase folikular sampai sebelum ovulasi. Estradiol, estrogen
yang paling ampuh dan berlimpah, terutama berasal dari androgen yang
diproduksi oleh sel-sel teka. Androgen bermigrasi dari sel-sel teka ke sel-sel
granulosa, di mana mereka diubah menjadi estradiol oleh enzim aromatase.
Sejumlah estradiol juga dapat diproduksi melalui sintesis de novo oleh sel-sel
teka. Tindakan estradiol termasuk melakukan induksi reseptor FSH pada sel-sel
granulosa, proliferasi dan sekresi sel-sel teka folikular, induksi reseptor LH di sel-
sel granulosa, dan proliferasi sel-sel stroma dan epitel endometrium. Pada tingkat
sirkulasi yang rendah, estrogen mengerahkan umpan balik negatif terhadap sekresi
LH dan FSH, namun pada tingkat yang sangat tinggi estrogen mengerahkan
umpan balik positif pada sekresi LH dan FSH. Estrogen selanjutnya menginduksi
proliferasi sel-sel granulosa pengkonversi estrogen dan mensintesis reseptor
estrogen, sehingga menciptakan umpan balik positif untuk dirinya sendiri. Pada
siklus endometrial, estrogen menginduksi proliferasi kelenjar endometrium.

A. Estrogen
Estrogen merupakan hormon seks primer yang merupak hormon steroid
yang dominan diproduksi di ovarium. Terdapat tiga tipe estrogen yang
utama yaitu estradiol, estriol, estron.
a. Estradiol
Estradiol yaitu 17β-estradiol merupakan tipe estrogen yang paling
banyak diproduksi pada masa menarche sampai menopause. 17β-
estradiol dapat
diperoleh melalui 2 cara yaitu :
1) Androstenedion yang dikonversi menjadi testosteron yang
kemudian melalui reaksi aromatase testosteron akan diubah
menjadi 17β-estradiol.
2) Androstenedion melalui reaksi aromatase diubah menjadi estron
kemudian dengan bantuan enzim 17β-hydroxysteroid reductase
estron akan dikonversi menjadi 17β-estradiol.

Dalam jumlah yang lebih sedikit estradiol juga diproduksi oleh


kortek adrenal dan pada laki-laki juga diproduksi di testis. Selain
itu juga diproduksi di otak dan dinding arteri.

b. Estron
Estron diproduksi dari androstenedion yang berasal dari
gonad atau kortek adrenal melaui reaksi aromatase. Pada masa
premenopause wanita 50% estron disekresikan dari ovarium. Pada
masa setelah menopause jumlah estron yang disekresikan semakin
meningkat bahkan melebihi jumlah estradiol.
c. Estriol
Estriol di disintetis dari estrone dengan bantuan 16α-
hydroksilase. Estriol diproduksi dalam jumlah besar selama masa
kehamilan. Estriol adalah estrogen utama yang ditemukan pada
fetus. Selama masa kehamilan produksi estriol berasal dari ibu
yang disalurkan melalui plasenta.
Nantinya estradiol dan estron akan dioksidasi di hati menjadi estriol.

3.5 Progestin

Progestin disekresi pada ovarium, terutama oleh folikel yang terluteinisasi.


Tingkat progestin meningkat sesaat sebelum ovulasi dan memuncak lima sampai
tujuh hari pasca-ovulasi. Langkah pertama dalam sintesis progestin membutuhkan
enzim p450 dan dua bentuk sirkulasi progestin yaitu progesteron dan progesteron-
hidroksi-17. Progestin merangsang pelepasan enzim proteolitik dari sel-sel teka
yang pada akhirnya mempersiapkan ovulasi. Progestin lebih lanjut menginduksi
migrasi dari pembuluh darah ke dinding folikel dan merangsang sekresi
prostaglandin dalam jaringan folikel. Selama fase luteal, progestin menginduksi
pembesaran dan peningkatan sekresi endometrium.
4. PATOFISIOLOGI

4.1 Amenore
Amenore merupakan gejala, bukan penyakit. Terdiri dari:
 Amenore primer adalah tidak terjadinya menarche sampai usia 17 tahun,
dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder.
 Amenore sekunder berarti tidak terjadinya menstruasi selama 3 bulan atau
lebih pada orang yang telah mengalami menstruasi
 Amenore bersifat fisiologis pada perempuan usia pubertas, hamil, dan pasca
menopause; diluar itu amenore menunjukkan adanya disfungsi atau
abnormalitas sistem reproduksi.
 Penyebab amenore
- Amenore primer  Disfungsi
1. Tidak ada atau hipotalamus
terhentinya  Disfungsi hipofisis
perkembangan seksual  disgenesis ovarium
sekunder  produksi hormone
 Disfungsi yang tidak fisiologis
hipotalamus  ketidakpekaan
 Disfungsi hipofisis androgen
 disgenesis ovarium
2. Perkembangan seksual - Amenore sekunder
sekunder yang normal 1. Disfungsi endometrium
 Disfungsi 2. Disfungsi ovarium
hipotalamus 3. Disfungsi hipotalamus
 Disfungsi hipofisis 4. Disfungsi hipofisis [12]
 Perkembangan
sistem mullery yang
tidak lengkap
3. Perkembangan seksual
sekunder yang abnormal
4.2 Dismenore
4.2.1 Dismenore Berdasarkan Ada Tidaknya Kelainan atau Sebab yang Dapat Diamati
A. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang terjadi tanpa adanya
kelainanginekologik yang nyata. Dismenore primer terjadi sesudah menarche(12 bulan
atau lebih) dikarenakan siklus menstruasi bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri.
Rasa nyeri timbul sebelum atau bersama-sama haid dan berlangsung beberapa jam. Sifat
nyeri yang dirasakan seperti kejang yang berjangkit-jangkit, terjadi pada perut bagian
bawah menjalar ke pinggang dan paha. Gejala lain yang menyertai nyeri antara lain rasa
mual, muntah, sakitkepala dan diare (Hanafiah, 1997).

(1) Patofisiologi
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer adalah sebagai berikut:

Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan
kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan
prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang
miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin
sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan
kimia (Sunaryo, 1989).

(2) Etiologi
Faktor yang menyebabkan dismenore primer antara lain:
 Faktor Kejiwaan
Wanita mempunyai emosional yang tidak stabil, sehingga mudah mengalami
dismenore primer. Faktor kejiwaan, bersamaan dengan dismenore akan menimbulkan
gangguantidur (insomnia).
 Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan yang dapat menurunkan
ketahanan terhadap nyeri. Faktor konstitusi antara lain: anemia, penyakit menahun dan
sebagainya.
 Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis
Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis
kanalis servikalis, akan tetapi sekarang sudah tidak lagi. Mioma submukosum bertangkai
polip endometriumdapat menyebabkan dismenore karena otot-ototuterus berkontraksi
kuat untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
 FaktorEndokrin
Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini
disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 alfa
yang menyebabkan kontraksiotot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 alfa berlebih
akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea, dijumpai pula efek
umum, seperti diare, nausea, dan muntah.
 FaktorAlergi
Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan
urtikaria, migren atau asma bronkial.
 Faktor Neurologis
Uterus dipersyarafi oleh sistem oleh sistem syaraf otonom yang terdiri dari syaraf
simpatis dan parasimpatis. Jeffcoate mengemukakan bahwa dismenorea ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian sistem syaraf otonom terhadap miometrium. Pada
keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh syaraf simpatis sehingga serabut-
serabut sirkuler pada istmus dan ostium uteri internum menjadi hipertonik.
 Vasopresin
Kadar vasopresin pada wanitadismenorea primer sangat tinggi dibandingkan
dengan wanita tanpa dismenorea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi
menyebabkan meningkatnya kontraksiuterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan
menimbulkan nyeri. Namun, hingga kini peranan pasti vasopresin dalam mekanisme
terjadinya dismenorea masih belum jelas.
 Leukotren
Helsa (1992), mengemukakan bahwa leukotren meningkatkan sensitivitas serabut
nyeri pada uterus. Leukotren dalam jumlah besar ditemukan dalam uteruswanita dengan
dismenorea primer yang tidak memberi respon terhadap pemberian antagonis
prostaglandin.
(3) Manifestasi klinis

Pada usia lebih muda, timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur, sering
pada nulipara, nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spesifik, nyeri timbul
mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua haid.

(4) Penanganan
Penanganandismenore primer antara lain dengan:
a. Obat-Obatan
Obat-obatan yang dapat membantu mengurangi nyeri haid antara lain: analgetika,
hormonal, anti prostaglandin.
 Analgetika
Analgetika digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenisanalgetika untuk nyeri ringan antara
lain: aspirin, asetaminofen, propofiksen. Sedangkan jenisanalgetika untuk nyeri berat
antara lain: prometazin, oksikodon, butalbital.
 Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada wanita
yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenishormon yang diberikan progestin, pil
kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari 5-25 siklus
haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25
siklus haid, setelah keluhan nyeri berkurang.
 Anti Prostaglandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja
prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh
diberikan pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma dan
alergi terhadap jenis obat anti prostaglandin.
b. Rileksasi
Pada kondisi rileks tubuh akan menghentikan produksi hormon adrenalin dan
semua hormon yang diperlukan saat stress. Karena hormonseksesterogen dan progesteron
serta hormonstres adrenalin diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama. Ketika
kita mengurangi stres maka mengurangi produksi kedua hormonseks tersebut. Jadi,
perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon
yang penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
c. Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah metode mengubah pola pikir negatif menjadi positif. Hal ini
dilakukan dengan memunculkan pikiran bawah sadar agar permasalahan dapat diketahui
dengan tepat.
d. Alternatif
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri haid antara lain:

1. Suhu panas (bantal pemanas, kompres, minum minuman hangat, mandi air hangat).
2. Tidur dan istirahat cukup.
3. Olahraga teratur.
4. Visualisasi konsentrasi.
5. Aroma terapi.
6. Pijatan.
7. Mendengarkan musik, membaca buku maupun menonton film.
8. Mengurangi konsumsi kopi.
9. Tidak merokok maupun minum alkohol.
10. Mengurangi konsumsi garam dan memperbanyak minum air putih.
11. Mengkonsumsi makanan tinggi kalsium.
12. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran.
13. Tumbuhan obat (daun sadewa, mawar, teki, dan sebagainya).
B.Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disebabkan oleh penyakit, gangguan
atau kelainan di dalam maupun di luar rahim. Nyeri pada dismenore sekunder dimulai
sejak 1-2 minggu sebelum menstruasi dan terus berlangsung beberapa hari setelah
menstruasi.

(1) Penyebab
Penyebab dismenore sekunder antara lain:

1. Benjolan yang menyebabkan perdarahan.


2. Rahim yang terbalik.
3. Peradangan selaput lendir rahim.
4. Pemakaian kontrasepsi spiral/IUD.
5. Endometriosis.
6. Fibroid atau tumor.
7. Infeksi pelvis.

(2) Pengobatan
Pengobatan yang sering dipakai adalah golongan NSAID yaitu: aspirin,
naproksen, ibuprofen, indometasin, dan asam mefenamat. Obat-obatan ini sering kali
lebih efektif jika diminum sebelum timbul nyeri. Karena dismenorea jarang menyertai
perdarahan tanpa ovulasi, maka pemberian kontrasepsi oral untuk menekan ovulasi juga
merupakan pengobatan yang efektif.

(3) Manifestasi Klinis


Pada usia lebih tua, cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur, tidak
berhubungan dengan siklus paritas, nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul, nyeri
dimulai dari haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.
Nyeri haid primer, timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan
berjalannya waktu, dengan lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim
setelah menikah atau melahirkan. Nyeri haid ini adalah normal, namun dapat berlebihan
apabila dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, kondisi tubuh yang menurun,
atau pengaruh hormon prostaglandine. Gejala ini tidak membahayakan kesehatan.
Nyeri haid sekunder biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit
yang datang kemudian. Penyebabnya adalah kelainan atau penyakit seperti infeksi rahim,
kista atau polip, tumor sekitar kandungan, atau bisa karena kelainan kedudukan rahim
yang menetap. Ada juga yang disebut dengan endometriosis, yaitu kelainan letak lapisan
dinding rahim yang menyebar keluar rahim, sehingga apabila menjelang menstruasi, pada
saat lapisan dinding rahim menebal, akan dirasakan sakit yang luar biasa. Selain itu,
endometriosis ini juga bisa mengganggu kesuburan .
4.3 KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS)
4.3.1 PENGERTIAN KEPUTIHAN
 Keputihan adalah semacam silim yang keluar terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu
kental dan agak kekuning-kuningan. Jika silim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak
menjadi persoalan.(Handayani, 2008)
 Keputihan adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang di keluarkan dari alat –
alat genital yang tidak berupa darah (Sarwono, 2005)
 Keputihan di devinisikan sebagai cairan dari kelamin perempuan (Vagina ) yang
berlebihan selain air kencing atau darah. Sifatnya bisa normal atau tidak normal
(Indriatmi, 2007)
 Keputihan adalah semua pengeluarancairan alat genetalia yang bukan darah. Keputihan
bukan penyakit tersendiri, tetapi merupakan manifestasi gejala dari hampir semua
penyakit kandungan (Manuaba, 2005)
 Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari organ
reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah keputihan yang
tidak normal (Blankast, 2008)
4.3.2 KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL
 Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina yang berwarna putih yang biasanya
keluar menjelang haid atau pada masa kehamilan. Keputihan biasanya terjadi menjelang
ovulasi, badan lelah atau akibat rangsangan seksual (Purwantyastuti, 2004)
 Keputihan muncul dikarenakan adanya peningkatan hormonal selama kehamilan. Dalam
hal ini Vagina akan mengeluarkan Cairan berwarna putih seperti susu, encer dan tidak
berbau. Cairan akan bertambah banyak seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
anda. Hal ini merupakan hal yang wajar, untuk itu kebersihan dan kelembaban disekitar
area vagina harus tetap terjaga, juga pakailah pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan
menyerap keringat. Namun jika keputihan disertai gatal-gatal dan berbau segera periksa
ke dokter anda. Karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadi adanya infeksi, jika tidak
segera mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan perlunakan dalam leher rahim dan
akan timbul kontraksi sebelum waktunya. (Kusumawati, 2008)
 Seorang wanita lebih rentan mengalami keputihan pada saat hamil karena pada saat hamil
terjadi perubahan hormonal yang salah satu dampaknya adalah peningkatan jumlah
produksi cairan dan penurunan keasaman vagina serta terjadi pula perubahan pada
kondisi pencernaan. Semua ini berpengaruh terhadap peningkatan risiko terjadinya
keputihan, khususnya yang disebabkan oleh infeksi jamur. Selama belum terjadi
persalinan dan selaput ketuban masih utuh, dimana janin masih terlindungi oleh selaput
ketuban dan air ketuban yang steril, umumnya tidak ada efek langsung infeksi vagina
yang menyebabkan terjadinya keputihan pada janin. (Ocvyanti, 2008)

4.3.3 KLASIFIKASI KEPUTIHAN


 Ada dua jenis Keputihan yaitu :
1. Keputihan tidak normal (patologis)
2. Keputihan normal (fisiologis)
 Perbedaan keputihan fisiologis dan yang patologis. Keputihan fisiologis terdiri atas cairan
yang kadang – kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit
yang jarang, sedang pada keputihan patologis terdapat banyak leukosit. (Sarwono, 2005)
4.3.4. GEJALA KEPUTIHAN
 Keputihan normal mempunyai ciri – ciri :
1. Cairan yang keluar encer
2. Berwarna bening atau krem
3. Tidak berbau
4. Tidak gatal
5. Jumlahnya sedikit
 Disebut Keputihan tidak normal jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Cairan yang keluar bersifat kental
2. Berwarna putih susu, kuning atau hijau
3. Terasa gatal
4. Berbau tidak sedap
5. Menyiksa bercak pada pakaian dalam
6. Jumlahnya banyak

4.3.5. FAKTOR PENYEBAB KEPUTIHAN


Adapun beberapa penyebab Keputihan antara lain :
a. Infeksi vagina oleh jamur (Candida albicans) atau parasit (Tricomonas)
Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni, bacterial vaginosis, trikomonas, dan
candidiasis. Bakterial vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering terjadi ditandai
dengan keputihan dan bau tak sdap. Hal ini di sebabkan oleh lactobacillus menurun,
bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan pH vagina meningkat.
b. Faktor Hygiene yang jelek
Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan.
Hal ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri patogen
penyebab infeksi mudah menyebar.
c. Pemakaian obat-obatan (Antibiotik, Kortikosteroid, dan Pil KB) dalam waktu lama.
Karena pemakaian obat- obatan khususnya anti biotik yang terlalu lama dapat
menimbulkan sistem imuitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi
keseimbangan hormonal wanita. Biasanya pada wanita yang mengkonsumsi antibiotik
timbul keputihan.
d. Stress
Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor otak mengalami
stress maka hormonal di dalam tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat
menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwantyastuti
(2004) yang mengatakan bahwa wanita bisa mengalami gangguan siklus menstruasi /
keputihan yang disebabkan oleh stress.

e. Lainnya
Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang dimasukkan
secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti tampon, obat atau alat
kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang berasal dari selimut, celana dan lainnya. Bisa
juga karena luka seperti tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama.
Karena keputihan, seorang ibu bahkan bisa kehilangan bayinya. (Suryana, 2009)

4.3.6. AKIBAT KEPUTIHAN PADA KEHAMILAN


 Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa kehamilan akan meningkatkan risiko
persalinan prematur dan janinnya juga berisiko mengalami infeksi.(Atiwicaksono, 2008)
 Namun jika keputihan disertai gatal-gatal dan berbau segera periksa ke dokter
anda.karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadi adanya infeksi, jika tidak segera
mendapatkan pengobatan dapat menyebabkan perlunakan dalam leher rahim dan akan
timbul kontraksi sebelum waktunya. (Kusumawati, 2008)
 Misalnya, pada infeksi Chlamydia dapat terjadi keguguran hingga persalinan sebelum
waktunya (persalinan prematur). Infeksi virus Herpes simpleks dapat menyebabkan
radang pada otak bayi (ensefalitis). Infeksi jamur Candida sp dapat meningkatkan risiko
terjadinya ayan (epilepsi). Infeksi virus HPV dapat menyebabkan terjadinya papiloma
laring pada bayi yang menyebabkan gangguan pernapasan dan gangguan pencernaan bayi
hingga kematian. Infeksi bakteri Neisserea gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi pada
mata bayi hingga terjadi kebutaan. (Dwiana, 2008)
4.3.7. CARA MENGATASI KEPUTIHAN

a. Tanpa Obat
1. Menjaga agar daerah genetalia senantiasa bersih serta memperhatikan sabun yang di
gunakan sebaiknya sabun yang tidak berparfum
2. Hindari mandi dengan berendam
3. Menggunakan celana dalam dari bahan katun, tidak menggunakan celana dalam yang
ketat.
4. Menghindari beraktivitas yang terlalu lelah, panas dan keringat yang berlebih.
5. Liburan untuk mengurangi stress karena stress merupakan suatu faktor timbulnya
keputihan. [20]
b. Dengan obat
 Keputihan sangat tidak mengenakan, terlebih bagi wanita hamil. Untuk keputihan normal
tidak perlu dilakukan terapi khusus. Yang penting, bagaimana membersihkan organ intim
secara benar dan teratur. Umumnya, cukup dengan sabun khusus vagina dan air bersih
serta menjaga agar pakaian dalam tetap kering dan bersih. Sedangkan keputihan yang
tidak normal harus segera mendapatkan pengobatan media. Keputihan yang terjadi
selama kehamilan, misalnya disebabkan oleh infeksi jamur Candida sp, pengobatan yang
paling aman adalah dengan menggunakan obat lokal berbahan krim atau sejenis kapsul
yang dimasukkan ke dalam vagina. Sementara keputihan yang dialami wanita hamil
akibat infeksi bakteri diberikan obat dalam bentuk kapsul atau tablet yang aman
dikonsumsi. Pada infeksi niceria gonorrhoeae, ada obat dalam bentuk kapsul yang dapat
diminum. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat khusus untuk mendapatkan
gambaran alat kelamin secara lebih baik, seperti melakukan kolpokopi yang berupa optik
untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama, dan bibir kemaluan. Selain
pengobatan medis, biasanya orang akan menggunakan daun sirih untuk mengurangi
keputihan. Caranya, dengan meminum air daun sirih yang telah direbus terlebih dahulu.
Cara ini cukup aman bagi ibu hamil dan bayinya. (Suryana, 2009)
 Dan yang terpenting bila suatu keputihan yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa
(antibiotika dan anti jamur) harus dipikirkan keputihan tersebut disebabkan oleh suatu
penyakit keganasan seperti kanker leher rahim. Ini biasanya ditandai dengan cairan
banyak, bau busuk, sering disertai darah tak segar. (Blankast, 2008 )
5. PATOLOGI

5.1 Amenorhea
Amenorhea merupakan gejala bukan suatu penyakit, yang secara umum
didefinisikan sebagai keadaan tidak haid selama beberapa waktu
Diklasifikasikan :
1. Amenorhea primer ,tidak terjadi menarche hingga usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder
Keadaan ini seringkali diakibatkan oleh :
- kelainan yang didapat sejak lahir, baik kelainan genetik, misalnya pada
sindroma Turner maupun kelainan karena adanya abnormalitas pada proses
perkembangan alat-alat reproduksi, misalnya pada penyakit agenesis Tuba Muller yang
menyebabkan tidak adanya rahim pada tubuh penderita.
- Adanya sumbatan atau halangan di daerah vaginal. Kasus hymen imperforata,
misalnya. Ketiadaan haid disebabkan oleh selaput dara yang terlampau tebal dan
menutupi seluruh rongga vagina sehingga darah haid tidak bisa keluar. Kasus ini
diperbaiki dengan jalan operasi.

2. Amenorhea sekunder, tidak menstruasi selama 3-6 bulan atau lebih , pada wanita
yang sebelumnya mengalami siklus haid
Hal ini disebabkan :
- masalah anatomik, yakni jaringan parut endometrium karena infeksi atau kuretase, dan
anovulasi. Anovulasi ini disebabkan oleh kegagalan ovarium dalam mensekresi estrogen
dan progesteron.
- hamil dan menyusui, menopause dan menopause prematur, yaitu menopause yang
terjadi pada usia kurang dari 40 tahun.
- malnutrisi atau asupan gizi yang buruk yang menyebabkan penurunan berat badan
secara drastis, stres, obesitas, dan latihan fisik yang berlebihan.

3. Amenorhea fisiologik, pada wanita usia prapubertas,hamil dan menopause,selain dari


ini adalah amenorhea nonfisiologik
Etiologi amenorhea : fisiologik,endokrinologik,atau organik,atau gangguan
perkembangan ( disfungsi atau abnormalitas)
Penanganan : didasarkan pada kelainan patologik yang mendasarinya
Wanita dengan defisiensi hipothalamus,hipofisis, atau ovarium , diterapi dengan
pengantian esterogen progesteron secara siklik
Wanita dengan kelainan gonad primer akan tetap infertil, ovulasi dapat diinduksi dan
fertilitas dapat dipulihkan kalu mengalami defisiensi gonadropin dengan pemberian
klomifen sitrat (senyawa esterogenik yang berkhasiat esterogenik atau anti esterogenik
tergantung tempat bekerjannya)
5.2.VAGINITIS
5.2.1 DEFINISI
Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang dapat mengakibatkan debit, gatal dan nyeri.
Penyebabnya biasanya perubahan dalam keseimbangan normal bakteri vagina atau infeksi.
Vaginitis juga bisa terjadi akibat tingkat estrogen berkurang setelah menopause.
Jenis yang paling umum dari vaginitis adalah:
 Bacterial vaginosis, yang dihasilkan dari pertumbuhan berlebih dari salah satu dari
beberapa organisme biasanya hadir dalam vagina Anda
 Infeksi jamur, yang biasanya disebabkan oleh jamur alami yang disebut Candida albicans
 Trichomoniasis, yang disebabkan oleh parasit dan sering ditularkan melalui hubungan
seksual
 Atrofi vagina (vaginitis atrofi), yang dihasilkan dari tingkat estrogen berkurang setelah
menopause
5.2.2 GEJALA
Gejala vaginitis mungkin termasuk:
 Perubahan warna, bau atau jumlah cairan yang keluar dari vagina
 Gatal atau iritasi vagina
 Nyeri selama hubungan seksual
 Nyeri buang air kecil
 Perdarahan vagina tipis atau bercak
Ciri-ciri keputihan Anda dapat menunjukkan jenis vaginitis yang Anda miliki. Contoh termasuk:
 Vaginosis bakteri. Anda dapat mengembangkan putih keabu-abuan, berbau busuk. Bau,
sering digambarkan sebagai mirip ikan, mungkin lebih jelas setelah hubungan seksual.
 Infeksi ragi. Gejala utama adalah gatal, tetapi Anda mungkin memiliki putih, cairan
kental yang menyerupai keju cottage.
 Trikomoniasis. Infeksi ini dapat menyebabkan kuning, debit kadang berbusa kehijauan.

5.2.3 ETIOLOGI
Penyebabnya tergantung pada jenis vaginitis yang dimiliki.

A. Bacterial vaginosis

Hasil vaginosis bakteri dari pertumbuhan berlebih dari salah satu dari beberapa
organisme biasanya hadir dalam vagina Anda. Biasanya, bakteri "baik" (lactobacilli)
melebihi jumlah "buruk" bakteri (anaerob) dalam vagina Anda. Tetapi jika bakteri
anaerob menjadi terlalu banyak, mereka mengganggu keseimbangan, menyebabkan
vaginosis bakteri. Jenis vaginitis dapat menyebar selama hubungan seksual, tetapi juga
terjadi pada orang yang tidak aktif secara seksual. Wanita dengan pasangan seks baru
atau ganda, serta wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) untuk
pengendalian kelahiran, memiliki risiko lebih tinggi dari vaginosis bakteri.

B. Infeksi jamur

Infeksi jamur terjadi ketika lingkungan normal vagina mengalami beberapa


perubahan yang memicu pertumbuhan berlebih dari organisme jamur - biasanya C.
albicans. Infeksi ragi tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual. Selain
menyebabkan infeksi ragi vagina yang paling, C. albicans juga menyebabkan infeksi di
daerah lain lembab tubuh Anda, seperti di mulut Anda (thrush), lipatan kulit dan tempat
tidur kuku. Jamur juga dapat menyebabkan ruam popok.
Menurut Centers for Disease Control dan Pencegahan, diperkirakan 3 dari 4
perempuan akan memiliki infeksi jamur pada beberapa waktu selama hidup mereka.
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko infeksi jamur meliputi:
 Obat-obatan, seperti antibiotik dan steroid
 Diabetes yang tidak terkontrol
 Perubahan hormon, seperti yang terkait dengan kehamilan, pil KB atau menopause
Gelembung mandi, kontrasepsi vagina, pakaian basah atau rapat-rapat, dan produk-produk
kewanitaan, seperti semprotan dan deodoran, tidak menyebabkan infeksi ragi. Namun, faktor-
faktor ini dapat meningkatkan kerentanan Anda terhadap infeksi.

C. Trichomoniasis

Trikomoniasis adalah infeksi menular seksual umum yang disebabkan oleh


mikroskopis, parasit bersel satu Trichomonas vaginalis disebut. Organisme ini menyebar
selama hubungan seksual dengan seseorang yang sudah mengalami infeksi tersebut.
Organisme ini biasanya menginfeksi saluran kemih pada pria, dimana sering tidak
menimbulkan gejala. Trikomoniasis biasanya menginfeksi vagina pada wanita.

D. Vaginitis noninfeksi

Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen wangi dan produk spermisida
dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi jaringan vulva dan vagina. Penipisan
lapisan vagina, akibat hilangnya hormon setelah menopause atau operasi pengangkatan
indung telur Anda, juga dapat menyebabkan gatal dan terbakar pada vagina.
5.2.4 KOMPLIKASI
Umumnya, infeksi vagina tidak menyebabkan komplikasi serius. Pada wanita
hamil, bagaimanapun, baik bakteri vaginosis dan trikomoniasis telah dikaitkan dengan
kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah. Wanita dengan trikomoniasis atau
bacterial vaginosis juga pada risiko yang lebih besar tertular HIV dan infeksi menular
seksual lainnya.
5.2.5 PENGOBATAN
Berbagai organisme dan kondisi dapat menyebabkan vaginitis, sehingga
pengobatan menargetkan penyebab spesifik.
 Vaginosis bakteri. Untuk jenis vaginitis, dokter mungkin meresepkan tablet
metronidazol (Flagyl) yang Anda ambil melalui mulut, metronidazol gel (MetroGel) yang
Anda terapkan pada vagina, atau klindamisin krim (Cleocin) yang Anda terapkan pada
vagina Anda. Obat biasanya digunakan sekali atau dua kali sehari selama lima sampai
tujuh hari.
 Infeksi ragi. Infeksi jamur biasanya diobati dengan krim antijamur atau supositoria,
seperti mikonazol (Monistat), clotrimazole (Gyne-Lotrimin) dan tioconazole (Vagistat).
Infeksi jamur juga dapat diobati dengan obat antijamur resep lisan, seperti flukonazol
(Diflucan). Keuntungan dari pengobatan over-the-counter untuk infeksi ragi kenyamanan,
biaya dan tidak harus menunggu untuk melihat dokter Anda. Menangkap adalah Anda
mungkin memperlakukan sesuatu selain infeksi jamur. Ini mungkin untuk kesalahan
infeksi jamur untuk jenis lain kondisi vaginitis atau lainnya yang perlu perlakuan
berbeda. Menggunakan obat yang salah dapat menunda diagnosa yang tepat dan
pengobatan yang paling tepat.
 Trikomoniasis. Dokter mungkin meresepkan metronidazole (Flagyl) atau tinidazol
(Tindamax) tablet.
 Penipisan lapisan vagina (atrofi vagina) Estrogen., Dalam bentuk krim vagina, tablet
atau cincin, secara efektif dapat mengobati vaginitis atrofi. Perawatan ini tersedia dengan
resep dari dokter Anda.
 Vaginitis tidak menular. Untuk mengobati jenis vaginitis, Anda perlu menentukan
sumber iritasi dan menghindarinya. Sumber termasuk sabun baru, deterjen, pembalut atau
tampon.
5.2.6 PENCEGAHAN
Kebersihan yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis dari berulang dan
dapat meredakan beberapa gejala:
 Hindari mandi, bak air panas dan pusaran air spa. Bilas sabun dari luar daerah
genital Anda setelah mandi, dan keringkan daerah dengan baik untuk mencegah iritasi.
Jangan gunakan sabun wangi atau kasar, seperti yang dengan deodoran atau antibakteri.
 Hindari iritasi. Ini termasuk tampon dan bantalan.
 Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan toilet. Melakukan hal
menghindari penyebaran bakteri fecal ke vagina Anda.
Hal-hal lain yang dapat membantu mencegah vaginitis meliputi:
 Jangan douche. Vagina tidak memerlukan pembersihan selain mandi normal. Douching
berulang mengganggu organisme normal yang berada di vagina dan dapat benar-benar
meningkatkan risiko infeksi vagina. Douching tidak akan membersihkan infeksi vagina.
 Gunakan kondom lateks laki-laki. Hal ini membantu menghindari infeksi menyebar
melalui hubungan seksual.
 Kenakan pakaian katun dan stoking dengan selangkangan kapas. Jika Anda merasa
nyaman tanpa itu, melewatkan mengenakan pakaian tidur. Ragi tumbuh subur di
lingkungan yang lembab.

5.3 Trikomoniasis Vaginalis

5.3.1 PENDAHULUAN
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis terutama sebagai Penyakit
Menular Sexual (PMS). Juga pernah dilaporkan bahwa penyakit ini dapat pula ditularkan
melalui transmisi lain, misalnya melalui pakaian kotor. Organisme penyebab
Trikomoniasis adalah Trichomonas Vaginalis, yaitu suatu parasit protozoa. Dalam daur
hidupnya tidak ada bentuk kista , sehingga transmisi dalam stadium trophozoit. Penderita
yang terinfeksi banyak yang tidak menimbulkan gejala. Trikomoniasis menyebabkan
terganggunya aktivitas sehari-hari karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya,
sehingga infeksi ini tidak dapat diabaikan.
5.3.2 DEFINISI
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau
kronik dan disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis.
5.3.3 INSIDEN
Terjadi diseluruh dunia , mengenai sekitar 180 juta/tahun , 15% pada wanita dan
10% pria dengan seksualitas aktif . Di USA, infeksi ini merupakan salah satu penyebab
terbanyak PMS dengan insiden 2-3 juta/tahun. [3]
5.3.4 ETIOLOGI
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang berflagela dengan masa
inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar antara 4-28 hari.Trikomoniasis merupakan
penyakit yang predominan pada PMS sehingga resiko menderita infeksi ini berdasarkan
pada tingkat hubungan seksual pasien.
Yang termasuk faktor resiko adalah :
• Jumlah partner dalam hubungan seksual
• Partner yang beresiko menularkan infeksi
• Tidak menggunakan alat kontrasepsi
• Menggunakan kontrasepsi oral
Trikomoniasis lebih banyak terjadi pada masa remaja dan dewasa dengan hubungan sex yang
aktif pada wanita maupun pria.
5.3.5 PATOGENESIS
Mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara
invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel . Masa tunas rata- rata 4 hari – 3
minggu . Pada kasus yang lanjut terdapat bagian –bagian dengan jaringan granulasi yang
jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sub epitel yang menjalar sampai ke permukaan
epitel. Didalam vagina dan uretra parasit hidup di sisa-sisa sel ,kuman-kuman,dan benda-
benda lain yang terdapat dalam sekret. [12]
5.3.6 GEJALA KLINIK
Tanda-tanda dan gejala-gejala pada wanita:

 gatal-gatal dan rasa panas pada vagina


 sekret vagina yang banyak, berbau, dan berbusa (sekret yang berbusa merupakan bentuk
klasik dari trikomoniasis sebanyak 12%)
 disuria dengan pruritus
 edema vulva
 perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (serviks strawberry)
 dispareunia dan nyeri
 perdarahan pada waktu post coitus dan nyeri abdomen bagian bawah
 lebih dari 50% asimptomatik

Jika tidak diobati, gejala-gejala dapat mereda tetapi infeksi akan menetap secara subklinis, dan
mungkin akan menyebabkan hasil sediaan apus Papanicolau abnormal.
Gejala-gejala pada pria :

 disuri, nyeri urethra, nyeri testis, sering berkemih, nyeri abdomen bagian bawah
 kebanyakan asimptomatik, atau hanya mengalami gejala sementara, meskipun terdapat
infeksi subklinis yang menetap. Tidak ditemukan bukti adanya komplikasi yang berat
atau gejala sisa jangka panjang dari infeksi Trichomonas yang tidak diobati.

5.3.7 LABORATORIUM

 Dasar pemeriksaan adalah menyingkirkan kemungkinan lain.


 pH vagina
Menentukan pH vagina dengan mengambil apusan yang berisi sekret vagina pada kertas
pH dengan range 3,5 –5,5. pH yang lebih dari 4,5 dapat disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis dan bacterial vaginosis.
 Apusan basah/Wet mount
Apusan basah dapat digunakan untuk identifikasi dari flagel, pergerakan dan bentuk
teardrop dari protozoa dan untuk identifikasi sel. Tingkat sensitivitasnya 40–60 %,
tingkat spesifiknya mendekati 100% jika dilakukan dengan segera.
 Pap Smear
Tingkat sensitivitasnya 40 – 60 %. Spesifikasinya mendekati 95–99%.
 Test Whiff
Tes ini digunakan untuk menunjukkan adanya amina-amina dengan menambahkan
Potassium hidroksid ke sampel yang diambil dari vagina dan untuk mengetahui bau yang
tidak sedap.
 Kultur
Dari penelitian Walner – Hanssen dkk, dari insiden Trikomoniasis dapat deteksi dengan
kultur dan tidak dapat dideteksi dengan Pap Smear atau apusan basah.Kebanyakan dokter
tidak mengadakan kultur dari sekresi vagina secara rutin.

 Direct Imunfluorescence assay


Cara ini lebih sensitive daripada apusan basah, tapi kurang sensitive dibanding kultur.
Cara ini dilakukan untuk mendiagnosa secara cepat tapi memerlukan ahli yang terlatih
dan mikroskop fluoresesensi.
 Polimerase Chain Reaction
Cara ini telah dibuktikan merupakan cara yang cepat mendeteksi Trichomonas vaginalis.

5.3.8 DIAGNOSIS
Diagnosis tidak dapat ditegakkan bila hanya berdasarkan gambaran klinis semata,
karena Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbalkan gejala
atau keluhan.
Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan oleh bermacam – macam sebab, karena itu perlu
diagnosa etiologi untuk menentukan penyebabnya. Untuk mendiagnosis Trichomoniasis
dapat dipakai beberapa cara misalnya sediaan basah,sediaan hapus serta pembiakan.
Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit.
Pembiakan dapat digunakan bermacam – macam pembenihan yang mengandung serum.
5.3.9 PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
A. Secara topikal dapat berupa :
(1. Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat 4%
(2. Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
(3. Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
B. Secara sistemik ( oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :

 Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari


 Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
 Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
 Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram

Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa


infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan
irritability. Metronidazol kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan obat
yang lain tidak ada yang manjur, oleh karena itu metronidazol diberikan pada trimester II
atau ke III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi
“pingpong”
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan sembuh
3. Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.
5.3.10 DIAGNOSIS BANDING
• Rasa terbakar oleh zat kimia
• Candidiasis
• Cervicitis
• Infeksi Chlamydia
• Enterobiasis
• Gonorrhea
• Herves simplek
• Infeksi HIV
• Syphilis
• Infeksi traktus urinary
5.3.11 KOMPLIKASI
• Infeksi pelvis
• Pada kehamilan :
- lahir premature
- bayi berat lahir rendah
- selulitis posthysterectomy
PROGNOSIS
Metronidazol menunjukkan angka kesembuhan 95 % .Angka kesembuhan
meningkat bila kontak seksual memakai pengaman. [15]
5.4 CANDIDIASIS
5.4.1    Pengertian
jamur Candidasp

     Kandidiasis Vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi disekitar
vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah. Kandidiasis dapat
menyerang wanita disegala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya berbeda antara satu
wanita dengan wanita lain dan dari waktu ke waktu pada wanita yang sama.

      Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina,
kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis,
atau meningitis. Nama lain dari candidiasis adalah kandidosis, dermatocandidiasis,
bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis.
      Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika, sedangkan di Kanada, dan negara-
negara di Eropa seperti Italia, Perancis, dan Inggris menggunakan istilah Kandidosis,
konsisten dengan akhiran –osis seperti pada histoplasmosis dan lain-lain.

5.4.2 Penyebab 
     Kandidiasis Vaginalis disebabkan oleh jamur candida albicans. Selain di vagina dapat
menyerang organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus dll. Candida
biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.

     Kandidiasis vagina lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian
antibiotik, pil KB, dan obat-obatan lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina
sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis vagina sering ditemukan pada
wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.

5.4.3 Gejala Klinis


1. Mengenai mukosa vulva (labia minora) dan vagina.
2. Bercak putih, kekuningan, heperemia, leukore seperti susu 
3. pecah, dan gatal hebat.
4. Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.
5.4.4 Diagnosa
     Secret encer, berwarna kuning keabu-abuan, berbau amis yang melekat pada
daerah vagina. Selain itu diagnisis dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroscopis menggunakan sediaan apus dari secret yang dihasilkan vagina.
5.4.5 Patogenesis
     Infeksi Kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun
eksogen:
a. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologi, umur dan imonologi. Perubahan fisiologi
seperti kehamilan (karena perubahan pH dalam vagina): kegemukan (karena banyak
keringat); debilitas; latrogenik; endokrinopati (gangguan gula darah kulit); penyakit kronik
seperti : tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
Umur contohnya : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
imunologinya tidak sempurna. Imunologi contohnya penyakit genetik.
b. Faktor eksogen meliputi : iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat,
kebersihan kulit.
5.4.6 Pengobatan 
1. Instatin : berupa cream, salep, emulsi.

2. Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak, klotrimazol 1% berupa bedak, larutan
dan cream, tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan, cream,
antimikotin yang laen yang berspektrum luas.
3. Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberiakan kontrimazol 500mg pervaginam dosis
tunggal, sistemik diberikan ketokonazol 2x200mg selam 5 hari atau dengan intrakonazol
2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis tunggal.
4. Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis orang dewasa 2x100mg
sehari, selama 3 hari. [16]
5.5 GONORRHEA
Uretritis gonore adalah suatupenyakit menular seksual yang disebabkanoleh
kuman neisseria gonorrhoeae.Penaganannya yang sulit menyebabkanpenyakit ini tidak
terbatas hanya padasuatu negara, tetapi sudah menjadimasalah dunia terutama pada
negaraberkembang atau sedang berkembangseperti Asia Selatan dan Tenggara,
SubSahara Afrika dan Amerika Latin. WHOmemperkirakan bahwa tidak kurang dari 25
juta kasus baru ditemukan setiap tahundi seluruh dunia. Di Amerika Serikatdiperkirakan
dijumpai 600.000 kasus barusetiap tahunnya.

Hal ini disebabkan banyak faktorpenunjang yang dapat mempermudahdalam hal


penyebarannya menyangkut :

 kemajuan sarana transportasi, pengaruhgeografi, pengaruh lingkungan, kurangnyafasilitas


pengobatan, kesalahan diagnosis,perubahan pola hidup, dan tak kalahpenting ialah
penyalahgunaan obat.

Kesemuanya ini dapat terjadi terutamakarena latar belakang kurangnya


pengetahuan mengenai seluk beluk dariinfeksi menular seksual. Infeksi gonore dapat juga
didapatdari setiap kontak seksual, pharyngeal dananal gonorrheae tidak biasa.
Gejalapharyngeal gonorrheae biasanya berupanyeri tenggorokan, anal gonorrheae
dapatdirasakan lebih nyeri disertai sekret yangbernanah.

5.5.1 ETIOLOGI

MorfologiNeiserria gonorrhoeae merupakankuman kokus gram negatif, berukuran


0,6sampai 1,5 μm, berbentuk diplokokusseperti biji kopi dengan sisi yang datarberhadap-
hadapan. Kuman ini tidak motildan tidak membentuk spora. Neisseriagonorrheae dapat
dibiakkan dalam mediaThayer Martin dengan suhu optimal 35-37ºC, pH 6,5-7,5, dengan
kadar C02 5%.Gonococci hanya memfermentasiglukosa dan berbeda secara antigen
dariNeisseriae lain. Gonococci biasanyamenghasilkan koloni yang lebih
kecildibandingkan Neisseriae lainnya.

Gonococci yang membutuhkan arginin,hipoxantin dan urasil ( auksotipe Arg¯,Hyx+, Ura+ )


cenderung tumbuh dengansangat lambat pada kultur primernya.Gonococci diisolasi
darispecimen klinis atau dipertahankan olehsubkultur nonselektif yang memiliki cirikoloni kecil
yang mengandung bakteriyang berpili. Pada subkultur nonselektif,koloni yang lebih besar yang
mengandunggonococci nonpili juga terbentuk Varianyang pekat dan transparan pada
keduabentuk koloni ( besar dan kecil ) jugaterbentuk, koloni yang pekat berhubungandengan
keberadaan protein yang berada dipermukaan, yang disebut Opa.

5.5.2 PATOGENESIS

Gonococci menampakkanbeberapa tipe morfologi dari koloninya,tetapi hanya


bakteri berpili yang tampakvirulen. Gonococci yang berbentuk koloniyang pekat
( opaque ) saja yang diisolasidari manusia dengan gejala uretritis dandari kultur uterine
cervical pada sikluspertengahan. Gonococci yang koloninyaberbentuk transparan
diisolasi darimanusia dari infeksi uretral yang tidakbergejala, dari menstruasi dan dari
bentukinvasif dari gonorrhea, termasuksalpingitis dan infeksi diseminasi.Pada wanita,
tipe koloni terbentukdari sebuah strain gonococcus yangberubah selama siklus
menstruasi.

Gonococci yang diisolasi dari pasienmembentuk koloni-koloni yang pekat


atautransparan, tetapi mereka umumnyamemiliki 1-3 Opa protein pada saattumbuh di
kultur primer yang sedang diuji.Gonococci dengan koloni transparan dantanpa Opa
protein hampir tidak pernah ditemukan secara klinis tetapi dapatdispesifikasi melalui
penelitian dilaboratorium.Gonococci menyerang membranselaput lendir dari saluran
genitourinaria,mata, rectum dan tenggorokan,menghasilkan nanah yang akut
yangmengarah ke invaginasi jaringan, hal yangdiikuti dengan inflamasi kronis
danfibrosis. Pada pria, biasanya terjadiperadangan uretra ( uretritis ), nanahberwarna
kuning dan kental, disertai rasasakit ketika kencing.

5.5.3 GAMBARAN KLINIS

Pada laki-laki

Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore
dan 85% berupa uretritis akut. Setelah masa tunas yang berlangsungantara 2-10 hari,
penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti
keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan. Pada keadaan ini umumnya penderita
tetap merasa sehat, hanya kadang-kadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan. Sebanyak
10% pada laki-laki dapat memberikan gejala yangsangat ringan atau tanpa gejala klinis
samasekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan
stadiumpresimtomatik dari gonore, oleh karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa
lebihpanjang ( 1-47 hari dengan rata-rata 8,3 hari ) dari laporan sebelumnya.

Pada wanita

Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada
wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol
berupa cervicitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya
ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak
merangsang penderita untuk berobat.Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier
dan akan menjadi sumber penularan yang tersembunyi. Pada kasus-kasus yang
simtomatis dengan keluhan keputihan harus dibedakan dengan penyebab keputihan yang
lain seperti trichomoniasis, vaginosis, candidiasis maupun uretritisnon gonore yang lain.

Pada bayi

Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata
pada bayi yang baru lahiryang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang
terinfeksi. Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati
dapatmenimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian
tetracyclineatau erythromycin ke dalam kantung conjungtiva dari bayi yang baru lahir
banyak dilakukan.

5.5.4 DIAGNOSA

Bila fasilitas pengobatan, tenagamedis dan laboratorium tersedia, makauntuk


diagnosa uretritis tidak cukup hanyadengan pemeriksaan klinis, tetapi harusdiikuti
pemeriksaan bakteriologis.Di sini pemeriksaan bakteriologis meliputi pemeriksaan
dengan hapusan danbiakan untuk identifikasi dan tes kepekaanantibiotik. Dengan cara
pengecatan gramdari hapusan ini nilainya cukup tinggikarena kemungkinan kuman
gonokok ditemukan cukup tinggi.
Pada wanita selain pemeriksaan dengan gram, harus diikuti dengan biakanoleh
karena dengan hanya kemungkinanditemukan kuman gonokok lebih kecil disamping
kemungkinan keliru dengan floralain dari vagina.

5.5.5 UJI LABORATORIUM DIAGNOSTIK

A. Spesimen

Nanah dan sekresi diambil dari uretra,cervix, rectum, conjunctiva,


tenggorokan,atau cairan sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur darah
diperlukan pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat membantu,
karenagonococci sensitif terhadap polyaetanolsulfonate pada media kultur darah standar.

B. Smear

Smear dari uretra atau eksudat dariendocervix yang diberi pewarnaan gram akan
menampakkan banyak diplokokus didalam sel nanahnya.Kultur dari eksudat uretral pria
tidakdiperlukan lagi bila hasil pewarnaannya positif, namun kultur harus dilakukan
bilaeksudat uretralnya berasal dari wanita.

C. Kultur

Sesaat setelah pengumpulan nanah atauselaput lendir, dipindahkan ke


dalammedia selektif yang telah diperkaya dandiinkubasi pada atmosfir yangmengandung
5% CO2 pada suhu 37ºC.

D. Serologi

Serum dan cairan genital yangmengandung antibody IgG dan IgAbekerja


melawan pili gonococci, membranprotein paling luar dan LPS. BeberapaIgM dari serum
manusia bersifatbakterisidal terhadap gonococci padapercobaan in vitro.

5.5.6 PENYULIT

Penyulit uretritis bisa terjadiapabila tidak secepatnya mendapatpengobatan atau telah


mendapatkan yangkurang adekuat. Penyulit yang terjadidapat bersifat lokal, ekstra genital
dandisseminated.
- Penyulit lokal :
# Pada laki-laki : tysonitis,cystitis, vesiculitis, parauretritis,cowperitis,deferenitis, littritis,
prostatitis,epidydimitis, infertile.
# Pada wanita : skenitis,bartholinitis, cystitis, salpingitis,proctitis,PID,infertilitas. –
- Penyulit ekstra genital : orofaringitis. Konjungtivitis
- Penyulit disseminated : arthritis,myocarditis, endocarditis, pericarditis,meningitis.
5.5.7 PENGOBATAN

Pada dasarnya pengobatan uretritisbaru diberikan setelah diagnosaditegakkan.


Fasilitas untuk menegakkandiagnosis penyebab uretritis secara pastipada suatu daerah
kadang-kadang belumtersedia, sehingga diagnosis denganmengandalkan tanda-tanda
klinis ataudengan pendekatan sindrom masihdipandang sangat efektif.

Obat-obat yang digunakan sebagai terapiuretritis tergantung beberapa faktor :


- Pola resistensi menurut areageografi maupun sub populasi
- Obat-obatan yang tersedia
- Efektivitas yang dikaitkan denganharga obat
- Bila kemungkinan adaconcomitant
Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi :

- Golongan Cephalosporin :

Cefixime 400 mg per oral


Ceftriaxone 250 mg im
- Golongan Quinolone :
Ofloxacin 400 mg per oral
Ciprofloxacin 500 mg per oral
- Spectinomycin : 2 gramim
- Kanamycin : 2 gramim

Semua diberikan dalam dosis tunggalUntuk Ciprofloxacin CDC menganjurkanuntuk tidak


diberikan pada area geografitertentu karena sudah resisten sepertiInggris, Wales, Kanada
sedangkan Asia,Kepulauan Pasifik, California dilaporkanmasih peka dan sensitif.
Terapi uretritis gonore dengan komplikasi:
- Ciprofloxacin : 500 mg po per hariselama 5 hari
- Ofloxacin : 400 mg po perhari selama 5 hari
- Ceftriaxone : 250 mg im perhari selama 3 hari
- Spectinomycin : 2 gram im perhari selama 3 hari
- Kanamycin : 2 gram im perhari selama 3 hari
[Ernawati, 2010. Uretritis Gonoroe. http://fk.uwks.ac.id/archieve/jurnal/Vol%20Edisi
%20Khusus%20Desember%202010/URETRITIS%20GONORE.pdf]
6. MEDIKOLEGAL (Pada Visum Et Repertum)
Seorang dokter tidak hanya bertugas dalam hal kesehatan, namun seorang dokter
juga dapat berperan sebagai saksi ahli dalam suatu penegakan keadilan. Ilmu kedoktran
forensik, merupakan cabang ilmu kedokteran yang berperan untuk penegakan keadilan.
Terkadang  seorang dokter akan dimintai keterangannya sebagai saksi ahli oleh penyidik
jika diperlukan. Hal ini jelas disebutkan pada pasal 133 KUHAP ayat (1) yang berbunyi
“Dalam hal peyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana,
ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya”. Pasal 133 KUHAP tersebut yang kemudian diperjelas oleh
KUHAP pasal 6 ayat (1) jo PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) mengenai penyidik yang
berhak untuk meminta visum. Pada pasal tersebut disebutkan bahwa “Pejabat Polisi
Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang dengan pangkat
serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua. Penyidik pembantu berpangkat serendah-
rendahnya Sersan Dua.”  Masih dalam PP yang sama, diikatakan juga “bila penyidik
tersebut adalah pegawai negeri sipil, maka kepangkatannya adalah serendah-rendahnya
golongan II/b untuk penyidik, dan II/a untuk penyidik pembantu”.
Dari penjelasan pasal tesebut, jelas sudah pengertian penyidik yang  berwenang
untuk meminta Surat Permintaan Visum (SPV). Namun, jika terjadi keadaan khusus,
dimana tidak terdapat penyidik yang dimaksud untuk meminta SPV, maka penyidik
lainpun memiliki wewenang untuk meminta dilakukannya visum. Penyidik lai tersebut
dijelaskan pada PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (2) yang berbunyi “Bila di suatu
Kepolisian Sektor tidak ada pejabat penyidik seperti diatas, maka Kepala Kepolisian
Sektor yang berpangkat bintara dibawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula
sebagai penyidik karena jabatannya.”
Dalam tugasnya nanti, seorang dokter yang diminta untuk membuat Visum et
Repertum wajib untuk menyanggupinya. Seorang dokter yang diminta, tidak punya hak
untuk melakukan penolakan jika memang diminta oleh penyidik. Hal ini jelas tertulis
pada pasal179 KUHAP ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang yang diminta
pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Keterangan ahli yang diberikan oleh
dokter, harus dibuat secara tertulis. Hal ini jelas dijelaskan dalam pasal 184 KUHAP.
Keterangan ahli yang dibuat secara tertulis inilah yang kemudian dapat berperan sebagai
alat bukti yang seperti yang dijelaskan di pasal 133 KUHAP ayat (2), “permintaan
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang
dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat atau pemeriksaan bedah mayat”. [1]
Menurut jenisnya, visum et repertum dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
 Visum et repertum perlukaan
 Visum et repertum kejahatan susila
 Visum et repertum jenazah
 Visum et repertum psikiatrik
Visum et repertum yang dibuat oleh seorang ahli dalam bidang kedokteran
( dalam hal ini dokter) kemudian dapat menjadi suatu alat bukti yang sah pada saat di
pengadilan. Hal ini serupa dengan yang dijelaskan pada pasal 184 KUHAP mengenenai
alat bukti yang sah. Pada pasal tersebut terdapat beberapa barang yang dapat dijadikan
alat bukti yang sah, yaitu :
 Keterangan saksi
 Keterangan ahli
 Surat
 Petunjuk
 Keterangan terdakwa
Untuk dapat membuat Visum et repertum, seorang dokter harus menunggu surat
permintaan visum yang dibuat oleh pihak penyidik. Di dalam surat tersebut harus jelas
tertulis mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan (pasal 133 KUHAP). Jika ternyata
pemeriksaan bedah mayat (autopsi) perlu dilakukan, maka pihak penyidik wajib untuk
memberitahukan keluarga pasien terlebih dahulu mengenai tindakan tersebut. Autopsi
baru dapat dilakukan jika keluarga korban sudah tidak keberatan atau jika minimal dua
hari tidak ada tanggapan dari keluarga korban (pasal 134 KUHAP). Pada kasus-kasus
lama, namun harus dilakukan pemeriksaan autopsi, maka penggalian kubur guna autopsi
juga dapat dilakukan (pasal 135 KUHAP) .
Dalam penulisan Visum et repertum, dianjurkan untuk dibuat menggunakan
mesin ketik. Penulisan dilakukan pada sebuah kertas putih kosong yang harus disertakan
dengan adanya kop surat yang berasal dari institusi yang mengeluarkan VER tersebut.
Menggunakan singkatan, bahasa asing termasuk bahasa medis tidak dianjurkan dalam
pembuatan visum. Jika terpaksa menggunakan bahasa asing, maka keterangan jelas
menggunakan bahasa Indonesia harus disertakan.
Jika dalam penulisan visum tidak berakhir pada tepi kanan format, maka
penggunaan garis pada akhir kalimat hingga ke batas ujung kanan format harus
dilakukan. Foto dapat diberikan dalam bentuk lampiran jika ternyata dibutuhkan untuk
memperjelas suatu VER. Dalam penulisan VER, ada 5 bagian yang harus selalu
disertakan, yaitu :
 Kata Pro Justisia     : diletekan di bagian kanan atas yang menjelaskan bahwa visum
yang dibuat adalah untuk tujan peradilan. Visum et repertum tidak memerlukam materai
untuk menjadikannya alat bukti yang sah.
 Pendahuluan                        : dalam pendahuluan terdapat keterangan seperti nama
pembuat VER, institusi kesehatan, instansi penyidik lengkap dengan permintaan dan
tanggal surat permintaan. Selain itu, tempat, waktu dilakukannya pemeriksaan juga harus
ditulis. Jangan lupa pula sertakan identitas korban.
 Pemberitaan             : menjelaskan mengenai hasil pemeriksaan yang dilakukan, baik
pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam.
 Kesimpulan              : berisi tentang pendapat dokter berdasarkan tentang keilmuannya
yang meliputi tentang jenis perlukaan, jenis kekerasan, zat penyebab, derajat luka dan
penyebab kematian
 Penutup                    : pada bagian ini berisi kalimat baku yang selalu digunakan untuk
menutup suatu visum, yaitu “ Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. [11]
 
DAFTAR PUSTAKA

Buku

[1]. Budiyanto A, et al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;
1997.p.3-11, 15-16, 26-33, 55-57, 64-70.
[2].Cunningham, Daniel John.2012.Cunningham Textbook of Anatomy. General Books
[3].Daili, SF. Penyakit Menular dalam ILMU KANDUNGAN, Edisi Kedua, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1992
[4].Eroschenko, Victor P.2012.Atlas Histologi DiFiore. Ed 11. Jakarta:EGC
[5].Guyton & Hall.2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed 9.Jakarta:EGC
[6].Guyton, Arthur. Hall, John. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC Penerbit
Buku Kedokteran.
[7].heffner, l. j. at aglance. sistem reproduksi. ed.2. jakarta:egc
[8].Junqueira, L. Carlos.2012.Histologi Junqueira. Jakarta: EGC
[9]. mander, rosemary.1998.Nyeri Persalinan. alih bahasa oleh Bertha
Sugiarto.2003.Jakarta:EGC
[10]. Paulsen, F & Waschke J. 2012. Sobotta(edisi 23). Jakarta: EGC
[11]. Peraturan Perundang-undangan Bidang Kedokteran. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FKUI; 1994. p.11-12,14
[12]. Price, Sylvia A. dan Lorraine M.Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta: EGC.
[13]. Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC
[14]. Verral, Sylvia.1996.Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan. alihbahasa oleh
Hartono.2003.Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan.Jakarta: EGC
[15]. Wisnuwardhani, SD. 1999. Penyakit Kelamin dalam ILMU PENYAKIT KULIT DAN
KELAMIN, Edisi Ketiga, FK-UI, Jakarta.
[16]. widyatun, D. 2012. Jurnal bidan.
Internet

[17]. blog dokter.2012.Menopause


http://www.blogdokter.net/2008/03/10/tanda-dan-gejala-menopause/ [29 Mei 2013]

[18]. Chapter II.pdf .USU Institutional Repository.Universitas Sumatera


repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23768/4/Chapter%20II.pdf [30 Mei 2013]
[19]. Dewi, Rosita. 2012. Sistem Reproduksi Wanita [online].
http://205.196.123.182/eblesmpav6ag/dy16mnana82y5xw/SISTEM+REPRODUKSI+W
ANITA.pptx [28 Mei 2013]
[20]. Dr. Suparyanto, M.Kes.2010.Keputihan
http://dr-suparyanto.blogspot.com/2010/07/keputihan.html [29 Mei 2013]
[21]. Hasan, Muhammad. 2012. Genitalia Feminina. [online]
http://205.196.123.145/fb14kxhf4fng/fpb9n70mejzet3s/genit+FEMININ+HAM.ppt [28
Mei 2013]
[22]. Wikipedia.2013.Klitoris. http://id.wikipedia.org/wiki/Klitoris. [29 Mei 2013]

Anda mungkin juga menyukai