Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS DENGAN KASUS ANTENATAL CARE


DI RS RIZANI PAITON

Disusun Oleh :
AHMAD FITRAH FIRDAUS
NIM : 14201.12.20001

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
DENGAN KASUS ANTENATAL CARE
DI RS RIZANI PAITON

Mahasiswa

AHMAD FITRAH FIRDAUS

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG ANTENATAL CARE (ANC)
A. Anatomi Sistem Reproduksi pada Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor. Sedangkan
genitalia internal terdiri dari vagian hymen, tuba uterina, uterus, ovarium.

Gambar 1.1 Sistem Reproduksi Wanita

Genitalia Eksternal
1. Mons pubis
Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan daerah
supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah jaringan lemak
bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause. Setelah dewasa, mons
pubis tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.
2. Labia mayora
Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang memanjang
berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima
pudendi (pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak mengandung
rambut. Kedua labia mayora di bagian ventral menyatu dan terbentuk komisura
anterior. Jika dilihat dari luar, labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung
banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas.
3. Labia minora
Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil terletak
di antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vagina. Kedua labium
minus membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum vaginae. Labia
minora ke arah dorsal berakhir dengan bergabung pada aspectus medialis labia
mayora dan di sini pada garis mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan
transversal yang disebut frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing
minus terbagi menjadi bagian lateral dan medial. Pars lateralis kiri dan kanan
bertemu membentuk sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris disebut
preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan kanan bergabung di bagian
kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia minora tidak mengandung
lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak kemerahan.
4. Klitoris
Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir
keseluruhannya tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian yaitu
krura klitoris, korpus klitoris dan glans klitoris.
5. Glandula vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang bentuknya
bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus vestibule atau
tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
6. Glandula vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum vagina
untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina. Organ ini
adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di daerah median
membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak.
Setelah pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar (Enggar,2018).
Gambar 1.2 Genetalia Eksternal

Genitalia Internal
1. Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan
membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun,
posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang
ditembus serviks panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang
lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding
lateralnya di bagian cranial melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian
kaudal melekat pada diafragma pelvis sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina
ke bagian atas berhubungan dengan uterus, sedangkan bagian kaudal membuka
pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut introitus vaginae.
2. Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen
tidak dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen
diantaranya : himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.
3. Tuba uterina
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang
lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine
tubae (pars intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4. Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak
di dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke
arah kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti
buah pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang
membentuk sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya
terletak di dalam pelvis sehingga basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis
kranialis. Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis median, sering terletak lebih
kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa berubah tergantung pada isi vesika
urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum yang terletak dorso cranial.
Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang
lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu
fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri (Enggar,2018).
5. Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin
dan berwarna merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi,
maka permukaan ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut
(cicatrix) dan warnanya berubah menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium
berbentuk ovoid pipih dengan panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2
cm, tebal kurang lebih 1 cm dan beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium
tergantung pada posisi uterus karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-
ligamen (Enggar,2018).

Gambar 1.3 Genetalia Internal


B. Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita

1. Genitalia eksternal
a. Glandula vestibularis mayor berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
b. Glandula vestibularis minor berfungsi mengeluarkan lendir untuk
melembabkan vestibulum vagina dan labium pudendi.
2. Genitalia internal
a. Vagina. Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius
darah menstruasi.
b. Tuba uterine. Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan
mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya
fertilisasi.
c. Uterus. Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan
tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan
sampai bayi lahir.
d. Ovarium. Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai
organ eksokrin karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan
disebut sebagai organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone
estrogen dan progesteron.
3. Hormon pada Wanita
a. Hormon estrogen
Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi
FSH, dimana pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada
keadaan lain meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain
pada pembesaran ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak
pada mons veneris, pubis, dan labia, serta mengawali pertumbuhan mammae.
Pengaruh lainnya adalah kelenjar mammae berkembang dan menghasilkan
susu, tubuh berkembang dengan cepat, tumbuh rambut pada pubis dan
aksilla, serta kulit menjadi lembut.
b. Hormon progesterone
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab atas
perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina.
Progesteron berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel miometrium.
Efek progesterone terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi dan
mukosa. Pada kelenjar mammae akan meningkatkan perkembangan lobulus
dan alveolus kelenjar mammae, kelenjar elektrolit serta peningkatan sekresi
air dan natrium.
c. Foliclle stimulating hormone (FSH)
FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini
akan berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalam jumlah yang
cukup seperti pada kehamilan.
d. Lutein hormone (LH)
LH bekerjasama dengan FSH untuk menyebabkan terjadinya sekresi estrogen
dari folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari
progesterone dalam sel granulosa.

e. Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH)


Fungsi hormon ini adalah untuk memulai mempertahankan produksi
progesterone dari korpus luteum.
4. Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah
terjadinya menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding luar folikel
yang menonjol akan membengkak dengan cepat. Dalam waktu 30 menit
kemudian cairan akan mulai mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2 menit
kemudian, folikel menjadi lebih kecil karena kehilangan cairan. Stigma akan
robek cukup besar dan cairan yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah
folikel akan mengalami evaginasi keluar dan kedalam abdomen. Cairan kental ini
membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulose kecil yang
disebut corona radiata.
5. Oogenesis
Oogenesis merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara
dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan
pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum matang
(Enggar,2018).
Gambar 1.4 Oogenesis
C. Definisi
Antenatal adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi, dan
penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan
persalinan yang aman dan memuaskan (Apriza, 2020).
Antenatal adalah pengawasan terhadap kehamilan untuk mendapatkan
informasi mengenai kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penuyakit
yang menyertai kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan, dan
menetapkan resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan, resiko rendah)
(Dewi, 2020).
Antenatal juga untuk mempersiapkan persalinan menuju kelahiran bayi yang
baik (weel born baby) dan kesehatan ibu yang baik (well health mother),
mempersiapkan pemeliharaan bayi dan laktasi, memfasilitasi pulihnya kesehatan ibu
yang optimal pada saat akhir kala nifas (Rosyadia, 2019).
D. Manfaat
Manfaat Ante Natal Care (ANC) adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan
bayi.
c. Mengenali secara diri adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu
maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal (Apriza, 2020).
E. Proses kehamilan
a. Fertilisasi
Yaitu bertemunya sel telur dan sel sperma. Tempat bertemunya ovum dan
sperma paling sering adalah didaerag ampulla tuba. Sebelum keduanya
bertemu, maka akan terjadi 3 fase yaitu:
1) Tahap penembusan korona radiate: Dari 200 – 300 juta hanya 300 –
500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa menembus korona radiata
karena sudah mengalami proses kapasitasi.
2) Penembusan zona pellusida: Spermatozoa lain ternyata bisa menempel
dizona pellusida, tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma: Setelah menyatu
maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44
autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX unutk
wanita dan XY untuk laki - laki).
b. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel , 8
sel, sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel – sel tersebut akan membelah
membentuk morula (4 hari). Saat morula masuk rongga rahim, cairan mulai
menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel yang ada di massa
sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya
terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista (4 – 5
hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas.
Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa masuk
endometrium dan siap berimplantasi (5 – 6 hari) dalam bentuk blastokista
tingkat lanjut.
c. Nidasi / implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudah dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput
lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik ( 2 – 3 hari setelah ovulasi).
Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok – kelok.
Jaringan ini mengandung banyak cairan.
d. Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio
1) Masa pre embryonic: Berlangsung selama 2 minggu sesudah terjadinya
fertilisasi terjadi proses pembelahan sampai dengan nidasi. Kemudian
bagian inner cell mass akan membentuk 3 lapisan utama yaitu
ekstoderm, endoderm serta mesoderm.
2) Masa embryonic: Berlangsung sejak 2 – 6 minggu sistem utama didalam
tubuh telah ada didalam bentuk rudimenter. Jantung menonjol dari tubuh
dan mulai berdenyut. Seringkali disebut masa organogenesis/ masa
pembentukan organ.
3) Masa fetal: Berlangsung setelah 2 minggu ke-8 sampai dengan bayi lahir
Katmini. (2020).
F. Perubahan fisiologis pada ibu hamil
1. Uterus
a. Ukuran: karena hipertropi dan hyperplasia otot polos rahim 30 x 25 x 20
cm dengan kapasitas 400 cc (pada kelamin cukup bulan).
b. Berat: dari 30 gr – 1000 gr.
c. Bentuk dan konsistensi: bulan pertama seperti alpukat, usia 4 bulan
berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur.
d. Posisi: awal antefleksi/retrofleksi, 4 bulan berada pada rongga pelvis,
akhir rongga perut sampai hati.
e. Serviks: menjadi lunak yang disebut tanda “boodell”
2. Indung telur (Ovarium)
a. Ovulasi terhenti.
b. Masih terdapat korpus luteum gravidas sampai terbentuknya uri.
3. Vagina dan Vulva
1) Vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan.
2) Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut “tanda
Chadwick”, hipervaskularisasi.
Perubahan yang terjadi juga terjadi pada organ dan sistem lainya, seperti:
a. Sistem Sirkulasi Darah
a. Volume darah: terjadi peningkatan pada volume darah dan plasma.
b. Protein darah: jumlah protein dan albumin menurun, pada trimester 1
secara bertahap meningkat sampai akhir kehamilan.
c. Hitung jenis dan Hb: Ht menurun karena volume plasma darah
eritrosit meningkat untuk kebutuhan oksigen.
d. Nadi dan TD: TD menurun, nadi meningkat rata-rata 84x/menit.
e. Jantung: pompa jantung meningkat pada trimester 1 sampai menurun pada
minggu terakhir, EKG kadang memperlihatkan deviasi aksis ke kiri.
b. Sistem Pernafasan
1) Sesak dan napas pendek sampai usus tertekan ke arah diafragma
akibat pembesaran rahim.
2) Kapasitas vital paru meningkat.
3) Nafas dalam dan yang lebih menonjol pernafasan dada.
c. Sistem Pencernaan
1) Saliva meningkat, mual dan muntah.
2) Tonus otot saluran pencernaan menurun sehingga motilitas.
3) Muntah (emesis gravidarum) pada pagi hari (morning sickness).
d. Tulang dan Gigi
1) Sendi panggul terasa lebih longgar sampai ligament dan melunak.
2) Kalsium maternal pada tulang panjang menurun untuk memenuhi
kebutuhan kalsium janin.
e. Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada:
1) Muka: cloasma gravid.
2) Payudara: puting susu dan areola payudara.
3) Perut: linea nigra.
f. Kelenjar Endokrin
1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit.
2) Kelenjar hipofise: dapat membesar terutama lobus anterior.
3) Kelenjar adrenal: tidak satu berpengaruh (-).
g. Payudara
1) Payudara bertambah besar, tegang dan berat.
2) Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli.
3) Bayangan vena lebih membiru.
4) Kalau diperas keluar kolostrum berwarna kuning.
h. Metabolisme
1) BMR meningkat 15 – 20% terutama trimester ketiga.
2) Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan fetus, payudara.
3) Sering haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
4) Kolesterol meingkat karena somatotoropin membentuk lemak.
5) BB bumil meningkat 6,5 – 16 kg disebabkan oleh: janin, uri, air
ketuban, uterus, payudara, darah, lemak, protein, retensi urine (Aprilia,
2020).
G. Manifestasi Klinik Kehamilan
1. Tanda presumsi
1) Subyektif:
a) Amenorrhea: Dapat disebabkan oleh: gangguan endokrin,
abnormalitas sistem saraf, penyakit infeksi, anemia, obstruksi servikal,
atau ketegangan emosi.
b) Kelemahan/dan keletihan, dapat diakibatkan karena anemia atau
infeksi.
c) Mual dan muntah (morning sickness): Merupakan respon awal
tubuh terhadap tingginya kadar progesteron, dapat disebabkan karena
gangguan pada saluran cerna atau alergi. Terjadi antara minggu
ke-2-6 dan menghilang pada minggu ke-12.
d) Perubahan payudara: Terasa penuh dan nyeri, hiperpigmentasi
areola mammae, perubahan nipple, sekresi kolostrum, pelebaran vena.
e) Peningkatan sekresi berkemih: Kongesti darah pada organ-organ
pelvik meningkatkan sensitivitas jaringan, tekanan karena
pembesaran uterus menstimulasi saraf dan mentrigger keinginan
untuk berkemih selama hamil. Dapat pula disebabkan oleh
penyakit infeksi saluran kencing, trauma dan pertumbuhan tumor
vesika urinaria.
f) Perubahan mood: letih, pusing, sakit kepala.
g) Leukorea Quickening: Sensasi adanya gerakan dapat dirasakan
pada minggu ke- 22 pada primipara dan minggu ke-20 pada multipara.
2) Obyektif (probabilitas)
a) Perubahan fisiologi dan anatomi
b) Peningkatan temperatur basal tubuh (basal body temperature)
c) Perubahan kulit: Striae gravidarum dan pigmentasi (kloasma, linea
nigra)
d) Perubahan payudara
e) Pembesaran abdomen
f) Perubahan rahim dan vagina
2. Tanda kemungkinan hamil
Merupakan tanda-tanda yang dapat diobservasi oleh pemeriksa. Bila digabung
dengan tanda dan gejala presumsi, maka tanda kemungkinan memberi dugaan
kuat adanya kehamilan. Tandanya meliputi:
1) Pembesaran Rahim
2) Uterin shouffle adalah goyangan, desiran nadi yang terdengar di atas
uterus ibu hamil.
3) Kontraksi Braxton Hicks
4) Ballotement: pantulan yang terjadi ketika bayi pemeriksa mengetuk janin
yang mengapung dalam uterus, menyebabkan janin berenang menjauh dan
kemudian kemudian kembali ke posisinya semula.
5) Hegar sign: melunaknya segmen bawah Rahim
6) Goodell sign : melunaknya serviks.
7) Test kehamilan positif.
3. Tanda positif kehamilan (absolut)
1) Terlihat bentuk tubuh janin melalui USG dan rangka janin pada X-Ray
2) Terdengar detak jantung janin
3) Teraba bagian-bagian janin
4) Teraba gerakan janin (Rosyadia, 2019).
H. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur, waktu
persetubuhan, cairan semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel mani (sperma)
bergerak memasuki rongga rahim lalu masuk ke saluran telur.
Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya terjadi di bagian yang mengembang oleh
tuba falofi. Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling mudah
dimasuki, masuklah salah satu sel mani dan kemudian bersatu dengan sel telur. Peristiwa
ini disebut pembuahan (konsepsi = fertilitas).
Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut getar
tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari pembuahan
sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-sel makanan bai
mudligah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan bahwa untuk setiap
kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel mani), pembuahan (konsepsi
(konsepsi = fertilitas), nidasi dan plasenta, (Handerson 2006)
I. PATHWAY ANC
Trimester I

Konsepsi

Fertilitas

Implantasi

Embryogenesis

Maturasi janin

Perubahan pada ibu

Perubahan psikologis Perubahan fisiologis

Krisis situasional, GIT Sist.kardio Sist.urinaria


perub.psikologis, vascular
ketidakstabilan hormon Instabilitas Penekanan
hormone Peningkatan vesika urinaria
TD karena
Ansietas Perubahan Asam lambung pembesaran
peran sebagai meningkat Sakit kepala uterus
calon ibu
Rasa Nyeri Frekuensi BAK
Perub.proses Koping sebah/mual meningkat
keluarga individu tdk
efektif Muntah Gangguan
eliminasi urin
Intake
makanan Kebersihan
menurun genital
menurun
Perub.nutrisi
kurang dari Kelembaban
kebutuhan meningkat

Resiko infeksi
Trimester II

TRIMESTER II

Perubahan fisiologis Perubahan


psikologis

Sist.endokrin Sist.kardiovaskular Sist.reproduksi Sist.integumen Sist.GIT Musculosceletal Sist.respirasi Krisis


situasional
Inotropik Sekresi aldosteron Vaskularisasi Estrogen Progesterone BB janin Desakan
meningkat serviks & meningkat meningkat meningkat uterus ke Proses
Hiperpegmintas vagina diafragma adaptasi
i Retensi H2O & Na+ Kulit Saliva & asam Postur tubuh
volume plasma Sensitifitas meregang lambung berubah Ekspansi Persiapan
Perub.body meningkat serviks meningkat paru tidak anggota baru
image meningkat Striae Lordosis maksimal dlam keluarga
TD meningkat gravidarum Peristaltic berlebihan
Perub.cardiac Rangsang menurun Gangguan Ansietas
output Sakit kepala seksual Perub.body Nyeri pola nafas Perub.peran
image Pengosongan
Resiko cidera Nyeri Perub.pola lambung lambat
janin & seksual
maternal Kembung, mual,
muntah

Perub.nutisi
kurang dari
kebutuhan
Deficit volume
cairan
Trimester III

TRIMESTER III

Perubahan fisiologis Perubahan


psikologis

Pembesaran uterus Sistem endokrin Persiapan


melahirkan
Retensi H2O & Na+
Perub.skelet & Menekan paru Primi:kurang
persendian pengetahuan
Ekspansi paru Urine output Vasokontriksi
Berat uterus menurun menurun, pembuluh darah Ansietas
menigkat volume plasma
Gangguan pola meningkat, TD meningkat
Perub.pusat nafas tekanan
gravitasi tubuh hidrostatik Hipertrofi
menurun ventrikel
Menekan saraf
sekitar Edema Penurunan
ekstremitas cardiac output
Pelepasan
mediator nyeri Kelebihan Resiko cidera
(prostaglandin, volume cairan janin &
histamin) maternal

Nyeri
J. Standar pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7T yaitu:
a. Timbang badan dan ukur badan, tujuannya adalah untuk mengetahui
sesuai tidaknya berat badan ibu. Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu
harus naik 0,5 sampai dengan 0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus
naik 0,25 kg setiap minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu
harus naik sekitar 0,5 kg setiap minggunya, atau secara umum berat badan
meningkat sekitar 8 kg selama kehamilan.
b. Ukur tekanan darah. Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah
normal atau tidak. Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan.
Tekanan darah yang tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik
ringan maupun berat bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan
darah yang rendah menyebabkan pusing dan lemah.
c. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Tujuannya untuk melindungi
ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari tenanus neonatorum. Imunisasi TT
diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2 deberikan empat minggu setelah
TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2, TT4 diberikan 1 Tahun setelah
TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4.
d. Ukur tinggi fundus uteri. Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim,
dilakukan dengan cera meraba perut dari luar, selain itu untuk mengetahui
presentasi janin, serta mengetahui posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan
ini juga dilakukan pengukuran tinggi puncak rahim untuk kemudian
disesuaikan dengan umur kehamilan. Jika diperoleh besarnya rahim tidak
sesuai dengan umur kehamilan maka direncanakan pemeriksaan lanjutan.
e. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan. Pemberian tablet
besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang berlaku diseluruh
puskesmas di Indonesia. Pemberian satu tablet besi sehari sesegera mungkin
setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan.
f. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling. Untuk
menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan suami
dan keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya. Dengan
manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin
akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga
membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih
diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari
akses transfortasi yang memadai.
g. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS). Wanita
yang sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi terhadap
penyakit menular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu dan
janin yang dikandungnya (Nurmawati, 2018).
K. Keluhan pada Masa Kehamilan
Keluhan pada masa hamil adalah suatu kondisi bersifat subyektif dimana pada
individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya (Depkes RI,
1994). Keluhan-keluhan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keluhan pada triwulan I (usia kehamilan 1 – 3 bulan).
1) Mual dan muntah : Terutama terjadi pada pagi hari dan akan hilang
menjelang tengah hari (morning sickness).
2) Perasaan neg atau mual: Terutama bila mencium bau yang menyengat.
3) Pusing terutama bila akan bangun dari tidur, hal ini terjadi karena
adanya gangguan keseimbangan, perut kosong.
4) Sering kencing: Karena tekanan uterus yang membesar dan menekan
pada kandung kencing.
5) Keputihan (lekorea): Pengaruh peningkatan hormon kehamilan (estrogen
dan progesteron) yang mempengaruhi mukosa serviks dan vagina.
6) Pengeluaran darah pervaginam: Bila terjadi perdarahan pervaginam
perlu diwaspadai adanya abortus.
7) Perut membesar.
8) Psikologis: Perasaan gembira dengan penerimaan kehamilan akan
mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan-kelainan yang
timbul. Sebaliknya karena menolak kehamilan, keluhan tersebut
menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan antipati terhadap
kehamilannya. Pada masa ini sering timbul konflik karena pengalaman
baru, sehingga ibu hamil perlu mendapatkan perhatian dan dukungan
suami.
2. Keluhan pada triwulan II (usia kehamilan 4 – 6 bulan).
Pada masa ini keluhan yang bersifat subyektif sudah berakhir, sehingga
bila ada ibu hamil masih mendapatkan keluhan seperti pada trimester I, perlu
diwaspadai kemungkinan adanya faktor psikologis. Pada triwulan ini sering
ditandai adanya adaptasi ibu terhadap kehamilannya, perasaan ibu cenderung
lebih stabil, karena keluhan yang terjadi pada triwulan I sudah terlewati. Ibu
merasakan pengalaman baru, mulai merassakan gerakan bayi, terdengarnya
DJJ, melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui pemeriksaan
USG. Triwulan II juga dikatakan fase aman untuk kehamilan, sehingga
aktifitas ibu dapat berjalan tanpa gangguan berarti.
3. Keluhan pada triwulan III (usia kehamilan 7 – 9 bulan).
Kejadian yang sering timbul antara lain:
a. Pusing disertai pandangan berkunang-kunang. Hal ini dapat
menunjukkan kemungkinan terjadi anemia dengan Hb < 10 gr%.
b. Pandangan mata kabur disertai pusing. Hal ini dapat digunakan
rujukan kemungkinan adanya hipertensi.
c. Kaki edema. Edema pada kaki perlu dicurigai karena sebagai salah satu
gejala dari trias klasik eklamsi. Sesak napas pada triwulan III perlu
dicurigai kemungkinan adanya kelainan letak (sungsang).
d. Perdarahan. Pada triwulan III bisa terjadi perdarahan pervaginam
perlu dicurigai adanya placenta praevia atau solusio plasenta.
e. Keluar cairan di tempat tidur pada siang atau malam hari, bukan pada
saat kencing, perlu diwaspadai adanya ketuban pecah dini.
f. Sering kencing. Akibat penekanan pada kandung kencing akibat
masuknya kepala ke pintu atas panggul.
g. Psikologis: Kegembiraan ibu karena akan lahirnya seorang bayi
(Mariyona,2019).
L. Komplikasi sebagai akibat langsung kehamilan
1. Hiperemisis gravidarum
2. Hipertensi dalam kehamilan
3. Perdarahan trimester I (abortus)
4. Perdarahan antepartum
5. Kehamilan ektopik
6. Kehamilan kembar
7. Molahydatidosa
8. Inkompatibilitas darah
9. Kelainan dalam lamanya kehamilan
10. Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin (Mariyona,2019).
M. Pemeriksaan antenatal care
a. Pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang dipakai yaitu tes
untuk mendeteksi keberadaan hCG. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
dapat diukur dengan radioimunoesai dan deteksi dalam darah enam hari
setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode menstruasi terakhir.
Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan merupakan dasar dari
berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-kadang dapat
dideteksu dalam urine 14 hari setelah konsepsi.
b. Dengan TPP adalah taksiran perkiraan partus.
TPP = tgl HPHT + 7 – 3 bulan HPHT + 1 tahun HPHT
Atau
TPP = tgl HPHT + 7 + 9 bulan dari HPHT
c. Menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold:
1. Leopold I: Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi
bagian tubuh fetus apa yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan
mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan
terassa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba di fundus, maka
akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II: Untuk menemukan posisi janin (punggung janin). Caranya:
Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi
sisi yang berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika
punggung akan teraba cembung dan resisten.
3. Leopold III: Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat
dengan daerah pelvik. Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang
dominan pada sisi abdomen di atas simpisis pubis dan minta
pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pada saat
mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan
sekitar daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan
bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak
beraturan.
4. Leopold IV: Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian
terendah janin masuk ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke
kaki pasien dengan lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen
mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan bagian tulang
yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru
setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin
masuk ke dalam rongga panggul.
d. Pemeriksaan panggul luar
Tujuan :
1) Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
2) Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
3) Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
1) Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
2) Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
3) Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri
terutama pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
1) Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri
( normal: 23-26 cm).
2) Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri
(normal: 26-29).
3) Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan
ujung prosessus spinosus (ruas tulang lumbal ke lima) (normal: 10-20 cm).
4) Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior
superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan
trochanter mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri
kemudian kembali ke atas simpisis (normal : 80-90 cm) (Nurmawati, 2018).
Asuhan Keperawatan Antenatal
1. Pengkajian Prenatal
a. Aktivitas dan Istirahat, Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 –
12 minggu) kembali pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan
terakhir. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM. Murmur sistolik pendek
dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume episode singkope. Varises.
Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
trisemester akhir).
b. Integritas Ego: Menunjukkan perubahan persepsi diri
c. Eliminasi: Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi, Peningkatan
frekuensi perkemihan, Urinalisis: Peningkatan berat jenis, Hemoroid.
d. Makanan/Cairan: Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu
hati umum terjadi, Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama,
trisemester kedua dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb, Membran mukosa
kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah berdarah, Hb dan Ht
rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis), Sedikit edema dependen, Sedikit
glikosuria mungkin ada, Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi
pada akhir kehamilan.
e. Nyeri dan Kenyamanan: Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara;
kontraksi Braxton Hicks terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung.
f. Pernapasan: Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal,
Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi; pernapasan
torakal.
g. Keamanan: Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC), Irama Jantung Janin (IJJ)
terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12 minggu) atau fetoskop (17 - 20
minggu), Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi
gerakan janin pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu, Ballottement ada pada
bulan keempat dan kelima.
h. Seksualitas: Penghentian menstruasi, Perubahan respon /aktivitas seksual,
Leukosa mungkin ada, Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di
atas simfisis pubis (pada 10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30
minggu) agak ke bawah kartilago ensiform (pada 36 minggu), Perubahan
payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan vaskularitas lunak bila
dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi jaringan arcolar, hipertrofi
tberkel montgemery, sensasi kesemutan (trisemester pertama dan ketiga);
kemungkinan strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12 minggu,
Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi, strial
gravidarum, Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.
i. Integritas Sosial: Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi,
Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor
kehamilan, Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan
mendukung sampai disfungsional.
j. Penyuluhan/Pembelajaran: Harapan individu terhadap kehamilan,
persalinan/melahirkan tergantung pada usia, tingkat pengetahuan,
pengalaman paritas, keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.
k. Pemeriksaan Diagnostik
a. DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
b. golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas.
c. Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
d. Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
e. Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil
vagina, lesi, rabas abnormal.
f. Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
g. Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe
2.
h. Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi,
diabetes penyakit ginjal).
i. Ter serum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif.
j. Titer rubella > a : a O menunjukkan imunitas
k. Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8 minggu.
l. Skin glukosa serum / 1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari
folus pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.
N. Diagnosa Keperawatan yang lazim muncul
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi
terhadap b/d mual muntah.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
3. Ansietas b/d adanya faktor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman
pada konsep diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial
dan tujuan hidup, kurang informasi.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang pemahaman terhadap kehamilan.
5. Pola nafas tidak efektif b/d penekanan/pergeseran diafragma.
6. Gangguan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
7. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas,
sesak.
8. Nyeri akut b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal
9. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
O. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Pola nafas tidak Tujuan : Pemantauan Respirasi
efektifberhungan Setelah dilakukan intervensi (I.01014)
dengan penekanan atau tindakan selama 3x24 jam Observasi
atau pergeseran
pola napas membaik. 1. Monitor frekuensi, irama,
diafragma. Dengan
Kriteria hasil : kedalaman, dan upaya
kode (D.0005)
Indikator SA ST napas.
Dyspnea 2 5 2. Monitor pola napas
Penggunaa 3 5 (takipneu, bradipneu,
n otot kussmaul, dll)
bantu 3. Monitor kemampuan
napas batuk efektif
Frekuensi 2 5 4. Monitor adanya produksi
napas sputum
Kedalama 3 5 5. Monitor adanya sumbatan
n napas jalan napas
Pernapasa 2 5 6. Palpasi kesimetrisan
n pursed- ekspansi paru.
lip 7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
11. Atur interval waktu
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
12. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
13. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
14. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.

Nyeri akut Tujuan : Manajemen nyeri (I.08238)


berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan agen atau tindakan selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokal, durasi,
pencedera karakteristik, kualitas,
tingkat nyeri menurun.
fisiologis. Dengan
Kriteria hasil : intensitas nyeri.
kode (D.0077)
Indikato SA ST 2. Identifikasi skala nyeri
r 3. Identifikasi respon nyeri
Keluhan 2 5 non verbal
nyeri 4. Identifikasi faktor yang
Gelisah 3 5 memperberat dan

Kesulita 3 5 memperingan nyeri

n tidur 5. Identifikasi pengetahuan

Frekuens 2 5 dan keyakinan tentang

i nadi nyeri

Pola 2 5 6. Identifikasi pengaruh


budaya terhadap respon
napas nyeri
Tekanan 2 5 7. Identifikasi pengaruh
darah nyeri pada kualitas hidup.
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan.
9. Monitor efek samping
penggunakan analgetik
Terapeutik
10. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
11. Control lingkungan yang
memperberatrasa nyeri
(mis :pencahayaan, suhu
ruangan, dll)
12. Fasilitasi istirahat dan
tidur
13. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.
Edukasi
14. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri.
15. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
16. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
17. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
18. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
19. Kolaborasi pemberian
analgetikk, jika perlu.
Intoleransi aktivitas Tujuan : Manajemen energi (I.05178)
berhubungan Setelah dilakukan intervensi Observasi
dengan kelemahan. atau tindakan selama 3x24 jam 1. Identifikasi gangguan
Dengan kode
toleransi aktivitas meningkat. fungsi tubuh yang
(D.0056)
Kriteria hasil : mengakibatkan kelelahan.
Indikato SA ST 2. Monitor kelelahan fisik
r dan emosional.
Frekuens 2 5 3. Monitor pola dan jam
i nadi tidur
Saturasi 2 5 4. Monitor lokasi dan
oksigen ketidaknyamanan selama
Keluhan 3 5 melakukan aktivitas.
lelah Terapeutik
Dyspnea 2 5 5. Sediakan lingkungan
saat nyaman dan rendah
aktivitas stimulus (mis:cahaya,
Dyspnea 2 5 suara, kunjungan)
setelah 6. Lakukan rentang gerak
aktivitas pasif/aktif.
EKG 2 5 7. Berikan aktivitas distraksi
iskemia yang menyenangkan

Sianosis 3 5 8. Fasilitas duduk disisi


tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan.

Edukasi
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang.
12. Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Armaya R. Kepatuhan Ibu Hamil dalam Melakukan Kunjungan Antenatal Care dan Faktor
yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2018.

Aprilia, W. (2020). Perkembangan pada masa pranatal dan kelahiran. Ya Bunayya : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 4(1), 40–55.

Apriza, dkk. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Maternitas Referensi Mahasiswa


Keperawatan, Kebidanan dan Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

Dewi Anggraini, D. M. H. N. S. (2020). Konsep Kebidanan Memahami Dasar-Dasar Konsep


Kebidanan (Issue 1). Yayasan Kita Menulis.

Enggar. (2018). Biologi Dasar Mnausia dan Pengantar Asuhan Kebidanan.


Pustaka Panasea.
Katmini. (2020). Determinan Kesehatan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan
dengan Pencapaian Kontak Minimal 4 Kali Selama Masa Kehamilan (K4). Jurnal Kebidanan
Dan Kesehatan Tradisional, 5(1), 29–35.https://doi.org/10.37341/jkkt.v5i1.137

Mariyona, K. (2019). Komplikasi dan Faktor Resiko Kehamilan di Puskesmas. Jurnal


Menara Medika, 1(2), 109–116.

Nurhayati, E. (2019). Patologi dan Fisiologi Persalinan Distosia dan Konsep Dasar
Persalinan. PT. Pustaka Baru.

Nurmawati, Indrawati F. Cakupan Kunjungan Antenatal Care Pada Ibu Hamil. Higeia Journal
Of Public Health Research And Development 2018;2.

Rosyadia Badrus, Arkha, M. K. (2019). Kebutuhan Dasar Ibu Hamil. CV.Jakad Publishing
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai