Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

ASKEP TEORI SEHAT JIWA


SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN:DEAWASA DAN
LANSIA

Dosen Pembimbing:
Iin Aini Isnawiyah, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Zainatul ilmiyah (14201.12.20050)


2. Kholifatur riskiyah (14201.12.20020)
3. Salimatul amalia (14201.12.20035)
4. Yuni nur A (14201.12.20048)
5. Dwi rifanika (14201.12.20009)
6. Fajar nugraha (14201.12.20010)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Asuhan
Keperawatan Anak II dengan judul Atresia Ani ini dengan lancer.

Makalah Keperawatan Jiwa I dengan judul Proses Asuhan Keperawatan Jiwa ini berisi tentang
askep teori sehat jiwa Sepanjang rentang kehidupan:deawasa dan lansia
Laporan ini disusun untuk menyelesaikan tugas dari dosen kami. Selain itu, kami
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi, kami mohon maaf sebanyak-banyaknya atas
kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Probolinggo,17 november 2022

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1. Latar belakang.......................................................................................................... 1


1.2. Rumusan masalah.................................................................................................... 2
1.3. Tujuan...................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 3

2.1 Pengertian sehat jiwa............................................................................................... 3


2.2 Pengertian dewasa................................................................................................... 3
2.3 ciri Khas perkembangan masa dewasa & lansia ..................................................... 5
2.4 perkembangan jiwa pada dewasa............................................................................. 12
2.5 masalah masalah Kesehatan jiwa pada dewasa....................................................... 17
2.6 askep sehat jiwa dewasa.......................................................................................... 20
2.7 pengertian lansia......................................................................................................27
2.8 Batasan usia lansia...................................................................................................28
2.9 ciri ciri lansia...........................................................................................................29
2.10masalah yang dihadapi lansia..................................................................................30
2.11mempertahankan dan meningkatkajn sehat jiwa pada dewasa dan lansia...............31
2.10 masalah kesehatan jiwa pada usia lansia...............................................................37
2.11 Askep teori sehat jiwa pada lansia..........................................................................38

BAB III PENUTUP.......................................................................................................43

3.1. Kesimpulan..............................................................................................................43
3.2. Saran........................................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Kesehatan jiwa merupakan keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual
maupun sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi
untuk lingkungannya (UU No. 18 Tahun 2014). Keperawatan jiwa merupakan bagian
dari keperawatan yang holistik berupa keperawatan yang menyangkup spiritual,
psikologis, biologis dan sosial. Gangguan jiwa memiliki banyak jenis yang
disebabkan oleh banyak faktor(Jurnal Borneo Cendekia Vol. 5 No. 1 Maret 2021).
Menurut kamus besar bahasa indonesia,dewaselah mencapai kemataa adalah
keadaan sampek umur,aqil baligh mare (bukan anak anak atau remaja lagi).padanan
kata yamg sering digunakan untuk kedewasaan adalah “telahh mencapai
kematangan’’ dalam perkembangan fisik dan fsikologis, kelamin, pikiran,
pertimbangan, pandangan, dan sebagainya.padanan kata yang lain’’ mandiri’’
keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain.
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Masa lansia dimulai pada usia 60 keatas. Masa lansia dimulai 65 thn, tetapi
terbagi menjadai 3 masa: lansia muda dari usia 65-74 thn, lansia pertengahan  dari
usia 75-84 thn, dan lansia akhir dari usia 85/lebih (LMone Borge dan Bauldof, 2019)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar tahun (2018)
menyatakan bahwa prevalensi untuk gangguan mental emosional (cemas dan depresi)
berada paling banyak di usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6%
dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat
bervariasi untuk setiap provinsi dan kabupaten atau kota. Prevalensi tertinggi untuk
gangguan jiwa berat di Provinsi DI Yogyakarta (2,7%), sementara untuk Sumatera
Barat (Sumbar) gangguan jiwa berat 1,9 per mil (urutan ke-9 se Indonesia) dan
gangguan mental emosional 4.5% (urutan ke-20 se Indonesia). Gangguan mental
emosional diharapkan tidak berkembang menjadi lebih serius apabila orang yang
mengalaminya dapat mengatasi atau melakukan pengobatan sedini mungkin ke pusat.

4
Upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, perlu adanya
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan, khususnya tenaga
perawat tentang kesehatan jiwa pada usia anak dan remaja. Sehingga dalam hal ini
penulis tertarik untuk membuat makalah ini agar dapat meningkatkan pengetahun
mengenai kesehatan jiwa pada usia anak dan remaja, sehingga nantinya dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan

1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Sehat jiwa ?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan dewasa & lansia  ?
1.2.3. Apa saja ciri Khas perkembangan masa dewasa & lansia  ?
1.2.4. Bagaimana perkembangan jiwa pada dewasa ?
1.2.5. Masalah apa saja yang terjadi pada dewasa?
1.2.6. Bagaimana asuhan keperawatan pada dewasa?
1.2.7. Apa yang dimaksud lansia?
1.2.8. Bagaimana Batasan usia lansia?
1.2.9. Apa saja ciri ciri lansia?
1.2.10. Apa saja masalah yang dihadapi lansia
1.2.11. Bagaimana cara mempertahankan dan meningkatkan sehat jiwa pada dewasa
dan lansia ?
1.2.12. Apa saja masalah kesehatan jiwa pada usia lansia ?
1.2.13. Bagaimana Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan
Usia Dewasa dan Lansia ?
1.2.14. Diagnosa apa saja yang muncul pada Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa
Sepanjang Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan lansia ?
1.2.15. Bagaimana Intervensi dan implementasi pada Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa
Sepanjang Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan lansia ?

1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian sehat jiwa
1.3.2. Untuk mengetahui pengertian dewasa

5
1.3.3. Untuk mengetahui Apa saja ciri Khas perkembangan masa dewasa
1.3.4. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan jiwa pada dewasa
1.3.5. Masalah apa saja yang terjadi pada dewasa?
1.3.6. Bagaimana asuhan keperawatan pada dewasa?
1.3.7. Untuk mengetahui pengertian lansia
1.3.8. Untuk mengetahui Batasan usia lansia
1.3.9. Untuk menmgetahui ciri ciri lansia
1.3.10. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi lansia
1.3.11. Untuk mengetahui Bagaimana cara mempertahankan dan meningkatkajn sehat
jiwa pada dewasa dan lansia
1.3.12. Untuk mengetahui Apa saja masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa & lansia
1.3.13. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang
Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan Lansia.
1.3.14. Untuk mengetahui Diagnosa apa saja yang muncul pada Asuhan Keperawatan
Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan lansia
1.3.15. Untuk mengetahui Bagaimana Intervensi dan implementasi pada Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan
lansia

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Sehat Jiwa


1. Definisi Kesehatan Jiwa
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang, baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut dapat menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan mampu
bekerja secara produktif (Kemenkumham, 2019). Salah satu masalah utama dalam
kesehatan yaitu gangguan jiwa (Surtini, 2019). Gangguan jiwa juga dapat diartikan
sebagai adanya perilaku individu yang menyimpang seperti distress, disfungsi, dan
menurunnya kualitas hidup yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan (Stuart.
G.W, 2019)
Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan
tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat
dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau
lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan
membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan
orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari
60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan
mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

2.2. Pengertian dewasa


Secara etimologi, istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin, bentuk
lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi
kekuatan dan ukuran yang sempurna (grown to full siza and strength)” atau “telah
menjadi dewasa (matured)”. 

7
Dalam bahasa belanda, dewasa diartikan sebagai “volwas ‘send”, vol artinya
penuh was’send artinya tumbuh sehingga volwas ‘send berarti “sudah tumbuh
dengan penuh, selesai tumbuh atau dewasa”. Dengan pengertian tersebut, maka
orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap
menerima kedudukan baru dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya.
Menurut Desminta bahwa pada umumnya para ahli psikologi menetapkan
waktu dimulainya status kedewasaan yaitu sekitar usia 20 tahun sebagai awal
dewasa danberlangsung sampai sekitar usia 40-45, dan pertengahan masa dewasa
berlangsung dari sekitar usia 40 sampai 45 sampai sekitar usia 65 tahun, serta masa
dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun hingga
meninggal dunia(dalam jurnal perkembangan jiwa beragama pada anak, remaja dan
orang dewasa).

2.3. Ciri khas Perkembangan Dewasa


Elizabeth B Hurlock(Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam, Volume 5 Nomor 1
Juni 2021)membagi masa dewasa menjadi tiga bagian yaitu:
1. Masa Dewasa Awal. Yaitu masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif
yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode
isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai,
kreativitas dan penyusaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya
antara 21 tahun sampai 40 tahun,
2. Masa Dewasa Madya. Yaitu berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri- ciri
yang menyangkut pribadi dan social anatara lain: masa dewasa madya merupakan
masa transisi, di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masadewasanya memasuki suatuperiode dalam kehidupandengan ciri-
ciri jasmanai danperilaku yang baru. Perhatianterhadap agama lebih
besardibandingkan pada masasebelumnya, dan kadangkadangminat
danperhatiannya terhadap agamaini dilandasi kebutuhanpribadi dan sosial,
3. Masa Usia Lanjut. Periode selama usialanjut, ketika kemunduranfisik dan mental
terjadi secaraperlahan-lahan dan bertahapdikenal sebagai “senescence”yaitu masa
proses menjadi tua.Usia lanjut adalah periodepenutup dalam rentang
hidupseseorang, yaitu suatuperiodedi mana seorang telahberanjak jauh dari
padaperiode terdahulu. Masa inidimulai dari umur 60 sampaimati, yang ditandai
denganadanya perubahan yangbersifat fisik dan psikologisyang semakin menurun

8
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan
padaorang dewasa antara lainmemiliki ciri-ciri sebagaiberikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang,
bukan sekedar ikut-ikutan,
2. Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku,
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama serta berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan,
4. Tingkat ketaatan beragama didasrkan atas pertimbangan dan tanggaung jawab
diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup,
5. Bersikap lebih terbuka dan wawsan yang lebih luas,
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran juga didasarkan atas
pertimbangan hati nurani,
7. Sikap keberagamaan cendurung mengerah kepada tepe-tipe kepribadian masing-
masing sehingga terlihat adanya pengaruh keperibadian dalam menerima,
memahami serta melaksanakn ajaran agama yang diyakininya,
8. Terlihat adanya hubungan sikap kebeagamaan enga kehidupan sosial sehingga
perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan sudah berkembang.

9
2.4. Perkembangan jiwa dewasa 
Perkembangan jiwa dewasa menurut Erickson

AHLI USIA TUGAS


TEORI
Perkembangan Erikson 18 – 25 Identitas versus kebingungan
Psikososial peran :
 Membina hubungan intim
dengan orang lain.
 Membuat komitmen diri
terhadap pekerjaan dan
hubungan.

25 – 65 Generativas versus stagnasi :


 Menerima kehidupannya
sebagai kreatif dan
produktif.
 Peduli terhadap orang
lain.

65 - meninggal
Integritas versus putus asa :
 Menerima makna
kehidupan.
 Menerima
ketakterhindarkan
nya kematian.

10
Perkembangan Fowler Mencari keimanan :
Dewasa Muda
Spiritual  Mendapatkan keimanan
kognitif dan afektif
melalui pertanyaan
terhadap keimanan diri

Paruh
Wasterhoff

Memiliki keimanan :
 Menerapkan keimanan
dan mempertahankan
keyakinan.

Perkembanga Kohlberg Dewasa Tingkat Pascakonvensional.


n Moral Kontrak social / orientasi
legalistic.
 Menetapkan moralitas
dalam hal prinsip pribadi.
 Mematuhi hukum yang
melindungi
kesejahteraan dan hak
orang lain.
Prinsip Universal – Etik
 Menginternalisasi
prinsip moral universal
 Menghargai orang lain ;
menyakini bahwa
hubungan didasarka pada
saling percaya.
Tugas Havingurst 18 – 35  Memilih dan belajar untuk
Perkembanga hidup dengan pasangan
n  Memulai sebuah keluarga

11
dan membesarkan anak
 Mengelola rumah
 Memulai pekerjaan
 Mengambil tanggung jawab
public
 Mencari kelompok social
yang bersahabat

35 – 60  Mendapat tanggung jawab


public dan social
 Menetapkan dan
memelihara standar
kehidupan ekonomi
 Mendampingi anak remaja
menjadi dewasa yang
bertanggung jawab dan
bahagia
 Mengembangkan aktivitas
di waktu luang
 Berhubungan dengan
pasangan sebagai seorang
manusia
 Menerima dan
menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisiologis usia
paruh baya.

60 dan di  Menyesuaikan diri

atas terhadap orang tua yang


menua.
 Memenuhi kewajibab public
dan social
 Membuat afiliasi dengan

12
kelompok umur sebaya
 Membuat pengaturan tempat
tinggi yang memuaskan,
 Meyesuaikan diri terhadap
penurunan kekuatan fisik,
kesehatan, pension,
penurunan penghasilan,
kematian pasangan.

2.5. Masalah yang terjadi pada dewasa


1. Isolasi sosial
Kondisi isolasi sosial seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam
mengungkapkan perasaan klien yang dapat menimbulkan klien mengungkapkan
perasaan klien dengan kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan respon destruktif
individu terhadap stresor.Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lainHerliana, I.,
& Koto, Y. (2021)..
Tanda dan gejala isolasi sosial antara lain; kurang spontan, apatis atau acuh
terhadap lingkungan, ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri, tidak ada/kurang sadar terhadap komunikasi
verbal, mengisolasi diri, tidak sadar/kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya,
aktivitas menurun, kurang energi, rendah diri, asupan makanan dan minuman
terganggu.Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnyaHerliana, I., & Koto, Y. (2021). Sehingga dalam hal ini
bisa dilakukan terapi kognitif dan perilaku untuk melatihcara berfikir dan cara
berperilaku pada lansia contoh salah satu anggota keluarga menemani dalam
bermain catur.

2. Haliusinasi
Halusinasi merupakan distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon
neurobiologist maladaptive, penderita sebenarnya mengalami distorsisensori
sebagai hal yang nyata dan meresponnya (Pardede, 2020).Dampak yang

13
ditimbulkan dari adaya halusinasi adalah kehilangan Social diri, yang mana
dalam situasi ini dapat membunuh diri ,membunuh orang lain, bahkan merusak
lingkungan. Dalam memperkecil dampak yang ditimbulkan halusinasi dibutuhkan
penangan yang tepat. Dengan banyaknya kejadian halusinasi, semakin jelas
bahwa peran perawat nntuk membantu pasien agar dapat mengontrol halusinasi
(Maulana, Hernawati & Shalahuddin, 2021).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien mengiterprestasikan sesuatu yang tidak nyata
stimus/rangsangan dari luar (Manulang, 2021). Halusinasi sudah melebur dan
pasien merasa sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan yang dialaminya (Putri,2022).
Dalam penanganan halusinasi sudah di tangani beberapa terapi
keperawatan seperti Terapi Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan
keperawatan terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk
mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada
pasien halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasein
menghardik, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat
halusinas muncul, sertamelakukan aktivitas terjadwal utuk mencegah halusinasi
(Livana et al., 2020).

3. Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang ditandai dengan munculnya
gejala penurunan mood, kehilangan minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah,
gangguan tidur atau nafsu makan, kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi.
faktor-faktor penyebab depresi ada dua yakni faktor psikologis dan social
( Integrated Nursing Journal), 2(2), 178-188)
Faktor sosial meliputi life events (peristiwa kehidupan dan interpersonal
difficulties) kesulitan berhungungan interpersonal. Sementara itu faktor
psikologis meliputi tipe kepribadian neuroticism, dan cognitive theories (Beck’s
theory; cognitive biases;hopelessness theory). Dewasa muda sangat rentan
mengalami depresi, hal tersebut dikarenakan pada dewasa muda terjadi masa
transisi masa dimana individu memasuki masa dewasa yang ditentukan oleh
berbagai pilihan serta meningkatnya tanggung jawab serta kemandirian
merupakan hal yang sulit dihadapi. Diperkirakan 4,4% dari populasi global

14
menderita gangguan depresi dan 3,6% dari gangguan kecemasan(Integrated
Nursing Journal), 2(2), 178-188).
mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang
dewasa lebih banyak mengidap depresi. Dalam hal ini sejalan dengan apa yang
ditemukan peneliti. Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh usia responden
yang terdiagnosa depresi mengungkapkan kebanyakan depresi yang dialami
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masalah sosial seperti kegagalan
dalam pekerjaan, kehilangan orang yang disayang, penyakit yang diderita dan
beberapa masalah kehidupan lainnya(Integrated Nursing Journal), 2(2), 178-188).
Berdasarkan hasil penelitian jurnal Integrated Nursing Journal), 2(2), 178-
188 depresi diakibatkan karena tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya, masalah sosial, susahnya mendapat pekerjaan dan masalah
kesehatan fisik. Sehingga responden merasa cepat putus asa, menjadi beban
pikiran dan harga dirinya rendah. Depresi juga diakibatkan karena adanya
penurunan kepercayaan diri, kemampuan untuk mengadakan hubungan intim,
penurunan jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik.
Dari tidak memiliki pekerjaan, bisa menyebabkan rendah diri, tidak bisa
memenuhi kehidupan kemudian menjadi stress dan depresi
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa penatalaksanaan penanganan
dengan slow stroke back massage.di,mana dalam hal ini njuga melibatkan
keluarga dalam menerapkan terapi ini.
2.6. Asuhan keperawatan sehat jiwa pada dewasa
a. Identitas Klien
Nama : Tn. E
Tanggal Pengkajian : 23 Febuari 2022
Umur : 37 Tahun
Agama : islam
No Rm : 03.89.03
Tanggal MRS : 16 november, 2022

b. Alasan Masuk
Klien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesel
mendengar suara-suara bisikkan ditelinganya, berbicara sendiri, tersenyum
sendiri dan menaganggu orang lain

15
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori Halusinasi pendengaran

c. Faktor Predisposi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak
rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala sepeti
diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya marah-marah dan melempar
barang-barang karena kesel mendengar suarasuara bisikkan ditelinganya,
berbicara sendiri, tersenyum sendiri dan menaganggu orang lain.akhirnya
keluarga membawa klien kembali di RSJ prof. Dr. Muhammad Ildrem 06
Desember 2021. Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa

d. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil
TD : 120/70 mmHg,
HR : 86 x/i, RR: 20x/i,
S: 36Oc.
tinggi badan 167 cm
berat badan 55 kg.

e. Psikososial
Genogram
Klien tinggal di rumah dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Klien anak kedua
dari tiga bersaudara. Klien sudah pernah menikah dan cerai sama istrinya dan
memiliki dua orang anak yang tinggal bersama mantan istrinya

f. Konsep diri
1. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
2. dentitas : Klien bisa mengingat nama dan dimana alamat rumahnya
3. Peran : Klien berperan sebagai anak dalam keluarga
4. Ideal diri : klien merasa malu klien tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri
dan merasa putus asa

16
5. Harga diri : Klien mengatakan malu tidak mampu mewujudkan impianya,
merasa gagal karena tidak mempertahankan rumah tangganya dan akhirnya
dicerai .
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

g. Hubungan Sosial
Klien menggangap bahwa keluarganya adalah orang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama orang tuanya, klien tidak mengikuti kegiatan kelompok. Klien
mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena
sulit bergaul, tidak mau berintraksi dengan orang lain dan selalu ingin menyendiri
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri.

h. Spiritual
1. Nilai dan kenyakinan : Klien beragama Kristen Katolik dan yakin dengan
agama
2. b.Kegiatan ibadah : klien jarang beribadah selama di RSJ

i. Status Mental
1. Penampilan : tidak rapi, tidak menukar pakaian, terlihat kotor dan tidak
perbakain secara teratur dan jarang mandi,gigi kuning.
Masalah keperawata : Defisit Perawatan diri
2. Pembicaraan : klien berbicara lambat dan sedikit berkomunikasi
2. Aktivitas motorik : Klien sering mondar-mandir sambil berbicara sendiri,
senyum-senyum sendiri, ketakutakan pada sesuatu yang tidak jelas
3. Suasana perasaan : klien merasa sedih,merasa malu dan marah marah tanpa
sebab
4. Afek : afek wajah sesuai dengan topik pembicaraan
5. Interaksi selama wawancara : klien tidak kooperatif, kontak mata kurang saat
wawancara
6. Persepsi : klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara mengejek
dirinya ketika klien sendiri, klien mendengar suara itu pada saat siang dan
malam. klien merasa gelisah dan takut
7. Proses pikir : klien mampu menjawab apa yang ditanya

17
8. Isi pikir : klien dapat mengotrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan
isi pikir dan tidak masalah
9. Tingkat kesadaran : klien mampu berorientasi, klien mengenali waktu orang
dan tempat
10. Memori : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
11. Tingkat konsentrasi berhitung : Klien mampu berkonsentrasi dalam
perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
12. Kemampuan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian)
13. Daya tilik diri : klien tidak mengingkari penyakit yang diderita klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat dirumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

j. Mekanisme Koping
Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien mampu menyelesaikan
masalah
k. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien selalu ingin
menyendiri. Masalah keperawatan ; isolasi Social ; menarik diri
l. Pengetahuan Kurang Tentang Gagguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat yang
dikonsumsinya.
m. Aspek Medik
Terapi medis yang diberikan
n. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada dewasa
1. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
2. Depresi
3. Isolasi Sosial: Menarik Diri

o. Analisa data
DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS : Isolasi Sosial : Menarik Diri

18
 Klien mengatakan mempunyai
hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain
 Klien mengatakan sulit
berteman dengan orang lain
karena klien selalu ingin
menyendir

DO :

 Sulit bergaul
 Tidak mau berintraksi dengan
orang lain dan
 selalu ingin menyendiri
 Kontak mata kurang
 Tidak mau berinteraksi

DS : Gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran
 Klien mengatakan sering
mendengarkan suara suara
mengejek dirinya
 Klien mengatakan mendengar
suara
 suara tersebut muncul 2 kali /
hari, muncul pada saat klien
sedang menyendiri
 Klien merasa gelisah dan takut
jika mendengar suara tersebut

DO:

 Klien sering mondar


 mandir
 Berbicara sendiri

19
 Sering senyum–senyum sendiri 

p. Diagnosa dan intervensi


DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI

Isolasi sosial : menarik diri SP 1: Menjelakan keuntungan dan


kerugian memiliki teman
DO :
SP 2: Melatih klien berkenalan dengan 2
 sulit bergaul
orang atau lebih
 tidak mau berintraksi dengan
orang lain dan SP 3: Melatih klien bercakap-cakap
 selalu ingin menyendiri sambil melakukan kegiatan harian
 Kontak mata kurang
SP 4: Melatih klien berbicara sosial :
 Tidak mau berinteraksi
seperti meminta sesuat,berbelanja dan
DS : sebagainya

 Klien mengatakan tidak


mengikuti kegiatan di
kelompok/masyarakat.
 Klien mengatakan mempunyai
hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena klien
sulit bergaul dan selalu
ingin .menyendiri

Gangguan Persepsi Sensori : SP 1:


Halusinasi Pendengaran  Identifikasi isi, waktu terjadi,situasi
pencetus, dan respon terhadap
DO:
halusinasi
 Klien sering mondar
 mengontrol halusinasi dengan cara
 Mandir
menghardik
 Berbicara sendiri
SP 2: Mengontrol Halusinasi dengan
 Sering senyum senyum sendiri
cara minum obat secara teratur
DS: SP 3: mengontrol halusinasi dengancara

20
 Klien mengatakan sering bercakap – cakap dengan orang lain
mendengarkan suara suara SP 4: mengontrol halusinasi dengan cara
mengejek dirinya melakukan aktifitas terjadwal
 Klien mengatakan mendengar
suara
 suara tersebut muncul 2 kali /
hari, muncul pada saat klien
sedang menyendiri
 Klien merasa gelisah dan takut
jika mendengar suara tersebut

q. Implementasi dan evaluasai


IMPLEMENTASI EVALUASI

Diagnosa Keperawatan Isolasi S: setelah mengikuti terapi klien m e r a


sosial : Menarik Diri s a Senang

Tindakan Keperawatan O:

SP 1: Menjelakan keuntungan dan  Klien mampu mengetahui


kerugian memiliki teman keuntungan dan kerugian dengan
mandiri
SP 2: Melatih klien berkenalan
 Klien mampu berkenalan dengan 2
dengan 2 orang atau lebih
orang atau lebih dengan mandiri
RTL SP 3: Melatih klien
A: Isolasi Sosial : Menarik Diri (+)
bercakap-cakap sambil melakukan
kegiatan harian P:

 Melatih keuntungan dan kerugian


memiliki teman 3x/hari
 Melatih klien berkenalan 2 orang
atau lebih 3x/hari

Diagnosa Keperawatan S : Klien merasa senang sudah di bantu


Halusinasi Pendengaran dan klien merasa semangat

21
Tindakan keperawatan O:
 Klien mampu mengenali halusinasi
SP 1:
yang dialami nya; isi, frekuensi, watu
 Identifikasi isi, waktu terjadi, terjadi, sruasi pencetus,
situasi pencetus, dan perasaan,respon dengan mandiri
responterhadap halusinasi  Klien mampu Mengontrol
 mengontrol halusinasi dengan halusinasinya dengan cara
cara menghardik menghardik dengan bantuan klien

SP 2: Mengontrol Halusinasi mampu mengontrol halusinasi dengan

dengan cara minum obat secara minum obat secara teratur dengan

teratur bantuan

RTL SP 3:
A: Halusinasi (+)
 mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap
 Cakap dengan orang lain P:
 Latihan mengidentifikasi
SP 4: mengontrol halusinasi
halusinasinya; isi, frekuensi, watu
dengan cara melakukan aktifitas
terjadi, sruasi pencetus, perasaan dan
terjadwal
respon halusinasi 3x/hari.
 Latihan menghardik halusinasi 3x/
hari

2.7. Pengertian lansia


Lanjut Usia disingkat dengan Lansia merupakan seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun ke atas. Setiap maahkluk hidup akan mengalami
semua proses yang dinamakan menjadi tua atau menua. Proses menua tersebut
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, dimana terdapat proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, Banyak diantara
lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial

22
lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia(dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022)
Lansia (lanjut usia) merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat
dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Organisasi Kesehatan Dunia
menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (45 -59 tahun), lanjut
usia (60 -74 tahun), lanjut usia tua (75 – 90 tahun) dan usia sangat tua (diatas 90
tahun). Keberadaan lansia yang semakin meningkat menimbulkan berbagai polemik
dewasa ini, salah satunya adalah depresi. Depresi merupakan masalah kesehatan yang
paling banyak terjadi pada lansia.(dalam jurnal Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kesehatan.2021).

2.8. Batasan usia lansia

Batasan Usia lansia Menurut WHO (2013), klasifikasi lansia adalah sebagai
berikut :
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.
b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.
c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.
d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.
e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun.

Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :


a. Pra lansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa 5) Lansia tidak potensial ialah

23
lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain(dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022)

2.9. Ciri Lansia


Menurut Kholifah, 2016 membagi ciri lansia menjadi 4 bagian sebagai berikut:
1. Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada lansia sebagian datang
dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang
rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran
fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi
2. Lansia memiliki status kelompok Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang
tidak menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang
baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya maka
sikap sosial di masyarakat menjadi negatif, Tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap sosial masyarakat
menjadi positif(dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022).
3. Menua membutuhkan perubahan peran Perubahan peran tersebut dilakukan
karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar
tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat
sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai
ketua RW karena usianya .
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia Perlakuan yang buruk terhadap lansia
membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk Contoh : lansia yang
tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia
menarik diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri
yang rendah(dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022)

2.8. Masalah Yang Dihadapi Lansia


1. Fisik

24
Masalah yang sering dihadapi oleh lansia adalah kondisi fisik yang mulai
melemah, sehingga sering terjadi penyakit degenerative misalnya radang
persendian. Keluhan akan muncul ketika seorang lansia melakukan aktivitas yang
cukup berat misalnya mengangkat beban yang berlebih maka akan dirasakan nyeri
pada persendiannya. Lansia juga akan mengalami penurunan indra pengelihatan
dimana lansia akan mulai merasakan pandangannya kabur. Lansia juga akan
mengalami penurunan dalam indra pendengaran dimana lansia akan merasakan
kesulitan dalam mendengar. Lansia juga mengalami penurunan dalam kekebalan
tubuh atau daya tahan tubuh yang menurun, dan ini merupakan lansia termasuk
kategori manusia tua yang rentan terserang penyakit. (dalam buku ajar keperawatan
gerontic.2022)
Dalam masalah ini,lansia harus menjaga berat badan,aktif bergerak,olahraga
teratur,konsumsi makan bergizi.melakukan aktivitas olahraga dapat mampu
meningkatkan sistem imunitas, kesehatan mental, kesehatan metabolik, kekuatan
otot dan fungsi kardiovaskular. Manfaat olahraga dengan intensitas yang sesuai dan
terprogram akan meningkatkan sistem kekebalan pada tubuh khususnya lansia.
Untuk aktivitas olahraga disarankan melakukan olahraga aerobik dan anaerobik di
rumah, Maulana, G. W., & Bawono, M. N. (2021).

2. Koqnitif
Masalah yang tidak kalah pentingnya yang sering dihadapi oleh lansia adalah
terkait dengan perkembangan kognitif. Misalnya seorang lansia merasakan
semakin hari semakin melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal dan
dimasyarakat disebut dengan pikun. Kondisi ini akan menjadi boomerang bagi
lansia yang mempunyai penyakit diabetes mellitus karena terkait dengan asupan
jumlah kalori yang dikonsumsi. Daya ingatan yang tidak stabil akan membuat
lansia sulit untuk dipastikan sudah makan atau belum. Dampak dari masalaha
kognitif yang lainnya adalah lansia sulit untuk bersosialisasi dengan masyarakat di
sekitar. Hal ini dikarenakan lansia yang sering lupa membuat masyarakat
menjauhinya bahkan lansia akan menjadi bahan olokan oleh orang lain karena
kelemahannya tersebut. (dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022)
3. Emosional
Masalah yang biasanya dihadapi oleh lansia terkait dengan perkembangan
emosional yakni sangat kuatnya rasa ingin berkumpul dengan anggota keluarga.

25
Kondisi tersebut perlu adanya perhatian dan kesadaran dari anggota keluarga.
Ketika lansia tidak diperhatikan dan tidak dihiraukan oleh anggota keluarga, maka
lansia sering marah apalagi ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi lansia. Terkadang lansia juga terbebani dengan massalah ekonomi
keluarganya yang mungkin masih dalam kategori kekurangan dan hal tersebut
menjadi beban bagi lansia sehingga tidak sedikit lansia yang mengalami stres
akibat masalah ekonomi yang kurang terpenuhi. (dalam buku ajar keperawatan
gerontic.2022)
Sebagian besar lansia merasa kesepian karena mereka hidup terpisah
dengan anaknya karena anak-anak sudah mandiri dan telah mempunyai rumah
sendiri. Hidup sendirian di rumah dan terpisah dengan anaknya ini menyebabkan
kondisi kesehatan lansia kurang terkontrol dengan baik karena tidak ada yang
mengawasi secara langsung. Kondisi tersebut juga menyebabkan lansia jarang
mendatangi / kurang aktif dalam kegiatan pelayanan kesehatan sehingga
mengakibatkan tidak terkontrol kondisi kesehatannya dan seringkali harus dirawat
di Rumah Sakit dengan kondisi yang tergolong sudah parah.sehingga dalam hal ini
lansia memerlukan dukungan yang baik dari keluarga dan lingkungan. Dukungan
sosial dari keluarga dapat berupa perilaku dan sikap positif yang diberikan oleh
keluarga seperti meluangkan waktu untuk berbicara atau berkomunikasi dengan
lansia(Hidayati, S., & Baequny, A. (2021)).
Dan pada usia lansia juga,Perasan takut pada kematian ini berdampak pada
peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya
kehidupan abadi (akhirat),sehingga dalam hal ini dukungan dari keluarga juga
berpengaruh falam dukungan peningkatan ke agamaan.sehingga lansia perlahan
bisa siap atau terima dengan kondisinya dan juga terkait kematian(Jurnal
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Volume 5 Nomor 1 Juni 2021)

4. Spiritual
Masalah yang sering dihadapi para lansia diusia senjanya terkait dengan
perkembangan spiritual adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena ada
masalah pada kognitifnya dimana daya ingatnya yang mulai menurun. Lansia yang
menyadari bahwa semakin tua harus banyak mendekatkan diri pada Tuhan maka
akan semakin banyak dan meningkatkan nilai beribadah. Lasia akan merasa kurang
tenang ketika mengetahui ada anggota keluarganya yang belum mengerjakan

26
ibadah, dan merasa sedih ketika menemui permasalahan hidup yang cukup serius
dalam keluarganya. (dalam buku ajar keperawatan gerontic.2022)sehingga untuk
menangani dalam hal spiritual ini,lansia bisa bergabung dalam kegiatan sarwahan.

2.9.Cara Mempertahankan Dan Meningkatkan Sehat Jiwa Pada Dewasa Dan


Lansia 
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan jiwa antara lain :
1. Asertif 
Berprillaku jujur, mengatakan sesuatu apa adanya tanpa menyinggung perasaan
orang lain atau lawan bicara.seperti sikap dapat menerima,perduli dan sabar dalam
berkomunikasi
2. Solitude 
Melakukan intropeksi diri, mengontrol diri untuk berpikir dan mengoreksi
diri.misalnya seseorang akan merenungkan apa yang telah terjadi terhadap dirinya
bpada suatu harinya szeperti musabahah.
3. Kesehatan fisik secara umum
Menjaga kesehatan fisik dengan berolahraga secara teratur, mengonsumsi nutrisi
yang seimbang serta memeriksa kesehatan dengan rutin.seperti aktivitas olahraga
dapat mampu meningkatkan sistem imunitas, kesehatan mental, kesehatan
metabolik, kekuatan otot dan fungsi kardiovaskular. Manfaat olahraga dengan
intensitas yang sesuai dan terprogram akan meningkatkan sistem kekebalan pada
tubuh khususnya lansia. Untuk aktivitas olahraga disarankan melakukan olahraga
aerobik dan anaerobik di rumah(Maulana, G. W., & Bawono, M. N. (2021)).

4. Meknisme koping 
Melatih proses koping yang positif (adaptif atau konstruktif) dan berupaya
menghilangkan proses koping yang negativ (maladaptif atau destruktif).
Penggunaan koping yang efektif dalam merawat lansia akan lebih optimal bila
didukungan pemberdayaan keluarga. Karena dalam kehidupan keluarga, usia lanjut
merupakan figur tersendiri dalam kaitannya dengan sosial budaya bangsa. Motivasi
dari keluarga bertujuan agar lansia tetap dapat menjalankan kegiatan sehari-hari
secara teratur, dan akan tercipta hubungan interpersonal di antara mereka dengan
baik(Jurnal Ilmiah Kesehatan Promotif, 6(2), 104-120)

27
dalam (Luter Kelong, dkk, 2019) Dukungan dari keluarga merupakan unsur
terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada
dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan memotivasi lansia dalam menjaga
kesehatannya melalui aktivitas

2.10. Jenis Gangguan Jiwa Pada Lansia 


a. Depresi
Salah satu masalah kesehatan mental yang dapat menyerang lanjut usia
(lansia) yaitu depresi. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (P2PTM) Kemenkes RI (2018) menjelaskan bahwa depresi merupakan
sebuah penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan
kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan
senang hati.
depresi pada usia lanjut berkisar 5-10% pada usia diatas 65 tahun dan dapat
meningkat jumlahnya (sampai 20%) pada usia diatas 80 tahun, orang miskin, dan
yang tidak menikah. Serangan pertama dari kebanyakan depresi terjadi antara umur
55-65 tahun pada pria dan 50-60 tahun pada wanita(Hidayati, S., & Baequny, A.
(2021)).
Depresi menjadi salah satu penyebab paling signifikan dari penderitaan
emosional diusia lanjut dan mungkin juga menjadi faktor penyebab morbiditas dari
banyak gangguan medis (Casey, 2017;dalam jurnal Jurnal Ilmiah Sesebanua,
Volume 6, Nomor 1, Maret 2022, hlm. 21-27). Orang dewasa yang lebih tua
dengan depresi umumnya mengalami kesedihan atau duka atau mungkin memiliki
gejala lain yang kurang jelas (National Institute of Mental Health, 2021).
Depresi pada lansia ini lebih dominan disebabkan karena faktor sosial yaitu
lansia mengalami kesepian. Mayoritas lansia ditinggal sendirian di rumah, baik
ditinggal karena alasan untuk bekerja, sekolah, ataupun yang lainnya. Sampai saat
ini, depresi merupakan masalah kesehatan dan gangguan mental yang paling
banyak terjadi pada lansia(Hidayati, S., & Baequny, A. (2021)).
Depresi pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor. penyebab
depresi lansia yaitu lansia yang kesepian akibat ditinggalkan oleh anak-anaknya
karena anaknya telah berkeluarga dan tinggal terpisah, lansia yang pensiun dari
pekerjaannya sehingga kontak dengan teman sekerja terputus atau berkurang.
(dalam jurnal Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.2021).

28
depresi lansia lebih banyak terjadi seiring dengan penambahan usia lansia
dan dukungan keluarga yang kurang. Kondisi depresi yang terjadi pada lansia tidak
dapat sembuh dengan sendirinya, namun perlu penanganan yang baik agar depresi
yang dialami tidak bertambah berat(Hidayati, S., & Baequny, A. (2021)).
Penanganan depresi memerlukan dukungan yang baik dari keluarga dan
lingkungan. Dukungan sosial dari keluarga dapat berupa perilaku dan sikap positif
yang diberikan oleh keluarga kepada lansia. Dukungan keluarga memegang
peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan
ditunjukkan oleh lansia. Adanya dukungan keluarga yang baik dapat membantu
lansia menghadapi masalahnya dan akan beradaptasi dengan koping yang
positip(Hidayati, S., & Baequny, A. (2021)).
b. Harga Diri Rendah 
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendiri
yang berkepanjangan  akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri, dan sering disertai dengan kurangnya perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara lebih banyak menunduk,
berbicara lambat dan nada suara lemah (keliat,2010).

c. Isolasi mandiri
Isolasi social merupakan kondisi keperawatan jiwa dimana klien dalam
keadaan kesendirian yang dialami oleh individu dan dipersepsikan sebagai kondisi
yang negatif dan mengancam kehidupan. Isolasi sosial digambarkan sebagai
kondisi menyendiri dan tidak mau bersosialisasi dengan orang lain. Pasien isolasi
sosial memiliki masalah berupa kegagalan individu dalam melakukan interaksi
dengan orang lain. Isolasi sosial memiliki gejala yang dapat dikenali berupa gejala
kognitif yang meliputi merasa ditolak orang lain atau lingkungan, memiliki
perasaan kesepian, tidak dimengerti orang lain, putus asa, tidak memiliki tujuan
hidup, menghindar dan tidak mampu membuat keputusan. Isolasi sosial selain
memunculkan gejala kognitif juga memunculkan gejala afektif berupa sedih,
tertekan, kesepian, marah, apatis dan malu. Dampak yang muncul ketika pasien
isolasi sosial tidak ditangani berupa resiko perubahan persepsi sensori. Perubahan
persepsi dan sensori bisa berupa halusinasi. Pasien yang menolak lingkungan serta
orang lain beresiko terjadinya halusinasi karena tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain(Jurnal Borneo Cendekia Vol. 5 No. 1 Maret 2021).

29
Klien dengan isolasi sosial tidak mampunyai kemampuan untuk bersosialisasi
dan sulit untuk mengungkapkan keinginan dan tidak mampu berkomunikasi
dengan baik sehingga klien tidak mampu mengungkapkan marah dengan cara yang
baik. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial
dilakukan tindakan generalis. Terapi Aktivitas Kelompok, terapi spesialis yang
diberikan adalah dengan memberikan terapi Social Skill Training. Terapi Social
skill training dirancang untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
keterampilan sosial bagi pasien yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi
meliputi keterampilan memberikan pujian, menolak permintaan orang lain, tukar
menukar pengalaman, memberi saran pada orang lain, pemecahan masalah yang
dihadapi, bekerjasama dengan orang lain, dan beberapa tingkah laku lain yang
tidak dimiliki klien(Jurnal Borneo Cendekia Vol. 5 No. 1 Maret 2021).
d. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
Halusinasi merupakan suatu persepsi panca indera tanpa adanya stimulus
eksternal. Klien dengan halusinasi sering merasakan keadaan/kondisi yang hanya
dapat dirasakan olehnya namun tidak dapat dirasakan oleh orang lain. (Nurlaili et
al., 2019). Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien mengiterprestasikan sesuatu yang tidak nyata
stimus/rangsangan dari luar (Manulang, 2021).
Halusinasi sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan, panik dan tidak
bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang dialaminya (Putri,2022)
Halusinasi merupakan gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi
sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, rasa, sentuhan, atau
penciuman (Abdurkhman & Maulana 2022). Halusinasi merupakan persepsi yang
diterima oleh panca indera tanpa adanya stimulus eksternal. Klien dengan
halusinasi sering merasakan keadaan/kondisi yang hanya dapat dirasakan olehnya
namun tidak dapat dirasakan oleh orang lain (Harkomah,2019).
Halusinasi pendengaran adalah ketika klien mendengar suara-suara jelas
maupun tidak jelas dimana suara tersebut biasa mengajak klien berbicara atau
melakukan sesuatu tetapi tidak berhubungan dengan hal nyata yang orang lain
tidak mendengarnya. Pasien yang mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien
tampak berbicara atau tertawa-tawa sendiri (Meylani, 2022), sehingga dapat
disimpulkan bahwa halusinasi merupakan gangguan persepsi panca Indera ,adanya

30
stimulus eksternal yang merasakan sensasi palsu namun tidak dapat dirasakan oleh
orang lain.
Dalam penanganan halusinasi sudah di tangani beberapa terapi keperawatan
seperti Terapi Strategi pelaksanaan adalah penerapan standar asuhan keperawatan
terjadwal yang diterapkan pada pasien yang bertujuan untuk mengurangi masalah
keperawatan jiwa yang ditangani. Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi
mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan pasein menghardik, minum
obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinas muncul,
sertamelakukan aktivitas terjadwal utuk mencegah halusinasi (Livana et al., 2020
e. Gangguan proses pikir : Waham
Gangguan orientasi realitas atau waham merupakan gangguan yang
mempengaruhi perubahan proses pikir yang dapat ditangani secara medis maupun
keperawatan. Asuhan keperawatan pada kasus waham dapat disusun sesuai rencana
tindakan keperawatan dan berdasarkan strategi pelaksanaan (SP). Beberapa
rencana tindakan yang telah disusun berdasarkan SP yaitu membantu orientasi
realitas, mendiskusikan kebutuhan yang belum terpenuhi, membantu pasien
memenuhi kebutuhannya, mendiskusikan dan melatih kemampuan yang dimiliki,
dan memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur.
Rencana kegiatan yang telah dibuat kemudian disusun sesuai Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan.(Fitria & Sofian 2017).

Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa orientasi realita dapat


meningkatkan fungsi perilaku. Pasien perlu dikembalikan pada realita bahwa
hal-hal yang dikemukakan tidak berdasarkan fakta dan belum dapat diterima
orang lain dengan tidak mendukung ataupun membantah waham. Tidak jarang
dalam proses ini pasien mendapatkan konfrontasi dari lingkungan terkait
pemikiran dan keyakinannya yang tidak realistis. Hal tersebut akan memicu
agresifitas pasien waham. Reaksi agresif ini merupakan efek dari besarnya
intensitas waham yang dialami pasien. Salah satu cara untuk mengontrol
perilaku agresif dari pasien waham yaitu dengan memberi asuhan keperawatan
jiwa(Keliat,2019)
f. Kecemasan

31
Kecemasan merupakan suatu keadaan psikologis individu yang dapat
menyebabkan perasaan gelisah dan ketakutan akan suatu hal yang buruk akan
terjadi (Ifdil, 2017;dalam jurnal hospital majapahit Vol 13 No. 1 Pebruari 2021)

Menurut Ngadiran, 2019;dalam jurnal hospital majapahit Vol 13 No. 1


Pebruari 2021, mengatakan seiring bertambahnya usia pada lansia maka semakin
rumit penurunan fungsi organ yang berakibat menurunnya fungsi fisik dan kognitif
lansia yang berpengaruh terhadap kecemasan. menurut Richlany (2016)
mengemukakan bahwa lansia yang sudah memasuki lansia usia tua sering
mencemaskan tentang kematiannya hal itu yang menyebabkan lansia menjadi
cemas. Seiring bertambahnya usia, lansia mulai memikirkan berapa banyak waktu
yang tersisa dalam hidupnya. Jadi lansia akan mengalami kemunduran baik secara
fisik ataupun psikologisnya, dan keduanya dapat mempengaruhi satu sama lain.
Dengan bertambahnya gangguan fisik pada lansia maka juga akan mempengaruhi
kondisi psikologis lansia tersebut. Dukungan dari anggota keluarga atau orang-
orang terdekat dari lansia sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kondisi
yang lebih buruk salah satunya kecemasan(dalam jurnal hospital majapahit Vol 13
No. 1 Pebruari 2021)

Jadi lansia akan mengalami kemunduran baik secara fisik ataupun


psikologisnya, dan keduanya dapat mempengaruhi satu sama lain. Dengan
bertambahnya gangguan fisik pada lansia maka juga akan mempengaruhi kondisi
psikologis lansia tersebut. Dukungan dari anggota keluarga atau orang-orang
terdekat dari lansia sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya kondisi yang
lebih buruk salah satunya kecemasan(dalam jurnal hospital majapahit Vol 13 No. 1
Pebruari2021)

2.11. Asuhan Keperawatan Dewasa Dan Lansia


A. Pengkajian 
1. Identitas Klien
Nama :
Tanggal Pengkajian :
Umur :
Agama :

32
No Rm :
Tanggal MRS :

2. Alasan Masuk
Klien awalnya marah-marah dan melempar barang-barang karena kesel
mendengar suara-suara bisikkan ditelinganya, berbicara sendiri, tersenyum
sendiri dan menaganggu orang lain
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori Halusinasi pendengaran

3. Faktor Predisposi
Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa 1 tahun yang lalu tepatnya
pada tahun 2020 dan pulang kerumah dalam keadaan tenang. Dirumah klien tidak
rutin minum obat, tidak mau kontrol ke RSJ sehingga timbul gejala-gejala sepeti
diatas kemudian klien kambuh lagi. Klien awalnya marah-marah dan melempar
barang-barang karena kesel mendengar suara suara bisikkan ditelinganya,
berbicara sendiri, tersenyum sendiri dan menaganggu orang lain.akhirnya
keluarga membawa klien kembali di RSJ prof. Dr. Muhammad Ildrem 06
Desember 2021. Keluarga klien tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa

4. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,
didapatkan hasil
TD : 120/70 mmHg,
HR : 86 x/i, RR: 20x/i,
S: 36Oc.
tinggi badan 167 cm
berat badan 55 kg.

5. Psikososial
Genogram
Klien tinggal di rumah dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Klien anak kedua
dari tiga bersaudara. Klien sudah pernah menikah dan cerai sama istrinya dan
memiliki dua orang anak yang tinggal bersama mantan istrinya

33
6. Konsep diri
 Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat
 dentitas : Klien bisa mengingat nama dan dimana alamat rumahnya
 Peran : Klien berperan sebagai anak dalam keluarga
 Ideal diri : klien merasa malu klien tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri
dan merasa putus asa
 Harga diri : Klien mengatakan malu tidak mampu mewujudkan impianya,
merasa gagal karena tidak mempertahankan rumah tangganya dan akhirnya
dicerai .
Masalah keperawatan : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

7. Hubungan Sosial
Klien menggangap bahwa keluarganya adalah orang sangat berarti dalam
hidupnya, terutama orang tuanya, klien tidak mengikuti kegiatan kelompok. Klien
mengatakan mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena
sulit bergaul, tidak mau berintraksi dengan orang lain dan selalu ingin menyendiri
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri.

8. Spiritual
 Nilai dan kenyakinan : Klien beragama Kristen Katolik dan yakin dengan
agama
 Kegiatan ibadah : klien jarang beribadah selama di RSJ

9. Status Mental
 Penampilan : tidak rapi, tidak menukar pakaian, terlihat kotor dan tidak
perbakain secara teratur dan jarang mandi,gigi kuning.
 Masalah keperawata : Defisit Perawatan diri
 Pembicaraan : klien berbicara lambat dan sedikit berkomunikasi
 Aktivitas motorik : Klien sering mondar-mandir sambil berbicara sendiri,
senyum-senyum sendiri, ketakutakan pada sesuatu yang tidak jelas

34
 Suasana perasaan : klien merasa sedih,merasa malu dan marah marah tanpa
sebab .
 Afek : afek wajah sesuai dengan topik pembicaraan .
 Interaksi selama wawancara : klien tidak kooperatif, kontak mata kurang saat
wawancara .
 Persepsi : klien mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara mengejek
dirinya ketika klien sendiri, klien mendengar suara itu pada saat siang dan
malam. klien merasa gelisah dan takut .
 Proses pikir : klien mampu menjawab apa yang ditanya .
 Isi pikir : klien dapat mengotrol isi pikirnya, klien tidak mengalami gangguan
isi pikir dan tidak masalah .
 Tingkat kesadaran : klien mampu berorientasi, klien mengenali waktu orang
dan tempat .
 Memori : Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang baru
terjadi.
 Tingkat konsentrasi berhitung : Klien mampu berkonsentrasi dalam
perhitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
 Kemampuan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian)
 Daya tilik diri : klien tidak mengingkari penyakit yang diderita klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat dirumah sakit jiwa.
 Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.

10. Mekanisme Koping


Klien mengalami mekanisme koping adaptif yaitu klien mampu menyelesaikan
masalah
11. Masalah Psikososial Dan Lingkungan
Klien mengatakan sulit berteman dengan orang lain karena klien selalu ingin
menyendiri. Masalah keperawatan ; isolasi Social ; menarik diri
12. Pengetahuan Kurang Tentang Gagguan Jiwa
Klien tidak mengetahui tentang gangguan jiwa yang di alaminya dan obat yang
dikonsumsinya.
13. Aspek Medik

35
Terapi medis yang diberikan
14. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul pada lansia
 Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
 Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
 Isolasi Sosial: Menarik Diri
 Defesit Perawatan Diri
 Depresi
 ansietas

B. Analisa data

DATA MASALAH KEPERAWATAN

DS: harga diri rendah

 Klien merasa malu karena tidak


mapan
 Klien merasa malu karena tidak
dapat mengendalikan dirinya
 Klien merasa gagal karena tidak
bisa mempertahankan rumah
tangganya dan akhirnya dicerai
mempertahankan rumah tangganya
 Klien merasa putus asa karena di
cerai istri

DO :

 Klien tampak malu


 Ekpresi wajah kosong
 Kontak mata kurang
 Berbicara lambat dan pela

DS : Isolasi Sosial : Menarik Diri

 Klien mengatakan mempunyai


hambatan dalam berhubungan

36
dengan orang lain
 Klien mengatakan sulit berteman
dengan orang lain karena klien
selalu ingin menyendir

DO :

 Sulit bergaul
 Tidak mau berintraksi dengan orang
lain dan
 selalu ingin menyendiri
 Kontak mata kurang
 Tidak mau berinteraksi

DS : Gangguan persepsi sensori : halusinasi


pendengaran
 Klien mengatakan sering
mendengarkan suara suara mengejek
dirinya
 Klien mengatakan mendengar suara
 suara tersebut muncul 2 kali / hari,
muncul pada saat klien sedang
menyendiri
 Klien merasa gelisah dan takut jika
mendengar suara tersebut

DO:

 Klien sering mondar


 mandir
 Berbicara sendiri
 Sering senyum–senyum sendiri 

C. Diagnosa dan intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI

Gangguan konsep diri : Harga diri SP 1: Mengidentifikasi kemampuan dan


rendah aspek positif yang dimiliki pasien

37
DO : SP 2:
 Menilai kemampuan yang dapat
 Klien tampak malu
digunakan Menetapkan/memilki
 Ekpresi wajah kosong
kegiatan sesuai kemampuan
 Kontak mata kurang
 Melatih kempuan sesuai
 Berbicara lambat dan pelan
kemampuan yang dipilih 1
DS:
SP 3: Melatih kemampuan yang dipilih
 Klien merasa malu karena tidak 2
mapan SP 4: Melatih kemampuan yang dipilih
 Klien merasa malu karena tidak 3
dapat mengendalikan dirinya
 Klien merasa gagal karena tidak
mampu mewujudkan impiannya
 Klien merasa putus asa karena di
tinggalkan tunangannya

Isolasi sosial : menarik diri SP 1: Menjelakan keuntungan dan


kerugian memiliki teman
DO :
SP 2: Melatih klien berkenalan dengan 2
 sulit bergaul
orang atau lebih
 tidak mau berintraksi dengan orang
lain dan SP 3: Melatih klien bercakap-cakap
 selalu ingin menyendiri sambil melakukan kegiatan harian
 Kontak mata kurang
SP 4: Melatih klien berbicara sosial :
 Tidak mau berinteraksi
seperti meminta sesuat,berbelanja dan
DS : sebagainya

 Klien mengatakan tidak mengikuti


kegiatan di kelompok/masyarakat.
 Klien mengatakan mempunyai
hambatan dalam berhubungan
dengan orang lain karena klien sulit
bergaul dan selalu ingin .menyendiri

Gangguan Persepsi Sensori : SP 1:

38
Halusinasi Pendengaran  Identifikasi isi, waktu terjadi,situasi
pencetus, dan responterhadap
DO:
halusinasi
 Klien sering mondar
 mengontrol halusinasi dengan cara
 Mandir
menghardik
 Berbicara sendiri
SP 2: Mengontrol Halusinasi dengan
 Sering senyum senyum sendiri
cara minum obat secara teratur
DS: SP 3: mengontrol halusinasi dengancara
bercakap – cakap dengan orang lain
 Klien mengatakan sering
SP 4: mengontrol halusinasi dengan cara
mendengarkan suara suara mengejek
melakukan aktifitas terjadwal
dirinya
 Klien mengatakan mendengar suara
 suara tersebut muncul 2 kali / hari,
muncul pada saat klien sedang
menyendiri
 Klien merasa gelisah dan takut jika
mendengar suara tersebut

D. implementasi dan evaluasi

IMPLEMENTASI EVALUASI

Diagnosa keperawatan : Gangguan S : klien merasa senang


Konsep Diri : Harga Diri Rendah O : Klien mengatakan mampu
mengidentifikasi aspek positif dengan
Tindakan keperawatan :
mandiri
SP:Mengidentifikasi kemampuan
A : Gangguan konsep diri : Harga Diri
dan aspek positif yang dimiliki pasien Rendah (+)

RTL:
P:
SP 2:
 Latihan mengidentifikasi kemampuan
1. Menilai kemampuan yang dapat dan aspek postif yang dimiliki
digunakan sebanyak 3x/hari
2. Menetapkan/memilki kegiatan sesuai  Latihan Menilai kemampuan yang

39
kemampuan dapat digunakan 3x/hari
3. Melatih kempuan sesuai kemampuan  Latihan Menetapkan/memilki kegiatan
yang dipilih 1 sesuai kemampuan 3x/hari
 Melatih kempuan sesuai kemampuan
yang dipilih 1 3x/hari
Diagnosa Keperawatan : S: setelah mengikuti terapi klien merasa
Senang
Isolasi sosial : Menarik Diri
O:
Tindakan Keperawatan :
 Klien mampu mengetahui
SP 1: Menjelakan keuntungan dan
keuntungan dan kerugian dengan
kerugian memiliki teman
mandiri
SP 2: Melatih klien berkenalan dengan 2
 Klien mampu berkenalan dengan 2
orang atau lebih
orang atau lebih dengan mandiri
RTL :
A: Isolasi Sosial : Menarik Diri (+)
SP 3: Melatih klien bercakap-cakap
P:
sambil melakukan kegiatan harian
 Melatih keuntungan dan kerugian
memiliki teman 3x/hari
 Melatih klien berkenalan 2 orang
atau lebih 3x/hari

Diagnosa Keperawatan: Halusinasi S : Klien merasa senang sudah di bantu


Pendengaran dan klien merasa semangat
O:
Tindakan keperawatan
 Klien mampu mengenali halusinasi
SP 1: yang dialami nya; isi, frekuensi, watu

 Identifikasi isi, waktu terjadi, situasi terjadi, sruasi pencetus,

pencetus, dan responterhadap perasaan,respon dengan mandiri

halusinasi  Klien mampu Mengontrol

 mengontrol halusinasi dengan cara halusinasinya dengan cara

menghardik menghardik dengan bantuan klien


mampu mengontrol halusinasi dengan
SP 2: Mengontrol Halusinasi dengan
minum obat secara teratur dengan

40
cara minum obat secara teratur bantuan
A: Halusinasi (+)
RTL
P:
SP 3:  Latihan mengidentifikasi

 mengontrol halusinasi dengan cara halusinasinya; isi, frekuensi, watu

bercakap terjadi, sruasi pencetus, perasaan dan

 Cakap dengan orang lain respon halusinasi 3x/hari.


 Latihan menghardik halusinasi 3x/
SP 4: mengontrol halusinasi dengan
hari
cara melakukan aktifitas terjadwal

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang,
baik secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut dapat
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan mampu bekerja secara
produktif (Kemenkumham, 2019). Salah satu masalah utama dalam kesehatan yaitu
gangguan jiwa (Surtini, 2019). Gangguan jiwa juga dapat diartikan sebagai adanya
perilaku individu yang menyimpang seperti distress, disfungsi, dan menurunnya
kualitas hidup yang dapat menyebabkan gangguan kejiwaan (Stuart. G.W, 2019)
Diagnosa yang dapat diambil meliputi :
1. Resiko Harga Diri Rendah Kronis b.d Gagguan Mental d.d kegagaglan berulang 
2. Isolasi Sosial b.d perubahan status mental d.d tidak berminat/menolak
berinteraksi dengan orang lain 
3. Koping tidak efektif b/d ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor d/d
mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah 

41
3.2. Saran
Hasil pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
tambahan pengetahuan dalam ilmu keperawatan Jiwa 1 khususnya dalam
pemahaman tentang Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan
Usia Dewasa dan lansia sehingga penulis menyarankan kepada para pembaca agar
bisa mengaplikasikan hal tersebut dalam kehidupan sehari – hari maupun di lahan
kerja  dengan mampu memahami definisi, etiologi, dan penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan Sehat Jiwa Sepanjang Rentang Kehidupan Usia Dewasa dan Lansia
sehingga nantinya makalah ini mampu meningkatkan keperawatan sebagai suatu
disiplin ilmu yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Mujiadi, s. K., rachmah, s., km, s., & kes, m. (2022). Buku ajar-keperawatan gerontik. E-
book penerbit stikes majapahit.
Astarini, m. I. A., tengko, a. L., & lilyana, m. T. A. (2021). Pengalaman perawat menerapkan
prosedur keselamatan pada klien lanjut usia. Adi husada nursing journal, 7(1), 5-13.
Hully, m. T. (2021). Perkembanagan jiwa beragama pada anak, remaja dan orang dewasa.
Alamtara: jurnal komunikasi dan penyiaran islam, 5(1), 11-30.
Hidayati, s., & baequny, a. (2021). Pengaruh karakteristik lansia dan dukungan keluarga
terhadap tingkat depresi pada lansia. Bhamada: jurnal ilmu dan teknologi kesehatan (e-
journal), 12(1),
Dhari, p. W., & silvitasari, i. (2022). Hubungan antara sleep hygiene dengan tingkat insomnia
pada lansia di kecamatan jebres kelurahan gandekan rw 05 surakarta. Nusantara hasana
journal, 2(5), 71-77.
Aqn, h. R., ernawati, d., & anggoro, s. D. (2021). Analisa faktor yang berhubungan dengan
tingkat kecemasan pada lansia di panti werdha hargodedali surabaya. Hospital majapahit
(jurnal ilmiah kesehatan politeknik kesehatan majapahit mojokerto), 13(1), 35-45.

42
Jatmiko, B., Kawengian, S. E. E., & Kapoyos, K. (2021). Manajemen Emosi di Masa
Pandemi. SANCTUM DOMINE: JURNAL TEOLOGI, 10(2), 99-124.

Moh Muslim, “Moh . Muslim : Manajemen Stress Pada Masa Pandemi Covid-19 ” 193,”
Jurnal Manajemen Bisnis 23, no. 2 (2020): 192–201.

Mujahidin, E., & Syamsuddin, Z. A. (2021). Relevansi metode khalwat dalam proses
pembelajaran pada masa pandemi COVID-19. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 10(3),
352-368.

Putri, Mellianasendi Galuh Harmono. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENDENGARAN). Diss. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, 2021.

PUTRI, Mellianasendi Galuh Harmono. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI PENDENGARAN). 2021. Phd Thesis.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Maulana, G. W., & Bawono, M. N. (2021). Peningkatan Imunitas Tubuh Lansia Melalui
Olahraga Pada Saat Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Olahraga, 9(03), 211-220.
Herliana, I., & Koto, Y. (2021). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan pada Orang Dewasa
dengan Isolasi Sosial. Journal of Nursing Education and Practice, 1(01).
Anugrah, T. (2022). Asuhan Keperwatan Jiwa Pada Tn. E Dengan Gangguan Persepsi
Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Ruangan Dolok Sanggul Ii.
Bafadal, K. M., Zulkifli, Z., & Andrayani, L. W. (2021). Pengaruh Slow Stroke Back
Massage terhadap Tingkat Depresi pada Pasien Jiwa Depresi Akut. Jurnal Keperawatan
Terpadu (Integrated Nursing Journal), 2(2), 178-188.
Silaen, V. (2021). LITERATURE RIVIEW: PENGARUH TERAPI SOCIAL SKILL
TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA PASIEN ISOLASI
SOSIAL. Jurnal Borneo Cendekia, 5(1), 150-158.
Ambali, D. D. W., & Mangapi, Y. H. (2022). HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI LEMBANG RINDINGALLO
KECAMATAN RINDINGALLO TAHUN 2021. Jurnal Ilmiah Kesehatan Promotif, 6(2),
104-120.

43

Anda mungkin juga menyukai