Anda di halaman 1dari 64

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA 2

KONSEP KECEMASAN

OLEH KELOMPOK 10/4A

1. Fitriani (1130018050)
2. Rinta Novanika (1130018151)
3. Barokaniah Rizki Dianty (1130018000)

Dosen Pembimbing :

Nur Hidaayah, S.Kep, Ns, M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak
yang berjudul “Konsep Kecemasan” dapat selesai seperti waktu yang telah
direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai
pihak yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Fasilitator mata kuliah Keperawatan Jiwa Nur Hidaayah, S.Kep, Ns, M.Kes
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar
makalah ini dapat penulis selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah penulis susun dan penulis kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka
pintu selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang,
dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan
dihati pembaca mohon dimaafkan.
Surabaya , 16 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1.....................................................................................................................Latar
Belakang.....................................................................................................1
1.2.....................................................................................................................Rum
usan Masalah..............................................................................................3
1.3.....................................................................................................................Tujua
n..................................................................................................................3
1.4.....................................................................................................................Manf
aat................................................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1....................................................................................................................Peng
ertian Kecemasan.......................................................................................5
2.2....................................................................................................................Etiol
ogi Kecemasan...........................................................................................6
2.3....................................................................................................................Mani
festasi Klinis Kecemasan...........................................................................7
2.4....................................................................................................................Kare
kteristik Tingkat Kecemasan………………………………………...10
2.5....................................................................................................................Renta
n Respon Kecemasan……………………………………………….13
2.6....................................................................................................................Penat
alaksanaan Kecemasan……………………………………………...14
2.7....................................................................................................................Kons
ep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa Kecemasan…………………...15
BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................29
3.1. Kasus.........................................................................................................29
3.2. Pengkajian.................................................................................................29
BAB 4 PEMBAHASAN…………………………………...………………….46
4.1 Pengkajian………………………………………………………………...46

iii
4.2 Diagnosa Keperawatan…………………………………………………....46
4.3 Intervensi Keperawatan…………………………………………………...47
4.4 Implamentasi……………………………………………………………...47
4.5 Evaluasi…………………………………………………………………...47
BAB 5 PENUTUP……………………………………………………………48
5.1 Kesimpulan……………………………………………………………….48
5.2 Saran……………………………………………………………………...48
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................49
ROLE PLAY ANSIETAS…………………………………………………

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan
mental yang lengkap dan tidak hanya terbatas dari penyakit atau kecacatan.
Atau dapat dikatakan bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada
dalam kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit)
atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga dapat mengendalikan stress yang
timbul. Kecemasan pada umumnya berhubungan dengan adanya situasi yang
mengancam atau membahayakan. Dengan berjalannya waktu, keadaan cemas
tersebut biasanya akan dapat teratasi sendiri. Namun, ada keadaan cemas
yang berkepanjangan, bahkan tidak jelas lagi kaitannya dengan suatu faktor
penyebab atau pencetus tertentu. Hal ini merupakan pertanda gangguan
kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi
kemampuan dan fungsi sosial bagi penderitanya. Tidaklah mudah untuk
membedakan cemas yang wajar dan cemas yang sakit. Karena keduanya
merupakan respons yang umum dan normal dalam kehidupan sehari-hari
(Nurhalimah, 2016).
Di Indonesia, masalah gangguan kesehatan jiwa berupa gangguan
kecemasan dan depresi pada orang dewasa secara nasional mencapai 11,6%.
Pada seminar dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Jakarta, 28
September 2011, Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan Supriyantoro mengatakan bahwa populasi orang dewasa mencapai
sekitar 150 juta, dengan demikian ada 1.740.000 orang di Indonesia yang
mengalami gangguan mental emosional atau gangguan kesehatan jiwa berupa
gangguan kecemasan dan depresi. Angka tersebut diperoleh dari Survei
Kesehatan Daerah tentang gangguan jiwa mental dan emosional oleh
Kementerian Kesehatan(Kompas,2011). Gangguan ansietas merupakan
gangguan psikiatrik yang paling banyak terjadi. Gangguan ini menyebabkan
seseorang merasa takut, distres dan khawatir tanpa sebab yang jelas. Setiap
tahunnya lebih dari 23 juta orang di Amerika Serikat terkena gangguan
ansietas (kira-kira 1 dari setiap 4 orang). Individu dengan ansietas ini

5
mengalami gejala-gejala fisiologik, kognitif dan perilaku (WHO, 2016).
Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat
terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun
sampai pada usia lanjut. Gangguan kecemasan/ansietas merupakan keadaan
psikiatri yang paling sering ditemukan di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia.The Anxiety and Depression Association of America (dalam Kaplan &
Sadock, 2012) menuliskan bahwa gangguan kecemasan dan depresi diderita
oleh 40 juta populasi orang dewasa di Amerika pada usia 18 tahun atau lebih
(18% dari populasi). Diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita
kecemasan (Gailetall, 2002) dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas
(Haryadi, 2007). Prevalensi gangguan kecemasan menurut Centers for
Disease Control and Prevention pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%.
National Comorbidity Study melaporkan bahwa satu dari empat orang
memenuhi kriteria untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan dan terdapat
angkap revalensi 12 bulan per 17,7% (Kaplan & Sadock, 2012).

Pada dasarnya seluruh manusia itu dalam keadaan seimbang, namun


dalam hidup pasti ada masalah yang harus dihadapi, ada yang diterima
dengan baik adapula yang harus diproses, bahkan ditolak. Namun, masalah
tak dapat ditolak tetapi pikiran ingin menolak itulah yang menyebabkan
cemas, stres sampai depresi. Fenomena belakangan ini di kota-kota besar,
bahkan di Negara maju terutama Indonesia menunjukkan peningkatan tajam
terhadap perilaku cemas yang berlebihan atau ansietas, hal ini kelihatannya
disebabkan oleh kondisi ekonomi negara kita yang masih belum stabil,
sehingga semakin banyak orang yang mengalami kecemasan, stres, sampai
depresi (Prabowo, 2014).

Beberapa solusi yang dapat menurunkan gangguan kejiwaan kecemasan


salah satunya adalah memberi obat-obatan yang dapat digunakan untuk
mengurangi kecemasan yaitu obat penenang, obat anti-depresi, golongan obat
azapiron, dan obat dengan tipe beta-blocker (Dixon, 2011). Sumber lain juga
menyatakan bahwa kecemasan dapat dikurangi atau diobati dengan relaksasi
(Schab, 2008). Salah satu tipe 3 relaksasi yang dapat digunakan adalah terapi

6
musik. Mendengar musik lebih efektif dibandingkan menggunakan obat
penenang mida zolamdan sama efektifnya dengan menurunkan respon
fisiologis (Bradt, 2013). Musik dapat digunakan untuk mengurangi
kecemasan. Anggota keluargapun sangat berpengaruh dalam mengurangi
gangguan kejiwaan pada masalah kecemasan seperti halnya berilah
dukungan, cari tahu tentang gangguan kejiwaan kecemasan, dan teruslah
hibur satu sama lain serta berilah motivasi untuk mengurangi kecemasannya
dan dapat produktif dalam sehari-hari (Nurhalimah, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi ansietas?
2. Bagaimana etiologi ansietas?
3. Apa saja manifestasi klinis dari ansietas?
4. Apa saja karakteristik tingkat ansietas?
5. Bagaimana rentang respon ansietas?
6. Bagaimana kondisi klinis ansietas?
7. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
8. Bagaimana teori asuhan keperawatan jiwa klien dengan ansietas?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. K dengan masalah
keperawatan ansietas ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum :
Mengetahui Konsep dasar asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
masalah keperawatan ansietas.
2. Tujuan Khusus:
1. Mahasiswa mampu memahami definisi ansietas.
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi ansietas.
3. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis ansietas.
4. Mahasiswa mampu memahami karakteristik tingkat ansietas.
5. Mahasiswa mampu memahami rentang respon ansietas.

7
6. Mahasiswa mampu memahami kondisi klinis ansietas.
7. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan ansietas.
8. Mahasiswa mampu memahami teori asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan gangguan psikologis ansietas.
9. Mahasiswa mampu memahami dalam pembuatan asuhan keperawatan
pada Ny. K dengan masalah keperawatan ansietas

1.4 Manfaat
Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran
tentang ansietas dalam mata kuliah keperawatan jiwa.

8
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Kecemasan


Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya
Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan “anxiety is a negative
emotional state marked by foreboding and somatic signs of tension, such as
racing heartt, sweating, and often, difficulty breathing, (anxiety comes from
the Latin word anxius, which means constriction or strangulation). Anxiety is
similar to fear but with a less specific focus. Whereas fear is usually a
response to some immediate threat, anxiety is characterized by apprehension
about unpredictable dangers that lie in the future”. Steven Schwartz, S (2000:
139) mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin anxius, yang berarti
penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi
dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap
beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh
kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan.
Kecemasan merupakan keadaan emosional negative yang ditandai dengan
adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernapas.(Annisa & Ifdil, 2016)
Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan anxiety (cemas) merupakan
ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak matang, dan
kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas (lingkungan),
kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh Kartini Kartono
(1989: 120) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian ditambah kerisauan
terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito Wirawan
Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang tidak
jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya. (Annisa & Ifdil, 2016)
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga
oleh Jeffrey S. Nevid, dkk (2005:163) “kecemasan adalah suatu keadaan
emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang

9
yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart
(2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan
tidak berdaya”.(Annisa & Ifdil, 2016)
Dari berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di
atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan
timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman
yang samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak
menentu yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.(Annisa & Ifdil,
2016)
2.2 Etiologi Kecemasan/Ansietas
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada
diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat
menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami
kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang
dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada
orang lain. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab
ansietas adalah:
1. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan
dorongan insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide
dan super ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego
tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.

10
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti
kehilangan, perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya
sangat mudah mengalami ansietas berat
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor
ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan
fisiologis atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi
kehidupan seharihari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga
diri dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas.
Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.
(Liska, 2017)
2.3 Manifestasi Klinis Kecemasan
Menurut Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 164) ada beberapa ciri-ciri kecemasan,
yaitu.
1. Ciri-ciri fisik dari kecemasan, diantaranya:
a. kegelisahan, kegugupan
b. tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar
c. sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi

11
d. kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada
e. banyak berkeringat
f. telapak tangan yang berkeringat
g. pening atau pingsan
h. mulut atau kerongkongan terasa kering
i. sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek
j. jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang
k. suara yang bergetar
l. jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin
m. pusing
n. merasa lemas atau mati rasa
o. sulit menelan
p. kerongkongan merasa tersekat
q. leher atau punggung terasa kaku
r. sensasi seperti tercekik atau tertahan
s. tangan yang dingin dan lembab
t. terdapat gangguan sakit perut atau mual
u. panas dingin
v. sering buang air kecil
w. wajah terasa memerah
x. diare
y. merasa sensitif atau “mudah marah”
2. Ciri-ciri behavioral dari kecemasan, diantaranya: perilaku menghindar,
perilaku melekat, dependen, dan perilaku terguncang
3. Ciri-ciri kognitif dari kecemasan, diantaranya:
a. khawatir tentang sesuatu
b. perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu
yang terjadi di masa depan
c. keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi,
tanpa ada penjelasan yang jelas
d. terpaku pada sensasi ketubuhan
e. sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan

12
f. merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya
sedikit atau tidak mendapat perhatian
g. ketakutan akan kehilangan kontrol
h. ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
i. berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan,
j. berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan,
k. berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa
diatasi,
l. khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
m. berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang,
n. berpikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti
akan pingsan,
o. pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan,
p. tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu,
q. berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan
sesuatu yang salah secara medis
r. khawatir akan ditinggal sendirian
s. sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran

Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan


diantaranya.

1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang


2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
4. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung)
5. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
6. Tidak mudah mengalah, suka ngotot
7. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
8. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir
berlebihan terhadap penyakit
9. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisasi)

13
10. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
11. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
12. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris
(Annisa & Ifdil, 2016)

2.4 Tingkat Kecemasan


Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144)
mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya.
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan
individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar
yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebihmemfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal
lain.
Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik

14
b. Mulut kering
c. Anorexia
b. Diare/konstipasi
c. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
b. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Berkeringat dan sakit kepala
c. Penglihatn kabur
d. Ketegangan
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
ResponPerilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking

15
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak
dapat melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
b. Pucat
c. Hipotensi
d. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
b. Persepsi Kacau
(Liska, 2017)
2.5 Jenis-jenis Kecemasan
Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012:
53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang
menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang
memang memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang
lainnya.
2. State anxiety

16
State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada
diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang
dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.
1. Kecemasan neurosis
Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu
sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika
suatu insting dipuaskan.
2. Kecemasan moral
Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan
ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten dengan apa yang
mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral merupakan rasa
takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki dasar dalam
realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena
melanggar norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik
Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan
tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.
Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia luar.
(Annisa & Ifdil, 2016)
2.6 Rentang Respons Kecemasan

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

1. Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan
lingkungan

17
2. Cemas Ringan
Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan menyiapkan diri untuk
bertindak
3. Cemas Sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi menyempit
dan tidak mampu memusatkan pada faktor/peristiwa yang penting baginya
4. Cemas Berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak
memikirkan yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak mampu
menyelesaikan masalah
5. Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak
teratur, perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.
(Azizah, 2016).
2.7 Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara  :


a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam,
buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi Somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan
atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan

18
keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang
ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi Suportif
b. Psikoterapi Re-Edukatif
c. Psikoterapi Re-Konstruktif
d. Psikoterapi Kognitif
e. Psikoterapi Psikodinamik
f. Psikoterapi Keluarga
5. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.
Sedangka cara yang terbaik untuk menghilangkan kecemasan ialah dengan
jalan menghilangkan sebeb-sebabnya.Menurut Zakiah Daradjat (1988: 29)
adapun cara-cara yang dapat dilakukan, antaralain.

2. Pembelaan
Usaha yang dilakukan untuk mencari alasan-alasan yang masuk akal
bagi tindakan yang sesungguhnya tidak masuk akal, dinamakan
pembelaan. Pembelaan ini tidak dimaksudkan agar tindakan yang
tidak masuk akal itu dijadikan masuk akal, akan tetapi membelanya,
sehingga terlihat masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk
membujuk atau membohongi orang lain, akan tetapi membujuk
dirinya sendiri, supaya tindakan yang tidak bisa diterima itu masih
tetap dalam batas-batas yang diingini oleh dirinya.
2. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpakan sesuatu yang terasa dalam dirinya
kepada orang lain, terutama tindakan, fikiran atau dorongan-dorongan
yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya
masuk akal.

19
3. Identifikasi
Identifikasi adalah kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut
merasakan sebagian dari tindakan atau sukses yang dicapai oleh orang
lain. Apabila ia melihat orang berhasil dalam usahanya ia gembira
seolah-olah ia yang sukses dan apabila ia melihat orang kecewa ia
juga ikut merasa sedih.
4. Hilang hubungan (disasosiasi)
Seharusnya perbuatan, fikiran dan perasaan orang berhubungan satu
sama lain. Apabila orang merasa bahwa ada seseorang yang dengan
sengaja menyinggung perasaannya, maka ia akan marah dan
menghadapinya dengan balasan yang sama. Dalam hal ini perasaan,
fikiran dan tindakannya adalah saling berhubungan dengan harmonis.
Akan tetapi keharmonisan mungkin hilang akibat
pengalamanpengalaman pahit yang dilalui waktu kecil.
5. Represi
Represi adalah tekanan untuk melupakan hal-hal, dan keinginan-
keinginan yang tidak disetujui oleh hati nuraninya. Semacam usaha
untuk memelihara diri supaya jangan terasa dorongan-dorongan yang
tidak sesuai dengan hatinya. Proses itu terjadi secara tidak disadari.
6. Subsitusi
Substitusi adalah cara pembelaan diri yang paling baik diantara cara-
cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesukaran. Dalam
substitusi orang melakukan sesuatu, karena tujuan-tujuan yang baik,
yang berbeda sama sekali dari tujuan asli yang mudah dapat diterima,
dan berusaha mencapai sukses dalam hal itu.
(Annisa & Ifdil, 2016)
2.8 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa (Kecemasan)

1. Pengkajian
a. Batasan Karakteristik (Sutejo, 2016).
1) Perilaku (Behavioral)
a) Menurunnya produktivitas
b) Gerak-gerik yang asing

20
c) Gelisah
d) Pandangan sekilas (glancing about)
e) Hipervigilensi
f) Insomnia
g) Rendahnya kontak mata
h) Keresahan
i) Perilaku mengamati
j) Cemas pada perubahan peristiwa hidup
2) Afektif (Affective)
a) Perasaan menderita
b) Aprehensif
c) Perasaan kesusahan
d) Ketakutan
e) Merasa tidak cukup
f) Tidak berdaya
g) Meningkatnya
h) Iritabilitas
i) Kegugupan
j) Terlalu gembira
k) Bingung
l) Perasaan menyesal
m)Ketidakpastian
n) Ansietas
3) Psikologis (Physiological)
a) Tekanan wajah (facial tession)
b) Tremor tangan
c) Meningkatnya produksi keringat
d) Meningkatnya tekanan
e) Gemetar (trembling)
f) Kegoyahan (shakiness)
g) Suara gemetar
4) Simpatetik (Sympathetic)

21
a) Alterasi pada pola respirator
b) Anokresia
c) Refleksi cepat
d) Ekstasi kardiovaskular
e) Diare
f) Mulut kering
g) Muka menjadi merah (facial flushing)
h) Palpitasi jantung
i) Meningkatnya teknan darah
j) Meninkatkan kecepata tekanan darah
k) Menngkatkan kecepatan respiratori
l) Pelebaran pupil
m)Vasokontriksi superfisial
n) Kegugupan
o) Merasa lemah
5) Parasimpatetik (Parasympathetic)
a) Sakit abdominal
b) Alterasi pada pola tidur
c) Menurunnya kecepatan jantung
d) Menerunnya tekanan darah
e) Darah
f) Pusing
g) Kelelahan
h) Mual
i) Sensasi geli yang ekstrim
j) Sering berkemih
6) Kognitif (Cognitive)
a) Alterasi perhatian
b) Alterasi konsentrasi
c) Kesadaran akan gejala psikologis
d) Bingung
e) Memblokir pikiran (blocking thoughts)

22
f) Menurunnya kemampuan perseptual
g) Hilangnnya kemampuan untuk belajar
h) Hilangnya kemampuan untuk memecahkan masalah
i) Perasaan takut
j) Pelupa
k) Preokupasi
l) Ruminasi
m)Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
a. Faktor Predisposisi (Yusuf, 2015).
1) Faktor biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor
ini membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas
sebagaimana halnya dengan endorfin. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selajutnya menurunkan kapasitas
seeorang untuk mengatasi stresor.
2) Faktor psikologis
a) Pandangan Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi anatar dua elemen
kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan
implus primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Edo atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
b) Pandangan interpesonal.
Ansietas berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang yang mengelami harga diri rendah terutama
mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c) Pandangan perilaku.

23
Ansietas merupakana produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini
dihadapkan pada ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan
ansietas dalam kehidupan selanjutnya.
3) Sosial Budaya
Ansieta merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas yakni antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi dan latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
b. Faktor Presipitasi (Yusuf, 2015).
Faktor Presipitasi dibedakan menjadi berikut.
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri,dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
c. Tanda dan Gejala (Sutejo, 2016).
Tanda dan gejala pasien dengan ansietas adalah :
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta
mudah tersinggung.
2) Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut.
3) Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan
banyak orang.
4) Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang
menegangkan.
5) Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6) Adanya keluhan somatik; misalnya rasa sakit pada otot dan tulang
belakang, pendengaran yang bedenging atau berdebar-debar, sesak
napas, mengalami gangguan pencernaan, berkemih atau sakit kepala.
d. Sumber Koping (Sutejo, 2016).

24
Koping dapat dilakukan dengan menggerakkan sumber koping
dilingkungan. Hal tersebut dapat dilakukan oleh individu untuk
mengatasi ansietas.
e. Mekanisme Koping (Sutejo, 2016).
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis
mekanisme koping yaitu sebagai berikut:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan
diri, distorsi realitas, dan bersifat maladaptif. Mekanisme pertahanan
ego yang digunakan adalah:
a) Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan kelebihan yang dimilikinya.
b) Penyangkalan
Klien menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas denga
mengingkari realitas tersebut. mekanisme pertahanan ini paling
sederhana dan primtif.
c) Pemindahan
Pemindahan merupakan pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang
mengancam terhadap dirinya.
d) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
e) Identifikasi

25
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku, dan
selera orang tersebut.
f) Intelektualisasi
Klien menggunakan logika dan alasan yang berkebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g) Introjeksi
Klien mengikuta norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
h) Fiksasi
Klien berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tinkah laku atau pikiran), sehingga
perkembangan selanjutnya terlarang.
i) Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada
orang lain, terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi
tidak dapat ditoleransi.
j) Rasionalisasi
Klien memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya
berdasarkan pada alasannya seolah-olah rasional, sehingga tidak
menjatuhkan harga diri.
k) Reaksi Formasi
Klien bertingkah laku yang berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan atau perasaan yang
sebenarnya.
l) Regresi
Klien kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitive).
m)Represi
Klien secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan. Hal ini merupakan

26
pertahanan ego yang primer dan cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
n) Acting Out
Klien langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
o) Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia.
p) Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan,
tetapi sebelumnya merupakan analog represi yang disadari.
q) Undoing
Tindakan atau perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan, perilaku atau komunikasi sebelumnya
yang merupakan mekanisme pertahanan primitif.
2. Pohon Masalah
Gambar. Pohon Masalah Ansietas (Sutejo, 2019).

Gangguan sensori Menarik Diri Gangguan proses


persepsi: halusinasi pikir: waham

Ansietas

Koping Individu Harga diri


tidak efektif Rendah

3. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan menurut Stuart and Sunden (1998)
1. Ansietas

27
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
4. Tidak efektifnya koping keluarga
5. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri
6. Perilaku kekerasan
7. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan(Tuk/Tum) Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
Ansietas TUM : Kriteria Evaluasi: Bina Hubungan Kepercayaan
Klien akan Pasien menunjukan saling percaya diri pasien
mengurangi tanda-tanda dapat dengan prinsip merupakan hal
ansietasnya dari membina hubungan komunikasi yang akan
tingkat ringan saling percaya terapeutik, Yaitu : memudah
hingga panik dengan perawat, 1. Sapa Klien perawat dalam
TUK 1: Yaitu: dengan ramah melakukan
Pasien dapat a. Ekspresi wajah baik verbal pendekatan
membina hubungan bersahabat ataupun non keperawatan
saling percaya b. Pasien verbal atau intervensi
menunjukan rasa 2. Perkenalkan diri selanjutnya
senang dengan sopan terhadap
c. Pasien bersedia 3. Tanyakan nama pasien
berjabat tangan lengkap klien dan
d. Pasien bersedia nama panggil
menyebutkan klien yang
nama disukai
e. Ada kontak mata 4. Jelaskan tujuan
f. Pasien bersedia pertemuan
duduk 5. Tunjukkan sikap
berdampingan empati dan
dengan perawat menerima klien
apa adanya
6. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar.
TUK 2: Kriteria Evaluasi: Dalam rangka Pasien dapat
Pasien dapat Pasien mampu mengurangi ansietas, mengungkapk
mengenali mengidantifikasi dan maka perlu an penyebab
ansietasnya mengungkapkan dilakukan intervensi ansietasnya,
gejala ansietas berupa : sehingga
1. Bantu pasien perawat dapat

28
untuk menentukan
mengidentifikasi tingkat
dan menguraikan ansietas
perasaanya. pasien dan
2. Hubungkan menentukan
perilaku dan intervensi
perasaanya selanjutnya.
3. Validasi
kesimpulan dan Mengeobserva
asumsi terhadap si tanda verbal
pasien dan non verbal
4. Gunakan dari ansietas
pertanyaan untuk pasien dapat
mengalihkan dari mengetahui
topic yang tingkat
mengancam ke ansietas yang
hal yang berkaitan pasien alami.
dengan konflik.
5. gunakan
konsultasi untuk
membantu pasien
mengungkapkan
perasaanya.
6. Mendengarkan
penyebab ansietas
pasien dengan
penuh perhatian.
7. Observasi tanda
verbal dan non
verbal dari
ansietas pasien.

TUK 3: Kriteria hasil : Dalam rangka Dukungan


Pasien dapat Tingkat ansietas mengurangi level keluarga dapat
mengurangi tingkat pasien berkurang ansietas, berikut ini memperkuat
ansietasnya merupakan intervensi mekanisme
yang dapat dilakukan koping pasien
dalam kaitannya sehingga
dengan teknik tingkat
menenangkan ansietasnya
(calming technique) berkurang.
1. Menganjurkan Pengurangan
keluarga untuk atau
tetap penghilangan
mendampingnya rangsang
2. Mengurangi atau penyebab
menghilangkan ansietas dapat
rangsangan yang meningkatkan

29
menyebabkan ketenangan
ansietas pada pada pasien
pasien. dan
mengurangi
tingkat
ansietasnya.
TUK 4: Kriteria hasil : 1. Gali cara pasien Peningkatan
Pasien dapat Tingkat ansietas mengurangi pengetahuan
mengunakan pasien berkurang ansietas dimasa tentang
mekanisme koping lalu penyakit yang
yang adatif 2. Tunjukkan akibat dialami pasien
mal adaptif dan dapat
deskruktif dari membangun
respon koping mekanisme
yang digunakan koping pasien
3. Dorong pasien terhadap
untuk ansietas yang
menggunakan dialaminya
respon koping
adaptif yang
dimilikinya
4. Bantu pasien
untuk menyusun
kembali tujuan
hidup,
memodifikasi
tujuan,
menggunakan
sumber, dan
menggunakan
ansietas sedang
5. Latih pasein
dengan
menggunakan
ansietas sedang
6. Beri aktifitas
untuk
menyalurkan
energinya.
7. Libatkan pihak
yang
berkepentingan
seperti keluarga
dan dukungan
social dalam
membantu pasien
menggunakan
koping adaptif

30
yang baru.
TUK 5: Kriteria hasil: Ajarkan pasien Teknik
Pasien mampu Tingkat ansietas teknik relaksasi relaksasi yang
memperagakan dan pasien berkurang dan untuk meningkatkan diberikan pada
menggunakan pasien dapat kendali dan rasa pasien dapat
teknik relaksasi mengendalikan percaya diri. mengurangi
untuk mengatasi gangguan ansietas 1. Pengendalian ansietas
ansietas atau ansietasnya situasi
2. Latihan Relaksasi
a. Tarik napas
dalam
b. Mengerutkan
dan
mengendurkan
otot-otot
c. Hipnotis diri
sendiri (Latihan
5 jari)
TUK: 6 Kriteria hasil: 1. Diskusikan Keluaraga
Meningkatkan Keluarga masalah yang sebgai support
pengetahuan dan mengetahui masalah dirasakan system (sistem
kesiapan keluarga ansietas anggota keluarga dalam pendukung)
dalam merawat keluarganya serta merawat pasien akan sangat
pasien dengan mengetahui cara 2. Diskusikan berpengaruh
gangguan ansietas perawatan dan tentang ansietas, dalam
penanganan anggota prosesterjadinya mempercepat
keluraga dengan anisetas, serta proses
gangguan ansietas tanda dan gejala penyembuhan
3. Diskusikan pasien
tentang penyebab
dan akibat dari
ansietas
4. Diskusikan cara
merawat pasien
dengan ansietas
dangan cara
mengajarkan
teknik
relaksasiberupa:
a. mengalihkan
situasi
b. latihan
relaksasi dengan
napas dalam,
mengerutkan, dan
mengendurkan
otot.
c. menghipnotis

31
diri sendiri
(latihan lima jari)
5. Diskusikan
dengan keluarga
tentang perilaku
pasien yang perlu
dirujuk dan
bagaimana cara
merujuk pasien

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi tindakan keoerawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana
tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh pasien saat ini. Semua tindakan
yang telah dilaksanakan beserta respons pasien didokumentasikan
(Prabowo, 2014).
6. Evaluasi Kperawatan
Menurut Direja (2011), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi dapat dibagi dua
yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang dilakukan dengan
membandingkan antara respons pasien dan tujuan khusus serta umum yang
telah ditentukan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,
sebagai berikut

a. S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan dapat di ukur dengan menanyakan kepada pasien
langsung.
b. O : Respon objektif pasien terhadap tinddakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku pasien pada
saat tindakan dilakukan.
c. A : Analisis ulang atas data subjektif data subjektif dan objektif untuk
menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

32
d. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada
respon pasien yang terdiri dari tindakan lanjut pasien dan tindakan
lanjut oleh perawat.
Rencana tindakan lanjut dapat berupa:
a. Rencana diteruskan jika masalah tidak berubah
b. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan
c. Rencanakan dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ad serta diagnosa lama dibatalkan
d. Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
diperlukan adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
Pasien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi aga dapat melihat
perubahan berusaha mempertahankan dan memelihara(Prabowo, 2014).

33
BAB 3

TINJAUAN KASUS

https://faktualnews.co/2020/08/13/kecelakaan-maut-di-jember-keluarga-
hara-harap-cemas-pastikan-kondisi-korban-di-puskesmas/228762/

Seorang An.(A) dirawat dirumah sakit, hari kami kemarin ia mengalami


kecelakaan maut yang membuatnya murung seharian , tidak mau makan, wajah
tampak lesu dan menangis setiap hari . Hari Senin kemarin ia diberi tahu oleh
dokter bahwa kakinya harus diamputasi karena kecelakaan yang dialaminya.
Pasien tampak takut dan tidak ingin melakukan aktivitas apapun, tangganya
menggigil dan fikiranya tidak tenang. Keluarga pun sudah mendampinginya
namun An. A tetap ketakutan dan wajahnya tampak bingung. Dada pasien juga
sering berdebar – debar, Jika ingin tidur tangan pasien keringat dingin, Tidur
hanya 2 jam saat malam saja.

34
3.1 Pengkajian
Ruang rawat: Melati Tanggal dirawat: 21 Januari 2020
1) Identitas Klien
Nama : An.A
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
No. rekam medik :061XXX
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : siswi
Status : Belum Menikah
Alamat lengkap : Jln. Sultan hasanuddin
2) Alasan Masuk
Klien mengatakan mengalami kecemasan yang berlebihan, takut,
dan khawatir, keringat dingin, tidak bias tidur karena kakinya akan
diamputasi akibat dari kecelakaan yang dialaminya.
3) Keluhan Utama
Klien mengatakan mengalami kecemasan yang berlebihan, takut, dan
khawatir karena akan diamputasi kakinya akibat dari kecelakaan yang
dialaminya.
Masalah Keperawatan :
Gangguan Alam Perasaan: Kecemasan, kurangnya menerima respon
koping dan gangguan pola tidur.
4) Predisposisi dan Presipitasi
Predisposisi:
a. Faktor perkembangan
Klien mengatakan selalu cemas, khawatir, dan takut akan
dilakukan amputasi pada kaki kananya .
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga kurang baik, Klien
mengatakan lebih banyak untuk memendamnya sendiri daripada
membicarakan dengan keluarga.

35
c. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang tertutup, dan jika terdapat
masalah klien lebih memendamnya sendiri tidak mau menceritakan
kepada keluarganya.
d. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami hak seperti
pasien
Presipitasi:
a. Faktor sosial budaya
Klien sedikit mempunyai hambatan dengan social tetapi tidak
dengan budayanya.
b. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena kecemasannya.
c. Faktor psikologis
Adanya masalah yang selalu difikirkan dengan berat
sehingga menimbulkan kecemasan yang berlebihan.
5) Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital:  
TD : 220 / 130 mmHg     
Nadi : 80 x/mt     
Suhu : 37 0C        
RR : 22 x/mt
Ukur:                        
TB : 150 cm   
BB : 40 kg     (*) turun    ( ) naik
Keluhan  Fisik      : ( *) ya         ( tidak 
Klien mengatakan saat ini mengalami pusing

36
6) Psikososial
a. Genogram

Keterangan : 
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal : X
Klien :
Tinggal serumah :
Klien adalah anak kedua dari empat berdaudara. Klien berumur 15
tahun tahun. Klien masih sekolah di SMP. Klien tinggal bersama ayah
dan ibunya
b. Konsep Diri
1) Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai
ujung kaki. Klien juga mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh
yang tidak disukai.
2) Identitas diri
Klien seorang sisiwi SMP, setiap hari pasien berangkat
sekolah dengan senang bersama teman – temanya. Setelah pulang
sekolah bianya pasien bermain bersama teman – temanya.
3) Peran diri
Klien berperan sebagai anak kesayangan dikleuarganya.
Semenjak sakit klien tidak bisa memenuhi perannya.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk menjadi seorang
pemain biola. Namun karena sakit pasien menyerah

37
5) Harga Diri
Klien merasa memiliki banyak beban masalah dalam
berhubungan dengan orang lain.
c. Hubungan Sosial
Klien mengatakan saat ini orang yang berarti dalam
kehidupannya adalah ibu dan ayahnya.
d. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan
Yang Maha Esa. Klien mengatakan sholat lima waktu walaupun
jarang dan hanya sholat saat disuruh oleh ibunya saja.
7) Status Mental
a. Penampilan
Klien tampak rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya, rambutnya diikat dan sedikit menutupi telinganya.
b. Pembicaraan
Klien kooperatif ketika berinteraksi dengan perawat, mau menatap
perawat ketika mngobrol. Klien menjawab pertanyaan yang diberikan
dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu
topik dengan jelas (Isi pembicaraan).
c. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tidak tenang dalam berbicara,
tidak ada gerakan yang diulang-ulang tetapi dari sorot mata terlihat
waspada dan ketakutan. Namun saat membicarakan masalahnya klien
tampak sangat cemas, terlihat lesu dan tak bergairah. Klien lebih banyak
meghabiskan aktivitas di tempat tidur.
d. Alam perasaan
Klien mengatakan selalu merasa cemas, takut dan khawatir akan
Operasi yang dijalaninya. Klien menunjukkan ekspresi yang sangat
gelisah dan takut. Klien terlihat sangat cemas saat menceritakan
pengalamannya.

38
e. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan
stimulus yang diberikan.
f. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan
perawat. Kontak mata klien ada dan klien menatap wajah perawat saat
wawancara dan mau menjawab pertanyaan perawat dengan panjang
lebar.
g. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri, tetapi
klien selalu merasa ketakutan. Klien mengatakan selalu khawatir akan
operasi yang akan dijalaninya.
h. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-
belit dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya
dalam satu topik.
i. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan sedikit gangguan isi pikir.
Pemikiran klien terkadang tidak realistis.
j. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di Rs, klien juga sadar
dan mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya.  Tingkat
kesadaran klien terhadap waktu, dan tempat jelas.
k. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di
masa lalu  maupun saat  ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah
tadi klien sudah makan atau belum, jam berapa. Klien tidak mengalami
gangguan daya ingat baik jangka panjang maupun jangka pendek.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi sedikit terganggu karena cemasnya
tetapi tetap fokus terhadap apa yang  ditanyakan. Klien bersekolah hanya
sampai tingkat SD, klien mampu untuk menjawab hitungan sederhana.

39
m. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
makan atau bermain bersama temanya. Klien memilih bermain bersama
temanya karena menurutnya membuatnya bahagia.
n. Daya tilik diri
Klien mengetahui kecemasannya dalam masalah dan dideritanya.
8) Kebutuhan Dasar Manusia
a. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi lebih sedikit dari biasanya
(sebelum merasa cemas yang seperti sekarang ) tapi habis, klien dapat
makan tanpa bantuan. Keluarga membantu mengambilkan makanan dan
menyuapi makanan.
b. BAB/BAK
Klien dapat BAK dan BAB sendiri, tanpa batuan dari orang lain.
c. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi
menggunakan sabun, shampo, dan juga sikat gigi.
d. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang
lain. Klien menggunakan baju dengan benar.
e. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur sedikit terganggu, karena ketika tidur
selalu cemas, takut, khawatir akan kaki yang akan diamputasinya.
f. Penggunaan Obat
Keluarga mengatakan klien tidak pernah mengonsumsi obat-obatan
sebelumnya.
g. Kegiatan di Dalam Rumah
Klien mengatakan hanya diam di dalam rumah bersama dengan
anak-anaknya.
h. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan semenjak kondisi klien seperti sekarang klien
hanya berada didalam rumah saja.

40
9) Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu
memendamnya sendiri dan tidak menceritakan kepada keluarganya.
10) Pengetahuan Kurang Tentang
Klien mengatakan tidak tahu bagaimana cara mengurangi kecemasan.
11) Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit mengatakan kepada
keluarga dan dirinya bahwa kakinya akan diamputasi karena kecelakaan
yang dialaminya.
12) Analisis Data

Nama Klien : An. A Dx medis : Ansietas


RM No. : 061xxx

No Data Masalah

1. DS : Kecemasan/Ansietas
- Klien mengatakan merasa
cemas, kawatir, dan takut
dengan kaki yang akan di
amputasi
- Klien mengatakan tidak bias
tidur, jika malam hanya tidur 2
jam saja
- Klien mengakatan jantungnya
berdebar-debar ketika dokter
dan perawat datang untuk
memeriksanya
DO :
- Klien dan keluarga tampak
cemas
- Klien tampak gelisah
- Klien dan keluarga bertanya-
tanya tentang kondisi klien saat
ini.

2. DS : Gangguan Pola Tidur


- Klien mengatakan terkadang

41
khawatir dengan kondisinya,
takut tekanan darahnya tidak
menurun.

3. DS : Koping tidak efektif


- Klien mengatakan jika ada
masalah klien lebih banyak
memendamnya sendiri
daripada membicarakan
dengan keluarganya,
komunikasi dengan suami
kurang karena suaminya
terkesan cuek dengan dirinya
dan anak anaknya.
DO :
- Klien dan keluarga bertanya-
tanya kepada perawat
- Klien tampak murun dan
melamun, terdiam dan
aktivitasnya lebih banyak di
tempat tidur.

Daftar Masalah
1.Kecemasan
2.Gangguan Pola tidur
3.Koping tidak efektif
Pohon Masalah
Gangguan Pola tidur

Kecemasan/ Ansietas

Koping tidak efektif

3.2 Diagnosa Keperawatan


1) Domain 9: Koping/Toleransi stres
Kelas 2: Respons koping
Ansietas yang berhubungan dengan sangat khawatir yang
ditandai dengan stressor

42
2) Domain 9: Koping/Toleransi stres
Kelas 2: Respons koping
Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menghadapi situasi yang ditandai dengan
ketidakadekuatan kesempatan untuk bersiap terhadap streso
3) Domain 9: koping/toleransi setres
Kelas 2: Respons koping
Stres berlebihan yang berhubungan dengan perasaan tertekan
yang ditandai dengan stressor
4) Domain 9: koping/ toleransi stress
Kelas 2: respons koping
Ketakutan yang berhubungan dengan rasa panik yang ditandai
dengan gangguan sensorik.

43
44
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Klien : An. A Dx Medis : Ansietas


RM No. :061XXX

No Tanggal Waktu Intervensi Implementasi Evaluasi (SOAP) Paraf


1. Selasa 08.00 TUM : SP 1: S : Pasien
21 Januari WIB Klien akan mengurangi 1. Menyapa Klien dengan ramah mengatakan cemas,
2020 ansietasnya dari tingkat baik verbal ataupun non verbal takut dan khawatir
ringan hingga panik. 2. Memperkenalkan diri dengan terhadap masalah
TUK 1 sopan yang dihadapinya.
Klien dapat menjalin dan 3. Menanyakan nama lengkap
membina hubungan saling klien dan nama panggil klien O : Pasien tampak
percaya. yang disukai lebih tenang, Namun
Bina Hubungan saling 4. Menlaskan tujuan pertemuan kontak mata kosong.
percaya dengan prinsip 5. Meunjukkan sikap empati dan
komunikasi terapeutik, menerima klien apa adanya A : Masalah belum

Yaitu : 6. Memberi perhatian kepada teratasi

1. Sapa Klien dengan klien dan perhatian kebutuhan


P : Intervensi

45
ramah baik verbal dasar. Dilanjutkan SP 2
ataupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan
sopan
3. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggil
klien yang disukai
4. Jelaskan tujuan
pertemuan
5. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
6. Beri perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar.

2. Selasa 12.00 TUK 2 SP 2 : S : Px mengatakan


21 Januari WIB Pasien dapat mengenal Dalam rangka mengurangi sudah bisa mengenali
2020 ansietasnya. ansietas, maka perlu dilakukan penyebab cemasnya.

46
Dalam rangka intervensi berupa :
mengurangi ansietas, O : Px tampak lebih
1. Membantu pasien untuk
maka perlu dilakukan
intervensi berupa : mengidentifikasi dan tenang, rasa takut
1. Bantu pasien untuk mulai berkurang.
menguraikan perasaanya.
mengidentifikasi
dan menguraikan 2. Menghubungkan perilaku namun masih ada ke
perasaanya. khawatiran.
dan perasaanya
2. Hubungkan perilaku
dan perasaanya 3. Memvalidasi kesimpulan
3. Validasi kesimpulan A : Masalah belum
dan asumsi terhadap pasien
dan asumsi terhadap
pasien 4. Mengunakan pertanyaan teratasi
4. Gunakan pertanyaan
untuk mengalihkan dari
untuk mengalihkan
dari topic yang topic yang mengancam ke P : Intervensi
mengancam ke hal dilanjutkan Sp 3
hal yang berkaitan dengan
yang berkaitan
dengan konflik. konflik.
5. gunakan konsultasi
5. Menguunakan konsultasi
untuk membantu
pasien untuk membantu pasien
mengungkapkan
mengungkapkan perasaanya.
perasaanya.
6. Mendengarkan 6. Mendengarkan penyebab
penyebab ansietas
ansietas pasien dengan
pasien dengan
penuh perhatian. penuh perhatian.

47
7. Observasi tanda 7. Mengobservasi tanda verbal
verbal dan non
dan non verbal dari ansietas
verbal dari ansietas
pasien. pasien.

3. Selasa 17.00 TUK 3 SP 3 : S : Px mengatakan


21 Januari WIB Pasien dapat mengurangi 1. Menganjurkan keluarga Rasa takut dan cemas
2020 tingkat ansietasnya. untuk tetap mendampingnya serta ke
Dalam rangka mengurangi 2. Mengurangi atau khawatirannya sudah
level ansietas menghilangkan rangsangan mulai membaik
1. Menganjurkan keluarga yang menyebabkan ansietas
untuk tetap pada pasien O : Px tampak lebih
mendampingnya tenang dan kontak
2. Mengurangi atau mata saat bicara
menghilangkan dengan perawat baik.
rangsangan yang
menyebabkan ansietas A : Sp 3 Teratasi

pada pasien. sebagaian.

48
P : Intervensi
dilanjutkan Sp 4

4. Rabu, 22 20.00 TUK 4 : SP 4 : S : Px mengatakan


Januari 2020 WIB Pasien dapat mengunakan 1. Megali cara pasien sudah tidak ada cemas
mekanisme koping yang mengurangi ansietas dimasa dan takuut serta
efektif. lalu khawatir terhadap
1. Gali cara pasien 2. Menuunjukkan akibat mal masalah yang di
mengurangi ansietas adaptif dan deskruktif dari alminya.
dimasa lalu respon koping yang digunakan O : Px sudah tampak
2. Tunjukkan akibat mal 3. Mendorong pasien untuk tenag. sudah tidak ada
adaptif dan deskruktif menggunakan respon koping lagi kecemasan dan
dari respon koping yang adaptif yang dimilikinya ketakutan serta ke
digunakan 4. Membantu pasien untuk khawatiran. Td:
3. Dorong pasien untuk menyusun kembali tujuan 120/80 mmhg.
menggunakan respon hidup, memodifikasi tujuan,
koping adaptif yang menggunakan sumber, dan A : Sp 4 Teratsi
dimilikinya menggunakan ansietas sedang

49
4. Bantu pasien untuk 5. Melatih pasein dengan P : Intervensi atau
menyusun kembali menggunakan ansietas sedang diagnosa selesai.
tujuan hidup, 6. Memberi aktifitas untuk
memodifikasi tujuan, menyalurkan energinay
menggunakan sumber, 7. Melibatkan pihak yang
dan menggunakan berkepentingan seperti
ansietas sedang keluarga dan dukungan social
5. Latih pasein dengan dalam membantu pasien
menggunakan ansietas menggunakan koping adaptif
sedang yang baru
6. Beri aktifitas untuk
menyalurkan energinay
7. Libatkan pihak yang
berkepentingan seperti
keluarga dan dukungan
social dalam membantu
pasien menggunakan
koping adaptif yang baru

50
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena


ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Penyebab dari ansietas adalah dari
respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan efektif. Ansietas memiliki tingkatan,
yaitu cemas ringan, sedang, berat dan panik. Terdapat beberapa penatalaksanaan
ansietas yaitu pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Diagnosa keperawatan adalah
ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif , Ansietas
berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga, Resiko gangguan pesepsi
sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan dengan Ansietas, Resiko
gangguan proses fikir : Waham berhubungan dengan Ansietas.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat sebaiknya dalam menghadapi pasien jiwa lebih


bersabar dan waspada serta disarankan agar adanya asuhan keperawatan pada
keluarga, konseling atau pendidikan kesehatan terkait stigma yang terjadi diantara
keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sehingga keluarga berguna
untuk pengetahuan keluarga dan mengerti dalam sikap yang akan diambil dalam
tindak lanjut pengobatan pda keluarga yang sakit. Selain itu, perlu dukungan dari
berbagai pihak terutama dari petugas kesehatan dan keperawatan dimasyarakat
untuk tetap memberi samngat pada keluarga yang mempunyai gangguan jiwa agar
tetap sabar dan berusah untuk menrima kondisinya sehinga tetap memiliki
semangat dalam memberi pengobatan pada keluarga yang sakit. Perawat
sebaiknya memberi asuhan yang baik kepada pasien jiwa serta memberi edukasi
dan dukungan untuk keluarga agar selalu untuk memotivasi pasien.

51
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifatul., Imam Zainuri., & Amar Akbar. (2016). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Bulechek, Gloria M, Buthcer Howard K, Dochterman, Joane M, dan Wagner,


Cherly M. (2013). Nurshing Interventions Classification (NIC). Jakarta:
Mocomedia.

Direja dkk. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Nuha Medika.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depres. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.

Keliat Anna Budi, Akemat Pawiro Wiyono, & Herni susanti. (2011). Manajemen
Kasus gangguan Jiwa. Jakarta : EGC.

Marta Dwi Freeka Olluvia. (2013). Asuhan Keperawatan Ansietas. Depok:FIK.UI

Morrhead, Sue, Johnson, Marion, Mass, Meridean L, dan Swanson, Elizabeth.


(2013). Nurshing Outcomes Classification (NOC). Jakarta: Mocomedia.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta:


KemenkesRI.

Prabowo, Eko. (2014). (Konsep dan Teori Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Stuart, Gail W. (2016) prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart
Buku 2 Ed. Indonesia. Trans. Budi Anna Keliat & Jesika Pasaribu.
Indonesia: Elsevier.

Sutejo. (2016). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Sutejo. (2019). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Yusuf, Ah., Rizki Fitryasari PK., & Nanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

52
NASKAH ROLEPLAY

Seorang siswa SMA mengalami kecelakaan yang mengharuskan kakinya


diamputasi. Pada saat pengkajian tampak klien mengalami kecemasan, dimana
terdapat tanda-tanda seperti gelisah, klien hanya fokus pada kakinya yang akan
diamputasi,sulit konsentrasi,tapi masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan
orang lain. Sekarang klien mengalami kecemasan dikarenakan klien merasa
terancam dengan kakinya yang akan diamputasi tersebut.

Perawat : Barokaniah Rizky Dianty

Pasien : Fitri

Keluarga : Rinta

1. Praorientasi
Perawat mempersiapkan diri untuk berkomunikasi dan memikirkan hal-hal
yang perlu ditanyakan dan dilakukan kepada klien serta bertanya tentang
kondisi klien kepada teman sejawat yang jaga malam.
2. Orientasi
Perawat : selamat siang dek
Klien :selamat siang.
Perawat : Perkenalkan dek saya perawat ……, saya perawat yang
bertugas pada pagi hari ini. Tujuan saya kesini adalah untuk
memeriksa tekanan darah ibu.
(kemudian perawat memeriksa tekanan darah pasien)
Perawat : Wahh tekanan darah adek cukup tinggi 140/80 mmHg. Kalau
boleh tahu bagaimana perasaan adek saat ini?
Pasien : Saya takut sus
Perawat : Takut kenapa dek?
Klien : Saya takut dan cemas karena besok sore kaki saya akan di
amputasi.
Perawat : Ohh jadi begitu. Bagaimana kalau kita berbincang-bincang
sebentar mengenai kecemasan yang sedang adek alami, kira-

53
kira 20 menit, tempatnya disini saja, bagaimana ,apakah adek
bersedia?
Klien : Baiklah saya bersedia sus
Perawat : Oke, dek, kita mulai pembicaraannya ya, nah, pertama saya
mau nanya dek, apa yang menyebabkan adek tampak cemas?
Klien : Begini sus, kaki saya harus diamputasi karena sudah tidak
dapat lagi diobati, saya terus memikirkan bagaimana saya akan
hidup tanpa kaki saya sebelah, saya khawatir tidak bisa
berjalan lagi.
Perawat : adek ingat tidak perilaku atau sikap ibu saat merasa cemas,
misalnya seperti apa dek?
Klien : Saya akan berperilaku gelisah, berbaring tidak tenang atau
bolak balik kanan kiri, dan terus menatap kaki saya.
Perawat : Emm.. seperti itu ya dek, trus setelah itu apa yang adek
lakukan untuk mengatasi kecemasan ibu?
Klien : Saya tidak tau.
Perawat : Nah jadi ada beberapa teknik untuk mengatasi kecemasan yang
adek rasakan, yang pertama yaitu cara pengalihan situasi, nah,
jadi kalau misalnya adek sedang mengalami kecemasan adek
bisa melakukan hal yang adek sukai, misalnya tidur, menonton
tv atau membaca buku. Bagaimana dek apakah sudah jelas?
Klien : Ya sus, sangat jelas.
Perawat : Bagaimana perasaan adek setelah kita berbincang-bincang
tadi?
Klien : Saya sudah mengerti bagaimana cara mengatasi kecemasan
seperti yang suster katakana tadi yaitu dengan cara
mengalihkan situasi.
Perawat : Baiklah dek, nanti siang sekitar jam 14.00 saya akan kesini lagi
melihat keadaan adek, dan apabila adek masih merasa cemas
saya akan mengajarkan kepada adek cara mengatasinya dengan
teknik yang kedua yaitu teknik nafas dalam. Bagaimana,
apakah adek bersedia?

54
Klien : Baiklah, saya bersedia .
Perawat : Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, ya dek
Klien : iya sus
SP 2
Perawat : selamat siang adek.
Klien : selamat siang.
Perawat : Bagaimana perasaan adek siang ini?
Klien : Saya masih merasa cemas, sus.
Perawat : Apakah adek sudah melakukan cara mengatasi kecemasan
seperti yang saya ajarkan sebelumnya?
Klien : Sudah sus, saya menonton tv, tapi tetap saja saya merasa
cemas.
Perawat : Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau sekarang saya ajarkan
bagaimana cara mengatasi kecemasan yang kedua, yaitu
dengan cara teknik nafas dalam, kita melakukannya disini saja
dek, kurang lebih 10 menit, bagaimana apakah adek bersedia?
Klien : Baiklah saya bersedia sus
Perawat : Baiklah dek jadi seperti ini caranya, saya praktikan dulu nanti
kita akan praktikan bersama-sama cara nya adalah, tarik nafas
dalam-dalam tahan selama 10 detik lalu hembuskan melalui
mulut perlahan lahan bagaimana ibu apakah kita bisa
melakukannya sekarang
Klien : Ya bisa.
Perawat : Tarik napas adek yang dalam tahan saya hitung sampai 10 ya
dek tahan 1,2,3...... sudah kita ulang tiga kali yadek. Wahh
bagus adek dapat mempraktekkannya dengan sangat bagus.
Perawat : Bagaimana perasaan adek setelah kita melakukan teknik napas
dalam tadi?
Klien : Saya merasa sedikit lebih tenang sekarang sus.
Perawat : Baiklah dek, nanti sore sekitar jam 17.00 saya akan kesini lagi
melihat keadaan adek, dan apabila adek masih merasa cemas
saya akan mengajarkan kepada adek cara mengatasinya dengan

55
teknik yang ketiga yaitu teknik lima jari. Bagaimana adek
apakah bersedia?
Klien : Baiklah, saya bersedia sus.
Perawat : Baiklah kalau begitu saya permisi dulu ya dek,.
SP 3
Perawat : Selamat sore, dek.
Klien : Selamat sore sus.
Perawat : Bagaimana perasaan adek sore ini?
Klien : Saya masih merasa sedikit cemas, sus.
Perawat : Apakah adek sudah melakukan cara mengatasi kecemasan
seperti yang saya ajarkan sebelumnya dek?
Klien : Sudah sus, saya sudah menggunakan teknik nafas dalam
seperti yang telah diajarkan, saya merasa sedikit tenang tapi itu
tidak lama setelah itu saya masih merasa camas, sus
Perawat : Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau sekarang saya ajarkan
bagaimana cara mengatasi kecemasan yang ketiga, yaitu
dengan cara teknik lima jari, kita melakukannya disini saja
dek, kurang lebih 15 menit, bagaimana apakah bersedia?
Klien : Baiklah saya bersedia sus.
Perawat : Baiklah seperti ini caranya dek. Sebelum kita memulainya kita
menggunakan teknik nafas dalam terlebih dahulu.Setelah itu
ibu jari berfungsi menyentuh jari yang lain. Nah saat ibu jari
ini menyentuh jari telunjuk bayangkan hal-hal yang
menyenangkan kemudian saat ibu jari ini menyentuh jari
tengah bayangkan hal-hal yang menyenangkan terhadap
keluarga adek. Lalu yang ketiga saat ibu jari menyentuh jari
manis bayangkan saat-saat bapak mendapat pujian yang
terakhir dek saat ibu jari ini menyentuh jari kelingking
bayangkan tempat-tempat yang menyenangkan. Nah setelah
selesai melakukannya adek kembali melakukan teknik nafas
dalam selama 3x. Bagaimana adek apakah mengerti penjelasan
saya?

56
Klien : Iya sangat jelas,sus.
Perawat : Kalau begitu kita mulai ya dek. Sebelumnya tarik napas dulu
seperti yang saya ajarkan sebelumnya sebanyak tiga kali (tarik
napas yang dalam tahan saya hitung sampai 10 ya dek tahan
1,2,3......,) kemudian tarik napas panjang melalui mulut lalu
hembuskan. Yang ibu jari ini menyentuh jari telunjuk
bayangkan hal-hal yang menyenangkan misalnya makan
makanan yang enak. kemudian saat ibu jari ini menyentuh jari
tengah bayangkan hal-hal yang menyenangkan terhadap
keluarga adek misalnya saat adek mendapatkan hal yang adek
inginkan. Lalu yang ketiga saat ibu jari menyentuh jari manis
bayangkan saat-saat adek mendapat pujian misalnya ketika
adek mendapatkan pringkat pertama disekolah. yang terakhir
saat ibu jari ini menyentuh jari kelingking bayangkan tempat-
tempat yang menyenangkan misalnya saat adek dan keluarga
sedang berlibur ke pulau yang indah, sejuk dan
menyenangkan.Terakhir, tarik napas adek yang dalam tahan
saya hitung sampai 10 bapak tahan 1,2,3...... 3x. Iya sudah
selesai dek. Bagaimana perasaan adek setelah kita melakukan
tekhnik yang tadi?
Klien : Saya merasa lebih baik , cemas saya sudah berkurang, terima
kasih sus.
Perawat : Bagus dek, saya senang mendengarnya. adek bisa
mempraktekkannya dengan sangat bagus sekali. Kalau adek
mengalami cemas lagi bisa gunakan teknik-teknik yang tadi
sudah kita bicarakan. Bagaimana ,apakah sudah jelas?
Klien : Iya sus
Perawat : Nah, dek sebenarnya ada satu teknik lagi,, kalau usaha-usaha
tadi tidak berhasil, apakah adek mau saya ajarkan?
Klien : Iya saya sangat mau sus

57
Perawat : Baiklah kalau begitu nanti malam sekitar jam 19.00 saya akan
datang lagi ke ruangan adek untuk mengajarkan teknik yang
terakhir. Bagaimana apakah adek bersedia?
Klien : Ya saya bersedia.
Perawat : Baiklah kalau begitu saya permisi dulu dek. Nanti malam saya
akan kesini
SP 4
Perawat : selamat malam adek.
Klien : selamat malam sus.
Perawat : Bagaimana perasaan adek malam ini?
Klien : Saya merasa kecemasan saya sudah berkurang setelah saya
praktekkan apa yang telah di ajarkan tadi.
Perawat : Wahh berarti adek sudah mempraktekkannya yaa. Bagus
sekali. Baiklah, kalau begitu sesuai dengan janji saya tadi sore,
sekarang saya akan mengajarkan bagaimana cara mengatasi
kecemasan yang terakhir, yaitu dengan teknik pendekatan
spiritual, kita melakukannya disini saja dek, kurang lebih 10
menit, bagaimana apakah adek bersedia?
Klien : Baiklah saya bersedia..
Perawat : Nah dek, tadikan adek mengatakan masih ada kecemasan. Oh
iya dek bagaimana dengan ibadah adek?
Klien : Iya, saya kerjakan sus.
Perawat : Apakah adek fokus atau dapat khusyuk saat beribadah?
Klien : Nah itu dia sus masalahnya, saat saya beribadah kadang saya
sering terpikirkan masalah tersebut, jadi ketika saya beribadah
kadang tidak khusyuk
Perawat : Nah, ketika adek beribadah, akan lebih baik jika adek khusyuk
menjalaninya, karena ketenangan akan didapat jika adek bisa
khusyuk, adek bisa menyerahkan segala kecemasan adek,
memohon pada Tuhan Yang Maha Kuasa, bukankah tidak ada
yang tidak mungkin untuk Tuhan, dengan lebih mendekatkan

58
diri kepada Tuhan ketenangan akan didapat adek akan
memiliki pemikiran yang lebih tenang dan terbuka .
Klien : Iya sus, saya memang merasa agak jauh akhir-akhir ini, saya
teralu memikirkannya lupa bahwa pertolongan terbaik adalah
dari Tuhan. Saya akan berusaha untuk khusyuk dan banyak
beribadah sus. Saya yakin Allah mendengar doa saya, Allah
melindungi saya. Terima kasih atas pencerahan dari sus.
Perawat : Bagaimana perasaan adek setelah kita melakukan pendekatan
spiritual?
Klien : Saya sudah mulai tenang sekarang,sus. Pemikiran saya sudah
mulai terbuka. Saya pasti bisa menghadapi ini. Saya harus
bersabar.
Perawat : Nah, jika nanti jika adek cemas adek bisa menambah, berdoa
dan mendekatkan diri pada Tuhan lebih dekat lagi agar lebih
tenang
Klien : Makasih sus. Saya akan ingat perkataan suster. Terima kasih
suster.
Perawat : Iya sama-sama dek. Baiklah duk besok saya akan kembali lagi
untuk melihat perkembangan adek sekitar jam 07.30.
Bagaimana dek?
Klien : Baiklah sus.
Perawat : Baiklah kalau begitu saya permisi dulu dek, adek segera tidur
yaa. Selamat malam.
Klien : Selamat malam sus.

Hari ke-3
Keluarganya menemani Klien di ruangan ortopedi, saat itu perawat yang telah
diberitahu juga oleh perawat sebelumnya untuk melakukan pemberian
informasi mengenai klien serta cara membantu pasien keluar dari
kecemasannya, keluarga menuju ke nurse station sambil bertanya
Perawat : ibu kita bisa bicara sebentar mengenai kondisi pasien?

59
Keluarga : Iya bisa.
Perawat : Begini bu, kita perlu membicarakan perawatan keluarga ketika
klien mengalami kecemasan akibat akan diamputasi intinya
begini ibu, ansietas atau kecemasan ini adalah rasa tidak aman
dan kekhawatiran yg timbul karena dirasakan terjadi sesuatu
yang tidak menyenangkan sumbernya berasal dari dalam.
Tanda-tandanya individu hanya fokus pada pikiran yg menjadi
perhatiannya, lapang persepsi menyempit
(menurun/berkurang), hanya mampu memperhatikan hal-hal
yg tidak detail, tetapi dapat melakukan / memperhatikan hal-
hal yang bersifat detail apabila disuruh, masih dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Untuk
menghilangkan rasa kecemasannya itu bapak bisa melakukan
tehnik mengalihkan perhatian seperti nonton tv bersama, atau
membaca buku, bila klien masih cemas coba lakukan tehnik
nafas dalam kepadanya dangan cara tarik napas dalam tahan 10
detik keluarkan lewat mulut secara perlahan, kalau misalkan
tetap cemas kita lakukan tehnik 5 jari. Disitu langkah pertama
untuk di awal dan di akhir lakukan tehnik napas dalam untuk 5
jari, jari telunjuk suruh membayangkan dengan hobi yang
disenangi, untuk jari tengah bayangkan dengan orang yang
disayangi, untuk jari manis bayangkan pujian yang pernah di
dapat dan terakhir untuk jari kelingking bayangkan ke tempat
yang jauh yang sangat berkesan bagi pasien.Nah kalau masih
tetap cemas juga ibu bisa bawa ke puskesmas untuk di periksa
serta diberikan obat anti cemas.
Keluarga : Oh jadi seperti itu ya sus
Perawat : ibu bisa mengerti penjelsan saya tadi?
Keluarga : Bisa..

Perawat : Nah terus ibu selama di rumah ibu beserta keluarga bisa
membimbing dan mengawasi pasien

60
Keluarga : Iya, saya akan selalu membimbing dan mengawasinya sus.
Perawat : Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku
yang ditampilkan oleh klien selama di rumah. Kalau misalnya
klien menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku yang
terlihat cemas. Jika  hal ini terjadi segera hubungi kami, ini
nomor telepon: (0651) 554xxx. Jika tidak teratasi kami akan
merujuknya ya bu. Dan ingat ya yang tadi bu, sebelum habis
obat, 2 hari sebelumnya diharapkan Ibu sudah kontrol dan
untuk mendapatkan obat lagi setelah berkonsultasi dengan
dokter di puskesmas ya bu.
Keluarga : Baiklah. saya akan mengingatnya sus.
Perawat : Nah setelah kita berbincang-bincang tadi tentang kecemasan
yang klien alami dan juga cara merawat klien, sekarang
bagaimana perasaan ibu?
Keluarga : Saya senang jadi mengetahui bagaimana menjaga dan
membantu anak saya supaya tidak mengalami cemas lagi.
Perawat : Iya betul sekali ibu. Nah sekarang ada yang ingin ibu
tanyakan?
Keluarga : Tidak ada sus, saya sudah memahaminya
Perawat : Untuk selanjutnya saat dirumah, ibu dan keluarga yaa yang
mengawasi dan mengingatkan klien untuk melakukan hal
seperti mengalihkan situasi, teknik nafas dalam serta teknik
lima jari ya buk untuk mengurangi ansietas atau kecemasan
pada klien?
Keluarga : Baik sus terimakasih atas penjelasan yang diberikan.
Perawat : baik bu sama-sama.

61
62
BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan
Ansietas adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau ketakutan yang disertai dengan ketidakpastian,
ketidakberdayaan, isolasi, dan ketidakamanan. Penyebab dari ansietas adalah
dari respon fisiologis, perilaku, kognitif, dan efektif. Ansietas memiliki
tingkatan, yaitu cemas ringan, sedang, berat dan panik. Terdapat beberapa
penatalaksanaan ansietas yaitu pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius. Diagnosa keperawatan adalah ansietas berhubungan dengan
koping individu tidak efektif , Ansietas berhubungan dengan Tidak efektifnya
koping keluarga, Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi
berhubungan dengan Ansietas, Resiko gangguan proses fikir : Waham
berhubungan dengan Ansietas.

5.2 Saran
Sebagai seorang perawat sebaiknya dalam menghadapi pasien jiwa lebih
bersabar dan waspada serta disarankan agar adanya asuhan keperawatan pada
keluarga, konseling atau pendidikan kesehatan terkait stigma yang terjadi
diantara keluarga yang mempunyai penderita gangguan jiwa sehingga
keluarga berguna untuk pengetahuan keluarga dan mengerti dalam sikap yang
akan diambil dalam tindak lanjut pengobatan pda keluarga yang sakit. Selain
itu, perlu dukungan dari berbagai pihak terutama dari petugas kesehatan dan
keperawatan dimasyarakat untuk tetap memberi samngat pada keluarga yang

63
mempunyai gangguan jiwa agar tetap sabar dan berusah untuk menrima
kondisinya sehinga tetap memiliki semangat dalam memberi pengobatan pada
keluarga yang sakit. Perawat sebaiknya memberi asuhan yang baik kepada
pasien jiwa serta memberi edukasi dan dukungan untuk keluarga agar selalu
untuk memotivasi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil, I. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia
(Lansia). Konselor, 5(2), 93. https://doi.org/10.24036/02016526480-0-00
Maya, D. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny . R dengan Prioritas Masalah
Kebutuhan Dasar Gangguan Nutrisi pada Ibu Hamil Trimester I di
Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.

64

Anda mungkin juga menyukai