Disusun Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Askep Sehat Mental Pada
Dewasa Lanjut. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ssemua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas patofisiologi ini.
kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada tugas ini. oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun
kami. kritik dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tentang tugas
askep sehat mental pada dewasa lanjut.
Selanjutnya akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat bagi kita sekalian.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang................................................................................................................1
b. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
c. Tujuan.............................................................................................................................2
a. PengertianDewasa lanjut.................................................................................................3
a. Kasus...............................................................................................................................9
b. Pengkajian......................................................................................................................9
ii
c. Data Fokus.....................................................................................................................10
c. Analisa data....................................................................................................................11
d. Diagnosa keperawatan...................................................................................................12
e. Perencanaan...................................................................................................................13
f. Implementasi..................................................................................................................15
g. Evaluasi.........................................................................................................................18
h. Skrip Roleplay…………………………………………………………………………21
BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan .....................................................................................................................23
b.Saran.................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang indvidu dapat berkembang secara
fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu
memberikan konstribusi untuk komunitasnya (UU RI nomor 18 tentang kesehatan jiwa).
Menurut Keliat (2014), kesehatan jiwa suatu kondisi mental sejahtera yang harmonis dan
produktif dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu menghadapi
stress kehidupan dengan wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima
dengan baik apa yang ada pada dirinya dan merasa nyaman dengan orang lain.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan.
4. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan fisik pada masa dewasa terjadi lanjut.
5. Untuk mengetahui apa saja perkembangan kognitif pada masa dewasa lanjut
6. Untuk Mengetahui saja perkembangan sosial - emosianal pada masa dewasa lanjut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk menghasilkan dan stagnansi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan
dominan. Menurut Erikson, (dalam Santrock, 2002) pada masa usia madya orang
akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak
mengerjakan sesuatu apapun lagi.
4
Tugas yang penting dalam kategori ini meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan oangtua yang lanjut usia,
dan membantu anak remaja untuk menjadi untuk menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia.
Hipertensi (tekanan darah yang tinggi secara kronis) perlu diperhatikan dari usia
pertengahan pada faktor risiko penyakit jantung dan penyakit ginjal. Prevalensi
hipertensi di Amerika Serikat meningkat 30 persen pada dekade terakhir, untuk
semua waktu dengan catatan tertinggi. Sekarang, memengaruhi hampir 30 persen
orang dewasa, dan prevalensinya meningkat sejalan dengan usia. Orang yang
banyak mengonsumsi protein dan sayuran cenderung memiliki tekanan darah
rendah. Ketidaksabaran dan kemarahan meningkatkan risiko terjadi hipertensi
jangka panjang. Hipertensi dapat dikontrol melalui pemeriksaan tekanan darah,
diet garam rendah, dan pengobatan (medikasi), tetapi hanya 73,5 persen orang
dewasa usia menengah (usia baya) dengan hipertensi rentan terhadap kondisi ini,
hanya 61 persen di bawah penanganan, dan hanya 40,5 persen berada pada
kondisi di bawah pengawasan (Papalia, Olds, & Feldman, 2009).
Kegiatan pada usia dewasa madya dapat meningkatkan kesempatan untuk tetap
gesit di usia tua. Selanjutnya, kegiatan fisik juga membantu menghambat
mortalitas (kematian). Diantara 9,824 sampel orang dewasa Amerika Serikat yang
berusia 51 hingga 61 tahun pada tahun 1992, beberapa orang yang melakukan
latihan sedang rutin atau latihan giat sekitar 35 persen kemungkinan jarang
5
meninggal dunia pada periode delapan tahun ke depan dibandingkan dengan
beberapa orang dengan gaya hidup tidak sehat. Beberapa orang dengan faktor
risiko jantung, seperti merokok, kencing manis (diabetes), tekanan darah tinggi,
dan riwayt penyakit pembuluh koroner, memperoleh manfaat dari olahraga secara
fisik. Sedikitnya, latihan 72 menit setiap minggu secara signifikan dapat
meningkatkan kebugaran pada wanita dengan kehidupan menetap sebelumnya
(Papalia et al, 2009).
6
terutama pada masa dewasa akhir, dapat ditingkatkan kembali melalui serangkaian
pelatihan (Desmita, 2006).
a. Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain
dan membagi pengalaman dengan mereka. Orang yang tidak dapat menjalin
hubungan intim dengan orang lainakan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan
hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang
memasuki masa dewasa.
Dalam suatu studi ditunjukkan bahwa hubungan intim mempunyai pengaruh yang
besar terhadap perkembangan psikologis dan fisik seseorang. Orang-orang yang
mempunyai tempat untuk berbagi ide, perasaan dan masalah, merasa lebih
bahagia dan lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki tempat
untuk berbagi (Traupmann & Hatfield, 1981 dalam Desmita, 2006).
b. Generativitas
Generativitas (generativity) adalah tahap perkembangan psikososial ke tujuh yang
dialami individu selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap generativitas
7
adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk-produk, ide-
ide, dan sebagainya).Serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman
untuk generasi mendatang. Transmisi nilai-nilai sosial ini diperlukan untuk
memperkaya aspek psikoseksual dan aspek psikososial kepribadian.Apabila
generativitas lemah atau tidak diungkapkan, maka kepribadian akan mundur,
mengalami pemiskinan dan stagnasi.
Apa yang disebut Erikson dengan generativitas pada masa setengah baya ini ialah
suatu rasa kekhawatiran mengenai bimbingan dan persiapan bagi generasi yang
akan datang. Pemeliharaan terungkap dalam kepedulian seseorang pada orang-
orang lain, dalam keinginan memberikan perhatian pada mereka yang membutuh
kannya serta berbagi dan membagi pengetahuan serta pengalaman dengan
mereka. Nilai pemeliharaan ini tercapai lewat kegiatan membesarkan anak,
mengajar, memberi contoh dan mengontrol.Manusia sebagai suatu spesies
memiliki kebutuhan inheren untuk mengajar, suatu kebutuhan yang dimiliki oleh
semua orang dalam setiap bidang pekerjaan.
Perasaan puas pada tahapan ini timbul dengan menolong anak menjadi dewasa,
mengajarr orang-orang dewasa lain, menyediakan bantuan yang diperlukan orang
lain, serta menyaksikan bahwa sumbangan yang mereka berikan kepada
masyarakat memiliki manfaat.Aktivitas ini merupakan penting untuk
menimbulkan perasaan bahwa diri mereka berarti.Perasaan putus asa mungkin
timbul dari adanya kesadaran bahwa ia merasa belum mencapai tuuan yang
dicanangkan semasa muda atau kesadaran bahwa apa yang dilakukan tidak begitu
berarti.Menurut hasil penelitian Bernice Neugarden (dalam Desmita, 2006), orang
dewasa yang berusia antara 40, 50 dan awal 60 tahun adalah orang-orang yang
mulai suka melauan introspeksi diri dan banya merenungkan tentang apa yang
sebetulnya sedang terjadi di dalam dirinya. Banyak di antara mereka yang berpikir
untuk “berbuat sesuatu dalam sisa waktu hidupnya”.
8
BAB III
Asuhan Keperawatan
KASUS
Tn. T 50 tahun diantar keluarganya ke RSJ Pesawaran. Alasan masuk RSJ yaitu klien
menyendiri, tidak mau makan, sedih, menolak berinteraksi dengan orang lain . Keluarga klien
mengatakan bahwa prilaku klien berubah semenjak ia berhenti bekerja. Saat dilakukan
pengkajian klien terlihat menghindar dan mengatakan tidak mempunyai tujuan, klien putus asa.
Klien selalu melamun, klien juga suka menilai dirinya tidak berharga, berbicara pelan dan lirih,
menolak berinteraksi dengan orang lain, dan klien menolak penilaian negative tentang diri
sendiri.
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. T
Usia : 50 tahun
9
Tgl. Pengkajian : 17 September 2021
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : karyawan
Nama : ny. R
Usia : 50 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
3. Pemerikasaan TTV
TD : 110/90 mmHg
Nadi : 60 x / Menit
Respirasi : 20 x / Menit
Suhu : 36 C
TB : 163 cm
BB : 50 Kg
B. Data Fokus
10
DS :
DO :
C. Analisa Data
11
- Klien mengatakan
putus asa
- Klien tidak mau
makan
DO :
Klien selalu
melamun.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial bd. Ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan dd. Klien ingin
sendiri, Klien mengatakan tidak punya tujuan, Klien nampak sedih dan Wajah datar
2. Keputusasaan bd. Stress jangka panjang dd. Klien mengatakan putus asa, Klien tidak mau
makan dan wajah datar.
E. Rencana Keperawatan
12
yang jelas, sedang (3) melakukan interaksi
- Minat terhadap dengan orang lain
aktivitas, sedang (3) Teraupetik
- Verbalisasi - Motivasi meningkatkan
isolasi,sedang (3) keterlibatan dalam suatu
- Perilaku menarik hubungan
diri,cukup menungkat - Motivasi berpartisipasi
selera(2) dalam aktivitas baru dan
- Efek murung/sedih, kegiatan kelompok
sedang (3) - Motivasi berinteraksi di
Perilaku bertujuan, luar lingkungan
sedang (3) Edukasi
- Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
- Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
2. Keputusasaan Setelah dilakukan asuhan Promosi Harapan ( I.09307 )
( D. 0088 ) keperawatan selama 3 x 24 Observasi
jam keputusasaan teratasi - Identifikasi harapan pasien
sebagian dengan kriteria dan keluarga dalam
hasil : pencapaian hidup
- Selera makan, cukup Terapeutik
meningkat (4) - Sadarkan bahwa kondisi
- Minat komunikasi yang dialami memiliki
verbal, cukup menurun nilai penting
(2) - Pandu mengingat kembali
13
Efek datar, sedang (3) kenangan yang
menyenangkan
- Kembangkan perencanaan
perawatan yang
melibatkan tingkat
pencapaian tujuan
sederhana sampai dengan
kompleks
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
- Anjurkan
mempertahankan
hubungan terapeutik
dengan orang lain
- Latih menyusun tujuan
yang sesuai dengan
harapan
Latih cara mengenang dan
menikmati masalalu
( pengalaman )
F. Implementasi
14
September penyebab isolasi sosial
2021 2. Mengajarkan klien berinteraksi
secara bertahap
3. Melatih klien berkenalan
2. Minggu, 19 Keputusasaan 1. Membina hubungan saling percaya
September 2. Memberi kesempatan bagi klien
2021 untuk mengungkapkan perasaan
sedih
3. Membantu klien mengidentifikasi
tingkah laku yang mendukung putus
asa
G. Evaluasi
15
Lanjutkan intervensi
2. Minggu, 19 Keputusasaan S:
September Klien mengatakan putus asa
2021 O:
Klien terlihat sedih ketika ditanya
mengenai masalhnya
A:
masalah klien belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Minggu, 19 Keputusasaan S:
september Klien mampu mebgungkapkan
2021 perasaan nya
Pukul 13.00 O:
Wib Klien Klien terlihat tidak sedih lagi
A:
masalah teratasi
P:
Hentikan Intervennsi
16
H. Skrip Roleplay
FASE ORIENTASI
Perawat : Baik, Perkenalkan nama saya perawat saftalia saya senang di panggil perawat lia,bpk
namanya siapa ? dan bpk senang di panggil apa ya pak ?
17
Perawat : Baik , Disini kita akan berbincang bincang sedikit ya pak, kita akan melakukan
perbincangan ini sekitar 30 menit dan kita akan melakukannya di ruangan ini, Apakah bpk
bersedia ?
Pasien : Bersedia.
Perawat : Bpk jangan takut ya, bpk tenang saja perbincangan kita hanya kita yang
mengetahuinya dan saya akan merahasiakan isi perbincangan kita (senyum).
Perawat : Bpk bagaimana perasaan Bpk saat berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di
sekitar Bpk sekarang ?
Pasien : saya merasa tidak punya tujuan , saya putus asa , saya seperti tidak berharga.
Perawat : Paaak,, kenapa Bpk menolak berinteraksi dengan orang lain pak ?
Perawat : Pak mulai sekarang coba bpk mulai berkomunikasi dengan orang-orang yang bertanya
dan ingin berbincang dengan bpk yaa,, disini masih ada keluarga bpk yang menyayangi bpk,
bapak ingat ya bahwa bapak masih mempunyai istri bapak yang sangat peduli dengan bapak,, itu
artinya bapak sangat berharga ya pak.. bapak harus semangat,bapak tidak boleh putus asa.
(senyum).
Pasien : iya sus saya masih mempunyai keluarga dan istri saya.
Perawat : nah betul sekali, jadi bapak jangan merasa tidak berguna lagi ya pak, jika bapak mau
berbincang dengan orang-orang yang ada di sekitar bapak nanti bapak akan banyak teman
kembali dan bisa jadi ada salah seorang teman bapak menawarkan pekerjaan baru untuk bapak,,
Pasien : baik sus saya akan coba tapi saya belum berani banyak bicara ya sus.
18
Perawat : tidak apa-apa pak, setidaknya bapak sudah berusaha, ingat masih banyak yg peduli
dengan bapak ya(senyum).
19
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa ini,ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal,aspek-aspek
lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai
menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran. Aspek-aspek jasmaniah
lamban,berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis ( intelektual –
social emosional - nilai ) masih terus berkembang,walaupun tidak dalam bentuk
penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan
kualitas. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal
fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia
setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu
bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran.
B. Saran
Penyusun tahu bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat makalah yang
lebih baik untuk kedepannya.
21
Daftar Pustaka
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1190/4/12.860.0183_file4.pdf
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1970/5/128600385_file5.pdf
http://meity.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/68481/Usia+Madya.pdf
22