Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN DENGAN HIPERTENSI

Oleh :

PUTU INDAH PRAPTIKA SUCI


NIM.P07120216002
III. A / DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


KOMPLEMENTER PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI
A. KONSEP DASAR HIPERTENSI
1. Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan
darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan
diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.
Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2011).
Menurut Hayens (2008), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam
pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam
proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan
ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan
darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
2. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah arteri yang peristen. Hipertensi
atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Menurut WHO (World
Health Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah
120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi, seseorang disebut
mengidap hipertensi bila tekanan darahnya selalu terbaca di atas 140/90 mmHg.
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyararakat yang serius, karena jika tidak
terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke
(pendarahan otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal.
3. Penyebab Hipertensi
Secara umum hipertensi disebabkan oleh :
a. Asupan garam yang tinggi
b. Strees psikologis
c. Faktor genetik (keturunan)
d. Kurang olahraga
e. Kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok dan alcohol
f. Penyempitan pembuluh darah oleh lemak/kolesterol tinggi
g. Peningkatan usia
h. Kegemukan
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Hipertensi primer disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu : genetic, lingkungan,
hiperaktifitas saraf simpatis sistem rennin. Anglotensin dan peningkatan
Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan resiko : obesitas,
merokok, alcohol dan polisitemia.
b. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing
dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :
a. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolic sama dengan atau lebih besar dari 90 mmHg.
b. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun
1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi.
e. Meningkatnya resisten pembuluh darah perifer

4. Tanda dan Gejala dari Hipertensi


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang
memeriksa. Hali ini berari hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa
jika tekanan arteri tidak terukur
b. Gejala yang lazim
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual
6) Muntah
7) Kesadaran menurun
8) Mimisan
5. Klasifikasi Hipertensi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2 kali
pengukuran pada masing – masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi tekanan
darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:

Kategori
Kategori
Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Dan/atau Diastolik (mmHg)
( JNC VII)
( JNC VII)
Normal Optimal < 120mmHg Dan < 80 mmHg
Pre
_ 120 – 139 mmHg Atau 80 – 89 mmHg
Hipertensi
_ Normal < 130 mmHg Dan < 85mmHg
_ Normal Tinggi 130 – 139 mmHg Atau 85 – 89 mmHg
Hipertensi Hipertensi
Derajat I Derajat 1 140 – 159 mmHg Atau 90 – 99 mmHg
Derajat II _ >160 mmHg Atau > 100 mmHg
_ Derajat 2 160 – 179 mmHg Atau 100 – 109 mmHg
_ Derajat 3 >180 mmHg Atau > 110 mmHg

6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui
terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting
enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada
ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume
cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari
bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting
pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Anggraini, Waren, et. al. 2009).

7. Pathway
8. Faktor Risiko Hipertensi pada Lansia
Hipertensi merupakan salah satu gangguan pada sistem kardiovaskular yang
sering sekali terjadi pada lansia. Dengan bertambahnya usia, jantung serta
pembuluh darah akan mengalami beberapa perubahan struktur dan fungsi. Salah
satu perubahan fungsional terkait dengan pembuluh darah adalah meningkatnya
tekanan sistolik yang akan terjadi secara progresif. Menurut American Heart
Association nilai sistolik 160 mmHg merupakan batas normal tertinggi untuk
lansia. Sedangkan menurut International Society of Hypertension (ISH) tekanan
sistolik diatas 140 mmHg sudah dapat dikatakan sebagai hipertensi derajat I.
Faktor risiko hipertensi secara umum terbagi menjadi dua, yakni faktor yang
tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat
dimodifikasi adalah umur serta genetik, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
adalah pola makan, aktivitas dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan terlebih
dahulu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
a. Umur
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli menunjukkan
bahwa semakin tua seseorang maka risiko mengalami hipertensi akan semakin
tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan elastisitas pembuluh darah
arteri seiring dengan pertambahan umur. Hipertensi bisa dijumpai pada semua
usia, namun paling sering ditemukan pada usia 35 tahun atau lebih dan
meningkat ketika menginjak usia 50 dan 60 tahun. Selain itu pada wanita
menopause akan lebih berisiko mengalami hipertensi. Walaupun belum dapat
dibuktikan dalam penelitian, namun hormon estrogen diperkirakan dapat
meningkatkan konsentrasi HDL dan menurunkan LDL yang dapat
menurunkan risiko terjadi hipertensi.
b. Genetik
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor resiko hipertensi yang
tidak dapat dimodifikasi dan telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian
oleh beberapa ahli. Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika
salah satu dari orang tua kita mempunyai hipertensi, sepanjang hidup kita
mempunyai 25% kemungkinan terkena pula. Jika kedua orang tua kita
mempunyai hipertensi, kemungkinan terkena penyakit tersebut 60% (Sheps,
2005). Selain itu peran faktor genetic juga dapat dibuktikan dengan
ditemukannya kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada kembar monozigot
daripada heterezigot.
Selain dua faktor risiko di atas terdapat pula beberapa faktor risiko lain
yang dapat dimodifikasi, antara lain:
c. Merokok
Sampai sekarang merokok merupakan satu-satunya faktor risiko paling
penting yang dapat menyebabkan hipertensi pada lansia. Kandungan-
kandungan berbahaya yang terdapat dalam rokok dapat menyebabkan banyak
sekali kerugian pada tubuh, diantaranya adalah; menurunkan kadar HDL,
meningkatkan adhesivtas trombosit dan kadar fibrinogen, mengganti oksigen
dengan karbon dioksida pada molekul hemoglobin, serta meningkatkan
konsumsi oksigen di miokardium. Oleh karena itu sangatlah penting untuk
memberikan penjelasan kepada lansia tentang keuntungan yang dapat
diperoleh dengan berhenti merokok serta kerugian-kerugian yang akan di
dapat apabila tetap mengkonsumsi rokok tersebut.
d. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol pada lansia akan secara alami meningkat seiring
dengan bertambahnya usia. Selain itu hiperlipidemia juga berkaitan dengan
konsumsi lemak jenuh yang erat kaitannya dengan peningatan berat badan dan
nantinya akan menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Peningkatan LDL
dan penurunan HDL adalah tanda yang penting untuk penyakit arteri koroner
atau aterosklerosis berkaitan dengan kenaikan tekanan darah baik pada pria
maupun wanita.
e. Diabetes melitus dan Obestitas
Diabetes merupakan penyakit kronik yang menjadi faktor risiko
independen untuk hipertensi. Ketika viskositas darah meningkat maka
tekanan darahpun akan ikut meningkat. Lansia yang mengalami diabetes
biasanya diikuti dengan obesitas. Penurunan berat badan pada lansia akan
sangat bukan hanya untuk diabetes namun untuk hipertensi dan
hiperlipidemia yang menyertainya.
f. Gaya hidup
Aktivitas fisik yang menurun pada lansia dapat pula menjadi faktor
risiko terjadinya hipertensi. Dengan penurunan aktivitas fisik ini maka tonus
otot akan mengalami kehilangan masa otot tak berlemak yang akan digantikan
dengan jaringan lemak yang akan mengakibatkan penigkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Aktivitas fisik yang cukup juga akan menjaga berat badan
yang ideal. Selain itu stress dapat pula berpengaruh pada hipertensi maka gaya
hidup sehat sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko hipertensi
g. Diet tinggi garam
Berdasarkan penelitian Radecki Thomas E J.D. Orang yang memiliki
kebiasaan konsumsi tinggi garam akan memiliki risiko hipertensi sebesar
4.35%. Garam yang memiliki sifat menarik air, akan menyebabkan
peningkatan volume plasma dan tekanan darah. Lansia dan ras Afrika
Amerika mungkin memiliki sensitivitas tinggi terhadap intake sodium
terhadap perkembangan hipertensi (Vollmer et a., 2001 dalam Miller ).
Selain faktor-faktor diatas terdapat pula peningkatan konsumsi kafein
yang dapat menjadi faktor risisko terjadinya hipertensi. Meskipun tidak
signifikan kafein dan alcohol akan meningkatkan aktivitas saraf simpatis yang
dapat merangsang sekresi corticotrophin realizing hormone (CRH) yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
Hipertensi pada lansia dapat mengakibatkan timbulnya asma dan
kencing manis serta pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi
kelumpuhan, kesulitan berbicara sampai kematian.
9. Pencegahan Hipertensi
Ada tiga cara untuk mencegah hipertensi, yaitu :
a. Pencegahan dengan pola hidup sehat
Menerapkan pola hidup yang sehat dalam keseharian kita sangat
penting dalam pencegahan hipertensi. Sebaliknya pola hidup yang tidak sehat
beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi.
Termasuk dalam pola hidup yang tidak sehat misalnya merokok,
minum alkohol, suka makan enak alias banyak mengandung kolesterol,
makanan yang gurih dengan kadar garam berlebih, minuman berkafein, dll.
Sementara pada saat yang sama kurang berolahraga atau kurang beraktifitas,
sering stress, minim air putih, serta kurang makan buah dan sayuran.
b. Pencegahan dengan medical check up
Mengunjungi seorang dokter atau tenaga para medis, jangan selalu
diartikan mau berobat. Bisa juga dalam rangka pencegahan satu penyakit,
misalnya pencegahan hipertensi. Itulah yang disebut pencegahan /
pemeriksaan secara medis (medical check up).
Orang yang rentan terhadap hipertensi, baik karena faktor keturunan
atau pun gaya hidup, sebaiknya rajin memeriksakan diri tekanan darahnya ke
dokter atau tenaga medis lain. Sebab, darah tinggi atau hipertensi bila tidak
segera diatasi adalah pra kondisi bagi penyakit lain yang lebih serius. Dengan
demikian, mencegah darah tinggi berarti pula mencegah diri kita dari penyakit
lain. Jika dalam pemeriksaan ditemukan tanda atau gejala hipertensi, seorang
dokter akan memberikan advise penanganannya. Sebaliknya jika tidak berarti
ditemukan gejala apapun.
c. Pencegahan dengan cara tradisional
Indonesia adalah negara yang kaya dengan tanaman obat tradisional.
Beberapa diantara tanaman tradisional (serta hasilnya) yang bisa menurunkan
tekanan darah misalnya : bayam, biji bungan matahari, kacang-kacangan, dark
coklat, pisang, kedelai, kentang, alpukat, mentimun, bawang putih, daun
seledri, belimbing, pace atau mengkudu, pepaya, selada air, cincau hijau dan
lain-lain. Beberapa tanaman diantaranya sudah diteliti dan diuji secara medis,
seperti :
1) Melon
Buah melon yang kaya kandungan nutrisi bisa digunakan untuk
membantu tekanan darah penderita hipertensi. Kandungan asam amino
(citruline) yang terdapat pada buah melon bisa membantu mengatasi
masalah tekanan darah tinggi. Asam amino (citruline) dapat memproduksi
asam amino argine yang berguna untuk meningkatkan aliran darah, serta
bekerja sebagai stimulator yang bisa membantu memperlebar pembuluh
darah.
2) Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya
melindungi Anda dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi
tekanan darah. Selain itu, kandungan folat dalam bayam dapat melindungi
tubuh dari homosistein yang membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian
telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi asam amino (homosistein) dapat
menyebabkan serangan jantung dan stroke.

3) Biji bunga matahari.


Kandungan magnesiumnya sangat tinggi dan biji bunga matahari
mengandung pitosterol, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam
tubuh. Kolesterol tinggi merupakan pemicu tekanan darah tinggi, karena
dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Tapi, pastikan
mengonsumsi kuaci segar yang tidak diberi garam.
4) Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah
mengandung magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif
menurunkan tekanan darah tinggi.
5) Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat
tekanan darah lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi
yang bermanfaat mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan
bahwa satu pisang sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah
tinggi.
6) Kedelai
Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi
kesehatan. Salah satunya adalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan
darah tinggi. Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi
kesehatan.
7) Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak
sehat. Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat
tinggi yang sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
8) Cokelat pekat (dark chocolate)
Karena kandungan flavonoid dalam cokelat dapat membantu
menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat oksida.
Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih
relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.
9) Avokad
Asam oleat dalam avokad, dapat membantu mengurangi kolesterol.
Selain itu, kandungan kalium dan asam folat, sangat penting untuk
kesehatan jantung.
Selain dengan tanaman obat tradisional, cara tradisional lain yang juga
dapat menurunkan tekanan darah, sekaligus pencegahan hipertensi,
misalnya terapi bekam. Bekam merupakan cara tradisional yang sudah
sangat terkenal, dan bermanfaat untuk pencegahan berbagai macam
penyakit

10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera seperti :
1) Darah : rutin, BUN, creatinin, elektrolik.
2) Urine : Urinelisa dan kultur urine.
3) EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi.
4) Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana).
b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama) :
1) Kemungkinan kelainan renal: IVP, Renald angiography (kasus tertentu),
biopsi renald (kasus tertentu).
2) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi : Spinal tab,
CAT Scan.
3) Bila disangsikan Feokhromositoma: urine 24 jam untuk Katekholamine,
metamefrin, venumandelic Acid (VMA). (Brooker,2001)
11. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Smeltzer & Bare (2001), mengemukakan bahwa tujuan dari tiap
program penanganan atau penatalaksanaan pasien hipertensi adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Menurut Kurniawan
(2006), penatalaksanaan pasien hipertensi dapat dilakukan dengan dua pendekatan
yaitu secara nonfarmakologis dan farmakologis :
a. Penatalaksanaan non-farmakologis
Menurut Dalimartha (2008) terapi nonfarmakologis yang dapat
dilakukan pada penderia hipertensi adalah terapi diet, olahraga, dan berhenti
merokok :
1) Terapi diet
(a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 gr garam
dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan garamnya
tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan makanan
yang mengandung ikatan natrium.Tujuan diet rendah garam adalah
untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air dalam jaringan
tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun rendah
garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah
komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin yang seimbang. Menurut
Dalimartha (2008) diet rendah garam penderita hipertensi dibagi
menjadi 3 yaitu diet garam rendah I, diet garam rendah II dan diet
garam rendah III :
a) Diet garam rendah I (200-400 mg Na)
Diet garam rendah I diberikan kepada pasien dengan edema, asites
dan / atau hipertensi berat. Pada pengolahan makanannya tidak
ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan makanan yang tinggi
kadar natriumnya.
b) Diet garam rendah II (600-800 mg Na)
Diet garam rendah II diberikan kepada pasien dengan edema,
asites, dan / atau hipertensi tidak berat. Pemberian makanan sehari
sama dengan diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya
boleh menggunakan ½ sdt garam dapur. Dihindari bahan makanan
yang tinggi kadar natriumnya.
c) Diet garam rendah III (1000 – 1200 mg Na)
Diet garam rendah III diberikan kepada pasien dengan edema dan
atau hipertensi ringan. Pemberian makanan sehari sama dengan
diet garam rendah I. Pada pengolahan makanannya boleh
menggunakan 1 sdt garam dapur.
(b) Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol
darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang terlalu tinggi
dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding
pembuluh darah. Lama-kelamaan jika endapan kolesterol bertambah
akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah.
Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet lemak antara lain sebagai berikut :
a) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin, dan mentega,
terutama makanan yang digoreng dengan minyak
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis jeroan lainnya serta
sea food (udang, kepiting), minyak kelapa,dan santan
c) Gunakan susu skim untuk pengganti susu full cream
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir seminggu
(c) Makan banyak buah dan sayuran segar
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan
mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat
membantu menurunkan tekanan darah yang ringan. Peningkatan
masukan kalium (4,5 gram atau 120-175 mEq/hari) dapat memberikan
efek penurunan darah. Selain itu, pemberian kalium juga membantu
untuk mengganti kehilangan kalium akibat dari rendahnya natrium.
(d) Olahraga
Peningkatan aktivitas fisik dapat berupa peningkatan kegiatan
fisik sehari-hari atau berolahraga secara teratur. Manfaat olahraga
teratur terbukti bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi
risiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal jantung,
dan penyakit pembuluh darah lainya.
(e) Berhenti merokok
Merokok merangsang sistem adrenergik dan meningkatkan
tekanan darah. Berdasarkan penelitian bahwa ada hubungan yang
linear antara jumlah alkohol yang diminum dengan laju kenaikan
tekanan sistolik arteri.
b. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis untuk hipertensi adalah pemberian
antihipertensi. Tujuan terapi antihipertensi adalah mencegah komplikasi
hipertensi dengan efek samping sekecil mungkin. Obat yang ideal adalah obat
yang tidak mengganggu gaya hidup/menyebabkan simptomatologi yang
bermakna tetapi dapat mempertahankan tekanan arteri terkendali. Penurunan
tekanan arteri jelas mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat stroke,
gagal jantung, meskipun terapi terhadap hipertensi ringan dengan obat belum
memperlihatkan banyak harapan dalam mengurangi risiko penyakit koroner.
Jenis obat antihipertensi yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
1) Diuretika
Diuretika adalah obat yang memperbanyak kencing, mempertinggi
pengeluaran garam (NaCl). Obat yang sering digunakan adalah obat yang
daya kerjanya panjang sehingga dapat digunakan dosis tunggal,
diutamakan diuretika yang hemat kalium. Obat yang banyak beredar
adalah Spironolactone, HCT, Chlortalidone dan Indopanide.
2) Alfa-blocker
Alfa-blocker adalah obat yang dapat memblokir reseptor alfa yang
menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnnya tekanan darah. Karena
efek hipotensinya ringan sedangkan efek sampingnya agak kuat (hipotensi
ortostatik dan takikardi) maka jarang digunakan. Obat yang termasuk
dalam Alfa-blocker adalah Prazosin dan Terazosin.
3) Beta-blocker
Mekanisme kerja obat Beta-blocker belum diketahui dengan pasti.
Diduga kerjanya berdasarkan beta blokade pada jantung sehingga
mengurangi daya dan frekuensi kontraksi jantung. Dengan demikian,
tekanan darah akan menurun dan daya hipotensinya baik. Obat yang
terkenal dari jenis Beta-blocker adalah Propanolol, Atenolol, Pindolol dsb.
4) Obat yang bekerja sentral
Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan non adrenalin
sehingga menurunkan aktivitas saraf adrenergic perifer dan turunnya
tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu memperhatikan efek hipotensi
ortostatik. Obat yang termasuk dalam jenis ini adalah Clonidine,
Guanfacine dan Metildopa.
5) Vasodilator
Obat vasodilator mempunyai efek mengembangkan dinding arteriole
sehingga daya tahan perifer berkurang dan tekanan darah menurun. Obat
yang termasuk dalam jenis ini adalah Hidralazine dan Ecarazine.
6) Antagonis kalsium
Mekanisme antagonis kalsium adalah menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot polos pembuluh darah dengan efek vasodilatasi
dan turunnya tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal
adalah Nifedipine dan Verapamil.
7) Penghambat ACE
Obat penghambat ACE ini menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat Angiotensin converting enzim yang berdaya vasokontriksi
kuat. Obat jenis penghambat ACE yang popular adalah Captopril
(Capoten) dan Enalapril.
I. Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional.
Terapi Komplementer sendiri merupakan metode penyembuhan yang caranya
berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan obat
kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi
modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan
keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress.
Terapi komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan terapi
utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan
kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan
komplementer tradisional – alternatf adalah pengobatan non konvensional yang
ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliput upaya
promotf, preventf, kuratf dan rehabilitatf yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektfitas yang tnggi berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam
penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan
konvensional dengan tenaga pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan
lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer
tradisional – alternatf.
Selain itu menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan
komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara
yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya,
jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
II. Pencegahan Penyakit Dan Penanganan Masalah Kesehatan Dengan Teknik
Komplementer (Akupresur)
Salah satu teknik untuk melancarkan energi vital adalah dengan akupresur ,
yaitu : menekan titik tertentu (yang dikenal dengan nama acupoint) dengan
menggunakan telunjuk maupun ibu jari untuk menstimulasi aliran energi di meridian.
Acupoint terletak di seluruh tubuh, dekat dengan permukaan kulit dan terhubung satu
sama lain melalui jaringan yang komplek dari meridian. Setiap acupoint mempunyai
efek khusus pada sistem tubuh, atau organ tertentu. Menstimulasi dan memijat secara
lembut titik tersebut akan terjadi perubahan fisiologi tubuh dan akan mempengaruhi
keadaan mental dan emosional.
Acupoint ini merupakan titik yang sensitif dan mempunyai efek tertentu yang
terletak di sepanjang meridian akupuntur. Saat ini lebih dari 360 acupoint di meridian
seluruh tubuh dan sekarang banyak lagi ditemukan titik-titik tambahan.
Acupoint ini mungkin terletak sedikit dalam, di antara tulang, otot, atau
tendon. Dengan latihan yang sering dan teratur akan semakin sensitif dan rasa percaya
diri akan bertambah. Semakin sering melakukan latihan, akan semakin mudah untuk
menemukan lokasi acupoints.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI


1. Pengkajian
a. Pengkajian Pasien
1) Identitas Pasien
2) Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
3) Aktivitas Rekreasi
4) Riwayat Keluarga
b. Pola Kebiasaan Sehari-hari (Virginia Handerson)
Menurut teori Virginia Henderson, pengkajian terhadap kebutuhan
pasien dapat dilakukan diantaranya dari segi:
1) Bernafas
Pada saat pengkajian, pada umumnya pasien mengeluh sulit bernafas.
2) Makan
Pada saat pengkajian pola makan biasanya pasien mengeluh mual .
3) Minum
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
4) Eliminasi BAB & BAK
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengeluhkan gangguan.
5) Gerak aktivitas
a) Kemampuan ADL :
(1) Kemampuan untuk makan
(2) Kemampuan untuk mandi
(3) Kemampuan untuk toileting
(4) Kemampuan untuk berpakaian
(5) Kemampuan untuk instrumentalia
b) Kemampuan mobilisasi:
Pada saat pengkajian, pasien biasanya mampu mengubah posisi d
itempat tidur, mampu duduk di tempat tidur, namun ketika pasien
berdiri dan berpindah pasien merasakan pusing.
6) Istirahat tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan tidur akibat nyeri dada, sesak, dan
pusing yang dirasakannya.
7) Pengaturan suhu tubuh
Pada saat pengkajian suhu tubuh pasien biasanya berada dalam rentang
normal yaitu 36o C - 37° C.
8) Kebersihan diri
Pada saat pengkajian, pasien biasanya tidak mengalami masalah/ keluhan
kebersihan diri.
9) Rasa nyaman
Pada saat pengkajian, biasanya pasien mengatakan sakit pada bagian
kepala, nyeri pada dada, merasa sesak, serta kesemutan pada ekstremitas.
10) Rasa aman
Pada saat pengkajian pasien biasanya gelisah atau cemas dengan raut
wajah pasien tampak tidak tenang.
11) Sosial
Pada umumnya pasien tidak mengalami gangguan komunikasi atau
hubungan social dengan lingkungan sekitarnya.
12) Pengetahuan belajar
Meliputi kemampuan pasien dalam menerima informasi tentang
penyakitnya, serta nasihat-nasihat yang diberikan oleh perawat atau dokter,
berhubungan dengan penyakitnya.
13) Rekreasi
Pada umumnya pasien lebih banyak beristirahat di rumah atau fasilitas
kesehatan, dengan memanfaatkan fasilitas TV sebagai hiburan atau
berkumpul bersama keluarga. Pada pasien hipertensi ringan biasanya
dianjurkan untuk melakukan latihan fisik seperti lari, jogging, jalan santai
atau bersepeda dan bersenang-senang. Pasien juga dianjurkan untuk
melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan.

14) Spiritual
Pada umumnya, pasien tidak memiliki masalah dalam spiritual.
15) Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
Pada umumnya pasien hipertensi mengeluh nyeri kepala dan kelelahan.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan pengobatan yang tidak
terkontrol dan tidak berkesinambungan .Adanya riwayat penyakit
ginjal dan adrenal.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
TTV, BB, GCS
2) Keadaan Umum : lemah
Kesadaran (E:M:V)
TTV, BB/TB
3) Integumen
Kulit lansia keriput ( kerena proses penuaan yang terjadi), kelenturan dan
kelembaban kurang.
4) Kepala
Normal cephali, distribusi rambut merata, beruban, kulit kepala dalam
keadaan bersih, tidak terdapat ketombe ataupun kutu rambut, wajah
simetris, nyeri tekan negatif.
5) Mata
Pasien umumnya mengeluh pandangan kabur.
6) Telinga
Pasien umumnya tidak mengeluhkan gangguan pendengaran yang
berkaitan dengan hipertensi.
7) Hidung dan sinus
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
8) Mulut dan tenggorokan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
9) Leher
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
10) Dada
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
11) Pernafasan
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
12) Kardiovaskular
TD= 160/100 mmHg, Nadi = 88x/menit (nadi teraba cukup kuat). Lansia
biasanya mengeluh dadanya berdebar – debar. Terkadang terasa nyeri
dada.
13) Gastrointestinal
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
14) Perkemihan
Pada umumnya pasien mengalami proteinuria.
15) Genitourinaria
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
16) Muskuloskeletal
Lansia biasanya merasakan kesemutan dan keram pada lutut saat cuaca
dingin sehingga sulit berdiri. Tonus otot berkurang, tulang dada, pipi,
klavikula tampak menonjol, terjadi sarkopenia, ekstremitas atas bawah
hangat.
17) Sistem saraf pusat
Lansia biasanya mengalami sedikit penurunan daya ingat, tidak ada
disorientasi, emisi tenang, siklus tidur memendek.
18) Sistem endokrin
Pada umumnya pasien tidak mengeluhkan gangguan.
19) Nama titik yang bermasalah
Mengkaji titik yang bermasalah sesuai dengan keluhan pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload, vasokonstriksi,
hipertropi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Kelebihan volume cairan
e. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
f. Ketidakefektifan koping
g. Defisiensi pengetahuan
h. Anisetas
i. Resiko cedera

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Penurunan curah NOC NIC
jantung 1. Cardiac Pump Cardiac Care
Effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada
2. Circulation Status 2. Monitor status kardiovaskuler
3. Vital Sign Status 3. Monitor status pernapasan yang
Kriteria Hasil menandakan gagal jantung
1. Tanda vital dalam 4. Monitor abdomen sebagai indikator
rentang normal penurunan perfusi
2. Dapat mentoleransi 5. Monitor adanya perubahan tekanan
aktivitas, tidak ada darah
kelelahan 6. Anjurkan untuk menurunkan stres
3. Tidak ada edema paru, Vital Sign Monitoring
perifer, dan tidak ada 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
asites 2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
4. Tidak ada penurunan 3. Monitor kualitas dari nadi
kesadaran 4. Monitor frekuaensi dan irama
pernapasan
5. Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2. Intoleransi NOC Activity Therapy:
aktivitas 1. Energy Conservation 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
2. Activity Tolerance Rehabilitas Medik dalam
3. Self Care : ADLs merencanakan program terapi yang
tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi
Kriteria Hasil :
aktifitas yang mampu dilakukan
1. Berpartisipasi dalam
3. Bantu untuk mengidentifikasi dan
aktivitas fisik tanpa
mendapatkan sumber yang diperlukan
disertai peningkatan
untuk aktivitas yang diinginkan
tekanan darah, nadi dan 4. Bantu untuk mendapat alat bantu
RR aktivitas seperti kursi roda, krek
5. Bantu untuk mengidentifikasi
2. Mampu melakukan
kekurangan dalam beraktivitas
aktivitas sehari-hari
6. Bantu pasien untuk mengembankan
(ADLs) secara mandiri
motivasi diri dan penguatan
3. Tanda-tanda vital 7. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
normal spiritual
4. Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
5. Status kardiopulmunari
adekuat
6. Sirkulasi status baik
7. Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
3. Nyeri NOC Pain Management
1. Pain Level
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
2. Pain Control
3. Comfort Level komprehensif termasuk lokasi,
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria Hasil :
1. Mampu mengontrol dari faktor presipitasi
2. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri (tahu penyebab
mempengaruhi nyeri seperti suhu
nyeri, mampu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
menggunakan teknik
3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi untuk 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
mengurangi nyeri, (farmakologi, nonfarmakologi, dan
mencari bantuan) interpersonal)
2. Melaporkan bahwa 5. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
6. Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang dengan
7. Monitor penerimaan pasien tentang
menggunakan
manajemen nyeri
manajemen nyeri
Analagesic Administration
3. Mampu mengenali
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
nyeri (skala, intensitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian
frekuensi, dan tanda
obat.
nyeri)
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
4. Menyatakan rasa
dosis, dan frekuensi.
nyaman setelah nyeri
3. Tentukan pilihan analgesik tergantung
berkurang
tipe dan beratnya nyeri
4. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal.
5. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

4. Kelebihan NOC NIC


volume cairan 1. Electrolite and acid Fluid Management
base balance 1. Pertahankan catatan intake dan output
2. Fluid balance yang akurat
3. Hydration 2. Monitor vital sign
Kriteria Hasil 3. Monitor indikasi retensi/kelebihan
1. Terbebas dari edema cairan
2. Memelihara tekanan 4. Kaji lokasi dan luas edema
vena sentral, tekanan 5. Monitor masukan makanan/cairan dan
kapiler paru, output hitung intake cairan kalori
jantung, dan vital sign Fluid Monitoring
dalam batas normal 1. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
3. Terbebas dari cairan dan eliminasi
kelelahan, kecemasan 2. Catat secara akurat intake dan output
atau kebingungan 3. Monitor tanda dan gejala dari oedema
4. Menjelaskan indikator
kelebihan cairan
5. Resiko NOC NIC
ketidakefektifan 1. Circulation status Peripheral Sensation Management
perfusi jaringan 2. Tissue Prefusion : 1. Monitor adanya daerah tertentu yang
otak cerebral hanya peka terhadap
Kriteria Hasil panas/dingin/tajam/tumpul
1. Tekanan sistole dan 2. Monitor adanya paretese
diastole dalam rentang 3. Instruksikan keluarga untuk
normal megobservasi kulit jika ada
2. Tidak ada lesi/laserasi
ortostatikhipertensi 4. Gunakan sarung tangan untuk
3. Tidak ada tanda-tanda proteksi
peningkatan tekanan 5. Batasi gerakan pada kepala, leher, dan
intrakranial (tidak lebih punggung
dari 15 mmHg) 6. Monitor kemampuan BAB
4. Berkomunikasi dengan 7. Kolaborasi pemberian analgetik
jelas dan sesuai 8. Monitor adanya tromboplebitis
kemampuan 9. Diskusikan mengenai penyebab
5. Menunjukkan perhatian, perubahan sensasi
konsentrasi, dan
orientasi
6. Membuat kepeutusan
dengan benar
7. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter
6. Ketidakefektifan NOC NIC
koping 1) Decision making Decision making
2) Role inhasmet 1) Menginformasikan klien alternatif atau
3) Sosial suport solusi lain penanganan
Kriteria hasil 2) Memfasilitasi klien untuk membuat
1) Mengidentifikasi pola keputusan
3) Bantu klien untuk mengidentifikasi
koping yang efektif
keuntungan, kerugian dari keadaan
2) Mengungkapkan secara
Role inhancement
verbal tentang koping
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi
yang efektif
macam-macam nilai kehidupan
3) Mengatakan penurunan
2) Bantu klien identifikasi strategi positif
stres
untuk mengatur pola nilai yang dimiliki
4) Klien mengatakan telah
Coping enhancement
menerima tentang
1) Anjurkan klien untuk mengidentifikasi
keadaanya
gambaran perubahan peran yang realistis
5) Mampu 2) Gunakan pendekatan tenang dan
mengidentifikasi meyakinkan
3) Hindari pengambilan keputusan pada saat
strategi tentang koping
klien berada dalam stres berat
4) Berikan informasi actual yang terkait
dengan diagnosis, terapi dan prognosis
7. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : disease Teaching : disease proces
Definisi: ketiadaan proces 1. Berikan penilaian tentang tingkat
2. Knowledge : health
atau defisiensi pengetahuan pasien tentang proses
behavior
informasi kognitif penyakit yang spesifik
Kriteria hasil 2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
yang berkaitan
1. Pasien dan keluarga pada penyakit, dengan tanda yang tepat
dengan topic
3. Identifikasi kemungkinan penyebab,
menyatakan tentang
tertentu.
dengan cara yang tepat
penyakit, kondisi,
4. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
Batasan prognosis dan program
mungkin diperlukan untuk mencegah
Karakteristik: pengobatan
komplikasi yang akan datang dan atau
2. Pasien dan keluarga
 Perilaku proses pengontrolan penyakit.
mampu melaksanakan
hiperbola 5. Diskusikan pilihan terapi atau
prosedur yang
penanganan.
 Ketidakakurat dijelaskan secara benar. 6. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
an mengikuti 3. Pasien dan keluarga
atau mendapatkan second informasi
perintah mampu menjelaskan
atau opinion
kembali apa yang 7. Instruksikan pasien mengenai tanda dan
 Ketidakakurat
an melakukan dijelaskan perawat/tim gejala untuk melaporkan pada pemberi
tes kesehatan lainnya. perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat.
 Perilaku tidak
tepat (mis.,
hysteria,
bermusuhan,
agitasi,
apatis)

 Pengungkapa
n masalah

Faktor yang
berhubungan:

 Keterbatasan
kognitif

 Salah
interpretasi
informasi

 Kurang
pajanan

 Kurang minat
dalam belajar

 Kurang dapat
menginat

Tidak familier
dengan sumber
informasi
8. Ansietas NOC Anxiety Reduction (penurunan
Definisi : Perasaan 1. Anxiety Self-control kecemasan)
tidak nyaman atau 2. Anxiety Level 1. Gunakan pendekatan yang
kekawatiran yang 3. Coping menenangkan.
samar disertai Kriteria Hasil : 2. Pahami perspektif pasien terhadap
respon autonom ; 1. Klien mampu situasi stres.
perasaan takut mengidentifikasi dan 3. Temani pasien untuk memberikan
yang disebabkan mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut.
oleh antisipasi cemas. 4. Identifikasi tingkat kecemasan.
terhadap bahaya. 2. Mengidentifikasi, 5. Dorong pasien untuk mengungkapkan
Hal ini merupakan mengungkapkan, dan perasaan, ketakutan, persepsi.
isyarat menunjukkan teknik 6. Instruksikan psien menggunakan teknik
kewaspadaan yang utk mengontrol cemas. relaksasi.
memperingatkan 3. Vital sign normal. 7. Berikan obat untuk mengurangi
individu akan 4. Postur tubuh, ekspresi kecemasan.
akan adanya wajah, bahasa tubuh
bahaya dan dan tingkat aktivitas
kemampuan menunjukkan
individu untuk berkurangnya
bertindak kecemasan.
menghadapi
ancaman
9. Risiko cedera NOC NIC
a. Risk Control Environment Management (Manajemen
Lingkungan)
Setelah 3x24 jam interaksi
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk
diharapkan:
pasien
Kriteria Hasil b. Identifikasi kebutuhan keamanaan pasie,
a. Klien terbebas dari sesuai dengan kndisi fisik dan fungsi
cedera kognitif pasien dan riwayat penyakit
b. Klien mampu
terdahulu pasien
menjelaskan c. Hindari lingkungan yang berbahaya
cara/metode untk (misalnya memindahkan perabotan)
d. Pasang side rall tempat tidur
mencegah injuri/cedera
e. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan
c. Klien mampu
bersih
menjelaskan factor
f. Tempatkan saklar lampu di tempat yang
resiko dari lingkungan
mudah dijangkau pasien
atau perilaku personal g. Batasi pengunjung
d. Mampu memodifikai h. Anjurkan keluarga untuk menemani
gaya hidup untuk pasien
mencegah injuri i. Kontrol lingkungan dari kebisingan
e. Menggunakan fasilitas j. Pindahkan barang-barang yang dapat
kesehatan yang ada membahayakan
f. Mampu mengenali k. Berikan penjelasan pada pasien dan
perubahan status keluarga atau pengunjung adanya
kesehatan perubahan status kesehatan dan penyebab
penyakit.

4. Impementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi merupakan realisasi dari rangkaian dan
penentuan diagnosa keperawatan. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Implementasi umum yang biasa dilakukan pada pasien hipertensi :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor adanya perubahan tekanan darah
c. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
d. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
e. Memantau asupan nutrisi
f. Memantau intake dan output cairan
g. Membantu meningkatkan koping
h. Memberikan HE agar menghindari penyebab timbulnya hipertensi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses asuhan keperawatan. Pada tahap ini
kita melakukan penilaian akhir terhadap kondisi pasien dan disesuaikan dengan
kriteria hasil yang sebelumnya telah dibuat.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien yaitu:

a. Tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung, dan vital sign
dalam batas normal
b. Tekanan sistole dan diastole dalam rentang normal
c. Tidak ada ortostatik hipertensi
d. Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15
mmHg)
e. Mampu mengidentifikasi strategi tentang koping
DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC


Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC
Herdman, Heather. 2012. Nanda International Diagnosis Keperawatan 2012-2014.
Jakarta : EGC
Kozier, dkk. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta :
EGC
Kusuma, Hardhi dan Amin Huda Nurarif. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC jilid 1 & 2. Jakarta :
MediAction

Sukawati, Mei 2019


Mengetahui,
Clinical Instruction/CI Mahasiswa

Anak Agung Alit Jambe Putu Indah Praptika Suci


NIP 196612171987031003 NIM P07120216002

Mengetahui,
Clinical Teacher/CT

Ns. Ketut Sudiantara, A.Per.Pen.,S.Kep.,M.Kes


NIP. 196808031989031003

Anda mungkin juga menyukai