Anda di halaman 1dari 222

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA HIPERTENSI DENGAN

KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT DI PONDOK LANSIA AL-ISHLAH

MALANG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Ahli Madya Keperawatan

(A.Md.Kep) Pada STIKes Kendedes Malang

Oleh:

FITRA EKA PRATIWI

AOA0170849

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2020

i
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan pada


Pasien Lansia Hipertensi dengan Ketidakpatuhan Minum Obat di
Pondok Lansia Al-Ishlah Malang” telah diuji dan dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir STIKes Kendedes
Malang Program Studi D III Keperawatan.

Telah diuji pada :

Hari :

Dan disahkan oleh :

Ns. Eny Rahmawati, S.Kep, M.Kep (.……………..) (…………….)

NIDN. 9907013035 Tanda Tangan Tanggal

Penguji I

Ns. Siti Kholifah, S.Kep. M.Kep (…….……….) (………….….)

NIDN. 0726068301 Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Ns. Luluk Nur Aini, S.Kep. M.Kep (…………….) (……….…….)

NIDN. 0705027801 Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing II

Mengetahui

Ketua Program Studi D III Keperawatan

STIKes Kendedes Malang

Ns. Chinthia Kartikaningtias, S.Kep., M.Kep

NIDN. 070208401

iv
ABSTRAK

Pratiwi, Fitra Eka (2020). Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia

Hipertensi dengan Ketidakpatuhan Minum Obat di Pondok

Lansia Al-Ishlah Malang. Program Studi Diploma III

Keperawatan. Laporan Tugas Akhir. Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Kendedes Malang. Pembimbing I : Ns. Siti

Kholifah,S.Kep.M.Kep Pembimbing 2 : Ns. Luluk Nur

Aini,S.Kep,M.Kep.

Hipertensi adalah Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan

darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90

mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit

jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal,

dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah dan makin tinggi

tekanan darah, makin besar resikonya. Kepatuhan dalam minum obat

merupakan salah satu cara yang efektif untuk menurunkan tekanan darah

pada hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk memberikan asuhan

keperawatan Hipertensi pada 2 pasien lansia dengan ketidakpatuhan

minum obat. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dua klien

mengalami ketidakpatuhan minum obat. Diagnosa yang muncul yaitu

ketidakpatuhan. Intervensi yang dilakukan pada kedua klien yaitu

v
mengobservasi jadwal minum obat dan memberikan pendidikan

kesehatan mengenai manfaat obat hipertensi serta akibat jika tidak rutin

minum obat hipertensi. Evaluasi yang didapatkan setelah dilakukan

tindakan implementasi maka kepatuhan dalam minum obat responden

dapat menigkat sehingga masalah dapat teratasi. Kesimpulan dari

penelitian studi kasus ini yaitu dapat disimpulkan bahwa kepatuhan

dalam minum obat hipertensi sangat diperlukan sehingga tidak terjadi

komplikasi pada penyakit hipertensi. Karena hipertensi yang tidak

terkontrol dapat meningkatkan risiko kerusakan pada jantung yang

mengakibatkan stroke.

Kata kunci: Lansia, Hipertensi, Ketidakpatuhan.

vi
ABSTRACT

Pratiwi, Fitra Eka (2020). Nursing Care for Elderly Hypertension

Patients with Non-Compliance with Medication at the Al-Ishlah

Malang Elderly Boarding School. Diploma III Nursing Study

Program. Final report. College of Health Sciences Kendedes

Malang. Advisor I: Ns. Siti Kholifah, S.Kep.M.Kep Supervisor

2: Ns. Luluk Nur Aini, S.Kep, M.Kep.

Hypertension is hypertension is an increase in systolic blood

pressure of at least 140 mmHg or diastolic pressure of at least 90 mmHg.

Hypertension is not only a high risk of suffering from heart disease, but

also suffering from other diseases such as diseases of the nerves, kidneys

and blood vessels and the higher the blood pressure and the higher the

blood pressure, the greater the risk. Adherence to taking medication is an

effective way to lower blood pressure in hypertension. The purpose of

this study was to provide hypertension nursing care to 2 elderly patients

with non-adherence to taking medication. The data collection methods

used were interviews, observation, and documentation. Data obtained by

two clients experienced non-compliance with taking medication. The

diagnosis that emerged was non-compliance. Interventions carried out on

vii
both clients were observing the schedule for taking medication and

providing health education about the benefits of hypertension drugs and

the consequences of not taking hypertension drugs regularly. The

evaluation that was obtained after implementing the action, the

compliance in taking the respondent's medicine could be increased so

that the problem could be resolved. The conclusion from this case study

research is that it can be concluded that adherence in taking hypertension

medication is needed so that there are no complications in hypertension.

Because uncontrolled hypertension can increase the risk of damage to the

heart that results in stroke.

Key words: Elderly, Hypertension, Non-compliance.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Lansia Hipertensi dengan

Ketidakpatuhan Minum Obat di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang” ini

dengan baik. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan STIKes

Kendedes Malang. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan

Kendedes Malang.

2. drg. Suharwatai, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang

3. dr. Endah Puspitorini, MScIH, DTMPH, selaku PLH Ketua

Yayasan Kendedes Malang

4. Dr Edi Muwarni, AMd.Keb.SPd.MMRS, selaku Ketua Stikes

Kendedes Malang

5. Ns. Chinthia Kartikaningtias, S.Kep,M.Kep, selaku Ketua

Program Studi Diploma III Keperawatan STIKes Kendedes

Malang\

ix
6. Ns. Siti Kholifah,S.Kep.M.Kep, selaku dosen pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan

Proposal Laporan Tugas Akhir

7. Ns. Luluk Nur Aini,S.Kep, M.Kep, selaku pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan

Proposal Laporan Tugas Akhir

8. Ns. Eny Rahmawati, S.Kep., M.Kep, selaku penguji yang telah

memberikan sasaran dalam laporan tugas akhir.

9. Tim dosen pengajar di Program Studi Diploma III Keperawatan

STIKes Kendedes Malang, terima kasih atas ilmu yang telah

diberikan pada saya sehingga saya tahu tentang banyak hal.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan proposal

ini, akhirnya peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Malang, 24 Agustus

2020

Peneliti

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT LEMBAR...................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................iii

ABSTRAK..................................................................................................................iv

ABSTRACT...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...............................................................................................vi

DAFTAR ISI..............................................................................................................vii

DAFTAR TABEL......................................................................................................ix

DAFTAR BAGAN.....................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang...............................................................................................1

.2 Batasan Masalah............................................................................................3

.3 Rumusan Masalah..........................................................................................3

.4 Tujuan Penulisan............................................................................................3

1.4.1 Tujuan Umum.............................................................................................3

xi
1.4.2 Tujuan Khusus............................................................................................3

.5 Manfaat Penulisan..........................................................................................3

1.5.1 Manfaat Teoritis..........................................................................................3

1.5.2 Manfaat Praktis...........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

.1 Konsep Lansia................................................................................................5

.1.1 Definisi Lansia............................................................................................5

.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia......................................................................5

.1.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia...............................5

.1.4 Peristiwa-Peristiwa Hidup Yang Dialami Lansia.......................................8

.1.5 Usia dengan Perubahan yang Berdampak Pada Fungsi Kognitif...............9

2.1.........................................................................................................................6

Konsekuensi Fungsional Dihubungkan dengan Fungsi Kognitif .................10

.1.7 Tugas Perkembangan Lansia......................................................................12

.1.8 Peran Perawat Terhadap Lansia..................................................................13

2.1.9 Peran Perawat dalam Perawatan Lansia.....................................................15

.1.10 Pembinaan Kesehatan Pralansia................................................................16

.1.11 Pembinaan Kesehatan Lansia....................................................................16

.2 Konsep Hipertensi..........................................................................................17

.2.1 Definisi.........................................................................................................17

.2.2 Etiologi........................................................................................................18

.2.3 Patofisiologi................................................................................................19

.2.4 Manifestasi Klinis.......................................................................................21

.2.5 Pemeriksaan Penunjang..............................................................................22

xii
.2.6 Penatalaksanaan..........................................................................................23

.2.7 Komplikasi..................................................................................................25

.2.8 Pathway.......................................................................................................26

.3 Konsep Ketidakpatuhan.................................................................................28

2.3.1 Definisi........................................................................................................28

2.3.2 Batasan Karakteristik..................................................................................28

2.3.3.Faktor yang Berhubungan...........................................................................28

2.3.4 Kondisi Terkait...........................................................................................28

2.3.5 Penelitian Hubungan Lama Sakit dengan Kepatuhan.................................28

.4 Konsep Teori Asuhan Keperawatan..............................................................29

2.4.1 Pengkajian...................................................................................................29

2.4.2 Analisa Data................................................................................................33

2.4.3 Masalah Keperawatan.................................................................................33

2.4.4 Intervensi Keperawatan..............................................................................33

2.4.5 Implementasi Keperawatan.........................................................................39

2.4.6 Evaluasi Keperawatan.................................................................................41

BAB III METODE PENELITIAN

.1 Rancangan Penelitian.....................................................................................42

.2 Batasan Istilah................................................................................................42

.3 Partisipan........................................................................................................42

.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................................43

.5 Pengumpulan Data.........................................................................................43

.6 Uji Keabsahan Data.......................................................................................43

.7 Alur Studi Kasus............................................................................................44

xiii
.8 Analisa Data...................................................................................................45

.9 Etika Penelitian..............................................................................................45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil ………………………………………………………………………... 47

.2 Pembahasan………………………………………………………………… 88

.3 Keterbatasan Penelitian…………………………………………………….. 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

.1 Kesimpulan………………………………………………………………… 94

.2 Saran……………………………………………………………………….. 95

DAFTAR PUSTAKA

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsep intervensi keperawatan..........................................................

Tabel 4.1 Identitas.............................................................................................. 48

Tabel 4.2 Pemeriksaan fisik............................................................................... 50

Tabel 4.3 Keseimbangan berdiri pasien 1.......................................................... 52

Tabel 4.4 Keseimbangan berdiri pasien 2.......................................................... 52

Tabel 4.5 Pengkajian psikososial....................................................................... 53

Tabel 4.6 Pengkajian emosional......................................................................... 54

Tabel 4.7 Pengkajian kecemasan pasien 1......................................................... 55

Tabel 4.8 Pengkajian Kecemasan pasien 2........................................................ 57

Tabel 4.9 Pengkajian depresi.............................................................................. 59

Tabel 4.10 Pengkajian tingkat intelektual.......................................................... 60

Tabel 4. 11 Identifikasi aspek kognitif............................................................... 61

Tabel 4.12 Perilaku terhadap kesehatan............................................................. 63

Tabel 4.13 Pengkajian determinan nutrisi pada lansia....................................... 65

Tabel 4.14 Tingkat kemandirian bartjel indeks.................................................. 66

Tabel 4.15 Lembar observasi obat pasien 1....................................................... 68

Tabel 4.16 Lembar observasi obat pasien 2....................................................... 69

xv
Tabel 4.17 Analisa data pasien 1........................................................................ 70

Tabel 4.18 Analisa data pasien 2........................................................................ 71

Tabel 4.19 Diagnosa Keperawatan..................................................................... 72

Tabel 4.20 Intervensi Keperawatan pasien 1...................................................... 73

Tabel 4.21 Intervensi Keperawatan pasien 2...................................................... 75

Tabel 4.22 Implementasi keperawatan pasien 1................................................. 78

Tabel 4.23 Implementasi keperawatan pasien 2................................................. 82

Tabel 4.24 Evaluasi Pasien 1.............................................................................. 85

Tabel 4.25 Evaluasi Pasien 2..............................................................................89

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Pathway Hipertensi.............................................................................26

Bagan 3.1 Alur Penelitian....................................................................................44

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

Lampiran 2 : Surat Balasan penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Malang

Lampiran 3 : Lembar permohonan Izin Menjadi Responden

Lampiran 4 : Lembar Pernyataan menjadi Responden

Lampiran 5 : Berita kunjungan pasien

Lampiran 6 : Lembar Observasi Minum Obat

Lampiran 7 : Format Asuhan Keperawatan

Lampiran 8 : SOP Pengukuran Tekanan Darah

Lampiran 9 : Lembar Observasi Evaluasi Wawancara

Lampiran 10 : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 11 : Leaflet Hipertensi

Lampiran 12 : Lembar Konsul pembimbing I dan II

Lampiran 13 : Dokumentasi

xviii
xix
BAB 1

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,

berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia. Secara global populasi lansia di prediksi terus mengalami peningkatan,

World Population Properties, The 2012 Revolution menyebutkan bahwa

proporsi lansia di tahun 2013 mencapai 13,4% penduduk dunia, sedangkan

untuk Indonesia di tahun 2013 mencapai 8,9% dan prediksi terus mengalami

peningkatan hingga tahun 2100. Usia harapan hidup di Indonesia mengalami

peningkatan. Peningkatan terjadi dari 69,0 pada tahun 2008 menjadi 70,8 pada

tahun 2015 dan proyeksi tahun 2030-2035 mencapai 72,2 tahun. Berdasarkan

data Kementrian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2015

menyebutkan bahwa penduduk lansia paling banyak adalah perempuan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa harapan hidup yang paling tinggi adalah lansia.

Menurut data WHO, diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4%

orang diseluruh dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan

meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi,

333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara berkembang,

termasuk Indonesia (Yonata, 2016). Penyakit terbanyak pada usia lanjut

berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 adalah hipertensi, dengan

1
prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74 dan 63,8%

pada usia ≥ 75 tahun (Infodatin Kemenkes RI, 2016).

Menurut data Riskesdas Provinsi Jawa Timur prevalensi penyakit

hipertensi mencapai 26,2%. Prevalensi penyakit hipertensi tertinggi terdapat

pada kelompok usia ≥ 75 tahun yaitu 2,4%. Prevalensi hipertensi dikota

Surabaya mencapai 22,0% (BPPK Kemenkes, 2013). Penyakit hipertensi

dikenal sebagai penyakit tidak menular, tapi sangat berbahaya jika diabaikan.

Dari tahun ke tahun, jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Malang terus

mengalami peningkatan. Jumlah penderita hipertensi mencapai 793.084 orang.

Jumlah tersebut terbilang melonjak dibandingkan tahun 2018 lalu yang terdata

727.820 orang. Kepala Dinkes Kabupaten Malang dr Ratih Maharani

membenarkan terkait dengan tingginya angka penderita hipertensi di

Kabupaten Malang. Lebih spesifik beliau menyebut, berdasarkan pengamatan

secara sampling di empat desa di empat kecamatan, yakni Wagir, Pakisaji,

Kepanjen dan Gondanglegi, penyakit hipertensi hasilnya ≥ 45%.

Hipertensi merupakan suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam

pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini

terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Konstriksi arteriole membuat darah

sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi

menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat

menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Sehingga terapi

hipertensi perlu dilakukan secara rutin. Tujuan dan penatalaksanaan hipertensi

adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta

2
morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan

mempertahankan

3
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolic dibawah 90

mmHg dan mengontrol faktor resiko. Penatalaksaan hipertensi terbagi menjadi

2 yaitu, non-farmakologi dan farmakologi.

Penatalaksanaan hipertensi non-farmakologi meliputi yang pertama

pengaturan diet yang berupa diet rendah garam, diet tinggi kalium, diet kaya

buah & sayur, dan diet rendah kolesterol. Yang kedua penurunan berat badan.

Yang ketiga olahraga secara teratur dan memperbaiki gaya hidup yang kurang

sehat. Tatalaksana hipertensi dapat dimulai dengan modifikasi gaya hidup,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian obat anti hipertensi. Namun, tidak

sedikit masyarakat yang salah tentang pengobatan hipertensi. Obat hanya

diminum saat merasa ada keluhan, dan saat keluhan membaik atau obat habis

tidak mau meminumnya lagi. Padahal, obat anti hipertensi harus diminum

secara teratur. Pengobatan yang tidak teratur dapat menyebabkan tekanan

darah kembali naik, dapat juga menyebabkan penyakit jantung, penurunan

fungsi mental. Tekanan darah yang naik turun ini dapat menimbulkan efek

yang buruk bagi kesehatan.

Pengobatan yang tidak teratur dapat menyebabkan keluhan-keluhan

hipertensi timbul lagi, seperti nyeri kepala dan rasa tidak nyaman pada

tengkuk, terkadang disertai mual dan muntah, perasaan berputar seperti ingin

jatuh, berdetak atau detak jantung terasa cepat, dan telinga berdenging. Maka

dari itu pengobatan hipertensi harus dikonsumsi secara rutin. Ketika pasien

tidak mengkonsumsi obat secara rutin maka akan menimbulkan diagnose

keperawatan ketidakpatuhan. Menurut diagnose keperawatan NANDA 2018-

2020, ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan/ atau pemberi asuhan tidak

4
mengikuti rencana perawatan/pengobatan yang disepakati dengan tenaga

kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan/pengobatan tidak efektif

(Herdman, Kamitsuru, 2015).

Pengelolaan hipertensi mencakup edukasi pengaturan diet hipertensi,

edukasi untuk olahraga yang teratur, dan pemberian obat anti-hipertensi secara

rutin. Perawat bertanggung jawab atas pencegahan komplikasi. perawatan

yang baik yang bisa dilakukan oleh perawat adalah dengan memberikan

asuhan keperawatan yang tepat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 23 Januari 2020 di pondok lansia Al-Ishlah Malang didapatkan hasil

bahwa jumlah penderita hipertensi 28 lansia dan 5 terdiagnosa diabetes

mellitus. Jumlah keseluruhan lansia yang ada di panti sejumlah 33 lansia.

Peneliti melakukan studi pendahuluan terhadap 2 orang didapatkan bahwa

pasien tidak patuh minum obat. Jika diberi obat oleh pasien obat tersebut

disembunyikan dan dibuang.

Selanjutnya, peneliti tertarik melakukan penelitian serta fenomena

masalah yang sudah di jelaskan di latar belakang diatas, yaitu tentang “

Asuhan Keperawatan pada Lansia Hipertensi dengan Ketidakpatuhan Minum

Obat di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang”.

5
6

.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada lansia

hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat di Pondok Lansia Al-Ishlah

Malang

.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan

ketidakpatuhan minum obat di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang?

.4 Tujuan Penulisan

.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien lansia hipertensi dengan

ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-Ishlah Malang

.4.2 Tujuan khusus

.4.2.1 Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien lansia

dengan hipertensi disertai dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok

lansia Al-Ishlah Malang

1.4.2.2 lakukan analisa data asuhan keperawatan pada pasien lansia hipertensi

dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-Ishlah Malang


7

1.4.2.3 Mampu menetapkan diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien lansia

hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-Ishlah

Malang.

1.4.2.4 Mampu melakukan Perencanaan keperawatan asuhan keperawatan sesuai

dengan diagnosa keperawatan pada pasien lansia hipertensi dengan

ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-Ishlah Malang.

1.4.2.5 Mampu melaksanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan pada

pasien lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat dmanfaai

pondok lansia Al-Ishlah Malang.

1.4.2.6 Mampu mengevaluasi masalah keperawatan asuhan keperawatan pada

pasien lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok

lansia Al-Ishlah Malang.

1.4.2.7 Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan lansia hipertensi dengan

ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-Ishlah Malang.

.5 Manfaat Penulisan

.5.1 Manfaat Teoritis

Dalam hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman

kepada peneliti dan panti, tarkait dengan asuhan keperawatan pada pasien

lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-

Ishlah Malang.
8

.5.2 Manfaat Praktis

.5.2.1 Bagi Peneliti

Dapat mengerti cara dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien

lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat di pondok lansia Al-

Ishlah Malang. Sehingga pengetahuan dapat meningkat.

1.5.2.2 Bagi Pasien

Pasien dapat melakukan pengobatan dengan baik dan melakukan

pencegahan agar tidak mengalami komplikasi yang lebih lanjut.

.5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan tambahan referensi di perpustakaan STIKes Kendedes

Malang dan sebagai tambahan sarana belajar mahasiswa keperawatan.

.5.2.4 Bagi Panti

Memberikan masukan kepada panti terkait dalam memberikan Asuhan

Keperawatan pada Pasien lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan minum

obat di pondok lansia Al-Ishlah Malang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

.1 KONSEP LANSIA

.1.1 Definisi Lansia

Lansia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah,

2015).

Lansia merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

melalui tahap-tahap kehidupannya, yaitu neonates, toddler, pra school,

school, remaja, dewasa, dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik

secara biologis maupun psikologis.

Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena

berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengarannya

berkurang, pengliatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi

lambat, nafsu makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga

mengalami kemunduran.

Menurut WHO dan Undang-Undang no 13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 dan 2 yang menyebutkan bahwa

9
10

umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu

penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam

dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padila, 2013).

.1.2 Batasan-Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) yang

dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga kategori yaitu:

a. Lanjut usia (elderly) antara 60 - 74 tahun

b. Lanjut usia tua (old) antara 75-90 tahun

c. Usia sangat tua (very old) antara diatas 90 tahun

Menurutnya bahwa pada kelompok ini individu tersebut sudah terjadi

proses penuaan, di mana sudah terjadi perubahan aspek fungsi seperti

pada jantung, paru-paru, ginjal, dan juga timbul proses degenerasi

seperti osteoporosis (pengeroposan tulang), gangguan sistem pertahanan

tubuh terhadap infeksi dan timbulnya proses alergi keganasan (Aspiani,

2014).

.1.3 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang

terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain:

1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis

yang menetap
11

2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

3. Gigi mulai lepas(ompong)

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang

5. Mudah lelah dan mudah jatuh

6. Mudah terserang penyakit

7. Nafsu makan menurun

8. Penciuman mulai berkurang

9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

10. Pola tidur berubah

Perubahan-perubahan fisik

1. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut pada sistem

kardiovaskuler:

a Elastis dinding aorta menurun

b Perubahan miokard, atrofi menurun

c Lemak sub endoicard menurun; fibrosis, menebal, sclerosis

d Katup-katup jantung mudah fibrosis dan klasifikasi (kaku)

e Peningkatan jaringan ikat pada Sa Node

f Penurunan denyut jantung maksimal pada latihan

g Cardiac output menurun

h Penurunan jumlah sel pada pace maker

i Jaringan kolagen bertambah dan jaringan elastis berkurang pada

otot jantung

j Penurunan elastis pada dinding vena


12

k Respon baro reseptor menurun

2. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem

gastrointestinal:

a Terjadi artropi mukosa

b Artropi dari sel kelenjar, sel parietal dan sel chief akan

menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsic

berkurang

c Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya

tamping makanan menjadi lebih berkurang.

d Proses perubahan protein menjadi proton terganggu. Karena

sekresi asam lambung berkurang dan rasa lapar juga berkurang.

3. Perubahan dan konsekuensi fisiologis usia lanjut sistem respiratori:

a. Perubaan seperti hilangnya silia dan menurunnya refleks batuk

dan muntah mengubah keterbatasan fisiologis dan kemampuan

perlindungan pada sistem pulmonal.

b. Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan

dinding dada turut berperan dalam peningkatan kerja pernapasan

sekitar 20%Pada usia 60 tahun.

c. Atrofi otot-otot pernapasan dan penurunan kekuatan otot-otot

pernapasan dapat meningkatkan risiko berkembangnya keletihan

otot-otot pernapasan pada lansia.


13

d. Perubahan fisiologis yang ditemukan pada lansia yaitu alveoli

menjadi kurang elastic dan lebih berserabut serta berisi kapiler-

kapiler yang kurang berfungsi sehingga kapasitas penggunaan

menurun karena kapasitas difusi paru-paru untuk oksigen tidak

dapat memenuhi permintaan tubuh.

4. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system

musculoskeletal

a. Penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh penurunan massa

otot (atropi otot).

b. Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih banyak

terjadi pada ekstremitas bawah.

c. Sel otot yang mati digantikan oleh jaringan ikat dan lemak

d. Kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun

dengan bertambahnya usia.

e. Kekuatan otot ekstremitas bawah berkurang sebesar 40% antara

usia 30 sampai 80 tahun

5. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system endokrin:

Sistem endokrin mempunyai fungsi yaitu sebagai sistem yang

utama dalam mengontrol seluruh sistem tubuh. Melalui hormon,

sistem endokrin menstimulus seperti proses yang berkesinambungan

dalam tubuh sebagai pertumbuhan dan perkembangan, metabolism


14

dalam tubuh, reproduksi,dan pertahanan tubuh terhadap berbagai

serangan-serangan penyakit atau virus.

Hormon-hormon yang terdapat pada sistem endokrin yaitu

pituitary, kelenjar thyroid, kelenjar parathyroid, kelenjar adrenal,

pancreatic islet, kelenjar pineal, kelenjar thymus, dan gonad.

Hormon-hormon tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda

disetiap tubuh manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada

sistem endokrine yang dialami oleh dewasa lanjut atau lanjut usia

yaitu produksi hormon hampir semua menurun, fungsi paratiroid dan

sekresinya tak berubah, pertumbuhan hormone pituitary ada tetapi

lebih rendah dan hanya ada dipembuluh dara dan berkurangnya

produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunnya produksi

aldosterone, menurunnya sekresi hormon gonads, progesterone,

esterogen, dan testosterone, dan defisiensi hormonal dapat

menyebabkan hipotirodism.

6. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut sistem integumen:

Perubahan pada sistem integumen yang terjadi pada dewasa

lanjut yaitu kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit

kering dan kurang keelastisannya karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adipose, kelenjar-kelenjar keringat mulai tak

bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas

dengan temperature yang tinggi, kulit pucat dan terdapat bintik-

bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel-sel


15

yang memproduksi pigmen, menurunnya aliran darah dalam kulit

juga menyebabkan penyembuhan luka-luka kurang baik, kuku pada

jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh dan temperature tubuh

menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

7. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system neurology

Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem saraf pada

dewasa lanjut atau lansia yaitu berat otak menurun, hubungan

persyarafan cepat menurun, lambat dalam respon dan waktu untuk

berfikir, berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,

mengecilnya syaraf pencium dan perasa lebih sensitif terhadap

perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin,

kurang sensitif terhadap sentuhan, cepatnya menurunkan hubungan

persayarafan, reflek tubuh akan semakin berkurang serta terjadi

kurang koordinasi tubuh, dan membuat dewasa lanjut menjadi cepat

pikun dalam mengingat sesuatu.

8. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system genetourinari

Dengan bertambahnya usia, ginjal akan kurang efisien dalam

memindahkan kotoran dari saluran darah. Kondisi kronik, seperti

diabetes dan tekanan darah tinggi, dan beberapa pengobatan dapat

merusak ginjal. Dewasa lanjut yang berusia 65 tahun akan

mengalami kelemahan dalam control kandung kemih (urinary


16

incontinence). Incontinence dapat disebabkan oleh beragam masalah

kesehatan, seperti obesitas, konstipasi dan batuk kronik.

Perubahan yang terjadi pada sistem perkemihan pada dewasa

lanjut yaitu otot-otot pengatur fungsi saluran kencing menjadi lemah,

frekuensi buang air kecil meningkat, terkadang terjadi ngompol, dan

aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. Fungsi tubulus

berkurang berkurang akibatnya kurang kemampuan mengkonsentrasi

urine.

9. Perubahan dan kosekuensi fisiologis usia lanjut system sensori

(panca indera)

Pada hakekatnya panca indra merupakan suatu organ yang

tersusun dari jaringan, sedangkan jaringan sendiri merupakan

kumpulan sel yang mempunyai fungsi yang sama. Karena

mengalami proses penuaan (aging) sel telah mengalami perubahan

bentuk maupun komposisi sel tidak normal. Maka secara otomatis

fungsi indera pun akan mengalami penurunan kemampuan

pendengarannya dan mata kurang kesanggupan melihat secara focus

objek yang dekat bahkan ada yang menjadi rabun, demikian juga

indra pengecap, perasa, penciuman berkurang sensitivitasnya

(Padila, 2013)

.1.4 Peristiwa-Peristiwa Hidup yang Dialami Lansia

a Pensiun
17

b Pindah tempat tinggal

c Menjanda/menduda

d Identitas sering dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan

e Sadar akan kematian teman dan keluarga

f Kehilangan hubungan dengan teman-teman & family

g Penyakit kronis dan ketidakmampuan

h Perubahan terhadap gambaran diri, konsep diri

i Kesepian (loneliness) (Aspiani, 2014).

Masalah Psikososial Lansia Menurut Kuntjoro :

1. Aspek sosial lansia:

Sikap, nilai, keyakinan terhadap lansia, label/stigma, perubahan

social

2. ketergantungan:

Penurunan fungsi, penyakit fisik

3. Gangguan konsep diri

Gangguan alam perasaan : depresi

Faktor Risiko Masalah Psikososial Lansia

a. Sumber finansial yang kurang

b. Tipe kepribadian : manajemen stress

c. Kejadian yang tidak terduga

d. Jumlah kejadian pada waktu yang berdekatan

e. Dukungan sosial kurang (Padila. 2013)


18

.1.5 Usia Dihubungkan dengan Perubahan yang Berdampak Pada

Fungsi Kognitif

Pada umunya setelah orang memasuki lansia maka ia akan

mengalami fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain

sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat.

Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang

berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,

koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga

mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan

kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan

berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Usia Construction personality)

Biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan

mantap sampai sangat tua.

2. Tipe Kebribadian Mandiri (Independent personality)

Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome,

apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya.

3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality)

Pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga,

apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada lansia tidak


19

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan

yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera

bangkit dari kedukaannya.

4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality)

Pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi morat-marit.

5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personality)

Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya

sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah

dirinya.

.1.6 Kosekuensi Fungsional Dihubungkan dengan Fungsi Kognitif

Lansia, Teori Tentang Penuaan, dan Fungsi Psikologis

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia.

Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para

lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun

beberapa faktor ysng dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi

kesehatan jiwa mereka adalah sebagai berikut:

1. Penurunan kondisi fisik

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai

dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda


20

(multiple patology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun,

kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb.

Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa

lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua

dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik

maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan

ketergantungan kepada orang lain.

Dalam keidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik

yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik

dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau

harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memorsir

fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya

dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara

seimbang.

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering

kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti: gangguan

jantung, gangguan metabolism, misal diabetes mellitus, vaginitis,

baru selesai operasi: misalnya prostastektomi, kekurangan gizi,

karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat

kurang, penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi,

golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain:


21

a Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual

pada lansia

b Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta

diperkuat oleh tradisi dan budaya

c Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam

kehidupannya

d Pasangan hidup telah meninggal

e Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah

kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, dan pikun.

3. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Pada umunya perubahan ini diawali ketika masa pension.

Meskipun tujuan ideal pension agar para lansia dapat menikmati hari

tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyatannya sering diartikan

sebaliknya, karena pension sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga

diri.

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban

mental setelah lansia, jawabannya sangat tergantung pada sikap

mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan

ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang

memiliki jaminan hari tua da nada yang seolah-olah acu terhadap

pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya

dampak bahgi masing-masing individu, baik positif maupun negatif.


22

Dampak positif lebih; menentramkan diri lansia dan dampak negatif

akan mengganggu kesejateraan hidup lansia. Agar pensiun lebih

berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pension yang

benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan

diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja dan tidak dengan

memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi

dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Untuk

merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia

dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya

masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha

sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.

Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung

terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia

bahwa disamping pekerjaannya yang selama ini ditekuninya, masih

ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam masa tua, sehingga

lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi

tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

4. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan,

gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau

bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk,

pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya


23

sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu dapat dicegah

dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang

bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau

diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak

untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus

muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri,

mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek

dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti

anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan diatas pada

umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita

(budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga

seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya

ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau

sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup

namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi

hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

5. Perubahan tingkat depresi

Tingkat depresi adalah kemampuan lansia dalam menjalani

hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pension bersama

anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang.


24

6. Perubahan stabilitas emosi

Kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi

tekanan atau konflik akibat perubahan-perubahan fisik, maupun

sosial-psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai

keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari

lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan

mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.

Pengukuran perubahan psikososial pada lansia yang

didasarkan pada kuesioner sudah baku pada buku panduan asuhan

keperawatan lansia (2007) adalah sebagai berikut:

1) Perubahan fungsi sosial:

a. Skor 0-3 : Disfungsi sosial berat

b. Skor 4-6 : Disfungsi sosial menengah

c. Skor 7-10 : Disfungsi sosial ringan

2) Perubahan peran:

a. Skor 10-12 : Sesuai dengan tugas perkembangan

b. Skor 4-9 : Kurang sesuai dengan tugas perkembangan

c. Skor 0-3 : Tidak sesuai dengan tugas perkembangan

3) Perubahan tingkat depresi berdasarkan indek ukur depresi Beck:

a. Skor 0-4 : Tidak depresi atau normal

b. Skor 5-7 : Depresi ringan

c. Skor 8-15 : Depresi sedang

d. Skor > 15 : Depresi berat


25

.1.7 Tugas Perkembangan Lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi teradap tugas perkembangan lansia

dipengaruhi oleh proses tumbang pada tahap sebelumnya (Erickson)

Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

2. Mempersiapkan diri untuk pension

3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya

4. Mempersiapkan kehidupan baru

5. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat

secara santai

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

.1.8 Peran Perawat Terhadap Lansia

1. Perawat sebagai Direct Care Giver

Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan langsung kepada

lansia diberbagai situasi kondisi. Umumnya, lansia sering

menunjukkan gejala khas namun terasa sulit dimengerti ucapannya

yang menjadi tantangan bagi perawat dalam menentukan diagnosis

dan penanganan yang tepat. Oleh karenanya, perawat sebagai

penyedia perawatan harus mengetahui segala proses penyakit dan

gejala yang biasa terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang

faktor risiko, tanda dan gejala, penanganan medis yang biasa


26

dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir

usia (Hindle & Cooates, 2011).

2. Perawat sebagai Advokator

Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia

untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat

otonomi klien dalam pengambilan keputusan, dan mendidik orang

lain mengenai stereotip negative dari penuaan (Miller, 2012). Contoh

kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau perawatan kepada

anggota keluarga pada tingkat unit. Selain itu, perawat juga dapat

membantu anggota keluarga untuk memilih panti werdha terbaik

bagi anggota keluarga yang dicintainya atau mendukung anggota

keluarga yang berada dalam peran pengasuhan. Hal yang perlu

diingat, apapun situasinya peran advokator tidak berarti membuat

keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap

independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun

(Stanley & Beare, 2015).

3. Perawat sebagai Edukator

Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk

memberi informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien

serta keluarga klien dan membantu klien mencapai perawatan diri

sesuai kemampuannya (stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat

dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik

dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tobloski

(2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal


27

kepada lansia seperti deteksi penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia

serta keluarganya. Selain itu, perawat edukator dapat juga

berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga memberikan pelatihan

untuk perawat.

Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi

perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang

mempengaruhi proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat

perlu menyesuaikan metode dan bahan edukasi agar edukasi yang

diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh lansia. Apabila lansia

tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan kepada

keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik,

terdapat lima hal yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan

dapat dipahami dengan baik menurut Miler (2012), antara lain:

a Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap

informasi, artinya pemberian informasi dilakukan dengan tidak

terburu-buru.

b Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi,

artinya tidak diberikan banyak informasi pada satu pertemuan.

c Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di

rumah dengan salah satunya follor up pengajaran yang diberikan.

d Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan

menghilangkan berbagai hal yang dapat menjadi distraksi.

e Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa

lalu klien agar mudah diserap klien.


28

4. Perawat sebagai Manajer

Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam

memberikan lingkungan yang positif serta professional di rumah

sakit atau komunitas agar terwujudnya pelayanan yang berkualitas.

Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu memimpin

dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014)

mengemukakan bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik

perlu memiliki kemampuan dalam beberapa hal antara lain:

a Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan

anggota tim keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang

perawat gerontik harus memiliki standar dalam memberikan

asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut antara lain,

pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia,

mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks,

penurunan fungsi fisik dan mental, hingga perawatan paliatif

(ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu

memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemampuan anggota

tim dapat meningkat.

b Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur

serta memiliki batasan waktu.

c Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah

internal antar anggota tim dan masalah klien.

d Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat

menjalankan tugas dengan baik.


29

e Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan

terhadap stafnya.

5. Perawat sebagai Praktisi Independen

Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik

keperawatan secara mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter

praktik keperawatan dapat berbeda di setiap negara namun perawat

harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik keperawatan

yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut

Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik

keperawatan mandiri, perawat harus memiliki Surat Izin Praktek

Perawat (SIPP) yang berlaku delama STR masih berlaku. Contoh

praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka praktik,

perawatan luka, menerima control perawatan untuk lansia, dan lain-

lain.

6. Perawat sebagai Konselor

Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu pasien

mengidentifikasi & mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilih

tindakan-tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

contoh peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi

kesehatan berkelanjutan, membantu keluarga pasien memutuskkan

apakah perlu lansia dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait

biaya perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.

Seperti halnya pada peran sebagai advokator, seorang perawat


30

konselor tidak membuat keputusan untuk klien namun membiarkan

klien memilih keputusan terbaiknya.

7. Perawat sebagai Kolabolator

Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua

pihak yang terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana

yang dapat diterima bersama demi tercapainya tujuan bersama.

Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan

berbasis rumah yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan

layanan perawatan primer kepada pasien lansia yang beresiko tinggi

(Touhy & Jett, 2014).

8. Perawat sebagai Peneliti

Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas

pengetahuan dalam bidang keperawatan dan disiplin perawatan

kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah memberikan bukti praktik

untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk mendukung

praktek mereka. Selain itu perawat peneliti juga menyelidiki masalah

untuk memperluas asuhan keperawatan, mengurangi atau

memperluas cakupan praktik keperawatan. Contoh peran ini, yaitu

perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan

yang cocok untuk pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu,

membantu mengembangkan teori keperawatan modern yang sesuai

dengan kondisi saat ini, dan lain-lain.

.1.9 Peran Perawat dalam Perawatan Lansia


31

Perawat merupakan support system utama bagi lansia dalam

mempertahankan kesehatannya. Peranan perawat antara lain: menjaga

atau merawat lansia, mempertahankan & meningkatkan status mental,

memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.

.1.10 Pembinaan Kesehatan Pralansia

1. Kesehatan

a. Latihan fisik/olahraga secara teratur dan sesuai kemampuan

b. Pengaturan gizi seimbang

c. Tetap bergairah dan memelihara kehidupan seks yang sehat

d. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur

e. Memelihara penampilan diri yang rapi dan bersih

f. Menghindari kebiasaan buruk yang berdampak tidak baik bagi

kesehatan

2. Sosial

a. Meningkatkan iman dan takwa

b. Tetap setia dengan pasangan yang sah

c. Mengikuti kegiatan sosial

d. Meningkatkan keharmonisan dalam rumah tangga

e. Menyediakan waktu untuk rekreasi

f. Tetap mengembangkan hobi/bakat

3. Ekonomi

a. Mempersiapkan tabungan hari tua


32

b. Berwiraswasta

c. Mengikuti asuransi

.1.11 Pembinaan Kesehatan Lansia

Tujuan : meningkat derajat kesehatan mutu kehidupan untuk mencapai

masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan

masyarakat sesuai dengan eksistensinya dalam masyarakat (Bandiyah,

2015).

Sasaran

1. Sasaran langsung

a. Kelompok pralansia (45-59 tahun)

b. Kelompok lansia (60 tahun keatas)

c. Kelompok lansia dengan resiko tinggi (70 tahun keatas)

2. Sasaran tidak langsung

a. Keluarga dimana lansia berada

b. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan lansia

c. Masyarakat

Pedoman Pelaksanaan

1. Bagi petugas kesehatan

a. Upaya promotif, upaya untuk menggairahkan semangat hidup

lansia agar merasa tetap dihargai dan berguna bagi dirinya,

keluarga dan masyarakat.


33

b. Upaya preventif, upaya pencegahan terhadap kemungkinan

terjadinya komplikasi dari penyakit-penyakit yang disebabkan

oleh proses penuaan.

c. Upaya kuratif, upaya pengobatan yang penanggulanggannya

perlu melibatkan multidisiplin ilmu kedokteran.

d. Upaya rehabilitative, upaya untuk memulihkan fungsi organ

tubuh yang telah menurun.

2. Bagi lansia itu sendiri

Untuk kelompok pralansia, membutuhkan informasi sebagai

berikut:

a. Adanya proses penuaan

b. Pentingnya pemeriksaan kesehatan secara berkala

c. Pentingnya melakukan latihan kesegaran jasmani

d. Pentingnya melakukan diet dengan menu seimbang

e. Pentingnya meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat

Untuk kelompok lansia, membutuhkan informasi sebagai berikut:

a. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

b. Kegiatan olahraga

c. Pola makan dengan menu seimbang

d. Perlunya alat bantu sesuai dengan kebutuhan

e. Pengembangan kegemaran sesuai dengan kemampuan

Untuk kelompok lansia resiko tinggi, membutuhkan informasi

sebagai berikut:
34

a. Pembinaan diri sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi

dan melakukan aktivitas, baik didalam maupun diluar rumah

b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala

c. Latihan kesegaran jasmani

d. Pemakaian alat bantu sesuai dengan kebutuhan

e. Perawatan fisioterapi

3. Bagi keluarga dan lingkungannya

a. Membantu mewujudkan peran serta kebahagiaan dan

kesejahteraan lansia

b. Usaha pencegahan dimulai dalam rumahtangga

c. Membimbing dalam ketakwaan kepada TYME

d. Melatih berkarya dan menyalurkan hobi

e. Menghargai dan kasih sayang terhadap para lansia

.2 Konsep Hipertensi

.2.1 Definisi

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi

juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh

darah dan makin tinggi tekanan darah dan makin tinggi tekanan darah,

makin besar resikonya menurut Sylvia A.price (Nurarif dan Kusuma,

2015).
35

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten

dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah sistolik di

atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg menurut

price (Aspiani, 2015).

Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap

normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 10/95 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Tekanan darah di antara normotensi dan

hipertensi disebut borderline hypertension (Garis Batas Hipertensi).

Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.

Kaplan memberikan batasan hipertensi dengan memperhatikan usia dan

jenis kelamin (Udjianti, 2010)

a Pria berusia < 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darah pada

waktu berbaring ≥130/90 mmHg.

b Pria berusia > 45 tahun, dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya >

145/95 mmHg.

c Wanita, hipertensi bila tekanan darah ≥ 160/95 mmHg.

.2.2 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan.

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer.

Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

esensial yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang

tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga


36

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut

ini.

a. Genetik: individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi, berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.

b. Jenis kelamin dan usia: laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita

pasca menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.

c. Diet: konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung

berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.

d. Berat badan: obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan

berkembangnya hipertensi.

e. Gaya hidup: merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan

tekanan darah, bila gaya hidup menetap.

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi

sekunder, yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah

karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit

ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus munculnya hipertensi

sekunder antara lain:

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme Renin-aldosteron-mediated

volume expansion. Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan

darah normal kembali setelah beberapa bulan.

b. Penyakit parenkim dan vascular ginjal


37

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih

arteri besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada klien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dysplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,

serta fungsi ginjal.

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated

hypertension disebabkan kelebihan aldosterone kortisole, dan

katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan aldosterone

menyebabkan hipertensi dan hipokalemia, aldosteronisme primer

biasanya timbul dari benign adenoma korteks adrenal.

Pheochromocytomas pada medulla adrenal yang paling umum

dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada

Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang di ekskresi dari

korteks adrenal. Sindrom Cushing’s mungkin disebabkan oleh

hiperplasi adrenokortikasl atau adenoma adrenokortikal.

d. Coarctation aorta

Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.

Penyempitan menghambat aliran darah melalui lengkung aorta


38

dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas area

konstriksi

e. Neurogenik: tumor otak, enchepalitis, dan gangguan psikiatrik

f. Kehamilan

g. Luka bakar

h. Peningkatan volume intravascular

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan/ atau tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90

mmHg

2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar

dari 10 mmHg dan tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada:

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (Nurarif dan

Kusuma, 2015).
39

.2.3 Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian cardiac output

(curah jantung)dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah

jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan heart rate

(denyut jantung). Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem

saraf otonom dan sirkulasi hormon,

Empat sistem control yang berperan dalam mempertahankan

tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume

cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vascular.

Baroreseptor arteri terutama ditemukan disinus carotid, tapi juga

dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor

derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan

tekanan arteri meliputi mekanisme perlambatan jantung oleh respons

vagal (stimulasi parasimpatis) dan vasodilatasi dengan penurunan tonus

simpatis. Oleh karena itu, reflex kontrol sirkulasi meningkatkan tekanan

arteri sistemik bila tekanan baroreseptor meningkat. Alas an pasti

mengapa kontrol ini gagal pada hipertensi belum diketahui. Hal ini

ditujukan untuk menaikkan re-setting sensitivitas baroreseptor sehingga

tekanan meningkat secara tidak adekuat, sekalipun penurunan tekanan

tidak ada.

Perubahan volume cairan memengaruhi tekanan arteri sistemik.

Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat

melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena


40

ke jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung. Bila ginjal

berfungsi secara adekuat, peningkatan tekanan arteri mengakibatkan

diuresis dan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mrngubah

ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan

meningkatkan tekanan arteri sistemik.

Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan

tekanan darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang

bertindak pada substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I,

yang kemudian diubah oleh converting enzyme dalam paru menjadi

bentuk angiotensin II kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensin II

dan III mempunyai aksi vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah

dan merupakan mekanisme control terhadap pelepasan aldosterone.

Aldosterone sangat bermakna dalam hipertensi terutama pada

aldoteronisme primer. Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf

simpatis, angiotensin II dan III juga mempunyai efek inhibiting atau

penghambatan pada ekskresi garam (natrium) dengan akibat peningkatan

tekanan darah.

Sekresi renin yang tidak tepat diduga sebagai penyebab

meningkatnya tahanan perifer vascular pada hipertensi esensial. Pada

tekanan darah tinggi, kadar renin harus diturunkan karena peningkatan

tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi renin. Namun

demikian, sebagian besar orang dengan hipertensi esensial mempunyai

kadar renin normal.


41

Peningkatan tekanan darah teru-menerus pada klien hipertensi

esensial akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah pada organ-

organ vital. Hipertensi esensial mengakibatkan hyperplasia medial

(penebalan) arteriole-arteriole. Karena pembuluh darah menebal, maka

perfusi jaringan menurun dan mengakibatkan kerusakan organ tubuh.

Hal ini menyebabkan infark miokard, stroke, gagal jantung, dan gagal

ginjal.

Autoregulasi vaskular merupakan mekanisme lain yang terlibat

dalam hipertensi. Autoregulasi vaskular adalah suatu proses yang

mempertahankan perfusi jaringan dalam tubuh relatif konstan. Jika aliran

berubah, proses-proses autoregulasi akan menurunkan tahanan vascular

dan mengakibatkan pengurangan aliran, sebaliknya akan meningkatkan

tahanan vascular sebagai akibat dari peningkatan aliran. Autoregulasi

vascular Nampak menjadi mekanisme penting dalam menimbulkan

hipertensi berkaitan dengan overload garam dan air.

Hipertensi maligna adalah tipe hipertensi berat yang berkembang

secara progresif. Seseorang dengan hipertensi maligna biasanya

memiliki gejala-gejala morning headaches, penglihatan kabur, dan sesak

nafas atau dyspnea, dan/atau gejala uremia. Tekanan darah diastolic

>115 mmHg, dengan rentang diastolik antara 130-170 mmHg.

Hipertensi maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri,

dan stroke (Udjianti, 2010).

.2.4 Manifestasi Klinis


42

Klien yang mengalami hipertensi terkadang tidak menampakkan gejala

hingga bertahun-tahun. Gejala jika ada menunjukkan adanya kerusakan

vaskular, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis

pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi

pada malam hari) dan azetoma (peningkatan nitrogen urea darah dan

kreatinin).

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain

tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada

retina, seperti perdarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah, dan

pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Keterlibatan

pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik

transien (transient ischemic attack, TIA) yang bermanifestasi sebagai

paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam

penglihatan.

Gejala umum yang ditimbulkan akibat menderita hipertensi tidak

sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala. Secara

umum gejala yang dikeluhkan oleh penderita hipertensi sebagai berikut.

1. Sakit kepala

2. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk

3. Perasaan berputar seperti serasa ingin jatuh

4. Berdebar atau detak jantung terasa cepat

5. Telinga berdenging
43

6. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah, akibat

peningkatan tekanan darah intracranial

7. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi

8. Buang air kecil berlebihan dimalam hari (nokturia) karena

peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus

9. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

kapiler

10. Tengkuk terasa pegal (Aspiani, 2015).

.2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Counts) meliputi

pemeriksaan hemoglobin,hematocrit untuk menilai viskositas dan

indicator faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

2. Kimia darah

a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan

perfusi atau faal renal

b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes mellitus adalah

prespitator hipertensi) akibat dari peningkatan kadar

katekolamin.

c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan presdiposisi pembentukan plaque atheromatus.

d. Kadar serum aldosterone: menilai adanya aldosteronisme primer.


44

e. Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

f. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko

hipertensi.

3. Elektrolit

a. Serum potassium atau kalium (hypokalemia mengindikasikan

adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik).

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

4. Urine

a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

b. Urine MA (catecholamine metabolite): peningkatan kadar

mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c. Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,

Sindrom Cushing’s; kadar renin juga meningkat.

5. Radiologi

a. Intra Enous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharenchymal disease, urothiliasis,

benign prostate hyperplasia (BPH)

b. Rontgen toraks: menilai adanya klasifikasi obstruktif katup

jantung, deposit kalsuim pada aorta, dan pembesaran jantung.

6. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan

konduksi atau disritmia dan peninggian gelombang P.


45

(Udjianti, 2010)

.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan faktor risiko dilakukan dengan cara pengobatan secara

non-farmakologis, antara lain:

1. Pengaturan diet

Berbagi studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan/

atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan

dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan:

a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan

darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi

garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin

sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah

asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan

3-6 gram garam perhari

b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi

mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena

dapat menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh

oksidanitrat pada dinding vaskular.

c. Diet kaya buah dan sayur.

d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung

koroner.

2. Penurunan berat badan


46

Mengatasi, obesitas pada sebagian orang, dengan cara menurunkan

berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan

mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada

beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan dengan

kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan

berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan

tekanan darah. Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat

dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-

obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat

penurun berat badan yang terjual bebas mengandung

simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah,

memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya

eksaserbasi aritmia.

3. Olahraga

Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda

bermanfaay untuk menurunkan tekanan darah dan memperbaiki

keadaan jantung. Olahraga isotonic dapat juga dapat meningkatkan

fungsi endotel, vasodiltasi perifer, dan mengurangi katekolamin

plasma. Olahraga teratur drlama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam

satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.

Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi

terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat


47

Berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi alcohol, penting untuk

mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok

diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat

meningkatkan kerja jantung.

Penatalaksanaan medis yang diterapkan pada penderita hiperensi

adalah sebagai berikut.

1. Terapi oksigen

2. Pemantauan hemodinamik

3. Pemantauan jantung

4. Obat-obatan:

a. Diuretic: Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium

Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi

curah jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan sekresi

garam dan airnya. Sebagai diuretic (tiazid) juga dapat

menurunkan total peripheral resistance (TPR) atau resistensi

perifer.

b. Penyekat saluran kalsium menurunkan kontraksi otot polos

jantung atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang

dibutuhkan untuk kontraksi. Sebagian penyekat saluran kalsium

bersifat lebih spesifik untuk saluran lambat kalsium otot jantung;

sebagian yang lain lebih spesifik untuk saluran kalsium otot

polos vascular. Dengan demikian, berbagai penyekat kalsium

memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menurunkan

kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR


48

c. Penghambat enzim mengubah angiotensin II atau inhibitor

angiotensin-converting enzyme (ACE) berfungsi untuk

menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang

diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II.

Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan

menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunkan

sekresi aldosterone, yang akhirnya menigkatkan pengeluaran

natrium pada urine kemudian menurunkan volume plasma dan

curah jantung. Inhibitor ACE juga menurunkan tekanan darah

dengan efek bradikinin yang memanjang, yang normalnya

memecah enzim. Inhibitor ACE dikontraindikasikan untuk

kehamilan.

d. Antagonis (penyekat) reseptor beta (β-blocker), terutama

penyekat selektif, bekerja pada reseptor beta dijantung untuk

menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.

e. A ntagonis reseptor alfa (α-blocker) menghambat reseptor alfa di

otot polos vascular yang secara normal berespons terhadap

rangsangan saraf simpatis dengan vasokontriksi. Hal ini akan

menurunkan TPR

f. Vasodilator arteriol langsung dapat digunakan untuk menurunkan

TPR. Misalnya natrium, nitroprusida, nikardipin, hidralazim,

nitrogliserin, dll.

g. Hipertensi gestasional dalam preeklampsia-preeklampsia

membaik setelah bayi lahir (Aspiani, 2015).


49

.2.7 Komplikasi

1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di

otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak

yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi

kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi

dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi

berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya

aneurisma.

2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri coroner yang

arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium

atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran darah

melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi

ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat

dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan

infark. Demikian juga, hipertensi ventrikel dapat menyebabkan

perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan

bekuan.

3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus,

aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus,


50

protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotic koloid

plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai

pada hipertensi kronis

4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan

yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang intertisial diseluruh

susunansaraf pusat. Neuron disekitarnya kolaps dan terjadi koma

serta kematian.

5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklampsia. Bayi yang lahir

mungkin memiliki berat lahir kecil akibat perfusi plasenta yang tidak

adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu

mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan (Aspiani,

2015)
51

.2.8 Pathway

Faktor presdiposisi: usia, jenis kelamin, merokok, stress,


kurang olahraga, genetic, alcohol, konsentrasi garam,
obesitas

Merangsang pusat vasomotor

Merangsang neuron pre ganglion untuk melepaskan asetikolin

Merangsang serabut pasca-ganglion ke pembuluh darah untuk melepaskan


norepinefrin

Kortisol dan steroid lainnya disekresi oleh kelenjar


korteks adrenal Kelenjar medulla adrenal juga
terangsang untuk menyekresi
epinefrin
Memperkuat

Vasokontriksi pembuluh darah

Penurunan aliran darah ke ginjal

Pelepasan renin

Merangsang pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II

Merangsang sekresi aldosteron

Retensi natrium dan air ditubulus

Peningkatan volume intravaskular


52

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah Terapi farmokologi

Perubahan struktur Program terapi komples atau lama

Penyumbatan pembuluh darah Terapi yang harus rutin

vasokontriksi Perilaku yang tidak


mengikuti program
perawatan/ pengobatan

Gangguan sirkulasi
Ketidakpatuhan

Otak Pembuluh darah

Resistensi pembuluh darah Supalai O2 ke otak


Sistemik Koroner
meningkat menurun

Vasokontriksi
Iskemia miokard
Nyeri kepala Gangguan Sinkop
Pola Tidur
Afterload meningkat Nyeri
Ketidakefektifan Perfusi
Jaringan Otak
Penurunan curah jantung

2.1 Bagan Patofisiologi


53

.3 Konsep Ketidakpatuhan

.3.1 Definisi

Perilaku individu atau pemberi asuhan tidak mengikuti rencana

perawatam/ pengobatan yang disepakati dengan tenaga kesehatan,

sehingga menyebabkan hasil perawatan/ pengobatan tidak efektif.

(Herdman & Kamitsuru, 2018).

.3.2 Batasan Karakteristik

1. Menolak menjalani perawatan/ pengobatan

2. Menolak mengikuti anjuran

3. Perilaku tidak mengikuti program

4. Perilaku tidak menjalankan anjuran

5. Tampak tanda/ gejala penyakit/masalah kesehatan masih ada atau

meningkat

6. Tampak komplikasi penyakit/ masalah kesehatan menetap atau

meningkat

.3.3 Faktor Yang Berhubungan

1. Disabilitas (miss penurunan daya ingat, defisit sensorik/motoric)

2. Efek samping program perawatan/pengobatan

3. Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan

4. Lingkungan tidak terapeutik

5. Program terapi kompleks dan/ atau lama


54

6. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (mis. Gangguan

mobilisasi, masalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak

dirumah, cuaca tidak menentu)

7. Program terapi tidak ditanggung asuransi

8. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat deficit kognitif,

kecemasan, gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang

motivasi)

.3.4 Kondisi terkait

1. Kondisi baru terdiagnosis penyakit

2. Kondisi penyakit kronis

3. Masalah kesehatan yang membutuhkan pola hidup

.3.5 Penelitian Tentang Hubungan Lama Sakit dengan Kepatuhan

Minum Obat pada Pasien Hipertensi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Balqis (2018)

didapatkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami lama

sakit hipertensi <5 tahun memiliki kepatuhan tinggi (47,6%)

sedangkan responden yang mengalami hipertensi >5 tahun sebagian

besar memiliki kepatuhan rendah (87,5%). Hal ini menunjukkan

bahwa penanganan hipertensi dengan terapi farmakologi atau obat

yang dilakukan responden masih kurang baik atau kurang patuh. Hal

ini sejalan dengan penelitian Puspita (2016) yang menunjukkan bahwa

responden yang menderita hipertensi >5tahun ditemukan lebih banyak


55

untuk tidak patuh (68,1%) dalam melakukan pengobatan hipertensi,

sedangkan pada responden yang menderita hipertensi ≤5 tahun 64,9%

patuh dalam menjalani pengobatanya. Penelitian lain yang mendukung

hasil penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh

Ramadona (2011) yang menunjukkan bahwa pasien yang telah

mengalami hipertensi selama satu hingga lima tahun cenderung lebih

mamatuhi proses dalam mengonsumsi obat karena adanya rasa ingin

tahu yang besar dan keinginan untuk sembuh besar, sedangkan pasien

yang telah mengalami hipertensi lebih dari lima tahun memiliki

kecenderungan kepatuhan mengonsumsi obat yang lebih buruk. Hal ini

disebabkan pengalaman pasien yang lebih banyak, dimana pasien yang

telah mematuhi proses pengobatan tetapi hasil yang didapatkan tidak

memuaskan, sehingga pasien cenderung pasrah dan tidak mematuhi

proses pengobatan yang dijalani.

Faktor kejenuhan penderita hipertensi yang menjalani

pengobatan atau meminum obatnya dan tingkat kesembuhan yang

dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan juga dapat menjadi faktor

dalam ketidakpatuhan. Pada umumnya pasien yang telah lama

menderita hipertensi tetapi belum kunjung mencapai kesembuhan,

maka dokter akan menambah jenis obat ataupun meningkatkan sedikit

dosisnya, karena dimungkinkan akibat lamanya menderita hipertensi

maka penyakit komplikasi lainnya sudah mulai muncul. Hal ini

mengakibatkan penderita tersebut cenderung tidak patuh.


56

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang

mengalami hipertensi <5 tahun memiliki tingkat kepatuhan minum

obat yang rendah sebanyak 38,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Pujasari, et al (2015) yang menunjukkan

bahwa penderita hipertensi ≤3 tahun cenderung tidak patuh terhadap

pengobatan dibandingkan pasien yang menderita hipertensi >3 tahun.

Sedangkan penelitian yang telah dilakukan oleh Triguna & Sudhana

(2013) menunjukkan responden yang menderita hipertensi <5 tahun

lebih tidak mematuhi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi

(88,6%). Hal ini dapat disebabkan karena responden yang menderita

hipertensi <5 tahun tersebut memiliki alasan lupa, kesibukan

pekerjaan, dan tidak adanya gejala penyakit yang muncul, sehingga

dapat memicu untuk tidak patuh dalam melakukan pengobatan.

.4 Konsep Teori Asuhan Keperawatan

.4.1 Pengkajian

a. Data biografi

Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,

pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnose medis, penanggung

jawab.

Nama :

Umur : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal

penelitiannya pasien yang banyak terjadi

hipertensi berumur 60 ke atas karena, dalam


57

perkembangan lanjut usia penurunan fungsi

tubuh akan banyak terjadi. Penurunan fungsi

tubuh pada lansia diakibatkan karena proses

penuaan. Pada perubahan fisiologis terjadi

penurunan sistem kekebalan tubuh dalam

menhadapi gangguan dari dalam maupun

luar tubuh, salah satu gangguan kesehatan

yang paling banyak dialami pada lansia

adalah pada sistem kardiovaskuler dimana

terjadi penyempitan pada pembuluh darah

akibatnya aliran darah terganggu sehingga

memicu peningkatan tekanan darah.

Menurut peneliti semakin tinggi umur

seseorang maka semakin beresiko.

Jenis Kelamin : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal

penelitiannya pasien yang banyak terjadi

hipertensi berjenis kelamin perempuan

karena berkaitan dengan perubahan hormon

setelah menopouse. Wanita yang belum

menopouse dilindungi oleh hormon estrogen

yang berperan dalam meningkatkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL). Kadar

kolesterol HDL yang tinggi merupakan


58

faktor pelindung dalam mencegah terjadinya

proses aterosklerosis. Efek perlindungan

esterogen dianggap sebaga penjelasan

adanya imunitas bagi wanita pada lanjut usia

premenopouse. Menurut peneliti hipertensi

lebih sering terjadi pada wanita karena

faktor stress yang dialami oleh wanita

membuat wanita lebih rentan terkena

hipertensi.

Suku : Menurut Deli dkk (2019) dalam jurnal

penelitiannya pasien yang banyak terjadi

hipertensi yaitu pada suku minang karena,

pola makan orang minang biasanya

mengkonsumsi garam lebih banyak dan suka

makanan yang asin yang menyebabkan

tingginya penderita hipertensi,

mengkonsumsi makanan yang asin akan

memperburuk kondisi penderita darah tinggi.

Pendidikan : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal

penelitiannya pasien yang beresiko tinggi

terjadi hipertensi berpindidikan SD karena

belum pernah terpapar/mengetahui minum

obat dengan benar.


59

Pekerjaan : Menurut Budiman dkk (2018) dalam jurnal

penelitiannya pekerjaan yang beresiko tinggi

yang terjadi hipertensi bekerja sebagai IRT

karena, pekerjaan tersebut berhubungan

dengan status sosial ekonomi atau

pendapatan keluarga yang berpengaruh

dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan

yang ada.

b. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama: pasien datang dengan keluhan kepala terasa

pusing dan bagian kuduk terasa berat, tidak bisa tidur

2. Riwayat kesehatan sekarang: pasien mengeluh kepala terasa

sakit dan berat penglihatan berkunang-kunang, tidak bisa tidur

3. Riwayat kesehatan dahulu: pasien sudah > dari 5 tahun

mengalami hipertensi, sudah pernah mengkonsumsi obat

hipertensi captopril/amlodipine/dll, awal mengalami hipertensi

pasien mengalami pusing, mata berkunang-kunang dll.

4. Riwayat kesehatan keluarga: dalam struktur keluarga pasien ada

riwayat yang mengalami penyakit hipertensi

c. Data dasar pengkajian

1. Kepala:

Biasanya pasien mengeluh sakit kepala

P: Hipertensi

Q: Terasa berat
60

R: Kepala bagian tengkuk

S: 0-10

T: Terus menerus/hilang timbul

a) Rambut: penyebaran rambut

b) Kulit kepala: bersih atau tidak, ada lesi atau tidak

2. Mata

Mata berkunang-kunang

Inspeksi : simetris, anemia (-/+), icterus (-/+)

Hidung

Inspeksi : simetris, tidak ada sumbatan, lesi (-/+), secret (-/+),

polip (-/+)

Palpasi : benjolan (-/+)

3. Mulut

Inspeksi : lesi(-/+), mukosa bibir lembab atau kering

4. Telinga

Inspeksi : kesimetrisan telinga, kebersihan

5. Leher

Inspeksi : pembesaran kelenjar tiroid (-/+)

Palpasi : meningkatnya vena jugularis dan nyeri tekan (-/+)

6. Dada

Inspeksi : bentuk dada klien

Palpasi : letak iktus kordis

7. Paru

Inspeksi : sinkronasi gerakan dinding dada-abdomen


61

Palpasi : tactile fremitus untuk menilai getaran suara pada

dinding dada

Dada

Perkusi : bunyi paru dan batas paru

Auskultasi : ada atau tidak suara nafas tambahan,

8. Jantung

a. Inspeksi : pulsasi iktus kordis

b. Palpasi : letak iktus kordis

c. Perkusi : bunyi jantung dan batas-batas jantung

d. Auskultasi: suara jantung tambahan

9. Abdomen

a. Inspeksi : bentuk abdomen

b. Auskultasi: bising usus

c. Perkusi : bunyi abdomen

d. Palpasi : apakah ada nyeri tekan dan distensi kandung

kemih

10. Ekstremitas : pemeriksaan kekuatan otot

11. Kulit dan kuku

a. Kulit : perubahan warna kulit dan turgor kulit

b. Kuku : kebersihan dan CRT

12. Genetalia dan anus: kebersihan, adanya lesi atau tidak (Andra,

2013)

Pengkajian pada lansia dengan hipertensi meliputi

1. Aktivitas/istirahat
62

Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

2. Sirkulasi

Gejala: riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung

coroner/katup dan penyakit cerebrocaskuler.

Tanda: kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,

radialis, takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena

jugularis, kulit pucat, sianosis.

3. Integritas ego

Gejala: riwayat perubahan kepribadian, ansietas

Tanda: letupan suasana hlllllllllati, gelisah, tangisan meledak,

otot muka tegang, pernafasan menghela, dan peningkatan pola

bicara

4. Eliminasi

Gejala: gangguan ginjal saat ini atau seperti obstruksi atau

riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu.

5. Makanan/cairan

Gejala: makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi

garam, tinggi lemak serta kolesterol, mual dan muntah,

perubahan BB akhir-akhir ini (meningkat/menurun) dan riwayat

penggunaan diuretik.

Tanda: berat badan normal atau obesitas, adanya edema dan

glikosuria
63

6. Neurosensori

Gejala: keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,

gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epitaksis)

Tanda: status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi

bicara, efek proses piker, penurunan kekuatan genggaman

tangan.

7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala: angina (penyakit coroner/keterlibatan jantung), sakit

kepala (Ibrahim,2011)

.4.2 Analisa Data

Setelah dilakukan pengkajian yaitu pengumpulan data pasien,

maka selanjutnya membuat analisa data. Analisa data merupakan proses

mengelompokkan data, mengkaitkan data, dan akhirnya menarik

kesimpulan yang mana akan diperoleh masalah keperawatan yang

dialami klien.

.4.3 Masalah Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada klien hipertensi adalah:

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan suplai

O2 ke otak menurun

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur


64

4. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler

serebral dan iskemia

5. Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau

lama

.4.4 Intervensi Keperawatan

Rencana yang dapat diberikan pada klien dengan hipertensi adalah:

Tabel 2.1 Konsep Intervensi Keperawatan

Diagnosa SLKI SIKI


Keperawatan
Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi dyspnea,
jantung selama 2 minggu diharapkan penurunan kelelahan, dan edema
berhubungan curah jantung dapat meningkat, dengan 2. Observasi peningkatan berat
dengan kriteria hasil: badan, batuk, dan kulit pucat
perubahan 3. Monitor intake dan output
afterload Curah Jantung cairan
(PPNI, 2019) 4. Monitor berat badan setiap
Batasan Indikator 1 2 3 4 5 hari pada waktu yang sama
Karakteristik: a. Kekuatan nadi 5. Monitor saturasi oksigen
1. Perubahan 6. Monitor EKG
irama b. Tekanan darah 7. Periksa tekanan darah dan
jantung frekuensi nadi sebelum dan
c. Capillary refill
2. Perubahan sesudah aktivitas
time (CRT)
preload 8. Periksa tekanan darah dan
3. Perubahan frekuensi nadi sebelum
afterload Keterangan: pemberian obat
4. Perubahan X: sebelum intervensi 9. Posisikan pasien semifowler
kontraktilitas √: sesudah intervensi atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
1. Menurun / memburuk 10. Berikan diet jantung yang
a Kekuatan nadi sangat lemah dan sesuai berupa batasi
sangat lambat saat di palpasi kolesterol, dan makanan
b Tekanan darah systole > 171 tinggi lemak
mmHg dan tekanan diastole > 130 11. Berikan terapi relaksasi untuk
c CRT > 11 detik; mengurangi stres, jika perlu
2. Cukup menurun / cukup memburuk
a Kekuatan nadi melemah dan lambat
saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 161-
170 mmHg dan tekanan diastole
antara 111-120 mmHg
c CRT 9-10 detik
65

3. Sedang
a Kekuatan nadi sedang dan terasa
saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 151-
160 mmHg dan tekanan diastole
antara 101-110 mmHg
c CRT 6-8 detik
4. Cukup meningkat / cukup membaik
a Kekuatan nadi cukup kuat dan
terasa saat di palpasi
b Tekanan darah systole antara 141-
150 mmHg dan tekanan darah
diastole 91-100 mmHg
c CRT 3-5 detik
5. Meningkat / membaik
a. Kekuatan nadi kuat dan sangat
terasa saat di palpasi
b. Tekanan darah systole antara 110-
140 mmHg dan tekanan darah
diastole 70-90 mmHg
c. CRT < 2 detik

ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor peningkatan TD


perfusi jaringan selama 2 minggu diharapkan perfusi 2. Monitor penurunan
otak jatingan otak dapat meningkat, dengan frekuensi nadi
berhubungan kriteria hasil: 3. Monitor ireguleritas irama
dengan suplai napas
O2 keotak Perfusi Serebral 4. Monitor perlambatan atau
menurun (PPNI, ketidaksimetrisan respon
2019) Indikator 1 2 3 4 5 pupil
a. Tekanan 5. Monitor intake dan output
intra cairan
kranial 6. Monitor saturasi oksigen
(Tekanan 7. Berikan posisi semi fowler
darah, 8. Pertahankan suhu tubuh
frekuensi normal
nadi,
frekuensi
nafas)

b. Sakit kepala

c. Gelisah

X: Sebelum Intervensi
√: Sesudah Intervensi

1. Meningkat
a. Tekanan darah systole: >171
mmHg tekanan darah diastole:
>121 mmHg, nadi: >131x/menit,
pernafasan: >36x/menit
b. Pasien dalam 1 minggu setiap hari
mengeluh sakit kepala
c. Pasien dalam 1 minggu setiap hari
gelisah
2. Cukup meningkat
a Tekanan darah systole: 161-170
66

mmHg tekanan darah diastole:


111-120 mmHg, nadi: 121-
130x/menit, pernafasan: 32-
35x/menit
b Pasien dalam 1 minggu 2 hari
sekali mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu 2 hari
sekali gelisah
3. Sedang
a Tekanan darah systole: 151-160
mmHg tekanan darah diastole:
101-110 mmHg, nadi: 111-
120x/menit, pernafasan: 29-
31x/menit
b Pasien dalam 1 minggu 3 hari
sekali mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu 3 hari
sekali gelisah
4. Cukup menurun
a Tekanan darah systole: 141-150
mmHg tekanan darah diastole: 91-
100 mmHg, nadi: 101-110x/menit,
pernafasan: 25-28x/menit
b Pasien dalam 1 minggu hanya 1
hari atau hanya beberapa jam saja
mengeluh mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu hanya 1
hari atau hanya beberapa jam saja
gelisah
5. Menurun
a Tekanan darah systole: 110-140
mmHg tekanan darah diastole: 70-
90 mmHg, nadi: 60-100x/menit,
pernafasan: 18-24x/menit
b Pasien dalam 1 minggu tidak
mengeluh sakit kepala
c Pasien dalam 1 minggu tidak
gelisah sama sekali

Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi pola tidur


tidur selama 2 minggu diharapkan pola tidur a Menanyakan apakah
berhubungan dapat meningkat, dengan kriteria hasil: pasien suka tidur
dengan siang?
(PPNI, 2019) Pola Tidur b Mulai jam berapa
Batasan tidurnya dan sampai
karakteristik: Indikator 1 2 3 4 5 jam berapa?
1. Mengeluh a. Sulit tidur c Biasanya tidur malam
sulit tidur mulai jam berapa?
2. Mengeluh b. Sering d Bagaimana rasanya
sering terjaga saat bangun tidur?
terjaga e Bagaimana
c. Pola tidur
3. Mengeluh perasaannya saat ini
berubah
tidak puas saat tidak dapat tidur
tidur secara teratur?
4. Mengeluh Keterangan:
pola tidur X : sebelum intervensi
berubah 2. Observasi faktor
√ : sesudah intervensi
67

5. Mengeluh pengganggu tidur


istirahat 1. Menurun a Apakah saat ini
tidak cukup a Pada malam hari pasien tidak mempunyai masalah
tidur sama sakali hingga tidak bisa tidur?
b Pada malam hari pasien terjaga b Apakah saat ini ada
dan tidak tidur fikiran hingga tidak bisa
c Pola tidur pasien sangat berubah tidur?
2. Cukup menurun c Apakah sesuatu yang
a Pada malam hari pasien bisa tidur menyebabkan tidak
hanya 1-2 jam dapat tidur nyaman?
b Pada malam hari pasien terjaga 5- 3. Identifikasi makanan dan
7 jam baru bisa tidur kembali minuman yang mengganggu
c Pola tidur pasien banyak berubah tidur
3. Sedang a. Apakah pasien minum
a Pada malam hari pasien bisa tidur kopi sebelum tidur?
hanya 3-4 jam b. Apakah pasien minum
b Pada malam hari pasien terjaga 3- teh sebelum tidur?
4 jam baru bisa tidur kembali c. Apakah makanan yang
c Pola tidur pasien berubah dikonsumsi pasien saat
4. Cukup meningkat mendekati tidur?
a Pada malam hari pasien bisa tidur d. Apakah pasien banyak
5-7 jam minum air sebelum
b Pada malam hari pasien terjaga 1- tidur?
2 jam baru bisa tidur kembali 4. Modifikasi tempat tidur
c Pola tidur pasien sedikit berubah pasien
5. Meningkat 5. Lakukan prosedur untuk
a Pada malam hari pasien dapat meningkatkan kenyamanan
tidur pulas > 8 jam a. Mengatur posisi yang
b Pada malam hari pasien tidak nyaman
terjaga sama sekali b. Berikan pijatan untuk
c Pola tidur pasien tidak berubah meningkatkan
kenyamanan
6. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
7. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur

Nyeri akut Pasien dalam 1 minggu tidak gelisah 1. Tanyakan lokasi,


berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan karakteristik, durasi,
dengan agen selama 2 minggu diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas, dan
pencedera dapat meningkat menjadi tidak nyeri, intensitas nyeri (P,Q,R,S,T)
fisiologis dengan kriteria hasil: 2. Tanyakan faktor yang
(PPNI, 2019) memperberat dan
Batasan Tingkat Nyeri memperingan nyeri
Karakteristik: 3. Tanyakan pengetahuan dan
1. Gelisah Indikator 1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
2. Bersikap a. Skala nyeri 4. Monitor efek samping
protektif penggunaan analgetik
( mis. b. Frekuensi 5. Ajarkan teknik
Waspada, nadi nonfarmakologis relaksasi
posisi nafas dalam untuk
c. Nafsu makan
menghindari mengurangi rasa nyeri
nyeri 6. Kontrol lingkungan yang
3. Frekuensi Keterangan: memperberat rasa nyeri
nadi X : sebelum intervensi 7. Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat √ : sesudah intervensi 8. Jelaskan penyebab, periode,
68

4. Sulit tidur dan pemicu nyeri


5. Tekanan 1. meningkat / memburuk 9. Jelaskan strategi meredakan
darah a Skala nyeri dalam angka 9-10 / nyeri
meningkat kualitas nyeri berupa sangat berat 10. Anjurkan memonitor nyeri
6. Pola napas b Frekuensi nadi > 131x/menit secara mandiri
berubah c Pasien tidak nafsu makan sama 11. Kolaborasi untuk pemberian
7. Nafsu makan sekali dan pasien tidaak mau makan analgesik
berubah sama sekali
8. Proses 2. cukup meningkat / cukup memburuk
berpikir a. Skala nyeri dalam angka 7-8 /
terganggu kualitas nyeri berupa berat
9. Menarik diri b. Frekuensi nadi 121-130x/menit
10. Berfokus c. Nafsu makan cukup menurun
pada diri pasien hanya makan 1-2 sendok
sendiri 3. sedang
11. Diaphoresis a Skala nyeri dalam angka 4-6 /
kualitas nyeri berupa sedang
b Frekuensi nadi 111-120x/menit
c Nafsu makan menurun pasien
hanya mampu menghabiskan ¼
porsi
4. cukup menurun / cukup membaik
a. Skala nyeri dalam angka 1-3 /
kualitas nyeri berupa ringan
b. Frekuensi nadi 101-110x/menit
c. Nafsu makan sedikit menurun
pasien mampu menghabiskan ½
porsi
5. menurun / membaik
a Skala nyeri dalam angka 0 / tidak
merasakan nyeri sama sekali
b Frekuensi nadi 60-100x/menit
c Nafsu makan baik pasien mampu
menghabiskan 1 porsi

Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kepatuhan


berhubungan selama 2 minggu diharapkan kepatuhan menjalani program
dengan program dapat meningkat, dengan kriteria hasil: pengobatan
terapi kompleks Tanyakan ke pasien tentang
atau lama Tingkat Kepatuan kepatuhan jadwal minum
Definisi : obat
perilaku individu Indikator 1 2 3 4 5 a Apakah pasien sudah
atau pemberi a. Perilaku benar dosis pengobatan?
asuhan dalam mengikuti b Apakah pasien sudah
mengikuti program benar obatnya?
rencana perawatan c Apakah pasien sudah
perawatan/pengo / benar dalam waktu
-batan yang pengobata pengobatan?
disepakati n d Apakah pasien sudah
dengan tenaga benar rute obat?
kesehatan, b. Perilaku 2. Buat komitmen menjalani
sehingga hasil menjalan program pengobatan dengan
perawatan/pengo kan baik
batan efektif. anjuran a. Menyiapkan lembar
(PPNI, 2019) observasi pasien tentang
c. Tanda dan
Batasan kepatuhan dalam 5B
gejala
Karakteristik: (benar pasien, benar
1. Menolak obat, benar waktu, benar
69

menjalani Keterangan: rute, benar dosis) minum


perawatan/ X: sebelum Intervensi obat.
pengobatan √: Setelah Intervensi 3. Dokumentasikan aktivitas
2. Menolak selama menjalani proses
perilaku 1. Memburuk pengobatan
mengikuti a Pasien selama 1 hari minum obat a. Menjelaskan kepada
anjuran captopril: 0mg, amlodipine 0mg. perawat tentang mengisi
3. Perilaku nifedipine: 0mg, enalpril 0mg lembar observasi dalam
tidak b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat
mengikuti minum obat captopril: 0 kali, 4. Diskusikan hal-hal yang
program amlodipine: 0 kali, nifedipine: 0 dapat mendukung atau
4. Perilaku kali, enalpril: 0 kali menghambat berjalannya
tidak c Pasien dalam 1 hari mengeluh program pengobatan
menjalankan tanda dan gejala ≥5 dalam 13 Komunikasikan pada pasien
anjuran tanda dan gejala pada hipertensi mengenai jadwal minum
5. Tampak 2. Cukup memburuk obat yang telah disepakati
tanda/gejala a Pasien selama 1 hari minum obat a Memberitahukan bahwa
penyakit/ captopril: 37,5mg, amlodipine: pasien harus minum
masalah 2.5mg, nifedipine: 10mg, enalpril: obat harus benar
kesehatan 10mg dosisnya
masih ada b Pasien dalam 1 hari frekuensi b Memberitahukan bahwa
atau minum obat captopril: ½ dosis, pasien harus minum
meningkat amlodipine: ¼ dosis, nifedipine: ¼ obat harus benar
6. Tampak dosis, enalpril: ¼ dosis obatnya
komplikasi c Pasien dalam 1 hari mengeluh c Memberitahukan bahwa
penyakit/ tanda dan gejala 4 dalam 13 tanda pasien harus minum
masalah dan gejala pada hipertensi obat harus benar waktu
kesehatan 3. Sedang minum obat
menetap atau a. Pasien selama 1 hari minum obat d Memberitahukan bahwa
meningkat captopril: 75mg, amlodipine: 5mg pasien harus minum
dosis, nifedipine: 20mg, enalpril: obat harus benar rute
20mg obatnya
b. Pasien selama 1 hari frekuensi 5. Informasikan program
minum obat captopril: 1 kali, pengobatan yang harus
amlodipine: ½ dosis, nifedipine: ½ dijalani
dosis, enalpril: ½ dosis a. Berikan penyuluhan
c. Pasien dalam 1 hari mengeluh mengenai obat yang
tanda dan gejala 3 dalam 13 tanda harus dikonsumsi
dan gejala pada hipertensi 6. Informasikan manfaat yang
4. Cukup membaik akan diperoleh jika teratur
a Pasien selama 1 hari minum obat menjalani program
captopril: 112,5mg, amlodipine: pengobatan
7.5mg, nifedipine: 30mg, enalpril: a. Berikan penyuluhan
30mg mengenai manfaat yang
b Pasien dalam 1 hari frekuensi akan diperoleh jika
minum obat captopril: 2 kali, patuh minum obat dalam
amlodipine: ¾ dosis ,nifedipine: ¾ 5B
dosis, enalpril: 1 kali
c Pasien dalam 1 hari mengeluh
tanda dan gejala 2 dalam 13 tanda
dan gejala pada hipertensi
5. Membaik
a Pasien selama 1 hari minum obat
captopril: 150mg, amlodipine:
10mg, nifedipine: 40mg, enalpril:
40mg
b Pasien dalam 1 hari frekuensi
minum obat captopril: 3 kali,
70

amlodipine: 1 kali, nifedipine: 1


kali, enalpril: 2 kali
c Pasien dalam 1 hari mengeluh
tanda dan gejala 1-0 dalam 13
tanda dan gejala pada hipertensi
71

.4.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi ini merupakan tahap keempat proses

keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan. Dengan rencana keperawatan yang dibuat

berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi di harapkan dapat

mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan

meningkatkan status kesehatan.

Implementasi meliputi klien, perawat, dan staf lainnya yang

akan melaksanakan rencana. Komponen lain dari proses

keperawatan, seperti pengkajian dan perencanaan, berlanjut selama

komponen ini. Kemampuan perawat untuk melaksanakan

keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis mempengaruhi

efektifitas tindakan yang diberikan. Implementasi terdiri dari 3 fase

yaitu: persiapan, implementasi, dan pasca-implementasi (Wijaya,

2013).

Implementasi Ketidakpatuhan:

1. Menanyakan ke pasien tentang kepatuhan jadwal minum obat

a. Apakah pasien sudah benar dosis pengobatan?

b. Apakah pasien sudah benar obatnya?

c. Apakah pasien sudah benar dalam waktu pengobatan?

d. Apakah pasien sudah benar rute obat?


72

2. Menyiapkan lembar observasi pasien tentang kepatuhan dalam

5B (benar pasien, benar obat, benar waktu, benar rute, benar

dosis) minum obat.

3. Menjelaskan kepada perawat tentang mengisi lembar

observasi dalam minum obat

4. Mengkomunikasikan pada pasien mengenai jadwal minum

obat yang telah disepakati

a Memberitahukan bahwa pasien harus minum obat harus

benar dosisnya

b Memberitahukan bahwa pasien harus minum obat harus

benar obatnya

c Memberitahukan bahwa pasien harus minum obat harus

benar waktu minum obat

d Memberitahukan bahwa pasien harus minum obat harus

benar rute obatnya

5. Berikan penyuluhan mengenai obat yang harus dikonsumsi

6. Berikan penyuluhan mengenai manfaat yang akan diperoleh jika

patuh minum obat dalam 5B

.4.6 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil dari suatu tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan selama dalam proses asuhan

keperawatan yang penulis lakukan pada klien dengan hipertensi.


73

Evaluasi proses harus dilaksanakan untuk membantu keefektifan

terhadap
74

tindakan. Kriteria keberhasilan (evaluasi hasil) yaitu menilai hasil

asuhan keperawatan yang ditunjukan dengan perubahan tingkah laku

klien. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan keperawatan secara

paripurna.

Adapun teknik penilaian (evaluasi), antara lain (Wijaya, 2013):

1. Wawancara : berkaitan dengan perubahan sikap, apakah telah

menjalankan anjuran yang diberikan perawat.

2. Observasi : mengamati secara langsung perubahan yang terjadi

(lembar observasi terlampir pada hal 80)

3. Dokumentasi : membuat laporan dari rencana asuhan keperawatan

yang dibuat.

Dengan langkah-langkah evaluasi sebagai berikut:

1. Menentukan kriteria, standard an pertanyaan evaluasi

2. Mengumpulkan data baru tentang klien

3. Menafsirkan data baru

4. Membandingkan hasil dan membuat kesimpulan

Tujuan dari evaluasi yaitu:

1. Mengevaluasi status kesehatan klien

2. Menentukan perkembangan tujuan perawatan

3. Menentukan efektivitas dari rencana keperawatan yang telah

ditetapkan

4. Sebagai dasar menentukan diagnosis keperawatan sudah tercapai

atau tidak, adanya perubahan diagnosis.


BAB III

METODE PENELITIAN

.1 Rancangan Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian ilmiah tidak akan lepas dari metode yang

digunakan dalam penelitian tersebut. Desain laporan yang di gunakan pada

penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini membahas

tentang asuhan keperawatan pada lansia hipertensi dengan ketidakpatuhan

minum obat di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang.

.2 Batasan Istilah

Batasan dalam studi kasus ini dilakukan pada lansia hipertensi dengan

ketidakpatuhan.

.2.1 Definisi Lansia

Lansia adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun dengan

mengalami perubahan-perubahan meliputi perubahan fisik dan perubahan

fungsi organ tubuh

.2.2 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik yang melebihi

dari 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.


76

.2.3 Definisi Ketidakpatuhan

Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu yang tidak mematuhi

pengobatan sehingga pasien mengalami keluhan.

.3 Partisipan

Subyek yang digunakan sebagai partisipan dalam studi kasus ini adalah

dua klien yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

.3.1 Kriteria Inklusi

1. Klien terdiagnosa hipertensi yang sudah lama > 5 tahun

2. Klien tinggal di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang

3. Klien lansia dengan batas usia 60-74 tahun

4. Klien mengalami ketidakpatuhan dalam minum obat dengan kriteria

seperti :

a. Menolak menjalani perawatan/ pengobatan

b. Menolak perilaku mengikuti anjuran


77

c. Perilaku tidak mengikuti program

d. Perilaku tidak menjalankan anjuran

e. Tampak tanda/gejala penyakit/ masalah kesehatan masih ada atau

meningkat

.3.2 Kriteria eksklusi

1. Klien yang terdiagnosa hipertensi dengan penyakit penyerta lainnya

seperti: demensia, diabetes mellitus, dan gangguan jantung.

.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Lansia Al-Islah Malang. Waktu

penelitian studi kasus ini dimulai pada 28 juli 2020 sampai 31 Agustus 2020

dilakukan selama 2 minggu dengan kunjungan minimal 4 kali selama

perawatan. Lama waktu asuhan keperawatan pada klien bisa menyesuaikan

sesuai dengan target keberhasilan dari tindakan.

.5 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Wawancara

Wawancara merupakan hasil anamnesis yang berisi tentang identitas

pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-dahulu-keluarga dan

lain-lain. Sumber data ini diperoleh dari klien, keluarga atau perawat

lainnya

2. Observasi

Observasi dan pemeriksaan fisik pada system tubuh klien dengan

pendekatan IPPA meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.

3. Studi Dokumentasi dan Angket


78

Studi dokumentasi dan angket merupakan hasil pemeriksaan diagnostic

dan data lain yang relevan (Prawoto, 2015).

.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data atau

informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.

Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument yang

utama), uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu

pengamatan atau tindakan dan sebagai sumber informasi tambahan

menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat, dan

keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Prawoto, 2015).

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian. Triagulasi dapat dilakukan dengan menggunakan

teknik yang berbeda yaitu wawancara, observasi, dan dokumen. Triangulasi

ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk

memperkaya data. Selain itu triangulasi juga menggunakan waktu yang

dimana data dari wawancara di pagi hari karena data lebih valid dan kredibel.

Trangulasi sumber adalah membandingkan mengecek ulang derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,

membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan

secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.


79

Triangulasi waktu adalah digunakan untuk validitas data yang berkaitan

dengan pengamatan dapat berbeda dalam mengamati fenomena yang sama.

Pengamatan dan wawancara dengan menggunakan dua atau lebih

pengamat/pewawancara akan dapat memperoleh data yang lebih abash.

Sebelumnya tim peneliti perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan

kriteria/acuan pengamatan atau wawancara.

Triangulasi metode adalah usaha mencek keabsahan data, atau mencek

keabsahan temuan penelitian. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan

menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

data yang sama. Pelaksanaannya dapat juga dengan cara cek dan recek.

.7 Alur Studi Kasus

Permohonan surat ijin penelitian

Populasi seluruh klien Hipertensi dengan Ketidakpatuhan minum obat


dengan jumlah 28 lansia

Peneliti menentukan 2 partisipan berdasarkan karakteristik yang ditentukan

Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

Informed consent memastikan legalitas persetujuan dengan surat persetujuan bersedia menjadi responden

Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, teknik dan waktu

Hasil dan pembahasan

Analisa data

Pemeriksaan kesimpulan
80

Penyajian hasil studi kasus

.1 Bagan Alur Studi Kasus


.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis yang

digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang

menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan dibandingkan

teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut.

Menurut Prawoto, 2015 dalam urutan dalam analisis adalah:

1) Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen).

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam

bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2) Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan dalam bentuk

catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan

dikelompokkan menjadi data subjektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan

hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3) Penyajian data
81

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks

naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari pasien serta surat inform consent yang telah disetujui

responden

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan

hasil penelitian terdahulu secara teoritis dengan perilaku kesehatan.

Penarikan kesimpulan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan

terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, dan

evaluasi.

.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan studi kasus, peneliti mengajukan permohonan ijin kepada

kepala Panti. Untuk mendapatkan persetujuan dengan menekankan pada

masalah studi kasus yang meliputi:

1. Informed Consent (persutujuan menjadi pasien)

Sebelum memberikan lembar persetujuan peneliti menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan kepada responden. Jika

responden menolak maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap

menghormati keputusan responden.

2. Anonymity (tanpa nama)


82

Untuk menjaga privasi responden, peneliti tidak mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data dan hanya memberi huruf

atau inisial pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari pasien dijamin

kerahasiaanya oleh peniliti. Hanya data tertentu saja yang disajikan dalam

bentuk kesimpulan data.

4. Justice (keadilan)

Perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam situasi yang sama,

artinya menekankan persamaan dari kebutuhan, bukannya kekayaan,

kedudukan social dan politik.

5. Non Maleficience (tidak merugikan)

Peneliti sebaiknya mengusahakan semaksimal mungkin agar subjek

tidak terpapar oleh perlakuan yang akan merugikan jiwa maupun

kesehatan dan kesejahteraan.

6. Veracity (kejujuran)

Prinsip kejujuran berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini

diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat

mengerti.

7. Beneficence (berbuat baik)

Penelitian yang harus secara nyata lebih besar kadarnya dibanding

risiko yang mungkin akan dialami oleh subyek penelitian dan harus
83

dilakukan dengan metode yang benar secara ilmiah serta harus

dilaksanakan oleh peneliti yang kompeten di bidangnya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

.1 Hasil

.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Pondok Lansia Al-Ishlah

Lokasi Pondok Lansia Al-Ishlah Malang berada di Jalan Laksada Adi

Sucipto No.30, Pandanwangi, kec. Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur.

Pondok lansia merupakan panti jompo muslim yang pertama kali berdiri di

Jawa Timur. Pondok Lansia Al-Ishlah dibangun pada tahun 2008 kemudian

diresmikan pada tanggal 21 Desember 2009 dan mulai dioperasikan pada 10

Januari 2010. Pondok lansia Al-Ishlah merupakan sebuah yayasan dari

organisasi dengan kepengurusan yang terdiri oleh ketua, wakil ketua,

sekretaris, bendahara, dan seksi umum. Biaya pembelian tanah dan

pembangunan diperoleh dari sedekah masyarakat atau sukarelawan yang

bersedia membantu. Total lansia yang tinggal di Pondok Al-Ishlah sebanyak

27 lansia.

2. Visi Misi Pondok Lansia Al-Ishlah

a. Untuk menolong eyang-eyang putri yang wajib harus ditolong dengan

syarat ada pihak yang bertanggung jawab (keluarga dari lansia)

b. Menjadikan pondok lansia sebagai tempat penitipan yang layak

c. Mampu mengembangkan pondok baik dari segi fasilitas dan perawatan

d. Semakin menambah pengetahuan untuk mahasiswa yang ingin

menambah ilmu atau pengalaman

84
85

3. Struktur Organisasi

Pembina 1 : Hj. Nur Hidayati

Pembina 2 : Hj. Siti Mudawarnah

Pengawas : H. Shohibul Umam S.T

Ketua : H. Mahfud

Wakil ketua : Parnoto S.H

Sekretaris 1 : H. Zainudin S.H

Sekretaris 2 : H. Irfan

Bendahara : Nursiyanto

Seksi umum 1 : H. Asnan Rofi’i

Seksi umum 2 : Didik Suhartono S.E

4. Fasilitas

Pondok lansia menyediakan fasilitas seperti kamar tidur, tempat tidur,

lemari, kamar mandi, dan kursi roda. Sedangkan dari yayasan sendiri

menyediakan kasur, selimut dan bantal. Pondok lansia menyediakan makanan

untuk sarapan, makan siang, dan makan sore. Serta menyediakan perawat

yang suka rela untuk memeriksa kesehatan, seperti tensi darah dan

pemeriksaan lainnya. Menyediakan dokter pribadi bila ada lansia yang dalam

keadaan darurat.
86

.1.2 Pengkajian

1. Identitas

Tabel 4.1 Identitas

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2

Nama: Ny.Sm Ny.S


Alamat: Muharto Sumbersari

Jenis Kelamin: Perempuan Perempuan


(1) Laki-laki
(2) Perempuan

Umur: Elderly Elderly


(1) Middle
(2) Elderly
(3) Old
(4) Very Old

Status: Janda Janda


(1) Menikah
(2) Tidak menikah
(3) Janda
(4) Duda
Agama : Islam Islam
(1) Islam
(2) Protestan
(3) Hindu
(4) Katholik
Jawa Jawa
Suku:
(1) Jawa
(2) Madura
(3) Lain-lain,

SMU SMU
Tingkat Pendidikan:
(1) Tidak tamat SD
(2) Tamat SD
(3) SMP
(4) SMU
(5) PT
(6) Buta huruf

Panti Panti
Status tempat tinggal :
(1) Rumah pribadi
87

(2) Keluarga
(3) Tuna wisma
(4) Panti
Tidak, pasien tidak ada Tidak, pasien tidak ada
Sumber pendapatan: pendapatan karena pendapatan karena
tinggal di panti tinggal di panti
(1) Ada, jelaskan
(2) Tidak, jelaskan

Lama tinggal di Panti : < 1 tahun < 1 tahun


(1) < 1 tahun
(2) 1-3 tahun
(3) > 3 tahun

Keluarga yang dapat Ada Ada


dihubungi:
(1) Ada
(2) Tidak

Keluhan yang dirasakan saat rasa pegal tidak nyaman rasa pegal tidak
ini : pada tengkuk, jantung nyaman pada tengkuk,
(1) Nyeri dada terasa berdetak cepat telinga berdenging
(2) Pusing telinga berdenging seperti ada anginnya
(3) Batuk seperti terasa berat. dan perasaan berputar
(4) Panas seperti ingin jatuh
(5) Sesak apalagi saat habis tidur
(6) Gatal kemudian duduk
(7) Diare
(8) Jantung berdebar

Penyakit saat ini : Hipertensi Hipertensi


(1) Sesak nafas/PPOM
(2) Nyeri sendi/rematik
(3) Diare
(4) Penyakit kulit
(5) Jantung
(6) Mata
(7) DM
(8) Hipertensi

Apa keluhan yang anda Pusing Pusing


rasakan tiga bulan terakhir:
(1) Nyeri dada
(2) Pusing
(3) Batuk
(4) Panas
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare
(8) Jantung berdebar
(9) Nyeri sendi
(10) Penglihatan kabur
88

Kejadian penyakit 3 bulan Hipertensi Hipertensi


terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM
(2) Nyeri sendi/rematik
(3) Diare
(4) Penyakit kulit
(5) Jantung
(6) Mata
(7) DM
(8) Hipertensi

STATUS FISIOLOGIS Tegap Tegap


Bagaimana postur tulang
belakang lansia :
(1) Tegap
(2) Membungkuk
(3) Kifosis
(4) Skoliosis
(5) Lordosis

2. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik

Observasi Kasus 1 Kasus 2

S : 36,9oC 36,7oC
N : 86x/menit 82x/menit
TD : 180/100mmHg 190/90mmHg
RR : 20x/menit 21x/menit
TB: 157 154
BB: 50 60
GCS: 456 456

1. Kepala
Bersih Bersih
Kebersihan : kotor/bersih Tidak Tidak
Kerontokan rambut : ya/tidak Pasien Tidak
Keluhan : ya/tidak mengeluh
Jika ya, jelaskan : kepala gatal
karna ada kutu
dan beruban

2. Mata Tidak Tidak


Tidak Tidak
Konjungtiva : anemis/tidak
Tidak Tidak
Sclera : ikterik/tidak
Pasien tidak Tidak
Strabismus : ya/tidak
bisa lihat
Penglihatan : kabur/tidak
Tidak Tidak
Tidak Tidak
Peradangan : ya/tidak
Tidak Tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan :
Simetris Simetris
89

3. Hidung Tidak Tidak


Tidak Tidak
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan : Baik Baik
Lembab Lembab
4. Mulut dan tenggorokan Tidak Tidak
Kebersihan : baik/tidak Tidak, Tidak,
Mukosa : kering/lembab Tidak Tidak
Peradangan/stomatitis : ya/tidak Tidak Tidak
Gigi geligi : karies/tidak, Tidak Tidak
ompong/tidak Tidak Tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah : ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak Bersih Bersih
Tidak Tidak
Terganggu Tidak
Pasien tidak
5. Telinga
bisa mendengar
Kebersihan : bersih/tidak suara kecil jadi
Peradangan : ya/tidak ketika berbicara
Pendengaran : terganggu/tidak harus berbisik
Jika terganggu, jelaskan: dan bersuara
dengan keras

Tidak Tidak
Tidak Tidak
Tidak Tidak

6. Leher
Normal chest Normal chest
Pembesaran kelenjar tyroid: ya/tidak
JVD : ya/tidak Tidak Tidak
Kaku kuduk : ya/tidak Tidak Tidak
Tidak Tidak
7. Dada Tidak Tidak
Tidak Tidak
Bentuk dada : normal chest/barrel
chest/pigeon chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Tidak Tidak
Wheezing : ya/tidak
Tidak Tidak
Ronchi : ya/tidak
Tidak Tidak
Suara jantung tambahan : ya/tidak
Ictus cordis : ya/tidak
Tidak Tidak
8. Abdomen
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak Baik Baik
Supel : ya/tidak Tidak Tidak
Bising usus : ada/tidak, frekuensi : Tidak Tidak
kali/menit
Massa : ya/tidak, region
Skala 3 Skala 4
9. Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
90

Hemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak

10. Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1-5)
Kekuatan otot Tegap (normal) Tegap
1 : lumpuh (normal)
2 :ada kontraksi Maksimal Maksimal
2 :Melawan gravitasi dengan sokongan Tidak Tidak
3 :Melawan gravitasi tapi tidak ada
tahanan Tidak Tidak
4 :Melawan gravitasi dengan tahanan Tidak, tidak Tidak, tidak
sedikit Tidak Tidak

5 :Melawan gravitasi dengan kekuatan


penuh
Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap Baik Baik
(normal) Tidak Tidak
Rentang gerak : maksimal/terbatas Lembab Lembab
Deformitas : ya/tidak, Tidak Tidak
Jelaskan :
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Penggunaan alat bantu : ya/tidak,
Jenis :

11. Integumen

Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak,
jelaskan :

3. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia

a. Keseimbangan Berdiri

Tabel 4.3 Keseimbangan berdiri pasien 1

SKORE BANTUAN BANTUAN LANGKAH TIDAK PERLU


PENUH SEBAGIAN DEMI BANTUAN
LANGKAH
TIDAK
LENGKAP

0 - <10 detik - >10 detik

1 - < 10 10 detik -
detik/tidak
mampu

2 <3 detik/tidak 10 detik - -


91

mampu

3 3-9 detik 10 detik - -

4 >10 detik >10 detik - Tidak mampu

Jumlah skor keseimbangan berdiri : 1

Tabel 4.4 Keseimbangan berdiri pasien 2

SKORE BANTUAN BANTUAN LANGKAH TIDAK PERLU


PENUH SEBAGIAN DEMI BANTUAN
LANGKAH
TIDAK
LENGKAP

0 - <10 detik - >10 detik

1 - < 10 10 detik -
detik/tidak
mampu

2 <3 detik/tidak 10 detik - -


mampu

3 3-9 detik 10 detik - -

4 >10 detik >10 detik - Tidak mampu

Jumlah skor keseimbangan berdiri : 0

b. Kecepatan Berjalan (berjalan ± 2,5 meter)


Skore 0 : tidak mampu

Skore 1 : lebih dari 5,6 detik

Skore 2 : 4,1-5,6 detik

Skore 3 : 3,2 – 4 detik

Skore 4 : kurang dari 3,2 detik

Jumlah skore berjalan pasien 1: Lebih dari 5,6 detik


92

Jumlah skore berjalan pasien 2: Lebih dari 5,6 detik

4. Pengkajian Psikososial

Tabel 4.5 Pengkajian Psikososial

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Motivasi penghuni panti Kemampuan Kemampuan
(1) Kemampuan sendiri sendiri sendiri
(2) Terpaksa

Hubungan dengan orang lain dalam


wisma Mampu Mampu
(1) Tidak dikenal berinteraksi berinteraksi
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu bekerjasama

Hubungan dengan orang lain diluar


wisma didalam panti Mampu Mampu
(1) Tidak dikenal berinteraksi berinteraksi
(2) Sebatas kenal
(3) Mampu berinteraksi
(4) Mampu bekerjasama

Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma


lainnya dalam panti : Sering Sering
(1) Selalu
(2) Sering
(3) Jarang
(4) Tidak pernah

Stabilitas emosi
(1) Labil Stabil Stabil
(2) Stabil
(3) Iritabel, Jelaskan
(4) Datar

Frekuensi kunjungan keluarga :


(1) 1 kali/bulan Tidak pernah 2x/bulan
(2) 2 kali/bulan
(3) Tidak pernah

5. Pengkajian Fungsional Lansia

a. Pengkajian Emosional

Tabel 4.6 Pengkajian Emosional


93

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah Tidak Tidak
tidur
(2) Ada masalah atau banyak pikiran Tidak Tidak
(3) Apakah klien murung atau Tidak Tidak
menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau Tidak Tidak
kuatir

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika


jawabannya ya 1 atau lebih
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau - -
lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran - -
(3) Ada gangguan atau masalah - -
dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau - -
penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri - -

Lebih dari 1 atau sama dengan 1


jawaban ya, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan
emosional

b. Pengkajian Kecemasan

Tabel 4.7 Pengkajian Kecemasan Pasien 1

Tingkat Karakteristik Ya Tidak


kecemasa
n

Ringan Fisiologis
1. TTV Normal √
2. Ketegangan Otot Menurun √

Emosional

3 Nyaman, Rileks √
4. Suara Tenang √
5. Perilaku Biasa √

Kognitif

6. Tanggap Terhadap Rangsangan √


94

7. Dapat Mengatasi Masalahnya Sendiri √

Subyektif

8. Penuh Perhatian √

Sedang Fisiologis

9. TTV Mulai Meningkat √

10. Ketegangan Otot Meningkat √

Emosional

11. Ketakutan √

12. Ketegangan √

Kognitif

13. Perhatian Fokus √

Subyektif

14. Telapak Tangan Berkeringat √

15. Waspada √

Fisiologi

16. TTV Meningkat √

17. Sering BAK √

18. Nafsu Makan Menurun √

19. Sesak Nafas √

Berat 20. Pusing √

Emosional

21. Perasaan Terancam √

22. Otot Kaku √

Subyektif

23. Hyperactive √

Panik Fisiologi

24. Tekanan Darah Menurun √

25. Nadi Meningkat √

26. Wajah Pucat √

Emosional

27. Menangis √

28. Perilaku Menyerang √

29. Marah √
95

Kognitif

30. Tidak Memakai Logika √

Subyektif

38. Nyeri Dada √

39. Bicara Cepat √

40. Gelisah √

Jumlah 8 32

Skor akumulasi :

Ringan : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan ringan.

Sedang : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan sedang

Berat : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan berat

Panik : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

panik.

(Dimodifikasi dari Arnold dan Carson. 1996. Mental Health Nursing:

The Nurse, Patient Journey. Philadelphia: Sounders Company).

Tabel 4.8 Pengkajian Kecemasan Pasien 2

Tingkat Karakteristik Ya Tidak


kecemasa
n

Ringan Fisiologis

1. TTV Normal √

2. Ketegangan Otot Menurun √


96

Emosional

3. Nyaman, Rileks √

4. Suara Tenang √

5. Perilaku Biasa √

Kognitif

6. Tanggap Terhadap Rangsangan √

7. Dapat Mengatasi Masalahnya Sendiri √

Subyektif

8. Penuh Perhatian √

Sedang Fisiologis

9. TTV Mulai Meningkat √

10. Ketegangan Otot Meningkat √

Emosional

11. Ketakutan √

12. Ketegangan √

Kognitif

13. Perhatian Focus √

Subyektif

14. Telapak Tangan Berkeringat √

15. Waspada √

Berat Fisiologi

16. TTV Meningkat √

17. Sering BAK √

18. Nafsu Makan Menurun √

19. Sesak Nafas √

20. Pusing √

Emosional

21. Perasaan Terancam √

22. Otot Kaku √

Subyektif

23. Hyperactive √

Panik Fisiologi
97

24. Tekanan Darah Menurun √

25. Nadi Meningkat √

26. Wajah Pucat √

Emosional

27. Menangis √

28. Perilaku Menyerang √

29. Marah √

Kognitif

30. Tidak Memakai Logika √

Subyektif

38. Nyeri Dada √

39. Bicara Cepat √

40. Gelisah √

Jumlah 6 34

Skor akumulasi :

Ringan : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan ringan.

Sedang : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan sedang

Berat : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

kecemasan berat

Panik : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada karakteristik

panik.

(Dimodifikasi dari Arnold dan Carson. 1996. Mental Health Nursing:

The Nurse, Patient Journey. Philadelphia: Sounders Company).


98

c. Pengkajian Depresi

Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam

Gerontological Nursing, 2006

Tabel 4.9 Pengkajian Depresi

Jawaban

No Pertanyaan Ya Tdk Hasil Hasil


Pasien Pasien
1 2

1. Anda puas dengan kehidupan anda 0 1 0


saat ini

2. Anda merasa bosan dengan berbagai 1 0 1 1


aktifitas dan kesenangan

3. Anda merasa bahwa hidup anda 1 0 0 0


hampa / kosong

4. Anda sering merasa bosan 1 0 0 1

5. Anda memiliki motivasi yang baik 0 1 0 0


sepanjang waktu

6. Anda takut ada sesuatu yang buruk 1 0 0 0


terjadi pada anda

7. Anda lebih merasa bahagia di 0 1 1 1


sepanjang waktu

8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1 1

9. Anda lebih senang tinggal dirumah 1 0 1 1


daripada keluar melakukan sesuatu hal

10. Anda merasa memiliki banyak 1 0 0 0


masalah dengan ingatan anda

11. Anda menemukan bahwa hidup ini 0 1 0 0


sangat luar biasa

12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup 1 0 0 0


anda

13. Anda merasa diri anda sangat 0 1 0 0


energik / bersemangat

14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0 0

15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih 1 0 0 0


baik dari diri anda

Jumlah 4 4
99

Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

d. Pengkajian Tingkat Kerusakan Intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status

Quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Tabel 4.10 Pengkajian Tingkat Intelektual

Benar Salah Nomor Pertanyaan

Pasien 1 Pasien 2 Pasien 1 Pasien 2

√ √ 1 Tanggal berapa hari ini ?

√ √ 2 Hari apa sekarang ?

√ √ 3 Apa nama tempat ini ?

√ √ 4 Dimana alamat anda ?

√ √ 5 Berapa umur anda ?

√ √ 6 Kapan anda lahir ?

√ √ 7 Siapa presiden
Indonesia ?

√ √ 8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?

√ √ 9 Siapa nama ibu anda ?

√ √ 10 Kurangi 3 dari 20 dan


tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara
menurun

7 10 3 Jumlah

Interpretasi :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh


100

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan Pasien 1: Fungsi intelektual utuh

Kesimpilan Pasien 2 : Fungsi intelektual utuh

e. IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Tabel 4.11 Identifikasi Aspek Kognitif

No Aspek Nilai Nilai Nilai Kriteria


maksimal Klien 1 Klien 2
Kognitif

1 Orientasi 5 2 4 Menyebutkan dengan


benar :

Tahun :

Musim :

Tanggal :

Hari :

Bulan :

2 Orientasi 5 4 5 Dimana sekarang kita


berada ?

Negara

Propinsi

Kabupaten/kota

Panti

Wisma

3 Registrasi 3 0 3 Sebutkan 3 nama obyek


(misal : kursi, meja,
kertas), kemudia
101

ditanyakan kepada klien,


menjawab :

1. kursi

2. meja

3. kertas

4 Perhatian dan 5 5 5 Meminta klien berhitung


kalkulasi mulai dari 100 kemudia
kurangi 7 sampai 5 tingkat.

Jawaban :

1. 93

2. 86

3. 79

4. 72

5. 65

5 Mengingat 3 0 3 Minta klien untuk


mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin
nilai 1)

6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien


tentang benda (sambil
menunjukan benda
0 2 tersebut).

1.

3. Minta klien untuk


mengulangi kata berkut :
0 1
“ tidak ada, dan, jika,
atau tetapi )

Klien menjawab :

Minta klien untuk


mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.
0 1
4. Ambil kertas ditangan
anda

5. Lipat dua

6. Taruh dilantai.

0 1 Perintahkan pada klien


untuk hal berikut (bila
102

aktifitas sesuai perintah


nilai satu poin.

7. “tutup mata anda”

8. Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat dan

9. Menyalin gambar 2 segi


lima yang saling
0 1 bertumpuk

Total nilai 30 11 26

Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan Pasien 1: gangguan kognitif berat

Kesimpulan Pasien 2: tidak ada gangguan kognitif

f. Pengkajian Perilaku terhadap Kesehatan

Tabel 4.12 Perilaku terhadap Kesehatan


Pengkajian Pasien 1 Pasien 2

Kebiasaan merokok Tidak merokok Tidak merokok


(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok

Frekuensi makan : 3 kali sehari 3 kali sehari


(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang 1 porsi habis 1 porsi habis
dihabiskan
103

(1) 1 porsi habis


(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang
dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan : Dihabiskan Dihabiskan
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang
dihabiskan
Frekuensi minum : >3 gelas sehari > 3 gelas sehari
(1) < 3 gelas sehari
(2) > 3 gelas sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, - -
alasan :
(1) Takut kencing malam
hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum
terbatas
(4) Kebiasaan minum
sedikit
Jenis minuman Air putih, teh dan susu Air putih dan teh
(1) Air putih
(2) Teh
(3) Kopi
(4) Susu
(5) Lainnya
Pola kebiasaan tidur >6 jam >6 jam
Jumlah waktu tidur
(1) <4jam
(2) 4-6 jam
(3) >6 jam
Gangguan tidur berupa : Tidak ada gangguan Tidak ada gangguan
(1) Insomnia
(2) Sering terbangun
(3) Sulit mengawali
(4) Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang Diam saja Diam saja
ketika tidak tidur :
(1) Santai
(2) Diam saja
(3) Ketrampilan
(4) Kegiatan keagamaan
Frekuensi BAB 1 kali sehari 2 kali sehari
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya
Konsistensi Lembek Lembek
(1) Encer
(2) Keras
(3) Lembek
Gangguan BAB : Tidak ada Tidak ada
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada
104

Frekuensi BAK >kali 4-6 kali sehari


(1) 1-3 kali sehari
(2) 4-6 kali sehari
(3) >6 kali sehari
Warna urine Putih jernih Putih jernih
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK Tidak ada Tidak ada
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
(3) Lainnya
Kegiatan produktif lansia Duduk di depan kamar Nonton TV
yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan
dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
(5) Lainnya
Mandi 2 kali sehari 2 kali sehari
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) <1 kali sehari
Memakai sabun Ya Ya
(1) Ya
(2) Tidak
Sikat gigi 2 kali sehari 2 kali sehari
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan
Menggunakan pasta gigi Ya Ya
(1) Ya
(2) Tidak
Kebiasaan berganti pakaian >1 kali sehari > 1 kali sehari
bersih
(1) 1 kali sehari
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti

g. Pengkajian Determinan Nutrisi Pada Lansia

Tabel 4.13 Pengkajian Determinan Nutrisi pada Lansia

No Indikator Skor Pasien 1 Skor Pasien 2

1. Menderita sakit atau kondisi yang 0 0


mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 0 0


105

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan 0 0


susu

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 0 0


minum minuman beralkohol setiap
harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut 1 1


atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 0 0


untuk membeli makanan

7. Lebih sering makan sendirian 0 0

8. Mempunyai keharusan menjalankan 0 0


terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 0 0


Kg dalam enam bulan terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 1 1


fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri

Total score 2 2

American Dietetic Association and National Council on the Aging,

dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001

Interpretations:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

4 ≥ : High nutritional risk


106

h. Tingkat kemandirian Barthel Indeks

Tabel 4.14 Tingkat Kemandirian Barthel Indeks

No. Jenis aktivitas Nilai Penilaian

Bantuan Mandiri Bantuan Pasien Pasien


dan 1 2
Mandiri

1 Makan/minum 5 10 7-9 7 10

2 Berpindah dari kursi 10 15 11-13 10 15


roda ke tempat
tidur/sebaliknya

3 Kebersihan diri : cuci 0 5 1-3 1 5


muka, menyisir, dll

4 Keluar/masuk kamar 5 10 7-9 10 10


mandi

5 Mandi 0 5 1-3 3 5

6 Berjalan (jalan datar) 10 15 11-13 13 15

7 Naikturun tangga 5 10 7-9 5 10

8 Berpakaian/bersepatu 5 10 7-9 5 10

9 Mengontrol defekasi 5 10 7-9 10 10

10 Mengontrol berkemih 5 10 7-9 10 10

JUMLAH 74 100

Keterangan :

1,7,11 : Lebih banyak bantuan dari pada mandiri

2,8,12 : Seimbang antara bantuan dan mandiri

3,9,13 : Lebih banyak mandiri dari pada bantuan

0-20 : Ketergantungan penuh total


107

21-61 : Ketergantungan berat

62-90 : Ketergantungan moderat

91-99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

.1.3 Analisa Data

Tabel Analisa Data Pasien 1


Tabel 4.17 Analisa Data Pasien 1

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1. S: Pasien mengatakan Faktor presdiposisi: usia, jenis Ketidakpatuhan
tidak mau minum obat kelamin, merokok, stress,
karena obat mengandung kurang olahraga, genetic,
banyak bahan kimia alkohol, konsentrasi garam,
yang akan membuat obesitas
pasien semakin sakit.
Pasien mengeluh tanda
dan gejala seperti telinga Merangsang pusat vasomotor
berdenging seperti terasa
berat, dan detak jantung
terasa cepat Merangsang serabut pasca-
ganglion ke pembuluh darah
O: TD : 180/ 100 untuk melepaskan norepinefrin
mmHg
N : 85 x/menit
RR : 20 x/menit Kortisol dan steroid lainnya
S : 36,5oC disekresi oleh kelenjar korteks
adrenal
Tanda mayor
a. Perilaku tidak
mengikuti program Vasokontriksi pembuluh darah
- Perilaku pasien
menolak minum
obat Penurunan aliran darah ke
b. Perilaku tidak ginjal
menjalankan anjuran
- Pasien tampak
marah saat Pelepasan renin
diberi obat dan
menolak saat
ditanya Merangsang pembentukan
mengenai obat angiotensin I menjadi
angiotensin II
Tanda minor
108

a. Tampak tanda/gejala Merangsang sekresi aldosteron


penyakit/masalah
kesehatan masih ada
atau meningkat Retensi natrium dan air
- Tampak tanda ditubulus
dan gejala yang
muncul
- Pasien mudah Peningkatan volume
marah intravascular
b. Masalah kesehatan
menetap/meningkat
- Tekanan darah Hipertensi
pasien selalu
tinggi

Terapi farmokologi

Program terapi komples atau


lama

Terapi yang harus rutin

Perilaku yang tidak mengikuti


program perawatan/
pengobatan

Ketidakpatuhan

Tabel Analisa Data Pasien 2


Tabel 4.18 Analisa Data Pasien 2

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan

1. S: pasien mengatakan Faktor presdiposisi: usia, jenis Ketidakpatuhan


mau minum obat tetapi kelamin, merokok, stress,
tidak rutin kadang minum kurang olahraga, genetic,
kadang tidak dan pasien alkohol, konsentrasi garam,
tidak mau minum obat obesitas
karena bosan setiap hari
minum obat jadi pasien
kadang minum kadang Merangsang pusat vasomotor
tidak. Pasien mengeluh
tanda dan gejala seperti
rasa pegal tidak nyaman Merangsang serabut pasca-
pada tengkuk, telinga ganglion ke pembuluh darah
berdenging seperti ada untuk melepaskan
anginnya dan perasaan norepinefrin
berputar seperti ingin
jatuh apalagi saat habis
tidur kemudian duduk Kortisol dan steroid lainnya
109

disekresi oleh kelenjar korteks


O: TD : 190/100 mmHg adrenal
N : 87 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5oC Vasokontriksi pembuluh
darah
Tanda mayor
a. Perilaku tidak
mengikuti program Penurunan aliran darah ke
perawatan/pengobatan ginjal
- Perilaku pasien
menolak minum
obat Pelepasan renin
b. Perilaku tidak
menjalankan anjuran
- Pasien tampak Merangsang pembentukan
kesal saat diberi angiotensin I menjadi
obat angiotensin II

Tanda minor Merangsang sekresi


a. Tampak tanda gejala aldosteron
penyakit/masalah
kesehatan masih ada
atau meningkat Retensi natrium dan air
- Tampak tanda ditubulus
dan gejala
b. Tampak masalah
kesehatan menetap Peningkatan volume
atau meningkat intravaskular
- Tekanan darah
pasien selalu
tinggi
Hipertensi

Terapi farmokologi

Program terapi komples atau


lama

Terapi yang harus rutin

Perilaku yang tidak mengikuti


program perawatan/
pengobatan

Ketidakpatuhan
110

.1.4 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.19 Diagnosa Keperawatan

Pasie No Masalah Keperawatan


n

1 Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau


lama dibuktikan dengan telinga berdenging seperti terasa berat, dan
detak jantung terasa cepat

2 Ketidakpatuhan berhubungan dengan program terapi kompleks atau


lama dibuktikan dengan rasa pegal tidak nyaman pada tengkuk, telinga
berdenging seperti ada anginnya dan perasaan berputar seperti ingin
jatuh apalagi saat habis tidur kemudian duduk
.1.5 Intervensi Keperawatan
Tabel 4.20 Intervensi Keperawatan Pasien 1

N Diagnosa SLKI SIKI Rasional


o Keperawatan

1. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Observasi 1. Mengetahui kepatuhan


berhubungan minggu diharapkan kepatuhan dapat meningkat, .1 Identifikasi kepatuhan dalam menjalani program
dengan dengan dengan kriteria hasil: menjalani program pengobatan
program terapi pengobatan 2. Mengetahui komitmen
kompleks atau Tingkat Kepatuan Tanyakan ke pasien tentang dalam menjalani program
lama kepatuhan jadwal minum pengobatan
Indikator 1 2 3 4 5 obat 3. Dokumentasi yang tepat
a. Perilaku X √ a Apakah pasien sudah mempengaruhi hasil
mengikuti benar dosis akhir
program pengobatan? 4. Mengetahui prinsip
perawatan / b Apakah pasien sudah minum obat dengan 5B
pengobatan benar obatnya? 5. Informasi yang diberikan
c Apakah pasien sudah dapat membantu
b. Perilaku X √ benar dalam waktu pemahaman obat yang
menjalanka pengobatan? harus dikonsumsi
n anjuran d Apakah pasien sudah 6. Informasi yang diberikan
benar rute obat? dapat membantu lebih
c. Tanda dan X √ patuh untuk minum obat
gejala Terapeutik
.1 Buat komitmen menjalani
program pengobatan dengan
Keterangan: baik
X: sebelum Intervensi a. Siapkan lembar
√: Setelah Intervensi observasi pasien tentang
kepatuhan dalam 5B
(benar pasien, benar
1. Memburuk obat, benar waktu,
a Pasien selama 1 hari minum obat amlodipine benar rute, benar dosis)
0mg.

111
112

b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat, minum obat.


amlodipine: 0 kali. .2 Dokumentasikan aktivitas
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan selama menjalani proses
gejala ≥5 dalam 13 tanda dan gejala pada pengobatan
hipertensi a. Jelaskan kepada perawat
2. Cukup memburuk tentang mengisi lembar
a Pasien selama 1 hari minum obat amlodipine: observasi dalam minum
2.5mg. obat
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat b. Isi lembar observasi
amlodipine: ¼ dosis, .3 Diskusikan hal-hal yang
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala dapat mendukung atau
4 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi menghambat berjalannya
3. Sedang program pengobatan
a. Pasien selama 1 hari minum obat amlodipine Komunikasikan pada pasien
5mg. mengenai jadwal minum obat
b. Pasien selama 1 hari frekuensi minum obat yang telah disepakati
amlodipine: ½ dosis. a Beritahukan bahwa
c. Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala pasien harus minum obat
3 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi harus benar dosisnya
4. Cukup membaik b Beritahukan bahwa
a Pasien selama 1 hari minum obat amlodipine pasien harus minum obat
7,5mg harus benar obatnya
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum c Beritahukan bahwa
amlodipine: ¾ dosis pasien harus minum obat
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala harus benar waktu
2 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi minum obat
5. Membaik d Beritahukan bahwa
a Pasien selama 1 hari minum obat amlodipine pasien harus minum obat
10mg harus benar rute obatnya
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat,
amlodipine: 1 kali. Edukasi
a Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala .1 Informasikan program
1-0 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi pengobatan yang harus
113

dijalani
a. Berikan penyuluhan
mengenai obat yang
harus dikonsumsi
.2 Informasikan manfaat yang
akan diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
a Berikan penyuluhan
mengenai manfaat yang
akan diperoleh jika patuh
minum obat dalam 5B

Tabel 4.21 Intervensi Keperawatan Pasien 2

N Diagnosa SLKI SIKI Rasional


o Keperawatan

1. Ketidakpatuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 Observasi 1. Mengetahui kepatuhan dalam
berhubungan minggu diharapkan kepatuhan dapat meningkat, .1 Identifikasi kepatuhan menjalani program
dengan dengan dengan kriteria hasil: menjalani program pengobatan pengobatan
program terapi Tanyakan ke pasien tentang 2. Mengetahui komitmen dalam
kompleks atau Tingkat Kepatuan kepatuhan jadwal minum obat menjalani program
lama a Apakah pasien sudah pengobatan
Indikator 1 2 3 4 5 benar dosis pengobatan? 3. Dokumentasi yang tepat
a. Perilaku X √ b Apakah pasien sudah mempengaruhi hasil akhir
mengikuti benar obatnya? 4. Mengetahui prinsip minum
program c Apakah pasien sudah obat dengan 5B
perawatan / benar dalam waktu 5. Informasi yang diberikan
pengobatan pengobatan? dapat membantu pemahaman
d Apakah pasien sudah obat yang harus dikonsumsi
b. Perilaku X √ benar rute obat? 6. Informasi yang diberikan
menjalanka dapat membantu lebih patuh
Terapeutik
114

n anjuran .1 Buat komitmen menjalani untuk minum obat


program pengobatan dengan
c. Tanda dan X √ baik
gejala a. Siapkan lembar observasi
pasien tentang kepatuhan
dalam 5B (benar pasien,
Keterangan:
benar obat, benar waktu,
X: sebelum Intervensi
benar rute, benar dosis)
√: Setelah Intervensi
minum obat.
.2 Dokumentasikan aktivitas
1. Memburuk
selama menjalani proses
a Pasien dalam 1 hari minum obat amlodipin:
pengobatan
0mg, lisinopril 0mg
a. Jelaskan kepada perawat
b Pasien dalam 1 hari frekuensi amlodipin: 0
tentang mengisi lembar
kali, lisinopril 0 kali
observasi dalam minum
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan
obat
gejala ≥5 dalam 13 tanda dan gejala pada
b. Isi lembar observasi
hipertensi
.3 Diskusikan hal-hal yang dapat
2. Cukup memburuk
mendukung atau menghambat
a Pasien dalam 1 hari minum obat hanya salah
berjalannya program
satu dari amlodipine 5mg atau lisinopril 5mg
pengobatan
dan tidak rutin
Komunikasikan pada pasien
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat
mengenai jadwal minum obat
amlodipine: 0/1 kali, lisinopril 0/1kali
yang telah disepakati
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala
a Beritahukan bahwa pasien
4 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi
harus minum obat harus
3. Sedang
benar dosisnya
a Pasien dalam 1 hari amlodipine 5 mg, dan
b Beritahukan bahwa pasien
lisinopril: 5mg tetapi tidak rutin
harus minum obat harus
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat
benar obatnya
amlodipine: 1 kali, lisinopril: 1 kali tetapi
c Beritahukan bahwa pasien
tidak rutin
harus minum obat harus
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala
benar waktu minum obat
3 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi
d Beritahukan bahwa pasien
115

4. Cukup membaik harus minum obat harus


a Pasien dalam 1 hari minum obat amlodipine 5 benar rute obatnya
mg, lisinopril: 5mg secara rutin setiap hari
tetapi tidak sesuai jam yang ditentukan Edukasi
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat .1 Informasikan program
amlodipine: 1 kali, lisinopril: 1 kali secara pengobatan yang harus dijalani
rutin tetapi tidak sesuai jam yang ditentukan a. Berikan penyuluhan
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala mengenai obat yang harus
2 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi dikonsumsi
5. Membaik .2 Informasikan manfaat yang
a Pasien dalam 1 hari minum obat amlodipine 5 akan diperoleh jika teratur
mg, dan lisinopril: 5mg secara rutin setiap hari menjalani program pengobatan
sesuai jam yang ditentukan a Berikan penyuluhan
b Pasien dalam 1 hari frekuensi minum obat mengenai manfaat yang
amlodipine 1 kali, dan lisinopril 1 kali secara akan diperoleh jika patuh
rutin setiap hari sesuai jam yang ditentukan minum obat dalam 5B
c Pasien dalam 1 hari mengeluh tanda dan gejala
1-0 dalam 13 tanda dan gejala pada hipertensi
116

.1.5 Implementasi
Tabel Implementasi 4.22 Implementasi Pasien 1

Diagnose Keperawatan: ketidakpatuhan berhubunagn dengan program terapi yang kompleks atau lama

Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3


Jum’at, 07 Agustus 2020 Sabtu, 08 Agustus 2020 Minggu, 09 Agustus 2020

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

10.00 Observasi 10.00 Observasi 11.00 Observasi


.1 Mengidentifikasi .1 Mengobservasi kepatuhan menjalani .1 Mengobservasi kepatuhan
kepatuhan menjalani program pengobatan menjalani program pengobatan
program pengobatan Tanyakan ke pasien tentang Tanyakan ke pasien tentang
Tanyakan ke pasien kepatuhan jadwal minum obat kepatuhan jadwal minum obat
tentang kepatuhan jadwal a Apakah pasien sudah benar dosis e Apakah pasien sudah benar
minum obat pengobatan? dosis pengobatan?
a Apakah pasien sudah b Apakah pasien sudah benar f Apakah pasien sudah benar
benar dosis obatnya? obatnya?
pengobatan? c Apakah pasien sudah benar g Apakah pasien sudah benar
b Apakah pasien sudah dalam waktu pengobatan? dalam waktu pengobatan?
benar obatnya? d Apakah pasien sudah benar rute h Apakah pasien sudah benar
c Apakah pasien sudah obat? rute obat?
benar dalam waktu
pengobatan? Terapeutik Terapeutik
d Apakah pasien sudah .2 Mendokumentasikan aktivitas selama .2 Mendokumentasikan aktivitas
benar rute obat? menjalani proses pengobatan selama menjalani proses
a. Mengisi lembar observasi pengobatan
b. Mengisi lembar observasi
Terapeutik Edukasi
.1 Membuat komitmen .1 Menginformasikan program Edukasi
menjalani program pengobatan yang harus dijalani .1 Menginformasikan program
pengobatan dengan baik a. Menanyakan kembali apakah pengobatan yang harus dijalani
a. Menyiapkan lembar yang sudah disampaikan a. Menanyakan kembali apakah
observasi pasien pertemuan sebelumnya dan yang sudah disampaikan
117

tentang kepatuhan mengingatkan sedikit-sedikit pertemuan sebelumnya dan


dalam 5B (benar mengingatkan sedikit-sedikit
pasien, benar obat,
benar waktu, benar .2 Menginformasikan manfaat yang
rute, benar dosis) akan diperoleh jika teratur menjalani .2 Menginformasikan manfaat yang
minum obat. program pengobatan akan diperoleh jika teratur
.2 Mendokumentasikan menjalani program pengobatan
a Menanyakan kembali apakah
aktivitas selama yang sudah disampaikan a Menanyakan kembali apakah
menjalani proses pertemuan sebelumnya dan yang sudah disampaikan
pengobatan mengingatkan sedikit-sedikit pertemuan sebelumnya dan
a. Menjelaskan kepada mengingatkan sedikit-sedikit
perawat tentang
mengisi lembar
observasi dalam
minum obat
b. Mengisi lembar
observasi
.3 Mendiskusikan hal-hal
yang dapat mendukung
atau menghambat
berjalannya program
pengobatan
Komunikasikan pada
pasien mengenai jadwal
minum obat yang telah
disepakati
a Memberitahukan
bahwa pasien harus
minum obat harus
benar dosisnya
b Memberitahukan
bahwa pasien harus
minum obat harus
118

benar obatnya
c Memberitahukan
bahwa pasien harus
minum obat harus
benar waktu minum
obat
d Memberitahukan
bahwa pasien harus
minum obat harus
benar rute obatnya

Edukasi
.1 Menginformasikan
program pengobatan yang
harus dijalani
a. Memberikan
penyuluhan mengenai
obat yang harus
dikonsumsi

.2 Menginformasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
a Memberikan
penyuluhan
mengenai manfaat
yang akan diperoleh
jika patuh minum
obat dalam 5B
Kunjungan 4 Kunjungan 5
119

Jam Implementasi Jam Implementasi

10.30 Observasi Observasi


.1 Mengobservasi kepatuhan .1 Mengobservasi kepatuhan menjalani
menjalani program program pengobatan
pengobatan Tanyakan ke pasien tentang
Tanyakan ke pasien kepatuhan jadwal minum obat
tentang kepatuhan jadwal a Apakah pasien sudah benar dosis
minum obat pengobatan?
a Apakah pasien sudah b Apakah pasien sudah benar
benar dosis obatnya?
pengobatan? c Apakah pasien sudah benar
b Apakah pasien sudah dalam waktu pengobatan?
benar obatnya? d Apakah pasien sudah benar rute
c Apakah pasien sudah obat?
benar dalam waktu
pengobatan? Terapeutik
d Apakah pasien sudah .2 Mendokumentasikan aktivitas selama
benar rute obat? menjalani proses pengobatan

Terapeutik a Mengisi lembar observasi


.2 Mendokumentasikan
aktivitas selama
menjalani proses
pengobatan
a Mengisi lembar
observasi
Edukasi
.1 Menginformasikan
program pengobatan yang
harus dijalani
a Mengingatkan
sedikit-sedikit
120

mengenai obat

.2 Menginformasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
a Mengingatkan
sedikit sedikit
mengenai manfaat

Tabel Implementasi 4.21 Implementasi Pasien 2


Diagnosa Keperawatan: ketidakpatuhan minum obat

Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3 Kunjungan 4


Sabtu, 08 Agustus 2020 Minggu, 09 Agustus 2020 Senin, 10 Agustus 2020

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi

12.00 Observasi 12.00 Observasi 12.00 Observasi 12.00 Observasi


.1 Mengidentifikasi .1 Mengobservasi .1 Mengobservasi kepatuhan .1 Mengobservasi
kepatuhan menjalani kepatuhan menjalani menjalani program kepatuhan menjalani
program pengobatan program pengobatan pengobatan program pengobatan
Menanyakan ke Menanyakan ke pasien Menanyakan ke pasien Menanyakan ke pasien
pasien tentang tentang kepatuhan tentang kepatuhan jadwal tentang kepatuhan
kepatuhan jadwal jadwal minum obat minum obat jadwal minum obat
minum obat a Apakah pasien a. Apakah pasien sudah a. Apakah pasien
a Apakah pasien sudah benar dosis benar dosis sudah benar dosis
sudah benar dosis pengobatan? pengobatan? pengobatan?
pengobatan? b Apakah pasien b. Apakah pasien sudah b. Apakah pasien
b Apakah pasien sudah benar benar obatnya? sudah benar
121

sudah benar obatnya? c. Apakah pasien sudah obatnya?


obatnya? c Apakah pasien benar dalam waktu c. Apakah pasien
c Apakah pasien sudah benar dalam pengobatan? sudah benar dalam
sudah benar waktu d. Apakah pasien sudah waktu pengobatan?
dalam waktu pengobatan? benar rute obat? d. Apakah pasien
pengobatan? d Apakah pasien sudah benar rute
d Apakah pasien sudah benar rute Terapeutik obat?
sudah benar rute obat? .2 Mendokumentasikan
obat? aktivitas selama menjalani Terapeutik
Terapeutik proses pengobatan .2 Mendokumentasikan
.2 Mendokumentasikan a. Mengisi lembar aktivitas selama
aktivitas selama observasi menjalani proses
Terapeutik menjalani proses pengobatan
.1 Membuat komitmen pengobatan Edukasi a. Mengisi lembar
menjalani program a. Mengisi lembar .1 Menginformasikan observasi
pengobatan dengan observasi program pengobatan yang
baik harus dijalani Edukasi
a. Menyiapkan Edukasi a. Menanyakan kembali .1 Menginformasikan
lembar .1 Menginformasikan apakah yang sudah program pengobatan
observasi pasien program pengobatan disampaikan yang harus dijalani
tentang yang harus dijalani pertemuan a. Menanyakan
kepatuhan a. Menanyakan sebelumnya dan kembali apakah
dalam 5B kembali apakah mengingatkan sedikit- yang sudah
(benar pasien, yang sudah sedikit disampaikan
benar obat, disampaikan .2 Menginformasikan pertemuan
benar waktu, pertemuan manfaat yang akan sebelumnya dan
benar rute, sebelumnya dan diperoleh jika teratur mengingatkan
benar dosis) mengingatkan menjalani program sedikit-sedikit
minum obat. sedikit-sedikit pengobatan .2 Menginformasikan
.2 Mendokumentasikan .2 Menginformasikan a. Menanyakan kembali manfaat yang akan
aktivitas selama manfaat yang akan apakah yang sudah diperoleh jika teratur
menjalani proses diperoleh jika teratur disampaikan menjalani program
pengobatan menjalani program pertemuan sebelumnya pengobatan
a. Menjelaskan pengobatan dan mengingatkan a. Menanyakan
122

kepada perawat a. Menanyakan sedikit-sedikit kembali apakah


tentang mengisi kembali apakah yang sudah
lembar yang sudah disampaikan
observasi dalam disampaikan pertemuan
minum obat pertemuan sebelumnya dan
b. Mengisi lembar sebelumnya dan mengingatkan
observasi mengingatkan sedikit-sedikit
.3 Mendiskusikan hal- sedikit-sedikit
hal yang dapat
mendukung atau
menghambat
berjalannya program
pengobatan
Komunikasikan pada
pasien mengenai
jadwal minum obat
yang telah disepakati
a Memberitahukan
bahwa pasien
harus minum obat
harus benar
dosisnya
b Memberitahukan
bahwa pasien
harus minum
obat harus benar
obatnya
c Memberitahukan
bahwa pasien
harus minum
obat harus benar
waktu minum
obat
d Memberitahukan
123

bahwa pasien
harus minum
obat harus benar
rute obatnya

Edukasi
.1 Menginformasikan
program pengobatan
yang harus dijalani
a. Memberikan
penyuluhan
mengenai obat
yang harus
dikonsumsi

.2 Menginformasikan
manfaat yang akan
diperoleh jika teratur
menjalani program
pengobatan
a. Memberikan
penyuluhan
mengenai
manfaat yang
akan diperoleh
jika patuh
minum obat
dalam 5B
124

.1.6 Evaluasi
.1 Tabel 4.22 Evaluasi Pasien 1

Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan minum obat berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama
Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3
Jumat, 07 Agustus 2020 Sabtu, 08 Agustus 2020 Minggu 09 Agustus 2020
S: Pasien mengatakan “ saya tidak mau minum S: Pasien mengatakan “ saya tadi pagi sudah S: Pasien mengatakan “ saya tadi sudah minum obat
obat karena obat mengandung bahan kimia, minum obat tapi obatnya saya jadikan 2 bagian pagi tapi ya kayak kemarin obatnya tak bagi jadi 2
keluhanku kok jantungku detaknya cepat terus yang setengah saya minum yang setengahnya yang setengah e tak buang, tengkukku kok masih
tengkukku rasanya berat sama telingaku juga saya buang, terus ditengkuk saya terasa berat berat”
berat rasanya” kok gak hilang-hilang ya? Jantungku kok juga O:
O: berdetak cepet gak hilang-hilang terus Indikator Tingkat Kepatuhan
Indikator Tingkat Kepatuhan punggung saya juga capek terus”. N Indikator awal target akhir
N Indikator awal Target Akhir O: o
o Indikator Tingkat Kepatuhan 1. Perilaku 3 5 3
1. Perilaku 1 5 1 No Indikator awal targe Akhir mengikuti
mengikuti t program
program 1. Perilaku 1 5 3 perawatan /
perawatan / mengikuti pengobatan
pengobatan program 2. Perilaku 3 5 3
125

2. Perilaku 1 5 1 perawatan / menjalankan


menjalankan pengobatan anjuran
anjuran 2. Perilaku 1 5 3 3. Tanda dan 3 5 4
3. Tanda dan 2 5 3 menjalankan gejala
gejala anjuran
3. Tanda dan 3 5 3 A: Masalah belum teratasi
A: Masalah belum teratasi gejala P: Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi Observasi 1.1
A: Masalah belum teratasi Terapeutik 1.2
Observasi 1.1 P: Lanjutkan intervensi Edukasi 1.1, 1.2
Terapeutik 1.2 Observasi 1.1
Edukasi 1.1, 1.2 Terapeutik 1.2
Edukasi 1.1, 1.2

Kunjungan 4 Kunjungan 5
Senin, 10 Agustus 2020 Kamis, 13 Agustus 2020
S: Pasien mengatakan “ saya tadi sudah minum S: pasien mengatakan “ obatku udah tak
obat, obat e langsung saya minum 1 gak saya minum aku minum obat terus mulai hari senin
bagi 2”. sampai sekarang rutin semenjak minum obat
O: tengkuk saya udah enteng”
Noc Tingkat Kepatuhan O:
N Indikator awal Target Akhir Noc Tingkat Kepatuhan
o N Indikator awal Targe akhir
1. Perilaku 3 5 5 o t
mengikuti 1. Perilaku 3 5 5
program mengikuti
perawatan / program
pengobatan perawatan /
2. Perilaku 3 5 5 pengobatan
menjalankan 2. Perilaku 3 5 5
anjuran menjalankan
126

3. Tanda dan 4 5 5 anjuran


gejala 3. Tanda dan 5 5 5
gejala
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan Intervensi A: Masalah teratasi
Observasi 1.1 P: Intervensi dihentikan
Terapeutik 1.2

.2 Tabel 4.23 Evaluasi Pasien 2

Diagnosa Keperawatan: Ketidakpatuhan minum obat berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama
Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3
Sabtu, 08 Agustus 2020 Minggu, 09 Agustus 2020 Senin, 10 Augustus 2020
127

S: Pasien mengatakan “ saya mau minum obat S: Pasien mengatakan “ tadi pagi saya sudah S: pasien mengatakan “ tadi pagi saya minum
tetapi kadang minum kadang tidak, tadi pagi aja minum obat obat yang saya minum Cuma 1 yang obat jumlah obat yang saya minum 2, tengkuk
minum Cuma 1 yang satunya saya tidak mau, kemarin saya minum itu tadi pagi gak saya saya sudah mulai ringan tidak seperti kemarin
keluhan saya ditengkuk terasa pegal kemudian minum, keluhan saya masih tetep seperti tetapi masih seperti berputar mau jatuh belum
telinga saya berdenging seperti ada anginnya kemarin” hilang”.
dan juga seperti berputar mau jatuh apalagi O: O:
kalau habis tidur terus duduk”. Indikator Tingkat Kepatuhan Indikator Tingkat Kepatuhan
O: No Indikator Awal target Akhir No Indikator Awal Target Akhir
IndikatorTingkat Kepatuhan 1. Perilaku 2 5 2 1. Perilaku 3 5 3
N Indikator awal Target Akhir mengikuti mengikuti
o program program
1. Perilaku 2 5 2 perawatan / perawatan /
mengikuti pengobatan pengobatan
program 2. Perilaku 2 5 2 2. Perilaku 3 5 3
perawatan / menjalanka menjalankan
pengobatan n anjuran anjuran
2. Perilaku 2 5 2 3. Tanda dan 2 5 2 3. Tanda dan 2 5 3
menjalankan gejala gejala
anjuran A: Masalah belum teratasi
3. Tanda dan 2 5 2 A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi
gejala P: Lanjutkan intervensi Observasi 1.1
Observasi 1.1 Terapeutik 1.2
A: Masalah belum teratasi Terapeutik 1.2 Edukasi 1.1, 1.2
P: Lanjutkan intervensi Edukasi 1.1, 1.2
Observasi 1.1
Terapeutik 1.2
Edukasi 1.1, 1.2
Kunjungan 4

S: Pasien mengatakan “ saya tadi pagi sudah


minum obat juga udah rutin mulai hari senin
sampai tadi pagi minumnya juga sesuai jam tadi
diberi perawatnya langsung saya minum”.
O:
Indikator Tingkat Kepatuhan
N Indikator Awal Target Akhir
o
1. Perilaku 3 5 5
mengikuti
program
perawatan /
pengobatan
2. Perilaku 3 5 5
menjalankan
anjuran
3. Tanda dan 3 5 5
gejala

A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
.2 Pembahasan

Pada bab ini membahas tentang hasil Asuhan Keperawatan pada Ny.Sm dan

Ny.S dengan diagnosa medis Hipertensi dengan Ketidakpatuhan Minum Obat

di Pondok Lansia Al-Ishlah malang. Adapun pembahasan meliputi : (1)

pengkajian; (2) Diagnosa Keperawatan; (3) Perencanaan; (4) Implementasi;

(5) Evaluasi.

.2.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien 1 Ny.Sm berjenis kelamin perempuan,

umur 74 tahun (elderly), tingkat pendidikan terakhir SMU. Ditemukan

keluhan tidak mau minum obat karena obat mengandung banyak bahan

kimia yang akan membuat pasien semakin sakit. Pasien mengeluh

tanda dan gejala telinga berdenging seperti terasa berat, dan detak

jantung terasa cepat. Ny. Sm menderita Hipertensi >5 tahun. Hasil

pemeriksaan TTV : tekanan darah : 180/100 mmHg, nadi : 85

kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36, 5oC. Terapi oral

Ny.Sm yaitu amlodipine.

Pengkajian pada klien 2 Ny.S berjenis kelamin perempuan,

umur 70 tahun (elderly), tingkat pendidikan terakhir SMU. Ditemukan

keluhan pasien mau minum obat tetapi tidak rutin kadang minum

kadang tidak dan pasien tidak mau minum obat karena bosan setiap

hari minum obat jadi pasien kadang minum kadang tidak. Pasien

mengeluh tanda dan gejala rasa pegal tidak nyaman pada tengkuk,
130

telinga berdenging seperti ada anginnya dan perasaan berputar seperti

ingin jatuh apalagi saat habis tidur kemudian duduk. Ny.S menderita

Hipertensi > 5 tahun. Hasil pemeriksaan TTV : tekanan darah :

190/100 mmHg, nadi 87 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu :

36,5OC. Terapi oral Ny.S yaitu amlodipine dan lisinopril.

Nurarif & Kusuma (2015) Hipertensi adalah sebagai

peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan

diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi

menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti

penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan

darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya

usia, jenis kelamin, keturunan, obesitas, dan gaya hidup. Hipertensi

dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan tensi darah secara

langsung dan tanda dan gejala yang dialami pasien. Penderita

hipertensi dapat dilihat dari hasil pemeriksaan tekanan darah sistolik

diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Orang yang

menderita hipertensi dapat menunjukkan tanda dan gejala diantaranya,

sakit kepala, rasa pegal dan tidak nyaman ditengkuk, perasaan berputar

seperti serasa ingin jatuh, berdebar atau detak jantung terasa cepat,

telinga berdenging, nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual

dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intracranial, buang air

kecil berlebihan dimalam hari (nokturia) karena peningkatan aliran

darah ginjal dan filtrasi glomerulus, dan mudah marah.


131

Pengkajian pada Ny. Sm dan Ny.S keduanya berjenis kelamin

perempuan sesuai dengan teori bahwa faktor resiko untuk timbulnya

hipertensi dipengaruhi oleh jenis kelamin (pasien yang banyak terjadi

hipertensi berjenis kelamin perempuan karena berkaitan dengan

perubahan hormon setelah menopouse. Wanita yang belum menopouse

dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan

kadar High Density Lipoprotein (HDL). Efek perlindungan esterogen

dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas bagi wanita pada lanjut

usia premenopouse. Menurut teori hipertensi lebih sering terjadi pada

wanita karena faktor stress yang dialami oleh wanita membuat wanita

lebih rentan terkena hipertensi (Budiman dkk, 2018). Pada pengkajian

riwayat penyakit keluarga Ny.Sm dan Ny.S memiliki riwayat

hipertensi hal ini sesuai dengan teori bahwa faktor resiko hipertensi

juga dipengaruhi oleh genetic ( Nurarif & Kusuma, 2015). Pada

pengkajian Ny.Sm berumur 74 tahun dan Ny.S berumur 70 tahun hal

ini sesuai dengan teori bahwa faktor resiko hipertensi juga dipengaruhi

oleh faktor umur (pasien yang banyak terjadi hipertensi berumur 60 ke

atas karena, dalam perkembangan lanjut usia penurunan fungsi tubuh

akan banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh pada lansia diakibatkan

karena proses penuaan. Pada perubahan fisiologis terjadi penurunan

sistem kekebalan tubuh dalam menhadapi gangguan dari dalam

maupun luar tubuh, salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak
132

dialami pada lansia adalah pada sistem kardiovaskuler dimana terjadi

penyempitan pada pembuluh darah akibatnya aliran darah terganggu

sehingga memicu peningkatan tekanan darah. Menurut teori semakin

tinggi umur seseorang maka semakin beresiko) (Budiman dkk, 2018).

Ny. Sm dan Ny. S mengalami rasa pegal dan tidak nyaman

ditengkuk. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk disebakan

karena terjadinya peningkatan tekanan pada pembuluh darah ke otak

sehingga pasien merasa rasa pegal pada tengkuk, maka dengan begitu

pasien harus rutin minum obat supaya tekanan darah pasien terkontrol

dan tidak menimbulkan tanda dan gejala. Banyak faktor yang

menyebabkan hipertensi, meskipun demikian faktor ini dapat

dikendalikan untuk mengontrol tekanan darah.

.2.2 Diagnosa Keperawatan

Hasil dari pengkajian pada kedua klien terdapat tanda dan

gejala yang sesuai dengan masalah keperawatan ketidakpatuhan. Pada

Ny.Sm ditandai dengan data subjektif klien mengatakan tidak mau

minum obat karena obat mengandung banyak bahan kimia yang akan

membuat pasien semakin sakit. Pasien mengeluh tanda dan gejala

seperti telinga berdenging seperti terasa berat, dan detak jantung terasa

cepat. Data objektif pada Ny.Sm didapatkan perilaku pasien menolak

minum obat, pasien tampak marah saat diberi obat dan menolak saat

ditanya mengenai obat, TTV (tekanan darah : 180/100 mmHg, nadi :

85 kali/menit, pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36, 5 oC). pada Ny.S


133

ditandai dengan data subjektif klien mengatakan mau minum obat

tetapi tidak rutin kadang minum kadang tidak dan pasien tidak mau

minum obat karena bosan setiap hari minum obat jadi pasien kadang

minum kadang tidak. Pasien mengeluh tanda dan gejala seperti rasa

pegal tidak nyaman pada tengkuk, telinga berdenging seperti ada

anginnya dan perasaan berputar seperti ingin jatuh apalagi saat habis

tidur kemudian duduk. Data objektif pada Ny.S didapatkan perilaku

pasien menolak minum obat, pasien tampak kesal saat diberi obat,

TTV (tekanan darah : 190/100 mmHg, nadi 87 kali/menit,

pernafasan : 20 kali/menit, suhu : 36,5OC).

Menurut buku SDKI 2017 masalah keperawatan yang muncul

pada Ny.Sm adalah ketidakpatuhan minum obat berhubungan dengan

program terapi kompleks atau lama dibuktikan dengan telinga

berdenging seperti terasa berat, dan detak jantung terasa cepat. Dan

pada pada Ny.S adalah Ketidakpatuhan berhubungan dengan program

terapi kompleks atau lama dibuktikan dengan rasa pegal tidak nyaman

pada tengkuk, telinga berdenging seperti ada anginnya dan perasaan

berputar seperti ingin jatuh apalagi saat habis tidur kemudian duduk.

Ketidakpatuhan adalah Perilaku individu atau pemberi asuhan tidak

mengikuti rencana perawatam/ pengobatan yang disepakati dengan

tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan/ pengobatan

tidak efektif. (PPNI, 2017).


134

.2.3 Perencanaan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan

melalui analisa data pengkajian pada kedua klien Ny.Sm dan Ny.S

maka akan dilakukan intervensi keperawatan dengan tujuan dan

kriteria hasil dalam melakukan perencanaan waktu ≥5 kali kunjungan

dalam 2 minggu diharapkan klien mampu patuh pada minum obat

sesuai dengan 5B dengan indikator perilaku mengikuti program

perawatan/pengobatan, perilaku menjalankan anjuran, tanda dan gejala

menurun. Kemudian dapat ditentukan untuk intervensi pada klien

Ny.Sm dan Ny.S seperti identifikasi kepatuhan menjalani program

pengobatan, buat komitmen menjalani program pengobatan dengan

baik, dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan,

diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat

berjalannya program pengobatan, informasikan program pengobatan

yang harus dijalani, informasikan manfaat yang akan diperoleh jika

teratur menjalani program pengobatan.

Menurut Nursalam (2015), sebelum melakukan tindakan

keperawatan seorang perawat harus melakukan intervensi keperawatan

yang berpedoman pada SMART yaitu S (specific) dimana tujuan harus

spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda. M (measurable) dimana

harus dapat dicapai. R (reasonable) dimana tujuan harus dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. T (time) mempunyai batasan

waktu yang jelas.


135

Perencanaan tindakan keperawatan pada kedua klien telah

berpedoman pada SMART dibuktikan dengan S (specific) yaitu dalam

waktu 5 kali kunjungan dalam 2 minggu diharapkan klien dapat patuh

minum obat sesuai 5B dan harus M (measurable) yaitu dapat

diobservasi kepatuhan minum obat menggunakan lembar observasi.

Tujuan harus A (achievable) dan R (reasonable) yaitu tujuan harus

sesuai dengan buku SDKI 2017 dan tujuan harus T (time) yaitu

mempunyai batas waktu 5 kali kunjungan dalam 2 minggu. Rencana

intervensi dilakukan dalam 5 kali kunjungan dalam 2 minggu karena

ketidakpatuhan disebabkan karena kebiasaan tidak mematuhi

pengobatan dikarenakan mempunyai pendapat yang berbeda-beda

sehingga tidak bisa diatasi dengan singkat harus secara terus-menerus.

Melakukan monitoring TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan dan

suhu) dilakukan untuk mengontrol tekanan darahnya dikarenakan jika

pasien patuh pada program pengobatan maka tekanan darah akan

terkontrol. Dokumentasi dengan membuat lembar observasi kepatuhan

minum obat untuk mengobservasi apakah pasien sudah minum obat

dengan prinsip 5B. dan berikan pendidikan mengenai obat yang harus

dikonsumsi dan mengenai manfaat jika patuh minum obat dalam 5B

supaya pasien dapat mengerti manfaatnya sehingga pasien mau

meminum obat secara patuh 5B dan tidak mengalami keluhan tanda

dan gejala.
136

.2.4 Implementasi

Implementasi pada kedua klien antara lain: mengkaji kepatuhan

minum obat dalam 5B dan mengkaji TTV setiap kunjungan dan akan

melakukan tindakan TTV. Mengkaji apakah klien sudah mematuhi

pengobatan dalam 5B, mendokumentasikan aktivitas selama menjalani

proses pengobatan, mendiskusikan hal-hal yang dapat mendukung

berjalannya program pengobatan, menginformasikan program

pengobatan yang harus dijalani dan menginformasikan manfaat yang

akan diperoleh jika teratur minum obat.

Memberikan pendidikan kesehatan adalah upaya persuasi atau

pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat mau melakukan

tindakan-tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan taraf

kesehatannya (Notoatmodjo, 2015). Tujuan pendidikan kesehatan

adalah untuk merubah sikap dan tingkah laku individu, keluarga,

kelompok khusus dan masyarakat dalam membina serta memelihara

perilaku hidup sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal. Pendidikan kesehatan dilakukan setiap

hari supaya pasien lebih memahami manfaat dan supaya pasien lebih

faham mengenai tindakan pengobatannya sehingga pasien dapat patuh

minum obat dalam 5B.

Salah satu cara untuk mengontrol tekanan darah adalah dengan

modifikasi gaya hidup dan mengontrol faktor risiko, seperti

mengurangi garam, rutin meminum obat, berhenti merokok, rajin


137

olahraga, dan lain sebagainya. Kepatuhan minum obat antihipertensi

merupakan faktor krusial untuk mencegah kerusakan organ penting

tubuh, seperti ginjal, otak, dan jantung. Perlindungan terhadap organ-

organ penting ini dapat menurunkan risiko terjadinya gagal ginjal,

stroke, dan miokard infark, yang pada akhirnya dapat mencegah

terjadinya kematian. Kepatuhan terhadap pengobatan sangat penting

dalam mengontrol tekanan darah, dan pemantauan kepatuhan pasien

penting dalam manajemen hipertensi, karena ketidakpatuhan terkait

dengan prognosis buruk (Erdine & Arslan, 2013).

.2.5 Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 5 kali

kunjungan, maka didapatkan hasil : bahwa pada Ny. Sm tanggal 13

Agustus 2020 klien mengatakan sudah minum obat secara rutin mulai

hari senin hingga hari kamis pasien meminum obat terus dengan patuh

5B dan pasien tidak mengeluh tanda dan gejala. Hasil TTV ( tekanan

darah 140/80 mmHg, nadi 87 kali/menit, suhu 36,5 oC, pernafasan 21

kali/menit), masalah keperawatan sudah teratasi dan intervensi

dihentikan. Pada Ny.S tanggal 13 Agustus 2020 klien mengatakan

sudah rutin minum obat mulai hari senin hingga hari kamis pasien

sudas rutin minum sesuai jam minum obat dan ketika diberi obat

langsung diminum. Pasien masih ada tanda dan gejala perasaan

berputar tetapi sudah ringan. Hasil TTV (tekanan darah 140/90 mmHg,
138

nadi 84 kali/menit, suhu 36,9oC, pernafasan 20 kali/menit), masalah

keperawatan sudah teratasi dan intervensi dihentikan.

Menurut Kozier, et al (2011) mengevaluasi adalah tindakan

menilai atau menghargai. Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir

dari proses keperawatan. Keberhasilan pengobatan hipertensi

dipengaruhi oleh kepatuhan penderita mengkonsumsi obat darah tinggi

dan melakukan modifikasi gaya hidup. Sehingga diperlukan kepatuhan

pasien yang menjalani pengobatan hipertensi agar didapatkan kualitas

hidup pasien yang lebih baik. kepatuhan pasien hipertensi dalam

program terapi mampu meningkatkan kualitas hidup dengan

mengurangi risiko terjadinya stroke sebesar 8- % (Harijanto dkk.,

2015).

Berdasarkan hasil evaluasi yang didapatkan ketidakpatuhan

klien Ny.Sm dan Ny.S sudah teratasi, didapatkan awal pengkajian

pasien tidak mau minum obat sehingga pada pasien 1 menunjukkan

angka indicator pada hari pertama yaitu angka 1 dan pada pasien 2

menunjukkan angka indicator pada hari pertama yaitu pada angka 2

setelah dilakukan 5 kali intervensi maka indicator klien dapat

meningkat menjadi angka 5.


139

.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memiliki keterbatasan sebagai berikut:

1. Responden 1 memiliki keterbatasan pendengaran sehingga penyampaian

materi tidak bisa secara rinci

2. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami

peneliti, salah satu responden saat dilakukan wawancara penerimaannya

kurang bersahabat sehingga jawaban yang diberikan cenderung

sekedarnya saja

3. Peneliti masih dalam tahap proses belajar sehingga kemungkinan

penelitian kurang sempurna


140

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

.1 Kesimpulan

.1.1 Pengkajian

Pengkajian pada klien 1 dilakukan pada tanggal 30 Juli 2020 dan

pada klien 2 dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2020. Klien 1 bernama

Ny.Sm klien didiagnosa Hipertensi dan didapatkan data subyektif klien

mengatakan tidak mau minum obat karena obat mengandung banyak bahan

kimia yang akan membuat pasien semakin sakit. Pasien mengeluh tanda

dan gejala seperti rasa pegal tidak nyaman pada tengkuk, telinga

berdenging seperti terasa berat. Data objektif didapatkan klien tampak

marah saat ditanyai mengenai obat, TD: 180/ 100 mmHg, N: 85x/menit,

RR: 20x/menit, S: 36,5oC.

Klien 2 bernama Ny.s klien didiagnosa Hipertensi dan didapatkan

data subjektif klien mengatakan pasien mengatakan mau minum obat tetapi

tidak rutin kadang minum kadang tidak dan pasien tidak mau minum obat

karena bosan setiap hari minum obat jadi pasien kadang minum kadang

tidak. Pasien mengeluh tanda dan gejala seperti rasa pegal tidak nyaman

pada tengkuk, telinga berdenging seperti ada anginnya dan perasaan

berputar seperti ingin jatuh apalagi saat habis tidur kemudian duduk. Data

objektif didapatkan klien tampak kesal saat diberi obat dan ditanya
141

mengenai obat, TD: 190/100 mmHg, N: 87x/menit, RR: 20x/menit, S:

36,5oC.

.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengkajian pada Ny.Sm dan Ny.S didapatkan diagnosa

keperawatan yang muncul pada Ny.Sm adalah ketidakpatuhan minum obat

berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama, dan juga

pada klien 2 didapatkan diagnosa keperawatan ketidakpatuhan minum obat

berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama.

.1.3 Rencana Keperawatan

Berdasarkan diagnose keperawatan yang sudah dirumuskan melalui

analisa dan pengkajian pada klien Ny.Sm dan Ny.S maka ditentukan

intervensi peningkatan dalam kepatuhan minum obat pada klien 1 dan 2.

.1.4 Implementasi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan ketidakpatuhan minum obat

berhubungan dengan program terapi yang kompleks atau lama dan sesuai

dengan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan maka dilakukan

implementasi keperawatan untuk kepatuhan minum obat pada pasien 1 dan

2.

.1.5 Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan ketidakpatuhan minum obat

berhubungan dengan program terapi yang kompleks setelah dilakukan


142

Implementasi 5 kali kunjungan maka dapat memberikan dampak

kepatuhan bagi responden.

.2 Saran

.2.1 Bagi Klien

Diharapkan klien mampu melakukan kepatuhan minum obat secara

rutin untuk mencapai hasil yang maksimal.

.2.2 Bagi Pondok Lansia

Diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan

penatalaksanaan ini sebagai salah satu intervensi dalam melakukan asuhan

keperawatan kepada klien Hipertensi dengan ketidakpatuhan minum obat.

.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya mampu melanjutkan dan

mengembangkan cara untuk kepatuhan minum obat dalam membantu klien

dengan Hipertensi untuk mengatasi masalah ketidakpatuhan minum obat

supaya kita dapat meningkatkan kepatuhan dalam minum obat.

.2.4 Bagi Institusi Pendidikan


143

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi di

perpustakaan STIKes Kendedes Malang dan sebagai tambahan sarana

belajar mahasiswa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. Jakarta Timur: Cv.

Trans Info Media

Aspiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular

Aplikasi NiC & NOC. Jakarta: EGC

Balqis, Siti. 2018. Naskah Publikasi. Digilib.unisayogya.ac.id. Diakses pada

tanggal 29 Februari 2020

Bandiyah. 2015. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha

Medika

Erdine S. & Arslan E. (2013). Monitoring Treatment Adherence in Hypertension.

Current hypertension reports.

https://www.researchgate.net/publication/245537104_Monitoring_Treatm

ent_Adherence_in_Hypertension. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2020


144

Harijanto. dkk. (2015). Pengaruh Konseling Motivational Interviewing terhadap

Kepatuhan Minum Obat Penderita Hipertensi. Jurnal Kedokteran

Brawijaya. https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/723. Diakses

pada tanggal 19 Agustus 2020

Hindle, A., and Coates, A. 2011. Nursing Care Of Older People. New York:

Oxford University Press.

Ibrahim. 2011. Nursing Care With Hypertension in The Elderly.

www.jurnal.unsyiah.ac.id. Diakses pada tanggal 18 Februari 2020

Mauk, K, L. 2014. Gerontological Nursing Competencies For Care, 3 rd Edition.

USA: Jones & Bartlett.

Mayulu dkk. 201. Jurnal e-Biomedik. Jurnal.htp.ac.id. diakses pada tanggal 20

Februari 2020

Miller, C, A. 2012. Nursing For Welness in Older Adults, 6 th Edition.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Muhith, Abdul.dkk. 2011. Buku Ajar Metofologi Penelitian Kesahatan.

Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmodjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja

Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika


145

PPNI, Harif. 2019. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:

Dewan Pengurus Pusat

PPNI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan

Pengurus Pusat

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan

Pengurus Pusat

Prawoto. 2015. Metode Penelitian. Jakarta: EGC

Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Situasi

Lanjut Usia di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI

Puspita, Exa. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Penderita Hipertensi dalam Menjalani Pengobatan (Studi Kasus di

Puskesmas Gunungpati Kota Semarang). Skripsi. Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

Tabloski, P.A. 2014. Gerontological Nursing, 3rd Edition. New Jersey: Pearson.

Touhy, T.A & Jett, K.F. 2014. Ebersole and Hess Gerontological Nursing &

Healthy Aging, 4th Edition. Missouri: Elsevier Mosby.

Triguna, I.P.B & Sudhana, I.W. (2013). Gambaran Kepatuhan Minum Obat

Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas

Petang Ii, Kabupaten Bandung. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

Udjianti. 2010. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika


146

Wijaya. 2013. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan. Yogyakarta: Salemba

Medika

Yulita dkk. 2019. Jom FKp. https://media.neliti.com. Diakses pada tanggal 22

Februari 2020

Zaenurrohmah & Rachmayanti. 2017. Relationship Between Knowledge and

Hypertension History With Blood Pressure Control in Elderly. https://e-

journal.unair.ac.id. Diakses pada tanggal 23 Januari 2020

Lampiran 1 : Jadwal Penelitian

No Kegiatan 2019 2020


Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni juli Agsts
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Revisi proposal
5. Perijinan penelitian
6. Pelaksanaan penelitian
7. Pengolahan data,
analisis dan
penyusunan laporan
8. Seminar hasil
147

Lampiran 2 : Surat Balasan Penelitian dari Dinas Kesehatan Kota Malang


148

Lampiran 3 : Lembar permohonan Izin Menjadi Responden


149
150
151

Lampiran 4 : Lembar Pernyataan menjadi Responden


152
153

Lampiran 5 : Berita kunjungan pasien


154
155

Lampiran 6 : Lembar Observasi Minum Obat

LEMBAR OBSERVASI OBAT

Lembar observasi pasien 1

Tanggal: jumat, 07 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.S 1x10mg Oral −¿ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. M m 1.
c. 0
0

Tanggal: sabtu, 08 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Sian Jam Malam Jam
pasien g

a. Amlodipine Ny.Sm 1x10mg Oral √ 06.0 −¿ 15.00 −¿ 2


b. M ½ 0 1
c. dosis .
0
0

Tanggal: Minggu, 09 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.Sm 1x10mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. ½ 1
c. dosis .
0
0

Tanggal: Senin, 10 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Sian Jam Malam Jam
pasien g

a. Amlodipine Ny.Sm 1x10mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. M 1
c. .
0
0
156

Tanggal: Kamis, 13 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.Sm 1x10mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 21.0


b. M 0
c.

Lembar observasi pasien 2


Tanggal: Sabtu, 08 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.S 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. Lisinopril 1x5mg Oral −¿ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 1
c. .
0
0
2
1
.
0
0

Tanggal: Minggu, 09 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.S 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. Lisinopril 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 1
c. .
0
0
2
1
.
0
0
157

Tanggal: Senin, 10 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pagi Jam Siang Jam Malam Jam
pasien

a. Amlodipine Ny.S 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. Lisinopril 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 1
c. .
0
0
2
1
.
0
0

Tanggal: kamis, 13 Agustus 2020

Obat Nama Dosis Rute Pag Jam Siang Jam Malam Jam
pasie i
n

a. Amlodipine Ny.S 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 2


b. Lisinopril 1x5mg Oral √ 06.00 −¿ 15.00 −¿ 1
c. .
0
0
2
1
.
0
0

Lampiran 7 : Format Asuhan Keperawatan

FORMAT PENGKAJIAN DATA DASAR

Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :

NIM : Tanggal Praktik :

1. Identitas

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


158

Nama:
Alamat:

Jenis Kelamin:
(1) Laki-laki
(2) Perempuan

Umur:
(1) Middle
(2) Elderly
(3) Old
(4) Very Old

Status:
(1) Menikah
(2) Tidak menikah
(3) Janda
(4) Duda
Agama :
(1) Islam
(2) Protestan
(3) Hindu
(4) Katholik
Suku:
(1) Jawa
(2) Madura
(3) Lain-lain,
Tingkat Pendidikan:
(1) Tidak tamat SD
(2) Tamat SD
(3) SMP
(4) SMU
(5) PT
(6) Buta huruf
Status tempat tinggal :
(1) Rumah pribadi
(2) Keluarga
(3) Tuna wisma
(4) Panti
Sumber pendapatan:
(1) Ada, jelaskan
(2) Tidak, jelaskan
Lama tinggal di Panti :
(1) < 1 tahun
(2) 1-3 tahun
(3) > 3 tahun
Keluarga yang dapat
dihubungi:
(1) Ada
(2) Tidak
Riwayat Pekerjaan:

Keluhan yang dirasakan saat


ini :
(1) Nyeri dada
(2) Pusing
159

(3) Batuk
(4) Panas
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare
(8) Jantung berdebar
Penyakit saat ini :
(1) Sesak nafas/PPOM
(2) Nyeri sendi/rematik
(3) Diare
(4) Penyakit kulit
(5) Jantung
(6) Mata
(7) DM
(8) Hipertensi

Apa keluhan yang anda


rasakan tiga bulan terakhir:
(1) Nyeri dada
(2) Pusing
(3) Batuk
(4) Panas
(5) Sesak
(6) Gatal
(7) Diare
(8) Jantung berdebar
(9) Nyeri sendi
(10) Penglihatan kabur

Kejadian penyakit 3 bulan


terakhir :
(1) Sesak nafas/PPOM
(2) Nyeri sendi/rematik
(3) Diare
(4) Penyakit kulit
(5) Jantung
(6) Mata
(7) DM
(8) Hipertensi

STATUS FISIOLOGIS
Bagaimana postur tulang
belakang lansia :
(1) Tegap
(2) Membungkuk
(3) Kifosis
(4) Skoliosis
(5) Lordosis

2. Pemeriksaan Fisik
Observasi Kasus 1 Kasus 2
S :
N :
TD :
160

RR :
TB:
BB:
GCS:

1. Kepala
Kebersihan : kotor/bersih
Kerontokan rambut : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan :
2. Mata
Konjungtiva : anemis/tidak
Sclera : ikterik/tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : kabur/tidak
Peradangan : ya/tidak
Riwayat katarak : ya/tidak
Keluhan : ya/tidak
Jika ya, jelaskan :
3. Hidung
Bentuk : simetris/tidak
Peradangan : ya/tidak
Penciuman : terganggu/tidak
Jika ya, jelaskan :

4. Mulut dan tenggorokan


Kebersihan : baik/tidak
Mukosa : kering/lembab
Peradangan/stomatitis : ya/tidak
Gigi geligi : karies/tidak,
ompong/tidak
Radang gusi : ya/tidak
Kesulitan mengunyah : ya/tidak
Kesulitan menelan : ya/tidak

5. Telinga
Kebersihan : bersih/tidak
Peradangan : ya/tidak
Pendengaran : terganggu/tidak
Jika terganggu, jelaskan:

6. Leher
Pembesaran kelenjar tyroid: ya/tidak
JVD : ya/tidak
Kaku kuduk : ya/tidak

7. Dada
Bentuk dada : normal chest/barrel
chest/pigeon chest/lainnya
Retraksi : ya/tidak
Wheezing : ya/tidak
161

Ronchi : ya/tidak
Suara jantung tambahan : ya/tidak
Ictus cordis : ya/tidak

8. Abdomen
Bentuk : distanded/flat/lainnya
Nyeri tekan : ya/tidak
Kembung : ya/tidak
Supel : ya/tidak
Bising usus : ada/tidak, frekuensi :
kali/menit
Massa : ya/tidak, region

9. Genetalia
Kebersihan : baik/tidak
Hemoroid : ya/tidak
Hernia : ya/tidak

10. Ekstremitas
Kekuatan otot : (skala 1-5)
Kekuatan otot
1 : lumpuh
2 :ada kontraksi
2 :Melawan gravitasi dengan sokongan
3 :Melawan gravitasi tapi tidak ada
tahanan
4 :Melawan gravitasi dengan tahanan
sedikit
5 :Melawan gravitasi dengan kekuatan
penuh
Postur tubuh : skoliosis/lordosis/tegap
(normal)
Rentang gerak : maksimal/terbatas
Deformitas : ya/tidak,
Jelaskan :
Tremor : ya/tidak
Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak
Penggunaan alat bantu : ya/tidak,
Jenis :

11. Integumen

Kebersihan : baik/tidak
Warna : pucat/tidak
Kelembaban : kering/lembab
Gangguan pada kulit : ya/tidak,
jelaskan :

3. Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia

c. Keseimbangan Berdiri
162

SKORE BANTUAN BANTUAN LANGKAH TIDAK PERLU


PENUH SEBAGIAN DEMI BANTUAN
LANGKAH
TIDAK
LENGKAP

0 - <10 detik - >10 detik

1 - < 10 10 detik -
detik/tidak
mampu

2 <3 detik/tidak 10 detik - -


mampu

3 3-9 detik 10 detik - -

4 >10 detik >10 detik - Tidak mampu

Jumlah skor keseimbangan berdiri :


SKORE BANTUAN BANTUAN LANGKAH TIDAK PERLU
PENUH SEBAGIAN DEMI BANTUAN
LANGKAH
TIDAK
LENGKAP

0 - <10 detik - >10 detik

1 - < 10 10 detik -
detik/tidak
mampu

2 <3 detik/tidak 10 detik - -


mampu
3 3-9 detik 10 detik - -

4 >10 detik >10 detik - Tidak mampu

Jumlah skor keseimbangan berdiri :

d. Kecepatan Berjalan (berjalan ± 2,5 meter)

Skore 0 : tidak mampu


163

Skore 1 : lebih dari 5,6 detik

Skore 2 : 4,1-5,6 detik

Skore 3 : 3,2 – 4 detik

Skore 4 : kurang dari 3,2 detik

Jumlah skore berjalan pasien 1:

Jumlah skore berjalan pasien 2:

4. Pengkajian Psikososial

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Motivasi penghuni panti
(3) Kemampuan sendiri
(4) Terpaksa

Hubungan dengan orang lain dalam


wisma
(5) Tidak dikenal
(6) Sebatas kenal
(7) Mampu berinteraksi
(8) Mampu bekerjasama

Hubungan dengan orang lain diluar


wisma didalam panti
(5) Tidak dikenal
(6) Sebatas kenal
(7) Mampu berinteraksi
(8) Mampu bekerjasama

Kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma


lainnya dalam panti :
(5) Selalu
(6) Sering
(7) Jarang
(8) Tidak pernah

Stabilitas emosi
(5) Labil
(6) Stabil
(7) Iritabel, Jelaskan
(8) Datar

Frekuensi kunjungan keluarga :


(4) 1 kali/bulan
(5) 2 kali/bulan
(6) Tidak pernah
164

5. Pengkajian Fungsional Lansia

a. Pengkajian Emosional

Tabel 4.6 Pengkajian Fungsional

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


Pertanyaan tahap 1
(1) Apakah klien mengalami susah
tidur
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Apakah klien murung atau
menangis sendiri
(4) Apakah klien sering was-was atau
kuatir

Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika


jawabannya ya 1 atau lebih
Pertanyaan tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau
lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu
bulan
(2) Ada masalah atau banyak pikiran
(3) Ada gangguan atau masalah
dengan orang lain
(4) Menggunakan obat tidur atau
penenang atas anjuran dokter
(5) Cenderung mengurung diri

Lebih dari 1 atau sama dengan 1


jawaban ya, maka masalah
emosional ada atau ada gangguan
emosional

b. Pengkajian Kecemasan
Tingkat Karakteristik Ya Tidak
kecemasa
n

Ringan Fisiologis

1. TTV Normal

2. Ketegangan Otot Menurun

3. Pupil Normal

4. Konstriksi
165

Emosional

5. Nyaman, Rileks

6. Suara Tenang

7. Perilaku Biasa

Kognitif

8. Tanggap Terhadap Rangsangan

9. Dapat Mengatasi Masalahnya Sendiri

Subyektif

10. Penuh Perhatian

Sedang Fisiologis

11. TTV Mulai Meningkat

12. Diaporesis

13. Ketegangan Otot Meningkat

14. Pupil Dilatasi

15. Vasokonstriksi Daerah Perifer

Emosional

16. Ketakutan

17. Ketegangan

Kognitif

18. Perhatian Fokus

Subyektif

19. Telapak Tangan Berkeringat

20. Waspada

Berat Fisiologi

21. Terdapat Respon Fight And Flight

22. TTV Meningkat

23. Diaporesis Meningkat

24. Sering BAK

25. Nafsu Makan Menurun

26. Sesak Nafas

27. Pusing

Emosional

28. Perasaan Terancam


166

29. Otot Kaku

Subyektif

30. Hyperactive

Panik Fisiologi

31. Tekanan Darah Menurun

32. Nadi Meningkat

33. Wajah Pucat

Emosional

34. Menangis

35. Perilaku Menyerang

36. Marah

Kognitif

37. Tidak Memakai Logika

Subyektif

41. Nyeri Dada

42. Bicara Cepat

43. Gelisah

Jumlah

Skor akumulasi :

Ringan : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan ringan.

Sedang : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan sedang

Berat : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan berat

Panik : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik panik.
167

(Dimodifikasi dari Arnold dan Carson. 1996. Mental Health

Nursing: The Nurse, Patient Journey. Philadelphia: Sounders

Company).

Tingkat Karakteristik Ya Tidak


kecemasa
n

Ringan Fisiologis

1. TTV Normal

2. Ketegangan Otot Menurun

3. Pupil Normal

4. Konstriksi

Emosional

5. Nyaman, Rileks

6. Suara Tenang

7. Perilaku Biasa

Kognitif

8. Tanggap Terhadap Rangsangan

9. Dapat Mengatasi Masalahnya Sendiri

Subyektif

10. Penuh Perhatian

Sedang Fisiologis

11. TTV Mulai Meningkat

12. Diaporesis

13. Ketegangan Otot Meningkat

14. Pupil Dilatasi

15. Vasokonstriksi Daerah Perifer

Emosional

16. Ketakutan

17. Ketegangan

Kognitif

18. Perhatian Focus

Subyektif
168

19. Telapak Tangan Berkeringat

20. Waspada

Berat Fisiologi

21. Terdapat Respon Fight And Flight

22. TTV Meningkat

23. Diaporesis Meningkat

24. Sering BAK

25. Nafsu Makan Menurun

26. Sesak Nafas

27. Pusing

Emosional

28. Perasaan Terancam

29. Otot Kaku

Subyektif

30. Hyperactive

Panik Fisiologi

31. Tekanan Darah Menurun

32. Nadi Meningkat

33. Wajah Pucat

Emosional

34. Menangis

35. Perilaku Menyerang

36. Marah

Kognitif

37. Tidak Memakai Logika

Subyektif

41. Nyeri Dada

42. Bicara Cepat

43. Gelisah

Jumlah

Skor akumulasi :
169

Ringan : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan ringan.

Sedang : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan sedang

Berat : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik kecemasan berat

Panik : bila jawaban 50% atau lebih terdapat pada

karakteristik panik.

(Dimodifikasi dari Arnold dan Carson. 1996. Mental Health

Nursing: The Nurse, Patient Journey. Philadelphia: Sounders

Company).

c. Pengkajian Depresi

Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983)

dalam Gerontological Nursing, 2006

Jawaban

Ya Tdk Hasil Hasil


No Pertanyaan
Pasien Pasien
1 2

1. Anda puas dengan kehidupan anda 0 1


saat ini

2. Anda merasa bosan dengan berbagai 1 0


aktifitas dan kesenangan

3. Anda merasa bahwa hidup anda 1 0


hampa / kosong

4. Anda sering merasa bosan 1 0

5. Anda memiliki motivasi yang baik 0 1


sepanjang waktu
170

6. Anda takut ada sesuatu yang buruk 1 0


terjadi pada anda

7. Anda lebih merasa bahagia di 0 1


sepanjang waktu

8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0

9. Anda lebih senang tinggal dirumah 1 0


daripada keluar melakukan sesuatu hal

10. Anda merasa memiliki banyak 1 0


masalah dengan ingatan anda

11. Anda menemukan bahwa hidup ini 0 1


sangat luar biasa

12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup 1 0


anda

13. Anda merasa diri anda sangat 0 1


energik / bersemangat

14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0

15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih 1 0


baik dari diri anda

Jumlah

Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

d. Pengkajian Tingkat Kerusakan Intelektual

Dengan menggunakan SPMSQ (Short Portable Mental Status

Quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Benar Salah Nomor Pertanyaan

Pasien 1 Pasien 2 Pasien 1 Pasien 2

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekarang ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Dimana alamat anda ?

5 Berapa umur anda ?


171

6 Kapan anda lahir ?

7 Siapa presiden
Indonesia ?

8 Siapa presiden Indonesia


sebelumnya ?

9 Siapa nama ibu anda ?

10 Kurangi 3 dari 20 dan


tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, secara
menurun

Jumlah

Interpretasi :

Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh

Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang

Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan Pasien 1:

Kesimpilan Pasien 2 :

e. IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Nilai Kriteria


maksimal Klien 1 Klien 2
Kognitif

1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan


benar :

Tahun :

Musim :

Tanggal :

Hari :
172

Bulan :

2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita


berada ?

Negara

Propinsi

Kabupaten/kota

Panti

Wisma

3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama obyek


(misal : kursi, meja,
kertas), kemudia
ditanyakan kepada klien,
menjawab :

4. kursi

5. meja

6. kertas

4 Perhatian dan 5 Meminta klien berhitung


kalkulasi mulai dari 100 kemudia
kurangi 7 sampai 5 tingkat.

Jawaban :

6. 93

7. 86

8. 79

9. 72

10. 65

5 Mengingat 3 Minta klien untuk


mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin
nilai 1)

6 Bahasa 9 Menanyakan pada klien


tentang benda (sambil
menunjukan benda
tersebut).

1.

3. Minta klien untuk


mengulangi kata berkut :

“ tidak ada, dan, jika,


173

atau tetapi )

Klien menjawab :

Minta klien untuk


mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah.

4. Ambil kertas ditangan


anda

5. Lipat dua

6. Taruh dilantai.

Perintahkan pada klien


untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah
nilai satu poin.

7. “tutup mata anda”

8. Perintahkan kepada
klien untuk menulis
kalimat dan

9. Menyalin gambar 2 segi


lima yang saling
bertumpuk

Total nilai 30

Interpretasi hasil :

24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23 : gangguan kognitif sedang

0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan Pasien 1:

Kesimpulan Pasien 2:
174

f. Pengkajian Perilaku terhadap Kesehatan

Pengkajian Pasien 1 Pasien 2

Kebiasaan merokok
(1) > 3 batang sehari
(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok

Frekuensi makan :
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang
dihabiskan
(1) 1 porsi habis
(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang
dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan :
(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang
dihabiskan
Frekuensi minum :
(1) < 3 gelas sehari
(2) > 3 gelas sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari,
alasan :
(1) Takut kencing malam
hari
(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum
terbatas
(4) Kebiasaan minum
sedikit
Jenis minuman
(1) Air putih
(2) Teh
(3) Kopi
(4) Susu
(5) Lainnya
Pola kebiasaan tidur
Jumlah waktu tidur
(1) <4jam
(2) 4-6 jam
(3) >6 jam
Gangguan tidur berupa :
(1) Insomnia
(2) Sering terbangun
(3) Sulit mengawali
(4) Tidak ada gangguan
Penggunaan waktu luang
ketika tidak tidur :
175

(1) Santai
(2) Diam saja
(3) Ketrampilan
(4) Kegiatan keagamaan
Frekuensi BAB
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya
Konsistensi
(4) Encer
(5) Keras
(6) Lembek
Gangguan BAB :
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada
Frekuensi BAK
(1) 1-3 kali sehari
(2) 4-6 kali sehari
(3) >6 kali sehari
Warna urine
(1) Kuning jernih
(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK
(1) Inkontinensia urine
(2) Retensi urine
(3) Lainnya
Kegiatan produktif lansia
yang sering dilakukan
(1) Membantu kegiatan
dapur
(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
(5) Lainnya
Mandi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) <1 kali sehari
Memakai sabun
(1) Ya
(2) Tidak
Sikat gigi
(1) 1 kali sehari
(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan
Menggunakan pasta gigi
(1) Ya
(2) Tidak
Kebiasaan berganti pakaian
bersih
(1) 1 kali sehari
(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti
176

g. Pengkajian Determinan Nutrisi Pada Lansia

No Indikator Skor Skor Skor


Pasien 1 Pasien 2

1. Menderita sakit atau kondisi yang 2


mengakibatkan perubahan jumlah dan
jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan 2


susu

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan 2


minum minuman beralkohol setiap
harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut 2


atau giginya sehingga tidak dapat
makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang 4


untuk membeli makanan

7. Lebih sering makan sendirian 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan 1


terapi minum obat 3 kali atau lebih
setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 2


Kg dalam enam bulan terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan 2


fisik yang cukup untuk belanja,
memasak atau makan sendiri

Total score

American Dietetic Association and National Council on the

Aging, dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001

Interpretations:

0– 2 : Good
177

2– 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

h. Tingkat kemandirian Barthel Indeks

No. Jenis aktivitas Nilai Penilaian

Bantuan Mandiri Bantuan Pasien Pasien


dan 1 2
Mandiri

1 Makan/minum 5 10 7-9

2 Berpindah dari kursi 10 15 11-13


roda ke tempat
tidur/sebaliknya

3 Kebersihan diri : cuci 0 5 1-3


muka, menyisir, dll

4 Keluar/masuk kamar 5 10 7-9


mandi

5 Mandi 0 5 1-3

6 Berjalan (jalan datar) 10 15 11-13

7 Naikturun tangga 5 10 7-9

8 Berpakaian/bersepatu 5 10 7-9

9 Mengontrol defekasi 5 10 7-9

10 Mengontrol berkemih 5 10 7-9

JUMLAH

Keterangan :

1,7,11 : Lebih banyak bantuan dari pada mandiri

2,8,12 : Seimbang antara bantuan dan mandiri

3,9,13 : Lebih banyak mandiri dari pada bantuan

0-20 : Ketergantungan penuh total

21-61 : Ketergantungan berat


178

62-90 : Ketergantungan moderat

91-99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri
179

ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
180

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pasie No Masalah Keperawatan


n
181

Intervensi Keperawatan

N Diagnosa SLKI SIKI Rasional


o Keperawatan
182

IMPLEMENTASI

Diagnosa Keperawatan:

Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3

Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi


183

EVALUASI

Diagnosa Keperawatan:

Kunjungan 1 Kunjungan 2 Kunjungan 3


184

Lampiran 8 : SOP Pengukuran Tekanan Darah

Standar Prosedur Operasional

Pengukuran Tekanan Darah

Pengertian Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter untuk


mengetahui ukuran tekanan darah pasien.

Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pengukuran tekanan darah.

Kebijakan Sebagai acuan untuk pengukuran tekanan darah

Persiapan Alat 1. Stetoskop


2. Tensimeter lengkap
3. Buku catatan
4. Alat tulis

Persiapan 1. Lakukan tindakan dengan 5S (Senyum, salam, sapa, sopan, santun)


Pasien 2. Lakukan perkenalan diri dan identifikasi pasien
3. Jelaskan tujuan yang akan dilakukan
4. Jelaskan prosedur pelaksanaan
5. Buat inform consent

Persiapan 1. Jaga privasi pasien dengan memasang sketsel/sampiran


Lingkungan 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman

Pelaksanaan 1. Petugas cuci tangan


Tindakan 2. Alat-alat didekatkan
3. Aturlah posisi pasien
4. Bukalah lengan baju atau digulung
5. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung pasien
6. Tentukan letak arteri brachialis
7. Pasanglah manset tensimeter pada lengan atas 2-3 cm diatas vena cubiti
dengan pipa karetnya berada di bagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu ketat atau terlalu longgar
8. Rabalah denyut arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada daerah
tersebut
9. Tutuplah skrup balon karet, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa didalam
pipa gelas naik, selanjutnya pompa sampai air raksa naik 20-30 mmhg
10. Bukalah skrup balon perlahan-lahan sehingga air raksa turun perlahan-
lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa, dengarkan bunyi
denyutan pertama dan terakhir
11. Pasien dirapikan
12. Beritahu hasil tekanan darah pasien
13. Alat-alat dirapikan dengan posisi air raksa tensimeter terkunci dan
disimpan ditempatnya
14. Petugas cuci tangan

Evaluasi 1. Dokumentasi tindakan


185

2. Evaluasi hasil tindakan dan respon pasien


186

Lampiran 9 : Lembar Observasi Evaluasi Wawancara


Pasien 1
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah sudah faham pentingnya Iya saya sudah faham
rutin minum obat?
2. Apakah sudah mengerti bagaimana Iya sudah mengerti bahwa obat
cara mematuhi minum obat? harus diminum secara rutin setuap
hari
3. Apakah anda sudah rutin minum Iya sudah
obat?
4. Ketika sudah rutin minum obat Tidak
apakah anda masih sering
mengeluh pusing?
5. Lebih nyaman teratur minum obat Lebih nyaman setelah minum obat
ataukah tidak minum obat?

Pasien 2
No. Pertanyaan Jawaban
6. Apakah sudah faham pentingnya Iya saya sudah faham bahwa obat
rutin minum obat? untuk mengontrol tekanan darah
saya
7. Apakah sudah mengerti bagaimana Iya sudah mengerti bahwa minum
cara mematuhi minum obat? obat harus rutin
8. Apakah anda sudah rutin minum Iya sudah
obat?
9. Ketika sudah rutin minum obat Tidak
apakah anda masih sering
mengeluh pusing?
10. Lebih nyaman teratur minum obat Lebih nyaman rutin minum obat
ataukah tidak minum obat?
187

Lampiran 10 : Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sub Pokok Bahasan : Perawatan dan Pecegahan Hipertensi

Sasaran :Klien di Pondok Lansia Al-Ishlah Malang

Tempat : Pondok Lansia Al-Ishlah Malang

Hari, tanggal :

Waktu :

A. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit di Pondok Lansia

Al-Ishlah Malang diharapkan mampu melakukan tindakan perawatan dan

pencegahan hipertensi.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan tentang hipertensi pada pasien Pondok Lansia

Al-Ishlah Malang diharapkan pasien mampu


188

a Pengertian Hipertensi

b Penyebab Hipertensi

c Tanda dan Gejala Hipertensi

d Obat Hipertensi

e Manfaat Meminum Obat dengan Teratur

f Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat

g Efek Jika Penderita Hipertensi Tidak Rutin Minum Obat

B. Kegiatan Penyuluhan

1. Metode

a Ceramah

b Tanya Jawab

2. Materi

a Pengertian Hipertensi

b Penyebab Hipertensi

c Tanda dan Gejala Hipertensi

d Obat Hipertensi

e Manfaat Meminum Obat dengan Teratur

f Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat

g Efek Jika Penderita Hipertensi Tidak Rutin Minum Obat

3. Media

a Materi SAP
189

b Leaflet

C. Langkah Kegiatan
No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran Waktu

1. Pra Kegiatan a. Penyuluh mempersiapkan


Penyuluhan rencana pembelajaran

b. Penyuluh mempersiapkan
media pembelajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran

c. Penyuluh mempersiapkan
dan mengecek lingkungan
yang akan mempengaruhi 5 menit
proses pembelajaran

2. Membuka aMengucapkan salam a Menjawab salam


Pembelajaran
bMemperkenalkan diri b Menanggapi dan memberi
respon
cKontak waktu
c Menyimak penjelasan yang
diberikan

d Mengungkapkan pengetahuan 5 menit


yang dimiliki

3. Kegiatan ini aMenjelaskan materi a Mendengarkan dan menyimak


materi yang diberikan
bMemberikan kepada sasaran
untuk bertanya b Mengajukan beberapa
pertanyaan dari materi yang
cMenjawab pertanyaan yang diberikan
diberikan
c Menyimak jawaban yang
diberikan dan merasa puas
15
menit

4. Kegiatan aBertanya sebagai bahan a Menjawab dengan benar


menutup evaluasi
pembelajaran b Mendengarkan dan menyimak
bMenyimpulkan materi yang
telah disampaikan c Menjawab salam 1
m
cMengucapkan salam
190

D. Evaluasi

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan SAP

b. Menyiapkan media

c. Menyiapkan tempat

d. Kontrak waktu dengan sasaran

2. Evaluasi proses

a Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan

b Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses

penyuluhan
191

Lampiran Materi

Hipertensi

A. Definisi

Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan darah

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas 90 mmHg.

Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik > 140 mmHg

atau tekanan darah diastolik 90 mmHg.

Menurut Kaplan menyatakan bahwa pria berusia < 45 tahun, dikatakan

hipertensi apabila tekanan darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90

mmHg dan pria usia > 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan darahnya

diatas 145/95 mmHg, sedangkan pada wanita tekanan darah diatas atau sama

dengan 10/90 mmHg dinyatakan hipertensi.

B. Penyebab

1. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol

a) Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin

besar risiko terserang hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau

kelenturannya dan tekanan darah seiring bertambahnya usia, kebanyakan

orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam

puluhan. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi

meningkat. Sebenarnya wajar bila tekanan darah sedikit meningkat


192

dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh perubahan alami

pada jantung, pembuluh darah dan hormon. Tetapi bila perubahan

tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya

hipertensi.

b) Jenis kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat

angka yang cukup bervariasi. Wanita lebih banyak yang menderita

hipertensi disbanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon

estrogen pada wanita.

c) Riwayat keluarga

Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi terutama pada

hipertensi primer. Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit

jantung meningkat risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Dari data statistic

terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk

mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi.

Hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari

orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita

mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang

tua kita mempunyai hipertensi, kemungkinan kita mendapatkan penyakit

tersebut 60%.

d) Genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan

ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar


193

monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur).

Seorang penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer

(esensial) apabila dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi,

bersama lingkungannya akan menyebabkan hipertensinya berkembang

dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul tanda dan gejala.

2. Faktor yang dapat diubah/dikontrol

a) Kebiasaan merokok

b) Konsumsi asin/garam

c) Penggunaan jelantah

d) Kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol

e) Obesitas

f) Stress

C. Tanda dan Gejala

Seringkali hipertensi terjadi tampa gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit.

Pada umumnya sebagai berikut :

1. Sakit kepala

2. Kelelahan

3. Mual dan muntah

4. Sesak nafas

5. Pandangan menjadi kabur


194

6. Mata berkunang –kunang

7. Mudah marah

8. Telinga berdengung

9. Sulit tidur

10. Rasa berat ditengkuk

D. Obat-Obatan Antihipertensi

1. Captopril: obat yang berfungsi untuk menangani hipertensi dan gagal

jantung. Selain itu, obat ini juga dapat digunakan untuk melindungi

jantung setelah terjadi serangan jantung. Dosis: 12.5-150mg oral 3X1

sebelum makan.

2. Enalapril: bekerja dengan melonggarkan pembuluh darah sehingga darah

dapat mengalir lebih mudah. Dosis: 5-40mg oral 1X1 sesudah makan.

3. Amlodipine: obat darah tinggi atau hipertensi. Dosis: 2.5-10 oral 1X1

sesudah makan.

4. Nifedipin: untuk mengobati hipertensi (tekanan darah tinggi). Dosis: 10-

40mg oral 3X1 sesudah makan.

5. Propanolol: obat yang digunakan untuk menangani sejumlah kondisi

yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah. Dosis: 160-

480mg oral 3X1 sebelum makan.

6. Atenolol: obat untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi). Dosis:

25-100mg oral 1X1 sesudah makan.


195

7. Candesartan: obat untuk menurunkan tekanan darah. Dosis: 8-23mg oral

1X1 sesudah makan.

8. Losartan: untuk meringankan kerja jantung dan menurunkan tekanan

darah. Dosis : 50-100mg oral 1X1 sesudah makan

E. Manfaat Meminum Obat dengan Teratur

1. Tekanan darah dapat terkontrol dengan baik

2. Supaya tidak terjadi komplikasi (mencegah timbulnya komplikasi)

3. Supaya tidak timbul tanda dan gejala

F. Akibat Ketidakpatuhan Minum Obat

1. Bertambah parahnya penyakit yang diderita

2. Dapat terjadi komplikasi

3. Tekanan darah dapat lebih meningkat

4. Berkurangnya efektivitas obat yang dikonsumsi

5. Tanda dan gejala sering kambuh

6. Pengobatan yang tidak teratur dapat menyebabkan tekanan darah naik-

turun dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan

G. Yang Terjadi Jika Penderita Hipertensi Tidak Rutin Minum Obat

1. Stroke

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
196

tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang

memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran

darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami

arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan

terbentuknya aneurisma

2. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke

nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.

Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine

sehingga tekanan osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,

yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

Lampiran 11 : 4. Berkurangnya
Leaflet Hipertensi efektivitas obat
yang 1. Tekanan darah dapat
dikonsumsi terkontrol dengan
Efek jika tidak 5. Tanda dan baik
minum obat !!! gejala sering
2. Supaya tidak terjadi
kambuh
komplikasi
1. Bertambah (mencegah
parahnya timbulnya
penyakit yang
diderita komplikasi)

2. Dapat terjadi 3. Supaya tidak timbul


komplikasi tanda dan gejala
3. Tekanan darah
dapat lebih
Komplikasinya??
meningkat
Apakah manfaat teratur
minum obat ??
197

1. Stroke : Stroke dapat 7. Telinga


terjadi pada berdengung
8. Sulit tidur
hipertensi kronis 9. Rasa berat
apabila arteri yang ditengkuk
memperdarahi otak
mengalami hipertrofi
dan penebalan,
sehingga aliran darah Penyebabnya ??
ke area otak yang
3.
Disampaikan oleh: Fitra Eka
diperdarahi Faktor yang tidak
Pratiwi
berkurang dapat diubah
2. Gagal ginjal : Gagal
1. Umur
ginjal dapat terjadi 2. Jenis kelamin
karena kerusakan 3. Riwayat
Apa Hipertensi
progresif akibat
itu ?? keluarga
tekanan tinggi pada 4. Genetik/ketur
kapiler glomerulus.
Hipertensi adalah unan
keadaan dimana
peningkatan tekanan
darah diatas normal.
Dapat dikontrol dengan
gaya hidup yang sehat

Apa sajakah tanda dan


gejalanya ?? Faktor yang dapat
diubah
HIPERTE 1. Sakit kepala
1. Kebiasaan
NSI merokok
2. Konsumsi
2. Kelelahan
garam
3. Mual dan muntah
4. Pandangan 3. Konsumsi
menjadi kabur jelantah
5. Mata berkunang – 4. Kebiasaan
kunang konsumsi
6. Mudah marah
198

minuman memompa
beralkohol darah.
5. Obesitas Dosisnya: oral
1x5mg sesudah
makan
Obat-Obatan hipertensi

 Amlodipine:
obat darah tinggi
atau hipertensi.
Bekerja dengan
cara melemaskan
dan melebarkan
pembuluh darah
sehingga darah
mengalir lancer
ke jantung, dan
juga bekerja
dengan
meningkatkan
suplai darah ke
jantung Dosis
oral 1x5mg
sesudah makan.

 Lisinopril
bekerja dengan
cara
memperlebar
pembuluh
darah, sehingga
darah dapat
mengalir lebih
lancar dan
meringankan
beban kerja
jantung dalam
Lampiran 12 : Lembar Konsul pembimbing I dan II
200
201

Lamp
iran 13 : Dokumentasi
Pasien 1
202

Pasien 2
203

Anda mungkin juga menyukai