DISUSUN OLEH :
AOA0180863
2021
LEMBAR PERNYATAAN PLAGIAT
NIM : AOA0180863
Menyatakan dan bersumpah bahwa Proposal Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil
karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari
berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun.
Jika kemudian hari ternyata saya terbukti melakukan pelanggaran atas pernyataan
dan bersumpah tersebut di atas , maka saya bersedia menerima sanksi akademik dari institusi
kami terkait.
Malang,
Yang Menyatakan
M.Prayogo .P.S.
NIM :
AOA0180863
Mengetahui
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal Tugas Akhir ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada lansia dengan
stroke Non Hemoragi yang mengalami Gangguan Mobilitas Fisik” telah disetujui oleh
pembimbing penyusunan Laporan Tugas Akhir STIKes Kendedes Malang Program Studi D
III Keperawatan.
M.Prayogo P.S.
NIM : AOA0180863
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Tugas Akhir ini berjudul “Asuhan Keperawatan pada lansia dengan
stroke Non Hemoragi yang mengalami Gangguan Mobilitas Fisik” telah diperiksa dan
dipertahankan dihadapan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir STIKes Kendedes Malang
Hari :
Tanggal :
NIDN. 0728097503
NIDN. 0726068301
NIDN. 07030791002
Mengetahui
NIDN : 072068401
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus yang berjudul "
Asuhan Keperawatan pada lansia dengan stroke Non Hemoragi yang mengalami
Gangguan Mobilitas Fisik" dalam penyusunan penelitian ini peneliti banyak mendapat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Muljohadi Sungkono, Sp.OG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes Malang
yang telah memberikan saya kesempatan menuntut ilmu di STIKes Kendedes Malang.
2. Drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang yang telah memberikan
3. Dr. Endah Puspitorini, MScIH., DTMPH selaku PLH Ketua Yayasan STIKes
Kendedes Malang.
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb., S.pd., MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes Malang.
5. Chintia Kartika, S.Kep, Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi Diploma III
6. Ns. Siti Kholifah, S. Kep.M Kep selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan
8. Tim dosen pengajar di Program Studi Diploma III Keperawatan Kendedes Malang,
terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada saya sehingga saya tahu tentang
banyak hal.
9. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dukungan dan dorongan semangat serta
doanya.
iv
10. Keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan dan dorong semangat serta
doanya.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan proposal ini. Akhirnya peneliti berharap semoga penelitian
Peneliti
v
DAFTAR ISI
vi
3.1 Desain Penelitian............................................................................................................40
3.2 Batasan Istilah................................................................................................................40
3.3 Partisipan........................................................................................................................40
3.4 Loksi dan Waktu Penelitian...........................................................................................41
3.5 Pengumpulan Data.........................................................................................................41
3.6 Uji Keabsahan................................................................................................................42
3.7 Alur Studi Kasus............................................................................................................42
3.8 Analisis Data..................................................................................................................43
3.9 Etika Penelitian...............................................................................................................44
vii
BAB I
PENDAHULUAN
yang terjadi akibat gangguan aliran darah pada otak. Perubahan neorologis ini terjadi dapat
secara mendadak, harus ditangani secara cepat dan tepat (Black dan Hawks, 2014).Stroke
iskemik disebabkan oleh trombus dan embolus, sedangkan stroke hemoragik terjadi akibat
yang terdiri dari 10 % pendarahan inteserebral dan 3 % subarakhoid (AHA, 2013). Data ini
2018)
Stroke sebesar 10% dari seluruh kematian di dunia merupakan penyebab kematian
nomor 3 setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) di negara – negara maju.
Prevalensi stroke bervariasi di berbagai belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika Serikat
adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan di Cina prevalensi stroke berkisar antara 1,8%
(pedesaan) dan 9,4% (perkotaan). Di seluruh dunia, Cina merupakan negara dengan tingkat
kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9% dari seluruh kematian di Cina), bersama dengan
Afrika dan Amerika Utara. Insiden stroke di seluruh dunia sebesar 15 juta orang setiap
795.000 pasien stroke baru atau berulang terjadi setiap tahunnya. Sekitar 610.000 adalah
serangan pertama dan 185.000 adalah serangan berulang. Angka kematian akibat stroke ini
mencapai 1 per 18 kematian di Amerika Serikat. Kurun waktu 5 tahun, lebi dari setengah
1
Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7 juta
kasus baru stroke, dan sekitar 5,5 juta kematian terjadi akibat penyakit stroke. Berdasarkan
Data Kesehatan Dasar (Rikesda,2018)bahwa prevalansi stroke 10,9 per mil berdasarkan
diagnosa tenaga kesehatan dengan penderita stroke tertinggi ada pada provinsi Kalimantan
Timur (14,7) dan terendah ada pada provinsi Papua (4,1). Pada tahun 2018 sendiri provinsi
jawa timur menempati urutan ke delapan sebesar (12,4) Berdasarkan kelompok umur terlihat
bahwa kejadian penyakit stroke terjadi lebih banyak pada kelompok umur 55-64 tahun
(33,3%) dan proporsi penderita stroke paling sedikit adalah pada kelompok umur 15-24
tahun, Laki-laki dan perempuan memiliki proporsi kejadian stroke yang hampir sama,
Sebagian besar penduduk yang terkena stroke memiliki pendidikan tamat SD (29,5%).
Sebagian besar penderita stroke juga tinggal di daerah perkotaan (63,9%), sedangkan yang
salah satu gejala klinis yang ditimbulkan oleh penyakit stroke (Hermand, 2015). Masalah
efektif,resiko kerusakan intergritas kulit,dll . Kelemahan atau kelumpuhan ini masih dialami
Salah satu masalah keperawatan yang perlu penanganan lebih lanjut yaitu hambatan
mobilitas fisik, karena pasien stroke akan merasa kehilangan kekuatan pada salah satu
anggota gerak. Pada penderita stroke atau lumpuh separuh badan, biasanya penderita akan
mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas karena keterbatasan ruang gerak. Menurut
WHO (2016) Dari 33 juta penderita stroke di dunia, lebih dari 12 juta yang tersisa dengan
2
cacat.Untuk mencegah hal tersebut maka perawat harus memberikan asuhan keperawatan
Peran perawat sangat dibutuh dalam memberikan asuhan keperawatan salah satunya
Intervensi utama yang dilakukan perawat pada pasien stroke yang mengalami gangguan
mobilitas fisik yaitu latihan rentang gerak atau yang sering disebut Range Of Motion (ROM)
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot. Latihan pergerakan bagi penderita stroke
merupakan prasarat bagi tercapainya kemandirian pasien, karena latihan gerak akan
membantu secara berangsur-angsur fungsi tungkai dan lengan kembali atau mendekati
normal, dan menderita kekuatan pada pasien tersebut untuk mengontrol aktivitasnya sehari-
hari dan dampak apabila tidak diberi rehabilitasi ROM yaitu dapat menyebabkan kekakuan
otot dan sendi, aktivitas sehari-hari dari pasien dapat bergantung total dengan keluarga,
pasien sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Yurida (dalam Rahmawati,
Yurida Oliviani, Mahdalena, 2017), latihan ini disesuaikan dengan kondisi pasien dan sasaran
utamanya adalah kesadaran untuk melakukan gerakan yang dapat dikontrol dengan baik,
Dari hasil studi kasus pendahuluan pada tanggal 8 desember 2020 diRumah Asuh
Anak Dan Lansia Griya Asih Lawang kabupaten malang dengan jumlah lansia 21 0rang dan
yang mengalami stroke Non Hemoragik dengan gangguan Mobilitas Fisik ada 3 orang.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti mengambil .studi kasus dalam laporan tugas
akhir dengan judul Asuhan Keperawatan pada lansia dengan stroke Non Hemoragi yang
mengalami Gangguan Mobilitas Fisik diRumah Asuh Anak Dan Lansia Griya Asih Lawang
kabupaten malang.
1.2Batas Masalah
3
Asuhan Keperawatan pada lansia dengan stroke Non Hemoragi yang mengalami
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka rumusan
penelitian adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan pada lansia dengan stroke Non
1.4 Tujun
4
1.5 Manfaat
Peneliti dapat memahami teori tentang stroke non hemoragi dan dapat
lapangan.
Dapat dipakai sebagai acuan maupu sebagai data dasar unntuk melakukan
keperawataan Stroke Non Hemoragi dengan benar kepada klien dalam instansi
kesehatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
atas (Hardywinoto dan Setiabudi,1999; 8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
distorsi metabolik dan struktral yang disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan
Menurut pendapat berbagai ahli dalam efendi (2009), batasan-batasan umur yang
yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 ( enam
2. Menurut World Health Organization (WHO), Usia lanjut dibai menjadi empat
kriteria beriut : usia pertengahan ( middle age) ialah 45-59 tahun,lanjut usia
6
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia ( old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
3. Menurut Dra. Jos Masdani ( Psikologi UI) terdapat empat fase, yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun,ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah
4. Menurut Prof. Dr. Koesoemato setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): >
65 tahun atau 70 tahun,masa lanjut usia (getiatric age) itu ssendiri dibagi
menjadi tiga batasan umur, yaitu young old ( 70-75 taun), old ( 75-80 tahun ),
bertambah umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh.Hal ini dapat kita liat
dari perbandingan struktur dan fungsi organ antara manusia yang berumur 70 tahun
dengan mereka yang berumur 30 tahun, yaitu berat otak pada lansia 56%, glomerular
fitration rate 69%, vital capacity 56%, asupan O selama olahraga 40%, jumlah dri
axon pada saraf spinal 63%, kecepatan pengantar iplus saraf 90%, dan berat badan
2016)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
7
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
5) Teori stres
internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
seperti karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel
Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
8) Teori program
8
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
2. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh
yakni :
a) Kehilangan peran
c. Teori Psikologis
9
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang
suksesadalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial (Azizah
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity pada
pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik
pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif,
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
10
suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
3) Sistem Muskuloskeletal
11
negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti
4) Sistem kardiovaskuler
5) Sistem respirasi
darah.
7) Sistem perkemihan
8) Sistem saraf
12
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
b. Perubahan Kognitif
2) IQ (Intellegent Quotient)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
13
5) Lingkungan
d. Perubahan spiritual
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
3) Depresi
14
menjadi suatu episode depresi. Depresi juga dapat disebabkan
4) Gangguan cemas
5) Parafrenia
sosial.
6) Sindroma Diogenes
e. Perubahan Psikologi
15
Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai
makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Hal ini semua dapat
kehidupan.
16
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang
17
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personality), pada
dirinya.
menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
bahkan kecacatan pada lansia. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu
bagi lansia yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup
18
membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan
seringkali menjaditerlantar.
2.2.1 Definisi
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang di sebebkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan menimbulkan
gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu (Dewangga, 2016).
Stroke merupakan suatu penyakit menurunnya fungsi syaraf secara akut yang di
sebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak, terjadi secara mendadak dan cepat
yang menimbulkan gejala dan tanda sesuai dengan daerah otak yang terganggu
( Dewangga, 2016).
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat memicu terjadinya pecah pembuluh
darah sehingga suplai darah ke otak menjadi berkurang dan menyebabkan otak
mengalami kelainan fungsi akibat kurangnya suplai oksigen (Wijaya dan Mariza
19
a. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah jenis stroke yang terjadi akibat adanya perdarahan
pada otak serebral atau subarknoid, sehingga terjadi pecah pembuluh darah pada otak.
Biasanya terjadi pada saat melakukan aktivitas aktif ataupun saat sedang beristirahat.
Stroke Non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat adanya emboli dan
trombosis sereberal, pada stroke non hemoragik tidak terjadi perdarahan namun
terjadi iskemia sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu edema
sekunder tetapi kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau bisa
Faktor Risiko Kejadian stroke dan kematian karena stroke secara perlahan
menurun di negara-negara maju dalam beberapa tahun terakhir ini, sebagai akibat dari
adanya peningkatan dalam hal mengenali dan mengobati faktor-faktor risiko. Faktor
risiko yang bisa dimodifikasi dapat diturunkan atau dihilangkan melalui perubahan
gaya hidup. Bentuk terapi di bawah ini mendiskusikan tentang peningkatan kadar
serta angka kesakitan dan kematian setelah terjadinya stroke. Mekanisme terjadinya
20
pengobatan TIAS dengan agen antiplatelet bisa menurunkan risiko stroke. Faktor-
faktor risiko lainnya yang bisa dimodifikasi untuk mencegah stroke termasuk di
seseorang, konsumsi alkohol yang ringan atau sedane bisa mencegah terjadinya stroke
Stroke non hemoragik merupakan proses yang multi kompleks dan didasari
oleh berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat dimodifikasi, dapat
a) Usia
b) Jenis kelamin
c) Ras
d) Genetik
2. Dapat dirubah :
a) Hipertensi
b) Merokok
c) Diabetes
d) Fibrilasi atrium
e) Kelainan jantung
f) Hiperlipidemia
i) Nutrisi
21
j) Obesitas
k) Aktifitas fisik
a) Sindroma metabolik
b) Penyalahgunaan zat
c) Kontrasepsi oral
e) Migrain
f) Hiper-homosisteinemia
g) Hiperkoagulabilitas
h) Inflamasi
pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa
mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atau
pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisis berat pada beberapa
22
pemasangan katup jantung prostetik dapat mencetuskan stroke, karena
pasca operatif. Kegagalan pacu jantung, fibrilasi atrium dan kardioversi untuk
fibrilasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli serebral dan
hemiplegia tiba – tiba dengan atau tanpa afasia atau kehilangan kesadaran
pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari
embolisme serebral.
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. Manifestasi paling umum
2.2.3 Patofisiologi
oksigen.jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena thrombus dan
embolus, mka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama
1 menitt dapat mengaraah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran.
Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan
akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat
dari proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Jika etiologi stroke adalah
Pada stroke trombosis atau metabolic maka otak akan mengalami iskemia dan
infark sulit ditentukan. Ada peluang dominn stroke akan meluas setelah seragan
23
perrtama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial
(TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah yang
terkena dan luasnya saat terkena. Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi
dimana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi wilisi: arteri karotis
Proses patologi yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang
terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa:
Keadaan penyakit pada pembuluh darrah itu sendiri, seperti aterosklerosis dan
akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah, gangguan
aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau
Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena,
rata- rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala
klinis meliputi kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) yang
timbul secara mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), afasia (kesulitan
dalam bicara), disatria (bicara cadel atau pelo), gangguan penglihatan, diplopia,
2.2.5 Kompikasi
24
Komplikasi stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata
serangan, ukuran lesi dan adanya peningkatan tekanan sirkulasi kolateral pada stroke,
secara mendadak,
3) penurun kesadaran.
4) Afasia.
5) Disatria.
6) gangguan diplopia.
7) Ataksia.
8) Vertigo.
Hemiparese merupakan salah satu komplikasi yang akan dialami penderita stroke,
dimana penderita stroke tidak mampu melakukan aktivitas mandiri, oleh sebab itu
untuk mencegah terjadinya proses penyembuhan yang lama perlu dilakukan latihan
agar dapat mengurangi gejala sisa stroke, latihan yang efektif untuk dilakukan pada
pasien stroke selain fisioterapi adalah latihan ROM (Muttaqin, 2012 ;Elsi
Rahmadani,dkk2019).
yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut yang jelas.
Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari
stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip
25
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya tidak
sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50% pasien,
tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi
lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi trombolitik. Teknik-
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
subarachnoid ketika CT Scan negatif tetapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan.(M
Prakasita,2015)
2.2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke meliputi dua tipe dasar intervensi farmakologi dan non
dengan latihan fisik dan kognitif salah satunya seperti latihan pergerakan sendi
keunggulan dibanding dengan intervensi lain seperti menjaga stabilitas sendi dan
elastisitas otot pada setiap latihan gerakannya (Stanley & Beare, 2006). ROM adalah
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Rentang gerak
dibedakan menjadi dua yaitu rentang gerak aktif dan rentang gerak pasif. Rentang
26
gerak aktif adalah klien dapat menggerakan sendinya dengan mandiri atau tanpa
bantuan. Sedangkan rentang gerak pasif adalah klien tidak dapat menggerakan
sendinya secara mandiri dan perawat menggerakan setiap sendi dengan rentang gerak
atau berada diantaranya (Widuri, 2010). Rentang gerak aktif berfungsi untuk
meningkatkan massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernafasan, sedangkan rentang gerak pasif berfungsi untuk meningkatkan
mobilisasi sendi dan sirkulasi (Mubarak & Chayatin, 2007; Randitya Wisnu
Prasadhana,2016).
2.2.8 Pencegahan
KemKesRI 2019
Cara mengatasi stroke saat serangan terjadi Jika ada kerabat atau teman
Anda yang mengalami stroke, maka ada beberapa langkah yang bisa dilakukan
diantaranya:
1. Jangan hanya ikut panik dan menutupi jalan udara bagi penderita. Sebaiknya
2. Gunakan tenaga medis segera. Panggil segera tenaga medis. Jika tidak
minuman karena penderita tidak bisa menelan dengan baik. Jika memasukkan
4. Jalan napas atau oksigen menuju tubuh harus dalam keadaan yang aman.
Jangan sampai ditemukan sumbatan seperti air liur atau makanan, jika sedang
27
dalam keadaan menyantap makanan. Segera larikan ke rumah sakit dalam
waktu 20 menit karena jika lebih lama dari itu akan berakibat buruk.
sayuran yang mengandung banyak serat, sehingga aliran darah menjadi lancar.
menjadi lancar sehingga bisa terhindar dari serangan stroke. Anda bisa
4. Hindari stres. Stres bisa mengakibatkan tekanan darah menjadi tidak stabil dan
cenderung tinggi. Ketika stres, aliran darah menjadi lebih cepat dan tidak
Hal ini sangat memicu stroke. Nikmati hidup Anda dan milikilah keluarga dan
teman yang bisa melepaskan stres Anda. Menikmati hobi dan bergabung
28
2.2.9 Patway
2.2.10 Patway
Trombosus
Embolisme Hipernsi,DM,penyakit
jantng,obesitas,merokok
Arteri tersumbat
SNH
Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan gerakan fisik dari satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Perubahan dalam
tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk
tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal,
pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik (Potter & Perry, 2010).
kondisi klinis yang terkait dengan gangguan mobilitas fisik adalah stroke (Tim Pokja
Menurut tim pokja SDKI DPP PPNI( 2016) gejala dan anda gangguan mbilit fisik
30
b. Gejala dan Tanda Minor
Gejala dan tanda minor secara subjektif yakni nyeri saat bergerak, enggan
2.4.1 Pengkajian
1. identitas diri
2. Anamnesa
Perubahan sensasi, berupa ada atau tidak adanya perubahan atau disebut dengan
gangguan sensori yaitu perubahan rasa kepekaan atau sensasi pada lansia.
paralisis, kifosis.
Untuk pemeriksaan kekuatan otot (MMT / manual muscle test) adalah sebagai
berikut :
31
2 : pasien hanya mampu menggeserkan tangan atau kaki
4 : cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang, serta mengalami disorientasi
32
Motorik (gerakan tubuh)
nyeri.
rangsangan nyeri.
rangsangan nyeri.
2 : satu atau kedua tangan melurus (abnormal extension) ketika diberikan rasa
nyeri.
1 : tidak ada respons sama sekali. Hemiplegia, aktivitas Kemampun klien dalam
beraktivitas dan ada atau tidak hemiparase pada ekstremitas atau atau bawah.
3. Pemeriksaaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita cva atau stroke yaitu CT scan, elektro
5) Gangguan persepsi sensori b.d Kesulitan dalam menilai jarak dan kehilangn
penglihatan
6) Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d aliran darah ke otak terhambat
33
7) Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan fungsi otot facial/oral
2.4.3 Perencanaan
34
fungsi menelan abnormal Kriteria hasil : Identifikasi
akibat deficit struktur atau 1 2 3 4 5 diet yang
fungsi oral, faring atau Mempertahankan dianjurkan
esofagus makanan dimulut Monitor
Usaha menelan kemampuan
Kemampuan menelan
3.mengosongkan Monitor
m4.ulut status hidrasi
Frekuensi tersedak pasien, jika
perlu
Keterangan Terapeutik:
1. Menurun Ciptakan
2. Cukup menurun lingkunagn
3. Sedang yang
4. Cukup menyenangka
5. Meningkat n selama
makan
Atur posisi yang
nyaman
untuk
makan/minu
m
Lakukan o ral
hygiene
sebelum
makan, jika
perlu
Letakkan
makanaan
disisi mata
yang sehat
Sediakan sedotan
untuk
minum,
sesuai
kebutuhan
Siapkan makanan
dengan suhu
yang
meningkatka
n nafsu
makan
Sediakan
makanan dan
minuman
yang disukai
Berikan bantuan
saat
makan/minu
m sesuai
tingkat
kemandirian,
jika perlu
Motivasi untuk
makan
diruang
makan, jika
tersedia
Edukasi
Jelaskan posisi
makanan pada
pasien yag
mengalami
35
gangguan
penglihatan
dengan
menggunakan
arah jarum jam
(mis.sayur
dijam 12,
rending dijam 3
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian obat
(missal.analges
ik, antiemetic),
sesuai indikasi
36
dini
Ajarkan
mobilisasi
sederhana
yang harus
dilakukan
(mis. Duduk
di tempat
tidur)
37
Didampingi
ke kamar mandi
untuk
pengamatan
perilaku
memuntahkan
kembali
makanan
Berikan
penguatan
positif terhadap
keberhasilan
target dan
perubahan
perilaku
Berikan
konsekuensi jika
tidak mencapai
target sesuai
kontrak
Rencanakan
program
pengobatan
untuk perawatan
dirumah
(mis.medis,kons
eling)
Edukasi
Anjurkan
membuat
catatan harian
tentang perasaan
dan situai
pemicu
pengeluaran
makanan
(mis.pengeluara
n yang
disengaja,
muntah,
aktivitas
berlebihan)
Ajarkan
pengaturan diet
yang tepat
Ajarkan
keterampilan
koping untuk
penyelesaian
maslah perilaku
makan
Kolaborasi
Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang target
berat badan,
kebutuhan kalori
dan pilihan
makanan
38
6. Gangguan persepsi sensori Persepsi sensori Manajemen
b.d Kesulitan dalam menilai Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Halusinasi
jarak dan kehilangn keperawatan 1x8 jam diharapkan pesepsi Observasi
penglihatan sensori membaik membaik Monitor
perilkau yang
D.0085 1 2 3 4 5 mengidentifi
Pengertian Verbalasi kasi
Perubahan persepsi tentang mendengar halusinasi
stimulus baik internal bisikan Monitor dan
maupun eksternal yang Verbalasi sesuaikan
disertai dengan respon yang melihat tingkat
berkurang, berlebihan atau bayangan
terdistorsi. aktivitas dan
Verbalasi
stimulasi
merasakan
lingkungan
sesuatu
melalui indra Monitor isi
penciuman halusinasi
Verbalasi (mis.kekerasa
merasakan n atau
sesuatu membahayak
melalui indra an diri)
perabaan Terapeutik
Pertahankan
Keterangan lingkungan
1. Menurun yang aman
2. Cukup menurun Lakukan
3. Sedang tindakan
4. Cukup meningkat keselamatan
5. meninggkat ketika tidak
dapat
mengontrol
perilaku
(mis.limit
setting,
pembatasan
wilayah,peng
ekangan
fisik,seklusi)
Edukasi
Anjurkan
memonitor
sendiri situasi
terjadinya
halusinasi
Anjurkan
bicara pada
orang yang
dipercaya
untuk
memberi
dukungan
dan umpan
balik korektif
terhadap
halusinasi
Anjurkan
melakukan
distraksi
(mis.menden
39
garkan
music,melak
ukan
aktivitas dan
teknik
relaksasi)
Ajarkan
pasien dan
keluarga cara
mengontrol
halusinasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antipsikotik dan
antiansietas, jika
perlu.
7. Risiko Perfusi Serebral Perfusi Serebral Manajemen
Tidak Efektif b.d aliran Tujuan: Setelah dilakukan tindakan Peningkatan TIK
darah ke otak terhambat keperawatan 1x8 jam diharapkan tidak terjadi Observasi
D.0017 risiko perfusi serebral tidak efektif. Identifikasi
Pengertian penyebab
Berisiko mengalami 1 2 3 4 5 peningkatan TIK
penurunan sirkulasi darah ke Tekanan Monitor tanda
otak intrakranial atau gejala
Sakit kepala peningkatan TIK
Gelisah Monitor MAP
kecemasan Terapeutik
Berikan posisi
Keterangan semi fowler
1. Menurun Hindari
2. Cukup menurun pemberian cairan
3. Sedang IV hipotonik
4. Cukup meningkat Cegah terjadinya
5. meninggkat kejang
Kolaborasi
Kolaborasi dalam
pemberian sedasi
dan anti
konvulsan, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian
diuretik osmosis,
jika perlu
2.4.4 Implementasi
Implementasi inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing
orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapakan. Oleh karena itu rencana
masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut :
40
Tahap 1 : persiapan
Tahap awal tindakan kepeeawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang
Tahap 2 : intervensi
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari
Tahap 3 : dokumentasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat
2.4.5 Evaluasi
keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses
dengan pedoman/ rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan
tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
kriteria/rencana yang telah disusun, dan hasil tindakan keperawatan, berdasarkan kriteria
keberhasilan yang telah dirumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi tiga kemungkinan
hasil evaluasi yaitu : tujuan tercapai, apabila pasien telahmenunjukan perbaikan/ kemajuan
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan ini
tidak tecapai secara maksimal, sehingga perlu dicari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemanjuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru, dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebil
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan dan faktor-faktor lain tidak
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yang dilakukan dengan tujuan untuk
memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara objektif dan menganalisis
lebih mendalam Asuhan Keperawatan pada lansia dengan stroke Non Hemoragi yang
mengalami Gangguan Mobilitas Fisik Di Rumah Asuh Anak dan Lansia Griya Asih Lawang,
1) Stroke Non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat adanya emboli dan trombosis
sereberal, pada stroke non hemoragik tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
sehingga dapat menimbulkan hipoksia yang dapat memicu edema sekunder tetapi
kesadaran umum pasien tidak mengalami penurunan atau bisa dikatakan baik (Wijaya
2) Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan gerakan fisik dari satu atau lebih
3.3 Partisipan
Mobilitas Fisik
42
2) Usia 60 tahun sampai dengan 80 tahun
5) Bertempat tinggal diRumah Asuh Anak Dan Lansia Griya Asih Lawang
kabupaten malang
Lokasi penelitian terletak diRumah Asuh Anak Dan Lansia Griya Asih Lawang
kabupaten malang, penelitian ini dilakukan oleh peneliti selama 2 minggu,4 kali selama masa
Metode penggumpulan data yang digunakan pada studi kasus ini terdiri :
1) Wawancara
wawancara merupakan hasil anamnesis yang berisi tentang identitas klien, keluhan
observasi dan pemeriksasan fisik pada system tubuh klien dengan mengunakaan
3) Studi dokumntasi
studi dokumentasi merupakan hasil dari pemeriksaan diagnosis dan data lain yang
relevan (Prawoto,2015)
43
Keabsahan data dalam pengujian kredibilitas in dimaksud untuk menguji kualitas
data atau informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi.
1. Triangulasi sumber
mengecek data yang telahh diperoleh melalui beberapa sumber yaitu klien, keluarga ,
2. Triangulasi teknik
menggecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.misal data diperoleh
3. Triangulasi waktu
dengan teknik wawancar dipagi hari pada saat narasumber masih segar,belum banyak
masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga kreadibel. Pengujian
wawancaea, observai atau teknik lain dalam waktu situasi yang berbeda. Bila hasil uji
Analisa data
Penarikan kesimpulan
Anasisa data suatu penelitian dilakukan mulai awal sampai akhir penelitian, dilakukan
melalui proses pelacakan, wawancara, fakta dilapangan, serta bahan-bahan lainya sehingga
peneliti menyajikan hasil karya studi tulisnya. Tehnik wawancara digunakan untuk membatu
jawaban-jawaban rumusan peneliti. Data selanjutnya bagi peneliti dibandingkan teori yang
1. Pengumpulan data
b) Observasi terkait pemeriksaan fisik fisik pada system tubuh klien dengan
45
dan Nerrvus 2Hipoglosus serta diperkuat berdasarkan hasil pemeriksaan
penunjang klien.
2. Mereduksi data
Dalam laporan asuhan keperawatan data yang terkumpul kemudian dipilah sesuai
3. Penyajian data
Penyajian data dapat dibuat dengan table, gambar, bagan atau teks naratif identitas
4. Kesimpulan
Membuat kesimpulan dengan cara metode induksi data yang di bahas kemudian di
Pada bagian ini, dicantumkan etika yang mendasari penyusunan studi kasus, yang terdiri dari
Inform consent, respect for persons, beneficience, Anonymity dan distributive justice.
seseorang terhadap pilihan sendiri, dan melindungi subyek studi kasus (Protection of
46
persons) yaitu melindungi individu/subyek penelitian yang memiliki keterbatasan atau
3. Kemanfaatan (Beneficience).
bahaya. Semua penelitian harus bermanfaat bagi masyarakat, desain penelitian harus
jelas, peneliti yang bertanggung jawab harus mempunyai kompetensi yang sesuai.
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama pada lembar pengumpulan
data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya menuliskan kode pada
sesuai dengan latar belakang dan kondisi masing-masing. Perbedaan perlakuan antara
jawabkan secara moral dan dapat diterima oleh masyarakat. Penelitian ini dilakukan
hanya untuk studi dokumentasi pada dokumen pasien, sehingga tidak ada perbedaan
47
DAFTAR PUSTAKA
Diah Mutiarasari (2019) Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And Prevention,
Medika Tadulako, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol. 6 No. 1
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/MedikaTadulako/article/viewFile/12337/9621
Safruddin, Akbar Asfar, Dewi Rusniyanti (2018) Faktor Yang Berhubungan Dengan Fungsi
Kognitif Penderita Stroke Non Hemoragik Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Makassar, Volume 7 Nomor 2 Bulan Desember Tahun 2018 ᴥ ISSN:2089-9394
https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JIKP/article/download/40/30/
Randitya Wisnu Prasadhana, Mugi Hartoyo, Wulandari M (2016) the influence of passive
rom toward the change of elbow joint angle of non-hemorrhagic stroke patients at dr.
H. Soewondo regional public hospital,kendal
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/download/543/
542
Winda Praditiya (2017) Skripsi : Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke
Hemoragik
http://eprints.ums.ac.id/52226/6/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Siti Khoifah (2016) Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan : Keperawatan Gerontik.
Galih Ramadhana Putera Nugroho,Fakhrudin Nasrul Sani (2019) Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Stroke Hemoragik Post Op Craniotomy Atas Indikasi Ich Dan Ivh Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Latihan
http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/13/1/Naskah%20Publikasi%20GALIH%20.pdf
Reicha Dellima Damayanti (2019) Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan
Pada Klien Stroke Non Hemoragik Dengan Masalah Keperawatan Defisit Perawatan
Diri
Marga itawati (2018) LTA : Asuhan Keeperawataan Pada Klien Cerebro Vascular Accident
(CVA) Infrak Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Inah Rumah Sakit Wava
Husada Kepanjen Kabupaten Malang.
Winda Setyawati (2019) Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada
Klienstroke Non Hemoragik Dengan Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Di Ruang
Krisan Rsud Bangil Pasuruan
Listiyana Basuk (2018) Karya Tulis Ilmiah : Penerapan Rom (Range Of Motion) Pada
Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Rsud Wates
48
Kulon Progo http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2125/1/KARYA%20TULIS
%20ILMIAH%20LENGKAP.pdf
Elsi Rahmadani, Handi Rustandi (2019) Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Hemiparese Melalui Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif,
Journal of Telenursing (JOTING) Vol. 1, No.2, Desember 2019 e-ISSN: 2684-8988 p-
ISSN: 2684-8996 DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Drs. Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Ismi Kholida (2017 ) LTA : Asuhaan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik
Disertai Dengan Hambatan Komunikasi Verbal di RSUD Lawang Kabupaten Malang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
49
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Alamat :
berpatisipasi dan menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan
pada lansia dengan stroke Non Hemoragi yang mengalami Gangguan Mobilitas Fisik”.
Demikian persetujuan ini saya bat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan dari pihak
manapun.
(.......................................)
Nama :
50
NIM :
Tanggal Pengkajian :
Nama :.......................................
Alamat : .......................................
Telp. : .......................................
Suku : .......................................
Agama : .......................................
Pendidikan : .......................................
Alamat : .......................................
B. Riwayat Keluarga
Genogram Keterangan :
C. Riwayat Pekerjaan
E. Riwayat Rekreasi
51
Hobi/ Minat : .......................................
Dokter : .......................................
I. Obat – obatan
Dosis : .......................................
Makanan : .......................................
52
Diet khusus, pembatasan makanan : .......................................
Operasi : .......................................
M. Tijauan Sistem
INTEGUMEN :
Pruritus : □ Ya □ Tidak
HEMOPEATIK
Abnormal
Limfa
Anemia : □ Ya □ Tidak
53
KEPALA
Pusing : □ Ya □ Tidak
MATA
Nyeri : □ Ya □ Tidak
Pruritus : □ Ya □ Tidak
Kabur : □ Ya □ Tidak
Fotofobia : □ Ya □ Tidak
Konjungtiva : □ Ya □ Tidak
Sklera : □ Ya □ Tidak
TELINGA
Tinitus : □ Ya □ Tidak
Vertigo : □ Ya □ Tidak
Rinorea : □ Ya □ Tidak
Epistaksis : □ Ya □ Tidak
Obstruksi : □ Ya □ Tidak
54
Sakit tenggorokan : □ Ya □ Tidak
Karies : □ Ya □ Tidak
LEHER
Kekakuan : □ Ya □ Tidak
PERNAFASAN
Batuk : □ Ya □ Tidak
Hemoptisis : □ Ya □ Tidak
Sputum : □ Ya □ Tidak
KARDIOVASKULER
Palpitasi : □ Ya □ Tidak
GASTROINTESTINAL
Hematemesis : □ Ya □ Tidak
55
Benjolan/ massa : □ Ya □ Tidak
Diare : □ Ya □ Tidak
Konstipasi : □ Ya □ Tidak
Melena : □ Ya □ Tidak
Hemoroid : □ Ya □ Tidak
PERKEMIHAN
Frekuensi : □ Ya □ Tidak
Menetes : □ Ya □ Tidak
Hematuria : □ Ya □ Tidak
Poliuria : □ Ya □ Tidak
Nokturia : □ Ya □ Tidak
Inkontinensia : □ Ya □ Tidak
MUSKUSKELETAL
Kekakuan : □ Ya □ Tidak
Kram : □ Ya □ Tidak
Paralysis : □ Ya □ Tidak
Paresis : □ Ya □ Tidak
56
Parastesia : □ Ya □ Tidak
SISTEM ENDOKRIN
Goiter : □ Ya □ Tidak
Polifagia : □ Ya □ Tidak
Poliuria : □ Ya □ Tidak
STATUS FUNGSIONAL
Mandiri Tergant
Nilai ung
No Aktivitas
(1) Nilai
(0)
1. Mandi di kamar mandi ( Menggosok, membersihkan dan
mengeringkan badan
2. Menyiapkan pakaian, membuka dan menggunakannya
3. Memakan makanan yang disiapkan
4. Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri ( Menyisir
rambut, mencuci rambaut, menggosok gigi, mencukur kumis )
5. BAB di WC ( memberikan dan mengeringkan daerah bokong )
6. Dapat mengontrol pengeluaran feses
7. Membuang air kecil di kamar mandi ( Membersihakan dan
mengeringkan daerah kemaluan )
8. Dapat mengontrol pengeluaran kemih
9. Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau keluar rauangan
tanpa alat bantu, seperti tongkat
10. Menjalankan agama sesuai agama dan kepercayaan yang di
anut
11. Melakukan pekerjaan rumah seperti merapikan tempat tidur,
mencuci pakaian, memasak dan membersihakn ruangan
12. Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga
13. Mengelola keuangan ( menyimpan dan mengunakan uang
sendiri )
14. Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian
15. Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan
( takaran obat dan waktu minum obat tepat )
16. Merencanakan dan mengambil keputusan untuk kepentingan
keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosialnyg
dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
17. Melakukan aktivitas di waktu luang ( kegiatan keagamaan,
sosial, rekreasi, olah raga dan menyalurkan hoi.
57
Jumlah
Analisis Hasil :
Point : 13 – 17 : Mandiri
Point : 0 – 12 : Ketergantungan
58
registrasi 3 Negara
Provinsi
Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek ( kursi , meja, kertas )
kemudian ditanyakan kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
3 Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
kalkulasi 100, 93,......
4 Menging 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek nomer 2
at 1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 Menyakan kepada klien tentang benda ( sambil
menunjuk bend tersebut )
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “
tidak ada jika, dan, atau, tetapi “
Klien menjawab dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil bolpoin ditangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpoin
2. Ambil ketas
3. ................
4. Perintah klien untuk melakukan hal tersebut
5. Perintahkan pada klien untuk menulis atau
kalimat dan menyalin.
Total 30
Analis hasil :
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : probbable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Difinitif gangguan
Inventaris Depresi Beck ( IDB )
:......................................................................
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia – sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa – apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
59
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya benar – benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar – benar bersalah
F. TIdak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran – pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari social
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli pada
mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu – raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambl keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan in
membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
K. Kesulian kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira – kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
60
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tida merasa lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebellumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.
Analis Hasil
0-6 Depresi tidak ada atau minimal
7-13 Depresi ringan
14-21 Depresi sedang
22-39 Depresi berat
61
Nilai jawaban yang di cetak tebal mendapat poin 1 sedangkan pilihan yang tidak dicetak tebal
poin 0
Keterangan :
DATA PENUNJANG
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
............................
Tujuan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Umum Khusus
63
FORMAT EVALUASI
LEMBAR OBSERVASI
NAMA RESPONDEN :
UMUR :
JENIS KELAMIN :
64
ke taoilet (BAB/BAK)
apakah mengalami
kesulitan?
65
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
RANGE OF MATION (ROM)
66
DISUSUN OLEH :
AOA0180863
2020
Judul : ROM
Hari/tanggal :
Tempat
Audiens :
67
4. Menjelaskan tentang manfaat ROM
C. Sasaran
Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada klien dan keluarga
klien di .
D. Materi (terlampir)
1. Pengertian ROM
2. Jenis ROM
3. Tujuan ROM
4. Manfaat ROM
E. Alat Bantu :
F. Metode
G. Kegiatan Penyuluhan
68
2. 10 menit Pelaksanaan :
bertanya Bertanya
3. 10 menit Evaluasi:
2.
4. 5 menit Penutup :
H. Evaluasi :
3. Penilaian
69
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian.
Range of Motion (ROM) merupakan prosedur dan usaha untuk memenuhi kebutuhan
fisik terutama aktivitas gerak (mobilisasi) untuk pasien dengan keterbatasan gerak.
2. Jenis ROM
a. ROM Aktif, yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %. Hal ini untuk
melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
b. ROM Pasif, yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %. Indikasi
70
latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang gerak
dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan paralisis ekstermitas
total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga
kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara
3. Manfaat ROM
Aktivitas pada anggota gerak akan memperlancar sirkulasi dan perfusi jaringan. Selain
dilakukannya range of motion pada pasien dengan gangguan mobilisasi adalah untuk
mencegah disuse atrofi syndrome pada otot dengan gangguan mobilitas fisik. ROM dapat
4. Tujuan ROM
c. Menstimuulasi persendian
5. Patofisiologi
Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi.
Ada tiga hal yang yang dapat menyebabkan gangguan tersebut. Diantaranya adalah:
a. Kerusakan otot
Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot
berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi
kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot terganggu. Otot
71
dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak
penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka.
Diantaranya adalah, farktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya.
Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls
tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika
syaraf tergganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ
mobilisasi.
Kerusakan dapat terjadi pada susunan syaraf pusat (upper motor neuron/UMN) atau
pada susunan Syaraf tepi (lower motor neuron/LMN). Yang termasuk UMN adalah
otak. Contoh penyakit yang mengganggu otak adalah stroke dan dapat menyebabkan
7. Prosedur
A.Gerakan Bahu
72
Mulai masing-masing gerakan dari lengan di sisi klien. Pegang lengan dibawah siku
dengan tangan kiri perawat dan pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan
perawat
Gerakkan lengan keatas menuju kepala tempat tidur. Kembalikan keposisi semula
b. Abduksikan bahu.
Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju kepala klien sampai tangan diatas
kepala.
c. Adduksikan bahu
Gerakkan lengan klien ke atas tubuhnya sampai tangan yang bersangkutan menyentuh
B. Gerakan siku
2) Putar telapak tangan klien ke bawah dan ke atas, pastikan hanya terjadi
73
1) Genggam telapak dengan satu tangan, tangan yang lainnya menyangga lengan
bawah.
a. Fleksi
Bengkokkan jari-jari tangan dan ibu jari kearah telapak tangan (tangan
menggenggam).
b. Ekstensi
c. Hiperekstensia
d. Abduksi
e. Adduksi
f. Oposisi
Tekan kaki klien, dengan lengan anda untuk menggerakkannya kearah kaki.
74
b. Fleksi plantar telapak kaki.
Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya berada pada
tumit.
Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan tangan yang lainnya
Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya diatas
punggung kaki.
G. Gerakan leher
Letakkan satu tangan dibawah kepala klien, dan tangan yang lainya diatas
dagu klien.
c. Gerakan hiperekstensi
75
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur dekat
dengan perawat.
d. Hiperekstensi leher
Letakkan satu tangan di atas dahi tangan yang lainya pada kepala bagian
belakang.
e. Hiperekstensi bahu
Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan yang lainnya di atas siku
klien.
f. Hiperekstensi pinggul
Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang lainnya menyangga kaki
bagian bawah.
76
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta.
Price S.A, Lorraine MW. Patophysiology, konsep klinis proses-proses penyakit. EGC
Jakarta.
Potter & perry, 2006, Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4, EGC, Jakarta.
77
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
DISUSUN OLEH :
78
AOA0180863
2020
A. Pengertian :
Merupakan latihan gerak isotonik (terjadi kontraksi dan pergerakan otot) yang
B. Tujuan :
79
Menstimulasi sirkulasi
C. Prosedur pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan instruksi atau motivasi kepada klien untuk
A. Pengertian :
Latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang menggerakkan persendian klien sesuai
B. Tujuan :
Menstimulasi sirkulasi
C. Langkah Pelaksanaan
NILAI KET.
4 3 2 1
I Prosedur pelaksanaan
1. Prosedur umum
80
6. Rapatkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada masing-
masing sisi tubuh.
10. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan atau
perubahan pada pergerakan klien, misalnya adanya kekakuan dan
kontraktur.
3. Abduksikan bahu.
4. Adduksikan bahu
81
1. Fleksikan pergelangan tangan.
1. Fleksi
2. Ekstensi
3. Hiperekstensia
4. Abduksi
5. Adduksi
6. Oposisi
82
3. Rotasikan pinggul internal dan eksternal. Kedua tangan perawat di
atas kaki klien. Putar kaki kedalam, kemudian keluar.
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi tempat tidur
dekat dengan perawat.
4. Hiperekstensi leher
83
84
Depan
Belakang
85