‘’ DEKOMPENSASI KORDIS ‘’
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
D3 Keperawatan/ Maleo
1. Puteri Wahyu Fajarini
2. Abet
3. Anis Marselina
4. Deri Yanto
5. Trisonia Injilia
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan segala puji hanya
layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Klinik Medical
Dalam penyusunan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyaknya
yang penulis miliki. Maka dari itu, dengan ikhlas penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat mendidik dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah
Penyusunan makalah ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan
serta saran dari berbagai pihak terlebih kepada dosen pembimbing kami Ibu Ns. Dwi Nur
Rahmantika S.Kep, M.Kep. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan selalu melimpahkan rahmat serta
hidayahnya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini,
akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembangunan ilmu pendidikan dan ilmu
PENDAHULAN
1. 1 Latar Belakang
Gagal jantung atau biasa disebut decompensasi cordis adalah suatu keadaan pathologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi akibat penyakit atau keadaan –keadaan
pathologis pada jantung itu sendiri maupun penyakit pada sistim peredaran darah (Noer,1996).
Penyebab yang paling sering pada gagal jantung adalah Coronari Arteri deases (CAD),
hipertensi, penyakit jantung reumatik, Acut Miocard Infark( AMI), Disretmia, Conginetal Heart
Deases (penyakit jantung bawaan), bakterial endokarditis, dan anemia. Gagal jantung dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyakit jantung, meskipun demikian tidak semua penyakit
jantung harus disertai dengan kegagalan jantung dalam melakukan fungsinya sebagai pompa.
Jantung yang lemah masih dapat memompakan darah dalam jumlah yang cukup bila penderita
dalam keadaan istirahat, tetapi tidak mampu lagi bila ada beban tambahan akibat kegiatan,
kehamilan, demam dan lain-lain.
Faktor-faktor pencetus adalah infeksi pada paru-paru, anemia akut atau menahun, tidak
teratur minum obat jantung atau obat diuretic, terjadi infark jantung yang berulang, melakukan
pekerjaan berat apa lagi mendadak (lari, naik tangga), stress emosional, hipertensi yang tidak
terkontrol (Noer,1996).
Gagal Jantung dibagi menjadi gagal jantung kiri dan gagal jantung kanan. Gagal jantung
kiri terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan darah kembali ke
atrium kiri kemudian ke paru-paru sehingga menaikan tekanan kapiler paru-paru. Akibatnya
terjadi peningkatan tekanan koloid osmotic kapiler paru dan cairan akan bocor ke ruang intestisil,
lalu ke alveoli. Hasilnya adalah terjadi hipoksia karena pertukaran oksigen yang buruk. Ketika
terjadi hipertensi jantung harus memompa darah melawan tekanan arterial yang tinggi. Keadaan
tersebut dapat berakibat terjadi hipertropi ventrikel kiri. Otot-otot yang hipertropi mempunyai
daya konstraksi yang jelek dan lama kelamaan akan menyebabkan kegagalan. Kelainan pada
katub aortic yang stenosis membuat jantung harus memompa lebih kuat untuk mengirim darah
ke seluruh tubuh. Keadaan ini akan membuat otot jantung menjadi hipertropi dan daya
kontraksinya akan jadi buruk. Demikian juga jika ada kebocoran pada katub aortic.
cordis.
5. Mampu membuat pengkajian, diagnosa, dan intervensi pada pasien dengan penyakit
decompensasi cordis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Gagal jantung adalah syndrome klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai oleh sesak
napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau
fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel-(disfungsi diastolik dan/atau kontraktilitas miokardikal
(disfungsi sistolik). (Sudoyo Aru dkk, 2009)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrient. (Brunner and Suddarth, 2001)
2.2 Etiologi
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada mekanisme kontrol
pernapasan. Gejala :
Ø Dispnea.
Ø Orthopnea.
Ø Batuk.
Ø Mudah lelah.
Ø Ronchi.
Ø Gelisah.
Ø Cemas.
Ø Oedem perifer.
Ø Peningkatan BB.
Ø Hepatomegali.
Ø Asites.
Ø Pitting edema.
Ø Anorexia.
Ø Mual.
Ø Dll.
3. Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi oksigen kejaringan rendah,
Ø Pusing.
Ø Kelelahan.
Ø Ekstermitas dingin.
4. Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan rennin serta sekresi aldosteron
dan retensi cairan dan natrium yang menyebabkan eningkatan volume intravaskuler.
1. Radiogram dada
· Kardiomegali.
2. Kimia darah
· Hiponatremia.
3. Urine
· Lebih pekat.
· BJ meningkat.
· Na meningkat.
4. Fungsi hati
1. Mengurangi beban kerja jantung : Melalui pembatasan aktivitas fisik yang ketat tanpa
· Pembatasan garam.
3. Meningkatkan kontraktilitas
4. Mengurangi beban akhir : Pemberian vasodilator seperti hidralazine dan nitrat yang
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
· Insomnia.
Tanda :
2. Sirkulasi
Gejala:
· Penyakit katub jantung, bedah jantung, endokarditis, SLE anemia, syok septik, bengkak
pada kaki, telapak tangan, abdomen, sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan).
Tanda :
· TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK ringan/ kronis atau tinggi (kelebihan
· Irama jantung : sistemik, misalnya : fibrasi atrium, kontraksi ventrikel prematur / takikardi
blok jantung.
· Nadi apikal disritmia, misal : PMI mungkin menyebar dan berubah posisi secara inferior kiri.
· Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin lemah.
· Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya katup atau insufisiensi.
Nadi sentral mungkin kuat, misal: nadi jugularis coatis abdominal terlihat.
· DVJ.
3. Integritas ego
Gejala :
Tanda :
4. Eliminasi
Gejala :
· Penurunan berkemih, urine berwarna gelap, berkamih malam hari (nokturia), diare/
konstipasi.
5. Makanan/cairan
Gejala :
· Mual/ muntah.
· Penambahan BB signifikan.
· Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak gula dan kafein.
· Penggunaan diuretik.
Tanda :
· Penambahan BB cepat.
6. Hygiene
Gejala :
Tanda :
7. Neurosensori
Gejala :
Tanda :
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Tanda :
9. Pernapasan
Gejala :
· Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal.
Tanda :
· Betuk kering/ nyaring /non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa
sputum.
· Bunyi napas : mungkin tidak terdengar dengan krakels banner dan mengi.
a. Radiogram dada
· Kardiomegali.
b. Kimia darah
· Hiponatremia.
· Lebih pekat.
· BJ meningkat.
· Na meningkat.
d. Fungsi hati
B. Diagnosa Keperawatan
kapiler alveolus.
7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual
dan muntah.
9. Bersihan jalan napas tidak efeksif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret,
· Tujuan :
· KH :
Ø Hemodinamik DBN.
· Intervensi :
Mandiri :
7. Berikan istirahat psikologis dan lingkungan yang tenang, bantu pasien mengatsi
stres.
Kolaborasi :
§ Catopril.
· Tujuan :
toleransi aktivitas.
§ Hb meningkat.
§ TTV.
· Intervensi
Mandiri :
1. Periksa TTV sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien
dispnea, pucat.
Kolaborasi :
1. Implementasi program rehabilitas jantung aktivitas.
2. Diet yang sesuai.
3.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyebab utama dari gagal jantung yaitu hipertensi. Adapun faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko gagal jantung adalah diabetes, obesitas, dan buruknya
kualitas udara seperti perokok. Peristiwa gagal jantung masih menjadi penyebab
kematian utama bagi warga dunia. Untuk itu maka harus dilakukan pengobatan
secara intensif.Beberapa terapi obatpun digunakan seperti. Digitalis, Diuretik,
Vasodilator. Selain itu, penderita gagal jantung harus mengikuti diet. Akan tetapi
terapi obat tidak menyembuhkan, hanya membantu mengontrol gejala-gejala yang
timbul. Terapi obat dan diet harus diikuti selama hidup. Sering suplemen kalium
bagi pasien-pasien yang mendapat takaran rumatan kalium-hemat diuretik (tiazid
atau diuretik loop). Pemberian tambahan dengan memakan makanan yang banyak
mengandung kalium merupakan alternatif yang lebih disukai karena makanan
tersebut juga memberi tambahan kalori. Selain itu untuk lebih efektif harus
memakan makanan yang kaya akan kalium setiap hari. Makanan yang tinggi kalium
adalah pisang, jeruk, jus jeruk, dan buah-buahan yang dikeringkan.
4.2 Saran
Setiap penderita gagal jantung harus secara rutin memeriksakan diri ke dokter
guna mengontrol tekanan darah. Selain itu, diharapkan dapat menjalani terapi obat
maupun diet. Selain itu, masyarakat atau siapa saja diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA