Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

ASKEP KOMUNITAS PADA AGREGAT DAN POPULASI RENTAN


(PENYAKIT MENTAL, KECACATAN, POPULASI TERLANTAR DAN
ANAK JALANAN)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunitas

Dosen Pembimbing : Ani Fadmawaty, S.Kep, Ners, MKM

Disusun Oleh :

Kelompok 6

1. Amelia Wati (P27905118002)


2. Erlian Istifan (P27905118007)
3. Moh.Dhika Ramadhan (P27905118019)
4. Mubiyatul Hasanah (P27905118020)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang
Maha Pengasih dan Penyayang. Berkat karunia dan limpah rizki-Nya kita masih
diberikan nikmat akal dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Solawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya yang setia
sampai akhir zaman amin.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen


pengajar yang telah membantu penyusunan makalah ini. Yang telah meluangkan
waktu dan bimbingannya. Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
segala masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun senantiasa kami
harapkan Semoga Allah SWT, memberikan ilmu kepada kita secara merata dan
memberikan keberkahan atas ilmu-Nya sehingga ilmu kita lebih dapat
dipertanggung jawabkan.

Tangerang, 10 Oktober 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan .............................. 5


B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan................. 11

BAB III PENUTUP

A. Keimpulan ..................................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu
sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,
personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah
mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun dan memiliki masa hidup
yang lebih singkat. (Mary,A & McEwen,M.,2019).
Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok
perempuan rentan penyandang cacat dan kelompok minoritas mempunyai arti
penting dalam masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM.
(Nofalia,2019).
Salah satu ukuran beban penyakit adalah Disability Adjusted Life Year
(DYALYs. DALYs dihitung dari penjumlahan kematian premature ( Year of
Life Due To Premature / YYLs) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas
(Years Lived With Disability/YLDs). Perkiraan jumlah penderita gangguan
jiwa di dunia adalah sekitar 450 jiwa termasuk skizofrenia(WHO,2017). Cara
Global, kontributor terbesar beban penyakit (DALYs) dan penyebab kematian
adalah penyakit kardiovaskuler (31,8%) namun dilihat dari YLDs (tahun hilang
akibat atau kecacatan) maka presentasi kontributor lebih besar pada gangguan
mental (14,4%). Kondisi untuk Asia Tenggara tidak berbeda dengan kondisi
global di mana penyebab kematian terbesar adalah kardiovaskuler (31,5%).
Tapi dilihat dari YLDs contributor lebih besar pada gangguan mental.
Di Indonesia dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs) lebih besar
disebabkan gangguan mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain. Menurut
perhitungan penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis gangguan jiwa yang
diprediksi dialami oleh penduduk Indonesia di antaranya adalah gangguan
depresi, cemas, skizofrenia, bipolar gangguan perilaku, autis gangguan perilaku
makan, cacat intelektual, Attention Deficit Hypercativity Disorder (ADHD).
(Indriyani,Y.A & Wahyuid, T. 2011).

iii
Jumlah anak jalanan di Indonesia tercatat di Kementerian Sosial
(Kemensos) tahun 2019 mencapai 33.400 tahun 2016 mencapai 20.719 dan
pada tahun 2017 mencapai 16.416. (Rahmawati, V.A & Sodikin, 2020).
Sedangkan menurut Kemenko PMK (2020) berdasarkan data Kementerian
sosial yang diambil dari dashboard data terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
SIKS-NG per-15 Desember 2020, jumlah anak terlantar di Indonesia sebanyak
67.368 orang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat dan populasi
rentan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan
populasi rentan
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada
populasi rentan

iv
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan


Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok resiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas
dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam
menentukan status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah
kesehatan, mengembangkan rencana untuk memulihkan mereka memulai
tindakan untuk melaksanakan rencana tersebut dan akhirnya mengevaluasi
keadekuatan diri rencana dalam meningkatkan kesehatan dan pemecahan
masalah. Proses keperawatan mendefinisikan interaksi dan intervensi dengan
sistem klien, apakah sistem sebagai suatu individu keluarga kelompok atau
komunitas. (Wahyu, W, 2016)
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu
sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,
personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah
mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun dan memiliki masa
hidup yang lebih singkat. (Mary, A & McEwen,M.,2019)
1. Populasi Rentan Penyakit Mental
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang didalamnya terdapat kemampuan-
kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.
(Nofalia,2019).
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi)
dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan

v
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial
individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang
lain. Seseorang yang "sehat jiwa atau mental" mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Merasa senang terhadap dirinya
1) Mampu menghadapi situasi
2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
3) Puas dengan kehidupannya sehari-hari
4) Mempunyai harga diri yang wajar
5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain
1) Mampu mencintai orang lain
2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
4) Merasa bagian dari suatu kelompok
5) Tidak “mengakali” orang lain dan juga tidak membiarkan orang
lain “mengakali” dirinya
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup
1) Menetapka tujuan hidup yang realistis
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu menerima tanggung jawab
4) Dapat menerima ide dan pengalaman baru (NOfalia,2019)

Beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk


Indonesia diantaranya :
a. Gangguan depresi
b. Cemas
c. Skizofrenia
d. Bipolar
e. Gangguan perilaku
f. Autis
g. Gangguan perilaku makan

vi
h. Cacat intelektual
i. Attention Deficit Hyperactifity Disorder (ADHD) (Indrayani,Y.A &
Wahyuid, T, 2011)

2. Populasi Rentan Kecacatan


Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik
dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan
hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan secara layaknya.
Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 hal:
a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang mental fisik dan mental (Nofalia,2019)
Anak penyandang disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan
fisik, mental intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan efektif
berdasarkan kesamaan hak (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak). (Windiarto,Tri Dkk.,2019)
Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas dilakukan melalui
upaya:
a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak
b. Pemenuhan kebutuhan khusus
c. Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi
sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu
d. Pendampingan social

3. Populasi Rentan Terlantar


Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara
wajar, baik fisik mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian disebutkan pula
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
memberikan biaya pendidikan dan atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan
khusus salah satunya bagi anak terlantar.

vii
Pertanggungjawaban pemerintah dan pemerintah daerah termasuk
mendorong masyarakat untuk berperan aktif.(Windiarto,Tri Dkk.,2019).
Beberapa karakteristik anak berdasarkan keterlantaran, dimana anak yang
dimaksud adalah penduduk berusia (0-17 tahun) yang belum kawin. Dalam
penyajiannya, definisi anak terlantar dibagi menjadi 2 yaitu balita terlantar
(0- 4 tahun) dan anak terlantar (5-17 tahun). (Windiarto, Tri Dkk,2019).
Kriteria keterlantaran pada balita antara lain:
a. Tidak pernah diberi ASI
b. Tidak mempunyak bapak/ibu kandung
c. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu
d. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu
e. Ibu balita yang bertanggung jawab terhadap anak ini bekerja selama
seminggu yang lalu
f. Bila balita sakit tidak diobati
g. Anak dititipkan/diasuh oleh orang lain selama seminggu terakhir

Kriteria keterlantaran pada anak usia 5-17 tahun antara lain:


a. Tidak atau belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat
pendidikan dasar (wajar 9 tahun), kriteria ini tidak berlaku bagi anak usia
5-6 tahun
b. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel
e. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati
g. Yatim piatu atau bapak kandung bukan anggota rumah tangga
h. Bekerja atau membantu memperoleh penghasilan (untuk usia <15 tahun)
Seorang anak disebut anak terlantar jika memenuhi 3 kriteria atau lebih,
hampir terlantar jika memenuhi 2 kriteria dan tidak terlantar jika memenuhi
1 kriteria. (Windiarto, Tri Dkk,2019).

viii
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Berdasarkan Kelompok Sasaran
Tahun 2011

Kelompok Sasaran Jenis PMKS Jumlah Sumber Data

1. Kemiskinan Fakir Miskin, 2,5 Juta Pendataan


Wanita Rawan RTSM Program
Social Ekonomi Perlindungn
Social Tahun
2011, BPS
(PPLS 2011)

2. Ketelantaran Anak Terlantar, 7.191.5551 BPS, Survey


Anak Balita Jiwa Social
Terlantar, Lanjut Ekonomi
Usia Terlantar Nasional
(Susenas)
Tahun 2011

3. Kecacatan Orang dengan 2.126.785 BPS, Susenas


Kecacatan, Anak Jiwa Tahun 2009
dengan
Kecacatan

4. Keterpencilan Komunitas Adat 213.080 KK Pendataan Dit,


Terpencil PKAT 2009

5. Ketunaan dan Tuna Susila, 3.872.287 Dinas Sosila


penyimpanga Pengemis, Jiwa Provinsi
n perilaku Gelandangan,
Bekas Warga
Binaan Lapas,
ODHA, Korban
NAPZA

6. Korban Korban Bencana 1.416.744 Dinas Sosial


bencana Alam, Korban Jiwa Provinsi

ix
Bencana Sosial

7. KTK, Korban Tindak 889.987 Dinas Sosial


Eksploitasi Kekerasan, Jiwa Provinsi
dan Pekerja Migan
Diskriminasi Bermasalah
Sosial

4. Populasi Rentan pada Anak Jalanan


Anak jalanan merupakan vulnerable group yang menghabiskan
sebagian atau bahkan seluruh waktunya di jalanan karena alasan sosial dan
ekonomi. Karakteristik dan gaya hidup di jalanan yang ekstrem penuh
dengan risiko menyebabkan komunitas ini beresiko tinggi terhadap berbagai
masalah kesehatan baik fisik maupun mental. (Masruroh, N.L.,2017)
Permasalahan Anak Jalanan adalah sebagaimana permasalahan yang
dihadapi tunawisma pada umumnya, namun mengingat keterbatasan
seorang anak secara fisik dan psikologi sehubungan dengan usia yang belum
matur, maka dampak yang ditimbulkan akibat hidup dan bekerja di jalanan
menjadi jauh lebih buruk lagi. Beberapa hasil penelitian telah memaparkan
dampak dari hidup di jalanan terhadap kesehatan fisik dan mental seorang
anak meliputi:
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b. Depresi
c. Malnutrisi dan injury

Berbagai macam penyakit infeksi termasuk:

a. Infeksi kulit
b. Infeksi paru misalnya TB paru
c. Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dan juga HIV/AIDS (Masruroh,
N.L.,2017)

x
xi
B. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan
1. Pengkajian
Pengkajian Komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
Komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan komunitas kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat
kegiatan yang dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data,
validasi data, dan pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam mitra komunitas terdiri dari dua
bagian yaitu inti dan delapan sub sistem yang meliputi bagian dari
pengkajian 1000, sedangkan proses 1000 terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti
roda pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas
(Anderson & McFarlane, 2011).

A. Data inti komunitas (core inti)

a. Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas


1) Lokasi : pasaman barat
 provinsi : suamtera barat
 kabupaten : pasaman barat
 kelurahan : kapa
 RT: 02
 RW: 03
2) Batas wilayah
 Utara : buya hamka
 Selatan : RT 04/ RW 02
 Barat : RT 06
 Timur : RT 15/ RW 7
3) Keadaan tanah menurut pemanfaatanya
pemukiman : 5.162 m2

xii
xiii
b. Demografi meliputi karakteristik komunitas

1) Usia

 Bayi : sekitar 15 %
 Anak- anak : sekitar 20 %
 Remaja : sekitar 25 %
 Dewasa sekitar 25 %
 Lansia : sekitar 15%
2) Jenis kelamin:
 Laki – laki 40 %
 Perempuan : 60 %
3) Agama
 Islam : 30 orang (20%)
 Kristen : 15 orang (10%)
 Hindu : 15 orang (10%)
 Budha :-
 Khonghucu :-
4) Status perkawinan
 Kawin : 195 orang (65 %)
 Belum kawin 60 orang (20 %)
 Duda : 30 orang (10 %)
 Janda : 15 orang (5 %)

c. Statistic penting

1) Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun


(60 orang (30%))
2) Àngka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun
(40 orang (20%))
3) Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun
(20 orang (10%))

xiv
4) Penyakit
 Gelandangan (populasi terlantar): 48%
 Mental rendah: 15%
 Disabilitas fisik: 10%
 Anak jalanan: 10%

d. Etnis dan Budaya Komunitas

1) Suku/ ras
 Minang : 210 orang (75%)
 Jawa : 73 orang (25 %)
 Batak : 9 orang (3%)
 Mandailing :9 orang (3%)
2) Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan
masyarakat ketika sakit, sebagian mereka lebih memilih pergi ke
dukun, sebagian lagi berobat ke dokter di RS / pelayanan kesehatan
lainnya
3) Bahasa yang digunakan :
 Bahasa minang : 50 orang (25%)
 Bahasa jawa :15 orang (10%)
 Batak : 9 orang (10%)
 Bahasa Indonesia : 40 orang (20%)

B. Sub system

1. Lingkungan fisik meliputi :

a. Iklim/ cuaca : Tropis

b. Perumahan terkait dengan kepadatan : masyarakat berada pada lokasi


perumahan yang padat penduduk

c. Keadaan rumah

xv
1) Pencahayaan rumah oleh matahari

a) Baik : 130 orang (40%)

b) Cukup : 160 orang (50%)

c) Kurang : 40 orang (10%)

2) Ventilasi

a) Ada : 250 orang (80%)

b) Tidak ada : 70 orang (20%)

c) Luas kamar

d) Memenuhi syarat : 180 orang (60%)

e) Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)

3) Status rumah

a) Milik sendiri : 120 orang (40%)

b) Kontrak :160 orang (50%)

c) Tidak memiliki rumah : 20 orang (10%)

4) Lantai rumah

a) Tanah : 30 orang (10%)

b) Papan : 90 orang (30%)

c) Keramik : 180 orang (60%)

5) Memiliki perkarangan

a) Memiliki : 60 orang (20%)

xvi
b) Tidak memiliki 240 orang (80%)

d. Sumber air dan air minum

1) Penyediaan air bersih

a) PAM : 150 orang (50%)

b) Sumur : 90 orang (30%)

c) Sungai : 60 orang (20%)

2) Penyediaan air minum

a) PAM :150 orang (50%)

b) Sumur :90 orang (30%)

c) Sungai : -

d) Air mineral: 60 orang (20%)

3) Pengolahan air minum

a) Masak : 180 orang (60%)

b) Tidak dimasak : 120 orang (40%)

e. Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas) : kondisi tanah masyarakat subur

f. Binatang dan tumbuh- tumbuhan : binatang seperti nyamuk dan lalat sering
terlihat di sekitar pemukiman warga terutama di tempat pembuangan
sampah.

g. Saluran pembuangan air/ sampah

1) Kebiasaan membuang sampah

xvii
a) Diangkat petugas : 30 %

b) Dibuang sembarangan : 70 %

c) Pembuangan air limbah

d) Got/ parit : 40% e) Sungai : 60 %

2) Keadaan pembuangan air limbah

a) Baik / lancar : 25 %

b) Kotor : 75 %

h. Jamban

1. Kepemilikan jamban

a) Memiliki jamban : 60 %

b) Tidak memiliki jamban : 40 %

2. Macam jamban yang dimiliki

a) Septitank : 65 %

b) Disungai : 35 %

3. Keadaan jamban

a) Bersih : 45 %

b) Kotor : 55 %

i. Fasilitas umum dan kesehatan

Fasilitas umum

1. Sarana kegiatan kelompok

xviii
a) Karang taruna :1 kelompok

b) Pengajian : 2 kelompok

c) Ceramah agama : 1 kelompok

d) PKK :1 kali perbulan

2. Tempat perkumpulan umum

a) Balai desa : ada (1 buah)

b) RT :ada (1 buah)

c) RW :ada (1 buah)

d) Masjid// mushola : ada (2 buah)

Fasilitas kesehatan

1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

a) Puskesmas: 180 orang (60%)

b) Rumah sakit : 90 orang (30%)

c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)

2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukup


memadai dengan adanya minimarket dan pasar terdekat

3. Kebiasaan check up kesehatan

a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)

b) Jarang : 210 orang (70%)

2. Pendidikan

xix
a. Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis fasilitas
(milik pemerintah atau non pemerintah): fasilitas pendidikan yang
digunakan masyarakat adalah milik pemerintah.
b. Tingkat pendidikan penduduk : 1) SD: 160 orang (40%) 2) SMP : 50
orang (30%) 3) SMA : 60 orang (15%) 4) Perguruan Tinggi : 20 orang
(10%)
c. Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS jumlah
siswa disekolah cukup banyak serta fasilitas sekolah seperti program UKS
masih belum terlaksana dengan baik

3. Ekonomi

a. Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk kebanyakan


berada di tingkat rendah, karena masih banyak masyarakat yang belum
bisa mencukupi kebutuhan dasarnya setiap hari.
b. Jenis pekerjaan :
1) Petani : 200 orang (60%)
2) Buruh : 50 orang (25%)
3) Wiraswasta : 30 orang (20%)
4) Pengangguran (pengamen, tunawisma, gelandangan)
c. Tingkat pengangguran : tingkat pengangguran di masyarakat terbilang
cukup tinggi

4. Keamanan dan transportasi

a. Alat transportasi yang dimiliki

1) Motor : 150 orang (50%)

2) Becak/lainya : 20 orang (10%)

b. Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :

1) Angkutan umum : 170 orang (60%)

2) Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)

xx
5. Politik dan pemerintahan

a. Struktur organisasi : ada


b. Terdapat kepala desa dan perangkatnya
c. Ada organisasi karang taruna
d. Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,
posyandu)
e. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas
f. Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum ada

6. Komunikasi

Fasilitas komunikasi yang ada

1) Radio : 225 orang (75%)

2) TV : 165 orang (55%)

3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)

4) Majalah/ Koran : 135 (45%)

7. Rekreasi

Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi adalah taman dan
linkungan sekitar tempat tinggal

8. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit atau masalah


kesehatan masih rendah yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan,
kurang nya pengetahuan, masalah ekonomi dan lingkungan social yang kurang
baik, sehingga sebagian masyarakat masih mengabaikan kesehatan nya.

xxi
2. Analisa Data

No Data Masalah Penyebab

1. Data subjektif: Koping komunitas Ketidakadekuatan


 Mengungkapkan tidak efektif sumber daya untuk
ketidakberdayaan komunitas Defenisi: pemecah masalah
terhadap masalah populasi Pola adaptasi aktivitas
rentan komunitas dan
 Mengungkapkan keretanan penyelesaian masalah
komunitas terhadap penyakit yang tidak mamuaskan
mental untuk memenuhi
tuntutan atau
Data objektif : kebutuhan masyarakat

 Insiden masalah msyarakat


tinggi (pengangguran,
kemiskinan, penyakit
mental)
 Partisipasi masyarakat
kurang • Tingkat penyakit
masyarakat meningkat

2. Gejala dan tanda mayor Defisit kesehatan Program tidak


Subjektif: (tidak tersedia) komunitas mengatasi seluruh
Definisi : Terdapat masalah kesehatan
Objektif: masalah kesehatan atau komunitas
 Terjadi masalah kesehtan faktor resiko yang
yang dialami komunitas dapat mengganggu
kesejahteraan pada
suatu kelompok

Gejala dan tanda minor

Subjektif: (tidak tersedia)

xxii
Objektif :

 Tidak tersedia program


untuk mengurangi masalah
kesehatan komunitas
 Tidak tersedia program
untuk mengatasi masalah
kesehatan komunitas

3. Diagnosa Keperawatan
a. Koping komunitas tidak efektif b/d ketidakadekuatan sumber daya
untuk pemecah masalah. (SDKI Hal: 208)
b. Defisit kesehatan komunitas b/d Program tidak mengatasi seluruh
masalah kesehatan komunitas. (SDKI Hal: 244)

xxiii
4. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

1. Koping komunitas Status koping komunitas (117) Edukasi kesehatan (hal:65)


tidak efektif b/d Ekspektasi : membaik Tindakan
ketidakadekuatan Kriteria hasil : Observasi :
sumber daya untuk  Keberdayaan komunitas  Identifikasi kesiapan
pemecah masalah. meningkat dan kemampuan
 Pemecah masalah menerima informasi
komunitas meningkat  Identifikasi fakto-
 Sumber daya komunitas factor yang dapat
meningkat meningkatkan dan
 Partisipasi masyarakat menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih
 Insiden masalah dan sehat
kesehatan dalam
Teraupetik :
komunitas menurun

 Sediakan materi dan


media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi :

 Jelaskan faktor resiko


yang dapat
mempengaruhi
kesehatan

xxiv
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

2. Defisit kesehatan Status keehatan komunitas (hal: Pengembangan kesehatan


komunitas b/d Program 113) masyarakat (hal: 296)
tidak mengatasi seluruh Ekspektasi : meningkat Tindakan
masalah kesehatan Kriteria hasil : Observasi :
komunitas.  Ketersediaan program  Identifikasi masalah
promosi kesehatan atau isu kesehatan dan
meningkat prioritasnya
 Partisipasi  Identifikasi potensi
dalamprogram atau asset dalam
komunitas meningkat masyarakat terkait isu
 Pemantauan terhadap yang dihadapi
standar kesehatan  Identifikasi kekuatatn
komunitas meningkat dan partner dalam
 Angka gangguan pengembangan
kesehatan mental kesehatan
menurun
Teraupetik :

 Berikan kesempatan
kepada setiap anggota
masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai
asset yang dimiliki
 Libatkan anggota
masyarakat untuk

xxv
meningkatkan
kesehatan terhadap
isu dan masalah
keehatan yang
dihadapi
 Libatkan anggota
masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
 Pertahankan
komunikasi terbuka
dengan anggota
masyarakat dan
pihak- pihak yang
terlibat
 Kembangkan strategi
dalam
mengembangkan
manajemen konflik

xxvi
5. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Keperawtan

1. Koping komunitas tidak efektif b/d a. Mengidentifikasi kesiapan dan


ketidakadekuatan sumber daya kemampuan menerima informasi
untuk pemecah masalah b. Mengidentifikasi faktor- faktor yang
dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
c. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Menjadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
e. Memberikan kesempatan untuk bertanya
f. Menjelaskan fackor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
g. Mengajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
h. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

2. Defisit kesehatan komunitas b/d a. Mengidentifikasi masalah atau isu


Program tidak mengatasi seluruh kesehatan dan prioritasnya
masalah kesehatan komunitas b. Mengidentifikasi potensi atau asset
dalam masyarakat terkait isu yang
dihadapi
c. Mengidentifikasi kekuatatn dan partner
dalam pengembangan kesehatan
d. Memberikan kesempatan kepada setiap
anggota masyarakat untuk berpartisipasi
sesuai asset yang dimiliki
e. Melibatkan anggota masyarakat untuk

xxvii
meningkatkan kesehatan terhadap isu dan
masalah kesehatan yang dihadapi
f. Melibatkan anggota masyarakat dalam
mengembangkan jaringan kesehatan
g. Mempertahankan komunikasi terbuka
dengan anggota masyarakat dan pihak-
pihak yang terlibat
h. Mengembangkan strategi dalam
mengembangkan manajemen konflik

6. Evaluasi
Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status
kesehatan komunitas terjadinya peningkatan.

xxviii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu
sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,
personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah
mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun dan memiliki masa
hidup yang lebih singkat. Populasi rentan terdiri dari penyakit mental,
kecacatan, populasi terlantar, dan anak jalanan pengkajian komunitas dalam
Community As Partner Model terdiri dari dua bagian yaitu inti dan delapan
sub system, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai
dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
B. Saran
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan
Community As Partner dalam kajian komunitas dengan masalah pada
agregat populasi rentan
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model
atau teori lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas
dengan masalah pada agregat populasi rentan

xxix
DAFTAR PUSTAKA

Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Communityas partner theory and practice in
nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Indrayani, Y. A & Wahyuid, T. (2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia.


ISSN 24427659. PUSAT Data Dan Informasi Kemenkes RI

Kemenko PMK.(2020). Penanganan Anak Terlantar Butuh Komitmen. 17


Desember 2020. Jakarta

Mary, A & Melanie, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan


Keluarga. Edisi Indonesia I. Singapore: Elsevier

Nofalia & Agustina. (2019). Modul Pembelajaran Keperawatan Komunitas.


Jombang : Icme Press

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai