Anda di halaman 1dari 8

CONTOH APLIKASI KASUS PENYELESAIAN KONFLIK DI PUSKESMAS

Dosen Pembimbing: Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh:
Julfianas Bekti Wahyuni
NIM: P27905118013

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2020
Konflik adalah sebuah keadaan yang timbul oleh karena perbedaan tujuan atau
emosional. Terjadinya konflik dalam suatu organisasi, merupakan hal yang mustahil untuk
dihindarkan. Hal ini disebabkan oleh karena individu-individu yang terlibat dalam organisasi
memiliki berbagai macam karakter, tujuan, visi, maupun gaya yang berbeda-beda. Konflik
yang berkepanjangan dapat mempengaruhi komponen yang terlibat di dalamnya, bahkan
kehancuran tidak dapat dihindarkan.
Sebaliknya, konflik juga bisa konstruktif (functional conflict) yang merangsang
terbentuknya sikap positif, misalnya memberikan tantangan kepada karyawan untuk
mendapatkan reward bila berprestasi baik, membuat persaingan antar karyawan untuk
berlomba-lomba mendapatkan penghargaan, dan sebagainya.
Agar konflik tetap menguntungkan, maka seorang pemimpin yang baik harus dapat
memilih pendekatan yang tepat untuk menyelesaikan suatu konflik yang terjadi di dalam
organisasinya. Sebelumnya seorang manajer atau pemimpin harus mengetahui sebab-sebab
konflik terlebih dahulu. Identifikasi konflik dan pemilihan solusi yang tepat menentukan
kelangsungan suatu oganisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen konflik, yaitu
sebuah cara yang digunakan oleh manajer atau pemimpin dalam sebuah organisasi, untuk
mengatasi konflik yang merugikan, atau menimbulkan konflik yang menguntungkan.
Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis daerah yang merupakan
komponen penting dalam pembangunan masyarakat. Puskesmas Sumberpucung memiliki
dua unit kerja yaitu unit pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Keharmonisan dalam bekerja
memberikan andil dalam terwujudnya pelayanan yang optimal kepada pasien.
Dalam makalah ini akan dibahas analisis situasi, identifikasi, sebab konflik serta
alternatif pemecahan sebuah konflik yang terjadi di Puskesmas Sumberpucung, khususnya di
unit rawat inap. Adanya berbagai karakter dan kepentingan telah menimbulkan benturan-
benturan antar individu dalam organisasi tersebut. Mengingat pentingnya pelayanan rawat
inap, adanya konflik negatif yang tidak segera diatasi akan menghambat kinerja individu
dalam organisasi tersebut.
IDENTIFIKASI KONFLIK

A. Identifikasi dan Deskripsi Konflik di Puskesmas Sumberpucung


Konflik yang saat ini sedang terjadi di Puskesmas Sumberpucung adalah :

Konflik antara perawat dengan apoteker tentang pengelolaan obat


Konflik biasanya muncul saat dinas jaga dan saat pengelolaan pasien berlangsung.
Konflik terjadi karena tidak adanya obat-obat emergensi diUGD seperti D40, adrenalin,
diazepam dan obat-obatan perawatan yang lainnya. Alat-alat medis seperti nebulizer rusak
dan tidak dalam kondisi yang optimal supaya bisa digunakan dalam kondisi kritis. Akibatnya
banyak pasien-pasien gawat yang ke UGD tidak menerima perawatan untuk krisisnya tetapi
dirujuk ke rumah sakit yang lain. Kebanyakan keluarga pasien merasa sulit dan mengalami
kesukaran karena masalah biaya dan transportasi. Dokter muda yang bertugas juga
mengalami kesulitan untuk mendiagnosis pasien dan merawat pasien yang memerlukan
perawatan emergensi. Walaupun perawat UGD telah memberitahu tentang kekurangan obat-
obatan di UGD namun tidak diambil peduli oleh apoteker

INDEPTH INTERVIEW

1. Interview dengan Perawat W


Sabtu 12 Febuari 2011, Pukul 23.00 WIB
Dokter Muda sedang duduk dibangku menunggu pasien dirujuk ke rumah sakit yang
berdekatan kerena kekurangan obat-obatan.

Perawat W : ”Wis embak, tidur ai, tah tunggu keluarganya”


DM : ”Masih lama ya mas? Pasiennya itu lemah mas. Malam-malam
manamau cari air gula? ” Kok bisa ya, enggak ada GDA stick?

Perawat W hanya tersenyum


Perawat W : ”Kita udah bilang ke Mas R tapi dia iku iya iya tok”
DM : ”Wah.... masa ta mas?”
Perawat W : “Iya udah berapa kali dibilang ke dia, tapi dia iya iya tok. Orang iku,
kalau sing ngomong bukan main buuanyak, tapi kosong semua.
Buktinya lo sampai sekarang seperti ini.”
DM : “Hahaha…”
Rabu 22 Febuari 2011, Pukul 20.00 WIB
DM dan perawat lagi menungguin keluarga pasien untuk dirujuk
DM J : ”Masih lama kah mas, slorok iku jauh aah?”
Perawat W : ”Haha, enggak tau embak, sampaian tidur aei, tah tunggu disini.”
DM W : ”Enggak pa-pa mas kita disini aja, kasian masnya ?”
Perawat X : ”hahaha...embaknya iku kelihatan ngatuk ”
DM J :”iya mas, capek ini, lagi bikin proposal untuk penyuluhan. Ai kok bisa
ya, obat-obat emergensi iku enggak ada?
DM W : ”iya, obat emergensi iku harus ada mas, pokoknya yang lima iku
penting. Masa di ambulance enggak ada adrenalin??? Pasien apnue gimana dunk? Kalau
hipoglikemi malam-malam mau cari air gula gimana dunk?
DM J : ”iya mas, enggak dibilang ke pak B kah?
Perawat X : “itukan, urusan apoteker mbk, kita udah kasi tahu kok”
DM W&J : ummmmm…
Perawat W :”Dia iku mau kita iku bikin laporan apa gitu, seharusnya yang
mengawal obat-obat di UGD iku perawat mbk, seng apotekernya enggak tahu apa-apa
mbak”. Kita yang bingung malam-malam. Orangnya kan enggak ada malam-malam” Pokok
aee dia mau kita iku ikut caranya die mbak.
DM W& J : iya mas, sabar mas…

HASIL WAWANCARA

• Dari hasil wawancara dengan beberapa staf Puskesmas Sumberpucung bagian


Keperawatan didapatkan informasi bahwa :

 Apoteker R ingin suatu sistim laporan pengobatan yang jelas.

 Perawat merasakan wewenangnya dicampuri oleh apoteker dan merasakan


kesalahan ketiadaan obat adalah karena apoteker tidak peduli apa yang telah
disampaikan oleh perawat.
 Perawat merasakan apoteker tidak menerima pendapatnya tentang pengadaan
obat-obatan emergensi.
ANALISA KONFLIK

Berdasarkan Moore’s Model, konflik dapat disebabkan oleh lima hal yaitu Relation, Interest,
Structure, Value dan Data.
1. RELATIONSHIP CONFLICT

“..occur because of the presence of strong negative emotions, misperceptions, poor or


miscommunication or repetitive negative behaviours.”

Pada Puskesmas Sumberpucung, relationship conflict terjadi karena :


 Adanya negative emotions dari perawat terhadap apoteker akibat apoteker menurutnya
tidak memantau ketersediaan obat walaupun sudah diberitahu.

Alternatif Pemecahan Relationship Conflict


 Block negative, repetitive behaviour by changing structure
1. Menetapkan standar prosedur pelayanan pasien yang dirawat diUGD terutama
berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab perawat jaga dan juga apoteker,
serta menerapkan sistem pengawasan atau inspeksi mendadak, untuk mencegah
repetitive negative behaviours.
2. Memantau sistem penyedian obat oleh apoteker terutama obat-obat emergensi.

 Improve communication
1. Kepala Puskesmas dan Dokter Operasional hendaknya bersikap lebih bijaksana
dalam menyingkapi setiap permasalahan yang ada, misalnya dengan melakukan
cross check kepada orang ketiga.
2. Kepala Puskesmas dan Dokter Operasional diharapkan dapat berbaur dengan
karyawan yang lain sehingga dapat meningkatkan komunikasi dengan bawahan.
3. Mengadakan kegiatan informal yang dapat meningkatkan rasa kekeluargaan dan
komunikasi pada seluruh lingkungan pegawai puskesmas. Dimana pada saat
acara tersebut dapat memfasilitasi antar staff untuk berkomunikasi dengan lebih
baik, sekaligus sebagai media untuk mengenal lebih jauh secara personal. Contoh
kegiatan :
camping, outbond, rekreasi seluruh petugas dan keluarga.

2. INTEREST CONFLICT
“..can occur over substantive issues such as: money, procedural issues (the way in which the
dispute is to be resolved), psychological or ego type issues (perceptions of trust, fairness,
respect, status.”
Tidak ditemukan adanya faktor interest dalam konflik di Puskesmas Sumberpucung saat ini.

3. STRUCTURAL CONFLICT
“...are caused by 'oppressive' patterns of human relationships - may be external to those
involved in the dispute….”
 a lack of clear role descriptions, dimana tidak ada pembagian tugas yang secara tegas
tertulis antara perawat dan apoteker.
 dimana tidak ada pengarahan tentang pelaporan obat untuk setiap pelayanan

Alternatif Pemecahan Structural Conflict


 Memberikan peraturan tertulis yang jelas mengenai tugas dan tanggung jawab para
perawat jaga dan apoteker.

4. DATA CONFLICT
“…..occur when people lack the information necessary to make decisions, are
misinformed, disagree over what data are relevant or, have competing assessment
procedures….”
Tidak ditemukan faktor data dalam konflik yang terjadi di Puskesmas Sumberpucung
saat ini.

5. VALUE CONFLICT
“…are caused by perceived or actual incompatible belief systems..”
Tidak ditemukan adanya faktor value dalam konflik di Puskesmas Sumberpucung saat ini.

Anda mungkin juga menyukai