Anda di halaman 1dari 36

1

TUGAS KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS

“Askep Komunitas Pada Agregat dan Populasi Rentan (Penyakit Mental,

Kecacatan, Populasi Terlantar dan Anak Jalanan)”

Dosen Pengampu :

Rika Maya Sari, S.Kep.Ns., M.Kes

Disusun Oleh :

1. Asna Atik M. (22632226)

2. Krisna Mardhani (22632237)

3. Rani Putri Bestari (22632218)

4. Ayu Kristiana (22632135)

5. Henes Nurianto (22632231)

6. Rony Dwi Cahyono (22632210)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2023/2024

1
ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Askep Komunitas Pada

Agregat dan Populasi Rentan (Penyakit Mental, Kecacatan, Populasi Terlantar dan

Anak Jalanan)” ini. Shalawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad

SAW. yang telah membawa umatnya kealam yang berilmu pengetahuan seperti

saat sekarang ini.

Makalah ini memuat tentang Keperawatan Agregat Komunitas. Dengan

adanya makalah ini saya berharap kita semua dapat lebih mengetahui dan

memahami tentang Askep Komunitas Pada Agregat dan Populasi Rentan. Semoga

dengan makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas lagi kepada kita

semua. Dalam penulisan makalah ini mungkin masih terdapat banyak kesalahan

dan kekurangan, oleh Karena itu saya berharap pembaca dapat memberikan

kritikan dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

pembaca.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Ponorogo, April 2023

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3

A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan...................3

B. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan.....................................................11

BAB 3 PENUTUP................................................................................................31

A. Kesimpulan...............................................................................................31

B. Saran.........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................32
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik

tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber

lingkungan, personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan

lebih mudah mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun, dan

memiliki masa hidup yang lebih singkat.(Mary,A & McEwen,M.,2019)

Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok

perempuan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai

arti penting dalam, masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai- nilai

HAM. (Nofalia, 2019)

Salah satu ukuran beban penyakit adalah Diasability Adjusted Lfe

Year (DALYs). DAYLs dihitung dari penjumlahan kematian premature

(Year Of Life Due To Premature Death /YLLs)dan tahun hidup dengan

kondisi disabilitas (Years Lived With Disability / YLDs). Perkiraan jumlah

penderita gangguan jiwa didunia adalah sekitar 450 juta termasuk

skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, kontibutor terbesar beban

penyakit (DALYs) dan penyebab kematian adalah penyalit kardiovaskuler

(31,8%) namun dilihat dari YLDs ( tahun hilang akibat atau kecacatan),

maka presentase contributor lebih beasr pada gangguan mental (14,4%).

Kondisi untuk asia tenggara tidak berbeda dengan kondisi global dimana

penyebab kematian terbesar adalah kardiovaskuler(31,5%). Tapi dilihat

dari YLDs contributor lebih besar pada gangguan mental.


2

Di Indonesia dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs) lebih besar

disebabkan gangguan mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain. Menurut

perhitungan penyakit pada tahun 2017, beberapa jenis gangguan jiwa yang

diprediksi dialami oleh penduduk infonesia diantaranya adalah gangguan

gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan perilaku, autis

gangguan perilaku makan, cacat intelktual, Attention Deficit Hyperactivity

Disorder (ADHD).(Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.,2011)

Jumlah anak jalanan di Indonesai Tercatat di Kementrian Sosial

( Kemensos) tahun 2015 mencapai 33.400, tahun 2016 mencapai 20.719

dan pada tahun 2017 mencapai 16.416. (Rahmawati, V.A & Sodikin,

2020). Sedangkan menurut Kemenko PMK (2020), berdasarkan data

kementrian social yang di ambil dari dashboard data terpadu kesejahteraan

social (DTKS) SIKS-NG per-15 desember 2020, jumlah anak terlantar di

Indonesia sebanyak 67.368 orang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan ?

2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat dan populasi

rentan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan komunitas pada agregat

dan populasi rentan.

2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada

populasi rentan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan

Populasi Rentan

keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional

berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada

kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas

dengan menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit

serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam

menentukan status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah

kesehatan, mengembangkan rencana untuk memulihkan mereka, memulai

tindakan untuk melaksanakan rencana tersebut, dan akhirnya mengevaluasi

keadekuatan dari rencana dalam meningkatkan kesehatan dan pemecahan

masalah. Proses keperawatan mendefinisikan interaksi dan intervensi

dengan sistem klien, apakah sistem sebagai suatu individu, keluarga,

kelompok, atau komunitas. (Wahyu, W, 2016)

Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik

tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber

lingkungan, personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan

lebih mudah mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun, dan

memiliki masa hidup yang lebih singkat. (Mary,A & McEwen,M.,2019)


4

1. Populasi rentan penyakit mental

Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari

kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat

kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang

wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta

berperan serta di komunitasnya.(Nofalia, 2019)

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis

(serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan

manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat

disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari

kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara

optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain.

Seseorang yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri- ciri

sebagai berikut:

1. Merasa senang terhadap dirinya serta

1) Mampu menghadapi situasi

2) Mampu mengatasi kekecewaan

dalam hidup

3) Puas dengan kehidupannya sehari-

hari

4) Mempunyai harga diri yang wajar

5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan


5

dan tidak pula merendahkan


6

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta

1) Mampu mencintai orang lain

2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap

3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda

4) Merasa bagian dari suatu kelompok

5) Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak

membiarkan orang lain "mengakali" dirinya

3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta

1) Menetapkan tujuan hidup yang realistis

2) Mampu mengambil keputusan

3) Mampu menerima tanggungjawab

4) Mampu merancang masa depan

5) Dapat menerima ide dan pengalaman baru (Nofalia, 2019)

Beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh

penduduk infonesia diantaranya adalah :

a. Gangguan Depresi

b. Cemas

c. Skizofrenia

d. Bipolar

e. Gangguan Perilaku

f. Autis Gangguan Perilaku Makan

g. Cacat Intelektual

h. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). (Indrayani,Y.A

& Wahyuid, T.,2011)


7

2. Populasi rentan kecatatan

Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai

kelaianan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau

merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan

kegiatan secara layaknya.

Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 hal :

1. Penyandang cacat fisik

2. Penyandang cacat mental

3. Penyandang mental fisik dan mental (Nofalia, 2019)

Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki

keterbatasan fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka

waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan

untukberpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak

(Pasal

1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan

Anak). (Windiarto,Tri Dkk., 2019).

Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas dilakukan

melalui upaya:

a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak

anak;

b. Pemenuhan kebutuhan khusus.

c. Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai

integrasi sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu.


8

d. Pendampingan sosial.

3. Populasi rentan terlantar

Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya

secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian

disebutkan pula bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau

bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus salah satunya bagi anak

telantar. Pertanggungjawaban pemerintah dan pemerintah daerah

termasuk mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

(Windiarto,Tri Dkk., 2019).

beberapa karakteristik anak berdasarkan ketelantaran, dimana

anak yang dimaksud adalah penduduk berusia 0-17 tahun yang

belum kawin. Dalam penyajiannya, definisi anak telantar dibagi

menjadi 2 (dua), yaitu balita telantar (0-4 tahun) dan anak telantar

(5-17 tahun). (Windiarto,Tri Dkk., 2019).

Kriteria ketelantaran pada balita antara lain :

1. Tidak pernah diberi Air Susu Ibu (ASI).

2. Tidak mempunyai bapak/ibu kandung.

3. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,

4. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani);

nabati ≤ 4 kali, hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam

seminggu.

5. Ibu balita yang bertanggung jawab terhadap anak ini bekerja

selama seminggu yang lalu.


9

6. Bila balita sakit tidak diobati.

7. Anak dititipkan/diasuh oleh orang lain selama seminggu

terakhir Kriteria ketelantaran pada anak usia 5 - 17 tahun

antara lain :

a. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan

tidak tamat pendidikan dasar (wajar 9 tahun), Kriteria

ini tidak berlaku bagi anak usia 5-6 tahun.

b. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam

seminggu.

c. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau

hewani); nabati ≤ 4 kali, hewani ≤ 2 kali atau kombinasi

4 dan 2 dalam seminggu.

d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel.

e. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur

f. Bila sakit tidak diobati.

g. Yatim piatu atau bapak kandung bukan anggota rumah

tangga.

h. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan (untuk usia

<15tahun).

Seorang anak disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria

atau lebih, hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak

telantar jika memenuhi 1 (satu) kriteria. (Windiarto,Tri Dkk., 2019)


10

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Berdasarkan Kelompok

Sasaran Tahun 2011.

Kelompok Sasaran Jenis PMKS Jumlah Sumber Data

1. Kemiskinan Fakir Miskin, Wanita


2,5 juta Pendataan Program

Rawan Sosial Ekonomi RTSM Perlindungan Sosial

Tahun 2011, BPS

(PPLS 2011)

2. Ketelantaran Anak Telantar, Anak 7.191.55 BPS, Survey Sosial

Balita Telantar, Lanjut Ekonomi Nasional


1 Jiwa
Usia Telantar (Susenas) Tahun 2009

3. Kecacatan Orang dengan 2.126.78 BPS, Susenas Tahun

Kecacatan, Anak 2009


5 Jiwa
dengan Kecacatan

4. Keterpencilan Komunitas Adat 213.080 Pendataan Dit. PKAT,

Tepencil KK 2009

5. Ketunaan dan
Tuna Susila, Pengemis, 3.872.28 Dinas Sosial Provinsi

Penyimpangan Gelandangan, Bekas


7 Jiwa
Perilaku Warga Binaan Lapas,

ODHA, Korban

NAPZA

6. Korban Korban Bencana Alam, 1.416.74 Dinas Sosial Provinsi

Bencana Korban Bencana Sosial 4 KK

7. KTK, Korban Tindak 889.987 Dinas Sosial Provinsi


11

Kekerasan, Pekerja Migran


Eksploitasi dan Jiwa
Bermasalah Sosial
Diskriminasi

4. Populasi Rentan Pada Anak Jalanan

Anak jalanan merupakan vulnerable group yang menghabiskan

sebagian atau bahkan seluruh waktunya di jalanan karena alasan

sosial dan ekonomi.

Karakteristik dan gaya hidup di jalanan yang ekstrim penuh

dengan resiko menyebabkan komunitas ini beresiko tinggi terhadap

berbagai masalah kesehatan baik fisik maupun mental. (Masruroh,N.L .,

2017)

Permasalahan anak jalanan adalah sebagaimana permasalahan

yang dihadapi tunawisma pada umumnya, namun mengingat

keterbatasan seorang anak secara fisik dan psikologis sehubungan dengan

usia yang belum matur, maka dampak yang ditimbulkan akibat hidup dan

bekerja di jalanan menjadi jauh lebih buruk lagi. Beberapa hasil

penelitian telah memaparkan dampak dari hidup di jalanan terhadap

kesehatan fisik dan mental seorang anak, meliputi:

a. gangguan pertumbuhan dan perkembangan

b. depresi

c. malnutrisi dan injury

Berbagai macam penyakit infeksi, termasuk:

a. infeksi kulit
12

b. infeksi paru misalnya: TB,

c. serta Penyakit Infeksi Menular Sexual (IMS) dan juga HIV/AIDS

(Masruroh,N.L ., 2017)

B. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama

dalam proses keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk

mendapatkan informasi atau data tentang kondisi kesehatan komunitas

dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan komunitas. Dalam

tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang dilakukan, yaitu

pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan

pendokumentasian data.

Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri

dari dua bagian yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti

yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses

keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda pengkajian adalah

individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson & McFarlane,

2011).

2. Data inti komunitas (core inti)

a. Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas

1) Lokasi : pasaman barat

1. provinsi : suamtera barat

2. kabupaten : pasaman barat


13

3. kelurahan : kapa

4. RT : 02

5. RW : 03

2) Batas wilayah

1. Utara : buya hamka

2. Selatan : RT 04/ RW 02

3. Barat : RT 06

4. Timur : RT 15/ RW 7

3) Keadaan tanah menurut pemanfaatanya pemukiman : 5.162 m2

b. Demografi meliputi karakteristik komunitas

1) Usia

 Bayi : sekitar 15 %

 Anak- anak : sekitar 20 %

 Remaja : sekitar 25 %

 Dewasa : sekitar 25 %

 Lansia : sekitar 15%

2) Jenis kelamin:

 Laki – laki : 40 %

 Perempuan : 60 %

3) Agama :

 Islam : 30 orang (20%)

 Kristen : 15 orang (10%)


14

 Hindu : 15 orang (10%)

 Budha : -

 Khonghucu : -

4) Status perkawinan

 Kawin : 195 orang (65 %)

 Belum kawin : 60 orang (20 %)

 Duda : 30 orang (10 %)

 Janda : 15 orang (5 %)

c. Statistic penting

1) Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun

(60 orang (30%))

2) Angka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun

(40 orang (20%))

3) Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun

(20 orang (10%))

4) Penyakit :

 Gelandangan (populasi terlantar): 48%

 Mental rendah: 15%

 Disabilitas fisik : 10%

 Anak jalanan: 10%

d. Etnis dan Budaya Komunitas

1) Suku/ ras

 Minang : 210 orang (75%)


15

 Jawa : 73 orang (25 %)

 Batak : 9 orang (3%)

 Mandailing : 9 orang (3%)

2) Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan

masyarakat ketika sakit, sebagian mereka lebih memilih pergi ke

dukun, sebagian lagi berobat ke dokter di RS / pelayanan kesehatan

lainnya

3) Bahasa yang digunakan :

 Bahasa minang : 50 orang (25%)

 Bahasa jawa :15 orang (10%)

 Batak : 9 orang (10%)

 Bahasa Indonesia : 40 orang (20%)

e. Sub system

1. Lingkungan fisik meliputi :

1. Iklim/ cuaca : Tropis

2. Perumahan terkait dengan kepadatan : masyarakat berada

pada lokasi perumahan yang padat penduduk

3. Keadaan rumah

2. Pencahayaan rumah oleh matahari

1. Baik : 130 orang (40%)

2. Cukup : 160 orang (50%)

3. Kurang : 40 orang (10%)


16

3. Ventilasi

1. Ada : 250 orang (80%)

2. Tidak ada : 70 orang (20%)

3. Luas kamar

4. Memenuhi syarat : 180 orang (60%)

5. Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)

4. Status rumah

1. Milik sendiri : 120 orang (40%)

2. Kontrak :160 orang (50%)

3. Tidak memiliki rumah : 20 orang (10%)

5. Lantai rumah

1. Tanah : 30 orang (10%)

2. Papan : 90 orang (30%)

3. Keramik : 180 orang (60%)

6. Memiliki perkarangan

1. Memiliki : 60 orang (20%)

2. Tidak memiliki : 240 orang (80%)

7. Sumber air dan air minum

a. Penyediaan air bersih

a) PAM : 150 orang (50%)

b) Sumur : 90 orang (30%)

c) Sungai : 60 orang (20%)

b. Penyediaan air minum

a) PAM :150 orang (50%)


17

b) Sumur :90 orang (30%)

c) Sungai : -

d) Air mineral : 60 orang (20%)

c. Pengolahan air minum

a) Masak : 180 orang (60%)

b) Tidak dimasak : 120 orang (40%)

8. Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas) : kondisi tanah masyarakat

subur

9. Binatang dan tumbuh- tumbuhan : binatang seperti nyamuk dan

lalat sering terlihat di sekitar pemukiman warga terutama di tempat

pembuangan sampah.

10. Saluran pembuangan air/ sampah

a. Kebiasaan membuang sampah

a) Diangkat petugas : 30 %

b) Dibuang sembarangan : 70 %

c) Pembuangan air limbah

d) Got/ parit : 40 %

e) Sungai : 60 %

b. Keadaan pembuangan air limbah

a) Baik / lancar : 25 %

b) Kotor : 75 %

11. Jamban

a. Kepemilikan jamban
18

a) Memiliki jamban : 60 %

b) Tidak memiliki jamban : 40 %

b. Macam jamban yang dimiliki

a) Septitank : 65 %

b) Disungai : 35 %

c. Keadaan jamban

a) Bersih : 45 %

b) Kotor : 55 %

12. Fasilitas umum dan kesehatan

a. Fasilitas umum

1. Sarana kegiatan kelompok

a) Karang taruna : 1 kelompok

b) Pengajian : 2 kelompok

c) Ceramah agama : 1 kelompok

d) PKK : 1 kali perbulan

2. Tempat perkumpulan umum

a) Balai desa : ada (1 buah)

b) RT :ada (1 buah)

c) RW :ada (1 buah)

d) Masjid// mushola : ada (2 buah)

b. Fasilitas kesehatan

1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan

a) Puskesmas : 180 orang (60%)


19

b) Rumah sakit : 90 orang (30%)

c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)

2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat

sudah cukup memadai dengan adanya minimarket dan

pasar terdekat

3. Kebiasaan check up kesehatan

a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)

b) Jarang : 210 orang (70%)

c. Pendidikan

a) Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa

jenis fasilitas (milik pemerintah atau non pemerintah):

fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat adalah

milik pemerintah.

b) Tingkat pendidikan penduduk :

1) SD : 160 orang (40%)

2) SMP : 50 orang (30%)

3) SMA : 60 orang (15%)

4) Perguruan Tinggi : 20 orang (10%)

c) Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah,

UKS : jumlah siswa disekolah cukup banyak serta fasilitas

sekolah seperti program UKS masih belum terlaksana

dengan baik

d. Ekonomi

a) Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk


20

kebanyakan berada di tingkat rendah, karena masih banyak

masyarakat yang belum bisa mencukupi kebutuhan

dasarnya setiap hari.

b) Jenis pekerjaan :

1. Petani : 200 orang (60%)

2. Buruh : 50 orang (25%)

3. Wiraswasta : 30 orang (20%)

4. Pengangguran (pengamen, tunawisma, gelandangan)

1) Tingkat pengangguran :

tingkat pengangguran di masyarakat terbilang cukup

tinggi.

e. Keamanan dan transportasi

a) Alat transportasi yang dimiliki :

1) Motor : 150 orang (50%)

2) Becak/lainya : 20 orang (10%)

b) Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :

1) Angkutan umum : 170 orang (60%)

2) Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)

f. Politik dan pemerintahan

1) Struktur organisasi : ada

2) Terdapat kepala desa dan perangkatnya

3) Ada organisasi karang taruna

4) Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK,

karang taruna, panti, posyandu)


21

5) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan :

ada yaitu puskesmas

6) Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum

ada

g. Komunikasi

a) Fasilitas komunikasi yang ada

1) Radio : 225 orang (75%)

2) TV : 165 orang (55%)

3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)

4) Majalah/ Koran : 135 (45%)

h. Rekreasi

Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi

adalah taman dan linkungan sekitar tempat tinggal

i. Persepsi

Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit atau

masalah kesehatan masih rendah yang dipengaruhi oleh

rendahnya tingkat pendidikan, kurang nya pengetahuan,

masalah ekonomi dan lingkungan social yang kurang baik,

sehingga sebagian masyarakat masih mengabaikan kesehatan

nya.
22

2. Analisa Data

No Data Masalah penyebab

1. Data subjektif: Koping komunitas Ketidakadekuatan

tidak efektif sumber daya


 Mengungkapkan
Defenisi: untuk pemecah
ketidakberdayaan komunitas
pola adaptasi masalah
terhadap masalah populasi
aktivitas komunitas
rentan
dan penyelesaian
 Mengungkapkan keretanan
masalah yang tidak
komunitas terhadap penyakit
memuaskan untuk
mental
memenuhi tuntutan
Data objektif :
atau kebutuhan
 Insiden masalah msyarakat
masyarakat
tinggi (pengangguran,

kemiskinan, penyakit mental)

 Partisipasi masyarakat kurang

 Tingkat penyakit masyarakat

meningkat

2. Gejala dan tanda mayor Defisit kesehatan Program tidak

Subjektif: (tidak tersedia) komunitas mengatasi seluruh

Definisi : Terdapat masalah

Objektif: masalah kesehatan kesehatan

atau faktor resiko komunitas


 Terjadi masalah kesehtan yang
23

yang dapat
dialami komunitas
mengganggu

kesejahteraan pada
Gejala dan tanda minor
suatu kelompok.
Subjektif: (tidak tersedia)

Objektif :

 Tidak tersedia program untuk

mengurangi masalah kesehatan

komunitas

 Tidak tersedia program untuk

mengatasi masalah kesehatan

komunitas

3. Diagnosa keperawatan

1. Koping komunitas tidak efektif b/d ketidakadekuatan sumber

daya untuk pemecah masalah. (SDKI Hal: 208)

2. Defisit kesehatan komunitas b/d Program tidak mengatasi

seluruh masalah kesehatan komunitas. (SDKI Hal: 244)

4. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI

1. Koping komunitas Status koping komunitas Edukasi kesehatan (hal:65)

tidak efektif b/d (117) Tindakan

ketidakadekuatan Ekspektasi : membaik Observasi :


24

sumber daya untuk Kriteria hasil :


 Identifikasi kesiapan
pemecah masalah.  Keberdayaan
dan kemampuan
komunitas meningkat
menerima informasi
 Pemecah masalah
 Identifikasi fakto-
komunitas meningkat
factor yang dapat
 Sumber daya meningkatkan dan
komunitas meningkat menurunkan motivasi
 Partisipasi masyarakat perilaku hidup bersih
meningkat dan sehat
25

kesehatan sesuai

kesepakatan

 Berikan kesempatan

untuk bertanya

Edukasi :

 Jelaskan fackor resiko

yang dapat

mempengaruhi

kesehatan

 Ajarkan perilaku

hidup bersih dan sehat

 Ajarkan strategi yang

dapat digunakan

untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih

dan sehat
26

2. Defisit kesehatan Status keehatan komunitas Pengembangan kesehatan

komunitas b/d (hal: 113) masyarakat (hal: 296)

Program tidak Ekspektasi : meningkat Tindakan

mengatasi seluruh Kriteria hasil : Observasi :

masalah kesehatan  Ketersediaan program


 Identifikasi masalah
komunitas. promosi kesehatan
atau isu kesehatan
meningkat
dan prioritasnya
 Partisipasi
 Identifikasi potensi
dalamprogram
atau asset dalam
komunitas meningkat
masyarakat terkait isu
 Pemantauan terhadap yang dihadapi
standar kesehatan
 Identifikasi kekuatatn
komunitas meningkat
dan partner dalam
 Angka gangguan pengembangan

kesehatan mental kesehatan

menurun Teraupetik :

 Berikan kesempatan

kepada setiap anggota

masyarakat untuk

berpartisipasi sesuai

asset yang dimiliki

 Libatkan anggota
27

masyarakat untuk

meningkatkan

kesehatan terhadap isu

dan masalah keehatan

yang dihadapi

 Libatkan anggota

masyarakat dalam

mengembangkan

jaringan kesehatan

 Pertahankan

komunikasi terbuka

dengan anggota

masyarakat dan pihak-

pihak yang terlibat

 Kembangkan strategi

dalam

mengembangkan

manajemen konflik

5. Implementasi Keperawatan
28

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan

1. Koping komunitas tidak efektif b/d a. Mengidentifikasi kesiapan dan

ketidakadekuatan sumber daya untuk kemampuan menerima informasi

pemecah masalah. b. Mengidentifikasi faktor- factor

yang dapat meningkatkan dan

menurunkan motivasi perilaku

hidup bersih dan sehat

c. Menyediakan materi dan media

pendidikan kesehatan

d. Menjadwalkan pendidikan

kesehatan sesuai kesepakatan

e. Memberikan kesempatan untuk

bertanya

f. Menjelaskan fackor resiko yang

dapat mempengaruhi kesehatan

g. Mengajarkan perilaku hidup bersih

dan sehat

h. Mengajarkan strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

2. Defisit kesehatan komunitas b/d a. Mengidentifikasi masalah atau isu

Program tidak mengatasi kesehatan dan prioritasnya

seluruh masalah kesehatan b. Mengidentifikasi potensi atau asset


29

komunitas. dalam masyarakat terkait isu yang

dihadapi

c. Mengidentifikasi kekuatatn dan

partner dalam pengembangan

kesehatan

d. Memberikan kesempatan kepada


yang dihadapi
setiap anggota masyarakat untuk
f. Melibatkan anggota masyarakat

dalam mengembangkan jaringan

kesehatan

g. Mempertahankan komunikasi

terbuka dengan anggota

masyarakat dan pihak- pihak yang

terlibat

h. Mengembangkan strategi dalam

mengembangkan manajemen

konflik

6. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status

kesehatan komunitas terjadinya peningkatan.


30
31

BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu

sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,

personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah

mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa

hidup yang lebih singkat. Populasi rentan terdiri dari penyakit mental,

kecacatan, populasi terlantar dan anak jalanan. Pengakajian komunitas dalam

Community As Partner Model terdiri dari dua bagian yaitu inti dan delapan

sub system , sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai

dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

B. Saran

1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan

community as partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah pada

agregat populasi rentan

2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model

atau teori lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas

dengan masalah pada agregat populasi rentan.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory and

practice in nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams

& Wilkins. Philadelphia.

Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.(2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia.

ISSN 24427659. Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI

Kemenko PMK.(2020). Penanganan Anak Terlantar Butuh Komitmen. 17

Desember 2020. Jakarta Link:

https://www.kemenkopmk.go.id/penanganan-anak-terlantarbutuh-

komitmen Mary,A &Melanie, M. (2019). Keperawatan kesehatan

komunitas dan keluarga. Edisi Indonesia I. Singapore: Elsevier

Masruroh,N.L .(2017). Model Dan Pendekatan Pelayanan Perawatan

Kesehatan Primer Bagi Komunitas Anak Jalanan : Understanding

TheEvidence-BasedForPractice. Link:

https://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=model+pendekatan+pelayanan+perawatan

+kesehatan+primer+bagi+komunitas+anak+jalanan+&btnG=#d=gs_

qabs&u=%23p%3DQ3g9SxnthLcJ

Nofalia & Agustina .(2019). Modul Pemebelajaran Keperawatan

Komunitas. Jombang: Icme Press

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan


33

Kriteria Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan

Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Rahmawati, V.A & Sodikin.(2020). Hubungan Interaksi Sosial,

Kepercayaan Diri Dengan Harga Diri (Self Esteem) Anak Jalanan Di

Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah. Link:

http://journal.um surabaya.ac.id/index.php/JKM

Wahyu, W.(2016). Keperawatan keluarga dan komunitas. Jakarta:

Pusdik SDM Kesehatan

Windiarto,Tri Dkk.(2019). Profil Anak Indonesia. ISSN 2089-3523.

Jakarta:Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan

Anak (KPPPA)

Anda mungkin juga menyukai