Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS POPULASI


RENTAN : PENYAKIT MENTAL, KECACATAN, DAN POPULASI
TERLANTAR

Dosen Pengampu : H. Khairir Rizani, S.SiT., M.Kes

Disusun Oleh :

Erien Febina Mawaranti P07120220011


Neta Agustiya Sandari P07120220030
Noor Salsabila P07120220031
Rahmat Rizki Ramdhani P07120220037
Wafa Kaila P07120220046

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-
Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Kesehatan Komunitas Populasi Rentan : Penyakit Mental, Kecacatan, dan Populasi
Terlantar” tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca dan juga penulis sendiri.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Keperawatan Komunitas Bapak H. Khairir Rizani, S.SiT., M.Kes dan
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini. Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih.

Banjarbaru , 29 Juli 2023

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5
BAB II ISI ................................................................................................................... 5
A. Definisi Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan .......... 6
B. Definisi Populasi Rentan Penyakit Mental ...................................................... 7
C. Definisi Populasi Rentan Kecacatan ............................................................... 8
D. Definisi Rentan Terlantar .............................................................................. 10
E. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan .......................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 30
A. Kesimpulan .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 31

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.(Mary.A
& McEwen,M.,2019)
Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok
perempuan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti penting
dalam, masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM. (Nofalia, 2019)
Salah satu ukuran beban penyakit adalah Disability Adjusted Life Year (DALYs).
DAYLS dihitung dari penjumlahan kematian premature (Year Of Life Due To
Premature Death YLLS) dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (Years Lived With
Disability/YLDS). Perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa di dunia adalah sekitar
450 juta termasuk skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, kontibutor terbesar beban
penyakit (DALYS) dan penyebab kematian adalah penyakit kardiovaskuler (31.8%)
namun dilihat dari YLDS ( tahun hilang akibat atau kecacatan), maka presentase
contributor lebih beasr pada gangguan mental (14,4%). Kondisi untuk asia tenggara
tidak berbeda dengan kondisi global dimana penyebab kematian terbesar adalah
kardiovaskuler(31.5%). Tapi dilihat dari YLDs contributor lebih besar pada gangguan
mental.
Jumlah anak jalanan di Indonesia Tercatat di Kementerian Sosial (Kemensos)
tahun 2015 mencapai 33.400, tahun 2016 mencapai 20.719 dan pada tahun 2017
mencapai 16.416. (Rahmawati, V.A & Sodikin, 2020). Sedangkan menurut Kemenko
PMK (2020) berdasarkan data kementerian social yang di ambil dari dashboard data
terpadu kesejahteraan social (DTKS) SIKS-NG per-15 desember 2020, jumlah anak
terlantar di Indonesia sebanyak 67 368 orang.

4
Kenyataan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah
pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Di
samping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya
mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan
kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas
di negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak
asasi orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum
terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan
keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi keperawatan komunitas pada agrerat dan populasi rentan?
2. Apa definisi populasi rentan penyakit mental ?
3. Apa definisi populasi rentan kecacatan ?
4. Apa definisi rentan terlantar ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi rentan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keperawatan komunitas pada agregat populasi rentan
2. Untuk mengetahui definisi populasi rentan penyakit mental
3. Untuk mengetahui definisi populasi rentan kecacatan
4. Untuk mengetahui definisi rentan terlantar
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi
rentan

BAB II

5
ISI

A. Definisi Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan


Keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada
kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan status kesehatan komunitas dengan
menekankan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak
mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam
menentukan status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah
kesehatan, mengembangkan rencana untuk memulihkan mereka, memulai
tindakan untuk melaksanakan rencana tersebut, dan akhirnya mengevaluasi
keadekuatan dari rencana dalam meningkatkan kesehatan dan pemecahan
masalah. Proses keperawatan mendefinisikan interaksi dan
intervensi dengan sistem klien, apakah sistem sebagai suatu individu,
keluarga, kelompok, atau komunitas. (Wahyu, W, 2016)
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu
sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,
personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah
mengalami masalah kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa
hidup yang lebih singkat. (Mary,A & McEwen,M.,2019).
Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan
perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No 39
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok
masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih
berkenaan dengan khususannya. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa
yang dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan, antara lain adalah orang
lanjut usia, anak-anak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Sedangkan
menurut Humam Rights Reference disebutkan, bahwa yang tergolong ke dalam

6
kelompok rentan adalah :
a. Refugees (pengungsi)
b. Internally Displaced Persons (IDPs) (orang yang terlantar)
c. National Minoritie (kelompok minoritas)
d. Migrant Workers (pekerja migran)
e. Indigenous Peoples (orang pribumi/penduduk asli dari tempat pemukimannya)
f. Children (anak)
g. Women (wanita)

B. Definisi Populasi Rentan Penyakit Mental


Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan
untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif
dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.(Nofalia, 2019)
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan
jiwa adalah bagian integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara
optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain. Seseorang
yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:
a. Merasa senang terhadap dirinya serta
1) Mampu menghadapi situasi
2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
3) Puas dengan kehidupannya sehari-hari
4) Mempunyai harga diri yang wajar
5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan

7
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
1) Mampu mencintai orang lain
2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
4) Merasa bagian dari suatu kelompok
5) Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang
lain "mengakali" dirinya
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
1) Menetapkan tujuan hidup yang realistis
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu menerima tanggungjawab
4) Mampu merancang masa depan
5) Dapat menerima ide dan pengalaman baru (Nofalia, 2019)
Beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk indonesia
diantaranya adalah :
a. Gangguan Depresi
b. Cemas
c. Skizofrenia
d. Bipolar
e. Gangguan Perilaku
f. Autis Gangguan Perilaku Makan
g. Cacat Intelektual
h. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). (Indrayani,Y.A &
Wahyuid, T.,2011)

C. Definisi Populasi Rentan Kecacatan


Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelaianan fisik
dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan

8
hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan secara layaknya.
Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan
fisik, mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui
hambatan yang menyulitkan untukberpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan
kesamaan hak (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak) (Windiarto,Tri Dkk., 2019).
Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas dilakukan melalui
upaya:
a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak;
b. Pemenuhan kebutuhan khusus.
c. Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi
sosial sepenuh mungkin dan pengembangan individu.
d. Pendampingan sosial.
Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 hal :
1. Penyandang Cacat Fisik
Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu7:
a. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan(kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam duagolongan yaitu: buta total (blind)
dan low vision.
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam

9
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga
mereka biasa disebut tunawicara.
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Adalah seseorang yang mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak
dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan bicaraini dapat dimengerti oleh orang
lain. Kelainan bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya
ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya gangguan pada organ
motorik yang berkaitan dengan bicara.
2. Penyandang Cacat Mental
a. Mental Tinggi.
Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di mana selain memiliki
kemampuan intelektual di atas rata-rata dia juga memiliki kreativitas dan
tanggungjawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual/ IQ (Intelligence Quotient)
di bawah rata-rata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar
(slow learnes) yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90.
Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah 70 dikenal
dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi
belajar (achievment) yang diperoleh
3. Penyandang Mental Fisik Dan Mental
Orang tersebut memiliki kedua aspek fisik dan mental. (Nofalia, 2019)

D. Definisi Rentan Terlantar

10
Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara
wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian disebutkan pula
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk
memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan
khusus salah satunya bagi anak telantar. Pertanggungjawaban pemerintah dan
pemerintah daerah termasuk mendorong masyarakat untuk berperan aktif.
(Windiarto,Tri Dkk., 2019).
Beberapa karakteristik anak berdasarkan ketelantaran, dimana anak yang
dimaksud adalah penduduk berusia 0-17 tahun yang belum kawin. Dalam
penyajiannya, definisi anak telantar dibagi menjadi 2 (dua), yaitu balita telantar
(0-4 tahun) dan anak telantar (5-17 tahun). (Windiarto,Tri Dkk., 2019).
Kriteria ketelantaran pada balita antara lain :
a. Tidak pernah diberi Air Susu Ibu (ASI),
b. Tidak mempunyai bapak/ibu kandung,
c. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,
d. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4
kali, hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu,
e. Ibu balita yang bertanggung jawab terhadap anak ini bekerja selama
seminggu yang lalu,
f. Bila balita sakit tidak diobati,
g. Anak dititipkan/diasuh oleh orang lain selama seminggu terakhir
Kriteria ketelantaran pada anak usia 5 - 17 tahun antara lain :
a. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat
pendidikan dasar (wajar 9 tahun), Kriteria ini tidak berlaku bagi anak usia
5-6 tahun,
b. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu,

11
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel,
e. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur
f. Bila sakit tidak diobati,
g. Yatim piatu atau bapak kandung bukan anggota rumah tangga,
h. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan (untuk usia < 15 tahun).
Seorang anak disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria atau
lebih, hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak telantar jika
memenuhi 1 (satu) kriteria. (Windiarto,Tri Dkk., 2019)

E. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan


1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian
yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson &
McFarlane, 2011).
a. Data inti komunitas (core inti)
Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas
a. Lokasi : pasaman barat
• provinsi : suamtera barat
• kabupaten : pasaman barat

12
• kelurahan : kapa
• RT : 02
• RW : 03
b. Batas wilayah
• Utara : buya hamka
• Selatan : RT 04/ RW 02
• Barat : RT 06
• Timur : RT 15/ RW 7
c. Keadaan tanah menurut pemanfaatanyapemukiman : 5.162 m2
b. Demografi meliputi karakteristik komunitas
a. Usia
• Bayi : sekitar 15 %
• Anak- anak : sekitar 20 %
• Remaja : sekitar 25 %
• Dewasa : sekitar 25 %
• Lansia : sekitar 15%
b. Jenis kelamin:
• Laki – laki : 40 %
• Perempuan : 60 %
c. Agama :
• Islam : 30 orang (20%)
• Kristen : 15 orang (10%)
• Hindu : 15 orang (10%)
• Budha : -
• Khonghucu : -
d. Status perkawinan
• Kawin : 195 orang (65 %)
• Belum kawin : 60 orang (20 %)
• Duda : 30 orang (10 %)

13
• Janda : 15 orang (5 %)
c. Statistic penting
a. Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun (60 orang
(30%))
b. Angka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun (40 orang
(20%))
c. Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun (20 orang
(10%))
d. Penyakit :
• Gelandangan (populasi terlantar): 48%
• Mental rendah: 15%
• Disabilitas fisik : 10%
• Anak jalanan: 10%
d. Etnis dan Budaya Komunitas
a. Suku/ ras
• Minang : 210 orang (75%)
• Jawa : 73 orang (25 %)
• Batak : 9 orang (3%)
• Mandailing : 9 orang (3%)
b. Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan masyarakat ketika
sakit, sebagian mereka lebih memilih pergi ke dukun, sebagian lagi berobat ke
dokter di RS / pelayanan kesehatan lainnya
c. Bahasa yang digunakan :
• Bahasa minang : 50 orang (25%)
• Bahasa jawa :15 orang (10%)
• Batak : 9 orang (10%)
• Bahasa Indonesia : 40 orang (20%)
e. Sub system
1. Lingkungan fisik meliputi :

14
a. Iklim/ cuaca : Tropis
b. Perumahan terkait dengan kepadatan : masyarakat berada pada lokasi
perumahan yang padat penduduk
c. Keadaan rumah
1) Pencahayaan rumah oleh matahari
a) Baik : 130 orang (40%)
b) Cukup : 160 orang (50%)
c) Kurang : 40 orang (10%)
2) Ventilasi
a) Ada : 250 orang (80%)
b) Tidak ada : 70 orang (20%)
c) Luas kamar
d) Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
e) Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
3) Status rumah
a) Milik sendiri : 120 orang (40%)
b) Kontrak :160 orang (50%)
c) Tidak memiliki rumah : 20 orang (10%)
4) Lantai rumah
a) Tanah : 30 orang (10%)
b) Papan : 90 orang (30%)
c) Keramik : 180 orang (60%)
5) Memiliki perkarangan
a) Memiliki : 60 orang (20%)
b) Tidak memiliki : 240 orang (80%)
c) Sumber air dan air minum
6) Penyediaan air bersih
a) PAM : 150 orang (50%)
b) Sumur : 90 orang (30%)

15
c) Sungai : 60 orang (20%)
7) Penyediaan air minum
a) PAM :150 orang (50%)
b) Sumur :90 orang (30%)
c) Sungai : -
d) Air mineral : 60 orang (20%)
8) Pengolahan air minum
a) Masak : 180 orang (60%)
b) Tidak dimasak : 120 orang (40%)
c) Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas) : kondisi tanah masyarakat subur
d) Binatang dan tumbuh- tumbuhan : binatang seperti nyamuk dan lalat sering
terlihat di sekitar pemukiman warga terutama di tempat pembuangan sampah.
e) Saluran pembuangan air/ sampah
9) Kebiasaan membuang sampah
a) Diangkat petugas : 30 %
b) Dibuang sembarangan : 70 %
c) Pembuangan air limbah
d) Got/ parit : 40 %
e) Sungai : 60 %
10) Keadaan pembuangan air limbah
a) Baik / lancar : 25 %
b) Kotor : 75 %
d. Jamban
1. Kepemilikan jamban
a) Memiliki jamban : 60 %
b) Tidak memiliki jamban : 40 %
2. Macam jamban yang dimiliki
a) Septitank : 65 %
b) Disungai : 35 %

16
3. Keadaan jamban
a) Bersih : 45 %
b) Kotor : 55 %
Fasilitas umum dan kesehatan
1) Fasilitas umum
1. Sarana kegiatan kelompok
a) Karang taruna : 1 kelompok
b) Pengajian : 2 kelompok
c) Ceramah agama : 1 kelompok
d) PKK : 1 kali perbulan
2. Tempat perkumpulan umum
a) Balai desa : ada (1 buah)
b) RT :ada (1 buah)
c) RW :ada (1 buah)
d) Masjid// mushola : ada (2 buah)
2) Fasilitas kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : 180 orang (60%)
b) Rumah sakit : 90 orang (30%)
c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)
2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukupmemadai
dengan adanya minimarket dan pasar terdekat
3. Kebiasaan check up kesehatan
a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
b) Jarang : 210 orang (70%)
3) Pendidikan
1) Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis fasilitas (milik
pemerintah atau non pemerintah): fasilitas pendidikan yang digunakan
masyarakat adalah milik pemerintah.

17
2) Tingkat pendidikan penduduk :
a. SD : 160 orang (40%)
b. SMP : 50 orang (30%)
c. SMA : 60 orang (15%)
d. Perguruan Tinggi : 20 orang (10%)
3) Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS : jumlah siswa
disekolah cukup banyak serta fasilitas sekolah seperti program UKS masih belum
terlaksana dengan baik
f. Ekonomi
1) Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk kebanyakan beradadi
tingkat rendah, karena masih banyak masyarakat yang belum bisa mencukupi
kebutuhan dasarnya setiap hari.
2) Jenis pekerjaan :
a. Petani : 200 orang (60%)
b. Buruh : 50 orang (25%)
c. Wiraswasta : 30 orang (20%)
d. Pengangguran (pengamen, tunawisma, gelandangan)
2) Tingkat pengangguran : tingkat pengangguran di masyarakat terbilang cukup
tinggi
g. Keamanan dan transportasi
1) Alat transportasi yang dimiliki :
a. Motor : 150 orang (50%)
b. Becak/lainya : 20 orang (10%)
2) Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :
a. Angkutan umum : 170 orang (60%)
b. Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)
h. Politik dan pemerintahan
1) Struktur organisasi : ada

18
2) Terdapat kepala desa dan perangkatnya
3) Ada organisasi karang taruna
4) Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,posyandu)
5) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas
6) Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum ada
i. Komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada
1) Radio : 225 orang (75%)
2) TV : 165 orang (55%)
3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)
4) Majalah/ Koran : 135 (45%)
j. Rekreasi
Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi adalah taman dan
linkungan sekitar tempat tinggal
k. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit atau masalah
kesehatanmasih rendah yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan, kurang
nya pengetahuan, masalah ekonomi dan lingkungan social yang kurang baik, sehingga
sebagian masyarakat masih mengabaikan kesehatan nya.

19
Analisa Data
No Data Masalah penyebab
1. Data subjektif: Koping komunitas Ketidakadekuatan
• Mengungkapkan tidak efektif sumber daya
ketidakberdayaan komunitas Defenisi: untuk pemecah
terhadap masalah populasi pola adaptasi masalah
rentan aktivitas komunitas
• Mengungkapkan keretanan dan penyelesaian
komunitas terhadap penyakit masalah yang tidak
mental memuaskan untuk
Data objektif : memenuhi tuntutan
• Insiden masalah msyarakat atau kebutuhan
tinggi (pengangguran, masyarakat
kemiskinan, penyakit mental)
• Partisipasi masyarakat kurang
• Tingkat penyakit masyarakat
meningkat
2. Gejala dan tanda mayor Defisit kesehatan Program tidak
Subjektif: (tidak tersedia) komunitas mengatasi seluruh
Definisi : Terdapat masalah
Objektif: masalah kesehatan kesehatan
• Terjadi masalah kesehtan yang atau faktor resiko komunitas
dialami komunitas yang dapat
mengganggu
Gejala dan tanda minor kesejahteraan pada
Subjektif: (tidak tersedia) suatu kelompok.
Objektif :
• Tidak tersedia program untuk

20
mengurangi masalah kesehatan
komunitas
Tidak tersedia program
untuk mengatasi masalah
kesehatan komunitas

2. Diagnosa keperawatan
a. Koping komunitas tidak efektif b/d ketidakadekuatan sumber daya untuk
pemecah masalah. (SDKI Hal: 208)
b. Defisit kesehatan komunitas b/d Program tidak mengatasi seluruh masalah
kesehatan komunitas. (SDKI Hal: 244)

21
3. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1. Koping komunitas Status koping komunitas Edukasi kesehatan (hal:65)
tidak efektif b/d (117) Tindakan
ketidakadekuatan Ekspektasi : membaik Observasi :
sumber daya untuk Kriteria hasil : • Identifikasi kesiapan
pemecah masalah. • Keberdayaan dan kemampuan
komunitas meningkat menerima informasi
• Pemecah masalah • Identifikasi fakto-
komunitas meningkat factor yang dapat
• Sumber daya meningkatkan dan
komunitas meningkat menurunkan motivasi
• Partisipasi masyarakat perilaku hidup bersih
meningkat dan sehat
• Insiden masalah Teraupetik :
kesehatan dalam • Sediakan materi dan
komunitas menurun media pendidikan
kesehatan
• Jadwalkan pendidikan

22
kesehatan sesuai
kesepakatan
• Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
• Jelaskan fackor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
• Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
• Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

23
2. Defisit kesehatan Status keehatan komunitas Pengembangan kesehatan
komunitas b/d (hal: 113) masyarakat (hal: 296)
Program tidak Ekspektasi : meningkat Tindakan
mengatasi seluruh Kriteria hasil : Observasi :
masalah kesehatan • Ketersediaan program • Identifikasi masalah
komunitas. promosi kesehatan atau isu kesehatan
meningkat dan prioritasnya
• Partisipasi • Identifikasi potensi
dalamprogram atau asset dalam
komunitas meningkat masyarakat terkait isu
• Pemantauan terhadap yang dihadapi
standar kesehatan • Identifikasi kekuatatn
komunitas meningkat dan partner dalam
• Angka gangguan pengembangan
kesehatan mental kesehatan

24
menurun Teraupetik :
• Berikan kesempatan
kepada setiap anggota
masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai
asset yang dimiliki
• Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan
kesehatan terhadap isu
dan masalah keehatan
yang dihadapi
• Libatkan anggota
masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
• Pertahankan
komunikasi terbuka
dengan anggota
masyarakat dan pihak-
pihak yang terlibat
• Kembangkan strategi
dalam
mengembangkan
manajemen konflik

25
4. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Koping komunitas tidak efektif b/d a. Mengidentifikasi kesiapan dan
ketidakadekuatan sumber daya untuk kemampuan menerima informasi
pemecah masalah. b. Mengidentifikasi faktor- factor

26
yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
c. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
e. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
f. Menjelaskan fackor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
g. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
h. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat

27
2. Defisit kesehatan komunitas b/d a. Mengidentifikasi masalah atau isu
Program tidak mengatasi seluruh kesehatan dan prioritasnya
masalah kesehatan komunitas. b. Mengidentifikasi potensi atau asset
dalam masyarakat terkait isu yang
dihadapi
c. Mengidentifikasi kekuatatn dan
partner dalam pengembangan
kesehatan
d. Memberikan kesempatan kepada
setiap anggota masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai asset yang
dimiliki
e. Melibatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan
terhadap isu dan masalah keehatan

28
yang dihadapi
f. Melibatkan anggota masyarakat
dalam mengembangkan jaringan
kesehatan
g. Mempertahankan komunikasi
terbuka dengan anggota
masyarakat dan pihak- pihak yang
terlibat
h. Mengembangkan strategi dalam
mengembangkan manajemen
konflik

5. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status kesehatan
komunitasterjadinya peningkatan.

29
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.
Sedangkan, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres
kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
berperan serta di komunitasnya.Penyandang cacat adalah setiap orang yang
mempunyai kelaianan fisik dan atau mental yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan bagi dirinya untuk melakukan kegiatan secara layaknya. Dan
Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar,
baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian disebutkan pula bahwa
pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan
biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus salah
satunya bagi anak telantar. Pertanggungjawaban pemerintah dan pemerintah
daerah termasuk mendorong masyarakat untuk berperan aktif.

30
DAFTAR PUSTAKA
Nies, M. A., & McEwen, M. (2019). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. (Junaiti sahar, Agus Setiawan, & Ni Made Riasmini, Eds.)
(Indonesia). Singapore: Elsevier.
Nofalia, I. (2019). Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup
Rahmawati, V. A., & Sodikin. (2020). Hubungan Interaksi Sosial, Kepercayaan
Diri Dengan Harga Diri (Self Esteem) Anak Jalanan Di Kabupaten
Banyumas. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, September. lansia. Jurnal
Keperawatan, 17(2), 11-18.
World Health Organization (2017). Mental disorders fact sheets. World Health
Organization. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/ -
Wahyu, W.(2016). Keperawatan keluarga dan komunitas. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan
Mary,A &Melanie, M. (2019). Keperawatan kesehatan komunitas dan
keluarga. Edisi Indonesia I. Singapore: Elsevier
Nofalia & Agustina .(2019). Modul Pemebelajaran Keperawatan
Komunitas. Jombang:Icme Press
Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.(2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia.
ISSN 24427659. Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI
Windiarto,Tri Dkk.(2019). Profil Anak Indonesia. ISSN 2089-3523.
Jakarta:Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
(KPPPA)
Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory
and practice in nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott
Williams & Wilkins. Philadelphia.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

31
PPNI. 2018. Standar Interνensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

32

Anda mungkin juga menyukai