Anda di halaman 1dari 15

Populasi Rentan : Area Bencana & Area Kerja

Disusun oleh :

1. Irma tri rahayu 204201416030


2. Sukmawati 204201416081
3. Yulia asri saputri 204201416130

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2023

1|universitas nasional
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dari
matakuliah Keperawatan Agregat Komunitas. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini akan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,kami berharap pembaca dapat
memberikan kritik dan saran demi terwujudnya kesempurnaan dalam penyusunan makalah.

Jakarta, 01 Juni 2023

Kelompok IV

2|universitas nasional
DAFTAR ISI

KATAR PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................4
1.2 Rumus masalah…………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan……………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Populasi Rentan…………………………………………………………6
2.2 Macam-macam Populasi Rentan...........................................................................6
2.3 Populasi Rentan Pada Area Bencana…………………………………………… 8
2.4 Peran Perawat Dalam Bencana ............................................................................9
2.5 populasi rentan pada area kerja ...........................................................................11
BAB III PENUTUP
2.6 Kesimpulan..........................................................................................................14
2.7 Saran...................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................15

3|universitas nasional
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk). Didalam
pelajaran ekologi, populasi adalah sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita
membicarakan populasi, haruslah disebut jenis individu yang dibicarakan dengan
menentukan batas – batas waktunya serta tempatnya. Jadi, populasi adalah Kumpulan
individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu.
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibatdari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososialsehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan,penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.(Mary,A
&McEwen,M.,2019). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain
genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika
seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau
outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial. Populasi
rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan
risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan.
Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan perundangundangan
yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat implementasinya sangat
beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah pelaksanaannya, sehingga
keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping itu, terdapat peraturan
perundang-undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai hal yang
berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan
masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan
tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui
penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan
sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga
membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya, serta secara tidak langsung
juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

4|universitas nasional
1.2 Rumus Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan agregat populasi rentan?


2. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan pada area bencana?
3. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan pada area kerja?
4. Bagaimana Asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas populasi rentan ?

1.4 Tujuan Umum


1.Untuk mengetahui tentang agregat populasi rentan
2.Untuk mengetahui populasi rentan pada area bencana
3.Untuk mengtahui populasi rentan pada area kerja
4.Untuk mengetahui bagaiaman asuhan keperawatan untuk agregat dalam komunitas
populasi rentan.

5|universitas nasional
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Populasi Rentan

1. Pengertian Kelompok Rentan tidak dirumuskan secara eksplisit dalam peraturan


perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang No.39
Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat
yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan
dengan kekhususannya. Dalam Penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang
dimaksud dengan kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang
lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat. Sedangkan
menurut Human Rights Reference 3 disebutkan, bahwa yang tergolong ke dalam
Kelompok Rentan adalah: a. Refugees, b, Internally Displaced Persons (IDPs); c.
National Minorities, d. Migrant Workers; e. Indigenous Peoples, f. Children; dan g.
Women. Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok
perempuan rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti
penting dalam, masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai HAM. Untuk
memberikan gambaran keempat kelompok masyarakat tersebut selama ini, maka
penelaahan perlu diawali dengan mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di
dalam masyarakat. Berbagai bukti empiris menunjukan bahwa masih dijumpai
keadaan dari kelompok rentan yang belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan.
Upaya perlindungan guna mencapai pemenuhan hak kelompok rentan telah banyak
dilakukan Pemerintah bersama masyarakat, namun masih dihadapkan pada beberapa
kendala yang antara lain berupa: kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah, belum
terlaksananya sosialisasi dengan baik, dan kemiskinan yang masih dialami masyarakat.

2.2 Macam-macam Populasi Rentan

1. Populasi Rentan Penyakit Mental


Gangguan kesehatan mental bukanlah sebuah keluhan yang hanya diperoleh dari
garis keturunan. Tuntutan hidup yang berdampak pada stress berlebih akan
berdampak pada gangguan kesehatan mental yang lebih buruk.

6|universitas nasional
Di berbagai pelosok Indonesia masih ditemui cara penanganan yang tidak tepat bagi
para penderita gangguan kesehatan mental. Penderita dianggap sebagai makhluk
aneh yang dapat mengancam keselamatan seseorang untuk itu penderita layak
diasingkan oleh masyarakat. Hal ini sangat mengecawakan karena dapat mengurangi
kemungkinan untuk seorang penderita pulih. Untuk itu pemberian informasi,
mengedukasi masyarakat sangatlah penting terkait kesehatan mental agar stigma
yang ada di masyarakat dapat dihilangkan dan penderita mendapatkan penanganan
yang tepat. Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan
yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan


memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya
dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian
integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan
perkembangan orang lain. Seseorang yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:

1. Merasa senang terhadap dirinya serta


a. Mampu menghadapi situasi
b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
c. Puas dengan kehidupannya sehari-hari
d. Mempunyai harga diri yang wajar
e. Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan

2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta


a. Mampu mencintai orang lain
b. Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
c. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
d. Merasa bagian dari suatu kelompok
e. Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya

7|universitas nasional
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
a. Menetapkan tujuan hidup yang realistis
b. Mampu mengambil keputusan
c. Mampu menerima tanggungjawab
d. Mampu merancang masa depan
e. Dapat menerima ide dan pengalaman baru

2.3 Populasi Rentan Pada Area Bencana

1. Definisi Bencana

Bencana adalah suatu fenomena alam yang terjadi yang menyebabkan kerugian baik
materiil dan spiritual pada pemerintah dan masyarakat (Urata, 2008). Fenomena atau
kondisi yang menjadi penyebab bencana disebut Hazard ( Urata, 2008).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia bencana adalah peristiwa pada
suatu wilayah yang mengakibatkan kerusakan ekologi, kerugian ekologi, kerugian
hidup bagi manusia serta menurunnya derajat kesehatan sehingga memerlukan
bantuan dari pihak luar (Effendy & Mahfudli, 2009). Disaster menurut WHO adalah
setiap kejadian, situasi, kondisi yang terjadi dalam kehidupan ( Effendy & Mahfudli,
2009).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bencana


1. Faktor alami Faktor alami merupakan keadaan mudah terjadinya bencana atau
kerentanan tergantung kondisi alam seperti bentuk geografis, geologi, cuaca, iklim
(Urata, 2008).
2. Faktor sosial Faktor social adalah kerentanan akibat ulah manusia, contohnya:
pembangunan bangunan di daerah yang miring, meningkatnya angka urbanisasi,
kemiskinan, pengendalian bencana yang tidak tepat (Urata, 2008).

8|universitas nasional
3. Jenis Bencana Alam
Jenis-jenis bencana alam terdiri 3 bagian (Urata, 2008)

1. Bencana alam ( natural disaster )


Bencana yang terjadi akibat kerusakan ekosistem dan telah terjadi kelebihan
kapasitas komunitas yang terkena dampaknya.
a. Gempa bumi
b. Letusan gunung api
c. Tsunami
d. Tanah longsor
e. Banjir
f. Banjir bandang

2. Bencana buatan manusia Bencana buatan manusia adalah penyebabnya


ditimbulkan oleh aktivitas manusia contohnya kecelakaan kereta, kecelakaan
kereta, kecelakaan lalulintas, kebocoran gas.

3. Bencana khusus Bencana khusus dibedakan menjadi empat kategori yaitu:


a.Tipe menyebar ke wilayah yang luas contohnya radio aktif dan nuklir
b.Tipe komplek jika terjadi bencana pertama di susul bencana kedua dank ke tiga
serta di susul penyebarannya.
c. Tipe gabungan atau campuran, bencana ini terjadi campuran antara bencana
alam dengan bencana akibat ulah manusia.
d. Tipe jangka panjang, tipe ini memerlukan waktu pengecekan lokasi kejadian

2.4 Peran Perawat Dalam Bencana


Peran perawat diharapkan dalam setiap bencana yang terjadi. Peran perawat menurut
fase bencana:
1. Fase pre impact
A. .Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

9|universitas nasional
B. Perawat ikut terlibat dalam berbagai kegiatan pemerintahan, organisasi
lingkungan, Palang Merah Nasinal, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi memberikan
tanggap bencana.
C. Perawat terlibat dalam promosi kesehatan dalam rangka meningkatkan
tanggap bencana, meliputi usaha pertolongan diri sendiri, pelatihan
pertolongan pertama dalam keluarga dan menolong anggota keluarga yang
lain, pembekalan informs cara menyimpan makanan dan minuman untuk
persediaan, perawat memberikan nomer telepon penting seperti nomer telepon
pemadam kebakaran, ambulans, rumah sakit, memberikan informasi peralatan
yang perlu dibawa (pakaian, senter).

2. Fase impact
a. Bertindak cepat.
b. Perawat tidak memberikan janji apapun atau memberikan harapan palsu pada
korban bencana.
c. Konsentrasi penuh pada hal yang dilakukan.
d. Berkoordinasi dengan baik dengan tim lain.
e. Bersama pihak yang terkait mendiskusikan dan merancang master plan
revitalizing untuk jangka panjang.

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan


pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi” pasien untuk penanganan segera
(emergency) akan lebih efektif. (Triase).

a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancam kehidupan


sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan
internal, trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II.
Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury dengan efek
sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini
sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut
antara lain fraktur tulang multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis,
laserasi, luka bakar derajat II.

10 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l
b. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka
bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi.
c. Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari
bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.

3. Fase post-impact
a. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam untuk kembali
ke kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan dalam jangka
waktu lama memerlukan bekal informasi dan pendampingan.

2.5 Populasi Rentan Pada Area Kerja

1. Definisi Konsep populasi area kerja (industri sederhana/rumah tangga) Menurut


Undang-undang No 1 Tahun 1970 Tempat kerja atau area kerja adalah setiap ruangan
ataupun lapangan baik terbuka maupun tertutup, baik bergerak maupun menetap,
dimana di dalamnya terdapat tenagakerja yang bekerja atau sering dimasuki oleh
orang untuk bekerja. Populasi rentan merupakan bagian dari populasi yang lebih
mudah mengalami masalah kesehatan akibat terpapar risiko atau akibat buruk dari
masalah kesehatan. Menurut Suma'mur (2019) kesehatan kerja adalah spesialisasi
dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan
kuratif, terhadap penyakit penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan
faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 2018). Keselamatan kerja
menyangkut segenap proses produksi distribusi baik barang maupun jasa (Dermawan,
Deden. 2020).

2. Hambatan perawatan kesehatan di populasi area kerja (industri sederhana/rumah


tangga)

11 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l
Hambatan hambatan yang dihadapi meliputi rendahnya sumber daya dan jumlah
petugas yang kurang memadai, jarang mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan,
rendahnya semangat dan motivasi, kurangnya kerjasama, rendahnya sikap dan
disiplin,kurang melakukan pendekatan melalui komunikasi, terbatasanya anggaran.

3. Masalah kesehatan khusus di populasi area kerja (industri sederhana/rumah


tangga) Menurut (Reni C, 2015) Masalah kesehatan potensial pada pekerja terdiri dari
kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, penyakit tidak menular, dan penyakit
menular. Menurut teori epidemiological triad, timbulnya penyakit pada manusia
dipengaruhi tigafaktor yaitu :

1. Host (pejamu): Pada populasi pekerja yang dikaji umur, jenis kelamin, ras, jenis
pekerjaan, riwayat penyakit, dan kebiasaan/pola sehari-hari, faktor
keturunan,imunitas, dan psikis.
2. Lingkungan Kondisi eksternal yang mempengaruhi interaksi antara host dengan
agent, seperti manajemen, hubungan interpersonal, lingkungan fisik, lingkungan
biologis dan social budaya,norma sekitar tempat bekerja.
3. Agent:
a. Fisik: kebisingan, suhu, radiasi, tekanan udara, vibrasi.
b. Biologi: virus, bakteri, mikroorganisme lain.
c. Kimiawi: jumlah dan jenis zat yang sering digunakan.
d. Ergonomi sikap tubuh saat bekerja.
e. Psikososial: hubungan antar pekerja dan manajemen.
g. Nutrien: jika mengalami kekurangan atau kelebihan akan mengakibatkan
penyakit.
g. Mekanis: gesekan,pukulan, dan tumbukan.
Bila tidak ada keseimbangan interaksi antara host, lingkungan, dan agent maka
akan dapat menyebabkan masalah kesehatan, berikut masalah kesehatan pada
pekerja yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas kerja yaitu :
1. Penyakit umum yang biasa dialami pekerja TBC, asma, flu / ISPA, diabetes
mellitus, dan lain-lain.
2. Penyakit yang timbul akibat kerja misalnya : Pneumocosisis, dermatosis, bronkitis,
aspiksia, kerusakan indra pendengaran, konjungtivitis, keracunan.

12 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l
3. Nutrisi : Gastritis, gangguan pencernaan, kekurangan/kelebihan nutrisi, dan lain-
lain.
4. Lingkungan kerja yang kurang menunjang peningkatan produktivitas, misalnya :
Suhu yang terlalu panas (heat rash/bintik-bintik pada kulit akibat panas yang
tinggi, heat exhaution/kelelahan akibat panas, heat cram/kejang panas), suhu yang
terlalu dingin (frosbite); kelembaban, ventilasi; penerangan (gangguan
penglihatan/kerusakan mata); lingkungan yang bising (>85 dB) menyebabkan
gangguan pendengaran/ketulian; terpapar radiasi yang lama berisiko terjadi kanker;
posisi saat kerja yang tidak ergonomis.
5. Keselamatan Cidera jatuh, fraktur, luka bakar.
6. Psikologis Stres, kecemasan, kesejahteraan tenaga kerja yang kurang memadai,
sosialisasi antar pekerja yang kurang baik, konflik managemen.

13 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l
BAB III
PENUTUP

2.6 KESIMPULAN
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan dari keperawatan dan kesehatan masyarakat yang
membutuhkan peran aktif masyarakat. nti dari keperawatan komunitas adalah
pelayanan promotif dan preventif secara yang berkesinambungan yang ditujukan
kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan yang
utuh. Sehigga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah Kesehatan
populasi pada area kerja dalam rentan bencana maka peran perawat dalam bidang
kerja di anjurkan aktif dalam bidang Kesehatan dalam ligkungan agar bisa
mendalami pristiwa pristiwa area kerja dalam rentannya bencana .

2.7 Saran
1. Peran perawat komunitas di harapkan dapat mengaplikasikan
pendekatan community as patner dalam pengkajian komunitas
dengan masalah pada agregat populasi rentan bencana dalam
rentan kerja.
2. Perawat komunitas di harapkan mampu mengembangkan
aplikasi model atau teori lain dalam mengembangkan
instrument pengkajian komunitas dengan masalah pada agregat
popuasi rentan .

14 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,D.2020.proses keperawatan penerapan konsep & kerangka . kerja (3st ed).


Yogyakarta : gosyen

Suma’mur P.K 2019. Hygine perusahaan dan Kesehatan kerja . Cetakan kesebelas , Haji
masagung, Jakarta .

Murdiaty M, Angela A, Sylvia C. Pengelompokkan Data Bencana AlamBerdasarkan Wilayah,


Waktu, Jumlah Korban dan Kerusakan.

15 | u n i v e r s i t a s n a s i o n a l

Anda mungkin juga menyukai