KEPERAWATAN KOMUNITAS II
“Askep Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan (Penyakit Mental, Kecacatan,
Populasi Terlantar Dan Anak Jalanan”
Oleh :
Azzara Lendry
(183310801)
Dosen Pembimbing:
POLTEKKES KEMENKES RI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dari mata
kuliah Keperawatan Komunitas II. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................................2
Daftar isi........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6
A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan...................................................6
B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan......................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai akibat
dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan biopsikososial
sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah kesehatan,
penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.(Mary,A &
McEwen,M.,2019)
Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok perempuan
rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti penting dalam,
masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai- nilai HAM. (Nofalia, 2019)
Salah satu ukuran beban penyakit adalah Diasability Adjusted Lfe Year (DALYs).
DAYLs dihitung dari penjumlahan kematian premature (Year Of Life Due To Premature
Death /YLLs)dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (Years Lived With Disability /
YLDs). Perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa didunia adalah sekitar 450 juta
termasuk skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, kontibutor terbesar beban penyakit
(DALYs) dan penyebab kematian adalah penyalit kardiovaskuler (31,8%) namun dilihat
dari YLDs ( tahun hilang akibat atau kecacatan), maka presentase contributor lebih beasr
pada gangguan mental (14,4%). Kondisi untuk asia tenggara tidak berbeda dengan
kondisi global dimana penyebab kematian terbesar adalah kardiovaskuler(31,5%). Tapi
dilihat dari YLDs contributor lebih besar pada gangguan mental.
Di Indonesia dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs) lebih besar disebabkan gangguan
mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain. Menurut perhitungan penyakit pada tahun
2017, beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk infonesia
diantaranya adalah gangguan gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan
perilaku, autis gangguan perilaku makan, cacat intelktual, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD).(Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.,2011)
Jumlah anak jalanan di Indonesai Tercatat di Kementrian Sosial ( Kemensos) tahun 2015
mencapai 33.400, tahun 2016 mencapai 20.719 dan pada tahun 2017 mencapai 16.416.
(Rahmawati, V.A & Sodikin, 2020). Sedangkan menurut Kemenko PMK (2020),
4
berdasarkan data kementrian social yang di ambil dari dashboard data terpadu
kesejahteraan social (DTKS) SIKS-NG per-15 desember 2020, jumlah anak terlantar di
Indonesia sebanyak 67.368 orang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi
rentan
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada populasi rentan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
6
perkembangan orang lain. Seseorang yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Merasa senang terhadap dirinya serta
1) Mampu menghadapi situasi
2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
3) Puas dengan kehidupannya sehari-hari
4) Mempunyai harga diri yang wajar
5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
1) Mampu mencintai orang lain
2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
4) Merasa bagian dari suatu kelompok
5) Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
1) Menetapkan tujuan hidup yang realistis
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu menerima tanggungjawab
4) Mampu merancang masa depan
5) Dapat menerima ide dan pengalaman baru
(Nofalia, 2019)
Beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk infonesia
diantaranya adalah :
a. Gangguan Depresi
b. Cemas
c. Skizofrenia
d. Bipolar
e. Gangguan Perilaku
f. Autis Gangguan Perilaku Makan
7
g. Cacat Intelektual
h. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
(Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.,2011)
8
Pertanggungjawaban pemerintah dan pemerintah daerah termasuk mendorong
masyarakat untuk berperan aktif. (Windiarto,Tri Dkk., 2019).
beberapa karakteristik anak berdasarkan ketelantaran, dimana anak yang dimaksud
adalah penduduk berusia 0-17 tahun yang belum kawin. Dalam penyajiannya, definisi
anak telantar dibagi menjadi 2 (dua), yaitu balita telantar (0-4 tahun) dan anak telantar
(5-17 tahun). (Windiarto,Tri Dkk., 2019).
a. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat
pendidikan dasar (wajar 9 tahun), Kriteria ini tidak berlaku bagi anak usia 5-6
tahun,
b. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu,
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel,
e. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur,
f. Bila sakit tidak diobati,
g. Yatim piatu atau bapak kandung bukan anggota rumah tangga,
h. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan (untuk usia < 15 tahun).
9
Seorang anak disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria atau lebih,
hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak telantar jika memenuhi 1
(satu) kriteria. (Windiarto,Tri Dkk., 2019)
10
8. Populasi Rentan Pada Anak Jalanan
Anak jalanan merupakan vulnerable group yang menghabiskan sebagian
atau bahkan seluruh waktunya di jalanan karena alasan sosial dan ekonomi.
Karakteristik dan gaya hidup di jalanan yang ekstrim penuh dengan resiko
menyebabkan komunitas ini beresiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan
baik fisik maupun mental. (Masruroh,N.L ., 2017)
Permasalahan anak jalanan adalah sebagaimana permasalahan yang
dihadapi tunawisma pada umumnya, namun mengingat keterbatasan seorang anak
secara fisik dan psikologis sehubungan dengan usia yang belum matur, maka
dampak yang ditimbulkan akibat hidup dan bekerja di jalanan menjadi jauh lebih
buruk lagi. Beberapa hasil penelitian telah memaparkan dampak dari hidup di
jalanan terhadap kesehatan fisik dan mental seorang anak, meliputi:
a. gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b. depresi
c. malnutrisi dan injury
a. infeksi kulit
b. infeksi paru misalnya: TB,
c. serta Penyakit Infeksi Menular Sexual (IMS) dan juga HIV/AIDS
(Masruroh,N.L ., 2017)
11
B. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian
yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson &
McFarlane, 2011).
A. Data inti komunitas (core inti)
a. Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas
1) Lokasi : pasaman barat
provinsi : suamtera barat
kabupaten : pasaman barat
kelurahan : kapa
RT : 02
RW : 03
2) Batas wilayah
Utara : buya hamka
Selatan : RT 04/ RW 02
Barat : RT 06
Timur : RT 15/ RW 7
3) Keadaan tanah menurut pemanfaatanya
pemukiman : 5.162 m2
b. Demografi meliputi karakteristik komunitas
1) Usia
12
Bayi : sekitar 15 %
Anak- anak : sekitar 20 %
Remaja : sekitar 25 %
Dewasa : sekitar 25 %
Lansia : sekitar 15%
2) Jenis kelamin:
Laki – laki : 40 %
Perempuan : 60 %
3) Agama :
Islam : 30 orang (20%)
Kristen : 15 orang (10%)
Hindu : 15 orang (10%)
Budha : -
Khonghucu : -
4) Status perkawinan
Kawin : 195 orang (65 %)
Belum kawin : 60 orang (20 %)
Duda : 30 orang (10 %)
Janda : 15 orang (5 %)
c. Statistic penting
1) Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun (60 orang
(30%))
2) Angka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun (40 orang
(20%))
3) Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun (20 orang
(10%))
4) Penyakit :
Gelandangan (populasi terlantar): 48%
Mental rendah: 15%
Disabilitas fisik : 10%
13
Anak jalanan: 10%
15
a) Diangkat petugas : 30 %
b) Dibuang sembarangan : 70 %
c) Pembuangan air limbah
d) Got/ parit : 40 %
e) Sungai : 60 %
2) Keadaan pembuangan air limbah
a) Baik / lancar : 25 %
b) Kotor : 75 %
h. Jamban
1. Kepemilikan jamban
a) Memiliki jamban : 60 %
b) Tidak memiliki jamban : 40 %
2. Macam jamban yang dimiliki
a) Septitank : 65 %
b) Disungai : 35 %
3. Keadaan jamban
a) Bersih : 45 %
b) Kotor : 55 %
16
Fasilitas kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : 180 orang (60%)
b) Rumah sakit : 90 orang (30%)
c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)
2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukup
memadai dengan adanya minimarket dan pasar terdekat
3. Kebiasaan check up kesehatan
a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
b) Jarang : 210 orang (70%)
2. Pendidikan
a. Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis fasilitas (milik
pemerintah atau non pemerintah): fasilitas pendidikan yang digunakan
masyarakat adalah milik pemerintah.
b. Tingkat pendidikan penduduk :
1) SD : 160 orang (40%)
2) SMP : 50 orang (30%)
3) SMA : 60 orang (15%)
4) Perguruan Tinggi : 20 orang (10%)
c. Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS : jumlah siswa
disekolah cukup banyak serta fasilitas sekolah seperti program UKS masih
belum terlaksana dengan baik
3. Ekonomi
a. Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk kebanyakan berada
di tingkat rendah, karena masih banyak masyarakat yang belum bisa
mencukupi kebutuhan dasarnya setiap hari.
b. Jenis pekerjaan :
1) Petani : 200 orang (60%)
2) Buruh : 50 orang (25%)
3) Wiraswasta : 30 orang (20%)
17
4) Pengangguran (pengamen, tunawisma, gelandangan)
c. Tingkat pengangguran : tingkat pengangguran di masyarakat terbilang cukup
tinggi
4. Keamanan dan transportasi
a. Alat transportasi yang dimiliki :
1) Motor : 150 orang (50%)
2) Becak/lainya : 20 orang (10%)
b. Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :
1) Angkutan umum : 170 orang (60%)
2) Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)
5. Politik dan pemerintahan
a. Struktur organisasi : ada
b. Terdapat kepala desa dan perangkatnya
c. Ada organisasi karang taruna
d. Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,
posyandu)
e. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas
f. Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
1) Radio : 225 orang (75%)
2) TV : 165 orang (55%)
3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)
4) Majalah/ Koran : 135 (45%)
7. Rekreasi
Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi adalah taman dan
linkungan sekitar tempat tinggal
8. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan
masih rendah yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan, kurang nya
18
pengetahuan, masalah ekonomi dan lingkungan social yang kurang baik, sehingga
sebagian masyarakat masih mengabaikan kesehatan nya.
2. Analisa Data
19
Objektif :
Tidak tersedia program untuk
mengurangi masalah kesehatan
komunitas
Tidak tersedia program untuk
mengatasi masalah kesehatan
komunitas
3. Diagnosa keperawatan
a. Koping komunitas tidak efektif b/d ketidakadekuatan sumber daya untuk
pemecah masalah. (SDKI Hal: 208)
b. Defisit kesehatan komunitas b/d Program tidak mengatasi seluruh masalah
kesehatan komunitas. (SDKI Hal: 244)
4. Intervensi Keperawatan
20
kesehatan dalam Sediakan materi dan
komunitas menurun media pendidikan
kesehatan
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan fackor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
2. Defisit kesehatan Status keehatan komunitas Pengembangan kesehatan
komunitas b/d (hal: 113) masyarakat (hal: 296)
Program tidak Ekspektasi : meningkat Tindakan
mengatasi seluruh Kriteria hasil : Observasi :
masalah kesehatan Ketersediaan program Identifikasi masalah
komunitas. promosi kesehatan atau isu kesehatan
meningkat dan prioritasnya
Partisipasi Identifikasi potensi
dalamprogram atau asset dalam
komunitas meningkat masyarakat terkait isu
Pemantauan terhadap
21
standar kesehatan yang dihadapi
komunitas meningkat Identifikasi kekuatatn
Angka gangguan dan partner dalam
kesehatan mental pengembangan
menurun kesehatan
Teraupetik :
Berikan kesempatan
kepada setiap anggota
masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai
asset yang dimiliki
Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan
kesehatan terhadap isu
dan masalah keehatan
yang dihadapi
Libatkan anggota
masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
Pertahankan
komunikasi terbuka
dengan anggota
masyarakat dan pihak-
pihak yang terlibat
Kembangkan strategi
dalam
mengembangkan
manajemen konflik
22
5. Implementasi Keperawatan
23
berpartisipasi sesuai asset yang
dimiliki
e. Melibatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan
terhadap isu dan masalah keehatan
yang dihadapi
f. Melibatkan anggota masyarakat
dalam mengembangkan jaringan
kesehatan
g. Mempertahankan komunikasi
terbuka dengan anggota
masyarakat dan pihak- pihak yang
terlibat
h. Mengembangkan strategi dalam
mengembangkan manajemen
konflik
6. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status kesehatan komunitas
terjadinya peningkatan.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.
Populasi rentan terdiri dari penyakit mental, kecacatan, populasi terlantar dan
anak jalanan. Pengakajian komunitas dalam Community As Partner Model terdiri
dari dua bagian yaitu inti dan delapan sub system , sedangkan proses keperawatan
terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
B. Saran
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan community as
partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah pada agregat populasi rentan
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model atau teori
lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah pada
agregat populasi rentan.
25
Daftar Pustaka
Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory and practice in
nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.
2020. Jakarta
Link: https://www.kemenkopmk.go.id/penanganan-anak-terlantar-butuh-komitmen
Link: https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=model+pendekatan+pelayanan+perawatan+kesehatan+primer
+bagi+komunitas+anak+jalanan+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DQ3g9SxnthLcJ
Icme Press
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
26
Rahmawati, V.A & Sodikin.(2020). Hubungan Interaksi Sosial, Kepercayaan Diri
Dengan Harga Diri (Self Esteem) Anak Jalanan Di Kabupaten Banyumas. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah.
Link: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM
Kesehatan
27