Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

KEPERAWATAN KOMUNITAS II

“Askep Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan (Penyakit Mental, Kecacatan,
Populasi Terlantar Dan Anak Jalanan”

Oleh :

Azzara Lendry

(183310801)

Dosen Pembimbing:

Ns. Verra Widhi Astuti, M. Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
sehingga berhasil menyelesaikan makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya dari mata
kuliah Keperawatan Komunitas II. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita.

Padang, 28 januari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................2

Daftar isi........................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
C. Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................6
A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan...................................................6
B. Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Agregat Populasi Rentan......................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................25


A. Kesimpulan........................................................................................................................25
B. Saran..................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai akibat
dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan biopsikososial
sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah kesehatan,
penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.(Mary,A &
McEwen,M.,2019)
Keberadaan kelompok rentan yang antara lain mencakup anak, kelompok perempuan
rentan, penyandang cacat, dan kelompok minoritas mempunyai arti penting dalam,
masyarakat yang tetap menjunjung tinggi nilai- nilai HAM. (Nofalia, 2019)
Salah satu ukuran beban penyakit adalah Diasability Adjusted Lfe Year (DALYs).
DAYLs dihitung dari penjumlahan kematian premature (Year Of Life Due To Premature
Death /YLLs)dan tahun hidup dengan kondisi disabilitas (Years Lived With Disability /
YLDs). Perkiraan jumlah penderita gangguan jiwa didunia adalah sekitar 450 juta
termasuk skizofrenia (WHO, 2017). Secara global, kontibutor terbesar beban penyakit
(DALYs) dan penyebab kematian adalah penyalit kardiovaskuler (31,8%) namun dilihat
dari YLDs ( tahun hilang akibat atau kecacatan), maka presentase contributor lebih beasr
pada gangguan mental (14,4%). Kondisi untuk asia tenggara tidak berbeda dengan
kondisi global dimana penyebab kematian terbesar adalah kardiovaskuler(31,5%). Tapi
dilihat dari YLDs contributor lebih besar pada gangguan mental.
Di Indonesia dilihat dari penyebab kecacatan (YLDs) lebih besar disebabkan gangguan
mental (13,4%) dibandingkan penyakit lain. Menurut perhitungan penyakit pada tahun
2017, beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk infonesia
diantaranya adalah gangguan gangguan depresi, cemas, skizofrenia, bipolar, gangguan
perilaku, autis gangguan perilaku makan, cacat intelktual, Attention Deficit Hyperactivity
Disorder (ADHD).(Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.,2011)
Jumlah anak jalanan di Indonesai Tercatat di Kementrian Sosial ( Kemensos) tahun 2015
mencapai 33.400, tahun 2016 mencapai 20.719 dan pada tahun 2017 mencapai 16.416.
(Rahmawati, V.A & Sodikin, 2020). Sedangkan menurut Kemenko PMK (2020),

4
berdasarkan data kementrian social yang di ambil dari dashboard data terpadu
kesejahteraan social (DTKS) SIKS-NG per-15 desember 2020, jumlah anak terlantar di
Indonesia sebanyak 67.368 orang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada agregat dan populasi rentan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana keperawatan komunitas pada agregat dan populasi
rentan
2. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada populasi rentan

5
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Keperawatan Komunitas Pada Agregat Dan Populasi Rentan


keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk
meningkatkan status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam menentukan
status kesehatan klien, mengisolasi perhatian dan masalah kesehatan, mengembangkan
rencana untuk memulihkan mereka, memulai tindakan untuk melaksanakan rencana
tersebut, dan akhirnya mengevaluasi keadekuatan dari rencana dalam meningkatkan
kesehatan dan pemecahan masalah. Proses keperawatan mendefinisikan interaksi dan
intervensi dengan sistem klien, apakah sistem sebagai suatu individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas. (Wahyu, W, 2016)
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat. (Mary,A
& McEwen,M.,2019)
1. Populasi rentan penyakit mental
Menurut WHO, kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang
disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk
mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan
menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.(Nofalia, 2019)
Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya
dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian
integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan

6
perkembangan orang lain. Seseorang yang “sehat jiwa atau mental” mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut:
a. Merasa senang terhadap dirinya serta
1) Mampu menghadapi situasi
2) Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
3) Puas dengan kehidupannya sehari-hari
4) Mempunyai harga diri yang wajar
5) Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula
merendahkan
b. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
1) Mampu mencintai orang lain
2) Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
3) Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
4) Merasa bagian dari suatu kelompok
5) Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain
"mengakali" dirinya
c. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
1) Menetapkan tujuan hidup yang realistis
2) Mampu mengambil keputusan
3) Mampu menerima tanggungjawab
4) Mampu merancang masa depan
5) Dapat menerima ide dan pengalaman baru
(Nofalia, 2019)
Beberapa jenis gangguan jiwa yang diprediksi dialami oleh penduduk infonesia
diantaranya adalah :
a. Gangguan Depresi
b. Cemas
c. Skizofrenia
d. Bipolar
e. Gangguan Perilaku
f. Autis Gangguan Perilaku Makan

7
g. Cacat Intelektual
h. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
(Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.,2011)

2. Populasi rentan kecatatan


Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelaianan fisik dan atau
mental yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan bagi dirinya
untuk melakukan kegiatan secara layaknya.
Penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3 hal :
a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang mental fisik dan mental
(Nofalia, 2019)
Anak Penyandang Disabilitas adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik,
mental, intelektual, atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi
dengan lingkungan dan sikap masyarakatnya dapat menemui hambatan yang
menyulitkan untukberpartisipasi penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Pasal
1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak).
(Windiarto,Tri Dkk., 2019).
Perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas dilakukan melalui upaya:
a. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak;
b. Pemenuhan kebutuhan khusus.
c. Perlakuan yang sama dengan anak lainnya untuk mencapai integrasi sosial
sepenuh mungkin dan pengembangan individu.
d. Pendampingan sosial.

3. Populasi rentan terlantar


Anak telantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik
fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Kemudian disebutkan pula bahwa pemerintah
dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan
dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus salah satunya bagi anak telantar.

8
Pertanggungjawaban pemerintah dan pemerintah daerah termasuk mendorong
masyarakat untuk berperan aktif. (Windiarto,Tri Dkk., 2019).
beberapa karakteristik anak berdasarkan ketelantaran, dimana anak yang dimaksud
adalah penduduk berusia 0-17 tahun yang belum kawin. Dalam penyajiannya, definisi
anak telantar dibagi menjadi 2 (dua), yaitu balita telantar (0-4 tahun) dan anak telantar
(5-17 tahun). (Windiarto,Tri Dkk., 2019).

Kriteria ketelantaran pada balita antara lain :

a. Tidak pernah diberi Air Susu Ibu (ASI),


b. Tidak mempunyai bapak/ibu kandung,
c. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,
d. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu,
e. Ibu balita yang bertanggung jawab terhadap anak ini bekerja selama seminggu
yang lalu,
f. Bila balita sakit tidak diobati,
g. Anak dititipkan/diasuh oleh orang lain selama seminggu terakhir

Kriteria ketelantaran pada anak usia 5 - 17 tahun antara lain :

a. Tidak/belum pernah sekolah atau tidak sekolah lagi dan tidak tamat
pendidikan dasar (wajar 9 tahun), Kriteria ini tidak berlaku bagi anak usia 5-6
tahun,
b. Makan makanan pokok kurang dari 14 kali dalam seminggu,
c. Makan lauk pauk berprotein tinggi (nabati atau hewani); nabati ≤ 4 kali,
hewani ≤ 2 kali atau kombinasi 4 dan 2 dalam seminggu,
d. Memiliki pakaian kurang dari 4 stel,
e. Tidak mempunyai tempat tetap untuk tidur,
f. Bila sakit tidak diobati,
g. Yatim piatu atau bapak kandung bukan anggota rumah tangga,
h. Bekerja/membantu memperoleh penghasilan (untuk usia < 15 tahun).

9
Seorang anak disebut anak telantar jika memenuhi 3 (tiga) kriteria atau lebih,
hampir telantar jika memenuhi 2 (dua) kriteria, dan tidak telantar jika memenuhi 1
(satu) kriteria. (Windiarto,Tri Dkk., 2019)

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Berdasarkan Kelompok Sasaran


Tahun 2011

Kelompok Sasaran Jenis PMKS Jumlah Sumber Data


1. Kemiskinan Fakir Miskin, Wanita 2,5 juta Pendataan Program
Rawan Sosial Ekonomi RTSM Perlindungan Sosial
Tahun 2011, BPS
(PPLS 2011)
2. Ketelantaran Anak Telantar, Anak 7.191.55 BPS, Survey Sosial
Balita Telantar, Lanjut 1 Jiwa Ekonomi Nasional
Usia Telantar (Susenas) Tahun 2009
3. Kecacatan Orang dengan 2.126.78 BPS, Susenas Tahun
Kecacatan, Anak 5 Jiwa 2009
dengan Kecacatan
4. Keterpencilan Komunitas Adat 213.080 Pendataan Dit. PKAT,
Tepencil KK 2009
5. Ketunaan dan Tuna Susila, Pengemis, 3.872.28 Dinas Sosial Provinsi
Penyimpangan Gelandangan, Bekas 7 Jiwa
Perilaku Warga Binaan Lapas,
ODHA, Korban
NAPZA
6. Korban Korban Bencana Alam, 1.416.74 Dinas Sosial Provinsi
Bencana Korban Bencana Sosial 4 KK
7. KTK, Korban Tindak 889.987 Dinas Sosial Provinsi
Eksploitasi dan Kekerasan, Pekerja Jiwa
Diskriminasi Migran Bermasalah
Sosial

10
8. Populasi Rentan Pada Anak Jalanan
Anak jalanan merupakan vulnerable group yang menghabiskan sebagian
atau bahkan seluruh waktunya di jalanan karena alasan sosial dan ekonomi.
Karakteristik dan gaya hidup di jalanan yang ekstrim penuh dengan resiko
menyebabkan komunitas ini beresiko tinggi terhadap berbagai masalah kesehatan
baik fisik maupun mental. (Masruroh,N.L ., 2017)
Permasalahan anak jalanan adalah sebagaimana permasalahan yang
dihadapi tunawisma pada umumnya, namun mengingat keterbatasan seorang anak
secara fisik dan psikologis sehubungan dengan usia yang belum matur, maka
dampak yang ditimbulkan akibat hidup dan bekerja di jalanan menjadi jauh lebih
buruk lagi. Beberapa hasil penelitian telah memaparkan dampak dari hidup di
jalanan terhadap kesehatan fisik dan mental seorang anak, meliputi:
a. gangguan pertumbuhan dan perkembangan
b. depresi
c. malnutrisi dan injury

Berbagai macam penyakit infeksi, termasuk:

a. infeksi kulit
b. infeksi paru misalnya: TB,
c. serta Penyakit Infeksi Menular Sexual (IMS) dan juga HIV/AIDS
(Masruroh,N.L ., 2017)

11
B. Asuhan Keperawatan Populasi Rentan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan komunitas merupakan tahap pertama dalam proses
keperawatan komunitas. Perawat berupaya untuk mendapatkan informasi atau data
tentang kondisi kesehatan komunitas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kesehatan komunitas. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan yang
dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data, validasi data, dan
pendokumentasian data.
Roda pengkajian komunitas dalam community as partner terdiri dari dua bagian
yaitu inti dan delapan sub system yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari
pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Inti roda
pengkajian adalah individu yang membentuk suatu komunitas (Anderson &
McFarlane, 2011).
A. Data inti komunitas (core inti)
a. Sejarah terjadinya atau perkembangan komunitas
1) Lokasi : pasaman barat
 provinsi : suamtera barat
 kabupaten : pasaman barat
 kelurahan : kapa
 RT : 02
 RW : 03
2) Batas wilayah
 Utara : buya hamka
 Selatan : RT 04/ RW 02
 Barat : RT 06
 Timur : RT 15/ RW 7
3) Keadaan tanah menurut pemanfaatanya
pemukiman : 5.162 m2
b. Demografi meliputi karakteristik komunitas
1) Usia
12
 Bayi : sekitar 15 %
 Anak- anak : sekitar 20 %
 Remaja : sekitar 25 %
 Dewasa : sekitar 25 %
 Lansia : sekitar 15%
2) Jenis kelamin:
 Laki – laki : 40 %
 Perempuan : 60 %
3) Agama :
 Islam : 30 orang (20%)
 Kristen : 15 orang (10%)
 Hindu : 15 orang (10%)
 Budha : -
 Khonghucu : -
4) Status perkawinan
 Kawin : 195 orang (65 %)
 Belum kawin : 60 orang (20 %)
 Duda : 30 orang (10 %)
 Janda : 15 orang (5 %)
c. Statistic penting
1) Angka kelahiran : Angka kelahiran semakin meningkat pertahun (60 orang
(30%))
2) Angka kesakitan : Angka kesakitan semakin meningkat pertahun (40 orang
(20%))
3) Angka kematian : Angka kematian semakin meningkat pertahun (20 orang
(10%))
4) Penyakit :
 Gelandangan (populasi terlantar): 48%
 Mental rendah: 15%
 Disabilitas fisik : 10%

13
 Anak jalanan: 10%

d. Etnis dan Budaya Komunitas


1) Suku/ ras
 Minang : 210 orang (75%)
 Jawa : 73 orang (25 %)
 Batak : 9 orang (3%)
 Mandailing : 9 orang (3%)
2) Adat/ kebiasaan yag mempengaruhi kesehatan : Kebiasaan masyarakat ketika
sakit, sebagian mereka lebih memilih pergi ke dukun, sebagian lagi berobat
ke dokter di RS / pelayanan kesehatan lainnya
3) Bahasa yang digunakan :
 Bahasa minang : 50 orang (25%)
 Bahasa jawa :15 orang (10%)
 Batak : 9 orang (10%)
 Bahasa Indonesia : 40 orang (20%)
B. Sub system
1. Lingkungan fisik meliputi :
a. Iklim/ cuaca : Tropis
b. Perumahan terkait dengan kepadatan : masyarakat berada pada lokasi
perumahan yang padat penduduk
c. Keadaan rumah
1) Pencahayaan rumah oleh matahari
a) Baik : 130 orang (40%)
b) Cukup : 160 orang (50%)
c) Kurang : 40 orang (10%)
2) Ventilasi
a) Ada : 250 orang (80%)
b) Tidak ada : 70 orang (20%)
c) Luas kamar
d) Memenuhi syarat : 180 orang (60%)
14
e) Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
3) Status rumah
a) Milik sendiri : 120 orang (40%)
b) Kontrak :160 orang (50%)
c) Tidak memiliki rumah : 20 orang (10%)
4) Lantai rumah
a) Tanah : 30 orang (10%)
b) Papan : 90 orang (30%)
c) Keramik : 180 orang (60%)
5) Memiliki perkarangan
a) Memiliki : 60 orang (20%)
b) Tidak memiliki : 240 orang (80%)

d. Sumber air dan air minum


1) Penyediaan air bersih
a) PAM : 150 orang (50%)
b) Sumur : 90 orang (30%)
c) Sungai : 60 orang (20%)
2) Penyediaan air minum
a) PAM :150 orang (50%)
b) Sumur :90 orang (30%)
c) Sungai : -
d) Air mineral : 60 orang (20%)
3) Pengolahan air minum
a) Masak : 180 orang (60%)
b) Tidak dimasak : 120 orang (40%)
e. Kondisi tanah (kualitas dan kuantitas) : kondisi tanah masyarakat subur
f. Binatang dan tumbuh- tumbuhan : binatang seperti nyamuk dan lalat sering
terlihat di sekitar pemukiman warga terutama di tempat pembuangan sampah.
g. Saluran pembuangan air/ sampah
1) Kebiasaan membuang sampah

15
a) Diangkat petugas : 30 %
b) Dibuang sembarangan : 70 %
c) Pembuangan air limbah
d) Got/ parit : 40 %
e) Sungai : 60 %
2) Keadaan pembuangan air limbah
a) Baik / lancar : 25 %
b) Kotor : 75 %
h. Jamban
1. Kepemilikan jamban
a) Memiliki jamban : 60 %
b) Tidak memiliki jamban : 40 %
2. Macam jamban yang dimiliki
a) Septitank : 65 %
b) Disungai : 35 %
3. Keadaan jamban
a) Bersih : 45 %
b) Kotor : 55 %

i. Fasilitas umum dan kesehatan


Fasilitas umum
1. Sarana kegiatan kelompok
a) Karang taruna : 1 kelompok
b) Pengajian : 2 kelompok
c) Ceramah agama : 1 kelompok
d) PKK : 1 kali perbulan
2. Tempat perkumpulan umum
a) Balai desa : ada (1 buah)
b) RT :ada (1 buah)
c) RW :ada (1 buah)
d) Masjid// mushola : ada (2 buah)

16
Fasilitas kesehatan
1. Pemanfaatan fasilitas kesehatan
a) Puskesmas : 180 orang (60%)
b) Rumah sakit : 90 orang (30%)
c) Praktek kesehatan lain : 30 orang (10%)
2. Pusat perbelanjaan : pusat perbelanjaan di masyarakat sudah cukup
memadai dengan adanya minimarket dan pasar terdekat
3. Kebiasaan check up kesehatan
a) Rutin tiap bulan : 90 orang (30%)
b) Jarang : 210 orang (70%)

2. Pendidikan
a. Fasilitas pendidikan yang digunakan masyarakat berupa jenis fasilitas (milik
pemerintah atau non pemerintah): fasilitas pendidikan yang digunakan
masyarakat adalah milik pemerintah.
b. Tingkat pendidikan penduduk :
1) SD : 160 orang (40%)
2) SMP : 50 orang (30%)
3) SMA : 60 orang (15%)
4) Perguruan Tinggi : 20 orang (10%)
c. Sarana sekolah (jika ada): jumlah siswa, fasilitas sekolah, UKS : jumlah siswa
disekolah cukup banyak serta fasilitas sekolah seperti program UKS masih
belum terlaksana dengan baik
3. Ekonomi
a. Tingkat ekonomi penduduk : tingkat ekonomi penduduk kebanyakan berada
di tingkat rendah, karena masih banyak masyarakat yang belum bisa
mencukupi kebutuhan dasarnya setiap hari.
b. Jenis pekerjaan :
1) Petani : 200 orang (60%)
2) Buruh : 50 orang (25%)
3) Wiraswasta : 30 orang (20%)

17
4) Pengangguran (pengamen, tunawisma, gelandangan)
c. Tingkat pengangguran : tingkat pengangguran di masyarakat terbilang cukup
tinggi
4. Keamanan dan transportasi
a. Alat transportasi yang dimiliki :
1) Motor : 150 orang (50%)
2) Becak/lainya : 20 orang (10%)
b. Pengguna alat transportasi oleh masyarakat :
1) Angkutan umum : 170 orang (60%)
2) Kendaraan pribadi : 140 orang (45%)
5. Politik dan pemerintahan
a. Struktur organisasi : ada
b. Terdapat kepala desa dan perangkatnya
c. Ada organisasi karang taruna
d. Kelompok layanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna, panti,
posyandu)
e. Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan : ada yaitu puskesmas
f. Peran serta parta dalam pelayanan kesehatan : belum ada
6. Komunikasi
a. Fasilitas komunikasi yang ada
1) Radio : 225 orang (75%)
2) TV : 165 orang (55%)
3) Telepon/ handphone : 120 orang (40%)
4) Majalah/ Koran : 135 (45%)
7. Rekreasi
Sarana rekreasi : tempat wisata yang biasanya dikunjungi adalah taman dan
linkungan sekitar tempat tinggal
8. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan
masih rendah yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendidikan, kurang nya

18
pengetahuan, masalah ekonomi dan lingkungan social yang kurang baik, sehingga
sebagian masyarakat masih mengabaikan kesehatan nya.
2. Analisa Data

No Data Masalah penyebab


1. Data subjektif: Koping komunitas Ketidakadekuatan
 Mengungkapkan tidak efektif sumber daya
ketidakberdayaan komunitas Defenisi: untuk pemecah
terhadap masalah populasi pola adaptasi masalah
rentan aktivitas komunitas
 Mengungkapkan keretanan dan penyelesaian
komunitas terhadap penyakit masalah yang tidak
mental memuaskan untuk
Data objektif : memenuhi tuntutan
 Insiden masalah msyarakat atau kebutuhan
tinggi (pengangguran, masyarakat
kemiskinan, penyakit mental)
 Partisipasi masyarakat kurang
 Tingkat penyakit masyarakat
meningkat
2. Gejala dan tanda mayor Defisit kesehatan Program tidak
Subjektif: (tidak tersedia) komunitas mengatasi seluruh
Definisi : Terdapat masalah
Objektif: masalah kesehatan kesehatan
 Terjadi masalah kesehtan yang atau faktor resiko komunitas
dialami komunitas yang dapat
mengganggu
Gejala dan tanda minor kesejahteraan pada
Subjektif: (tidak tersedia) suatu kelompok.

19
Objektif :
 Tidak tersedia program untuk
mengurangi masalah kesehatan
komunitas
 Tidak tersedia program untuk
mengatasi masalah kesehatan
komunitas

3. Diagnosa keperawatan
a. Koping komunitas tidak efektif b/d ketidakadekuatan sumber daya untuk
pemecah masalah. (SDKI Hal: 208)
b. Defisit kesehatan komunitas b/d Program tidak mengatasi seluruh masalah
kesehatan komunitas. (SDKI Hal: 244)
4. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


1. Koping komunitas Status koping komunitas Edukasi kesehatan (hal:65)
tidak efektif b/d (117) Tindakan
ketidakadekuatan Ekspektasi : membaik Observasi :
sumber daya untuk Kriteria hasil :  Identifikasi kesiapan
pemecah masalah.  Keberdayaan dan kemampuan
komunitas meningkat menerima informasi
 Pemecah masalah  Identifikasi fakto-
komunitas meningkat factor yang dapat
 Sumber daya meningkatkan dan
komunitas meningkat menurunkan motivasi
 Partisipasi masyarakat perilaku hidup bersih
meningkat dan sehat
 Insiden masalah Teraupetik :

20
kesehatan dalam  Sediakan materi dan
komunitas menurun media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan fackor resiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
 Ajarkan strategi yang
dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat
2. Defisit kesehatan Status keehatan komunitas Pengembangan kesehatan
komunitas b/d (hal: 113) masyarakat (hal: 296)
Program tidak Ekspektasi : meningkat Tindakan
mengatasi seluruh Kriteria hasil : Observasi :
masalah kesehatan  Ketersediaan program  Identifikasi masalah
komunitas. promosi kesehatan atau isu kesehatan
meningkat dan prioritasnya
 Partisipasi  Identifikasi potensi
dalamprogram atau asset dalam
komunitas meningkat masyarakat terkait isu
 Pemantauan terhadap

21
standar kesehatan yang dihadapi
komunitas meningkat  Identifikasi kekuatatn
 Angka gangguan dan partner dalam
kesehatan mental pengembangan
menurun kesehatan
Teraupetik :
 Berikan kesempatan
kepada setiap anggota
masyarakat untuk
berpartisipasi sesuai
asset yang dimiliki
 Libatkan anggota
masyarakat untuk
meningkatkan
kesehatan terhadap isu
dan masalah keehatan
yang dihadapi
 Libatkan anggota
masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
 Pertahankan
komunikasi terbuka
dengan anggota
masyarakat dan pihak-
pihak yang terlibat
 Kembangkan strategi
dalam
mengembangkan
manajemen konflik

22
5. Implementasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Koping komunitas tidak efektif b/d a. Mengidentifikasi kesiapan dan
ketidakadekuatan sumber daya untuk kemampuan menerima informasi
pemecah masalah. b. Mengidentifikasi faktor- factor
yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
c. Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
d. Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
e. Memberikan kesempatan untuk
bertanya
f. Menjelaskan fackor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
g. Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
h. Mengajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Defisit kesehatan komunitas b/d a. Mengidentifikasi masalah atau isu
Program tidak mengatasi seluruh kesehatan dan prioritasnya
masalah kesehatan komunitas. b. Mengidentifikasi potensi atau asset
dalam masyarakat terkait isu yang
dihadapi
c. Mengidentifikasi kekuatatn dan
partner dalam pengembangan
kesehatan
d. Memberikan kesempatan kepada
setiap anggota masyarakat untuk

23
berpartisipasi sesuai asset yang
dimiliki
e. Melibatkan anggota masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan
terhadap isu dan masalah keehatan
yang dihadapi
f. Melibatkan anggota masyarakat
dalam mengembangkan jaringan
kesehatan
g. Mempertahankan komunikasi
terbuka dengan anggota
masyarakat dan pihak- pihak yang
terlibat
h. Mengembangkan strategi dalam
mengembangkan manajemen
konflik

6. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi pada keperawatan komunitas terutama pada status kesehatan komunitas
terjadinya peningkatan.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki karakteristik tertentu sebagai
akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan, personal dan
biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami masalah
kesehatan, penghasilan menurun, dan memiliki masa hidup yang lebih singkat.
Populasi rentan terdiri dari penyakit mental, kecacatan, populasi terlantar dan
anak jalanan. Pengakajian komunitas dalam Community As Partner Model terdiri
dari dua bagian yaitu inti dan delapan sub system , sedangkan proses keperawatan
terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
B. Saran
1. Perawat komunitas diharapkan dapat mengaplikasikan pendekatan community as
partner dalam pengkajian komunitas dengan masalah pada agregat populasi rentan
2. Perawat komunitas diharapkan mampu mengembangkan aplikasi model atau teori
lain dalam mengembangkan instrumen pengkajian komunitas dengan masalah pada
agregat populasi rentan.

25
Daftar Pustaka

Anderson. E.T & MCFarlane.J. 2011. Community as partner theory and practice in
nursing. 6th ed. Wolter Kluwer. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia.

Indrayani,Y.A & Wahyuid, T.(2019). Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. ISSN

24427659. Pusat Data Dan Informasi Kemenkes RI

Kemenko PMK.(2020). Penanganan Anak Terlantar Butuh Komitmen.17 Desember

2020. Jakarta

Link: https://www.kemenkopmk.go.id/penanganan-anak-terlantar-butuh-komitmen

Mary,A &Melanie, M. (2019). Keperawatan kesehatan komunitas dan keluarga. edisi

Indonesia I. Singapore: Elsevier

Masruroh,N.L .(2017). Model Dan Pendekatan Pelayanan Perawatan Kesehatan Primer


Bagi Komunitas Anak Jalanan : Understanding The Evidence-Based For Practice.

Link: https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=model+pendekatan+pelayanan+perawatan+kesehatan+primer
+bagi+komunitas+anak+jalanan+&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DQ3g9SxnthLcJ

Nofalia & Agustina .(2019). Modul Pemebelajaran Keperawatan Komunitas. Jombang:

Icme Press

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

26
Rahmawati, V.A & Sodikin.(2020). Hubungan Interaksi Sosial, Kepercayaan Diri

Dengan Harga Diri (Self Esteem) Anak Jalanan Di Kabupaten Banyumas. Jurnal

Keperawatan Muhammadiyah.

Link: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM

Wahyu, W.(2016). Keperawatan keluarga dan komunitas. Jakarta: Pusdik SDM

Kesehatan

Windiarto,Tri Dkk.(2019). Profil Anak Indonesia. ISSN 2089-3523. Jakarta:Kementerian

Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (KPPPA)

27

Anda mungkin juga menyukai