Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN JIWA II

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS

Disusun Oleh:
Riri Anjeli (19320030)

Dosen Pengampu : Rahma Elliya,S.Kep.,M.Kes


Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa II

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunianya sehingga tugas mata kuliah “Keperawatan Jiwa II” yang berjudul tentang
“Keperawatan Jiwa Komunitas” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada satu halangan
apapun.

Adapun tujuan pembuatannya ialah dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah
“Keperawatan Jiwa II” yang diberikan oleh Dosen kami yang beranama Ibu Rahma
Elliya,S.Kep.,M.Kes

Kami sadar sebagai seorang mahasiswa/i yang masih dalam proses pembelajaran
pembuatan tugas dengan materi “Keperawatan Jiwa II” ini masih banyak kekurangannya.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat positif kami harapkan untuk memperbaiki
pembuatan maupun penulisan tugas dimasa yang akan mendatang.

Bandar Lampung, 30 Desember 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 4


A. Latar belakang ................................................................................................................... 4
B. Tujuan penulisan ............................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7


A. Pengertian kesehatan jiwa ................................................................................................. 7
B. Tujuan program kesehatan jiwa komunitas ........................................................................ 8
C. Prinsip prinsip kesehatan jiwa komunitas .......................................................................... 8
D. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dan Komunitas ............................................... 9
E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas ........................................................................ 10
F. Masalah Kesehatan Jiwa Masyarakat ............................................................................... 14
G. Diagnosa keperawatan jiwa masyarakat ........................................................................... 17

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 18


A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang secara klinis bermakna yang
berhubungan dengan distres atau penderitaan dan menimbulkan gangguan pada satu atau
lebih fungsi kehidupan manusia. (Keliat, 2011 )Fenomena gangguan jiwa pada saat ini
mengalami peningkatan yang sangat signifikan,dan setiap tahun di berbagai belahan dunia
jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi
(WHO) dalam Yosep (2013) , ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan
jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah
mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi
masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta (2011 ) prevalensi
masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%. Angka tersebut tergolong sedang
dibandingkan dengan negara lainnya. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di
seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai
2,5 juta orang.
Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia mencapai
0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan
jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia
mengalami masalah gangguan mental emosional (Riset kesehatan dasar, 2007). Sedangkan
pada tahun 2013 jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta (Riskesdas, 2013 ).
Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut psikosis/skizofrenia di
daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah perkotaan. Di daerah pedesaan,
proporsi rumah tangga dengan minimal salah satu anggota rumah tangga mengalami
gangguan jiwa berat dan pernah dipasung mencapai 18,2 %. Sementara di daerah
perkotaan, proporsinya hanya mencapai 10,7 %.
Nampaknya, hal ini memberikan konfirmasi bahwa tekanan hidup yang dialami
penduduk pedesaan lebih berat dibanding penduduk perkotaan. Dan mudah diduga,
Salah satu bentuk tekanan hidup itu, meski tidak selalu adalah kesulitan ekonomi
(Riskesdas, 2013 ). Prevalensi gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 3,3 % dari
seluruh populasi yang ada ( Balitbangkes, 2008 ). Berdasarkan data dari dinas kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tercatat ada 1.091 kasus yang mengalami gangguan jiwa dan

4
beberapa dari kasus tersebut hidup dalam pasungan. Angka tersebut diperoleh dari
pendataan sejak januari hingga november 2012 ( Hendry, 2012 ). Berdasarkan jumlah
kunjungan masyarakat yang mengalami gangguan jiwa ke pelayanan kesehataan baik
puskesmas, rumah sakit, maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya pada tahun 2009
terdapat 1,3 juta orang yang melakukan kunjungan, hal ini diperkirakan sebanyak 4,09
% ( Profil Kesehatan Kab/ Kota Jawa tengah Tahun 2009 ).
Berdasarkan studi pendahuluan, di wilayah Sukoharjo masih banyak terdapat
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dari
dinas kesehatan Kabupaten Sukoharjo. Di wilayah Sukoharjo terdapat kurang lebih 2778
kasus penderita gangguan jiwa (DKK Kabupaten Sukoharjo,2013). Sedangkan pada tahun
2013 jumlah penderita gangguan jiwa yaitu 2537 ( Dinkes Kabupaten Sukoharjo ).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta jumlah penderita gangguan jiwa
yang rawat inap dari wilayah Kabupaten Sukoharjo sebanyak 331 orang, sedangkan
yang rawat jalan berjumlah 4376 orang ( Rekam Medik RSJD Surakarta, 2013 ). Hal ini
membuktikan bahwa masih banyak penderita yang mengalami gangguan jiwa, bahkan
mungkin hal ini akan terus bertambah setiap tahunnya.
Fenomena yang terjadi saat ini, jika ada seorang anggota keluarga yang
dinyatakan sakiti jiwa, maka anggota keluarga lain dan masyarakat pasti akan
menyarankan untuk dibawa ke RS Jiwa atau psikolog dan lebih parahnya lagi orang sakit
jiwa tersebut diasingkan atau dipasung supaya tidak menjadi aib bagi keluarga.
Tindakan memasung ini akan berdampak buruk pada pasien, selain itu nantinya akan
sulit untuk sembuh dan dapat mengalami kekambuhan yang sangat sering.
Hal ini perlu adanya dukungan dari keluarga dalam proses penyembuhan. Peran dan
keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan pasien gangguan jiwa
sangat penting, karena peran keluarga sangat mendukung dalam proses pemulihan
penderita gangguan jiwa. Keluarga dapat mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan
perilaku anggota keluarga. Disamping itu, keluarga mempunyai fungsi dasar seperti memberi
kasih sayang, rasa aman, rasa memiliki, dan menyiapkan peran dewasa individu di
masyarakat. Keluarga merupakan suatu sistem, maka jika terdapat gangguan jiwa pada
salah satu anggota keluarga maka dapat menyebabkan gangguan jiwa pada anggota
keluarga ( Nasir & Muhith, 2011 ).

B. Tujuan Penulisan

5
Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan masalah-masalah kesehatan
jiwa masyarakat.
Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mengetahui pengertian kesehatan jiwa komunitas
b) Mahasiswa mengetahui tujuan program pelayanan kesehatan jiwa komunitas
c) Mahasiswa mengetahui pinsip pelayanan keperawatan jiwa komunitas
d) Mahasiswa mengetahui peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dan komunitas
e) Mahasiswa mengetahui pelayanan kesehatan jiwa masyarakat
f) Mahasiswa mengetahui masalah kesehatan jiwa komunitas
g) Mahasiswa mengetahui diagnosa dan intervensi keperawatan jiwa komunitas

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
 Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan
dan keseimbangan kejiwaan yang menceerminkan kedewasaan kepribadiannya.
(WHO).
 Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan
orang lain. (UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966)
 Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan
hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain.
 Sehat jiwa menurut Dirjen Keswa Depkes RI (1991) adalah kondisi yang
memungkinkan berkembangnya fisik, intelektual dan emosional seseorang secara
optimal sehingga ia mampu tumbuh dan beradaptasi dengan lingkungannya secara
wajar dengan harkat martabat manusia
 Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara oftimal baik
intelektual maupun emosional (pasal 24 UU tentang kesehatan,1992).Upaya
peningkatan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal, baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,agar seseorang dapat
tetap atau kembali hidup secara harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan
kerja dan atau dalam lingkungan masyarakat.

Ciri-ciri sehat jiwa adalah :

1. Bersikap positif terhadap diri sendiri


2. Mampu tumbuh, berkembang dan mencapai aktualisasi diri.
3. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
4. Bertanggungjawab atas keputusan dan tindakan yang diambil
5. Mempunyai persepsi yang realistis dan menghargai perasaan perasaan serta sikap
orang lain
6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

7
B. Tujuan program kesehatan jiwa masyarakat
Tujuan dari diadakannya kesehatan jiwa masyarakat adalah untuk meningkatkan
kerjasama lintas sektoral dan kemitraan swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat, kelompok
profesi dan organisasi masyarakat secara terpadu dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi
masalah kesehatan jiwa sehingga akan terbentuk perilaku sehat sebagai individu, keluarga
dan masyarakat yang memungkinkan setiap individu hidup lebih produktif secara sosial
dan ekonomi.
1. Meningkatkan kesehatan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien
dalam memelihara kesehatan jiwa.
2. Perawat dapat mengaplikasikan konsep kesehatan jiwa dan komunitas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga anggota masyarakat sehat jiwa dan
yang mengalami gangguan jiwa dapat dipertahankan di lingkungan masyarakat serta
tidak perlu dirujuk segera ke RS.

C. Prinsip-Prinsip Keperawatan Jiwa Masyarakat


1. Pelayanan Keperawatan yang komprehensif yaitu pelayanan yang difokuskan pada:
a. Pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat.
b. Pencegahan sekunder pada anggota masyarakat yang mengalami masalah
psikososial dan gangguan jiwa.
c. Pencegahan tersier pada klien gangguan jiwa dengan proses pemulihan
2. Pelayanan keperawatan yang holistik yaitu pelayanan yang difokuskan pada aspek
bio-psiko-sosio-kultural & spiritual. Perawatan mandiri individu dan keluarga :
a. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri
memelihara kesehatan jiwanya.
b. Pada saat ini sangat penting pemberdayaan keluarga
c. Perawat dan petugas kesehatan lain dapat mengelompokkan masyarakat dalam
masyarakat sehat jiwa, masyarakat yang mempunyai masalah psikososial,
masyarakat yang mengalami gangguan jiwa.
3. Pelayanan Formal & Informal di luar Sektor kesehatan :
a. Tokoh masyarakat, kelompok formal dan informal di luar tatanan pelayanan
kesehatan merupakan target pelayanan kesehatan jiwa
b. Mereka dapat menjadi target pelayanan ataupun mitra tim kesehatan yang
diinterasikan dengan perannya di masyarakat

8
4. Pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar :
a. Semua pemberi pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat yaitu praktik pribadi
dokter, bidan, perawat psikolog dan semua sarana pelayanan kesehatan
(puskesmas dan balai pengobatan)
b. Untuk itu diperlukan penyegaran dan penambahan pengetahuan tentang
pelayanan kesehatan jiwa komunitas bersama dengan pelayanan kesehatan yang
dilakukan
c. Pelatihan yang perlu dilakukan adalah : konseling, deteksi dini dan pengobatan
segera, keperawatan jiwa dasar.
5. Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat :
a. Tim kesehatan terdiri atas : psikiater, psikolok klinik dan perawat jiwa
b. Tim berkedudukan di tingkat Dinas Kesehatan kabupaten / kota
c. Tim bertanggung jawab terhadap program pelayanan kesehatan jiwa di daerah
pelayanan kesehatan kabupaten / kota
d. Tim bergerak secara periodik ke tiap puskesmas untuk konsultasi, surveisi,
monitoring dan evaluasi
e. Pada saat tim mengunjungi puskesmas, maka penanggung jawab pelayanan
kesehatan jiwa & komunitas di puskesmas akan : mengkonsultasikan kasus-kasus
yang tidak berhasil atau melaporkan hasil dan kemajuan pelayanan yang telah
dilakukan

D. Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Jiwa dan Komunitas


Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa induvidu, keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas.
ANA mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu bidang spesialisasi
praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan
jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan.
Peran keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompentensi klinis, advokasi pasien
keluarga, tanggung jawab, kolaborasi antar disiplin, akuntabilitas sosial, dan parameter
legal-etik.

9
Adapun peran perawat kesehatan jiwa masyarakat ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan kesehatan jiwa.
Perawat membantu pasien mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah dan
meningkatkan fungsi kehidupannya.
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif dan promotif penemuan kasus dini,
skiring dan tindakan yang cepat. Perawat memberikan pendidikan kesehatan jiwa
individu dan keluarga untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah.
Perawat mengembangkan kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”. Memberikan asuhan
secara langsung, peran ini dilakukan dengan menggunakan konsep proses
keperawatan jiwa. Kegiatan yang dilakukan adalah pengelolaan kasus, tindakan
keperawatan individu keluarga, kolaborasi dengan tim kesehatan. Melakukan
pemeriksaan langsung dari keluarga ke keluarga, dapat berkoordinasi dengan
masyarakat serta tokoh masyarakat.

E. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komunitas


Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa yang
diberikan pada masyarakat pasca bencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat yang
sangat beragam dalam rentang sehat – sakit yag memerlukan pelayanan keperawatan
pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya
gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan
kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada
pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program stimulasi
perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen stress, persiapan
menjadi orang tua.

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :

10
a. Memberikan pendidikan kesehatan pada orangtua antara lain :
1) Pendidikan menjadi orangtua
2) Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia.
3) Memantau dan menstimulasi perkembangan
4) Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
b. Pendidikan kesehatan mengatasi stress
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
4) Stress pasca bencana
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal yang semuanya
ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Menggerakkan dukunganmasyarakat seperti menjadi orangtua asuhbagi anak
yatim piatu.
3) Melatih keterampilan sesuai dengan keahlian masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
d. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering digunakan
sebagai koping untuk mengtasi masalah. Kegiatan yang dilakukan:
1) Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti
orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri
seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena
itu perlu dilakukan program :
1) Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
3) Melatih keterampilan koping yang adaptif.

11
2. Pencegahan Sekunder
Deteksi dini dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target
pelayanan adalah anggota masyarakat yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda
masalah dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
b. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan pengkajian untuk memperoleh data fokus pada semua pasien yang
berobat ke pukesmas dengan keluhan fisik.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka
lanjutkan pengkajian menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa.
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan
pasien minum obat.
5) Bekerjasama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang
tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman,
melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika
mengancam keselamatan jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu
pemulihan pasien, terapi keluarga dan terapi lingkungan.
9) Memfasilitasi self-help group (kelompok pasien, kelompok keluarga, atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang membahas
masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara penyelesaiannya.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan melalui
telepon berupa pelayan konseling.
11) Melakukan tindakan lanjut (follow-up) dan rujukan kasus.

12
3. Pencegahan Tersier
Pelayanan keperawatan yang berfokus pada peningkatkan fungsi dan sosialisasi serta
pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
mengurangi kecacatan atau ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan
yaitu anggota masyarakat mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan. Aktifitas
pada pencegahan tersier meliputi :
1. Program dukungan sosial dengan menggerakan sumber-sumber dimasyarakat
seperti : sumber pendidikan, dukungan masyrakat (tetangga, teman dekat, tokoh
masyarakat), dan pelayan terdekat yang terjangkau masyarakat. Beberapa kegiatan
yang dilakukan adalah :
1) Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerima
pasien gangguan jiwa.
2) Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang melayani kekambuhan.
b. Program rehabilitas untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga mandiri
berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan cara :
1) Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
2) Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat.
3) Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan
oleh pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.
4) Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk
dirinya.
c. Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup, mengelola rumah tangga,
mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan
d. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dalam masyarakat terhadap gangguan
jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk menghindari

13
isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang
dilakukan, yaitu :
1) Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa
dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien
gangguan jiwa.
2) Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang berpengaruh
dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.

F. Masalah Kesehatan Jiwa Masyarakat


Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat,
khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan di perkotaan (urban mental
health) meliputi: kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus perceraian, anak remaja
putus sekolah, kasus kriminalitas anak remaja, masalah anak jalanan, promiskuitas,
penyalahgunaan Napza dan dampak nya (hepatitis C, HIV/AIDS dll), gelandangan
psikotik serta kasus bunuh diri.
1. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
Kekerasan dalam rumah tangga adalah tiap perbuatan terhadap seseorang yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan fisik, seksual, psikologis dan/atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga (definisi dalam UU No.23 tahun 2004 tentang penghapusan KDRT).
Dampak kekerasan dalam rumah tangga meliputi gangguan kesehatan fisik non-
reproduksi (luka fisik, kecacatan), gangguan kesehatan reproduksi (penularan
penyakit menular seksual, kehamilan yang tidak dikehendaki), gangguan kesehatan
jiwa (trauma mental), kematian atau bunuh diri.
2. Anak Putus Sekolah
Laporan Organisai Buruh Internasional (ILO) tahun 2005 menyatakan bahwa
sebanyak 4,18 juta anak usia sekolah di Indonesia tidak bersekolah dan sebagainya
menjadi “pekerja anak” perwakilan ILO di Indonesia menyatakan bahwa banyaknya
anak putus sekolah dan menjadi pekerja anak disebabkan karena biaya pendidikan di
Indonesia masih dianggap terlalu mahal dan tak terjangkau oleh sebagian kalangan
masyarakat. Angka partisipasi kasar (APK) program wajib belajar 9 tahun yang dirilis
Depdiknas menunjukan baru mencapai 88,68% dari target 95% partisipasi anak usia
sekolah yang diharapkan.

14
3. Masalah Anak Jalanan
Masalah anak jalan di Indonesia seperti kekerasan pada anak, masalah anak jalanan,
penelantaran anak dan sebagainya masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari
Departemen Sosial tahun 2005, jumlah anak jalanan di Indonesia adalah sekitar
30.000 anak dan sebagian besarnya berada di jalan-jalan di DKI Jakarta. Selain itu
baru terdapat 12 daerah di Indonesia yang memiliki perda tentang anak jalanan.
Padahal para anak-anak jalanan tersebut jelas rentan terhadap berbagai tindak
kekerasan, penyimpangan perlakuan, pelecehan seksual bahkan dilibatkan dalam
berbagai tindak kriminal oleh orang dewasa yang menguasainya.
4. Kasus Kriminalitas Anak Remaja
Data Direktorat Jenderal Kemasyarakatan Dephukham dan komnas pelindungan anak
(PA) menujukan bahwa pada tahun 2005 di Indonesia terdapat 2.179 tahanan anak
dan 802 narapidana anak, 7 diantaranya anak perempuan. Tahun 2006 angkanya
menjadi 4.130 tahanan anak serta 1.325 narapidana anak, dimana 34 diantaranya
adalah anak perempuan. Menurut survey Komnas PA penyebab anak masuk LP Anak
adalah 40% karena terlibat kasus Narkoba (Napza), 20% karena perjudian sedangkan
sisanya karena kasus lain-lain. Kira-kira 20% tindak kekerasan seksual pada tahun
2006 pelakunya adalah anak remaja, 72% anak remaja pelaku kekerasan seksual
mengaku terinspirasi Tayangan TV, setelah membaca media cetak porno dan nonton
film porno.
5. Masalah Narkoba, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) serta
dampaknya (Hepatitis C, HIV/AIDS, dll)
Narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (Napza) tergolong dalam zat
psikoaktif yang bekerja mempengaruhi kerja sistem penghantar sinyal saraf (neuro-
transmiter) sel-sel susunan saraf pusat (otak) sehingga meyebabkan terganggunya
fungsi kognitif (pikiran), persepsi, daya nilai (judgment) dan perilaku serta dapat
menyebabakan efek ketergantungan, baik fisik maupun psikis. Penyalahgunaan Napza
di Indonesia sekarang sudah merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan bangsa
dan negara. Pengungkapan kasusnya di Indonesia meningkat rata-rata 28,9 % per
tahun. Tahun 2005 pabrik extasi terbesar ke 3 di dunia terbongkar di Tangerang,
Banten. Di Indonesia diprediksi terdapat sekitar 1.365.000 penyalahgunaan Napza
aktif dan data perkiraan estimasi terakhir menyebutkan bahwa pengguna Napza di
Indonesia mencapai 5.000.000 jiwa.

15
6. Gangguan Psikotik Dan Gangguan Jiwa Skizofrenia
Ganguan jiwa berat ini merupakan bentuk gangguan dalam fungsi alam pikiran
berupa disorganisasi (kekacauan) dalam isi pikiran yang ditandai antara lain oleh
gejala gangguan pemahaman (delusi waham) gangguan persepsi berupa halusinasi
atau ilusi serta dijumpai daya nilai realitas yan terganggu yang ditunjukan dengan
perilaku-perilaku aneh (bizzare). Gangguan ini dijumpai rata-rata 1-2% dari jumlah
seluruh penduduk di suatu wilayah pada setiap waktu dan terbanyak mulai timbul
(onset) nya pada usia 15-35 tahun. Bila angkanya 1 dari 1.000 penduduk saja yang
menderita gangguan tersebut, di Indonesia bisa mencapai 200-250 ribu orang
penderita dari jumlah tersebut bila 10% nya memerlukan rawat inap di rumah sakit
jiwa berarti dibutuhkan setidaknya 20-25 ribu tempat tidur (hospital bed) Rumah sakit
jiwa yang ada saat ini hanya cukup merawat penderita gangguan jiwa tidak lebih dari
8.000 orang. Jadi perlu dilakukan upaya diantaranya porgram intervensi dan terapi
yang implentasinya bukan di rumah sakit tetapi dilingkungan masyarakat (community
based psyciatric services) penambahan jumlah rumah sakit jwa bukan lagi merupakan
prioritas utama karena paradigma saat ini adalah pengembangan program kesehatan
jiwa masyarakat (deinstitutionalization). Terlebih saat ini telah banyak ditemukan
obat-obatan psikofarmaka yang efektif yang mampu mengendalikan gejala ganggun
penderitanya. Artinya dengan pemberian obat yang tepat dan memadai penderita
gangguan jiwa berat cukup berobat jalan.
7. Kasus Bunuh Diri
Data WHO menunjukkan bahwa rata-rata sekitar 800.000 orang di seluruh dunia
melakukan tindakan bunuh diri setiap tahunnya. Laporan di India dan Sri Langka
menunjukkan angka sebesar 11-37 per 100 ribu orang, mungkin di Indonesia
angkanya tidak jauh dari itu. Menurut Dr. Benedetto Saraceno dari departemen
kesehatan jiwa WHO, lebih dari 90% kasus bunuh diri berhubungan dengan masalah
gangguan jiwa seperti depresi, psikotik dan akibat ketergantungan zat (Napza).
Yang mengkhawatirkan adalah dijumpainya pergeseran usia orang yang
melakukan tindak bunuh diri. Kalau dahulu sangat jarang anak yang usianya kurang
dari 12 tahun melakukan tindak bunuh diri, tetapi sekarang bunuh diri pada anak usia
kurang dari 12 tahun semakin sering ditemukan. Ini menunjukkan kegagalan orang
tua di rumah, guru di sekolah dan tokoh panutan di masyarakat membekali
keterampilan hidup (life skill) untuk mengatasi tantangan maupun kesulitan hidupnya.
Kasus bunuh diri sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius terutama

16
bila dikaitkan dengan dampak kehidupan moderen. Oleh karena itu WHO
memandang bunuh diri sebagai peyebab utama kematian dini yang dapat dicegah.
Kondisi lain yang perlu mendapat perhatian adalah altruistic suicide atau bunuh
diri karena loyalitas berlebihan yang antara lain bentuk “bom bunuh diri”. Banyak
ahli mengaitkan hal tersebut sebagi manifestasi dari akumulasi kekecewaan,
perlakuan tidak adil atau tersisihkan. Mengatasi altruistic suicide tidak mudah dan
memerlukan pendekatan multi disiplin antara berbagai pihak terkait seperti aspek
kesehatan jiwa, pendekatan agama, penegakan hukum dan sosial.

G. Diagnosa keperawatan jiwa masyarakat


Ada beberapa masalah keperawatan yang sering muncul dari pengkajian yang dilakukan
kepada masyarakat. Beberapa masalah tersebut akan dijelaskan satu persatu.
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja :
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa :
a. Harga diri rendah
b. Perilaku kekerasan
c. Risiko bunuh diri
d. Isolasi sosial
e. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
f. Gangguan proses pikiran waham
g. Defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa pada lansia :
a. Demensia
b. Depresi

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantanganhidup,
dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri
sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa masyarakat (Community Mental Health) merupakan suatu orientasi kesehatan
jiwa yang dilaksanakan di masyarakat. Kesehatan jiwa masyarakat ini dititik beratkan pada
upaya promotif dan preventif tanpa melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif. (KepMenKes
No. 220)
Peran perawat kesehatan jiwa masyarakat adalah:
1. Mengidentifikasi, mengklasifikasi dan memetakan permasalahan kesehatan jiwa
2. Pendidikan kesehatan dalam upaya preventif danj promotif penemuan kasus dini,
skiring dan tindakan yang cepat.
3. Pemberi asuhan keperawatan pada intervensi kondisi “krisis”

B. Saran
Sehubungan dengan trend masalah kesehatan utama dan pelayanan kesehatan jiwa secara
global, maka fokus pelayanan keperawatan jiwa sudah saatnya berbasis pada komunitas
(Community Based Care) yang memberikan penekanan pada upaya preventif dan promotif.
Untuk para pembaca diharapkan memberi kritik dan saran terhadap isi makalah ini, dan
terima kasih pada pemabaca yagn telah meluangkan waktu membaca makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Herman, Ade S. D. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Cetakan 1. Yogyakarta:
Nuha Medika
UI, Fikep dan WHO. Modul basic course Comunity Mental Health Nursing. Jakarta :
Universitas
Indonesia
Anonymous. e.d. Hubungan motivasi internal dan eksternal dengan kinerja petugas CMHN.
Universitas SumateraUtara (USU).
Khasanah, Arifah Nur. (2011). Tutor Community Mental Health Nursing (CMHN). Arifah
Territoire. Diakses pada tanggal 24 May 2012 dari
http://arifahpratidina.blogspot.com/2011/04/tutor-community-mental-health-nursing.html
http://blogilmukeperawatan.blogspot.com/2012/06/asuhan-keperawatan-komunitas-jiwa.html

19

Anda mungkin juga menyukai