Anda di halaman 1dari 11

TRANSKULTURAL PRESPEKTIF DALAM PERAWATAN KESEHATAN MENTAL

Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya
Dosen Pengampu Oleh Lucia Endang Hartati, YK, SKp, MN.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 12
Dika Yasinta Nurfitriani P1337420717004
Salma Eka Oktaryza P1337420617087
Tinah Purwaningsih P1337420921048
Ike Yohana Damanik P1337420921032
Mohamad Fauzan P1337420617016
Faiqotul Izza Nur Idzdzati P1337420620061
Anisa P1337420617063
Dwi Kusno Setyaji P1337420717015
Adi Laksono P1337420617040
Lucia Wdiyastuti P1337420921012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................... ii


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................... ....... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
C. Tujuan..................................................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Definisi Kesehatan Mental Dalam Transkultural.................................................................... 5
B. Trend Dan Issue ..................................................................................................................... 5
C. Peran Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Dan Perawatan Kesehatan Mental Dalam
Kaitannya Dengan Praktek ......................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat,
dan karunianya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah “transcultural perspektif
dalam perawatan kesehatan mental.”

Penulis juga berterima kasih kepada selaku dosen mata kuliah Psikososial. Makalah
ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikososial dan menambah .

Penulis sangat berharap makalah ini dapat dipahami, serta berguna bagi penulis
sendiri dan pembaca. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Semarang Agustus, 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu gangguan mental menjadi salah satu konsen psikologi dan menjadi salah
satu bidang utama psikologi. Berbagai macam studi dilakukan untuk mengeksplorasi
berbagai jenis gangguan mental mulai dari gangguan kecemasan, gangguan mood,
gangguan kepribadian, dan berbagai macam gangguan lainnya. Terapi yang
diterapkan terus dikembangkan. Mulai dari pengembangan terapi yang telah ada
seperti asosiasi bebas, terapi medis, dan sebagainya, maupun pengembangan terapi
baru seperti kognitif- behavior therapy maupun emotional-spiritual therapy untuk
menyembuhkan berbagai variasi gangguan mental.
Seiring berkembangnya kajian gangguan mental, maka isu–isu yang muncul
kemudian berjalin-kelindan dengan berbagai isu lain yang telah lebih dulu ada
seperti hubungan gangguan mental dengan pendidikan, gangguan mental dengan
politik, gangguan mental dengan fisiologis, gangguan mental terkait biologis,
gangguan mental dengan kebudayaan, maupun gangguan mental dalam kebudayaan
satu dengan lainnya (lintas budaya). Makalah ini berusaha untuk mencermati isu
gangguan mental dalam perpektif trans-kultural.
Oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari
segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan globalisasi. Sebuah globalisasi
sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan. Terjadinya
perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan
perbedaan budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam
pula budaya di suatu negara. Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat
melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.

Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran


perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual
klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud kesehatan mental dalam perspektif transkultural ?
2. Bagaimana tren dan issue kesehatan mental dalam perspektif transkultural?
3. Bagaimana peran konsumen dalam mengambil keputusan dan perawatan
kesehatan mental dalam kaitannya dengan praktek ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kesehatan mental dalam perspektif transkultural
2. Untuk mengetahui tren dan issue kesehatan mental dalam perspektif transkultural
3. Untuk mengetahui peran konsumen dalam mengambil keputusan dan perawatan
kesehatan mental dalam kaitannya dengan praktek

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kesehatan Mental Dalam Perspektif Transkultural


Kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental
berasal dari kata latin mens, mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, dan
semangat, sedangkan hygiene berasal dari kata yunani hygiene yang berarti ilmu
tentang kesehatan (Semiun 2006). Jadi ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai
totalitas psikofisik yang kompleks.
Menurut Darajat (dalam Bastaman, 2001) kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan
lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, serta bertujuan untuk
mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Definisi ini
memasukkan unsur agama yang sangat penting dan harus diupayakan penerapannya
dalam kehidupan, sejalan dengan penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental dan
pengembangan hubungan baik dengan sesama manusia. Jaelani (2001) menambahkan
bahwa ilmu kesehatan mental merupakan ilmu kesehatan jiwa yang memasalahkan
kehidupan rohani yang sehat, dengan memandang pribadi manusia sebagai suatu
totalitas psikofisik yang kompleks. Hawari (1997) juga mengatakan bahwa pengertian
kesehatan mental menurut paham ilmu kedokteran adalah satu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Oleh
karena itu makna kesehatan mental mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan
memperhatikan semua segi-segi dalam penghidupan manusia dan dalam hubungannya
dengan manusia lain.
B. Trend Dan Isu
Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan sekaligus menyumbang
angka gangguan jiwa yang besar baik yang dijalanan maupun tinggal bersama
keluarganya. Di Negara berkembang seperti Indonesia, Orang dengan Gangguan Jiwa
(ODGJ) yang tinggal bersama keluarga memerlukan pandangan yang positif
dimasyarakat untuk upaya mencegah kekambuhan ODGJ (Aromaa, 2011). Dukungan
psikososial dan finansial dari masyarakat sangat diperlukan untuk keluarga yang

5
tinggal bersama ODGJ. Namun kurangnya informasi pada keluarga bahwa gangguan
jiwa dapat diobati dan terkadang adanya stigma perilaku atau keyakinan negatif
dimasyarakat dan cenderung menghindari sehingga keluarga yang tinggal bersama
ODGJ akan merasa malu serta kurang mampu untuk memeriksakan anggota
keluarganya di pusat pelayanan kesehatan (Yogyo, dkk, 2015).
Dari hal tersebut, keluarga memilih tindakan untuk memasung ODGJ karena
keluarga takut anggota keluarganya akan bunuh diri atau melakukan kekerasan
kepada orang lain atupun keluarga merasa malu dan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa atau karena pemerintah kurang
memberikan pelayanan kesehatan jiwa.
Pasung (confinement) merupakan tindakan untuk mengendalikan klien
gangguan jiwa yang tidak terkontrol dimasyarakat dengan cara menggunakan kayu
atau rantai pada kaki dengan tujuan membatasi gerak dan aktivitas dari klien dengan
gangguan jiwa dengan harapan keluarga tidak menciderai orang lain dan diri sendiri
ataupun anggota keluarga yang lain (Halvorsen, 2018).

C. Peran Konsumen Dalam Mengammbil Keputusan Dan Perawatan Kesehatan


Mental Dalam Kaitannya Dengan Praktek
1. PERAWATAN KESEHATAN MENTAL
Berdasarkan UU tentang Sistem Pelayanan Kesehatan Jiwa Pasal 33 yaitu :
(1) Untuk melaksanakan upaya kesehatan jiwa, pemerintah membangun
sistem kesehatan jiwa yang berjenjang dan komprehensif
(2) Sistem pelayanan kesehatan jiwa sebagaimana tercantum pada ayat 1
terdiri dari :
a. Pelayanan kesehatan jiwa dasar
b. Pelayanan kesehatan jiwa rujukan
Adapun upaya kesehatan jiwa berdasarkan UU diatas sebagai berikut :
A. UPAYA PROMOTIF
Tujuan :
a). Mempertahankan dan meningkatkan derajat Keswamas secara optimal
b). Menghilangkan stigma,diskriminasi dan pelanggaran hak asasi ODGJ
c). Meningkatkan pemahaman dan peranserta masyarakat terhadap
Keswa

6
d). Meningkatkan penerimaan dan Pekerja Sosial Masyarakat terhadap
Keswa
Sasaran :
Keluarga, lembaga pendidikan, tempat kerja, Masyarakat, fasilitas layanan
kesehatan, media massa, lembaga keagamaan, lembaga pemasyarakatan
B. UPAYA PREVENTIF
Tujuan ;
a). Mencegah timbulnya masalah Keswa
b). Mencegah timbulnya/kambuhnya gang,jiwa pada masyaraka secara
umum atau perorangan
c). Mencegah timbulnya masalah psikososial
Sasaran:
Keluarga, lembaga dan masyarakat
Pendekatan upaya promotif dan preventif Keswa:
•Pendekatan siklis kehidupan dan kelompok resiko
• Terintegrasi pada semua tingkat layanan kesehatan dan kegiatan LP/LS
•Sasaran pada keluarga,lembaga dan masyarakat
• Tersedianya anggaran yang proporsional
C. UPAYA KURATIF
Tujuan :
a). Penyembuhan dan pemulihan
b). Pengurangan penderitaan
c). Pengendalian disabilitas
d). Pengemndalian gejala penyakit
Sasaran : ODGJ
D. UPAYA REHABILITATIF
Tujuan :
a). Mencegah dan mengendalikan disabilitas
b). Memulihakan fungsi sosial
c). Memulihkan fungsi sosial okupasional
d). Mempersiapkan memberikan kemampuan untuk mandiri di
masyarakat
Sasaran ; ODGJ
PERAN PERAWAT :

7
1. Melakukan upaya kesejatan jiwa di komunitas maupun di masyarakat
4. Menjalankan peran advokasi dan sosialisasi
5. Melaukan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
6. Aplikasi asuhan keperawatan dengan pendekatan keperawatan
transkular
7. Menjadi konselor dan edukator
9. Melakukan rujukan

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh


antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan
ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di
dunia dan di akhirat serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem -
problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan
kemampuan dirinya sendiri. Kesehatan mental merupakan faktor terpenting untuk
menjalankan kehidupan manusia secara normal. Psikis manusia jika tidak dijaga
akan menimbulkan suatu gangguan jiwa yang lambat laun dibiarkan akan menjadi
suatu beban yang berat bagi penderitanya. Gangguan jiwa itu disebabkan karena
ada faktor yang mempengaruhinya meliputi factor internal dan eksternal, juga
dapat disebabkan karena pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan.
Akibat dari globalisasi dan perpindahan penduduk perawat dituntut agar dapat
melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel di lingkungan yang tepat.

B. Saran
Dari kesimpulan di atas kami menyarankan kepada semua pihak bahwa
kesehatan mental sesorang sangat penting untuk diperhatikan karena ciri-ciri dan
ngangguan mental pada seseorang dapat diamati dari tingkah laku maupun sikap
yang ditunjukkan seseorang tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Aromaa, Esa. 2011. Attitudes towards people with mental disorders in a general population in
Finland. Academic Disertation. Fac- ulty of Social Sciences, University of Jyväskylä,
Finland.

Bastaman. H. D. 2001. Integrasi Psikologi Dengan Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dewi, E. I., Wuryaningsih, E. W., & Susanto, T. (2020). Stigma Against People with Severe
Mental Disorder (PSMD) with Confinement “Pemasungan.” NurseLine Journal, 4(2),
131. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i2.13821

Yogyo, DS., Andarini, S., dan Lestari R. 2015. Studi Fenomenologi: Pengalaman Keluarga
terhadap Pemasungan dan Lepas Pasung pada Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan
Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Bantur Kabupaten Malang Propinsi Jawa Timur. Jurnal
Ners dan Kebidanan, Volume 2, No.2, Agustus 2015, hal 189 - 201.

Yustinus, Semiun. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

10

Anda mungkin juga menyukai