Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KONSEP PSIKOLOGI DALAM KEPERAWATAN


(KONSEP PERILAKU MANUSIA,SPIRTUAL DAN SEKSUALITAS)
“Psikososial & Budaya Dalam Keperawatan”
Dosen: Heri Jhotlely,S.Sos,M.Kes

Disusun oleh :
1. Anisa (P2012004)
2. Angelica.G.Yesualdus (P2012003)
3. Axel Takaria (P2012005)
4. Abu Rumada (P2012001)
5. Bertha Unola (P2012044)
6. Fridolin Selitaniny (Tidak Aktif )
7. Gabriela Labok (Tidak Aktif )
8. Gerson Apalem (Tidak Aktif )
9. Dio Alif Utami Gion (Tidak Aktif )
10. Helen D Darakay ( Tidak Aktif )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S1)
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Konsep Psikologi
Dalam Keperawan Mencakup ( Konsep Perilaku Manusia, Konsep Spiritual & Konsep
Seksualitas” yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikososial & Budaya Dalam
Keperawatan.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk


sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak dan jiwa sosial,
berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan yang luas dan
menguasai teknologi. Oleh karena itu,makalah ini dibuat oleh penulis untuk membantu
memahami materi tersebut. Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam segala
bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses pencapaian
yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada sebagai
wujud koreksi atas diri yang masih belajar.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Ambon,15 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


BAB I .................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
2.1 Pengertian ................................................................................................... 6
2.2 Hubungan Psikologi dengan Keperawatan ............................................... 7
2.3 Peran Psikologis Dalam Ilmu Keperawatan .............................................. 7
2.4 Definisi Perilaku Manusia .......................................................................... 9
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia ..................................... 9
2.6 Pengertian Spiritualy ................................................................................ 11
2.7 Elemen-Elemen dalam Spiritual .............................................................. 12
2.8 Kesehatan Spiritual .................................................................................. 13
2.9 Seksualitas ................................................................................................. 14
2.10 Terhadap Kesehatan Seksualitas ........................................................... 14
2.11 Respon Seksual ........................................................................................ 15
BAB III .................................................................................................................18
PENUTUP ............................................................................................................18
3.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 18
3.2 SARAN ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari
upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Keperawatan adalah ilmu yang
berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan
spiritual dari individu. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit. Oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan
seoptimal mungkin.
Seorang perawat profesional dalam melaksanakan tugasnya memberikan
pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat
harus dapat bekerjasama dengan pihak – pihak lain yang berkaitan dengan
tugasnya. Seperti dengan pasien, teman sejawat, profesi lain yang terkait dan
instansi. perawat mempunyai hak dan kewajiban untuk melaksanakan asuhan
keperawatan seoptimal mungkin dengan pendekatan biologis, psikologis,
sosial dan spiritual sesuai kebutuhanpasien.
Oleh karena itu, perawat diharapkan memiliki kemampuan untuk
menyesuaiakan diri dengan lingkungan kerja, seperti pasien, rekan perawat dan
dengan profesi lain yang berhubungan langsung dalam menjalankan pekerjaan.
Misalnya penyesuaian dengan pasien, perawat harus benar– benar sensitif
terhadap perubahan kondisi pasien akibat suatu penyakit, harus memahami
keberadaan pasien sehingga sabar dan tetap menjaga etika dan moral.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Psikologi ?
2. Bagaimana hubungan Psikologi dengan Keperawatan ?
3. Apa saja peran Psikologi dalam Ilmu Keperawatan ?
4. Apa Definisi Perilaku Manusia ?
5. Apa faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia ?
6. Apa pengertian dari spirituality?
7. Apa saja Elemen-Elemen dalam Spiritual?
8. Bagaimana Kesehatan Spiritual?
9. Bagaimana konsep Seksualitas?
10. Bagaimana sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas?
11. Apa saja respon SeksuaL?
12. Apa saja masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Psikologi
2. Untuk mengetahui Hubungan Psikologi dengan Keperawatan
3. Untuk mengetahui Peran Psikologi dalam ilmu keperawatan
4. Untuk mengetahui Pengertian Perilaku Manusia
5. Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
6. Untuk mengetahui Pengertian dari spirituality
7. Untuk mengetahui Elemen-Elemen dalam Spiritual
8. Untuk mengetahui Kesehatan Spiritual
9. Untuk mengetahui Konsep Seksualitas
10. Untuk mengetahui Sikap Terhadap Kesehatan Seksualitas
11. Untuk mengetahui Respon SeksuaL
12. Untuk mengetahui Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Kata psikologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos
yang berarti ilmu. Jadi, psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-
macam gejala, proses, maupun latar belakangnya. Pada penggunaannya, kata psikologi dan ilmu
jiwa terdapat perbedaan sebagai berikut :
1. Ilmu jiwa merupakan istilah dalam bahasa Indonesia, sedangkan psikologi merupakan ilmu
pengetahuan, sehingga digunakan secara ilmiah.
2. Ilmu jiwa digunakan lebih luas yang meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan,
khayalan dan spekulasi mengenai jiwa, sedangkan psikologi adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan sistematis melalui metode-metode ilmiah yang mengandung beberapa syarat yang
disepakati oleh ahli psikologi.

Beberapa ahli yang mengemukakan pengertian psikologi menurut Purwanto, H (1998) antara lain
berikut ini :
1. Singgih Dirgagunarsa, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia.
2. Plato dan Aristoteles, psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku yang
tampak (lahiriah) dengan menggunakan metode observasi yang obyektif terhadap rangsangan
dan jawaban respon.
3. Wilhelm Wundt (tokoh eksperimental), psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari pengalaman-pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan, panca
indera, pikiran, merasa (feeling), dan kehendak.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan manusia (individu), yang tidak
dapat dilepaskan dari lingkungannya. Tingkah laku atau perilaku merupakan perwujudan dari
adanya kebutuhan. Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu
sendiri. Perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan,
berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya, bahkan kegiatan internal (internal activity)
seperti berpikir, persepsi dan emosi yang juga merupakan perilaku manusia. Untuk kepentingan
kerangka analisis dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme
tersebut, baik dapat diamati secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku manusia
merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak,
minat, motivasi, persepsi sikap, dan sebagainya. Manusia berperilaku karena dituntut oleh
dorongan. Dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang harus terpuaskan, di
antaranya ada dua macam kebutuhan yaitu kebutuhan dasar dan kebutuhan tambahan.

2.2 Hubungan Psikologi dengan Keperawatan


Meskipun keperawatan dan psikologi adalah dua bidang yang terpisah, tetapi mereka
masih terkait. Dalam bidang keperawatan, fokusnya adalah membantu individu yang
kesehatannya terganggu untuk memberikan kesehatan dan pemulihan. Psikologi di sisi lain
adalah studi tentang proses mental dan perilaku. Perawatan dan psikologi terkait karena untuk
membantu orang cukup pulih dari masalah kesehatan , perawat sering harus memahami perilaku
dan keadaan emosional pasien. Ini adalah penting bagi seorang perawat yang berkeinginan
untuk membantu pasien pulih dari penyakit.
Psikologi dan perawat keduanya memiliki tujuan umum yaitu memahami kebutuhan
emosional dan biologis pasien mereka. Meskipun kadang-kadang perawat memberikan
perawatan dasar yang mereka miliki.pekerjaan individu mereka dpat mengembangkan
kemampuan untuk menjadi lebih mandiri. Hal ini terutama berlaku dalam kasus di mana pasien
sudah mulai pulih dari beberapa jenis penyakit.
Psikologi dapat meningkatkan profesi keperawatan ketika itu diterapkan dengan benar.
Ada teori psikologis dan penelitian yang dapat membuktikan dapat bermanfaat bagi individu
dalam profesi keperawatan. Meskipun sebagian besar didasarkan keperawatan dalam biologi, ada
unsur psikologis dan sosial untuk keperawatan. Ketika perawat memahami dan menerima
gagasan ini, mereka menjadi lebih baik untuk profesi mereka.

2.3 Peran Psikologis Dalam Ilmu Keperawatan


Psikologi kesehatan (keperawatan) dikembangkan untuk memahami pengaruh psikologis
terhadap bagaimana seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat. Dan mengapa mereka menjadi
sakit dan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan saat mereka jatuh sakit.
Selain mempelajari hal-hal tersebut diatas psikologi kesehatan mempromosikan
intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga mengatasi kesakitan yang
dideritanya.
Psikologi kesehatan tidak mendefinisikan "sehat"sebagai tidak sakit. Sehat dilihat sebagai
pencapaian yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik,mental dan sosial.
Psikologi kesehatan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan sakit sepanjang rentang hidup,
psikologi kesehatan fokus pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti bagaimana
mendorong anak mengembangkan kebiasaan hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas
fisik, dan bagaimana merancang suatu kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki
pola makannya.
Psikologi kesehatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari pencegahan dan
perawatan sakit. Seorang psikologi kesehatan misalnya, membantu mereka yang bekerja di
lingkungan yang memiliki tingkat stress yang tinggi untuk mengelola dengan efektif, sehingga
tekanan yang dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi kesehatan mereka. Seorang
psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang sedang menderita suatu penyakit
agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka dengan penyakit tersebut atau untuk mematuhi
treatment yang dirancang oleh dokter yang merawatnya.
Psikologi kesehatan Juga fokus pada etiologi dan kaitannya dengan kesehatan, sakit dan
disfungsi. Etiologi merujuk pada asal dan penyebab sakit, dan psikologi kesehatan secara khusus
tertarik pada faktor-faktor perilaku dan sosial yang menyumbang kesehatan dan sakit dan
disfungsi.
Faktor-faktor tersebut meliputi kebiasaan yang merusak atau menunjang kesehatan seperti
konsumsi alkohol, merokok, olahraga, mengenakan sabuk pengaman, dan cara-cara
"berkawan"dengan stress
Pada akhirnya psikologi kesehatan menganalisa dan berusaha meningkatkan sistem perawatan
kesehatan dan merumuskannya dalam kebijakan kesehatan.
Adapun secara terperinci konsep peran psikologi dalam keperawatan yaitu :
1. Terjalinnya hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal didukung oleh keterbukaan perawat. Perawat membuka diri tentang
pengalaman yang berguna untuk terapi client. Tukar-menukar pengalaman ini memberikan
keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan memberi dukungan. Melalui penelitian
ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat dan klien menurunkan tingkat
kecemasan perawat dan klien (Johnson,dikutip oleh Stuart, 1987, hl,134)
2. Komunikasi yang baik antara perawat dengan klien (empathy)
Rasakan apa yang dirasakan klien. Perawat yang merasakan apa yang dirasakan klien akan
mampu mengkomunikasikan dengan seluruh sikap tubuhnya kepada klien. Perawat
menyampaikan bahwa ia sungguh mengerti perasaan, tingkah dan pengalaman klien, dan
mengkomunikasikan pengertian itu kepada klien. Sehingga klien merasa bahwa ia dimengerti.
Melalui penelitian, Mansfield (dikutip oleh Stuart dan sundeen 1987,hl.129)
3. Ada rasa percaya antara perawat dan pasien
Rasa saling percaya sangat dibutuhkan guna tercipta rasa percaya bahwa segala yang dilakukan
perawat adalah untuk kesembuhan. Kenyamanan dan keamanan klien sehingga tidak terjadi salah
paham antara tugas-tugas perawat pada klien. Selain itu antara perawat dan klien dapat tercipta
kedekatan layaknya keluarga sendiri. Hal ini berguna agar tercipta rasa nyaman dan aman pada
klien
2.4 Definisi Perilaku Manusia
Perilaku berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jadi, perilaku diartikan
sebagai reaksi individu terhadap rangsangan. Perilaku berdasarkan sudut pandang biologis
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang dapat diamati baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pada kaitan dengan psikologis, perilaku mempunyai arti konkrit dari jiwa. Kita
dapat mengenal jiwa seseorang setelah kita mengamati perilakunya. Pada konteks ini, perilaku
manusia khususnya dibagi menjadi perilaku terbuka dan perilaku tertutup. Perilaku terbuka yang
secara langsung dapat diketahui maknanya, sedangkan perilaku tertutup adalah perilaku yang
hanya dapat dimengerti dengan menggunakan alat bantu atau metode tertentu, misalnya berpikir,
sedih, berkhayal, dan sebagainya.
Anggapan dasar manusia berperilaku, karena adanya dorongan dari dalam. Dorongan
merupakan suatu usaha karena adanya kebutuhan. Dengan demikian perilaku terjadi karena
adanya dorongan untuk pemenuhan kebutuhan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya rangsangan, baik
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Manusia

Ada beberapa faktor yang memengaruhi perilaku manusia, menurut Purwanto, H (1998)
antara lain sebagai berikut.
1. Faktor endogen (genetic/keturunan)
Faktor pembawaan atau herediter merupakan dasar perkembangan perilaku makhluk
hidup selanjutnya. Yang termasuk faktor genetik berasal dari diri individu di antaranya
berikut ini.
a. Jenis ras. Setiap ras mempunyai perilaku yang spesifik, ras yang satu berbeda
dengan ras lainnya. Di dunia ini tiga ras terbesar sebagai berikut.
1) Ras kaukasoid (ras kulit putih), memiliki ciri fisik warna kulitnya putih, bermata
biru, dan berambut pirang, dengan perilaku yang dominan, yaitu, terbuka,
senang akan kemajuan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
2) Ras negroid (ras kulit hitam), memiliki ciri fisik warna kulit hitam, rambut
keriting dan bermata hitam. Perilaku yang dominan adalah tabiatnya keras,
tahan menderita, dan menonjol dalam kegiatan olah raga.
3) Ras mongoloid (ras kulit kuning), memiliki ciri fisik, kulit kuning, rambut lurus,
dan mata coklat. Perilaku yang dominan adalah ramah, suka gotong royong,
tertutup, senang dengan upacara-upacara ritual.
b. Jenis kelamin. Perilaku pria dan wanita berbeda seperti kita lihat dalam berpakaian
dan melakukan pekerjaan sehari-hari. Pria berperilaku atas dasar pertimbangan
rasional atau akal, sedangkan wanita berperilaku atas dasar pertimbangan
emosional atau perasaan. Perilaku pria disebut maskulin, sedangkan perilaku wanita
disebut feminism.

c. Sifat fisik, individu yang pendek dan gemuk berbeda perilaku dengan individu yang
tinggi kurus.

d. Kepribadian. Perilaku merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimiliki individu,


hasil perpaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Kepribadian individu
dipengaruhi oleh aspek kehidupan seperti pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem
norma, nilai, dan kepercayaan yang dimilikinya.

e. Bakat pembawaan, merupakan interaksi dari faktor genetik dan lingkungan serta
bergantung pada adanya kesempatan untuk pengembangan.

f. Intelegensi. Individu yang intelegensinya tinggi dapat mengambil keputusan dan


bertindak secara cepat, tepat, dan mudah. Individu dengan intelegensi rendah,
cenderung lambat dalam mengambil keputusan dan tindakan.

2. Faktor eksogen
Faktor ini berkaitan dengan faktor dari luar individu, antara lain seperti berikut ini :
a. Faktor lingkungan, adalah segala sesuatu yang berada di sekitar individu, baik fisik,
biologi maupun sosial. Berpengaruh, karena lingkungan merupakan lahan untuk
perkembangan perilaku.

b. Pendidikan, baik secara formal maupun informal proses pendidikan melibatkan


masalah perilaku individu maupun kelompok. Latar belakang pendidikan akan
berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

c. Agama, sebagai suatu keyakinan hidup akan masuk dalam konstruksi keperibadian
seseorang. Hal ini akan berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, bereaksi dan
berperilaku dari seseorang.
d. Sosial ekonomi, orang dengan status sosial ekonomi berkecukupan akan dengan
mudah memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan yang status sosial ekonominya
kurang akan bersusah payah memenuhi kebutuhan hidupnya.

e. Kebudayaan, merupakan hasil budi dan karya manusia. Dalam arti sempit diartikan
sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Kita dapat membedakan
orang dari perilakunya. Ada yang berperilaku halus dan ada juga yang berperilaku
keras karena berbeda kulturnya.

f. Faktor lain, seperti susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi. Ketiga hal ini berkaitan
dengan susunan saraf pusat yang menerima rangsangan, selanjutnya akan terjadi
proses persepsi dan akan muncul emosi. Tentunya bila ada masalah pada salah
satunya, maka perilakunya akan berbeda.

2.6 Pengertian Spiritualy


Pengertian spirituality dari para ahli sebagai berikut:
 Spirituality berasal dari bahasa latin “spiritus” yang berarti nafas atau udara.spirit
memberikan hidup,menjiwai seseorang. Spirit memberikan arti penting ke hal apa saja
yang sekiranya menjadi pusat dari seluruh aspek kehidupan seseorang ( Dombeck,1995).

 Spirituality adalah suatu yang dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, Pengalaman


hidup kepercayaan dan nilai kehidupan. Spiritualitas mampu Menghadirkan cinta,
kepercayaan, dan harapan, melihat arti dari kehidupan dan Memelihara hubungan dengan
sesama. (Perry Potter,2003).

Spiritual adalah konsep yang unik pada masing-masing individu (Farran et al, 1989). Masing-
masing individu memiliki definisi yang berbeda mengenai spiritual, Hal ini dipengaruhi oleh
budaya, perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide,Mereka sendiri tentang hidup.

Menurut Emblen, 1992 spiritual sangat sulit untuk didefinisikan. Kata-kata yang digunakan
untuk menjabarkan spiritual termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan
eksistensi. Spiritual menghubungkan antara intrapersonal (hubungan dengan diri sendiri),
interpersonal (hubungan antara diri sendiri dan orang lain), dan transpersonal (hubungan antara
diri sendiri dengan tuhan/kekuatan gaib).
Spiritual adalah suatu kepercayaan dalam hubungan antar manusia dengan beberapa kekuatan
diatasnya, kreatif, kemuliaan atau sumber energi serta spiritual juga merupakan pencarian arti
dalam kehidupan dan pengembangan dari nilai-nilai dan sistem kepercayaan seseorang yang
mana akan terjadi konflik bila pemahamannya dibatasi. (Hanafi, djuariah. 2005)

Jadi Spirituality atau kepercayaan spiritual adalah kepercayaan dengan sebuah Kekuatan yang
lebih tinggi dari kekuatan pencipta, sesuatu yang bersifat Tuhan, atau Sumber energi yang tidak
terbatas. Contoh, seseorang percaya pada Tuhan, Allah,
Kekuatan tertinggi. Spirituality memiliki beberapa aspek antara lain :
a. Hubungan yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup
b. Menemukan arti dan tujuan dalam hidup.
c. Menyadari dan mampu untuk menarik sumber-sumber dan kekuatan dari dalam Diri.
d. Mempunyai perasaan hubungan kedekatan dengan diri sendiri dan Tuhan atau Allah.
(Cozier Barbara, 2000).
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah” rasa keharmonisan saling kedekatan antara diri
dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi “(Hungelmann et al,1985).

Spiritual dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka dengan
orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki hubungan
yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara bermakna adalah
bukti dari kesehatan spiritual.
Kesehatan jiwa ( spiritual ) menurut ilmu kedokteran saat ini adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan orang lain (Suliswati,Hj.tji anita,2004).

2.7 Elemen-Elemen dalam Spiritual


Ada 4 hal yang mendasari kebutuhan spiritual adalah :
1. Pencarian arti
2. Perasaan untuk memaafkan / pengampunan
3. Kebutuhan akan cinta (Keinginan untuk mendapatkan kasih sayang : Keluarga dan
teman)
4. Kebutuhan akan harapan (Fish and Shelly, 1978; Peterson and Nelson, 1987;
Schoenbeck, 1994).

Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan (Rnetzky’s, 1979).


Dimensi ini termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan
Akan harapan dan keyakinan hidup, dan kebutuhan akan keyakinan pada diri sendiri,
Dan Tuhan. Sullender (1998) mengidentifikasi 5 dasar kebutuhan spiritual manusia :
1. Arti dan tujuan hidup
2. Perasaan misteri
3. Pengabdian
4. Rasa percaya
5. Harapan di Waktu kesusahan.

Spiritual saat ini dihubungkan dengan pencarian akan arti dan refleksi dari bagian kepercayaan
pada paham duniawi. Hal ini menimbulkan pertanyaan: haruskah perawat yang tidak religius,
atau yang tidak memiliki spiritual, menolong seseorang yang membutuhkan spiritual (Walter,
1997).
Pada studi keperawatan dengan orang-orang yang memiliki fase terminal, ditemukan bahwa
perawat merasa tidak harus memiliki pengalaman dan keahlian untuk memberikan dukungan
secara spiritual.
Sebuah pembelajaran insiden kritis dari respon perawat terhadap kebutuhan spiritual dari klien
memberikan sebuah pengertian yang mendalam terhadap perawat akan kebutuhan spiritual klien
serta peran perawat sebagai pemberi layanan secara spiritual. Kebutuhan akan harapan
merupakan kepentingan utama terhadap seseorang yang dihadapi oleh penyakit dan ancaman
potensial terhadap gaya hidup dan kehidupan.

2.8 Kesehatan Spiritual


Kesehatan spiritual Dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara, nilai
hidup dengan berjalannya kehidupan, spiritual seseorang dan kesadarn arti spiritual akan lebih
meningkat, tujuan dari nilai-nilai kehidupan akan lebih nyata.
Kesehatan spiritual atau kesejahteraan adalah “rasa keharmonisan saling kedekatan antara
diri dengan orang lain, alam, dan dengan kehidupan yang tertinggi”(Hungelmann et al, 1985).
Rasa keharmonisan ini dicapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai, tujuan,
dan system keyakinan mereka dengan hubungan mereka di dalam diri mereka sendiri dan dengan
orang lain.
Pada saat terjadi stress, penyakit, penyembuhan, atau kehilangan, seseorang mungkin
berbalik ke cara-cara lama dalam merespons atau menyesuaikan dengan situasi. Sering kali gaya
koping ini terdapat dalam keyakinan atau nilai dasar orang tersebut. Keyakinan ini sering berakar
dalam spiritualitas orang tersebut. Sepanjang hidup seorang individu mungkin tumbuh lebih
spiritual, menjadi lebih menyadari tentang makna, tujuan, dan nilai hidup.
Spiritualitas dimulai ketika anak-anak belajar tentang diri mereka dan hubungan mereka
dengan orang lain. Banyak orang dewasa mengalami pertumbuhan spiritual ketika memasuki
hubungan yang langgeng. Kemampuan untuk mengasihi orang lain dan diri sendiri secara
bermakna adalah bukti dari kesehatan spiritualitas. Menetapkan hubungan dengan yang maha
agung, kehidupan, atau nilai adalah salah satu cara mengembangkan spiritualitas.
Kesehatan spiritualitas yang sehat adalah sesuatu yang memberikan kedamaian dan penerimaan
tentang diri dan hal tersebut sering didasarkan pada hubungan yang langgeng dengan yang Maha
Agung. Penyakit dan kehilangan dapat mengancam dan menantang proses perkembangan
spiritual.Kesehatan spiritual tercapai ketika seseorang menemukan keseimbangan antara nilai
hidup, tujuan hidup, sistem keyakinan, dan hubungan seseorang dengan diri sendiri atau orang
lain

2.9 Seksualitas
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Lingkupan seksualitas suatu
yang lebih luas dari pada hanya sekedar kata seks yang merupakan kegiatanhubungan fisik
seksual. Kondisi Seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran kualitaskehidupan
manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal darilubuk hati yang
paling dalam, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi dirimanusia.
Seks adalaherbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yangseringdisebut jenis
kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untukperempuan. Seksualitas menyangkut
berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi Biologis, sosial, perilaku dankultural.
Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alatkelamin, termasuk
bagaimana menjaga
Kesehatan dan memfungsikan secara optimal organreproduksi dan dorongan seksual (BKKBN,
2006).
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimanamenjalankanfungsi sebagai
mahluk seksual, identitas peran atau jenis (BKKBN, 2006).
Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitasyang akhirnya
membentuk perilaku seks (BKKBN, 2006)
Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang
muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual (BKKBN, 2006).

2.10 Terhadap Kesehatan Seksualitas


Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mentaldan sosial
yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun bertanggung
jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam menjagahubungan dengan teman
atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh norma dalammasyarakat atau agama. Bukan
hanya tidak adanya kecacatan, penyakit atau gangguanlainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai
bila hak seksual individu perempuan dan laki-lakidiakui dan dihormati (BKKBN, 2006).
2.11 Respon Seksual
Siklus respon seksual normal terdiri dari empat tahap yang terjadi berturut turut.³Normal´ pada
umumnya mengacu pada panjang siklus masingmasing fase, dan hasil bercinta yang
memuaskan.Empat tahapan siklus respon Seksual:
1. Kegembiraan
2. Plateau
3. Orgasme
4. Resolusi

Keempat fase yang dialami oleh laki-laki dan perempuan, meskipun waktu dan panjangdurasi
dari masing-masing bervariasi antara kedua jenis kelamin. selain itu, intensitas darimasing-
masing fase dapat bervariasi antara setiap orang, dan antara laki-laki dan perempuan.

1. Fase kegembiraan adalah tahap pertama, yang dapat berlangsung dari beberapa
Menitsampai beberapa jam. Beberapa karakteristik dari fase kegembiraan meliputi:
a. Peningkatan ketegangan otot
b. Peningkatan denyut jantung
c. Perubahan warna kulit
d. Aliran darah ke daerah genital
e. Mulainya pelumasan Vagina
f. Testis membengkak dan skrotum mengencang

2. Fase plateau adalah fase yang meluas ke ambang orgasme. Beberapa perubahan yangterjadi
dalam fase ini meliputi :
a. Fase kegembiraan meningkat
b. Peningkatan pembengkakan dan perubahan warna vagina
c. Klitoris menjadi sangat sensitive
d. Testis naik ke dalam skrotum
e. Adanya peningkatan dalam tingkat pernapasan, denyut jantung, dan Tekanan darah
Meningkatnya ketegangan otot dan terjadi kejang otot

3. Fase orgasme adalah puncak dari siklus respons seksual, dan merupakan faseterpendek, hanya
berlangsung beberapa detik. Fase ini memiliki karakteristik seperti berikut:
a) Kontraksi otot tak sadar
b) Memuncaknya denyut jantung, tekanan darah, dan tingkat pernapasan
c) Pada wanita, kontraksi otot vagina menguat dan kontraksi Rahim berirama
d) Pada pria, kontraksi otot panggul berirama dengan bantuan kekuatan ejakulasi
e) Perubahan warna kulit ekstrem dapat terjadi di seluruh tubuh

4. Tahap terakhir, yang disebut fase resolusi, adalah ketika tubuh secara perlahan kembali ke
tingkat fisiologis normal.
Fase resolusi ditandai dengan relaksasi,keintiman,dan seringkali kelelahan. sering kali
perempuan tidak memerlukan faseresolusi sebelum kembali ke aktivitas seksual dan kemudian
orgasme, sedangkan laki-laki memerlukan waktu pemulihan sebelum orgasme selanjutnya.
Seiring pertambahan usia lakilaki, panjang dari fase refraktori akan sering meningkat.
Disfungsi seksual yang paling umum pada pria adalah ejakulasi dini. Masalahini terjadi ketika
ada pemendekkan fase kegembiraan dan fase plateau. Dalam rangkauntuk mencegah ejakulasi
dini, seorang pria harus belajar bagaimana memperlambatfase kegembiraan dan fase plateau,
yang dapat dicapai hanya dengan teknik yang benar dan latihan.

2.12 Masalah Yang Berhubungan Dengan Seksualitas


Adapun penyebab dari masalah seksualitas adalah antara lain:
1. Ketidaktahuan mengenai Seks
Lebih dari 70% wanita di Indonesia tidak mengetahui dimana letak klitorisnya sendiri.Sebuah
hal yang sebenarnya sangat penting tetapi tidak diketahui oleh banyak orang.Masalah
ketidaktahuan terhadap seks sudah betulbetul merakyat. Ini berpangkal darikurangnya
pendidikan seks yang sebagian besar dari antara masyarakat tidak memperolehnya pada waktu
remaja. Tidak jarang, pengetahuan seks itu hanyalah sebatas informasi, bukan pendidikan. Itu
terjadi karena mereka tidak mendapatkan pendidikan seks di sekolah atau lembaga formal
lainnya.
Akibatnya, keingintahuan soal seks didapatkannya dari berbagai media. Untuk ituorang tua
hendaknya memberikan pendidikan soal sekskepada anakanaknya sejak dini. Salahsatunya
dengan memisahkan anakanaknya tidur dalam satu kamar setelah berusia sepuluhtahun,
sekalipun sama-sama perempuan atau laki-laki. Demikian halnya denganmenghindarkan anak-
anaknya mandi bersama keluarga atau juga temantemannya.Orang tua harus menjawab jujur
ketika anaknya bertanya soal seks. Jawaban-jawaban yangdiberikan hendaknya mudah
dimengerti dan sesuai dengan usia si anak. Karena itulah, orangtua dituntut membekali dirinya
denganpengetahuan-pengetahuan tentang seks. Terlebih lagi, perubahan fisik dan emosi anak
akan terjadi pada usia 13 ± 15 tahun pada pria dan 12 ± 14tahun pada wanita. Saat itulah yang
dinamakan masa pubertas yaitu masa peralihan dari masaanakanak menjadi remaja.
Pada saat itu pula, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya.Masa remaja merupakan masa
yang penuh gejolak serta penuh keingintahuan dan petualangan akan hal-hal baru sebagai bekal
untuk mengisi kehidupan mereka kelak.Sayangnya, banyak di antara mereka tidak menyadari
beberapa pengalaman yang tampaknyamenyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa ingin
tahu para remaja kadang-kadangkurang disertai pertimbangan rasional akan akibat lanjut dari
suatu perbuatan. Itu pun terjadiakibat kurangnya kontrol orang tua dan minimnya pendidikan
seks dari sekolah atau lembagaformal lainnya.

2. Kelelahan
Rasa lelah adalah momok yang paling menghantui pasangan pada jaman ini dalammelakukan
hubungan seks. Apalagi dengan meningkatnya tuntutan hidup, sang wanita harusikut bekerja di
luar rumah demi mencukupi kebutuhan seharihari. Pada waktu suami istri pulang dari kerja,
mereka akan merasa lelah. Dan pasangan yang sedang lelah jarangmerasakan bahwa hubungan
seks menarik minat. Akhirnya mereka memilih untuk tidur.Kelelahan bisa menyebabkan
bertambahnya usaha yang diperlukan untuk memuaskankebutuhan lawan jenis dan merupakan
beban yang membuat kesal yang akhirnya bisamemadamkan gairah seks.

3. Konflik
Sebagian pasangan memainkan pola konflik merusak yang berwujud sebagai perangterbuka atau
tidak mau berbicara sama sekali satu sama lain. Konflik menjadi kendalahubungan emosional
mereka. Bahkan ini bisa menggeser proses foreplay. Pasangan dapatmempertajam perselisihan
mereka dengan menghindari seks atau mengeluarkan ungkapan negatif atau membandingkan
dengan orang lain, yang sangat melukai perasaan pasangannya.Kemarahan dan kecemasan yang
tidak terpecahkan bisa menyebabkan sejumlah masalahseksual antara lain masalah ereksi, hilang
gairah atau sengaja menahan diri untuk tidak bercinta. Perbedaan antara satu orang dan lainnya
biasanya tidak baik dan tidak juga buruk.Jadi haruslah dipandang hanya sebagai perbedaan.
Kemarahan, ketegangan atau perasaankesal akan selalu menghambat gairah seks.

4. Kebosanan
Seperti halnya menggosok gigi atau menyetel alarm jam, seks bisa dianggap seperti “kerja
malam”. Hubungan seks yang rutin sebelum tidur sering menjadi berlebihan sampai kesuatu titik
yang membosankan. Yang mendasari rasa bosan itu adalah kemarahan yangdisadari atau tidak
disadari karena harapan anda tidak terpenuhi. Masalah ini diderita olehkebanyakan pasangan
yang sudah hidup bersama bertahun-tahun. Sebagian pasangan yangsudah hidup bersama untuk
jangka waktu yang lama merasa kehilangan getaran kenikmatanyang datang ketika melakukan
hubungan seks dengan pasangan yang baru. Orang demikianmelihat rayuan penguat ego,
dibandingkan bila bersenggama dengan mitra baru.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan
manusia (individu), yang tidak dapat dilepaskan dari lingkungannya. Tingkah laku atau
perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan. Perilaku manusia pada
hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Perilaku manusia itu
mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi,
berpakaian, dan sebagainya, bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir,
persepsi dan emosi yang juga merupakan perilaku manusia.

Peran psikologi dalam keperawatan terbagi menjadi 3 secara terperinci yaitu, terjalinnya
hubungan interpersonal , komunikasi yang baik antara perawat dengan klien (emphaty),
serta adanya rasa percaya antara perawat dengan pasien.
Di dalam konsep psikologi dalam keperawatan ini juga di jelaskan beberapa konsep di
dalamnya meliptu konsep spiritual, konsep perilaku manusia dan konsep seksualitas.

3.2 SARAN
Dengan penulisan makalah ini kami mengharapkan agar pembaca dapat memahami
konsep psikologi dalam keperawatan , secara khusus mengenai konsep perilaku diri ,
konsep spiritual, dan konsep seksualitas.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/371947811/MAKALAH-PSIKOLOGI-
KEPERAWATAN
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Psikologi-
Keperawatan-Komprehensif.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Psikologi-
Keperawatan-Komprehensif.pdf

Anda mungkin juga menyukai