KEPERAWATAN JIWA
Disusun oleh ;
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat untuk menyusun dan
menyelesaikan makalah tentang “proses gangguan jiwa dalam keperawatan gangguan jiwa”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin. Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua terutama bagi pembaca. Terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Bab 1............................................................................................................... 4
Pendahuluan.................................................................................................... 4
Bab 2............................................................................................................... 6
Pembahasan/isi................................................................................................ 6
Bab 3............................................................................................................. 13
Penutup.......................................................................................................... 13
3
Bab 1
Pendahulua
A. Latar belakang
Untuk menjadi individu yang produktif dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar
kita harus memiliki jiwa yang sehat. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi
fisik, mental, dan sosial yang terbatas dari gangguan (penyakit), tidak dalam kondisi tertekan
sehingga dapat mengendalikan stres ang timbul. Kondisi ini akan memungkinkan individu untuk
hidup produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. Dalam melakukan
peran dan fungsinya seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatn harus memandang
manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual sehingga pemilihan model keperawatan dalam
menerapkan asuhan keperawtan sesuai dengan paradigma keperawatan jiwa.
Manusia sebagai mahluk biopsikososiospiritual mengandung pengertian bahwa manusia
merupakan mahluk yang utuh dimana didalamnya terdapat unsur biologis, psikologis, sosial dan
spiritual.Sebagai mahluk biologis, manusia tersusun dari berjuta-juta sel-sel hidup yang akan
membentuk satu jaringan, selanjutnya jaringan akan bersatu dan membentuk organ serta sistem
organ. Sebagai mahluk psikologi, setiap manusia memiliki kepribadian yang unik serta memiliki
struktur kepribadian yang terdiri dari ego dan super ego dilengkapi dengan daya pikir dan
kecerdasan, agar menjadi pribadi yang selalu berkembang. Setiap manusia juga memiliki
kebutaha psikologis seperti terhindar dari ketegangan psikologis, kebutaha akan kemesraan dan
cinta, kepuasan altruistik (kepuasan untuk menolong orang lain tanpa imbalan), kehormatan serta
kepuasan ego. Sedangkan sebagai mahluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia
selalu ingin hidup dengan orang lain dan membutuhkan orang lain.selain itu manusia harus juga
menjalin kerja sama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup.
Manusia juga dituntut untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan harapan norma yang berlaku
dilingkungan sosialnya. Sebagai mahluk spritual, manusia mempunyai keyakinan dan mengakui
adanya Tuhan yang Maha Esa, memiliki pandangan hidup, dorongan hidup yang sejalan, dengan
sifat religius yang dianutnya
4
Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi ganggan jiwa
Mengetahui Tanda dan gejala gangguan jiwa
Mengetahui Jenis gangguan jiwa
Mengetahui Macam macam pengobatan gangguan jiwa
5
Bab 2
Pembahasan/isi
6
C. factor yang mempengruhi gangguan jiwa
Menurut Maramis 2010 dalam Buku Ajar Keperawatan Jiwa, sumber penyebab gangguan
jiwa dapat dibedakan atas :
1.Faktor Somatik (Somatogenik),
yaitu akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi,dan nerokimia, termasuk
tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktorpranatal dan perinatal.
2. Faktor Psikologik (Psikogenik),
yaitu keterkaitan interaksi ibu dan anak, peranan ayah,persaingan antara saudara
kandung, hubungan dalam keluarga,pkerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor
intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan
mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan tersebut kurang baik,
maka dapat menyebabkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat
ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas
kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh mengenai keagamaan
Sedagangkan Menurut Faris tahun 2016 faktor-faktor penyebab gangguan jiwa diantaranya :
1. Usia
Pada usia menginjak dewasa,dimana pada usia ini merupakan usia yang produktif, dimana
seseorang dituntut untuk menghadapi dirinya sendiri secara mandiri, masalah yang dihadapi juga
semakin banyak, bukan hanya masalah dirinya sendiri tetapi juga harus memikirkan anggota
keluarganya.
2. Tidak bekerja
Tidak mempunyai pekerjaan mengakibatkan seseorang tidak mempunyai penghasilan dan
gagal dalam menunjukan aktualisasi dirinya, sehingga seseorang tidak bekerja tdak mempunyai
kegiatan dan memungkinkan mengalami harga diri rendah yang berdampak pada gangguan jiwa.
3. Kepribadian yang tertutup
Seseorang yang memiliki kepribadian tertutup cenferung menyimpan permasalahannya
sendiri sehingga masalah yang dihadapi akan semakin menumpuk. Hal ini yang membuat
seseorang tidak bisa menyelesaikan permasalahan dan enggan mengungkapkan sehingga
menimbulkan depresi dan mengalami gagguan jiwa.
4. Putus obat
7
Pada beberapa penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan gangguan jiwa harus
minum obat seumur hidup, terkadang klien merasa bosan, dan kurang pengetahuan akan
menghentikan minum obat dan merasa sudah sembuh.
5. Pengalaman yang tidak menyenangkan
Pengalaman tidak menyenangkan yang daialami misalnya adanya aniaya seksual, aniaya
fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu seseorang mudah mengalami
ganguan jiwa
6. Konflik dengan teman atau keluarga
Seseorang yang memepunyai konflik dengan keluarga misalnya karena harta warisan
juga dapat membuat seseorang mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan
dengan teman atau keluarga akan memicu stressor yang berlebihan. Apabila seseorang
mengalami stressor yang berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka kemungkinan
besar sesorang akan mengalami gangguan jiwa.
8
(mengigat atau mengeluarkan kembali catatan itu). Gangguan ingatan terjadi apabila terdapat
gangguan pada salah satu atau lebih dari ketiga usnsur diatas.
d. Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi atau Disorientasi timbul sebagai akibat gangguan kesadarandan dapat
menyangkut waktu, tempat, atau orang. Gangguan Afek dan Emosi. Afek ialah nada
perasaan, menyenangkan atau tidak (seperti kebanggan, kekecewaan, kasih sayang) yang
menyertai suatu pikiran dan biasanya bermanifestasi afek ke luar dan disertai oleh banyak
komponen fisiologik. Emosi adalah manifestasi fek ke luar dan dsertai oleh banyak
komponen fisiologi dan berlansung relatif tidak lama. Seseorang dikatakan telah mengalami
gangguan afek atau emosi yaitu dapat berupa depresi, kecemasan, eforia, anhedonia,
kesepian, kedangkalan, labil, dan ambivalensi.
e. Gangguan Psikomotor Psikomotor merupakan gerakan badan yang dipengaruhi oleh
keadaan jiwa, gangguan psikomotor dapat berupa :
a. Hipokinesia atau hipoaktivitas : gerakan atau aktivitas berkurang
b. Stupor Katatonic : reaksi terhadap lingkungan sangat berkurang, gerakan dan
aktivitas menjadi sangat lambat.
c. Katalepsi : mempertahankan posisi tubuh secara kaku posisi badan tertentu.
d. Fleksibilitas serea : memetahankan posisi badan yang dibuat padanya oleh orang
lain.
e. Hiperkinesia : pergerakan atau aktivitas yang berlebihan
f. Gaduh gelisah katatonik : aktivtas motorik yang kelihatannya tidak bertujuan, yang
berkali-kali dan seakan-akan tidak dipengaruhi oelh rangsangan dari luar
g. Berisikap aneh : dengan sengaja mengambil sikap atau posisi badan yang tidak
wajar
h. Grimas : miik yang aneh dan ebrulang-ulang
i. Stereotype : gerakan salah satu anggota badan yang berkali-kali dan tidak bertujuan.
f. Gangguan proses berfikir Proses berfikir meliputi proses pertimbangan, pemahaman,
ingatan serta penalaran.
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan intelegensi
i. Gangguan kepribadian .
9
E. jenis gangguan jiwa
Pada pasien dengan gangguan jiwa dibutuhkan beberapa pengobatan untuk memulihkan
kondisi jiwanya dan mencegah terjadinya kekambuhan, beberapa terapi pengobatan pada pasien
gangguan jiwa menurut buku Ajar Keperawatan Jiwa tahun 2015, diantaranya :
a. Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf pusat. Efek
utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan untuk pengobatan
gangguan kejiwaan. Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus
untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan jenis
psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya kolaborasi
pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi terjadinya efek samping, serta
memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya.
b. Kejang Listrik
Terapi kejang listrik adalah suatu prosedur tindakan pengobatan pada pasien gangguan
jiwa, menggunakan aliran listrik untuk menimbulkan bangkitan kejang umum, berlangsung
sekitar 25–150 detik dengan menggunakan alat khusus yang dirancang aman untuk pasien. Pada
prosedur tradisional, aliran listrik diberikan pada otak melalui dua elektroda dan ditempatkan
pada bagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan) dengan kekuatan aliran terapeutik untuk
menimbulkan kejang. Kejang yang timbul mirip dengan kejang epileptik tonik-klonik umum.
Namun, sebetulnya yang memegang peran penting bukanlah kejang yang ditampilkan secara
motorik, melainkan respons bangkitan listriknya di otak yang menyebabkan terjadinya
perubahan faali dan biokimia otak
c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang bertujuan mengubah perilaku
pasien dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Cara ini cukup efektif karena di dalam
kelompok akan terjadi interaksi satu dengan yang lain, saling memengaruhi, saling bergantung,
dan terjalin satu persetujuan norma yang diakui bersama, sehingga terbentuk suatu sistem sosial
yang khas yang di dalamnya terdapat interaksi, interelasi, dan interdependensi. Terapi aktivitas
kelompok. (TAK) bertujuan memberikan fungsi terapi bagi anggotanya, yang setiap anggota
berkesempatan untuk menerima dan memberikan umpan balik terhadap anggota yang lain,
mencoba cara baru untuk meningkatkan respons sosial, serta harga diri. Keuntungan lain yang
diperoleh anggota kelompok yaitu adanya dukungan pendidikan, meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah, dan meningkatkan hubungan interpersonal.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah terapi jangka pendek dan dilakukan secara teratur, yang
memberikan dasar berpikir pada pasien untuk mengekspresikan perasaan negatifnya, memahami
10
masalahnya, mampu mengatasi perasaan negatifnya, serta mampu memecahkan masalah
tersebut.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah suatu cara untuk menggali masalah emosi yang timbul kemudian
dibahas atau diselesaikan bersama dengan anggota keluarga, dalam hal ini setiap anggota
keluarga diberi kesempatan yang sama untuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah.
Keluarga sebagai suatu sistem sosial merupakan sebuah kelompok kecil yang terdiri atas
beberapa individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling bergantung, serta
diorganisasi dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
f. Terapi Lingkungan adalah lingkungan fisik dan sosial yang ditata agar dapat membantu
penyembuhan dan atau pemulihan pasien. Milleu berasal dari Bahasa Prancis, yang dalam
Bahasa Inggris diartikan surronding atau environment, sedangkan dalam Bahasa Indonesia
berarti suasana. Jadi, terapi lingkungan adalah sama dengan terapi suasana lingkungan yang
dirancang untuk tujuan terapeutik. Konsep lingkungan yang terapeutik berkembang karena
adanya efek negatif perawatan di rumah sakit berupa penurunan kemampuan berpikir, adopsi
nilai-nilai dan kondisi rumah sakit yang tidak baik atau kurang sesuai, serta pasien akan
kehilangan kontak dengan dunia luar.
11
Salah satu program dalam rawat jalan adalah rehabilitasi kejiwaan yang mengacu pada layanan
yang dirancang untuk mempromosikan proses pemulihan untuk orang dengan penyait mental.
Program rawat jalan bertujuan untuk mengontrol gejala dan memanajemen pengobatan untuk
pemberdayaan dan pningkatan kualitas hidup. Pelayanan rawat jalan lebih mengedepankan
komunitas yang berbasis masyarakat.menurut Psychiatric Mental Health Nursing edisi ke-5
tahun 2015 menyebutkan tujuan dilakukan rawat jalan diantaranya :
a. Pemulihan dari kondisi gangguan jiwa
b. Peningkatan kualitas hidup
c. Terwujudnya komunitas yang terintregasi
d. Meningkatkan kemandirian pasca rawat inap
e. Penurunan penerimaan pasien dirumah sakit
f. Perawatan berkelanjutan
g. Mencegah kekambuhan
12
Bab 3
Penutup
KESIMPULAN
Gangguan jiwa atau penyakit kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya
terkait dengan stress atau kelainan jiwa yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan
normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen
kognitif atau persepsi yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem
saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi
kesehatan jiwa telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini
masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman
standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara
melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau
beberapa tipe umum dari kelainan jiwa.
13
Daftar Pustaka
14