Anda di halaman 1dari 18

PROSES TERJADINYA GANGGUAN JIWA DALAM PERSPEKTIF

KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PENGAMPU :

Ns. ABDUL GOWI, M.Kep., Sp.Kep.j

DISUSUN OLEH :

ITBAH AIN NURHIKMAH (4338114201220010)

NELI AGUSTIN (4338114201220037)

SANTIKA SARI (4338114201220007)

NABILA NURFAJRIYAH (4338114201220016)

SARIYAH (4338114201220028)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HORIZON KARAWANG

KARAWANG

2024

2
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahim,

Syukur alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
hanya berkat rahmat dan karunia-Nya , dan maha suci engkau yang telah memberikan
kemudahan dalam menyusun makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan
Kesehatan Jiwa” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik.

Walaupun mungkin terdapat kesalahan dan kekurangannya, sangat mengharapkan bimbingan


dan kritik dari berbagai pihak, dengan harapan penulis dapat menyempurnakan segala
kesalahan dan kekurangan dari makala ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Karawang, 12 febuari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................1
Manfaat.............................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
2.1 Kesehatan Jiwa................................................................................................................................2
2.2 Gangguan Jiwa................................................................................................................................2
2.3 Contoh Gangguan Jiwa....................................................................................................................2
2.4 Ciri-Ciri Sehat Jiwa.........................................................................................................................3
2.5 Penyebab Gangguan Jiwa................................................................................................................4
BAB III..................................................................................................................................................5
PENUTUP.............................................................................................................................................5
KESIMPULAN.................................................................................................................................5
SARAN.............................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

Apakah definisi dari gangguan jiwa ?


Bagaimanakah contoh gangguan jiwa ?
Bagaimanakah ciri-ciri sehat jiwa ?
Apakah penyebab gangguan jiwa ?
Bagaimana proses terjadinya gangguan jiwa ?
Apakah tanda dan gejala gangguan jiwa ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Memahami pengertian gangguan jiwa

2. Memahami contoh gangguan jiwa

3. Memahami ciri-ciri sehat jiwa

4. Memahami penyebab gangguan jiwa

5. Memahami proses terjadinya gangguan jiwa

6. Memahami tanda dan gejala gangguan jiwa

Manfaat

Diharapkan dari pembuatan makalah ini dapat di jadikan sumber bacaan dan literatur bagi
pihak-pihak yang membutuhkan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Jiwa


Menurut Undang-Undang nomor 18 tahun. 2014, Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritualdan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.

2.2 Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa, yang juga dikenal sebagai gangguan mental atau gangguan psikiatri,
mengacu pada kondisi kesehatan yang mempengaruhi perasaan, pikiran, perilaku, dan
fungsi sosial seseorang. Gangguan jiwa bisa sangat bervariasi dalam tingkat keparahan,
jenis, serta dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari seseorang.

2.3 Contoh Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa tidak hanya satu kondisi, melainkan kumpulan berbagai kondisi
kesehatan mental yang berbeda. Beberapa contoh gangguan jiwa meliputi:

 Gangguan Kecemasan : Seperti gangguan kecemasan umum, gangguan panik, fobia


spesifik gangguan obsesif- kompulsif (OCD), dan gangguan stres pasca-trauma
(PTSD).
 Gangguan Mood : Misalnya depresi, gangguan bipolar, dan gangguan suasana hati
lainnya yang memengaruhi suasana hati seseorang.
 Gangguan Psikotik : Seperti skizofrenia, di mana seseorang dapat mengalami
gangguan persepsi, pemikiran, dan keterkaitan dengan realitas.
 Gangguan Makan : Seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan
makan lainnya yang melibatkan pola makan yang tidak sehat dan perilaku terkait
makan.

2
 Gangguan Perilaku dan Kepribadian : Meliputi gangguan kepribadian borderline,
antisosial, dan lainnya yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa, dan
berinteraksi dengan orang lain

2.4 Ciri-Ciri Sehat Jiwa


Kesehatan jiwa merujuk pada kondisi yang optimal dari segi kesehatan mental dan
emosional seseorang. Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum dari kesehatan jiwa yang
baik:

a. Keseimbangan Emosional:
Kemampuan untuk mengelola emosi secara sehattermasuk mengenali, memahami,
dan mengatasi berbagai macam emosi seperti senang, sedih, marah, atau cemas.
b. Kemandirian dan Resiliensi:
Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan, mengatasi kesulitan, dan pulih dari
situasi yang menantang. Mengembangkan kemandirian dalam pengambilan keputusan
dan. bertanggung jawab atas tindakan dan pikiran.
c. Hubungan Sosial yang Sehat:
Mampu membentuk dan memelihara hubungan interpersonal yang sehat dengan orang
lain Memiliki jaringan sosial yang mendukung dan mampu memberikan dukungan
kepada orang lain.
d. Keseimbangan Hidup:
Menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, sosial, dan profesional. Mengenali
pentingnya waktu istirahat, relaksasi, dan perawatan diri.
e. Kesadaran Diri yang Baik:
Memiliki pemahaman yang kuat tentang diri sendiri, termasuk kekuatan, kelemahan,
dan nilai-nilai pribadi. Kemampuan untuk merespons kebutuhan dan keinginan
pribadi secara sehat.
f. Kemampuan Berpikir yang jernih:
Kemampuan Kemampuan untuk untuk berpikir rasional dan berpikir rasional dan
logis, menyelesaikan masalah dengan cara yang efektif. serta membuat keputusan
yang tepat.
g. Daya Kreativitas Motivasi

3
Kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan kreatif, baik melalui seni, karya
tulis, atau aktivitas lainnya. Memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dan
merasa termotivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
h. Kesehatan Fisik yang Dijaga:
Menjaga keseimbangan antara kesehatan fisik dan mental dengan gaya hidup yang
sehat, termasuk olahraga, pola makan sehat, dan dan tidur yang cukup.

i. Rasa Harapan dan Keterimaan:


Mempunyai harapan dan pandangan positif tentang masa depan. Memiliki keyakinan
atau spiritualitas yang memberikan dukungan dan ketenangan.

Setiap individu memiliki pengalaman dan definisi sendiri tentang apa itu kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa adalah suatu spektrum, dan bukan suatu keadaan yang statis, Memelihara
kesehatan jiwa membutuhkan erhatian dan perawatan yang kontinyu, seperti hubunga
seperti menjaga hubungan yang sehat, berbicara dengan profesional kesehatan mental
jika diperlukan, dan menjalani gaya hidup yang sehat secara holistik.

2.5 Penyebab Gangguan Jiwa


Faktor predisposisi dan presipitasi dapat berperan dalam munculnya gangguan jiwa.
Faktor-faktor ini adalah yang memengaruhi risiko seseorang mengalami gangguan jiwa
atau memicu munculnya gejala pada seseorang yang rentan.

A. Faktor Predisposisi Gangguan Jiwa:

1) Faktor Genetik: Adanya riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dapat


meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan serupa. Genetika dapat
memainkan peran penting dalam mendorong kerentanan terhadap beberapa jenis
gangguan mental.

2) Faktor Biologis: Perubahan pada struktur atau fungsi otak, ketidak seimbangan
kimia otak, gangguan hormonal, atau kondisi medis tertentu dapat menjadi faktor
predisposisi terhadap gangguan jiwa.

3) Riwayat Perkembangan dan Lingkungan: Pengalaman traumatis pada masa


anak- anak, seperti kehilangan orang tua, pelecehan, atau pengabaian, dapat

4
meningkatkan risiko gangguan jiwa pada masa dewasa. Lingkungan yang tidak stabil,
konflik dalam keluarga, atau ketidak amanan sosial juga dapat berkontribusi pada
kerentanan terhadap gangguan mental.

B. Faktor Presipitasi Gangguan Jiwa:

1) Stres dan Trauma: Kejadian stresor atau trauma yang signifikan, seperti kematian
orang terdekat, kehilangan pekerjaan, bencana alam, atau pengalaman traumatis
lainnya, dapat memicu munculnya gejala gangguan jiwa atau memperburuk kondisi
yang sudah ada.

2) Perubahan Hidup yang Signifikan: Transisi kehidupan yang besar seperti


pernikahan, perceraian, perubahan pekerjaan, atau masalah keuangan dapat menjadi
faktor presipitasi. dalam munculnya gangguan mental

3) Penggunaan Zat Adiktif: Penyalah gunaan atau ketergantungan pada zat seperti
alkohol, obat-obatan terlarang, atau narkotika dapat memicu atau memperburuk
gangguan mental.

4) Stigma Sosial atau Diskriminasi: Pengalaman diskriminasi, stigma, atau tekanan


sosial terkait dengan kondisi mental juga dapat memperburuk gejala dan menyulitkan
pemulihan. Penting untuk dicatat bahwa gangguan jiwa sering kali disebabkan oleh
kombinasi faktor predisposisi dan presipitasi presipitasi Selain itu, setiap individu
memiliki respons yang berbeda. terhadap faktor-faktor ini, dan tidak semua orang
yang memiliki faktor predisposisi atau mengalami faktor presipitasi akan
mengembangkan gangguan jiwa.

2.6 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda merupakan kondisi klinis yang didapatkan oleh dokter, bersifat objektif, tidak
bergantung pada persepsi pasien, namun lebih berkaitan dengan progresifitas dari klinis
pasien. Tanda bisa berupa tanda positif maupun negatif. Contohnya adalah marah-marah
dan menarik diri. Sedangkan Gejala adalah keluhan bersifat subjektif yang seringkali
disampaikan oleh pasien yang didasari atas persepsi personalnya. Misalnya pasien
merasa mendengar suara-suara ditelinganya, mengeluh sakit kepala dan sebagainya.

1. Kesadaran

5
Kesadaran merupakan salah satu dari penilaian fungsi otak untuk mengetahui kondisi
kesigapan mental seseorang dalam menanggapi rangsang baik dari dalam maupun dari
luar dirinya. Kesadaran terbagi 2, yaitu:

a. Kuantitatif yang dapat di evaluasi dengan menggunakan Glasgow Coma Scale


(GCS), terdiri dari kompos mentis, apatis, somnolensi, sopor dan koma.

b. Kualitatif merupakan kesadaran yang dapat menjelaskan terkait kondisi klinis dari
gangguan kejiwaan, dapat berupa : jernih (masih dapat berfikir sesuai realita yang ada,
dapat dijumpai pada ansietas) berubah (mengalami gangguan dalam daya nilai realitas,
dijumpai pada orang skizofrenia) berkabut (mengalami distorsi dalam kesadaran
sehingga bermanifestasi dalam bentuk gangguan orientasi waktu, tempat dan orang, biasa
dijumpai pada kondisi delirium), menyempit (biasa dijumpai pada kondisi trance)
mengambang (disebut juga hysterical twilight state yang biasa dijumpai pada orang
dengan hysteria atau konversi akibat faktor psikologis).

2. Kognisi

Kognisi adalah kemampuan untuk mengenal atau mengetahui benda atau situasi yang
dikaitkan dengan pengalaman, pembelajaran dan tingkat intelegensi seseorang. Yang
termasuk dalam fungsi kognitif adalah: memori, konsentrasi, orientasi, kemampuan
berbahasa, berhitung dan visuospatial, dan taraf intelegensi.

3. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan upaya untuk mempertahankan perhatian. Gangguan konsentrasi


ini meliputi 3 hal berikut, yaitu: ketidakmampuan memusatkan perhatian,
mempertahankan perhatian ataupun mengalihkan perhatian. Manifestasi klinis dari
gangguan ini dapat diamati oleh tenaga professional ataupun dapat juga dikeluhkan oleh
pasien. Ada 3 jenis gangguan perhatian, yaitu:

a. Distraktibilitas, ketidakmampuan untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian,


konsentrasi sangat mudah teralih.

b. Inatensi selektif, ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian pada objek atau


situasi tertentu yang dapat memunculkan kecemasan.

c. Kewaspadaan berlebih, pemusatan perhatian yang berlebih terhadap suatu stimulus


eksternal.

6
4. Orientasi

Penilaian terhadap orientasi terbagi 3, yaitu waktu, tempat dan orang.

a. Waktu, dapat dievaluasi dengan menanyakan jam berapa, kondisi pagi siang atau
malam

b. Tempat, dievaluasi dengan menanyakan tempat saat ini

c. Orang, dievaluasi dengan menanyakan orang yang berada disekitarnya. Ganggguan


orientasi ini harus dapat dibedakan dengan memori. Orientasi tidak berkaitan dengan
daya ingat namun berkaitan dengan kemampuan pasien untuk menyadari kondisi saat ini.

5. Memori

Memori atau daya ingat terbagi 4 berdasarkan rentang waktu, yaitu segera, pendek,
menengah dan panjang. Selain itu ada pembagian jenis gangguan memori lainnya, yaitu:

a. Amnesia, ketidakmampuan mengingat kembali sebagian atau seluruh pengalaman


dimasa lalu. Amnesia terbagi 2, retrogard (kehilangan memori sebelum kejadian), dan
anterograd (kehilangan memori setelah kejadian).

b. Paramnesia, disebut juga ingatan palsu yang disebabkan kekeliruan saat memanggil
(recall) kembali memori lama yang ada. Ada beberapa jenis dari paramnesia, yaitu : deja
vu (merasa seperti pernah melihat atau merasakan peristiwa tersebut), jamais vu
( merasa asing terhadap suatu keadaan atau peristiwa, padahal pernah mengalaminya),
konfabulasi (secara tidak sadar mengisi kekosongan memori yang ada dengan cerita
baru yang tidak sesuai dengan kenyataan), hiperamnesia (ingatan yang sangat
mendalam terhadap suatu peristiwa), dan scan memory (secara sadar menganti memori
yang menyakitkan dengan cerita yang dapat ditoleransinya, biasanya berkaitan dengan
kejadian-kejadian traumatik dimasa lalu).

6. Emosi

Emosi merupakan suasana perasaan yang disadari, bersifat komplek, melibatkan pikiran,
perasaan dan perilaku. Ada 2 hal yang di evaluasi pada gangguan emosi, yaitu:

a. Mood: merupakan suasana perasaan yang menetap, dipertahankan lama dan dapat
diungkapkan secara verbal. Beberapa jenis mood yaitu : elasi (peningkatan suasana
perasaan, misalnya pada mania), hipotimia (penurunan suasana perasaan, misalnya pada

7
depresi, dan cemas), disforia (suasana perasaan yang tidak menyenangkan, misalnya saat
menderita suatu penyakit dan ketika merasa bosan ataupun jenuh), labil (pergeseran
suasana perasaan dari sedih, marah, senang dan normal yang seringkali terjadi secara
tidak terduga), iritabel (suasana perasaan yang ditunjukkan dengan sangat mudahnya
meluapkan emosi marah atau mudah tersinggung).

b. Afek: merupakan respon emosional yang dapat dilihat. Afek dapat dievaluasi melalui
ekspresi wajah, gerakan tubuh dan pembicaraan. Ada beberapa jenis afek yaitu : afek
luas (afek pada rentang normal, didapatkan ekspresi wajah yang dapat mengikuti suasana
hati, kondisi dan pembicaraan), afek sempit (atau disebut juga afek terbatas, karena
hanya dapat mengekspresikan emosi secara terbatas) afek tumpul (adanya penurunan
yang serius dari ekspresi wajah, dapat dievaluasi dari tatapan mata yang kosong, irama
suara yang monoton dan bahasa tubuh yang sangat kurang) afek datar (adanya
keterbatasan emosi yang lebih berat dari tumpul, dievaluasi dengan adanya irama suara
datar, tatapan mata kosong dan gerakan tubuh kaku)

7. Proses Pikir

Proses berfikir dapat kita evaluasi melalui 2 hal, yaitu:

a. Bentuk pikir, merupakan kesatuan dari seluruh pikiran seseorang yang manifestasi
klinisnya dapat berupa realistik dan non realistik.

b. Arus merupakan bentuk dari pikiran seseorang terkait bagaimana orang tersebut
menyampaikan isi pikirannya. Manifestasi klinisnya dapat berupa : Asosiasi longgar
(berpindahnya isi pikiran tanpa adanya suatu tema ataupun hubungan), Inkoherensia
(kekacauan pikiran dimana isi pikiran tidak membentuk sebuah kalimat yang dapat
dipahami), Flight of ideas (pikiran yang sangat cepat, berpindah dari satu tema ke tema
lainnya tanpa ada stimulus dari luar), Sirkumstansial (pembicaraan yang berputar-putar
pada satu hal, menjadi lambat dan terkadang tidak selesai), Tangential
(ketidakmampuan untuk mencapai tujuan dari isi pembicaraan secara langsung dan
seringkali pada akhirnya tidak terselesaikan).

8. Perilaku Motorik

Perilaku motorik disebut juga psikomotor merupakan gerakan tubuh yang dipengaruhi
oleh keadaan jiwa, dilandasi motif dan tujuan tertentu dan melibatkan seluruh aktivitas
mental individu. Ada beberapa jenis dari gangguan psikomotor ini, yaitu : Stupor

8
katatonia (adanya penurunan aktivitas yang sangat berat, dapat seperti patung biasa
dapat dijumpai pada penderita skizofrenia katatonia), Furor katatonia (adanya
peningkatan aktivitas motorik tidak bertujuan yang berlebihan tanpa dipengaruhi adanya
stimulus eksternal), Kataplesia (mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu
dalam kurun waktu lama), Flexibilitas cerea (sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat
diatur oleh orang lain tanpa adanya perlawanan), Negativisme (adanya penolakan atau
penentangan terhadap perintah atau stimulus dari luar), Stereotipi (adanya gerakan
berulang-ulang yang tidak bertujuan, biasanya pada salah satu anggota tubuh).

9. Persepsi

Persepsi merupakan adanya respon dari panca indra baik adanya stimulus nyata maupun
tidak nyata. Ada beberapa manifestasi klinis dari gangguan persepsi, yaitu :
Depersonalisasi (adanya perasaan yang berubah bahwa dirinya sudah tidak seperti biasa
lagi atau ada yang tidak nyata dari bagian tubuhnya), Derealisasi (perasaan subjektif
berupa perasaan yang tidak wajar karena adanya perubahan pada lingkungannya,
terkadang seseorang merasa seperti mimpi), Ilusi (adanya persepsi yang keliru terhadap
suatu objek yang diawali stimulus dari luar), Halusinasi (adanya persepsi keliru yang
tanpa di awali oleh stimulus dari luar, bisa berupa halusinasi auditorik, visual, taktil,
penciuman dan pengecapan)

10. Tilikan

Tilikan atau disebut juga Insight adalah kemampuan seseorang untuk dapat memahami
kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sebenarnya. Berikut adalah jenis
tilikan:

a. Tilikan derajat 1: Sama sekali denial terhadap keadaan sakitnya

b. Tilikan derajat 2: Sedikit menyadari keadaan sakitnya dan memerlukan pertolongan


tetapi pada saat yang bersamaan “denial” dan masih menolaknya.

c. Tilikan derajat 3: Menyadari keadaan sakitnya tetapi menyalahkan orang lain atau
faktor luar lainnya atau faktor organik sebagai penyebabnya

d. Tilikan derajat 4: Menyadari keadaan sakitnya disebabkan karena sesuatu yang tidak
diketahui dalam diri pasien.

9
e. Tilikan derajat 5: Disebut juga Intelektual Insight: menyadari sakitnya dan faktor-
faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya.

f. Tilikan derajat 6: disebut juga True Emotional Insight merupakan kesadaran


sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.

11. Reality Testing Ability (RTA)

RTA merupakan kemampuan seseorang untuk dapat menilai realitas yang ada.
Kemampuan ini berkorelasi dengan tanda dan gejala dari persepsi, emosi, perilaku dan
pembicaraan. Adanya gangguan persepsi, waham ataupun halusinasi merupakan
manifestasi klinis yang dapat timbul karena adanya ketidakmampuan dalam RTA.

2.7 Proses Terjadinya Gangguan Jiwa (SECARA BIOLOGIS,


PSIKOLOGIS, DAN SOSIAL)

A. Biologis

Proses terjadinya gangguan jiwa secara biologis melibatkan interaksi yang kompleks
antara lain faktor-faktor genetik, neurobiologis, dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi fungsi otak dan keseimbangan kimia di dalamnya. Meskipun mekanisme
pasti dan penyebab gangguan jiwa belum sepenuhnya dipahami, ada beberapa konsep
biologis yang menjadi pertimbangan dalam perjalanan gangguan jiwa:

1) Faktor Genetik: Predisposisi Genetik: Beberapa gangguan jiwa memiliki komponen


genetik yang kuat. Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk mengalami gangguan yang serupa. Studi twin dan keluarga
menunjukkan bahwa ada faktor genetik yang berperan dalam rentan terhadap gangguan
seperti skizofrenia, bipolar, depresi, dan gangguan kecemasan.

2) Perubahan Kimia Otak:

a) Neurotransmiter Gangguan dalam sistem neurotransmiter di otak, seperti serotonin,


dopamin, norepinefrin, dan GABA, dapat memainkan peran penting dalam beberapa

10
gangguan jiwa. Perubahan dalam konsentrasi, pengiriman, atau reseptor neurotransmiter
dapat mempengaruhi mood, persepsi, dan perilaku.

b) Struktur Otak Perubahan dalam struktur atau fungsi otak telah diamati pada beberapa
jenis gangguan jiwa. Misalnya, pada skizofrenia, terdapat perubahan struktural pada otak
yang terkait dengan gangguan persepsi dan pemikiran yang tidak normal.

3) Faktor Lingkungan: Pengaruh Lingkungan: Faktor lingkungan seperti trauma, stres


kronis, kondisi kehidupan yang tidak stabil, atau pengalaman masa kecil yang buruk
dapat memicu atau memperburuk gejala gangguan jiwa pada individu yang rentan secara
genetik.

4) Interaksi Faktor-Faktor Biologis dan Lingkungan: Model Bio-Psiko-Sosial:


Pendekatan ini mengakui bahwa gangguan jiwa melibatkan interaksi yang kompleks
antara faktor-faktor biologis (seperti genetika, struktur otak, dan kimia otak), psikologis
(seperti pola pikir dan perilaku), dan sosial (seperti lingkungan sosial dan budaya).
Penting untuk dicatat bahwa gangguan jiwa sering kali dipengaruhi oleh kombinasi dari
faktor-faktor tersebut.

B. Psikologis

Proses terjadinya gangguan jiwa secara psikologis dan sosial melibatkan interaksi antara
fakto-faktor psikologis dan lingkungan sosial yang memainkan peran penting dalam
perkembangan dan manifestasi gangguan jiwa. Berikut adalah penjelasan mengenai
kedua aspek tersebut:

1) Trauma Emosional atau Psikologis: Pengalaman. trauma, pelecehan, atau peristiwa


traumatis lainnya dapat menyebabkan gangguan jiwa seperti PTSD (Gangguan Stres
Pasca Trauma) atau gangguan kecemasan lainnya.

2) Pola Pikir yang Tidak Sehat: Pola pikir yang negatif, distorsi kognitif, atau penilaian
yang tidak realistis terhadap diri sendiri dan dunia sekitar bisa menjadi faktor dalam
munculnya gangguan jiwa seperti depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan makan.

3) Perilaku yang Maladaptif: Perilaku yang maladaptif atau kebiasaan yang tidak sehat,
seperti penggunaan zat terlarang, kebiasaan makan yang tidak sehat, atau perilaku
impulsif, dapat menjadi faktor dalam perkembangan gangguan jiwa.

C. Sosial

11
1) Stres Lingkungan Sosial: Lingkungan sosial yang penuh tekanan, kurangnya
dukungan sosial, isolasi sosial, atau konflik dalam hubungan interpersonal dapat memicu
atau memperburuk gangguan jiwa.

2) Stigma dan Diskriminasi: Stigma sosial terhadap gangguan jiwa dapat menghambat
individu untuk mencari bantuan atau pengobatan yang tepat, serta dapat menyebabkan
isolasi sosial dan depresi.

3) Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi: Faktor lingkungan seperti kondisi


kehidupan yang tidak stabil, tekanan pekerjaan, atau perubahan signifikan dalam
kehidupan (seperti perceraian, kematian orang terdekat, atau kesulitan tan keuangan)
dapat mempengaruhi kondisi mental seseorang. Proses terjadinya gangguan jiwa secara
psikologis dan sosial melibatkan pemahaman terhadap pengaruh kompleks antara pola
pikir individu, perilaku, serta interaksi mereka dengan lingkungan sosial mereka

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

SARAN

DAFTAR PUSTAKA

13
14

Anda mungkin juga menyukai