Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Pengganti Mid Semester Mata Kuliah
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
Dosen Pengampu:
Sry Hasrini, S. Psi., M. Kes.
Oleh:
Ardiyanti 23701008
i|P ag e
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena limpahan rahmat dan
karunia-NYA lah saya masih diberikan kesempatan dan kesehatan sehingga tugas
makalah individu pengganti Mid mata kuliah psikologi perkembangan anak dan
remaja yang membahas tentang gangguan-gangguan dalam psikologi
perkembangan dapat diselesaikan.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Sry Hasrini, S. Psi., M. Kes
sebagai Dosen pengampu mata kuliah psikologi perkembangan anak dan remaja
yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyusun dan membuat
tugas makalah ini dengan baik.
Penulis mengakui bahwa penulis manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu, tidak ada hal yang dapat diselesesaikan
dengan baik dan sempurna. Begitu pula dengan tugas makalah yang telah penulis
susun. Tidak semua hal yang dapat penulis jelaskan dan deskripsikan di dalam
makalah ini dengan baik. Penulis sudah menyelesaikannya semaksimal mungkin
dan sudah sesuai dengan batas pemahaman penulis.
Maka dari itu penulis menerima kritik dan saran dari para pembaca. Karena
kritik dan saran sangat berguna untuk memperbaiki dan mempermantap makalah
penulis agar makalah yang telah penulis susun dapat berguna dengan baik
dikemudian hari. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membacanya dan dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.
Penulis
ii | P a g e
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
iii | P a ge
e
BAB I
PENDAHULUAN
1|P a g e
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis membatasi materi dalam makalah ini
dengan membahas masalah-masalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian gangguan dalam psikologi perkembangan?
2. Apa sajakah jenis-jenis gangguan dalam psikologi perkembangan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut. Adapun tujuan dari penulisan dan
pembahasan makalah ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami apa pengertian gangguan dalam psikologi
perkembangan.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa saja jenis-jenis gangguan dalam
psikologi perkembangan.
2|P a g e
BAB II
PEMBAHASAN
Gejala:
1. Ketakutan yang Berlebihan: Penderita cenderung merasakan rasa takut
yang intens tanpa alasan yang jelas.
2. Ketakutan Akan Sesuatu yang Buruk Terjadi: Khawatir berlebihan akan
kejadian buruk atau bahaya yang mungkin tidak masuk akal.
3. Gejala Fisik: Munculnya gejala fisik seperti gemetar, keringat dingin,
jantung berdebar, mual, dan sakit kepala.
4. Kesulitan Berkonsentrasi: Kecemasan dapat mengganggu kemampuan
seseorang untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan.
5. Ketegangan Otot: Penderita dapat merasakan ketegangan pada otot-otot
tertentu, seperti rahang yang terasa tegang atau pundak yang kaku.
Penyebab:
1. Faktor Genetik: Ada bukti bahwa kecenderungan mengalami
kecemasan dapat bersifat turun-temurun.
2. Stresor Lingkungan: Pengalaman traumatis, kehilangan, atau tekanan
hidup dapat menjadi pemicu timbulnya gangguan kecemasan.
3. Perubahan Kimia Otak: Ketidakseimbangan zat kimia di otak, seperti
serotonin dan neurotransmitter lainnya, dapat berkontribusi pada
gangguan kecemasan.
4. Kondisi Kesehatan Mental Lainnya: Gangguan kecemasan seringkali
terkait dengan kondisi kesehatan mental lain, seperti depresi atau
gangguan tidur.
Pengobatan:
1. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi ini membantu individu
mengidentifikasi dan mengubah pola pikir yang negatif serta
mengembangkan keterampilan untuk mengatasi kecemasan.
2. Obat-Obatan: Antidepresan, benzodiazepin, atau beta-blocker dapat
diresepkan oleh profesional kesehatan untuk membantu mengelola
4|P a g e
gejala kecemasan.
3. Terapi Psikodinamik: Terapi ini membantu individu dalam menggali
dan memahami akar penyebab kecemasan dari segi psikologis.
4. Relaksasi dan Meditasi: Metode ini dapat membantu mengurangi
tingkat kecemasan dengan mengajarkan individu untuk mengendalikan
pernapasan dan fokus pada momen sekarang.
5. Dukungan Keluarga dan Sosial: Dukungan dari keluarga dan teman-
teman dapat memainkan peran penting dalam pengobatan gangguan
kecemasan.
Gejala:
1. Perasaan Sedih yang Mendalam: Penderita depresi umumnya
merasakan perasaan sedih yang mendalam dan sulit untuk diatasi.
2. Kehilangan Minat atau Kesenangan: Individu kehilangan minat pada
aktivitas yang sebelumnya memberikan kebahagiaan atau kesenangan.
3. Gangguan Tidur: Kesulitan tidur atau tidur berlebihan merupakan
gejala umum depresi.
4. Perubahan Berat Badan: Perubahan berat badan yang signifikan, baik
peningkatan maupun penurunan, dapat terjadi.
5. Kelelahan: Individu merasa lelah atau kehabisan energi bahkan setelah
beristirahat yang cukup.
5|P a g e
6. Perasaan Bersalah atau Tidak Berharga: Penderita depresi sering
merasa bersalah, tidak berharga, atau memiliki pandangan negatif
terhadap diri sendiri.
Penyebab:
1. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan gangguan depresi dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami depresi.
2. Ketidakseimbangan Kimia Otak: Perubahan dalam neurotransmitter
seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin dapat berkontribusi pada
perkembangan depresi.
3. Trauma atau Stresor Hidup: Pengalaman traumatis atau tekanan hidup
yang berat dapat menjadi pemicu timbulnya depresi.
4. Gangguan Kesehatan Kronis: Penyakit fisik seperti diabetes, penyakit
jantung, atau kanker dapat meningkatkan risiko depresi.
5. Gangguan Hormonal: Perubahan hormon, seperti yang terjadi selama
kehamilan atau menopause, dapat memengaruhi keseimbangan
emosional.
Pengobatan :
1. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi ini membantu individu
mengidentifikasi dan mengubah pola pikir negatif, serta
mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres dan masalah.
2. Obat Antidepresan: Antidepresan seperti selektif serotonin reuptake
inhibitor (SSRI) atau serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor
(SNRI) dapat membantu mengatasi gejala depresi.
3. Terapi Elektrokonvulsif (ECT): Terutama digunakan untuk kasus
depresi berat yang tidak responsif terhadap pengobatan lainnya.
4. Terapi Interpersonal: Terapi ini membantu individu memahami dan
mengatasi masalah hubungan yang mungkin berkontribusi pada depresi.
5. Latihan Fisik dan Aktivitas Sosial: Aktivitas fisik teratur dan
keterlibatan dalam kegiatan sosial dapat membantu mengurangi gejala
depresi.
6. Dukungan Sosial: Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, atau
kelompok dukungan dapat membantu individu mengatasi depresi.
6|P a g e
2.2.3 Gangguan Perkembangan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder
(ADHD)
Definisi:
Gangguan perkembangan Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD)
adalah kondisi neurobiologis yang memengaruhi keseimbangan
neurotransmitter di otak. Gangguan ini ditandai oleh kesulitan dalam
mempertahankan perhatian, impulsivitas, dan hiperaktivitas. ADHD dapat
memengaruhi anak-anak, remaja, dan bahkan orang dewasa. Dalam kasus
tertentu, gejala ADHD dapat berkurang seiring bertambahnya usia, tetapi
banyak orang mengalami dampaknya sepanjang hidup. ADHD adalah
gangguan neurobiologis yang menghasilkan pola perilaku yang tidak sesuai
dengan perkembangan dan usia seorang individu. Tiga tipe utama ADHD
melibatkan kombinasi gejala yang melibatkan perhatian yang kurang,
impulsivitas, dan hiperaktivitas. Tipe ADHD ini meliputi ADHD tipe
hiperaktif-impulsif, ADHD tipe inatentif, dan ADHD tipe campuran.
Gejala:
ADHD Tipe Hiperaktif-Impulsif:
1. Hiperaktivitas: Tingkat aktivitas yang tinggi, seperti kesulitan duduk
diam atau berbicara tanpa henti.
2. Impulsivitas: Kesulitan dalam menunggu giliran, merencanakan
tindakan, atau memikirkan konsekuensi.
3. Gangguan dalam Kontrol Perilaku: Kesulitan mengontrol perilaku yang
sesuai dengan situasi.
7|P a g e
ADHD Tipe Campuran:
Kombinasi gejala dari kedua tipe ADHD, baik hiperaktif-impulsif dan
inatentif.
Penyebab:
1. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan ADHD dapat meningkatkan
risiko pengembangan gangguan ini.
2. Ketidakseimbangan Kimia Otak: Gangguan neurotransmitter, terutama
dopamine dan norepinefrin, dapat memainkan peran dalam
perkembangan ADHD.
3. Faktor Prenatal dan Neonatal: Paparan zat beracun selama kehamilan,
prematuritas, atau berat badan lahir rendah dapat meningkatkan risiko
ADHD.
4. Faktor Lingkungan: Toksin lingkungan, paparan timbal, dan stres
lingkungan dapat menjadi faktor risiko.
5. Kelahiran dengan Komplikasi: Komplikasi selama proses kelahiran,
seperti hipoksia, juga dapat berkontribusi pada perkembangan ADHD.
Pengobatan:
1. Terapi Perilaku: Terapi ini melibatkan pelatihan orang tua dan anak
untuk mengembangkan strategi manajemen perilaku yang efektif.
2. Obat-Obatan Stimulan: Stimulan seperti metilfenidat atau amfetamin
dapat membantu meningkatkan fokus dan mengurangi impulsivitas.
3. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): Terapi ini membantu individu
mengidentifikasi dan mengatasi pola pikir negatif serta
mengembangkan keterampilan manajemen stres.
4. Perubahan Gaya Hidup: Pengaturan rutinitas, olahraga teratur, dan diet
sehat dapat membantu mengelola gejala ADHD.
5. Dukungan Pendidikan: Pendidikan khusus atau dukungan tambahan di
sekolah dapat membantu anak-anak dengan ADHD berhasil dalam
lingkungan belajar.
6. Dukungan Sosial dan Psikososial: Mendapatkan dukungan dari
keluarga, teman, dan masyarakat dapat membantu individu dengan
ADHD mengatasi tantangan mereka
8|P a g e
2.2.4 Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD)
Definisi
Gangguan Spektrum Autisme (Autism Spectrum Disorder - ASD) adalah
kelompok kondisi neurodevelopmental yang memengaruhi perkembangan
kemampuan sosial, komunikasi, dan perilaku individu. Gangguan ini
ditempatkan dalam satu "spektrum" karena gejalanya dapat bervariasi dari
ringan hingga berat. Autism Spectrum Disorder umumnya muncul pada awal
masa kanak-kanak dan dapat berlangsung sepanjang hidup seseorang. ASD
mencakup sejumlah kondisi yang memiliki karakteristik umum, termasuk
kesulitan dalam berinteraksi sosial, kesulitan berkomunikasi, dan pola perilaku
yang terbatas dan repetitif. Meskipun ada variasi besar dalam gejala dan tingkat
keparahan, semua bentuk ASD memengaruhi perkembangan fungsi otak dan
sering kali membutuhkan dukungan sepanjang hidup.
Gejala:
1. Kesulitan dalam Berinteraksi Sosial:
Kesulitan membentuk dan menjaga hubungan sosial.
Kurangnya minat dalam bermain atau berinteraksi dengan
teman sebaya. Kesulitan membaca dan menanggapi ekspresi
wajah, nada suara, atau isyarat nonverbal.
2. Keterbatasan dalam Komunikasi:
Kesulitan mengembangkan bahasa verbal atau nonverbal.
Penggunaan bahasa yang tidak biasa atau kurang bermakna.
Kesulitan memahami humor, makna ganda, atau ekspresi
idiomatik.
3. Pola Perilaku yang Terbatas dan Repetitif:
Minat yang sangat terfokus pada topik tertentu atau objek,
berpegang pada rutinitas yang ketat dan kesulitan menghadapi
perubahan.
Gerakan tubuh yang berulang, seperti berputar-putar atau
menggerakkan bagian tubuh tertentu.
4. Hipersensitivitas atau Hyposensitivitas Sensorik:
9|P a g e
Reaksi berlebihan terhadap rangsangan sensorik, seperti suara
atau sentuhan. Ketidakpedulian atau toleransi yang tinggi
terhadap rangsangan yang biasanya menyakitkan.
Penyebab:
1. Faktor Genetik: Kemungkinan adanya faktor genetik yang
berkontribusi pada risiko ASD. Kehadiran saudara kandung dengan
ASD dapat meningkatkan risiko.
2. Gangguan Perkembangan Otak: Ketidaknormalan dalam struktur atau
fungsi otak selama perkembangan prenatal atau neonatal dapat berperan
dalam munculnya ASD.
3. Faktor Lingkungan: Paparan terhadap zat kimia tertentu, infeksi selama
kehamilan, atau komplikasi saat kelahiran dapat berkontribusi pada
perkembangan ASD.
4. Gangguan Genetik dan Sindrom: Beberapa sindrom genetik seperti
Sindrom Down, Sindrom Fragile X, dan tuberous sclerosis dapat terkait
dengan ASD.
5. Usia Orang Tua: Risiko ASD mungkin meningkat dengan
bertambahnya usia orang tua.
Pengobatan:
1. Intervensi Perilaku Terapan (Applied Behavior Analysis - ABA):
Terapi yang difokuskan pada mengubah perilaku maladaptif dan
mengajarkan keterampilan sosial dan komunikasi baru.
2. Terapi Bicara dan Bahasa (Speech and Language Therapy): Membantu
meningkatkan keterampilan komunikasi, baik verbal maupun
nonverbal.
3. Terapi Pendidikan Khusus: Menyediakan pendekatan pembelajaran
yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dengan ASD.
4. Terapi Sensorik: Membantu mengelola sensitivitas atau ketidakpedulian
sensorik.
5. Terapi Obat: Obat-obatan tertentu dapat diresepkan untuk mengatasi
gejala seperti agresivitas, kecemasan, atau impulsivitas.
6. Dukungan Psikososial dan Keluarga: Memberikan dukungan dan
10 | P a g e
pendampingan bagi individu dengan ASD dan keluarga mereka.
7. Pendidikan Inklusif: Menyediakan pendidikan yang mencakup anak-
anak dengan ASD dalam lingkungan sekolah umum.
Gejala:
1. Keterlambatan Berbicara: Anak mungkin memulai berbicara lebih
lambat daripada anak seusianya dan kesulitan mengucapkan kata-kata
atau membentuk kalimat.
2. Kesulitan Memahami Instruksi: Kesulitan memahami dan mengikuti
petunjuk verbal, serta perlu waktu ekstra untuk memproses informasi
lisan.
3. Kesulitan Menyusun Kalimat: Kesulitan menyusun kalimat dengan
benar secara gramatikal dan penggunaan kata-kata yang kurang tepat.
4. Kemampuan Kosakata yang Terbatas: Terbatasnya penggunaan kata-
kata dalam bahasa sehari-hari, kesulitan belajar dan mengingat kata-
kata baru.
5. Gangguan Keterampilan Sosial: Kesulitan dalam berkomunikasi dengan
teman sebaya, kesulitan dalam memahami norma-norma komunikasi
sosial.
11 | P a g e
6. Frustrasi dan Gangguan Perilaku: Kemungkinan munculnya perilaku
frustrasi atau menarik diri akibat kesulitan berkomunikasi.
Penyebab:
1. Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan gangguan perkembangan
bahasa dapat meningkatkan risiko.
2. Ketidakseimbangan Otak: Ketidakseimbangan dalam fungsi otak,
terutama di area yang terlibat dalam pemrosesan bahasa.
3. Faktor Prenatal dan Neonatal: Paparan toksin selama kehamilan atau
komplikasi saat kelahiran dapat memengaruhi perkembangan bahasa.
4. Gangguan Pendengaran: Gangguan pendengaran yang tidak terdeteksi
atau tidak diobati dapat mempengaruhi perkembangan bahasa.
5. Kurangnya Stimulasi Linguistik: Lingkungan yang kurang mendukung
perkembangan bahasa, seperti kurangnya rangsangan linguistik di
rumah.
Pengobatan:
1. Terapi Bicara dan Bahasa: Terapis bicara dan bahasa bekerja dengan
individu untuk meningkatkan keterampilan berbicara, memahami, dan
menggunakan bahasa.
2. Intervensi Awal: Pentingnya intervensi sejak dini untuk
memaksimalkan perkembangan bahasa anak.
3. Terapi Kelompok: Terapis dapat menyelenggarakan sesi terapi
kelompok untuk memfasilitasi interaksi sosial dan komunikasi.
4. Dukungan Pendidikan Khusus: Pendidikan khusus di lingkungan
sekolah untuk memberikan dukungan tambahan dan pendekatan yang
disesuaikan.
5. Pendidikan Orang Tua: Memberikan pelatihan kepada orang tua untuk
membantu mereka mendukung perkembangan bahasa anak di rumah.
6. Stimulasi Lingkungan: Menciptakan lingkungan yang kaya akan
rangsangan bahasa, termasuk membaca buku, berbicara dengan anak,
dan bermain permainan yang melibatkan bahasa.
7. Evaluasi Kesehatan Pendengaran: Memastikan bahwa gangguan
pendengaran tidak menjadi hambatan untuk perkembangan bahasa
12 | P a g e
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan materi di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan dalam
psikologi perkembangan mencakup sejumlah kondisi yang dapat
mempengaruhi individu dalam aspek kognitif, emosional, sosial, dan perilaku.
Dalam konteks ini, gangguan tidak hanya merujuk pada ketidaknormalan,
tetapi juga pada perbedaan signifikan dari pola perkembangan yang dianggap
sebagai norma. Dari jenis-jenis gangguan yang telah diuraikan, seperti
Gangguan Perkembangan Kecemasan, Gangguan Perkembangan Depresi,
ADHD, Gangguan Spektrum Autisme, dan Gangguan Perkembangan Bahasa,
setiap jenis memiliki karakteristik, gejala, dan penyebab yang berbeda.
3.1 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat jauh dari kata bagus
dan sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap agar ada kritik dan saran dari
semua pihak terutama Ibu dosen terkait makalah yang penulis sajikan ini.
Penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan dosa.
Mudah-mudahan makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan
wawasan bagi pembaca dan dapat dijadikan motivasi untuk lebih baik ke
depannya.
13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
14 | P a g e